• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED-LEARNING (PBL) DENGAN T EKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED-LEARNING (PBL) DENGAN T EKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kajian Teori

1. Model Problem-Based Learning (PBL)

a. Pengertian

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) model

Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa

ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Menurut Sanjaya (2006)

model Problem-Based Learning (PBL) adalah rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah

yang dihadapi secara ilmiah.Menurut Arends (Trianto, 2007) Problem

Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran dimana siswa

dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka

untuk dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan

ketrampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan

meningkatkan kepercayaan dirinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model

Problem-Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang

menekankan kepada proses penyelesaian masalah autentik yang

dihadapi dengan menggunakan berbagai macam kecerdasan untuk

(2)

yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara

berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

Menurut Arends (Warsono dan Hariyanto, 2013),

langkah-langkah dalam Problem-Based Learning (PBL) adalah :

Tabel 2.1 SintaksProblem-Based Learning(PBL) Fase Langkah-langkah Perilaku Guru

1 Orientasi siswa pada

masalah

 Menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan

logistik yang dibutuhkan

 Memotivasi siswa untuk

terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih

2 Mengorganisasikan siswa Membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing penyelidikan

individu dan kelompok

Mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mangembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

5 Menganalisa dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

meminta kelompok presentasi

(3)

b. Keunggulan dan kelemahan model Problem-Based Learning (PBL)

menurut Warsono dan Hariyanto (2013) adalah sebagai berikut :

Keunggulan :

(1). Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan

merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya

terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi

masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world).

(2). Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan

teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan

teman-teman sekelasnya.

(3). Makin mengakrabkan guru dengan siswa.

(4). Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa

melalui eksperimen, hal ini juga akan membiasakan siswa dalam

menerapkan metode eksperimen.

Kelemahan :

(1). Tidak banyak guru yang mampu mengantarkan siswa kepada

pemecahan masalah.

(2). Seringkali memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.

(3). Aktivitas siswa yang dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau

guru.

2. Teknik Probing

Probing menurut bahasa adalah penyelidikan (Echol dan Shadily,

1996). Namun menurut Wijaya (1999) probing adalah suatu teknik

(4)

membimbing siswa menggunakan pengetahuan yang telah ada pada

dirinya agar dapat membangun sendiri menjadi pengetahuan

baru.Sedangkan menurut Wijaya (1992) Aktivitas secara fisik yang

diharapkan terjadi dengan teknik probing adalah sebagai berikut : siswa

melakukan observasi (mengamati, mengukur, mencatat data), menjawab

pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan, sedangkan

aktivitas berpikirnya adalah asimilasi, akomodasi dan pembentukan

pengetahuan baru (Puspitasari, 2009). Pertanyaan yang digunakan untuk

membimbing siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik

probing, dipilih mulai kategori pertanyaan yang memerlukan proses

berpikir tingkat rendah sampai tingkat tinggi (Murtini, 2008).

Menurut Murtini (2008) pembelajaran dengan

teknik probing memuat langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghadapkan siswa pada situasi baru, misalnya dengan menunjukkan

gambar, alat pembelajaran, objek, gejala yang dapat memunculkan

teka-teki.

b. Memberi waktu tunggu beberapa saat (3-5 detik) atau sesuai keperluan

agar siswa melakukan pengamatan.

c. Mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin

dicapai siswa.

d. Memberi waktu tunggu beberapa saat (2-4 detik) untuk memberikan

kesempatan siswa merumuskan jawabannya.

e. Meminta seorang siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah

(5)

f. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan

dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat

dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta memberi pujian atas

jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan

pertanyaan susulanyang berhubungan dengan respon pertama, dimulai

dari pertanyaan yang bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan

dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju

pertanyaan indikator ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat

menjawab pertanyaan yang diajukan tadi.

g. Pertanyaan yang diajukan pada tahap 6 (enam) ini sebaiknya

diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat

dalam kegiatan probing.

h. Mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih menegaskan

bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.

Dengan teknik probing siswa dituntun oleh guru untuk memahami

gejala baru dalam pembelajaran matematika yang bermula dari

pengetahuan siswa itu sendiri. Teknik probing diawali dengan

menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengandung teka-teki atau

benda-benda nyata. Situasi baru itu membuat siswa mengalami

pertentangan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya sehingga

memberikan peluang kepada siswa untuk mengadakan asimilasi, disinilah

probing (pembimbingan menggunakan satu seri pertanyaan) mulai

(6)

Uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran matematika dengan

teknik probing adalah suatu pembelajaran dimana guru tidak menjelaskan

konsep secara langsung kepada siswa namun penjelasan tersebut diganti

dengan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan dari konsep-konsep

terdahulu, pertanyaan-pertanyaan tersebut dimulai dari pertanyaan

sederhana menuju ke pertanyaan yang kompleks yang bertujuan untuk

menuntun siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sehingga siswa

secara tidak sadar sudah membangun kemampuan pemecahan masalah dari

dirinya sendiri.

3. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing a. Pengertian

Berdasarkan uraian PBL dan teknik probing yang telah dibahas

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model Problem-Based Learning

(PBL) dengan teknik probing adalah pembelajaran yang memanfaatkan

pengetahuan yang telah siswa ketahui untuk membangun pengetahuan

baru, pengetahuan tersebut digunakan untuk memecahkan masalah

matematika sehingga permasalahan yang diberikan guru atau dihadapi

siswa dapat diselesaikan oleh pengetahuan siswa sendiri.

Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing

membuat siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar

baik yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau

masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran.

(7)

paham terhadap materi atau konsep yang dipelajari, sehingga jika siswa

menemui permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sudah

dipelajari, siswa dapat menentukan dan merencanakan proses

pemecahan dari permasalahn tersebut.

b. Langkah-langkah model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik

probing adalah:

1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah. Pada tahap ini guru

menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang

dibutuhkan. Pada langkah ini dipadukan dengan langkah teknik

probing yaitu menghadapkan siswa pada situasi baru misalnya,

dengan memunculkan permasalahan yang menimbulkan teka-teki.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Siswa diberi

waktu beberapa saat untuk melakukan pengamatan, kemudian

mengajukan pertanyaan sesuai indikator atau kompetensi yang ingin

dicapai siswa. Siswa diberi waktu beberapa saat untuk memberikan

kesempatan siswa merumuskan jawaban. Setalah ditemukan

jawaban, salah satu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang

telah diajukan. Jika jawaban yang diberikan siswa benar atau relevan

dilanjutkan dengan siswa lain, untuk meyakinkan bahwa semua

siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung serta

memberi pujian atas jawaban benar. Jika jawaban keliru atau tidak

(8)

respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang bersifat

obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang

menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator

ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan tadi. Pertanyaan yang diajukan

sebelumnya sebaiknya diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain

agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing. Setelah itu guru

mengajukan pertanyaan akhir pada siswa lain untuk lebih

menegaskan bahwa kompetensi dasar yang dituju sudah tercapai.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang

diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa

untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang

sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan,

video, atau model.

5. Menganialisis dan mengevaluasi masalah. Guru membantu siswa

untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan

masalah yang dilakukan.

Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing

secara garis besar dapat dijelaskan langkah-langkanya melalui tabel

sintak Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing

(9)

Tabel 2.2 Sintak model Problem-Based Learning (PBL) dengan Teknik Probing

No Kegiatan guru Kegiatan siswa

1. Pendahuluan :

a) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

b)Guru menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

a) Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

b)Siswa mempersiapkan

kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

2. Kegiatan inti :

Tahap 1: Orientasi siswa pada masalah

a) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

b)Guru menjelaskan kebutuhan yang diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

c) Guru menghadapkan siswa pada

situasi baru.

d)Guru memberi waktu beberapa saat agar siswa melakukan pengamatan.

Tahap 2: mengorganisasi siswa untuk belajar

a) Guru membantu siswa

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

b)Guru menjelaskan materi dan

membagi siswa menjadi beberapa kelompok.

c) Guru mengajukan pertanyaan

sesuai indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.

d)Guru memberi waktu beberapa saat untuk memberi kesempatan siswa

a) Siswa memperhatikan

penjelasan guru.

b)Siswa mempersiapkan

kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

c) Siswa menerima

permasalahan baru yang diberikan oleh guru.

d)Siswa melakukan

pengamatan terhadap

situasi baru yang diberikan guru.

a) Siswa membatasi permasalahannya yang akan dikaji.

b)Siswa mencermati dan

memahami penjelasan dari guru.

c) Siswa menerima pertanyaan dari guru.

d)Siswa merumuskan

(10)

merumuskan jawaban.

e) Guru meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan.

f) Guru memberikan pujian jika

jawaban siswa benar, jika jawaban salah guru memberikan pertanyaan susulan yang berhubungan dengan indicator yang ingin dicapai.

g)Guru melakukan interaksi kepada siswa lain agar seluruh siswa terlibat dalam kegiatan probing. h)Guru mengajukan pertanyaan akhir

pada siswa lain untuk lebih

menegaskan bahwa kompetensi

yang dituju sudah tercapai.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

a) Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai untuk mendapatkan

penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4: Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya.

a) Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan serta membantu siswa

untuk berbagai tugas dalam

kelompoknya.

guru.

e) Salah satu siswa menjawab

pertanyaan yang telah

diajukan.

f) Siswa menerima reward

atas jawaban yang

disampaikan.

g)Siswa berinterksi tentang

pertanyaan yang telah

dijawab.

h)Siswa menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.

a) Siswa melakukan inkuiri, investigasi dan bertanya

untuk mendapatkan

jawaban atas permasalah yang dihadapi.

a) Siswa menyusun laporan

dalam kelompok dan

menyajikannya di depan kelas dan beriskusi dalam kelas.

3. Penutup :

Tahap 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah

a) Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang digunakan

siswa.

a) Siswa menilai apa yang telah dipelajari, kemudian

mengikuti tes dan

menyerahkan tugas-tugas

sebagai bahan evaluasi.

c. Keunggulan dan kelemahan model Problem-Based Learning (PBL)

(11)

Keunggulan PBL memiliki ragam namun, pada intinya PBL

membentuk agar peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir

dan memecahkan masalah. Keunggulan PBL menurut Thobroni dan

Arif (2011) yaitu:

1) mengembangkan peserta didik berfikir kritis;

2) peserta didik aktif dalam pembelajaran;

3) belajar menganalisis suatu masalah;

4) mendidik percaya pada diri sendiri.

Kemendikbud dalam (Abidin ,2013) memaparkan beberapa

keunggulan PBL yaitu:

(1). dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik

yang belajar memecahkan masalah akan menerapkan pengetahuan

yang dimiliki atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukan;

(2). dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan

keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan; dan

3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, motivasi

internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan

interpersonal dalam bekerja kelompok.

Aktivitas secara fisik yang diharapkan terjadi dengan teknik

probing membuat siswa dapat melakukan observasi (mengamati,

mengukur, mencatat data), menjawab pertanyaan, dan mengajukan

(12)

asimilasi, akomodasi dan pembentukan pengetahuan baru (Puspitasari,

2009).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model PBL

dengan teknik probing memiliki keunggulan yang banyak dalam

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Berdasarkan ungkapan

sebelumnya mengenai keunggulan-keunggunalan PBL dapat ditarik

kesimpulannya bahwa

1) PBL membangun pemikiran kontruktif;

2) memiliki karakteristik kontekstual dengan kehidupan nyata peserta

didik;

3) meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran;

4) materi pelajaran dapat terliputi dengan baik,

5) membekali peserta didik mampu memecahkan masalah dalam

kehidupan nyata.

Dibalik keunggulan tentunya akan ada kelemahan. PBL selain

memiliki keunggulan yang banyak, namun satu sisi PBL memiliki

kelemahan. Menurut Sanjaya (2008) mengungkapkan kelemahan PBL

yaitu sebagai berikut:

1. manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,

maka mereka enggan untuk mencoba;

(13)

3. tahap pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa

yang mereka ingin pelajari.

Aktifitas observasi (mengamati, mengukur, mencatat data),

menjawab pertanyaan, dan mengajukan pertanyaan atau sanggahan

dalam teknik probing juga memerlukan persiapan dan waktu yang

banyak dan peserta didik pada kelas rendah akan susah dalam

menjalankan teknik ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa model PBL

dengan teknik probing memiliki beberapa kelemahan, antara lain

memiliki kelemahan terutama dalam masalah waktu yang lama dalam

hal persiapan, perlunya motivasi kuat dari peserta didik untuk

mempelajari masalah yang ada dalam materi pembelajaran, dan tidak

semua materi dalam pelajaran matematika dapat menggunakan model

ini.

4. Kemampuan Pemecahan Masalah

Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa

masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka

juga menyatakan bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi

masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan

itu menunjukan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan

dengan suatu prosedur rutin yang selalu diketahui si pelaku (Tim PPPG,

(14)

Menurut Suwangsih (2006) mengemukakan bahwa penyelesaian

masalah dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk

matematika itu sendiri maupun aplikasi matematika dalam kehidupan

sehari-hari dan ilmu pengetahuan yang lain secara kreatif untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang belum kita ketahui penyelesaianya

ataupun masalah-masalah yang belum kita kenal. Selanjutnya Suwangsih

(2006) mengemukakan bahwa suatu pertanyaan merupakan suatu

permasalahan bila pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan prosedur rutin,

sedangkan pemecahan masalah adalah proses penerimaan tantangan dan

kerja keras untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Menurut Polya (Tim PPPG, 2004) langkah-langkah dalam pemecahan

masalah matematika terdiri dari empat langkah, yaitu :

a. Memahami masalah

Siswa harus dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan.Dengan membuat gambar, diagram atau tabel dimaksudkan

untuk mempermudah memahami masalahnya dan mempermudah

mendapatkan gambaran umum penyelesaian.

b. Merencanakan cara penyelesaian

Untuk memecahkan masalah diperlukan adanya cara atau aturan-aturan

yang dibuat sendiri oleh siswa sehingga diperoleh alternatif

penyelesaian masalah.

c. Melaksanakan rencana

Siswa melaksanakan rencana penyelesaian masalah yang sudah dibuat

(15)

d. Pemeriksaan kembali

Siswa mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang

diperoleh benar. Apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, apakah

prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

yang sejenis.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan kemampuan

pemecahan masalah adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan

yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal

sebagai strategi yang ditujukan siswa dalam memahami, memilih

pendekatan dan strategi pemecahan dan menyelesaikan pembelajaran

untuk menyelesaikan masalah. Adapun indikator yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu :

1) Memahami masalah.

Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal dari

pemecahan masalah agar siswa dapat dengan mudah mencari

penyelesaian masalah yang diajukan. Siswa diharapkan dapat

memahami kondisi soal atau masalah yang meliputi: mengenali soal,

menganalisis soal, dan menterjemahkan informasi yang diketahui dan

ditanyakan pada soal tersebut.

2) Merencanakan penyelesaian.

Masalah perencanaan ini penting untuk dilakukan karena pada saat

siswa mampu membuat suatu hubungan dari data yang diketahui dan

tidak diketahui, siswa dapat menyelesaikannya dari pengetahuan yang

(16)

3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana.

Langkah perhitungan ini penting dilakukan karena pada langkah ini

pemahaman siswa terhadap permasalahan dapat terlihat. Pada tahap

ini siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam

yang diperlukan termasuk konsep dan rumus yang sesuai.

4) Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dikerjakan.

Pada tahap ini siswa diharapkan berusaha untuk mengecek kembali

dengan teliti setiap tahap yang telah ia lakukan. Dengan demikian,

kesalahan dan kekeliruan dalam penyelesaian soal dapat ditemukan.

5. Materi

Pokok bahasan yang akan digunakan peneliti untuk penelitian

adalah Bilangan, dengan indikator materi sebagai berikut:

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga serta

menemukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Menghitung keliling dan luas bangun segitiga

dan segiempat serta menggunaknnya dalam

pemecahan masalah

.

B. Kerangka Pikir

Kelas pada penelitian ini dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing

diterapkan untuk kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol menggunakan

(17)

Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing

adalahpembelajaran yang memanfaatkan pengetahuan yang telah siswa

ketahui untuk membangun pengetahuan baru, pengetahuan tersebut

digunakan untuk memecahkan masalah matematika sehingga permasalahan

yang diberikan guru atau dihadapi siswa dapat diselesaikan oleh pengetahuan

siswa sendiri. Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik probing

membuat siswa dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam belajar baik

yang berkaitan dengan soal-soal yang diberikan oleh guru atau

masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan proses pembelajaran. Pengetahuan

yang siswa bangun sendiri membuat siswa menjadi lebih paham terhadap

materi atau konsep yang dipelajari, sehingga jika siswa menemui

permasalahan yang berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari, siswa

dapat menentukan dan merencanakan proses pemecahan dari permasalahn

tersebut.

Suatu materi dapat berhubungan dengan beberapa permasalahan.

Banyaknya jenis permasalahan yang berkaitan dengan materi dapat membuat

siswa merasa kesulitan menentukan proses pemecahannya, dengan

pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dapat membuat siswa mampu

menghubungkan permasalahan tersebut dengan materi yang terkait.

Perencanaan dalam proses pemecahan masalah dalam PBL-pun dapat

dilakukan siswa dengan pengetahuan tersebut. PBL dengan teknik probing

dapat membantu siswa melatih kemampuan pemecahan masalah siswa

(18)

langkah-langkah model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik

probing dan indikator pemecahan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengorientasikan siswa terhadap masalah. Pada tahap ini guru

menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang

dibutuhkan. Pada langkah ini dipadukan dengan langkah teknik probing

yaitu menghadapkan siswa pada situasi baru misalnya, dengan

memunculkan permasalahan yang menimbulkan teka-teki.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang

sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. Siswa diberi waktu

beberapa saat untuk melakukan pengamatan, kemudian mengajukan

pertanyaan sesui indikator atau kompetensi yang ingin dicapai siswa.

Siswa diberi waktu beberapa saat untuk memberikan kesempatan siswa

merumuskan jawaban. Setalah ditemukan jawaban, salah satu siswa

diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan. Jika jawaban

yang diberikan siswa benar atau relevan dilanjutkan dengan siswa lain,

untuk meyakinkan bahwa semua siswa terlibat dalam kegiatan yang

sedang berlangsung serta memberi pujian atas jawaban benar. Jika

jawaban keliru atau tidak relevan, diajukan pertanyaan susulanyang

berhubungan dengan respon pertama, dimulai dari pertanyaan yang

bersifat obeservasional kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang

menuntut siswa berpikir lebih tinggi menuju pertanyaan indikator

ketercapaian kompetensi dasar sampai siswa dapat menjawab pertanyaan

(19)

diajukan/diinteraksikan juga pada siswa lain agar seluruh siswa terlibat

dalam kegiatan probing. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan akhir

pada siswa lain untuk lebih menegaskan bahwa kompetensi dasar yang

dituju sudah tercapai. Jika siswa sudah menguasai kompetensi yang

dicapai, siswa akan dapat memahami masalah dengan baik.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru

mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan

untuk menyelesaikan masalah. Tahap ini membantu siswa melatih

perencanaan yang baik untuk dapat menyelesaikan permasalahan, untuk

kemudian dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan tepat dan

benar.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa

untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang

sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video,

atau model.

5. Menganialisis dan mengevaluasi masalah. Guru membantu siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah

yang dilakukan. Siswa dilatih untuk selalu memeriksa hasil yang telah

diperoleh, agar dapat menemukan kesalahan untuk kemudian dapat

diperbaiki.

Pembelajaran konvensional yang digunakan di sekolah yaitu

pembelajaran, Penjelasan dari guru dapat membuat kelas menjadi kondusif,

(20)

ada stimulus yang baik, mungkin akan menyulitkan bagi sebagian siswa.

Dalam keadaan yang setimbang sebelum pembelajaran berlangsung, kedua

kelas akan dibandingkan rata-rata pemecahan masalah matematika pada hasil

soal evaluasi yang akan dilakukan pada akhir penelitian.

Berdasarkan uraian di atas diduga Model Problem-Based Learning

(PBL) dengan teknik probing dapat membuat pemecahan masalah

matematika siswa menjadi lebih baik, dimana hal tersebut merupakan

pengaruh Model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik

probingterhadap pemecahan masalah matematika siswa. Pembelajaran

dengan banyak memberikan permasalahan yang berkaitan dengan materi,

dipadukan dengan pengetahuan yang dibangun oleh siswa sendiri dapat

membuat proses pemecahan masalah matematika siswa menjadi lebih baik.

Berdasarkan uraian di atas, diduga Problem-Based Learning (PBL)

dengan teknik probing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa SMP Negeri 2 Kembaran.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan model Problem-Based Learning (PBL) dengan teknik

probing berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa SMP

Gambar

Tabel 2.1 SintaksProblem-Based Learning(PBL)
Tabel  2.2 Sintak model Problem-Based Learning (PBL) dengan

Referensi

Dokumen terkait

113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa jo Pasal 7 (1) dan (2) Perda Kabupaten Wonogiri Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Keuangan Desa: Sekretaris Desa

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, current ratio dan total asset turnover terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran perusahaan

Steganografi sebagai suatu seni penyembunyian pesan ke dalam pesan lainnya yang telah ada sejak sebelum masehi dan kini seiring dengan kemajuan teknologi jaringan

Pada flowchart sistem pengamanan mobil tidak aktif (OFF) akan dijelaskan ketika pemilik mobil kembali masuk mobil dan memutus tegangan pada alat sistem pengamanan

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencegahan diabetes melitus dan hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan diabetes

Apakah terdapat pengaruh struktur aset terhadap struktur modal perusahaan yang diproksikan dengan leverage pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar

Konsentrasi nitrat di

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pengakuan, pengukuran dan pelaporan aktiva tetap pada PT Hasjrat Abadi secara umum telah sesuai dengan Pernyataan