• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP - DOCRPIJM 7b38b1323a BAB IV4. Bab IV Analisis Sosial dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP - DOCRPIJM 7b38b1323a BAB IV4. Bab IV Analisis Sosial dan Lingkungan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN HIDUP

4.1 ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan diperlukan dalam pembangunan dengan memperhatikan daya dukung

lingkungan hidup yang memiliki batas tertentu untuk menunjang kehidupan manusia

dan makhluk hidup lain dengan tetap mempertahankan jumlah dan kualitas sumber

dayanya di Kabupaten Kepahiang yaitu:

 Mengetahui kapasitas daya dukung dan daya tampung di Kabupaten Kepahiang,

 Memperkirakan dampak dan resiko lingkungan hidup di Kabupaten Kepahiang

dengan mengetahui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di Kabupaten

Kepahiang saat ini,

 Memastikan bahwa aneka kebijakan dan rencana yang dikenakan pada Kabupaten

Kepahiang tidak menimbulkan resiko lingkungan, kondisi lingkungan tidak

mengancam hasil pembangunan.

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM

bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.1.1Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian

analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 4.1

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/ Tidak)

1 Perubahan iklim Kurangnya pemahaman bahwa sumber daya alam merupakan sumber daya yang tidak

terbarukan dan kondisi lingkungan

(2)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/ Tidak)

hidup harus diperlakukan secara bijaksana terkait dengan

perubahan iklim dan pemanasan global

2 Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Signifikan

3 Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Wilayah Kabupaten Kepahiang terdiri dari pegunungan, perairan, dataran tinggi dan dataran rendah. Letak Kabupaten Kepahiang yang di kelilingi oleh beberapa gunung menyebabkan rawan terjadinya bencana terutama didaerah kawasan rawan gerakan tanah dan banjir.

Tidak

4 Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Kebutuhan akan bahan dasar sandang dan pangan akan terus meningkat, berbanding lurus dengan perkembangan jumlah penduduk. Ekploitasi sumberdaya alam akan terus menerus

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin tinggi. Ekploitasi ini diantaranya meliputi bahan tambang, lahan produktif dan galian c. Hal ini tentu akan berdampak negative terhadap kelestarian alam jika tidak dikelola dengan baik.

Signifikan

5 Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Pembangunan daerah

memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, dan tentu saja menyebabkan pertumbuhan penduduk dan lahan permukiman cukup tinggi. Banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi permukiman dan perindustrian menyebabkan hilangnya lahan produktif pangan dan kawasan resapan air. Hal ini tentu saja dapat mengganggu stabilitas daya dukung lingkungan terutama menyangkut resapan air dan pasokan pangan di masa yang

(3)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/ Tidak)

akan datang 6 Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Tidak

7 Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Penurunan kualitas air dan udara disebabkan dampak dari

pembangunan di Kabupaten Kepahiang, perubahan kualitas air disebabkan oleh kegiatan

domestic dan non-domestik. Kegiatan domestic diantaranya dari aktivitas rumah tangga dan restoran sedangkan kegiatan non-domestik akibat aktivitas kegiatan industi, pertokoan dan usaha. Sedangkan penurunan kualitas udara di Wilayah Kepahiang sebagian besar timbul akibat dari aktifitas pertambangan dan semakin meningkatnya populasi kendaraan di Kabupaten

Kepahiang.

Signifikan

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

Tabel 4.2

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan/Stakeholder Instansi/Lembaga

Pembuat Keputusan a.Gubernur Provinsi Bengkulu b.Bupati Kabupaten Kepahiang Penyusun Kebijakan, Rencana

dan/atau Program

a.Bappeda Provinsi Bengkulu b.Bappeda Kabupaten Kepahiang c.DPR/DPRD

(4)

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan/Stakeholder Instansi/Lembaga

Pusat:

a. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, b. Kementerian Perhubungan, c. Kementerian Dalam Negeri, d. Kementerian Energi, Sumber

Daya Mineral,

e. Kementerian Pertanian, f. Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan

Daerah:

a.Dinas PU Kabupaten Kepahiang b.BLH Kabupaten Kepahiang

c.Dinas Perhubungan Pariwisata, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kepahiang

d.Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kepahiang

e.Dinas Pertanian & Tanaman Pangan Kabupaten Kepahiang f. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepahiang

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

a.LSM Lingkungan

Masyarakat yang terkena dampak

Yang bergerak dalam usaha peternakan, jasa pariwisata, buruh industri, dll.

Sumber: Dokumen KLHS RPJM Kabupaten Kepahiang 2016-2021

Tabel 4.3

Bobot dan Ranking Nilai Strategis Permasalahan Lingkungan Hidup Menurut Para Pemangku Kepentingan

No Permasalahan Lingkungan Hidup Bobot Penilaian

Stakeholders Ranking

1 Pertumbuhan penduduk relatif tinggi

3,89 7

2 Distribusi penduduk tidak merata 3,63 9

3 Jumlah penduduk miskin yang besar 3,37 10

4 Pencemaran Air dan Udara 4,00 4

5 Keterbatasan ketersediaan air tanah 4,10 5

6 Keberadaan lahan non produktif 3,80 8

7 Alih fungsi lahan pertanian 4,78 1

8 Kemacetan lalu lintas 4,50 3

9 Kerusakan lahan 4,15 6

10 Rawan Bencana 4,70 2

Sumber : Hasil Analisis 2017

Ket : Bobot Permasalahan LH 1= Sangat Rendah; 2=Rendah; 3=Tinggi; 4 = Sangat Tinggi

4.1.2AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

(5)

tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

A. Sektor Pengembangan Permukiman

Dalam membangun sistim permukiman, dampak-dampak lingkungan yang harus

diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi

dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun

tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial

ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Permukiman yang

berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul

dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan konstruksi dan

dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak melibatkan

penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah biasanya

dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan pelayanan

Drainase.

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi,

masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara

mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah

dibuat sebelum masa konstruksi.

B. Sektor Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL)

Dalam membangun sistim Penataan Bangunan Lingkungan Permukiman (PBL),

dampak-dampak lingkungan yang harus diperhatikan adalah dampak-dampak pada saat pra konstruksi,

dampak pada masa konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun

tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial

ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Penataan Bangunan

Lingkungan Permukiman (PBL) yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak

pada masa konstruksi biasanya timbul dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat

adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak

yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat

(6)

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi,

masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara

mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah

dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta

besaran dampaknya terhadap sektor PBL dan pemukiman.

Tabel 4.4

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor PBL dan Permukiman

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia

Debu Mobilisasi kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan,

penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

Penurunan kualitas udara terutama debu

Terbatas pada lokasi kegiatan pembangunan saraana dan prasarana permukiman.

Air Sungai Kegiatan pembukaan lahan,

pembuatan jalan masuk,

pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.

Penurunan kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai terutama

parameter zat pada terlarut.

Kerusakan jalan kebun atau persawahan

Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan

(7)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

Dampak Terhadap Komponen

Sosekbud

Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi sarana dan prasarana permukiman

Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan pembanguinan sarana dan prasarana permukiman sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang

menganggur.

Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap

Komponen Fisik Kimia

Kualitas Udara dan Debu

Mobilisasi kendaraan untuk menunjang kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman

Penurunan kualitas udara dan debu

Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu

Kualitas air sungai dan air tanah

Kegiatan dan operasional sarana dan prasarana permukiman

Penurunan kualitas air sungai dan air tanah

Munculnya air limbah akibat dari operasional sarana dan prasarana permukiman Kebisingan Mobilisasi

kendaraan pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA

Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

Peningkatan intensitas kebisingan dengan satuan dBA

(8)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

sesekbud

Kesempatan Kerja Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman

Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sarana dan prasarana permukiman sesuai

kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

Kesempatan berusaha

Kegiatan operasional sarana dan prasarana permukiman

Kesempatan berusaha

Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

Estetika Pengoprasian sarana dan prasarana permukiman

Proses operasional sarana dan prasarana permukiman

Penurunan estetika akibat kegiatan dan beroperasinya sarana dan prasarana permukiman Kamtibmas Kegiatan

pengoperasian sarana dan prasarana permukiman

Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan sarana dan prasarana permukiman

Terjadinya gangguan

keamanan seperti pencurian

peralatan

Kesehatan pekerja & masyarakat

Kegiatan Operasional sarana dan prasarana sarana dan prasarana permukiman

(9)

C. Sektor Air Limbah

Dalam membangun sistim penyediaan Air Limbah, dampak-dampak lingkungan yang

harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa

konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun

tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial

ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Air Limbah yang

berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul

dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat

adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan

pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak

yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat

merasakan pelayanan Air Limbah.

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi,

masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara

mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah

dibuat sebelum masa konstruksi.

Tabel 4.5

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi pada Sektor Air Limbah

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

Debu Mobilisasi

kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan

Penurunan kualitas udara terutama debu

Terbatas pada lokasi

kegiatan pembangunan sistim

(10)

Komponen

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

jalan kerja.

Air Sungai Kegiatan pembukaan lahan, pembuatan jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musim hujan.

Penurunan kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai terutama parameter zat pada terlarut

Kerusakan peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan

Kondisi jalan bergelombang

penyediaan air limbah

Terserapnya kesempatan kerja penduduk yang berada disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan

keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif

Tenaga kerja tahap

(11)

Komponen

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

yang Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

Mobilisasi kendaraan dan operasional pompa air limbah

Penurunan kualitas udara dan debu

Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu Kualitas air

sungai dan air tanah

Kegiatan proses pembuangan air limbah hasil pengolahan

Penurunan kualitas air sungai dan air tanah

Tercemarnya air sungai dan air tanah

Kebisingan Mobilisasi kendaraan pengangkut tinja

Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi satuan dBA Dampak operasional sistim

pengolahan air limbah

Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi IPAL sesuai kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan berusaha antara lain sebagai tukang cuci kendaraan

(12)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

pengangkut tinja

Estetika Pengoprasian IPAL

Proses

pengolahan IPAL yang terlihat dari luar

Penurunan estetika berupa ceceran lumpur tinja Kamtibmas Kegiatan

pengoperasian IPAL

Gangguan keamanan di lokasi

Terjadinya gangguan keamanan seperti pencurian peralatan Kesehatan

pekerja & masyarakat

Kegiatan Operasional IPAL

Penurunan kesehatan pekerja (masyarakat)

Timbulnya bau

D. Sektor Persampahan

Dalam membangun sistim Persampahan, dampak-dampak lingkungan yang harus

diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi

dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun

tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial

ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim penyediaan Persampahan

yang berkembang dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya

timbul dampak terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara

akibat adanya pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat

perekrutan pekeja yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi

dampak yang timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah

tersebut dapat merasakan pelayanan Persampahan.

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi,

(13)

mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah

dibuat sebelum masa konstruksi.

Tabel 4.6

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Persampahan

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

Debu Mobilisasi kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan,

penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

Penurunan kualitas udara terutama debu

Terbatas pada lokasi kegiatan TPA.

Air Sungai Kegiatan pembukaan lahan,

pembuatan jalan masuk,

pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai terutama musi hujan.

Penurunan kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai terutama

parameter zat pada terlarut, BOD dan COD

Kerusakan jalan kebun

Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan

Kondisi jalan bergelombang dan berlubang

(14)

Komponen

Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

Terhadap konstruksi TPA

Terserapnya kesempatan kerja penduduk disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak

Terhadap Komponen Fisik Kimia Kualitas Udara dan Debu

Mobilisasi kendaraan dan proses

penguraian material sampah

Penurunan kualitas udara dan debu

Timbulnya penurunan kualitas udara terutama Nox, CO2, O3, NH3, H2S, Pb, Hc dan debu

Kualitas air sungai

Kegiatan proses pembusukan sampah organic unsur lain yang larut dalam sampah

Penurunan kualitas air sungai

Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah Kualitas air

tanah

Kegiatan proses pembusukan sampah terutema sampah organic dan unsur lain yang larut dalam air

Penurunan kualitas air tanah terutama air sumur penduduk

Munculnya air lindi (leachate) dengan volume tergantung proses permbusukan maupun air hujan yang meresap kedalam sampah Kebisingan Mobilisasi

kendaraan pengangkut samoah dan

Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

Peningkatan intensitas

(15)

Komponen

Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan

kendaraan berat di lokasi TPA operasional TPA

Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi TPA sesuai kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

Kesempatan berusaha

Kegiatan operasional TPA

Kesempatan berusaha antara lain sebagai pemulung sampah yang masih bias dimanfaatkan/dijual

Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

Estetika Pengoprasian penimbunan sampah di TPA

Proses penimbuhan sampah yang terlihat dari luar

Penurunan estetika berupa (tumpukan) sampah di lokasi TPA yang terlihat dari luar

Kamtibmas Kegiatan pengoperasian TPA

Gangguan

keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

Terjadinya gangguan

keamanan seperti pencurian

peralatan Kesehatan

pekerja & masyarakat

Kegiatan

Operasional TPA

Penurunan kesehatan pekerja &pemulung (masyarakat pangguna)

(16)

E. Sektor Drainase

Dalam membangun sistem Drainase, dampak-dampak lingkungan yang harus

diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa konstruksi

dan dampak pada saat pasca konstruksi.

Dampak yang timbul pada masa pra konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun

tetap harus diperhatikan, dampak tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial

ekonomi yaitu adanya informasi akan dibangunnya sistim Drainase yang berkembang

dimasyarakat, sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak

terganggunya sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya

pekerjaan konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja

yang tidak melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang

timbul adalah biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat

merasakan pelayanan Drainase. Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul,

baik pada masa pra konstruksi, masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat

diminimalsir yaitu dengan cara mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam

dokumen UKL/UPL yang telah dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena

dampak, jenis dampak serta besaran dampaknya terhadap sektor drainase ditunjukkan

dalam bentuk matriks berikut ini :

Tabel 4.7

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Drainase

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak Terhadap komponen Fisik Kimia

Debu Mobilisasi kendaraan, pembuatan jalan masuk,

pembukaan lahan untuk kolam retensi,

penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

Penurunan kualitas udara terutama debu

Terbatas pada lokasi

(17)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

Air Sungai Kegiatan

pembukaan lahan untuk kolam retensi,

pembuatan jalan masuk,

pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan

tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai

terutama musim hujan.

Penurunan kualitas air sungai

Penurunan kualitas air sungai.

Kerusakan jalan kebun atau persawahan

Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun atau persawahan

Kondisi jalan bergelombang dan berlubang

Dampak Terhadap Komponen

Sosekbud

Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi drainase

Terserapnya kesempatan kerja penduduk

disekitar lokasi kegiatan sesuai dengan

keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang menganggur.

Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak Terhadap

Komponen Fisik Kimia

(18)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

Kualitas air sungai Kegiatan mandi cuci dan buang tinja

Penurunan kualitas air sungai

Munculnya air limbah domestic atau non domestic terhadap saluran drainase Kebisingan

Dampak terhadap komponen sesekbud

Kesempatan Kerja Kegiatan operasional drainase

Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk disekitar lokasi sesuai kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

Kesempatan berusaha

Kegiatan operasional drainase

Kesempatan berusaha antara lain sebagai peternakan ikan

Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

F. Sektor Air Bersih

Dalam membangun sistim penyediaan air minum, dampak-dampak lingkungan yang

harus diperhatikan adalah dampak pada saat pra konstruksi, dampak pada masa

konstruksi dan dampak pada saat pasca konstruksi. Dampak yang timbul pada masa pra

konstruksi biasanya tidak terlalu besar, namun tetap harus diperhatikan, dampak

tersebut biasanya timbul akibat adanya dampak sosial ekonomi yaitu adanya informasi

akan dibangunnya sistim penyediaan air minum yang berkembang dimasyarakat,

sedangkan dampak pada masa konstruksi biasanya timbul dampak terganggunya

sumber air, dampak kebisingan dan pencemaran udara akibat adanya pekerjaan

konstruksi dan dampak negative sosial ekonomi akibat perekrutan pekeja yang tidak

melibatkan penduduk setempat dan pada pasca konstruksi dampak yang timbul adalah

biasanya dampak positif, yaitu masyarakat didaerah tersebut dapat merasakan

(19)

Pada dasarnya semua dampak negative yang timbul, baik pada masa pra konstruksi,

masa konstruksi maupun masa pasca konstruksi dapat diminimalsir yaitu dengan cara

mengikuti dan melaksanakan petunjuk yang ada dalam dokumen UKL/UPL yang telah

dibuat sebelum masa konstruksi. Komponen yang terkena dampak, jenis dampak serta

besaran dampaknya terhadap system penyediaan air minum ditunjukkan dalam bentuk

matriks berikut ini :

Tabel 4.8

Matrik Dampak Yang Diperkirakan Akan Terjadi Sektor Air Minum

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

I. TAHAP KONSTRUKSI Dampak

Terhadap komponen Fisik Kimia

Debu Mobilisasi kendaraan, pembuatan jalan masuk, pembuka lahan, penggalian tanah dan pembuatan jalan kerja.

Penurunan kualitas udara terutama debu

Terbatas pada lokasi kegiatan dapa lokasi pekerjaan (pembangunan air baku, bangunan pengolahan, pembangunan reservoir dan galian pipa). Air Sungai / Mata jalan masuk, pembuatan jalan kerja, penggalian tanah dan tumpukan tanah/bahan yang tidak segera dirapihkan menimbulkan sedimentasi pada air sungai / disekitar lokasi

Penurunan kualitas air sungai dan mata air

(20)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

mata air terutama musim hujan. Kerusakan jalan

kebun

Mobilisasi kendaraan pengangkut peralatan berat dan material

Terjadinya kerusakan jalan kebun

Kondisi jalan bergelombang dan berlubang

Dampak Terhadap Komponen Sosekbud

Kesempatan kerja Kegiatan konstruksi Bangunan penangkap intake/bronkapt ering, bangunan produksi, bangunan reservoir dan galian pipa

Terserapnya kesempatan kerja penduduk desa sesuai dengan keahliannya, sehingga dapat mengurangi tenaga kerja usia produktif yang

menganggur.

Tenaga kerja tahap konstruksi yang dapat diserap

II. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak

Terhadap Komponen Fisik Kimia

Kualitas Udara dan Debu

Operasional pompa airbaku dan pompa distribusi

Penurunan kualitas udara dan debu

Timbulnya penurunan kualitas udara dan debu Kuantitas air

sungai/ mata air dan air tanah

Kegiatan pengambilan air sungai/mata air dan air tanah

Penurunan kuantitas air sungai /mata air dan air tanah

Penurunan kuantitas sumber air (air

sungai/mata air dan air tanah) Kebisingan Mobilisasi

kendaraan pengangkut samoah dan kendaraan berat di lokasi TPA

Peningkat intensitas kebisingan yang mengurangi kenyamanan

(21)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

Dampak terhadap komponen sesekbud

Kesempatan Kerja Kegiatan operasional Sistim

Penyediaan Air Minum

Dapat terserapnya kesempatan kerja bagi penduduk yang berada disekitar lokasi pekerjaan sesuai

kebutuhan dan keahlian

Tenaga kerja kontrak atau lepas sesuai kebutuhan

Penyediaan Air Minum

Kesempatan berusaha antara lain sebagai tenaga harian atau tenaga kontrak

Penduduk usia produktif yang tidak bekerja

Estetika Pengoperasian Sistim

Penyediaan Air Minum

Proses pembuangan lumpur hasil endapan dari proses

pengolahan air minum dan pengurasan.

Penurunan kualitas air akibat lumpur

Kamtibmas Kegiatan pengoperasian Sistim

Penyediaan Air Minum

Gangguan keamanan di lokasi dan sekitar lokasi

Terjadinya gangguan

keamanan seperti pencurian

peralatan Kesehatan

pekerja & masyarakat

Kegiatan Operasional Sistim

Penyediaan Air Minum penyakit berupa infeksi saluran pernafasan

III. TAHAP PASCA KONSTRUKSI Dampak terhadap

komponen fisik kimia

Kualitas udara dan debu

Kegiatan operasional pompa

Penurunan kualitas udara

(22)

Komponen Yang Diperkirakan

Terkena Dampak

Sumber

Dampak Jenis Dampak

Besaran

Dampak Keterangan

menimbulkan gas polutan terutama yang menggunakan BBM

Kuantitas air sungai/mata air dan air tanah

Kegiatan pengambilan air sungai/mata air dan air tanah

Penurunan kuantitas air sungai/mata air dan air tanah

Berkurangnya kuantitas air sungai/mata air dan air tanah

4.2 ASPEK SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan

gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak

sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian

kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau

pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya

tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitarnya.

4.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu

melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu

ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda

Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan

bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang

Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP),

Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum

(23)

Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis

Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi

Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.

4.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan

durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan

masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi,

seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan

bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat,

terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat

pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk

menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk

bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu

dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan

pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan

bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas

tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat

selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua

langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki,

pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan

pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan

adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.

Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman

kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan

(24)

Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan

dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru.

Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang

dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

4.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan

secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang

(25)

Tabel 4.9

KRP dan Alternatif Rekomendasi KLHS Bidang Cipta Karya Tahun 2018-2022

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

1. Masterplan Kawasan Pertambangan

Aktivitas pertambangan akan mengakibatkan perubahan fisik lingkungan.

Berkembangnya tata guna lahan di sekitarnya.

Rencana dan pelaksanaan desain dan rehabilitasi disesuaikan dengan proses penambangan yang berlangsung

dgn memperhatikan

keberlanjutan ekosistem sehingga akan dihasilkan rupabumi yang stabil dan aman. Desain dan Rehabilitasi tambang yang buruk akan mewariskan

permasalahan kepada

pemerintah, masyarakat dan industri, dan pada akhirnya akan menurunkan reputasi industri pertambangan pada tingkat nasional maupun internasional

1. Penentuan lokasinya

Kegiatan penambangan termasuk sarana dan prasarana tambang tidak boleh dekat atau minimal 100 m dari Sungai.

Kegiatan pertambangan tidak boleh di kawasan lindung hutan kecuali untuk tambang bawah tanah

Tidak tumpang tindih dengan kegiatan lain seperti perkebunan, hutan produksi dll.

Melakukan pengawasan pencemaran di DAS Musi secara bersama antara Kab. Rejang Lebong, Kab. Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Pusat

Tingkat sedimentasi di DAS Musi tinggi akibat pengendapan sedimen yang belum diketahui sumber sedimennya untuk penanganan lebih lanjut maka diperlukan penelitian sumber-sumber atau jenis sedimen, sehingga dapat dibuat kebijakan yang tepat sasaran

- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral - Dinas PU Kabupaten

(26)

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

dalam pengelolaan DAS Musi.

Peningkatan pengawasan pengelolaan

sungai dengan meningkatkan

kemampuan sumber daya manusia dalam hal pengelolaan sungai,

kemampuan keuangan dan

kewenangannya. 2  Pemantauan dan

pengendalian kawasan usaha pertambangan

Pengembangan kawasan pertambangan harus dilakukan dengan menjaga kualitas lingkungan sehingga kemantapan sektor

pertambangan yang sudah tercapai di Kab. Kepahiang dapat terjaga terus

a. Memberikan ijin hanya pada daerah yang sudah diperuntukan bagi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP) sesuai Perda RTRW. b.Melakukan pengawasan pelaksanaan good

mining practise mulai dari kegiatan eksplorasi, perencanaan, operasi- produksi, revegetasi dan pasca tambang di kawasan pertambangan untuk mencegah terjadinya erosi dan longsor.

c. Meningkatkan kemampuan pengawasan program dalam hal sumber daya manusia (pengetahuan dasar teknik tambang dan perundang-undangan), kemampuan keuangan dan kewenangannya.

- Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

- Dinas Pertanian,

Kehutanan dan

Perkebunan

3  Peningkatan produksi dengan tetap

mempertahankan kelestarian

Pengembangan kawasan pertambangan harus dilakukan dengan menjaga kualitas ling-kungan sehingga kemantapan sektor pertambangan yang

(27)

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

lingkungan sudah tercapai di Kab.

Kepahiang dapat terjaga terus

b.Rancangan tambang harus diikuti dengan Studi AMDAL dan mendapatkan Ijin Lingkungan sebelum dilaksanakan.

c. Pengawasan pelaksanaan RKL RPL AMDAL harus dilakukan sesuai rencana, jadwal dan

peraturan perundangan undangan

termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.

4  Reboisasi tanaman a. Reklamasi di lahan bekas tambang dilakukan

sesuai dengan good mining practice dan studi AMDAL, RKL dan RPL .

b.Reboisasi harus dilaksanakan seiring dengan kegiatan penambangan atau tidak dilakukan diakhir kegiatan tambang.

c. Pengawasan pelaksanaan kegiatan reboisasi harus dilaksanakan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.

5  Reklamasi lokasi habis ditam-bang untuk digunakan komoditi lain

a. Rancangan tambang disesuaikan dengan rencana penggunaan lahan setelah pasca tambang.

(28)

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

mendapatkan Ijin Usaha Pertambangan Operasi-Produksi (IUP-OP).

c. Pengawasan pelaksanaan kegiatan reklamasi pasca tambang untuk komoditi lain harus dilaksanakan sesuai rencana, jadwal dan peraturan perundangan undangan termasuk harus ada tindakan koreksi bila diperlukan.

6 Kawasan peruntukkan

industri : - Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan

- Kantor Pertanahan - Bappeda

 Pemindahan sebagian industri ke dalam kawasan industri

Kawasan industri merupakan suatu areal yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri dan mempunyai

batasan khusus. Pengembangan industri di Kabupaten Kepahiang dialokasikan ke wilayah yang kurang produktif tetapi memiliki posisi strategis (aksesibilitas baik). Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Kepahiang adalah kawasan peruntukkan industri mene-ngah dan kawasan peruntukkan industri mikro dan kecil.

a. Pengembangan Industri baru harus di dalam kawasan industri (PP 24 tahun 2009), kecuali industri tertentu

b. Kawasan industri ini dirancang harus bisa melakukan daur ulang berbagai limbah yang dihasilkan.

c. Kawasan industri karena kurangnya potensi air tanah harus bisa memanen air hujan dan membuat tampungan-tampungan air hujan dan pemanfaatan air Sungai Musi dibuat air baku, disamping mengendalikan

meningkatnya run off akibat perubahan penggunaan lahan.

 Membuka peluang sebesar-besarnya bagi industri yang

(29)

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

ramah lingkungan lingkungan), keuangan dan kewenangannya.

7. Pengamanan jaringan sumberdaya air wilayah sungai lintas kabupaten/kota

Perlindungan terhadap sumber daya air dilakukan untuk

melindungi sungai dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Peningkatan pengawasan konservasi sungai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (dalam hal konservasi sungai) , keuangan dan kewenangannya.

- Dinas PU Kabupaten Kepahiang

- PDAM Tirta Alami

- Dinas Pertambangan dan Energi

8. Konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air

a. Inventarisasi industry yang melakukan pembuangan limbah cair ke sungai dan anaka-anak sungainya.

b. Meningkatkan upaya self monitoring industry pembuang limbah

c. Melakukan pemantauan independen dititik titik pemantauan tertentu

d. Memberikan punishment terhadap industry yang melakukan pelanggaran ambang baku mutu limbah cair yang dibuang ke badan air. e. Peningkatan pengawasan pengelolaan sungai dengan meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (dalam hal konservasi sungai dan pendayagunaan sda), keuangan dan kewenangannya

- Dinas PU Kabupaten Kepahiang

- PDAM Tirta Alami

- Dinas Pertambangan dan Energi

9. Optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah dengan sistem Control landfill

Penurunan kualitas lingkungan bisa diakibatkan dari

pembangunan TPA, oleh karena itu pembangunan TPA harus

- TPA diletakan jauh dari daerah yang merupakan daerah dengan potensi air tanah.

- Khusus yang ada di dalam areal CAT maka

(30)

No. KRP/Sektor ANALISIS ALTERNATIF REKOMENDASI INSTANSI PELAKSANA

di Desa Muara Langkap Kecamatan Bermani Ilir.

sesuai dengan kete-tuan UU No. 18 Tahun 2008.

perlu dilakukan lining yang sesuai dengan ketentuan sehingga ada jaminan tidak terjadi perembesan air lindi ke dalam tanah. - Menyediakan anggaran rutin yang cukup

memadai sehingga mampu mengoperasikan TPA dengan benar sesuai dengan ketentuan dan prosentase orang yang terlayani cukup besar

- Untuk penutupan harian perlu tanah urug di lokasi land fill. Oleh karena itu penetapan lokasi TPA memperhatikan ketersediaan tanah urug di sekitar lokasi

Gambar

Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.5
Tabel 4.6
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rachman (2015) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah,

Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untukmemudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering

Oleh karena itu, sanksi pidana denda bagi badan hukum yang melakukan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan harus dirubah dengan meningkatkan jumlahnya dan diatur

Perlu diperhatikan bahwa untuk menyusun RPP pengajar perlu menentukan batas lingkup materi sub pokok bahasan mana saja yang akan diajarkan setiap kali pertemuan dengan

Selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dan selaku Dosen Pembimbing I, yang telah berusaha meluangkan waktu dan memberi kesempatan

Yuni Apsari, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah memberikan dukungan selama proses perkuliahan hingga

fase TKF d sampai te temperatur menjadi TK dapat terben dan memili memiliki de pada β -TK terbentuk p dikenal lebi hidroksiapa kemampuan dibandingka Selain itu, k

Jika combo pilihan pada nama dikosongkan maka program akan mencari data alamat yang ada di data pemesan, faktur maupun korespondensi.. Namun jika combo pilihan diisi pemesan atau