A. Kajian Teori
1. Model Problem-Based Learning (PBL)
a. Pengertian
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) model
Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang
menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa
ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Menurut Sanjaya (2006)
model Problem-Based Learning (PBL) adalah rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah.Menurut Arends (Trianto, 2007) Problem
Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran dimana siswa
dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka
untuk dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
ketrampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan dirinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model
Problem-Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah autentik yang
dihadapi dengan menggunakan berbagai macam kecerdasan untuk
yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
Menurut Arends (Warsono dan Hariyanto, 2013),
langkah-langkah dalam Problem-Based Learning (PBL) adalah :
Tabel 2.1 SintaksProblem-Based Learning(PBL) Fase Langkah-langkah Perilaku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan
Memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
2 Mengorganisasikan siswa Membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
4 Mangembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman
5 Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
meminta kelompok presentasi
b. Keunggulan dan kelemahan model Problem-Based Learning (PBL)
menurut Warsono dan Hariyanto (2013) adalah sebagai berikut :
Keunggulan :
(1). Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan
merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya
terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi
masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world).
(2). Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan
teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan
teman-teman sekelasnya.
(3). Makin mengakrabkan guru dengan siswa.
(4). Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa
melalui eksperimen, hal ini juga akan membiasakan siswa dalam
menerapkan metode eksperimen.
Kelemahan :
(1). Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada
pemecahan masalah.
(2). Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
(3). Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau
guru.
2. Teknik Probing
Probing menurut bahasa adalah penyelidikan (Echol dan Shadily,
1996). Namun menurut Wijaya (1999) probing adalah suatu teknik
membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada
dirinya agar dapat membangun sendiri menjadi pengetahuan
baru.Sedangkan menurut Wijaya (1992) Aktivitas secara fisik yang
diharapkan terjadi dengan teknik probing adalah sebagai berikut : siswa
melakukan observasi (mengamati, mengukur, mencatat data), menjawab
pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan, sedangkan
aktivitas berpikirnya adalah asimilasi, akomodasi dan pembentukan
pengetahuan baru (Puspitasari, 2009). Pertanyaan yang digunakan untuk
membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik
probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses
berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi (Murtini, 2008).
Menurut Murtini (2008) pembelajaran dengan
teknik probing memuat langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan
gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan
teka-teki.
b. Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan
agar siswa melakukan pengamatan.
c. Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin
dicapai siswa.
d. Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberikan
kesempatan siswa merumuskan jawabannya.
e. Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah
f. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan
dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat
dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas
jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan
pertanyaan susulanyang berhubungan dengan respon pertama, dimulai
dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju
pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat
menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.
g. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya
diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan probing.
h. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan
bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.
Dengan teknik probing siswa dituntun oleh guru untuk memahami
gejala baru dalam pembelajaran matematika yang bermula dari
pengetahuan siswa itu sendiri. Teknik probing diawali dengan
menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki atau
benda-benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami
pertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga
memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan asimilasi, disinilah
probing (pembimbingan menggunakan satu seri pertanyaan) mulai
Uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran matematika dengan
teknik probing adalah suatu pembelajaran dimana guru tidak menjelaskan
konsep secara langsung kepada siswa namun penjelasan tersebut diganti
dengan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan dari konsep-konsep
terdahulu, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimulai dari pertanyaan
sederhana menuju ke pertanyaan yang kompleks yang bertujuan untuk
menuntun siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sehingga siswa
secara tidak sadar sudah membangun kemampuan pemecahan masalah dari
dirinya sendiri.
3. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing a. Pengertian
Berdasarkan uraian PBL dan teknik probing yang telah dibahas
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model Problem-Based Learning
(PBL) dengan teknik probing adalah pembelajaran yang memanfaatkan
pengetahuan yang telah siswa ketahui untuk membangun pengetahuan
baru, pengetahuan tersebut digunakan untuk memecahkan masalah
matematika sehingga permasalahan yang diberikan guru atau dihadapi
siswa dapat diselesaikan oleh pengetahuan siswa sendiri.
Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing
membuat siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar
baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau
masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran.
paham terhadap materi atau konsep yang dipelajari, sehingga jika siswa
menemui permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sudah
dipelajari, siswa dapat menentukan dan merencanakan proses
pemecahan dari permasalahn tersebut.
b. Langkah-langkah model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik
probing adalah:
1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang
dibutuhkan. Pada langkah ini dipadukan dengan langkah teknik
probing yaitu menghadapkan siswa pada situasi baru misalnya,
dengan memunculkan permasalahan yang menimbulkan teka-teki.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah
yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Siswa diberi
waktu beberapa saat untuk melakukan pengamatan, kemudian
mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin
dicapai siswa. Siswa diberi waktu beberapa saat untuk memberikan
kesempatan siswa merumuskan jawaban. Setalah ditemukan
jawaban, salah satu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang
telah diajukan. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan
dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua
siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta
memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak
respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat
obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang
menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator
ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan tadi. Pertanyaan yang diajukan
sebelumnya sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain
agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing. Setelah itu guru
mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih
menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang
sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan,
video, atau model.
5. Menganialisis dan mengevaluasi masalah. Guru membantu siswa
untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dilakukan.
Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing
secara garis besar dapat dijelaskan langkah-langkanya melalui tabel
sintak Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing
Tabel 2.2 Sintak model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing
No Kegiatan guru Kegiatan siswa
1. Pendahuluan :
a) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran
b)Guru menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
a) Siswa memperhatikan
penjelasan guru.
b)Siswa mempersiapkan
kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
2. Kegiatan inti :
Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah
a) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
b)Guru menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
c) Guru menghadapkan siswa pada
situasi baru.
d)Guru memberi waktu beberapa saat agar siswa melakukan pengamatan.
Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar
a) Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
b)Guru menjelaskan materi dan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
c) Guru mengajukan pertanyaan
sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.
d)Guru memberi waktu beberapa saat untuk memberi kesempatan siswa
a) Siswa memperhatikan
penjelasan guru.
b)Siswa mempersiapkan
kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
c) Siswa menerima
permasalahan baru yang diberikan oleh guru.
d)Siswa melakukan
pengamatan terhadap
situasi baru yang diberikan guru.
a) Siswa membatasi permasalahannya yang akan dikaji.
b)Siswa mencermati dan
memahami penjelasan dari guru.
c) Siswa menerima pertanyaan dari guru.
d)Siswa merumuskan
merumuskan jawaban.
e) Guru meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
f) Guru memberikan pujian jika
jawaban siswa benar, jika jawaban salah guru memberikan pertanyaan susulan yang berhubungan dengan indicator yang ingin dicapai.
g)Guru melakukan interaksi kepada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing. h)Guru mengajukan pertanyaan akhir
pada siswa lain untuk lebih
menegaskan bahwa kompetensi
yang dituju sudah tercapai.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
a) Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap 4: Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya.
a) Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan laporan serta membantu siswa
untuk berbagai tugas dalam
kelompoknya.
guru.
e) Salah satu siswa menjawab
pertanyaan yang telah
diajukan.
f) Siswa menerima reward
atas jawaban yang
disampaikan.
g)Siswa berinterksi tentang
pertanyaan yang telah
dijawab.
h)Siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
a) Siswa melakukan inkuiri, investigasi dan bertanya
untuk mendapatkan
jawaban atas permasalah yang dihadapi.
a) Siswa menyusun laporan
dalam kelompok dan
menyajikannya di depan kelas dan beriskusi dalam kelas.
3. Penutup :
Tahap 5: Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
a) Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang digunakan
siswa.
a) Siswa menilai apa yang telah dipelajari, kemudian
mengikuti tes dan
menyerahkan tugas-tugas
sebagai bahan evaluasi.
c. Keunggulan dan kelemahan model Problem-Based Learning (PBL)
Keunggulan PBL memiliki ragam namun, pada intinya PBL
membentuk agar peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir
dan memecahkan masalah. Keunggulan PBL menurut Thobroni dan
Arif (2011) yaitu:
1) mengembangkan peserta didik berfikir kritis;
2) peserta didik aktif dalam pembelajaran;
3) belajar menganalisis suatu masalah;
4) mendidik percaya pada diri sendiri.
