Seluruh program investasi infrastuktur bidang PU/Cipta Karya yang
diusulkan oleh Kabupaten Solok Selatan harus sesuai dan
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut :
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungaPn dan sosial
meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan
dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan
rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN
4.1 ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Solok Selatan ,
dalam penyusunan dokumen RPIJM bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ini,
telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang, Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, yaitu sebagai berikut :
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)
dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang
tidak diharapkan dapat diminimalkan
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL
4.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Sistematis, menyeluruh, dan partiispatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ atau program.
Tahapan awal pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan terhadap usulan
rencana/program dalam RPI2JM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Kab.
Solok Selatan per masing-masing sektor dengan mempertimbangkan isu-isu
pokok seperti ;
1. Perubahan iklim
2. Kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Berikut dapat dilihat pada tabel 4.1, dapat dilihat penapisan kebijakan/rencana/
program yang ada dalam RPI2JM bidang Cipta Karya di Kabupaten Solok
Selatan
Tabel 4.1
Penapisan Usulan Program/ Kegiatan RPI 2 - JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Solok Selatan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
1 Sektor Pengembangan Permukiman
Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak menimbulkan dampak langsung terhadap terjadinya perubahan iklim, yang perlu diperhatikan, rencana lokasi untuk program/kegiatan yang direncanakan, telah sesuai dengan RTRW
Tidak
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan,
kemorosotan dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati, jika pembangunan infrastruktur dilakukan tanpa memperhatikan kesesuaian dengan RTWR, namun besaran dampaknya skala kecil
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), asalkan dalam perencanaannya
mempertimbangkan kesesuaian dengan RTRW
No Kriteria Penapisan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif
terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika rencana lokasi untuk program/kegiatan yang
direncanakan tidak sesuai dengan RTRW
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan berdampak negatif terhadap
kemungkinan terjadinya peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, karena adanya desakan memenuhi kebutuhan lahan untuk permukiman
Tidak Signifikan
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif
terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, asalkan pembangunan dilakukan secara adil dan merata
Tidak
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif
terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika dalam realisasi program/kegiatan tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan
Tidak Signifikan
2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya perubahan iklim, bahkan dengan adanya program/kegiatan untuk penataan RTH, diharapkan memberi dampak positif
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan olok tidak memiliki dampak besar dan penting terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, asalkan dalam proses pembangunannya, mempertimbangkan kondisi
No Kriteria Penapisan dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam proses penataan bangunan dan lingkungannya tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Tidak Signifikan Peningkatan jumlah
penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif
terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif
terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Tidak Signifikan
3 Sektor Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Perubahan iklim Kebijakan/rencana/program dalam RPI2JM Kab Solok Selatan , tidak berdampak langsung terhadap perubahan iklim, justru perubahan iklim dapat mengancam kontinuitas SPAM yang dibangun, terutama untuk sumber air
No Kriteria Penapisan
Kebijakan/rencana/program dalam RPI2JM Kab Solok Selatan , dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati, hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan berdampak negatif terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika dalam pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber air baku SPAM tidak mempertimbangkan kondisi daya
dukungnya
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak terhadap
peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, misalnya, dari kegiatan pemasangan jaringan transmisi/bangunan penangkap air di kawasan hutan
Tidak Signifikan
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/program RPI2JM Kab Solok Selatan , secara tidak langsung, dapat
berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, jika dalam pemanfaatan sumber daya air untuk air baku SPAM, kurang memperhatikan kepentingan pengguna air lainnya
No Kriteria Penapisan
Kebijakan/rencana/program RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika kualitas air yang dihasilkan dari perencaanaan SPAM tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan
Tidak Signifikan
4 Sektor Penyehatan Lingkungan dan Permukiman
Perubahan iklim Kebijakan/rencana/program dalam RPI2JM Kab Solok Selatan , tidak berdampak terhadap perubahan iklim, namun pada tahap operasional, aktivitas di TPA berpotensi meningkatkan gas rumah kaca, yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan iklim
Tidak
Kebijakan/rencana/program dalam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif
terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati jika dalam
perencanaanya kurang memperhatikan kaedah lingkungan, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam tahap perencaanaan, terutama untuk kegiatan drainase, tidak dilakukan secara tepat
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/rencana/program dalam RPI2JM Kab Solok Selatan , dapat berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan
dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan
Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan tidak berdampak negatif
terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Tidak Signifikan
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPI2JM Kab Solok Selatan dapat berdampak negatif
terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika pengelolaan terhadap air limbah dan sampah tidak dilakukan secara benar
Tidak Signifikan
4.1.2 Amdal, UKL-UPL dan SPPLH
Penjelasan dari uraian Amdal, UKL –UPL dan SPPLH di Kabupaten Solok
Selatan dilakukan dengan maksud sebagai salah satu upaya pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
Besaran kegiatan untuk dokumen AMDAL, UKL-UPL maupun SPPLH, diatur
oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup. Pada tabel 5.2 ditampilkan jenis kegiatan yang wajib AMDAL, mengacu
kepada Permen LH No. 5 Tahun 2012.
Tabel 4.2
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan I lmiah Khusus
A. Persampahan
a. Pembangunan TPA sampah domestic dengan sistem
controlled landfill/ sanitary landfilltermasuk instalasi penunjangnya
- luas kawasan TPA, atau - kapasitas total
> 10 ha ≥ 100.000 ton
a. penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA
b. Perubahan paradigma dari tempat
pembuangan/ penampungan akhir menjadi tempat pengolahan akhir.
c. UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA. Bukan lagi “open
dumping” tapi sebagai tempat pengolah akhir, sehingga ada composting dan landfill gas (waste to energy). untuk insinerator biasanya untuk kapasitas yang kecil (< 100 ton per hari) prosesnya kurang sempurna sehingga dampaknya dapat lebih penting
b. TPA di daerah pasang surut, - luas landfill, atau
- kapasitas total
Semua
kapasitas/ besaran
Pengaturan TPA ini lebih ketat dari pada di wilayah lain. secara teknis, daerah pasang surut tidak direkomendasikan untuk menjadi lahan TPA.
Tetapi untuk beberapa wilayah yang tidak punya pilihan wilayah lain maka tetap dapat
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan I lmiah Khusus
c. Pembangunan transfer station
- kapasitas ≥ 500 ton/ hari
lokasitransfer station pada umumnya terletak di dalam atau di pinggiran kota dan dibangun pada luas lahan yang terbatas
d. Pembangunan instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
- Kapasitas ≥ 500 ton/ hari
guna mendorong minat swasta/ masyarakat
e. Pengolahan dengan insinerator
- kapasitas Semua kapasitas
pengolahan sampah domestik berapapun kapasitasnya harus dilengkapi dengan amdal karena saat ini sampah domestik masih tercampur dengan limbah B3.
f. Composting Plant
- kapasitas ≥ 500 ton/ hari
kapasitascomposting plant
diperbesar untuk mendorong minat swasta/ masyarakat dalam komposting
g. Transportasi sampah dengan kereta api
- kapasitas ≥ 500 ton/ hari
B. Pembangunan
Perumahan/ permukiman dan Kaw asan
Permukiman dengan pengelola tertentu :
a. Kota Metropolitan, luas b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas d. Untuk keperluan settlement
transmigrasi
> 25 ha > 50 ha > 100 ha > 2000 ha
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
berdasarkan:
a. Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung; b. Keterkaitan lingkungan
hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan; c. Keterkaitan antara
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan I lmiah Khusus
hunian perdesaan;
d. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
e. Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan privat. f. Analisis teknis, meliputi: g. Tingkat pembebasan lahan. h. Daya dukung lahan, seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per-hektar
i. Tingkat kebutuhan air sehari-hari.
j. Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman. k. Efek pembangunan terhadap
lingkungan sekitar (mobilisasi material, manusia, dan lalu lintas)
l. KDB (Koefisien dasar
bangunan) dan KLB (Koefisien luas bangunan).
m. Peningkatan air larian (run-off) yang mengakibatkan banjir dihilirnya.
C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan I nstalasi Pengolahan Lumpur Tinja (I PLT), termasuk fasilitas penunjangnya
- Luas, atau - Kapasitasnya
≥ 2 ha ≥ 11 m3/ hari
a. Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan I lmiah Khusus
b. Pembangunan I nstalasi Pengolahan Air Limbah (I PAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya - Luas, atau
- Beban organik
≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/ hari
Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah, luas layanan
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
≥ 500 ha
≥ 16.000 m3/ hari
a. Setara dengan layanan 100.000 orang.
b. Setara dengan 20.000 unit sambungan air limbah. c. Dampak potensial berupa
gangguan lalu lintas,
kerusakan prasarana umum, ketidaksesuaian atau nilai kompensasi
D. Pembangunan saluran
drainase ( primer dan/ atau sekunder) di permukiman
a. kota besar/ metropolitan, panjang
b. kota sedang, panjang
≥ 5 km
≥ 10 km
Berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air di sekitar jaringan, bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat di sekitar jaringan. Pembangunan drainase sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat
E. Jaringan air bersih di kota besar / metropolitan
a. pembangunan jaringan distribusi
- luas layanan > 500 ha
Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air
Konflik sosial pemakaian air di sepanjang jaringan pipa b. pembangunan jaringan
transmisi
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan I lmiah Khusus
Sumber : Permen LH No. 5 Tahun 2012
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang skala/ besarannya masih di bawah batas
wajib dokumen AMDAL, maka tidak perlu menyusun dokumen AMDAL, tetapi
wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya
yang wajib dokumen UKL-UPL, sesuai dengan Permen PU No. 10 Tahun 2008
tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/ atau Kegiatan Bidang Pekerjaan
Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup,
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL, tidak wajib dilengkapi dengan dokumen
UKL-UPL, tapi dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).
Program/ kegiatan dalam RPI JM Bidang Cipta karya Kabupaten Solok Selatan
disesuaikan dengan Permen LH No. 5 Tahun 2012 dan Permen PU No. 10
Tahun 2008, teridentifikasi, ada beberapa program/ kegiatan yang
membutuhkan analisis perlindungan lingkungan, yang produknya berupa
AMDAL, UKL-UPL atau SPPL. Namun, ada beberapa kegiatan yang
skala/ besarannya masih belum detail, maka pada tahap realisasi RPI JM ini,
perlu dicek kebutuhan analisis perlindungan lingkungannya sesuai dengan
Seluruh program investasi infrastuktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan
oleh Kabupaten Solok Selatan harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1) Penilaian lingkungan (environment assessment) dan rencana mitigasi
dalam sub proyek, dirumuskan dalam bentuk:
• Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis Dampak Lingkungan-ANDAL dikombinasikan dengan Rencana
Pengelolaan RKL dan Rencana Pemantauan
Lingkungan-RPL);
• Upaya Pengelolaan Lingkungan – UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan – UPL; atau
• Standar Operasi Baku - SOP;
• Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2) AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format
AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis
teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan keuangan subproyek;
3) Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan
dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut,
subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif
semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan
dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut
tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian
rupa, harus dilengkapi AMDAL;
4) Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat
dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang
usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi, atau penggunaan
:
• Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;
• Asbes, bahan-bahan yang mengandung asbes;
• Bahan/material yang mengandung unsur B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang
menggunakan, menghasilkan, menyimpan, atau mengangkut
bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang
termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;
• Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPI2JM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan pengadaan pestisida, herbisida
atau insektisida;
• Pembangunan bendungan. RPI2JM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau
investasi yang mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang
telah ada ataupun yang sedang dibangun;
• Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan
budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap
sakral atau memiliki nilai spiritual; dan Penebangan kayu. RPI2JM
bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang
terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan
penebangan kayu.
4.1.3 Prosedur Keamanan Lingkungan
safeguard, evaluasi dampak lingkungan; pengklasifikasian/kategorisasi dampak
lingkungan dari subproyek yang diusulkan, perumusan dokumen SOP,
UKL/UPL atau AMDAL (KA-ANDAL, ANDAL, dan RKL/RPL), pelaksanaan, dan
pemantauan pelaksanaan.
Tabel 4.1
Subproyek menurut Dampak Lingkungan
Kategori Dampak Persyaratan
Pemerintah
A Subproyek dapat mengakibatkan dampak
lingkungan yang buruk, berkaitan dengan kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali sangat sulit dilakukan
ANDAL dan RKL/RPL *)
B Subproyek dengan ukuran dan volume
kecil, mengakibatkan dampak lingkungan akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan
UKL/UPL
C Subproyek yang tidak memiliki komponen
konstruksi dan tidak mengakibatkan pencemaran udara, tanah, dan air.
Tidak diperlukan ANDAL atau UKL/UPL
Catatan :
ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan
RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan
UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan
UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan
*) lihat Lampiran 1 bagian III SK Menteri Lingkungan hidup No. 17/2001; SK
Menteri PU No. 17/KPTS/M/2003; UU No. 23/1997, Pasal 15(1), dan PP No.
27/1999, pasal 5(1).
4.1.4 Kelembagaan Safeguard
PEMRAKARSA KEGIATAN
Pemrakarsa kegiatan adalah perumus dan pelaksana RPIJM Kabupaten Solok
1. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draft UKL/UPL,
melaksanakan serta melakukan pemantauan pelaksanaannya. Bila
diperlukan Bappedalda dapat membantu pemrakarsa kegiatan dalam
melaksanakan pemantauan;
2. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampak
lingkungan atau PAP dalam forum stakeholder, baik pada saat
perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL atau RKL/RPL. Sebelum kegiatan
konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakan semua
bahan yang relevan sekurang-kurangnya 3 (tiga) hari sebelum kegiatan
dilakukan yang setidaknya mencakup : ringkasan tujuan kegiatan, rincian
kegiatan, dan gambaran menyeluruh potensi dampaknya. Hasil
konsulatasi dalam forum stakeholder tersebut harus dicatat sebagai
bagian dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatan konsultasi dengan
PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaan subproyek;
3. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya ke
Bappedalda, Bupati;
4. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau
UKL/UPL pada publik dalam waktu yang tidak terbatas; dan
Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan
prosedur penyampaian keluhan publik yang transparan. Keluhan harus
dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan
sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu
diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsa kegiatan dengan
4.2 ASPEK SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta
Karya dikabupaten Solok Selatan dapat melihat kepada masyarakat pada taraf
perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan.
Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya
menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang
marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena
dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan
pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca
pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan
infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan
taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dengan tetap mempedomani :
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang
perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan
internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat
sesuai direktif presiden. Kajian Apek ini dapat diidentifikasi dengan melihat
tabel berikut
Tabel 4.2
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupeten Solok Selatan
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang
Sudah Dilakukan
Kebutuhan Penangananan
1.
Ket : data dalam proses klarifikasi oleh Kabupaten
4.2.2 Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat
(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural
Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi
Data terkait uraian penagrusatamaan gender masih dalam tahap idnetifikasi
oleh SKPD yang terkait
Tabel 4.3
Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Solok Selatan
N o
Program/
kegiatan Lokasi Tahun
Bentuk
1. Pemberdayaan Masyarakat
a Pamsimas Kab
Solok
lebih peduli
terhadap
2. Non Pemberdayaan Masyarakat
gan SPAM I KK
Ket : data dalam proses klarifiaksi di kab Solsel
4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta karya
Aspek Sosial pada Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya di
kabupaten Solok Selatan secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi
berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik
dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah
antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi
untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
Kegiatan sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya untuk
Kabupaten Solok Selatan dapat dilaksanakan sebagai berikut :
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak
akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta
saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan.
Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program
bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan
2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas
oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama
pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus
dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar
kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah
ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus
mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk
sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat
dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut
menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang
wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan
pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan
lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang
dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel 4.4
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi
serta Permukiman Kembali
No.
Komponen Program dan Kegiatan
Tahap I T
a h a p II
Arahan Lokasi
Konsultasi
Pemindahan Penduduk/ Pemberian Kompensasi
Permukiman Kemb ali
Sebelu m Pemindahan
Setelah Pemindahan
1. Pengembangan Permukiman
2. Penataan Bangunan dan
Lingkungan
-3. Pengembangan Air minum
1). Pengembangan distribusi air Minum
2). Penambahan sumber air baku
4. Pengembangan
Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) Pembangunan IPAL
2)Pengembangan TPA Regional bekerjasama dengan Kab/kota Kawasan Sekitar
3) pembangunan TPST
Keterangan: Untuk kolom konsultasi, pemindahan penduduk dan permukiman kembali diberi tanda
centang (v) apabila telah dilaksanakan.
*) Informasi Kegiatan Mencakup Lokasi
Untuk kegiatan Cipta karya yang dilakukan atau yang direncanakan, telah
dilakukan konsultasi publik di semua kegiatan, biasanya konsultasi publik
diadakan sekitar 3 kali dalam pelaksanaan. Untuk rencana Bidang Air Minum
sudah Hampir dalam 5 tahun berturut-turut kegiatan ini dilaksanakan di
Kabupaten Solok Selatan
Begitu juga dengan setiap usulan program investasi infrastruktur bidang
PU/Cipta Karya yang akan memberi dampak lingkungan perlu disiapkan
Analisis Dampak Lingkungan terlebih dahulu sebelum tahun usulan program
tersebut.
Dari penjelasan bab terdahulu pembangunan investasi bidang keciptakaryaan
Kabupaten Solok Selatan dibagi menjadi 2 (dua) kawasan yakni kawasan
hinterland Padang Aro (Kec. Sangir, Kec. Sangir Jujuan, Kec. Sangir Balai
Janggo dan Kec. Sangir Batang Hari) dan kawasan hinterland Muara Labuh
(Kec. Koto Parik Gadang Diateh, Kec. Sungai Pagu dan Kec. Pauh Duo).
1. Pengembangan Pemukiman (Bangkim)
Pola pengembangan pemukiman di Kabupaten Solok Selatan dilakukan
secara individual maupun kolektif. Saat sekarang ini belum tersedia
Infrastruktur pemukiman kawasan kumuh, pemukiman RSH dan
kawasan pemukiman pedesaaan serta pemukiman rawan bencana
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)
Dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat maka
perlu peningkatan kwalitas bangunan untuk bangunan pelayanan publik
sepertihalnya peningkatan aksesibilitas RSUD Solok Selatan,
Puskesmas Balun dan Peskesmas Lubuk gadang serta pemeliharaan
dan rehabilitasi bangunan dan tempat bersejarah sepertihalnya
Rehabilitasi Gedung PDRI, Makam syeh Maulana Syafe’i, makam Syeh
Muhammad Zein, makam Syeh Sampu, disamping itu penyedian sarana
dan prasarana dasar penanggulangan kebakaran, peningkatan sarana
dan prasarana revitalisasi kawasan, peningkatan sarana dan prasarana
penataan RTH serta penataan lingkungan pemukiman tradisional seribu
rumah gadang.
3. Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP)
Usulan program dari sub bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman
yaitu penyusunan perencanaan teknis air limbah, penyusuna masterplan
drainase padang aro dan muara labuh, Pembangunan infrastruktur
drainase Padang Aro, Muara Labuh, pasar Sungai kalu, Nagari pasir
Talang, Lubuk Jaya, Pasar pakan Salasa, Pasar Lubuk malako serta
drainase Pasar Abai, pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
untuk pasar baru Muara Labuh dan pembangunan untuk pasar Padang
Aro, serta Lubuk malako Pembangunan TPA tersebut sedini mungkin
harus dilakukan studi/kajian mengenai persampahan dan lingkungannya
dikarenakan sampah merupakan limbah yang sangat berbahaya, akan
pembuangannya. Pembangunan TPA tersebut diatas perlu dilakukan
kajian lingkungannya berupa penyusunan dokumen UKL-UPL. Kegiatan
pembangunan investasi untuk drainase dan air limbah di kawasan
hinterland Padang Aro dan Muara Labuh perlu dibuatkan studi berupa
dokumen UKL-UPL pembangunan drainase serta dengan melakukan
kajian teknis terhadap air limbah.
4. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih
Usulan program dari sub bidang Penyehatan Lingkungan Pemukiman
yaitu Pembangunan IPA kapasitas 20 l/det di liki kecamatan sangir,
pembuatan reservoar kapasitas 20 l/dt di pekonina, pembangunan
SPAM IKK padang aro, Bidar Alam, Malus serta Pekonina,
Pembangunan SPAM pedesaan untuk Sangir Jujuan dan Mudik lawe,
sera PAMSIMAS.
4.2.3 Aspek Sosial pada pasca Pembangunan Bidang Cipta karya
Aspek Sosial pada pasca pembangunan Bidang Cipta Karya seharusnya
memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal
dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti
kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang
menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan
Tabel 4.5
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No. Sektor
Program/ Kegiatan
Lokasi
Tahun Pelaksanaan
Jumla h Penduduk yang memanfaatkan
Ket
1 .
Pengembangan Permukiman
-2 .
Penataan Bangunan dan Lingkungan
-3 .
Pengembangan Air
Minum Pengembangan SPAM Perdesaan Kawasan
Kaw. Mudik Lawe Kec. Sei Sungai
Pagu
2012
Pembangunan SPAM Perdesaan
Kaws. Sangir Balai janggo Nagari Talao Sungai
Kunyit
2012
4 .
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman