B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-1
Bab IV
Analisis Sosial Ekonomi dan
Lingkungan
4.1.
Analisis Sosial
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastrukturbidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan ataupengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidangCipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidupbagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3. 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-2 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan
4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d)Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-3 kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a) Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. b) Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di
kabupaten/kota.
c) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d)Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
Berikut ini beberapa faktor penting dalam perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman yang berasal dari aspek sosial.
4.1.1
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), RuralInfrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
4.1.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-4 Tabel 4. 1 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan
Pembangunan Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bogor
No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Tahun
Pelaks.
1. Pengembangan Permukiman a Rehabilitasi Rumah Layak Huni
Pada Kawasan Perdesaan
Kab. Bogor 2016-2017
100 KK
b Pembangunan Rusunawa beserta Infrastrukturnya
c Penyediaan dan Peningkatan Infrastruktur Permukiman Perkotaan
d Penyediaan dan Peningkatan Infrastruktur RSH
3 Kawasan 2015-2017
1.200 Jiwa
f Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan
h. Penyediaan dan Peningkatan Cakupan Pelayanan Infrastruktur Permukiman Kawasan Rawan Bencana
Kab. Bogor 2016-2018
4.922.205 Jiwa
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
a. Peyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Kaw. Paburuan,
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-5
No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Tahun
Pelaks.
d. Penataan Lingkungan Kawasan Tegar Beriman
e. Peningkatan dan pemantapan kelembangaan bangunan dan gedung
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
f. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
g. Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP-PNPM)
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
3. Pengembangan Air Minum
a. Pengembangan Unit Air Baku Kec. Parung Panjang, Kec.
b. Pengembangan Unit Produksi dan Distribusi
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-6
No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Tahun
Pelaks. d. Penekanan Kehilangan Air Kec. Ciomas,
Dramaga, Sukaraja
2014-2018
553.011 Jiwa
e. Pemantapan Sistem Kec. Leuwiliang, Ciomas,
Cibinong
2014-2018
607.383 Jiwa
4. Pengembangan PLP
c. Penyusunan Perda Air Limbah & Pengolahan Lumpur Tinja
Kab. Bogor 2016 4.922.205 Jiwa
d. Penyusunan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
Kab. Bogor 2017 4.922.205 Jiwa
e. Infrastruktur Air Limbah MCK ++/ IPAL Komunal
f. Infrastruktur Air Limbah MCK ++/ IPAL Komunal
Kec. Jonggol 2014-2018
126.481 Jiwa
h. Pembangunan MCK umum Kec. Tenjo 2014-2018
68.133 Jiwa
i. IPAL Skala Kota Kab. Bogor 2016-2018
4.922.205 Jiwa
j. IPAL industri perumahan Tahu Kec. Dramaga, Kec. Gn. Sindur,
k. IPAL industri tapioka Kec. Babakan Madang, Kec. Sukaraja
2015-2018
284.885 Jiwa
l. Pembangunan IPLT Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
m. Operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarna air limbah
Kab. Bogor 2014-2018
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-7
No Sektor/Program/Kegiatan Lokasi Tahun
Pelaks.
n. Sosialisasi/Kampanye
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
o. Pelatihan bagi aparatur desa & tokoh/pemuka masyarakat terhadap penanganan dan pengolahan air limbah
Kab. Bogor 2015-2018
4.922.205 Jiwa
v. Implementasi 3R Kab. Bogor
2014-2018
4.922.205 Jiwa
w. Operasionalisasi Pengangkutan Sampah Skala Kawasan
Kab. Bogor 2015-2018
4.922.205 Jiwa
x. Operasional Pelayanan Kebersihan/Pengangkutan Sampah
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
y. Pembangunan TPS Terpilah Kab. Bogor 2015-2018
4.922.205 Jiwa
z. Pembangunan Stasiun Peralihan Antara/TPST
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
aa. Operasionalisasi Pengangkutan Sampah dari SPA ke TPPAS Nambo
Kab. Bogor 2016-2018
4.922.205 Jiwa
ab. Optimalisasi TPA Galuga Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
ac. Pembangunan dan Pengelolaan TPA Regional Nambo
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
ad. Penyusunan Perda/Peraturan Bupati/Surat Keputusan Bupati tentang Master Plan Drainase Kabupaten Bogor
Kab. Bogor 2018 4.922.205 Jiwa
ae. Pemeliharaan saluran drainase perkotaan / utama
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 Jiwa
af. Pemeliharaan saluran drainase pemukiman
Kab. Bogor 2014-2018
4.922.205 w a
4.2 Analisis Ekonomi
4.2.1
Kemiskinan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-8 menjadi fokus Pemerintah tentunya adalah menurunkan angka kemiskinan yang ada saat ini. Diantaranya dengan memfokuskan pembangunan pada wilayah kumuh atau terkategori miskin.