Kemendikbud dalam (Abidin ,2013) memaparkan beberapa
keunggulan PBL yaitu:
(1). dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik
yang belajar memecahkan masalah akan menerapkan pengetahuan
yang dimiliki atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan;
(2). dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam
konteks yang relevan; dan
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, motivasi
internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Aktivitas secara fisik yang diharapkan terjadi dengan teknik
probing membuat siswa dapat melakukan observasi (mengamati,
mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan
asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru (Puspitasari,
2009).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model PBL
dengan teknik probing memiliki keunggulan yang banyak dalam
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Berdasarkan ungkapan
sebelumnya mengenai keunggulan-keunggunalan PBL dapat ditarik
kesimpulannya bahwa
1) PBL membangun pemikiran kontruktif;
2) memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata peserta
didik;
3) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran;
4) materi pelajaran dapat terliputi dengan baik,
5) membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam
kehidupan nyata.
Dibalik keunggulan tentunya akan ada kelemahan. PBL selain
memiliki keunggulan yang banyak, namun satu sisi PBL memiliki
kelemahan. Menurut Sanjaya (2008) mengungkapkan kelemahan PBL
yaitu sebagai berikut:
1. manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka enggan untuk mencoba;
3. tahap pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari.
Aktifitas observasi (mengamati, mengukur, mencatat data),
menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan
dalam teknik probing juga memerlukan persiapan dan waktu yang
banyak dan peserta didik pada kelas rendah akan susah dalam
menjalankan teknik ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa model PBL
dengan teknik probing memiliki beberapa kelemahan, antara lain
memiliki kelemahan terutama dalam masalah waktu yang lama dalam
hal persiapan, perlunya motivasi kuat dari peserta didik untuk
mempelajari masalah yang ada dalam materi pembelajaran, dan tidak
semua materi dalam pelajaran matematika dapat menggunakan model
ini.
4. Kemampuan Pemecahan Masalah
Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa
masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka
juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi
masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan
itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan
dengan suatu prosedur rutin yang selalu diketahui si pelaku (Tim PPPG,
Menurut Suwangsih (2006) mengemukakan bahwa penyelesaian
masalah dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk
matematika itu sendiri maupun aplikasi matematika dalam kehidupan
sehari-hari dan ilmu pengetahuan yang lain secara kreatif untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang belum kita ketahui penyelesaianya
ataupun masalah-masalah yang belum kita kenal. Selanjutnya Suwangsih
(2006) mengemukakan bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu
permasalahan bila pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan prosedur rutin,
sedangkan pemecahan masalah adalah proses penerimaan tantangan dan
kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut Polya (Tim PPPG, 2004) langkah-langkah dalam pemecahan
masalah matematika terdiri dari empat langkah, yaitu :
a. Memahami masalah
Siswa harus dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan.Dengan membuat gambar, diagram atau tabel dimaksudkan
untuk mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah
mendapatkan gambaran umum penyelesaian.
b. Merencanakan cara penyelesaian
Untuk memecahkan masalah diperlukan adanya cara atau aturan-aturan
yang dibuat sendiri oleh siswa sehingga diperoleh alternatif
penyelesaian masalah.
c. Melaksanakan rencana
Siswa melaksanakan rencana penyelesaian masalah yang sudah dibuat
d. Pemeriksaan kembali
Siswa mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang
diperoleh benar. Apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, apakah
prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang sejenis.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan kemampuan
pemecahan masalah adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal
sebagai strategi yang ditujukan siswa dalam memahami, memilih
pendekatan dan strategi pemecahan dan menyelesaikan pembelajaran
untuk menyelesaikan masalah. Adapun indikator yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu :
1) Memahami masalah.
Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari
pemecahan masalah agar siswa dapat dengan mudah mencari
penyelesaian masalah yang diajukan. Siswa diharapkan dapat
memahami kondisi soal atau masalah yang meliputi: mengenali soal,
menganalisis soal, dan menterjemahkan informasi yang diketahui dan
ditanyakan pada soal tersebut.
2) Merencanakan penyelesaian.
Masalah perencanaan ini penting untuk dilakukan karena pada saat
siswa mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui dan
tidak diketahui, siswa dapat menyelesaikannya dari pengetahuan yang
3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana.
Langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini
pemahaman siswa terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada tahap
ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam
yang diperlukan termasuk konsep dan rumus yang sesuai.
4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.
Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali
dengan teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan demikian,
kesalahan dan kekeliruan dalam penyelesaian soal dapat ditemukan.
5. Materi
Pokok bahasan yang akan digunakan peneliti untuk penelitian
adalah Bilangan, dengan indikator materi sebagai berikut:
Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menemukan ukurannya
Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga
dan segiempat serta menggunaknnya dalam
pemecahan masalah
.
B. Kerangka Pikir
Kelas pada penelitian ini dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing
diterapkan untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol menggunakan
Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing
adalahpembelajaran yang memanfaatkan pengetahuan yang telah siswa
ketahui untuk membangun pengetahuan baru, pengetahuan tersebut
digunakan untuk memecahkan masalah matematika sehingga permasalahan
yang diberikan guru atau dihadapi siswa dapat diselesaikan oleh pengetahuan
siswa sendiri. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing
membuat siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik
yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau
masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan
yang siswa bangun sendiri membuat siswa menjadi lebih paham terhadap
materi atau konsep yang dipelajari, sehingga jika siswa menemui
permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari, siswa
dapat menentukan dan merencanakan proses pemecahan dari permasalahn
tersebut.
Suatu materi dapat berhubungan dengan beberapa permasalahan.
Banyaknya jenis permasalahan yang berkaitan dengan materi dapat membuat
siswa merasa kesulitan menentukan proses pemecahannya, dengan
pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dapat membuat siswa mampu
menghubungkan permasalahan tersebut dengan materi yang terkait.
Perencanaan dalam proses pemecahan masalah dalam PBL-pun dapat
dilakukan siswa dengan pengetahuan tersebut. PBL dengan teknik probing
dapat membantu siswa melatih kemampuan pemecahan masalah siswa
langkah-langkah model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik
probing dan indikator pemecahan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah. Pada tahap ini guru
menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang
dibutuhkan. Pada langkah ini dipadukan dengan langkah teknik probing
yaitu menghadapkan siswa pada situasi baru misalnya, dengan
memunculkan permasalahan yang menimbulkan teka-teki.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang
sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Siswa diberi waktu
beberapa saat untuk melakukan pengamatan, kemudian mengajukan
pertanyaan sesui indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.
Siswa diberi waktu beberapa saat untuk memberikan kesempatan siswa
merumuskan jawaban. Setalah ditemukan jawaban, salah satu siswa
diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Jika jawaban
yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain,
untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang
sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika
jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulanyang
berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang
bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang
menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator
ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat menjawab pertanyaan
diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat
dalam kegiatan probing. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan akhir
pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang
dituju sudah tercapai. Jika siswa sudah menguasai kompetensi yang
dicapai, siswa akan dapat memahami masalah dengan baik.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru
mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah. Tahap ini membantu siswa melatih
perencanaan yang baik untuk dapat menyelesaikan permasalahan, untuk
kemudian dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan tepat dan
benar.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa
untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang
sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video,
atau model.
5. Menganialisis dan mengevaluasi masalah. Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan. Siswa dilatih untuk selalu memeriksa hasil yang telah
diperoleh, agar dapat menemukan kesalahan untuk kemudian dapat
diperbaiki.
Pembelajaran konvensional yang digunakan di sekolah yaitu
pembelajaran, Penjelasan dari guru dapat membuat kelas menjadi kondusif,
ada stimulus yang baik, mungkin akan menyulitkan bagi sebagian siswa.
Dalam keadaan yang setimbang sebelum pembelajaran berlangsung, kedua
kelas akan dibandingkan rata-rata pemecahan masalah matematika pada hasil
soal evaluasi yang akan dilakukan pada akhir penelitian.
Berdasarkan uraian di atas diduga Model Problem-Based Learning
(PBL) dengan teknik probing dapat membuat pemecahan masalah
matematika siswa menjadi lebih baik, dimana hal tersebut merupakan
pengaruh Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik
probingterhadap pemecahan masalah matematika siswa. Pembelajaran
dengan banyak memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi,
dipadukan dengan pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dapat
membuat proses pemecahan masalah matematika siswa menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, diduga Problem-Based Learning (PBL)
dengan teknik probing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah siswa SMP Negeri 2 Kembaran.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik
probing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa SMP