Laju pertumbuhan penduduk miskin di Kabupaten bogor mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Adapun laju pertumbuhan penduduk miskin digambarkan sepeti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Pertumbuhan Penduduk Miskin di Kabupaten Bogor
Sumber : Kabupaten Bogor dalam Angka, 2015; Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014
Berdasarkan grafik tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi pada tahun 2006, dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 536.400 jiwa, penurunan kemiskinan mencapai titik terendahnya pada tahun 2013, dengan jumlah penduduk miskin mencapai 419.165 jiwa. Secara umum telah terjadi penurunan kemiskinan dari tahun ke tahunnya.
Secara rinci, persebaran penduduk miskin di Kabupaten Bogor ditunjukan seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Persebaran Kemiskinan di Kabupaten Bogor Tahun 2013
No Kecamatan Jumlah KK
Jumlah Rumah Tangga Miskin
Prosentase
KK Miskin Persebaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggung 22.376 7.430 33,21% 2,48%
2 Leuwiliang 29.509 12.085 40,95% 4,03%
3 Leuwisadeng 18.192 7.290 40,07% 2,43%
4 Pamijahan 34.444 13.375 38,83% 4,46%
5 Cibungbulan 32.722 9.585 29,29% 3,20%
6 Ciampea 38.194 9.955 26,06% 3,32%
7 Tenjolaya 14.664 6.415 43,75% 2,14%
8 Dramaga 27.659 8.832 31,93% 2,95%
9 Ciomas 40.054 8.925 22,28% 2,98%
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk Miskin 536.400 519.500 491.400 446.040 477.100 470.500 447.290 419.165 485.900 400.000
420.000 440.000 460.000 480.000 500.000 520.000 540.000 560.000
Ji
w
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-9 No Kecamatan Jumlah
KK
Jumlah Rumah Tangga Miskin
Prosentase
KK Miskin Persebaran
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
10 Tamansari 25.664 4.500 17,53% 1,50%
11 Cijeruk 19.794 9.715 49,08% 3,24%
12 Cigombong 22.257 8.660 38,91% 2,89%
13 Caringin 28.535 12.460 43,67% 4,16%
14 Ciawi 12.868 1.115 8,66% 0,37%
15 Cisarua 29.148 5.625 19,30% 1,88%
16 Megamendung 24.337 4.295 17,65% 1,43%
17 Sukaraja 46.473 7.245 15,59% 2,42%
18 Babakan Madang 26.848 4.120 15,35% 1,37%
19 Sukamakmur 20.771 9.950 47,90% 3,32%
20 Cariu 15.662 4.055 25,89% 1,35%
21 Tanjungsari 15.987 4.445 27,80% 1,48%
22 Jonggol 35.974 12.385 34,43% 4,13%
23 Cileungsi 72.627 3.698 5,09% 1,23%
24 Kalapa Nunggal 27.843 4.282 15,38% 1,43%
25 Gunung Putri 95.559 31.010 32,45% 10,35%
26 Citeureup 57.190 4.084 7,14% 1,36%
27 Cibinong 93.529 3.192 3,41% 1,07%
28 Bojong Gede 61.542 3.314 5,38% 1,11%
29 Tajur Halang 26.459 4.098 15,49% 1,37%
30 Kemang 24.525 4.629 18,87% 1,54%
31 Ranca Bungur 12.734 5.458 42,86% 1,82%
32 Parung 28.165 3.738 13,27% 1,25%
33 Ciseeng 24.641 7.402 30,04% 2,47%
34 Gunung Sindur 26.720 3.520 13,17% 1,17%
35 Rumpin 30.776 6.423 20,87% 2,14%
36 Cigudeg 27.248 12.137 44,54% 4,05%
37 Sukajaya 13.985 5.517 39,45% 1,84%
38 Jasinga 21.584 12.206 56,55% 4,07%
39 Tenjo 15.756 7.083 44,95% 2,36%
40 Parung Panjang 26.901 5.427 20,17% 1,81%
TOTAL 1.269.916 299.680 23,60% 100,00% Sumber : Kabupaten Bogor dalam Angka, 2015
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-11 Tabel 4. 3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk di Kabupaten Bogor
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan REL KA Pabuaran, Kawasan prioritas di kec. Cibinong yaitu 11.730 Jiwa atau sekitar 2.346 KK Miskin.
a. Kawasan Tegar Beriman di Kelurahan Pakansari dan Tengah Kecamatan Cibinong Kondisi Sosial dan ekonomi :
Secara umum pada kawasan prioritas digolongkan dalam ekonomi menengah ke bawah, Mata pencaharian mayoritas warga sebagai buruh/karyawan di sektor industri, konstruksi, perdagangan dan dll.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Sistem drainase lingkungan belum terkoneksi dengan baik dengan system drainase primer dan umumnya masih merupakan jaringan drainase terbuka.
Kondisi jalan lingkungan pada kawasan ini telah di perkeras dengan perkerasan beton dan kondisinya sebagian besar cukup baik.
Sistem persampahan di kawasan ini sebagian besar telah di kelola
Permasalahan yang muncul di Kawasan Permukiman Kawasan Tegar Beriman Kecamatan Cibinong yaitu: Keterpaduan system infrastruktur wilayah dengan system infrastruktur
permukiman, masih banyak ijin lokasi perumahan yang belum di bangun sehingga menimbulkan
kekumuhan,
perumahan swadaya dengan kondisi buruk atau tidak layak, antisifasi
perkembangan sector informal yang belum berjalan dengan tertib
1. Peningkatan layanan infrastruktur pada kantong-kantong permukiman yang minim pelayanan infrastrukturnya.
2. Pengendalian pemanfaatan lahan di sempadan sungai dan sempadan setu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung kebutuhan air bersih masyarakat Cibinong. 3. Penataan permukiman pada
koridor jalan raya Bogor terutama pada permukiman di belakang zona industry. 4. Peningkatan kerjasama
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-12 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
dengan baik oleh warga dan di buang di tempat sampah skala lingkungan atau TPS yang kemudian di angkut oleh truck sampah ke TPA.
Pemenuhan kebutuhan air pada kawasan ini sebagian besar menggunakan sumber air tanah dengan kualitas yang cukup baik dan ditunjang dengan adanya setu-setu di sekitar kawasan sebagai sumber air bersih yang dapat di manfaatkan.
Kondisi hunian secara umum : Jumlah rumah kumuh di kawasan prioritas 12.264 unit dengan komposisi 30% rumah formal dan 70% rumah swadaya.
dan teratur. 5. Implementasi RDTR Kota
Cibinong melalui perencanaan teknis (DED) pada beberapa komponen dan lokasi pembangunan. 6. Antisipasi demand
kebutuhan hunian yang akan semakin tinggi dengan mendorong pembangunan perumahan formal pada lokasi yang sesuai dengan tata ruang.
b. Kawasan di Sekitar Rel Kereta Api Pabuaran Kecamatan Cibinong Kedudukan Kawasan :
Kawasan permukiman di sekitar sempadan rel kereta api pabuaran merupakan kawasan permukiman yang letaknya berdekatan dengan
Permasalahan yang muncul di Kawasan Permukiman di Sekitar Rel Kereta Api Pabuaran Kecamatan Cibinong yaitu:
1. Perbaikan rumah tidak layak huni.
2. Penataan tata bangunan. 3. Perbaikan jalan lingkungan. 4. Penataan pengelolaan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-13 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ibukota Kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kota Depok. Kondisi Infrastruktur
Lingkungan :
Pada umumnya dukungan infrastruktur pada kawasan ini mengalami ketertinggalan, dengan kondisi permukiman yang berada di dataran yang relative lebih rendah dari sekitarnya menjadikan daerah tersebut menjadi daerah pengaliran beberapa saluran drainase permukiman, dan juga terdapat saluran drainase yang melintasi rel kereta api, serta saluran drainase yang mengalami penyempitan sehingga menimbulkan genangan pada saat musim hujan.
Akses jalan menuju Pabuaran dapat di jangkau melalui jalan Pabuaran yang selanjutnya infrastruktur jalan menujun kawasan berupa jalan tanah, sebagian sudah di semenisasi dengan panjang 520 M
Munculnya kawasan permukiman kumuh hal ini di karenakan kebutuhan akan hunian strategis di pusat kota tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan untuk masyarakat MBR, Aksebilitas kawasan sangat rendah hal ini di karenakan tidak adanya dukungan infrastruktur jalan yang memadai sehingga terjadi penyempitan baik untuk askes masuk dank keluar kawasan ini
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-14 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
yang apabila musim hujan menimbulkan genangan sehingga tidak bias di lalui.
Sarana pengumpulan sampah di kawasan ini belum berfungsi efektif terdapat tumpukan sampah di beberapa lokasi sehingga pada musim hujan banjir sampah terhanyut ke kawasan permukiman.
Pemenuhan kebutuhan air pada kawasan ini sebagian besar menggunakan sumber air tanah dangkal (sumur pompa atau gali) dengan kualitas rata-rata cukup baik, walaupun kondisi sumur pada beberapa MCK sanitasinya buruk sehingga mencemari air, pada lokasi MCK ini tidak memiliki pembuang dan dinding pelindung yang memadai.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-15 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
dibangun sendiri olh masyarakat. Beberapa bangunan sudah bersifat permanen (kontruksi dinding bata) tetapi masih banyak kondisi rumah yang belum permanen.
c. Kawasan Permukiman di Belakang BIGS dan LIPI Kecamatan Cibinong Kedudukan Kawasan :
Kawasan ini merupakan posisi strategis karena berada di jalur utama masuk ke ibukota Kab. Bogor.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Di karenakan keterisolasian kawasan sehingga pelayanan infrastruktur/ prasarana dasar permukiman tidak bisa melayani kawasan ini. Kondisi drainase jalan yang belum di bangun menyebabkan air limpasan hujan masuk kejalan, sampah yang dihasilkan di kawasan permukiman ini sebagian besar di buang ke sungai/saluran irigasi atau di bakar.
Permasalahan yang muncul di Kawasan Permukiman di Belakang BIGS dan LIPI Kel. Cibinong Kecamatan Cibinong yaitu: Citra Kota Yang Buruk, Kawasan Permukiman Kumuh dikarenakan
lingkungan
permukiman yang tidak terawat
mengakibatkan
kawasan ini menjadi padat dan tidak teratur, Aksebilitas Kawasan Yang Rendah sehingga perlu di adakan
1. Peningkatan akses keluar dan masuk kawasan permukiman.
2. Penataan tata letak bangunan.
3. Perbaikan jalan lingkungan. 4. Perbaikan saluran drainase. 5. Pengelolaan system
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-16 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Air limbah rumah tangga/ limbah domestic sebagai besar di buang ke saluran atau lahan terbuka tanpa pengelolaan yang memenuhi syarat kesehatan lingkungan sehingga berpotensi mencemari air tanah dan sumur.
System drainase pada kawasan permukiman belum terbangun sebagaimana mestinya. Walaupun kawasan tersebut tidak mengalami banjir namun pada saat musim hujan terdapat genangan dibeberapa ruas jalan.
Kondisi hunian secara umum : Kepadatan bangunan di kawasan ini sangat tinggi, kualitas bangunan pada kawasan ini sebagian besar sudah cukup baik hanya ada bebrapa rumah yang masih menggunakan dinding bukan dari tembok dan berlantai tanah.
Penataan dan perbaikan lingkungan permukiman di kawasan ini.
d. Kawasan Permukiman di Gerbang Ibukota Kabupaten Bogor – Naggewer Kecamatan Cibinong Kedudukan Kawasan : Permasalahan yang
muncul di Kawasan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-17 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan perkotaan Cibinong, kawasan ini
merupakan kawasan
pengembangan baru yang diarahkan menjadi gerbang masuk Ibukota Kabupaten Bogor.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Pada saat ini akses jalan menuju kawasan sangat bergantung pada koridor jalan arteri primer. Sebagian besar jalan lingkungan pada kawasan ini telah di perkeras dengan perkerasan beton dengan kondisi yang cukup baik. Hanya beberapa lokasi jalan lingkungan yang masih berupa jalan tanah. System drainase pada kawasan ini umunya berupa jaringan terbuka dan system pembuangan bercampur dengan limbah domestic rumah tangga.
System persampahan pada kawasan ini pada umumnya telah dikelola dengan baik oleh warga
Permukiman di kawasan Gerbang Ibukota Kabupaten Bogor – Naggewer Kecamatan Cibinong yaitu: Keterpaduan system infrastruktur wilayah dengan infrastruktur
permukiman , Perumahan swadaya dengan kondisi yang buruk, Kondisi Sub Urban Masyarakat local.
dilengkapi juga dengan perencanaan detail pada koridor jalan tersebut untuk mengantisipasi
perkembangan dimasa mendatang.
2. Peningkatan layanan infrastruktur pada kantong-kantong permukiman yang minim pelayanan infrastruktunya.
3. Perbaikan rumah tidak layak huni pada lokasi-lokasi perumahan swadaya yang banyak ditemui rumah tidak layak huni.
4. Penataan permukiman pada koridor jalan raya Bogor terutama pada permukiman di belakang zona industri. 5. Pemberdayaan dan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-18 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
dan dibuang pada tempat sampah skala lingkungan atau TPS yang kemudian diangkut oleh truck pengangkut sampah ke TPA. Pemenuhan kebutuhan air bersih pada kawasan ini umumnya menggunakan sumber air tanah dengan kualitas yang cukup baik, yang ditunjang pula dengan keberadaan setu-setu di sekitar kawasan. Selain itu sambungan PDAM pada kawasan ini sudah cukup banyak melayani masyarakat.
Kondisi hunian secara umum : Lingkungan perumahan pada permukiman di kawasan ini memiliki keaneka ragaman antara perumahan swadaya denga peruamah formal yang dikembangkan oleh developer. Pada tahun 2011 jumlah rumah formal tercatat sebanyak 5.706 unit, dan jumlah rumah swadaya 893 unit.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-19 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan Sekitar Industri di Puspanegara, dan Kawasan
Permukiman Sekitar Industri di Citeureup.
a. Kawasan Permukiman Sekitar Industri di Puspanegara Kecamatan Citeureup Kondisi Sosial dan ekonomi :
Secara umum pada kawasan prioritas digolongkan dalam ekonomi menengah ke bawah, sebagian besar bekerja di sektor industri dan perdagangan.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Kawasan puspanegara merupakan kawasan pusat kota dengan fungsi sebagai Ibukota Kecamatan Citeureup.
Jalan akses masuk ke lingkungan perumahan pada umumnya berupa gang dengan lebar 3 M, kondisi jalan lingkungan pada kawasan permukiman puspanegara pada umumnya cukup baik dengan permukaan perkerasan beton atau paving block.
System drainase pada kawasan ini di banyak lokasi masih berupa saluran alami/tanah dan kualitas air buangan yang buruk karena
Permasalahan – permasalahan yang muncul pada kawasan ini antara lain : Citra Kota Yang Buru (di karenakan
perkembangan sektor indsutri yang pesat menjadikan kawasan perkotaan Citeureup menjadi padat dan tidak teratur), Identitas Kawasan Yang Kurang Menonjol, Pemenuhan Kebutuhan Hunian bagi Buruh Pabrik dan MBR.
1. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan.
2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau.
3. Penataan Koridor Pusat Kota melalui penyediaan street furniture, pedestrian yang memadai, serta ruang-ruang public. 4. Revitalisasi kawasan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-20 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
tercampur oleh Buangan limbah domestic rumah tangga serta pada beberapa lokasi saluran drainase ada yang tercampur dengan sampah yang berpotensi menghambat saluran sehingga dapat mengakibatkan genangan dijalan.
System persampahan pada kawasan ini telah dikelola dengan baik dan sarana pengempul sampah berfungsi efektif.
Pemenuhan kebutuhan air bersih pada kawasan ini sebagian telah terlayani oleh PDAM dan untuk masyarakat yang jauh dari koridor jalan arteri atau kolektor menggunakan sumber air tanah sebagai sumber air bersih.
Kondisi Hunian Permukiman Secara Umum :
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-21 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
tinggi. Rumah di koridor jalan arteri bercampur dengan bangunan dengan guna lahan perdagangan dan jasa
b. Kawasan Permukiman Sekitar Industri Citeureup – Gunung Putri Kecamatan Citeureup Kedudukan Kawasan
Kawasan permukiman sekitar industry Citeureup merupakan permukiman yang letaknya berdekatan dengan pabrik semen. Kawasan ini termasuk dalam kawasan strtegis industri yang berada pada ruas jalan arteri yang dekat dengan pintu tol citeureup, selain itu akan diaktifkan juga jaringan rel kereta api penumpang yang menuju Nambo. Kawasan ini masuk dalam Desa Citeureup sebagian dan Desa Gunung Putri sebagian.
Kondisi Sosial dan ekonomi : Secara umum pada kawasan prioritas digolongkan dalam ekonomi menengah ke bawah,
Permasalahan – permasalahan yang muncul pada kawasan ini antara lain : Citra Kota Yang Buruk (di karenakan
perkembangan sektor indsutri yang pesat menjadikan kawasan ini padat dan tidak teratur), Kawasan Permukiman Kumuh (mulculnya kantong-kantong kumuh akibat kualitas dan tingkat pelayanan
infrastruktur yang kurang memadai), Pemenuhan Kebutuhan Rumah Bagi Para Buruh
1. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan.
2. Perbaikan Bangunan Rumah Tinggal.
3. Penataan Tata Letak Bangunan.
4. Perbaikan Saluran Drainase.
5. Penataan Sistem Persampahan.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-22 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor industri dan perdagangan serta pertanian. Kondisi Infrastruktur
Lingkungan :
Kondisi permukiman pada kawasan ini memiliki kompleksitas permasalahan keciptakaryaan yang cukup tinggi. kawasan ini meruapakan daerah rawan banjir dikarenakan drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Umumnya pada drainase kawasan ini merupakan saluran drainase alami sedangkan pada saluran drainase yang permanen tercampur dengan limbah rumah tangga sehingga berpotensi untuk menimbulkan genangnan.
System persampahan pada kawasan ini belum di kelola dengan baik, dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi menyebabkan timbunan sampah rumah tangga yang sangat besar. Tempat
(dengan
berkembangnya sektor industri
mengakibatkan
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-23 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
pembuangan sampah yang di bangun mengalami kendala dalam pengangkutan karena akses jalan yang sempit, masyarakat lebih banyak membakar sampah akibat tidak terangkut oleh truck sampah. Kebutuhan MCK pada kawasan ini di bagi dalam 2 tipe, pertama masyarakat yang tinggal di perumahan yang letaknya tidak terlalu jauh dari pusat industri, umumnya mereka telah memiliki MCK sendiri dan letak bangunan lebih tertata. Sedangkan mereka yang tinggal dekat dengan industri pemenuhan MCK lebih banyak di penuhi oleh keberadaan WC umum. Pada umumnya WC umum pada kawasan ini kurang terpelihara karena kemampuan yang minim dari masyarakat untuk memelihara MCK.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-24 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
dengan kualitas air yang cukup baik.
Kondisi jalan lingkungan pada kawasan ini banyak yang belum memenuhi standar. Pada beberapa lokasi kondisi jalan masih berupa jalan tanah dengan lebar jalan yang cukup sempit. Namun kondisi jalan di lingkungan perumahan pada kawasan ini umunya telah di perkeras melalui program CSR dari perusahaan yang di lengkapi pula dengan saluran drainase pada sisi jalan.
Kondisi Hunian Permukiman Secara Umum :
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-25 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan kawasan kepadatan bangunan rendah dengan kualitas bangunan yang cukup baik.
3. Kawasan
Permukiman Sekitar Rel KA dan Sempadan Sungai di Bojong Gede dan
Kedungwaringin. Desa Bojong Gede Desa
Kedungwaringin. Kec. Bojong Gede dan Kedung
Kedudukan Kawasan :
Kawasan Bojonggede-Kedungwaringin meruapakan kawasan yang berbatasan langsung dengan Cibinong sebagai Ibukota Kabupaten. Di hubungkan dengan jalan kolektor primer jalan Raya Tegar Beriman menuju jalan arteri sekunder Bojong Gede. Kawasan ini termasuk pusat sekunder yang memiliki peran cukup strategis untuk membagi beban pusat primer.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Permukiman formal yang berada di belakang koridor jalan utama terkoneksi oleh gang-gang sempit berukuran 1-2 m, umumnya berupa
Permasalahan yang muncul pada kawasan sempadan rel dan sungai Bojong Gede-Kedungwaringin adalah :
1. Masih minimnya pelayanan
infrastruktur. (walaupun dekat dengan sungai irigasi namun seringkali kesulitan untuk mendapatkan air)
2. Debit sungai yang tinggi saat musim hujan.
- Kebutuhan penanganan pada kawasan ini adalah :
1. Penataan tata letak bangunan.
2. Sterilisasi kawasan yang terlalu berdekatan dengan rel dan sungai.
3. Perbaikan system air bersih.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-26 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
perkerasan beton atau paving block.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-27 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan sangat di pengaruhi oleh aktifitas sekitar stasiun. Secara umum kondisi bangunan cukup baik, sedangkan perumahan yang berada di belakang koridor jalan utama juga menghadap ke sungai dengan jarak hampir 2 m dari sungaikapadatan bangunan pada kawasan ini cukup tinggi, hal ini
Kedudukan Kawasan :
Kawasan permukiman ini terletak di sebelah timur kampus IPB. Kawasan inin berkembang tidak dapat dilepaskan pemenuhan kebutuhan hunian bagi para mahasiswa IPB, sehingga pada kawasan ini cukup banyak ditemui rumah kost, asrama, rumah sewaan atau pondokan.
Permasalahan yang muncul pada kawasan permukiman sekitar kampus Babakan-2. Sistem transportasi
dan jalur pergerakan
- Kebutuhan penanganan pada kawasan ini adalah :
1. Evaluasi dan review RTBL Kawasan Babakan-Dramaga.
2. Penataan koridor jalan Babakan Raya.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-28 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Akses masuk menuju kawasan ini melalui jalan raya dramaga belok kiri menuju jalan babakan raya.
Kondisi Infrastruktur Lingkungan :
Kondisi infrastruktur permukiman sejauh ini berada pada kondisi yang cukup baik. Jalan lingkungan umumnya beruapa jalan aspal yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat dengan lebar 5m dan dilengkapi dengan drainase di samping kiri dan kanan jalan. Sedangkan gang-gang di kawasan ini di perkeras dengan perkerasan semen atau paving block dan kondisinya cukup baik.
Setiap rumah pada kawasan ini telah memiliki jamban masing-masing. Dalam pelayanan air bersih penduduk di kawasan ini telah terlayani oleh PDAM dengan kualitas air yang cukup baik.
yang kurang memadai.
3. Kepadatan
bangunan dan muka bangunan yang kurang teratur. 4. Perkembangan
sektor informal yang tidak terkendali.
lalu lintas, penyediaan ruang parkir.
4. Penguatan kelembagaan komunitas local dalam pengelolaan dan penataan kawasan.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-29 No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk Penanganan yang Sudah
Dilakukan
Kebutuhan Penanganan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demikian pula dengan system persampahan pada kawasan ini telah dikelola dengan baik. Kondisi hunian secara umum :
Kawasan permukiman di sekitar kampus IPB ini merupakan permukiman dengan kepadatan yang sangat tinggi. Fungsi hunian kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi para mahasiswa.
Kondisi bangunan pada kawasan ini umumnya memiliki kualitas cukup baik, hal tersebut karena para pemilik bangunan mempertimbangan tuntutan pasar yang menginginkan keamanan dan kenyamanan dalam bermukim. Beberapa bangunan permanen dengan jumlah lebih dari satu lantai banyak dijumpai di sini.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-30
4.2.2
Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat
Korelasi antara pembangunan bidang Cipta Karya di antaranya yaitu mendukung terhadap dunia industri dalam hal prasarana air bersih, layanan sanitasi (limbah, sampah, dan drainase), tata ruang dan kawasan, serta aspek lingkungan. Meskipun pengaruhnya tidak secara langsung, dengan memperhatikan Tabel 4.4, ditunjukkan bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah industri di Kabupaten Bogor, dengan demikian maka menggambarkan adanya korelasi sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.
Tabel 4.4 Trend Perkembangan Industri di Kabupaten Bogor Industri 2010 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
Logam 175 183 188 192
Mesin 70 73 77 80
Alat Angkut 49 51 54 54
Elektronika 9 13 15 15
Tekstil dan Produk Tekstil
365 371 377 400
Industri Aneka 18 18 21 22
Kulit 154 157 160 161
Kimia dan Bahan Kimia 69 78 88 93
Plastik 21 29 30 32
Karet 5 6 6 6
Kertas 93 98 99 101
Bahan Bangunan 48 50 50 50
Agro 332 361 380 392
Hasil hutan 191 194 197 202
Jumlah 1599 1682 1742 1800 Sumber : Kabupaten Bogor dalam Angka, 2015
4.3
Analisis Lingkungan
Faktor lainnya yang perlu diperhitungkan dalam keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan Bidang Cipta Karya adalah faktor lingkungan. Penapisan terhadap usulan kegiatan dalam RPIJM Kabupaten Bogor terkait analisis lingkungan di antaranya meliputi faktor :
1) Perubahan iklim;
2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan;
4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam; 5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau;
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-31 Tabel 4.5 Kriteria Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang Cipta Karya
di Kabupaten Bogor
No Kreteria
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan
(Signifikan/Tidak Signifikan)
(1) (2) (3) (4)
1. Perubahan Iklim - Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/kepunahan keanekaragaman hayati
Penataan Sempadan Sungai, Penataan Kawasan SITU, Rehabilitasi dan Pembangunan
RUSUNAWA akan
menyebabkan terjadinya penebangan pohon penghijauan di beberapa bagian.
Pengaruh yang ditimbulkan Tidak signifikan.
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
- Tidak terdapat kegiatan yang dapat mempengaruhi Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan. 4. Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber daya alam
- Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan.
Pembangunan dan
Peningkatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) serta infrastruktur pendukungnya dan Pembangunan IPAL Komunal dan IPLT akan merubah beberapa bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sabuk hijau.
Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak signifikan.
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
- Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat.
7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
- Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-32 perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.
AMDAL, UKL-UPL, dan SPPLH
Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap lingkungan, mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan selanjutnya diikuti oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Mengacu pada kriteria rencana program dan kegiatan yang tertuang dalam RPIJM Kabupaten Bogor maka secara mendasar kajian lingkungan yang dibutuhkan berupa penyusunan dokumen dan kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) serta Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, maka pengelompokan atau kategori program bidang Cipta Karya di Kabupaten Bogor yang memerlukan dokumen kajian dan perlindungan lingkungan adalah seperti pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6Kebutuhan Analisis Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya di Kabupaten Bogor
No Kompenen Kegiatan Lokasi
Perlindungan Lingkungan
AMDAL
UKL-UPL SPPLH
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengembangan Permukiman a) Pembangunan Rusunawa
beserta Infrastrukturnya
Cibinong, Cileungsi, Bojong Gede
- √ -
b) Pembangunan Infrastruktur RSH
Kabupaten Bogor - - √
c) Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Pusat Kota
Cibinong Raya - √ -
d) Peremajaan Permukiman Kumuh Kawasan Industri
Kawasan Industri - √ -
e) Pembangunan Infrastruktur Permukiman Perdesaan
Kec. Klapanunggal, Kec. Ciseeng, Kec. Gn. Sindur, Kec. Kemang, Kec. Parung
- - √
f) Penataan Permukiman di Sempadan Sungai Ciliwung dan Cisadade
Kabupaten Bogor - - √
g) Pembangunan Jalan Inspeksi di Sepanjang Rel KA
Kabupaten Bogor - - √
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
a) Penyediaan RTH Kaw. Paburuan, Kaw. Bojong Gede, Kaw. Citeureup-Gunung Putri
- - √
b) Penataan Lingkungan Kawasan Tegar Beriman
Kawasan Tegar Beriman - √
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-33 No Kompenen Kegiatan Lokasi
Perlindungan Lingkungan
AMDAL
UKL-UPL SPPLH
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
a) Pembangunan MCK ++ Tersebar di 53 desa di Kabupaten Bogor
- - √
b) Pembangunan IPAL Komunal/Sanimas
Tersebar di 11 desa di Kabupaten Bogor
- √
c) Pembangunan MCK Umum Tersebar di 28 desa di Kabupaten Bogor
- - √
d) Pembangunan IPAL Skala Kota
3 wilayah di Kabupaten Bogor
- √ -
e) Pembangunan IPAL Industri Tahu
Kec. Dramaga, Kec. Gn. Sindur, Kec. Megamendung
- √ -
f) Pembangunan IPAL Industri Tapioka
Kec. Babakan Madang, Kec. Sukaraja
- √ -
g) Pembangunan IPLT Kabupaten Bogor √ - -
h) Implementasi 3R Tersebar di 10 desa di Kabupaten Bogor
- √ -
i) Pembangunan TPS Terpilah Kabupaten Bogor - √ - j) Pembangunan Stasiun
Peralihan Antara/TPST
Wil. Barat, Tengah, dan Timur Kabupaten Bogor
√ - -
k) Pembangunan TPA Regional Nambo
Kabupaten Bogor √ - -
4. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
a) Pengambilan Air Baku Kec Parung Panjang - √ -
Kec Leuwiliang - √ -
Kec Rumpin dan Gunung Sindir
Kec. Cigombong, Caringin dan Ciawi
- - √
Kec. Gunung Putri, Cileungsi dan Jonggol
- √ -
Kec. Cairu - - √
b) Pembangunan Jaringan Transmisi
Kec Parung Panjang - √ -
Kec Rumpin dan Gunung Sindir
- - √
Kec. Ciomas dan Dramaga - - √
Kec. Kedung Halang - - √
Kec. Tajur Halang - - √
Kec. Cigombong, Caringin dan Ciawi
- - √
Kec. Cairu - - √
c) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air
Kec. Leuwiliang - - √
Kec. Lumpia dan Gunung Sindur
- - √
Kec. Ciomas dan Dramaga - - √
Kec. Kedung Halang - √ -
B a b I V A n a l i s i s S o s i a l , E k o n o m i d a n L i n g k u n g a n | IV-34 No Kompenen Kegiatan Lokasi
Perlindungan Lingkungan
AMDAL
UKL-UPL SPPLH
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kec. Tajur Halang - - √
Kec. Cigombong, Caringin dan Ciawi
- - √
Kec. Gunung Putri, Cileungsi dan Jonggol
- - √
Kec. Cairu - - √
d) Pembangunan Jaringan Distribusi
Kec. Leuwiliang, Rumpin dan Gunung Sindur, Kedung Halang, Cibinong dan Sukaraja, Bojong Gede, Tajur Halang, Gunung Putri, Cileungsi, Jonggol, Cairu
- - √
Berdasarkan uraian detail tersebut di atas mengenai analisis sosial, ekonomi dan lingkungan terhadap pembangunan infrastruktur bidang cipta karya di Kabupaten Bogor, maka berikut ini resume dari penjelasan tersebut.
Tabel 4.7 Resume Identifikasi Aspek Sosial, ekonomi, dan lingkungan
No. Pengelompokan Isu-Isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat
(1) (2) (3)
4.1 Sosial
1. Pengarusutamaan gender Terdapat sejumlah kegiatan yang memerlukan peran aktif dari perempuan diantaranya PAMSIMAS, SANIMAS, PNPM, PPIP
4.2 Ekonomi
1. Kemiskinan Trend kemiskinan yang menurun dari
tahun ke tahunnya menggambarkan pembangunan di Kabupaten Bogor telah berorientasi dalam menurunkan angka kemiskinan
2. Perkembangan ekonomi lokal dari pembangunan infrastruktur permukiman
4.3 Lingkungan
1. Perubahan iklim Tidak terdapat kegiatan yang
berpengaruh/berdampak secara signifikan terhadap lingkungan. Meskipun demikian kegiatan kegiatan yang termasuk dalam usulan program perlu memperhatikan izin lingkungan sesusia dengan Permen LH No. 5 Tahun 2012 2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau