4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1.1 Lingkungan Makro
I. Tinjauan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi suatu negara secara berkala terganggu dengan periode resesi, dimana terjadi penurunan tingkat produksi, pendapatan dan belanja yang diikuti naiknya tingkat pengangguran. Periode ini dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, dan dapat juga dalam waktu yang cukup panjang. Akan tetapi periode-periode ini selalu diikuti kembalinya masa pertumbuhan ekonomi ( ekspansi ). Salah satu modal utama untuk menghindari terjadinya resesi berkepanjangan adalah dengan mengetahui posisi perekonomian dalam siklus bisnisnya.
Ekspansi atau Laju prestasi perekonomian di Indonesia saat ini telah mengalami perbaikan seperti pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan mencapai 5,5%-6%; namun pertumbuhan ekonomi tersebut tidak disertai dengan kenaikan daya saing secara keseluruhan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh sektor konsumsi, padahal untuk bisa berkelanjutan, pertumbuhan harus di dasarkan pada kegiatan ekonomi produktif seperti peningkatan investasi dan pertumbuhan ekspor. Untuk sekarang ini kondisi ekonomi makro Indonesia sudah dapat dikatakan cukup baik walaupun masih terjadi peningkatan pengangguran dan
ekonomi bruto masih didominasi konsumsi ( perlu dicatat bahwa makro ekonomi hanya sebagai pondasi, yang lebih penting adalah bagaimana pergerakan sektor riilnya ). Indikator-indikator fundamental makro ekonomi yang kuat adalah:
INDIKATOR MAKRO
EKONOMI KETERANGAN
1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tinggi
GNP - GDP - AMD Output meningkat
2 Perluasan Kesempatan Kerja Angka Penganggur Menurun, berkorelasi positif dengan LPE 3 Perkembangan Harga dan Nilai
Tukar Stabil IHK dan Nilai Tukar dibawah 5% / tahun
4
Neraca Pembayaran FAVORABLE
Posisi Neraca Berjalan SURPLUS
Cadangan devisa bersumber surplus Neraca Berjalan.
5
Terkendalinya dan Management utang Luar Negeri
Debt Service dan DSR terkendali
Tidak mengalami kesulitan membayar DEBT SERVICE
6 Sistem Perbankan SEHAT Prudent Banking System
Bank di Indonesia mampu berfungsi sebagai Bank Sentral
Bank Umum Prudent
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ), pada triwulan pertama tahun 2005, indikator ekonomi makro seperti produk domestik bruto (PDB), inflasi, dan SBI, seperti terlihat dibawah ini:
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998, bertumbuh negatif sebesar 13,13 %, dan mulai tumbuh positif pada tahun 1999 sebesar 0.79%, tahun 2000 menjadi 4,92%, tahun 2001 sebesar 3,44%, tahun 2002 sebesar 3,66%,
tahun 2003 bertumbuh sebesar 4,1%, tahun 2004 bertumbuh sebesar 4,5% dan pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 5.5%- 6%. Pertumbuhan ekonomi nasional ini sangat didominasi oleh faktor konsumsi secara umum yaitu sekitar 80% baik oleh pengeluaran pemerintah maupun swasta sedangkan sektor investasi, baik domestik maupun asing masih belum sejak beberapa tahun belakangan ini, dan sumbangan retail terhadap pertumbuhan ekonomi nasionaberkisar antara 60% - 70%.
2. Inflasi yang terjadi tahun 1998 sebesar 77%, tahun 1999 sebesar 2,01% tahun 2000 menjadi 9,35%, tahun 2001 sebesar 12,55%, tahun 2002 sebesar 10,03 dan tahun 2003 sebesar 5,06%.
3. SBI yang berlaku pada tahun 1998 sebesar 38,44%, tahun 1999 sebesar 12,51%, 2000 sebesar 14,53%, tahun 2001 sebesar 17,62% , tahun 2002 sebesar 12,93%, tahun 2003 sebesar 8,31% dan turun menjadi 7,34% dalam kuartal satu tahun 2004.
Sumber: http--www_republika_co_id.htm
II. Tinjauan Properti
Seiring dengan membaiknya keadaan ekonomi dalam negeri, pertumbuhan property mengalami peningkatan yang cukup signifikan, Pada tahun 2000 pasok kumulatif dari pusat perbelanjaan (mal atau plaza dan trade center) JABOTABEK sebesar 1.678.722 meter persegi dan dalam kurun waktu 3 tahun (periode tahun 2001 s/d 2003) pasok berkembang lebih pesat dari sebelumnya, pasok kumulatif dalam
2003 menjadi 2.522.422 meter persegi (naik ± 50%) dari tahun 2003. Pertumbuhan pasok tahunan dalam periode ini rata-rata naik 10,72% pertahun, pasok tahunan tertinggi terjadi dalam tahun 2003 yaitu sebanyak 479.300 meter persegi ( ± 93%
lebih besar dibandingkan pasok tahun 2002 dan lebih 400% dari pasok tahun 2001), pasok tahun 2003 ini sebanyak 266.300 meter persegi berlokasi di Jakarta dan 213.000 meter persegi di BOTABEK.
Pertambahan pasok dalam tahun 2004 diperkirakan 452.675 meter persegi (± 5,5% lebih rendah dari 2003), perkiraan pasok kumulatif sampai tahun 2004 adalah sebesar 2.975.097 meter persegi. Beberapa pusat perbelanjaan yang akan masuk pasar sampai tahun 2005 antara lain: Auto Center Kelapa Gading, Mall Artha Gading, Jababeka Plaza, Plaza Pondok Gede 2, Pangrango Plaza, Parung Indah Mall, Plaza Ciputat dan Plaza Sinar Mas Merdeka. Distribusi dari pusat perbelanjaan di JABOTABEK sebagian besar berlokasi di Jakarta (74,9%) dan di BOTABEK (25,1%) dan yang berlokasi di Jakarta terbanyak berada di Jakarta Pusat (31,86%), menyusul Jakarta Selatan (25,61%), Jakarta Utara (21,72%), Jakarta Barat (14,3%) dan yang paling sedikt di Jakarta Timur (14,3%). Diluar Jabotabek pembangunan pusat perbelanjaan juga sedang marak di kota-kota besar Jawa seperti di Bandung, Tegal, Semarang, Solo, Surabaya, Yogyakarta dan kota-kota besar luar Jawa seperti di Lampung, Palembang, Pekanbaru, Batam, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar dan Menado.
Total supply ruangan pusat perbelanjaan di kota-kota besar Jawa sekitar 400.000 meter persegi dan di kota-kota besar luar Jawa sekitar 441.000 meter persegi.
Permintaan Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan di Jabotabek lebih cepat pulih pasca kerusuhan tahun 1998 dibandingkan dengan permintaan properti tipe lainnya.
Permintaan tahunan dalam 3 tahun terakhir (2000 s/d 2003) rata-rata bertumbuh 11,52% pertahun, permintaan tertinggi terjadi dalam tahun 2003 sebesar 415.797 meter persegi (± 81% lebih tinggi dari permintaan tahun 2002 dan 434% dari permintaan tahun 2000) . Permintaan kumulatif tahun 2003 sebesar 2.286.684 meter persegi (± 55% lebih besar dari permintaan kumulatif pada 2000). Perkiraan perkiraan permintaan tahun 2004 sebesar 374.217 meter persegi (± 10% lebih kecil dari permintaan tahun 2003) dengan demikian permintaan kumulati tahun 2004 diperkirakan sebesar 2.975.097 meter persegi ( 80% lebih besar dari permintaan kumulatif pada tahun 2000).
Walaupun sektor properti akhir-akhir ini menggeliat, namun industri keramik belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal itu terjadi karena sektor properti khususnya perumahan yang menjadi pangsa pasar utama industri keramik tidak mengalami lonjakan. Peningkatan justru terjadi pada pembangunan pusat perbelanjaan atau bangunan sosial. Menurunnya bunga KPR sampai saat ini, belum mampu mendongkrak minat untuk membangun perumahan. Konsumen cenderung masih menunggu karena ada kekhawatiran situasi ini tidak berlangsung lama.
Sedangkan penurunan itu, tidak menyentuh langsung terhadap industri melihat suku bunga bank untuk kredit investasi atau modal kerja masih tinggi. Sumber:
http://www.gmtproperty.com
III. Regulasi Pemerintah, Suppliers dan Hubungan Industri Keramik
Dalam rangka meningkatkan daya saing industri dalam negeri, serta memberikan kepastian usaha bagi investor dan perlakuan yang adil terhadap seluruh sektor industri; pemerintah untuk ini telah memberlakukan harmonisasi tarif bea masuk terhadap beberapa barang impor. Harmonisasi tarif bea masuk tersebut diantaranya adalah dengan melakukan perubahan terhadap 237 pos tarif pada enam kelompok produk (sektor), meliputi; pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik, dan besi baja.. Harmonisasi tarif dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan mereka untuk bisa bersaing sehingga akan ada tarif rendah – karena mereka mampu bersaing, dan ada tarif yang harus dinaikan karena memerlukan perlindungan sementara. Kebijakan yang disusun oleh pemerintah tidak semuanya focus untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri, sebagai contoh PGN ( Perusahaan Gas Negara ) yang merupakan perusahaan milik negara menetapkan sistem kontrak tetap yang isinya pembayaran didasarkan kontrak minimum. Dimana kontrak itu berisi: “pengusaha tetap harus membayar sesuai kontrak minimum meskipun jumlah pemakaian lebih rendah dari kontrak dan kalau konsumen terlambat membayar, pengusaha akan didenda dengan tingkat bunga yang sangat tinggi, yakni untuk rupiah sebesar 3 persen per bulan dan dollar AS sebesar 2 persen per bulan. Demikian juga kalau pemakaiannya di bawah komitmen kontrak, tetap diminta membayar sesuai dengan kontrak. Sebaliknya jka kesalahan terjadi pada PGN, kita diminta tetap menerima keadaan itu, tanpa bisa menuntut balik. Sumber: http://www.kompas.com
Permasalahan lainnya yang dihadapi industri keramik adalah suplai gas yang tidak stabil sehingga tekanan gas jauh di bawah tekanan minimum yang dipergunakan oleh industri keramik, dan harga penjualan gas yang dipatok PT Perusahaan Gas Negara (PGN) kepada industri naik setiap tahun. Suplai gas sangat menentukan dalam menjamin kelangsungan puluhan industri yang menggantungkan kebutuhan gas pada PGN. Khususnya, puluhan pabrik di kawasan industri Bogor, antara lain industri keramik, industri semen, dan kertas. Akibat dari berkurangnya pasokan gas, banyak industri keramik mengalami penurunan dalam kualitas dan kuantitas produksi, kapasitas produksi yang terpasang pada saat ini hanya terpakai 60 persen dari kapasaitas yang sesungguhnya dan kualitas keramik merosot hingga 30 persen Sebagai akibat dari penurunan kualitas itu adalah membanjirnya produk impor dari China ke pasar Indonesia. Produk China, sebagai dampak kebijakan ekspor yang diberlakukan oleh Pemerintah China, berbiaya produksi rendah. Produk China menjadi makin diuntungkan dengan adanya persoalan kekurangan pasokan gas yang dialami industri dalam negeri itu. Walaupun begitu, Indonesia masih menjadi produsen keramik nomor lima di dunia, dalam hal kualitas. Sumber:
http://www.kompas.com
4.1.1.2 Lingkungan Mikro
Analisis Struktural Industri
Pesaing- pesaing industri Persaingan
yang ada sekarang
Pemasok Pembeli
Pemain- pemain baru
Produk Pengganti
Ancaman- ancaman pemain
baru
Kekuatan tawar menawar
pembeli Kekuatan tawar
menawar pemasok
Ancaman-ancaman produk pengganti
Gambar 4.1 Model lima kekuatan porter
1. Pendatang baru
Jumlah pendatang baru di dalam industri keramik tidak mengalami pertumbuhan sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Krisis ekonomi yang berkepanjangan ini menyebabkan banyak industri keramik mengalami kerugian dan tidak sedikit dari mereka harus gulung tikar. Padahal kebutuhan akan keramik terus mengalami pertumbuhan, yang seiring dengan bertambahnya laju pertumbuhan
penduduk dunia. Kebutuhan akan keramik saat ini diperkirakan sebesar 2.640.000.000 M2, dengan perincian Dalam Negeri 240.000.000 M2 dan Luar Negeri 2.400.000.000 M2. Tentunya semakin berkurangnya jumlah pendatang baru ke dalam industri ini, telah memberikan dampak positif bagi PT. Maha Keramindo Perkasa di atas peta persaingan.
Berikut ini merupakan salah satu hasil perhitungan investasi bagi para pendatang baru yang mencoba untuk bermain di dalam industri keramik: Lokasi pembukaan pertambangan atau galian baru bahan baku keramik terletak di wilayah Kecamatan Cipanas, hal itu di dasarkan kepada pertimbangan lahan yang di butuhkan cukup tersedia dan jaraknya relatif dekat dengan pabrik.
Luas areal Pertambangan atau galian luas lahan yang dibutuhkan untuk pertambangan atau galian adalah 100 Ha, hal itu didasarkan kepada pertimbangan lahan yang dibutuhkan cukup tersedia dan produksi keramik yang akan dihasilkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Lokasi pabrik yang akan dibangun terletak disekitar lokasi pertambangan atau galian, yaitu di Kecamatan Cipanas. Perkiraan jumlah modal investasi yang diperlukan untuk pendirian industri keramik di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak adalah sebesar Rp. 43.495.000.000,- dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Proyeksi investasi industri keramik
Modal Tetap Modal Kerja (3 Bulan)
Pembebasan lahan untuk Pertambangan: 100 Ha
Rp. 5.000.000.000 Upah Kerja Bagian Pabrik
Rp. 180.000.000
Pembebasan lahan untuk Pabrik: 2 Ha
Rp. 100.000.000 Upah Kerja Bagian Pertambangan
Rp. 270.000.000
Mesin dan Peralatan Rp. 2.500.000.000 Bahan Baku Rp. 30.000.000.000
Bangunan Pabrik Rp. 2.000.000.000 Bahan Penolong Rp. 450.000.000 Kendaraan Operasional Rp. 1.500.000.000 Bahan Bakar Rp. 180.000.000 Peralatan Kantor Rp. 1.000.000.000 Kemasan Rp. 270.000.000
Biaya Umum Rp. 45.000.000
Jumlah Rp. 12.100.000.000 Jumlah Rp. 31.395.000.000
Sesuai dengan kapasitas mesin atau peralatan yang akan disediakan oleh perusahaan, luas lahan pertambangan atau galian dan berdasarkan pertimbangan peluang pasar, kapasitas produksi keramik yang akan diproduksi oleh perusahaan adalah sebesar 24.000.000 M2 per tahun Jumlah tenaga kerja yang di butuhkan dalam rangka pendirian Industri Keramik di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak adalah sebanyak: 350 orang, adalah 100 orang untuk Tenaga Kerja di bagian Pabrik dan 250 orang untuk Tenaga Kerja di bagian Pertambangan. Pemenuhan tenaga kerja tersebut sebagaian besar akan di prioritaskan kepada penduduk setempat yang berdomisili di wilayah Kecamatan Cipanas, Khususnya warga masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan.
Ini merupakan gambaran yang investasi yang harus dihadapi para pendatang baru, namun para pendatang baru harus memikirkannya secara matang karena selain hambatan modal, ada rintangan-rintangan yang lain yang harus dihadapi seperti penguasaan terhadap pasar dan bahan baku, teknologi, dan perang harga terhadap para pemain yang sudah lama berada di industri keramik ini. Sumber: Copyright © 2004 disperindag-lebak.go.id
2. Pemasok
Di dalam melakukan proses produksi, ada dua jenis raw materil yang dipasok oleh PT. Maha Keramindo Perkasa, yakni raw material body dan raw material glazur. Untuk jenis raw material body, PT. Maha keramindo Perkasa mengambilnya melalui pertambangan atau galian bahan baku keramik yang telah ada sekarang ini;
adapun perinciannya sebagai berikut:
Pasir Kuarsa: Terdapat di Kecamatan Banjarsari, Bayah, Panggarangan, Cimarga, Malingping, Muncang, Bojongmanik, Cikulur, Leuwidamar, Cibeber dan Cileles, dengan luas areal + 17.271,05 Ha dan deposit + 1.359.821.570 Ton. Pasir kuarsa juga terdapat di daerah Parung Panjang dan Belitung.
Batu Gamping: Terdapat di Kecamatan Cileles, Bayah, Cibeber, Muncang, Leuwidamar, Sajira dan Cipanas dengan luas areal + 2.259,10 Ha dan deposit + 3.743.912 Ton.
Kaolin: Terdapat di Kecamatan Banjarsari dan Muncang dengan luas areal + 61,19 Ha dan deposit+ 7.954.700 M3 dan Kecamatan Cipanas dengan Deposit + 2.361.650 M3.
Feklsfart: Terdapat di Kecamatan Cipanas dan Muncang dengan deposit diperkirakan 1 Juta Ton, selain itu feklsfart juga terdapat di daerah Cisoka dan Rangkas
Sedangkan untuk jenis raw material glazur yang berupa frits harus di impor dari luar negeri. Terkadang ada beberapa jenis material yang sama tetapi berada di daerah yang berbeda memiliki karakteristik yang tidak sama, sebagai contoh clay yang ada di daerah Parung Panjang berbeda karakteristiknya dengan clay yang berasal dari daerah Belitung; sedangkan untuk feldspar yang ada di daerah Rangkas berbeda karakteristiknya dengan feldspar yang ada di daerah Cisoka.
Sedangkan untuk pasokan bahan bakar yang berupa LNG, PT. Maha Keramindo Perkasa memasoknya dari PERTAMINA ( Perusahaan Tambang Minyak Negara ).
Copyright © 2004 disperindag-lebak.go.id
3. Pembeli
PT. Maha Kermindo Perkasa hanya memiliki satu pelanggan saja yang bertindak sebagai distributor yaitu PT. Sarana Kencana Indah Sejati atau SKIS. PT.
SKIS ini memiliki dua cabang pembantunya yaitu di daerah Surabaya dan Pekan Baru; satu agen di daerah Makasar, dan lima representative yaitu di Yogyakarta, Lampung, Sumatera, Jambi dan Samarinda.
Di dalam melakukan evaluasi terhadap produknya dan untuk meperoleh input, PT. Maha Keramindo Perkasa yang dibantu oleh PT. SKIS melakukan pengukuran kepuasan pelanggan dengan cara melakukan penyebaran kuesioner; sehingga dengan demikian PT. Maha Keramindo Perkasa dapat melakukan perbaikan serta inovasi yang sesuai dengan keinginan pelanggan.
Menurut Michael Porter dalam bukunya strategi bersaing: “kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relative terhadap penjualan pihak penjual adalah jika sebagian besar hasil penjualan merupakan pembelian dari satu pembeli tertentu maka ini akan mempertinggi pentingnya bisnis pembeli”. Sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa PT. SKIS merupakan kelompok pembeli terpusat
4. Pesaing
Persaingan terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Pada kebanyakan industri, gerakan persaingan oleh satu perusahaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pesaingnya dan dengan demikian dapat mendorong perlawanan atau usaha untuk menandingi gerakan tersebut. Berikut ini adalah daftar nama-nama perusahaan yang bergerak di dalam bidang yang sama dengan PT. Maha Keramindo Perkasa
Jumlah pesaing yang dimasukkan hanyalah sebagian dari jumlah keseluruhan pesaing yang ada, karena tidak mungkin dapat memasukkan keseluruhan dari jumlah pesaing yang ada di Indonesia.
Persaingan yang sering terjadi antara PT. Maha Keramindo Perkasa dengan para pesaingnya adalah usaha untuk merebut market potensial yang ada di pasaran, dengan kata lain setiap para pesaing tidak terkecuali dengan PT. Maha Keramindo Perkasa berusaha untuk memperbesar market share yang ada sekarang ini. Dengan tingkat pertumbuhan keramik di Indonesia dan Luar Negeri yang terus meningkat maka ketertarikan terhadap keramik ini akan terus memacu para pesaing, dan tentu saja akan semakin banyak serangan dari para pesaing yang berusaha untuk merebut pangsa pasar.
Prinsipnya adalah semakin bertambahnya market potensial, maka kesempatan untuk merebut market share akan semakin besar. Dan jika PT. Maha Keramindo Perkasa dapat meningkatkan market share terhadap market potensial yang ada maka hal ini akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap keramiknya, dan tentu saja hal ini akan meningkatkan keuntungan karena laba yang diperoleh semakin banyak akibat dari tingginya permintaan terhadap keramiknya.
Sumber: http://www.deperindag.com
Tabel 4.2 Pesaing
Nama Perusahaan Produksi
1. ADYABUANA PERSADA, PT UBIN KERAMIK GRESIK, JAWA TIMUR
2. ANGSA DAYA, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
3. ARTISTIKA INKERNAS, PT UBIN KERAMIK JAKARTA TIMUR, D.K.I. JAKARTA
4. ARWANA CITRAMULIA, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
5. ASIA VICTORY INDUSTRI LTD, PT UBIN KERAMIK SURABAYA, JAWA TIMUR
6. ASIA VICTORY INDUSTRI LTD, PT UBIN KERAMIK GRESIK, JAWA TIMUR
7. BERMIS SARANAWISMA,PT/CHANG JUI FANG, PT UBIN KERAMIK INDRAMAYU, JAWA BARAT
8. BUMI MEGAH INDUSTRIES, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
9. CAHAYA PUTRA ASA KERAMIK, PT UBIN KERAMIK KARAWANG, JAWA BARAT
10. GRACIOUS ADI CIPTA, CV UBIN KERAMIK BEKASI, JAWA BARAT
11. IMPERO GRANITO UTAMA, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
12. INDO AGUNG MULTI KREASI, PT UBIN KERAMIK BOGOR, JAWA BARAT
13. INDOPENTA SAKTI TEGUH, PT UBIN KERAMIK LANTAI BOGOR, JAWA BARAT
14. INDUSTRI KERAMIK KEMENANGAN JAYA, PT UBIN KERAMIK BOGOR, JAWA BARAT
15. INTERNUSA KERAMIK ALAMSARI, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
16. INTIKERAMIK ALAMASRI INDUSTRI, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
17. ITALINDO MITRA SEJATI UBIN KERAMIK CENGKARENG, BANTEN
18. KERAMIK DIAMOND INDUSTRIES, PT UBIN KERAMIK GRESIK, JAWA TIMUR
19. KIA SERPIH MAS,PT UBIN KERAMIK KARAWANG, JAWA BARAT
20. KIA SERPIH MAS, PT UBIN KERAMIK BOGOR, JAWA BARAT
21. KOBIN KERAMIK INDUSTRI, PT UBIN KERAMIK MOJOKERTO, JAWA TIMUR
22. KUANG LIN CERAMIC INDUSTRY UBIN KERAMIK SERANG, BANTEN
23. KUDA LAUT MAS, PT UBIN KERAMIK MOTIF SIDOARJO, JAWA TIMUR
24. MAHA KERAMINDO PERKASA/MASTERINA , PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
25. MULYA KERAMIK INDAH RAYA,PT UBIN KERAMIK BEKASI, JAWA BARAT
26. SARANA BANGUNAN, PD UBIN KERAMIK TULUNGAGUNG, JAWA TIMUR
27. SATYARAYA KERAMINDOINDAH, PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
28. SERINCO JAYA MARMER INDUSTRI, PT UBIN KERAMIK JAKARTA BARAT, D.K.I. JAKARTA
29. SUMBERAYA KENDIMASINDO, PT UBIN KERAMIK MOTIF MALANG, JAWA TIMUR
30. SURYA SIAM KERAMIK /SURYA RAGAM PRIMA,PT UBIN KERAMIK TANGERANG, BANTEN
31. UKKJ, PT UBIN KERAMIK BOGOR, JAWA BARAT
5. Produk Pengganti
Saat ini sudah banyak produk-produk yang dapat menggantikan fungsi keramik seperti: marmer, granit, vinyl, terpal, karpet, kayu dan terasso. Sekarang ini sudah banyak pembangunan-pembangunan gedung, apartemen, mal dan property- properti lainnya yang menggunakan marmer atau granit sebagai pengganti keramik;
namun kehadiran produk substitusi ini belum dapat menggantikan keramik lantai secara sepenuhnya hal ini terbukti dari meningkatnya akan permintaan keramik setiap tahun. Berikut ini adalah data permintaan pasar terhadap keramik di Indonesia:
Tabel 4.3 Permintaan Pasar Terhadap Keramik Indonesia Tahun Permintaan (m2) % Pertumbuhan
2001 237.000,000 -
2002 242.000,000 2,11%
2003 253.000,000 4,55%
2004 267.000,000 5,53%
Produk keramik tetap menjadi produk utama, karena selain harganya yang relative murah, keramik juga dapat di design dan dibentuk sesuai keinginan konsumen; dan pemasangan keramik lantai juga cukup mudah dibandingkan dengan marmer dan granit.
4.1.1.3 Pangsa pasar
Industri keramik Indonesia masih memiliki potensi masa depan cerah, seindah kemilau dari produk keramik itu sendiri. Apalagi kini dengan geliat sektor properti,
keramik yang sangat terkait dengan properti tentulah terbawa imbas positif dari bergeraknya sektor properti nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada 1999 ekspor keramik Indonesia mencapai 4,4 juta kilogram dan pada 2000 sebesar 5,1 juta kilogram. Tahun 2003 produksi keramik nasional tercatat sebanyak 237 juta meter persegi dan di tahun 2004 produksi nasional mencapai 265 juta meter persegi.
Asaki melalui Ketua Umum, Johan Silitonga memprediksi bahwa prospek industri keramik di masa mendatang akan kembali cerah menyusul badai krisis ekonomi telah berlalu. “Pasar keramik dalam negeri diperkirakan akan pulih. Tanda-tanda pemulihan mulai tampak dan sebagian pelaku usaha mulai melakukan langkah antisipasi”. Dengan pemulihan tersebut para pelaku industri cukup yakin industri keramik Indonesia masih dapat berbicara di level internasional
Dibawah ini merupakan grafik pertumbuhan keramik pangsa pasar dalam negeri:
Grafik 4.1 Kebutuhan Dalam Negeri
Kebutuhan Dalam Negeri ( M2 )
220.000,00 230.000,00 240.000,00 250.000,00 260.000,00 270.000,00
2002 2003 2004 2005
Tahun
Sumber: http://www.deperindag.com
Grafik diatas menggambarkan pertumbuhan kumulatif tiap tahun akan kebutuhan keramik di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan akan kebutuhan keramik di Indonesia bertumbuh sebesar 2.11%. Pangsa pasar yang terus menerus bertumbuh dari tahun ke tahun, secara kontinu akan meningkatkan intensitas persaingan, memberikan kesempatan adanya pesaing baru yang akan masuk sebagai competitor, dan pada akhirnya akan mengurangi kemampuan laba. Sedangkan untuk pertumbuhan keramik pada pangsa pasar luar negeri dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 4.2 Kebutuhan Luar Negeri
Kebutuhan luar Negeri ( M2 )
2250000000 2300000000 2350000000 2400000000 2450000000 2500000000 2550000000 2600000000 2650000000 2700000000
2002 2003 2004 2005 2006 Tahun
Sumber:Http://www.Sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2004/0331/ind1.html:
Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan kebutuhan keramik Luar Negeri tiap tahun. Kebutuhan keramik Luar Negeri terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, dan rata-rata pertumbuhan tersebut sebesar 23%. Saat ini Indonesia
merupakan Negara ke lima sebagai produsen keramik dengan kualitas yang baik. Dari seluruh jumlah kebutuhan keramik Dalam Negeri yang berjumlah 246.000.000 m2 pada tahun 2003, PT Maha Keramindo Perkasa mampu menguasai pangsa pasar sebesar 9.323.814 m2 atau naik sebesar 4.99% dari tahun 2002. Data penguasaan pangsa pasar yang dimiliki oleh PT. Maha Keramindo Perkasa dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel 4.4 Penguasaan Pangsa Pasar
Tahun Penjualan keramik masterina (m2)
Penjualan Keramik
Domestik (m2) Persentase
2002 8.362.584 169.400.000 4,94%
2003 8.772.161 177.100.000 4,95%
2004 9.323.814 186.900.000 4,99%
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa
Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan permintaan keramik PT. Maha Keramindo Perkasa, tidak mengalami perubahan yang cukup signifikan. Tingkat Pertumbuhan Permintaan Terhadap Keramik Masterina dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5 Pertumbuhan permintaan
Tahun Customer Order (m2) Pertumbuhan 2002 9.565.418 -
2003 9.993.463 4,47%
2004 10.386.789 3,94%
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Faktor Internal I. Kekuatan
1. Pimpinan atau manajer yang sudah berpengalaman
Para manajer yang bekerja di PT. Maha Keramindo Perkasa memiliki pengalaman yang cukup kompetensi di dalam bidangnya. Rata-rata para manajer PT.
Maha Keramindo Perkasa sudah menjabat kurang lebih selama 10 tahun, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.6 Lama Jabatan Manajer
Ka. Departemen l ama menjabat (Tahun)
System Information (SISFO) 12
Finance 11
Cost Accounting Budget 10
General Accounting 9
Purchase 13
Production 10
Production Planning Inventory Control (PPIC) 11 Technology Quality Assurance (TQA) 8
Engineering / Maintenance 13
Human Resource Development (HRD) 14 Research and Development (R & D) 10
Marketing Export 10
Product 12
Sumber : Departemen HRD PT. Maha Keramindo Perkasa
2. Tenaga kerja yang ahli dan berpengalaman
Karyawan atau tenaga kerja akan diberikan suatu program pelatihan dan pengembangan. Program pelatihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki prestasi kerja yang sedang berjalan, sedangkan program pengembangan adalah berusaha untuk mengembangkan ketrampilan bagi pekerjaan dimasa mendatang. Pada perusahaan PT. MAHA KERAMINDO PERKASA terdapat dua jenis training yaitu:
- Training internal atau pelatihan ditempat kerja.
Jenis training atau pelatihan ini dilakukan didalam perusahaan, dimana para peserta training berasal dari dalam perusahaan beserta dengan instruktur atau trainer.
- Training eksternal atau pelatihan diluar tempat kerja
Jenis training ini dilakukan dapat dilakukan didalam atau diluar perusahaan akan tetapi instruktur atau trainer berasal dari luar perusahaan atau dari lembaga pendidikan lainnya.
Setiap departemen membutuhkan training atau pelatihan yang berbeda-beda antara departemen yang satu dengan departemen yang lainnya, sehingga sebelum tenaga kerja disuatu departemen melakukan training terhadap para pegawainya, departemen tersebut harus melaporkannya kepada departemen SDM dengan tujuan agar pelatihan atau training yang dilakukan dapat bermamfaat dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Apabila didalam melakukan pelatihan atau training departemen SDM mengalami kesulitan, maka departemen HRD dapat menunjuk atau memilih suatu
lembaga pendidikan yang ada untuk melatih para karyawan atau pegawainya, namun keputusan ini harus disetujui oleh top management perusahaan. Didalam melakukan training, perusahaan telah menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja. Adapun persyaratannya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Pelatihan Tenaga Kerja Pendidikan Pengalaman Kerja
Minimal
Keterampilan Kerja Minimal
Pelatihan Minimal Yang Sudah
Diperoleh
SD ke SLTP 5 tahun 5 tahun 12 jam
SLTP ke SLTA 4 tahun 4 tahun 8 jam
SLTA ke D-3 3 tahun 3 tahun 21 jam
D-3 ke S-1 2 tahun 2 tahun 14 jam
S-1 ke S-2 2 tahun 2 tahun 28 jam
S-2 ke S-3 2 tahun 2 tahun 28 jam
Sumber : Departemen HRD PT Maha Keramindo Perkasa
Dari tabel diatas kita dapat melihat bahwa, seorang tenaga kerja dengan pendidikan SD dapat menjadi lulusani SLTP dengan syarat yaitu memiliki pengalaman kerja minimal lima tahun, ketrampilan kerja minimal lima tahun dan pelatihan yang harus diperoleh adalah sebanyak 12 jam. Sehingga ia tidak lagi perlu untuk ditraining.. Namun andaikata tenaga kerja tersebut tidak memenuhi persyaratan-persayaratan yang telah ditetapkan, maka perusahaan akan melakukan training terhadap tenaga kerja tersebut, dengan ketentuan yang ada di tabel tersebut.
3. Tingkat turn over tenaga kerja yang rendah
Tingkat turn over pada PT. Maha Keramindo Perkasa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8 Turn Over Pekerja Unit Bisnis Produksi
Bulan karyawan PBTL
karyawan PBDL
Total karyawan
Perubahan ju mlah karyawan
perubahan jumlah karyawan / total karyawan
Januari 60 784 844 0 0
Februari 60 786 846 2 0,24%
Maret 64 774 838 -8 0,95%
April 66 787 853 15 1,76%
Mei 62 780 842 -11 1,31%
Juni 64 778 842 0 0,00%
Juli 64 781 845 3 0,36%
Agustus 66 781 847 2 0,24%
September 67 777 844 -3 0,36%
Oktober 67 778 845 1 0,12%
Desember 67 778 845 0 0,00%
Employee turn over tahun 2004 0,48%
Sumber : Departemen HRD PT Maha Keramindo Perkasa
4. Pengendalian SDM yang baik
Penilaian suatu prestasi merupakan salah satu tugas manajer yang paling penting, namun juga merupakan hal yang diakui terus terang oleh kebanyakan manajer sebagai suatu yang sukar mereka tangani secara memadai. Tidaklah selalu mudah untuk menilai prestasi bawahan secara akurat, dan seringkali lebih sukar lagi untuk menyampaikan hasil penilaian ini kepada karyawan dengan cara yang
konstruktif dan tidak menyakitkan. Ada beberapa faktor yang menjadi penilaian tenaga kerja antara lain: disipilin kehadiran, penguasaan bidang pekerjaan, produktivitas, mutu pekerjaan, inisiatif, ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan, mentalitas, kerja sama, tanggung jawab, potensi, kepemimpinan, dam pemgambilan keputusan.
5. Kualitas produk yang tinggi
PT Maha Keramindo Perkasa mendapatkan sertifikasi standar mutu ISO 9001 – 2000 dalam hal produksi keramik. Yang dimaksud dengan sertifikasi disini adalah suatu usaha pemberian pernyataan resmi oleh instansi yang berwenang atau yang telah diakreditasi, mengenai barang/produk industri atau personil, sehingga pihak lain yang memerlukannya dapat dijamin kepentingannya.
Pengendalian mutu dilakukan secara rutin oleh perusahaan dan kontrol yang dilakukan segera diikuti dengan tindakan koreksi dan penyempurnaan proses produksi. Departemen Total Quality Assurance merupakan salah satu departemen yang ditugaskan untuk mengendalikan mutu keramik perusahaan, sedangkan untuk pengawasan mutu merupakan tugas pemerintah adalah usaha untuk menjamin agar produk/jasa memenuhi persyaratan standar, yaitu melalui sertifikasi ISO. Spesifikasi teknis dari produk keramik masterina dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini.
Tabel 4.9 Spesifikasi Teknis Masterina
Aspect Masterina ISO – 13006
EN – 178
Dimensions + 0,40% + 0,60%
Rectangularity + 0,40% + 0,60%
Surface Flatness + 0,40% + 0,50%
Thickness + 5,00% + 5,00%
Water Absorption 6% < E < 10% 6% < E < 10%
Bending Strength > 180 > 180
Scratch Hardness of Surface Min. 5 Min. 5
Abrassion Resistance Min. Class II Class III – IV Chemical Resistance No attack No attack
Thermal Shock Resistance Passed Passed
Sumber : Departemen Produksi PT Maha Keramindo Perkasa
6. Kurva belajar dan pengalaman PT. Maha Keramindo Perkasa
PT. Maha Keramindo Perkasa merupakan perusahaan yang sudah cukup lama bermain di dalam bisnis Industri Keramik. PT. Maha Keramindo Perkasa berdiri pada tanggal 25-september-1989, yang berarti sudah 16 tahun perusahaan ini bergerak pada industri keramik. Dengan pengalaman dan waktu yang telah dilewati, menyebabkan PT. Maha Keramindo Perkasa mampu meningkatkan efisiensi dan produktiitas yang tinggi. Pada beberapa bisnis, ada kecenderungan bahwa biaya satuan atau uni cost akan menurun sejalan dengan diperolehnya pengalaman kumulatif dalam menghasilkan produk. Biaya menurun karena para pekerja
menyempurnakan metode mereka, penyempurnaan tata letak, dikembangkannya peralatan dan proses khusus, perubahan rancangan produk. ( Porter, 2005, pg11).
7. Penelitian dan pengembangan produk PT. Maha Keramindo Perkasa Peneltian dan pengembangan dilakukan secara terus menerus oleh PT. Maha Keramindo Perkasa, dan departemen yang ditunjuk adalah departemen R&D.
Departemen R&D dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian body dan glazur.
Tujuan perancangan produk bagian body antara lain :
- Menentukan bahan yang dapat digunakan untuk merancang body..
- Menentukan persentase bahan yang digunakan.
- Meningkatkan efisiensi.
Sedangkan pada bagian glzur, yaitu antara lain :
- Menemukan suatu inovasi dekorasi glazur yang dapat digunakan - Melakukan tindakan revisi pada glazur yang masih belum baik.
- Melakukan pengembangan produk baru, baik berdasarkan keinginan dari pasar maupun dengan mengeluarkan produk baru berdasarkan riset yang telah dilakukan.
Dengan adannya Departemen R&D, PT. Maha Keramindo Perkasa telah banyak melakukan berbagai macam pengembangan dan penemuan yang baru di bidang inovasi dan desain keramik. Saat ini PT. Maha Keramindo Perkasa memiliki koleksi keramik sebesar 160 corak, dimana setiap bulannya diproduksi 30 keramik terbaru untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tipe keramik Masterina yang diproduksi ada berbagai macam yaitu :
a. Plain / Standard Colours b. Decorative / Dark Colours c. Embossed
d. Granite Special e. Decorative Special f. Rock Type
8. Customer service
Pelayanan dan pengendalian produk yang dilakukan oleh PT. Maha Keramindo Perkasa adalah untuk menjaga customer yang dimiliki, dengan memberikan respon yang positif terhadap setiap complain yang ada dari customer akan memberikan citra tersendiri di mata para pelanggan. Di dalama melakukan penanganan terhadap setiap complain, PT. Maha Keramindo Perkasa akan melakukan penyelidikan terhadap setiap kasus-kasus dan complain yang disampaikan. PT. Maha Keramindo Perkasa akan memberikan produk ganti, memotong sejumlah tagihan ke pelanggan atau menurunkan harga, apabila PT. Maha Keramindo Perkasa melakukan kesalahan-kesalahan. Dibawah ini merupakan tabel penanganan complain PT. Maha Keramindo Perkasa pada periode Febuari-April 2005
Tabel 4.10 Tabel Penanganan Complain
Bulan Jumlah Kasus Jumlah Keramik yang
di-complain (m2 ) Penanganan
2 300 Penggantian barang
Febuari
3 275 Penurunan harga
2 300 Penurunan harga
Maret
3 150 Pemotongan tagihan
1 20 Penurunan harga
April
1 30 Penggantian barang
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa
9. Jaringan distribusi
PT. Maha Kermindo Perkasa memiliki jaringan distribusi yang kuat dan luas baik di Dalam Negeri maupun di Luar NEgeri. Untuk di Dalam Negeri PT. Maha Keramindo Perkasa memiliki satu perusahaan yang bertindak sebagai distributor yaitu PT. Sarana Kencana Indah Sejati atau SKIS. PT. SKIS ini memiliki dua cabang pembantunya yaitu di daerah Surabaya dan Pekan Baru; satu agen di daerah Makasar, dan lima representative yaitu di Yogyakarta, Lampung, Sumatera, Jambi dan Samarinda. Sedangkan untuk di Luar Negeri, jaringan distribusi yang dimiliki oleh PT. Maha Keramindo Perkasa tersebar luas antara lain: di Negara Africa, Australia, Eropa, Amerika Utara, Asia ( Filipina, Korea, Singapore, Brunei ), Timur Tengah dan negara Oceania.
10. Penguasaan bahan baku
PT. Maha keramindo Perkasa memperoleh bahan baku melalui pertambangan atau galian yang berasal dari berbagai daerah, antara lain:
Pasir Kuarsa: Terdapat di Kecamatan Banjarsari, Bayah, Panggarangan, Cimarga, Malingping, Muncang, Bojongmanik, Cikulur, Leuwidamar, Cibeber dan Cileles, dengan luas areal + 17.271,05 Ha dan deposit + 1.359.821.570 Ton. Pasir kuarsa juga terdapat di daerah Parung Panjang dan Belitung.
Batu Gamping: Terdapat di Kecamatan Cileles, Bayah, Cibeber, Muncang, Leuwidamar, Sajira dan Cipanas dengan luas areal + 2.259,10 Ha dan deposit + 3.743.912 Ton.
Kaolin: Terdapat di Kecamatan Banjarsari dan Muncang dengan luas areal + 61,19 Ha dan deposit+ 7.954.700 M3 dan Kecamatan Cipanas dengan Deposit + 2.361.650 M3.
Feklsfart: Terdapat di Kecamatan Cipanas dan Muncang dengan deposit diperkirakan 1 Juta Ton, selain itu feklsfart juga terdapat di daerah Cisoka dan Rangkas
Sedangkan untuk jenis raw material glazur yang berupa frits harus di impor dari luar negeri. Terkadang ada beberapa jenis material yang sama tetapi berada di daerah yang berbeda memiliki karakteristik yang tidak sama, sebagai contoh clay yang ada di daerah Parung Panjang berbeda karakteristiknya dengan clay yang berasal dari daerah
Belitung; sedangkan untuk feldspar yang ada di daerah Rangkas berbeda karakteristiknya dengan feldspar yang ada di daerah Cisoka.
Sedangkan untuk pasokan bahan bakar yang berupa LNG, PT. Maha Keramindo Perkasa memasoknya dari PERTAMINA ( Perusahaan Tambang Minyak Negara ).
Copyright © 2004 disperindag-lebak.go.id
II. Kelemahan 1. Kapasitas Produksi
PT. Maha Keramindo Perkasa merupakan perusahaan yang memproduksi keramik. Setiap bulan Departemen Marketing akan memberikan daftar yang berisi jenis, ukuran, dan jumlah keramik yang harus diproduksi oleh pihak pabrik dimana daftar tersebut diperoleh berdasarkan permintaan konsumen dan peramalan yang dilakukan. Pihak marketing memberikan target produksi tahunan sehingga PT. Maha Keramindo Perkasa harus memperkirakan bahan baku yang diperlukan untuk untuk dapat melakukan produksi selama tahun tersebut. Target produksi tahunan harus didasarkan pada kapasitas produksi yang ada. Kapasitas produksi tahun 2004 PT.
Maha Keramindo Perkasa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Kapasitas Produksi
Ukuran
Produksi per bulan (m2)
Produksi per tahun (m2)
10 x 20 50.000 600.000 20 x 20 130.000 1.560.000 20 x 25 150.000 1.800.000 30 x 30 530.000 6.360.000 40 x 40 240.000 2.880.000
Total 1.100.000 13.200.000
2. Fasilitas Manufaktur
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kapasitas produksi PT. Maha Keramindo Perkasa adalah sebesar 13.200.000 m2 per tahunnya. Namun pada kenyataanya PT. Maha Keramindo Perkasa tidak dapat mencapai kapasitas produksi sepenuhnya setiap tahun, hal ini disebabkan karena fasilitas manufaktur dan teknologi yang digunakan oleh PT. Maha Keramindo Perkasa sudah cukup berumur. Rata-rata mesin yang digunakan berumur lebih dari 15 tahun dan beroperasi setiap hari atau 24 jam. Keadaan fasilitas manufaktur ini yang menyebabkan produksi PT. Maha Keramindo Perkasa dewasa ini tidak dapat mencapai kapasitas produksi pabrik yang sebenarnya Pencapaian produksi pada tahun 2002/2003 dapat dilihat pada tabel 4.7 dan grafik 4.4 berikut ini.
Tabel 4.12 Tabel Pencapaian Produksi
Tahun Produksi (m2 ) % dari kapasitas produksi
2003 8.865.246 73,88%
2004 9.424.658 78,54%
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa
Grafik 4.3 Grafik Pencapaian Produksi
Produksi (m2 )
8.500.000 8.600.000 8.700.000 8.800.000 8.900.000 9.000.000 9.100.000 9.200.000 9.300.000 9.400.000 9.500.000
73,88% 78,54%
Produksi (m2 )
3. Penggunaan teknologi
Meskipun mesin dan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan ini cenderung sudah berumur, namun utilitas atau kemampuan dari mesin yang dimiliki oleh perusahaan ini masih dapat dikatakan cukup baik dan mampu memproduksi, hal ini disebabkan karena perawatan terhadap mesin-mesin produksi yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi hal yang terutama didalam melakukan proses produksi – perlu diperhatikan keadaan mesin produksi yang sudah berumur, akan menurunkan kinerja,
kaasitas, kecepatan dan optimasi mesin produksi, mesin produksi tetap akan dapat bekerja dengan baik yang disesuaikan dengan umur dari mesin tersebut.
Tabel di bawah ini menjelaskan utilitas mesin produksi yang dimiliki oleh PT. Maha Keramindo Perkasa pada tahun 2004:
Tabel 4.13 Utilitas Mesin Produksi Tahun 2004
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa Grafik 4.4 Grafik Utilitas Mesin Produksi
0 5 10 15 20 25 30
Besar persentase
Mesin yang tidak dapat beroperasi
0 2 2 2 0 2 0 2 0
Mesin yang dapat beroperasi
3 24 24 16 3 14 16 8 5
Crush er
Batch ing
Ball
mill Silo Spray
dryer Press Glazi
ng Kiln Sorti ng
Mesin yang beroperasi
No. Nama mesin
Jumlah yang
tersedia Jumlah %
1 Crusher 3 3 100,00%
2 Batching 26 24 92,31%
3 Ball mill 26 24 92,31%
4 Silo 18 16 88,89%
5 Spray dryer 3 3 100,00%
6 Press 16 14 87,50%
7 Glazing line 16 16 100,00%
8 Kiln 10 8 80,00%
9 Sorting dan Packing 5 5 100,00%
Total 123 113 91,87%
4. Biaya Produksi
Akibat dari penggunaan fasilitas manufaktur yang sudah cukup berumur akan mempengaruhi biaya produksi perusahaan. Kenaikan biaya produksi tersebut disebabkan karena perusahaan memerlukan biaya yang lebih insentif untuk perawatan dan pergantiaan sparepart dari mesin-mesin yang ada. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas, dan BBM juga telah memberikan beban yang berat bagi banyak industri, tidak terkecuali dengan PT. Maha Keramindo Perkasa. Kebijakan ini telah menaikkan biaya produksi perusahaan. Di bawah ini dapat dilihat kenaikan biaya produksi antara tahun 2003 dan 2004:
Tabel 4.14 Kenaikan Biaya Produksi Tahun
Tipe
Keramik 2002 2003
% Kenaikan biaya produksi
Polos Rp18.907,00 Rp19.824,00 5.10%
Decor Rp19.917,00 Rp21.044,00 6.00%
Emboss Rp20.027,00 Rp21.249,00 6.50%
Rata-rata kenaikan 5.87%
Sumber : Departemen Cost Accounting PT. Maha Keramindo Perkasa
Grafik 4.6 Grafik Kenaikan Biaya Produksi
Rp16,500.00 Rp17,000.00 Rp17,500.00 Rp18,000.00 Rp18,500.00 Rp19,000.00 Rp19,500.00 Rp20,000.00 Rp20,500.00
2002 2003
Tahun
Biaya Produksi
Polos Decor Emboss
Berdasarkan tabel 4.9 dan grafik 4.6, biaya produksi dari tahun 2002 ke tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 5,10 % untuk keramik tipe polos, 6,00% untuk keramik tipe decor dan 6,50 % untuk keramik tipe emboss sehingga biaya produksi tahun 2002/2003 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,87 %. Untuk mengetahui proses produksi lihat lampiran 2 dan 3.
5. Harga jual relative tinggi
Kenaikan biaya produksi secara langsung akan menaikkan harga jual produk keramik yang dihasilkan oleh perusahaan PT. Maha Keramindo Perkasa. Kenaikan harga keramik dikarenakan perusahaan harus menutupi dan menyeimbangkan biaya- biaya akibat dari kenaikan biaya produksi. Di bawah ini dapat dilihat tabel harga jual produk keramik PT. Maha Keramindo Perkasa:
Tabel 4.15 Tabel Harga Jual Harga Rp. / m2 Tipe keramik
KW 1 KW 2 KW 3
Decor / motif 38.000 36.000 32.000
Polos 25.000 23.500 21.000
Emboss 29.000 27.600 25.000
Sumber : Departemen Finance PT. Maha Keramindo Perkasa
Setelah kekuatan dan kelemahan di identifikasi, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar pertanyaan atau kuisioner yang dibagikan kepada para manajer yang di PT. Maha Keramindo Perkasa. Penyebaran kuisioner ini bertujuan untuk membantu menetapkan kekuatan dan kelemahan secara spesifik dalam bidang fungsional bisnis. Di bawah ini merupakan tabel hasil perhitungan kuisioner yang dibagikan kepada 13 para manajer PT. Maha Keramindo Perkasa:
Dari tabel pengumpulan data kuisioner di atas, dapat diperoleh nilai bobot dan rating yang nantinya akan digunakan di dalam pembuatan matrik evaluasi faktor interal. Berikut ini adalah tabel matrik evaluasi internal:
Tabel 4.18 Internal Factor Analysis Strategy
Faktor-faktor strategi internal Bobot Rating Skor
No Strength
1 Pimpinan atau manajer yang sudah 0,0703 3,46 0,24
berpengalaman di bidangnya
2 Tenaga kerja yang ahli 0,0735 3,08 0,23 3 Tingkat turn over yang rendah 0,0523 3,62 0,19 4 Pengendalian SDM yang baik 0,0588 2,38 0,14 5 Kualitas produk yang tinggi 0,0768 2,85 0,22 6 Kurva belajar dan pengalaman yang dimiliki 0,0588 3,08 0,18
oleh PT. Maha Keramindo Perkasa
7 Penelitian dan pengembangan produk 0,0621 3,38 0,21
PT. Maha Keramindo Perkasa
8 Customer service yang baik 0,0588 2,77 0,16 9 Jaringan distribusi yang kuat 0,0703 3,15 0,22 10 Penguasaan bahan baku 0,0686 3,31 0,23
Weakness
1 Kapasitas produksi 0,0735 3,46 0,25
2 Fasilitas manufaktur yang sudah lama 0,0752 3,08 0,23 3 Teknologi yang sudah ketinggalan zaman 0,0637 3,31 0,21
4 Biaya produksi tinggi 0,0605 3,23 0,20
5 Harga jual yang relatif tinggi 0,0768 2,85 0,22
Total 1,00 47,00 3,13
4.2.2 Analisis Faktor Eksternal I. Peluang
1. Ekonomi makro Indonesia yang membaik
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ), pada triwulan pertama tahun 2005, indikator ekonomi makro seperti produk domestik bruto (PDB), inflasi, dan SBI, seperti terlihat dibawah ini:
- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1998, bertumbuh negatif sebesar 13,13 %, dan mulai tumbuh positif pada tahun 1999 sebesar 0.79%, tahun 2000 menjadi 4,92%, tahun 2001 sebesar 3,44%, tahun 2002 sebesar 3,66%, tahun 2003 bertumbuh sebesar 4,1%, tahun 2004 bertumbuh sebesar 4,5% dan pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 5.5%- 6%. Pertumbuhan ekonomi nasional ini sangat didominasi oleh faktor konsumsi secara umum yaitu sekitar 80% baik oleh pengeluaran pemerintah maupun swasta sedangkan sektor investasi, baik domestik maupun asing masih belum sejak beberapa tahun belakangan ini, dan sumbangan retail terhadap pertumbuhan ekonomi nasionaberkisar antara 60% - 70%.
- Inflasi yang terjadi tahun 1998 sebesar 77%, tahun 1999 sebesar 2,01% tahun 2000 menjadi 9,35%, tahun 2001 sebesar 12,55%, tahun 2002 sebesar 10,03 dan tahun 2003 sebesar 5,06%.
- SBI yang berlaku pada tahun 1998 sebesar 38,44%, tahun 1999 sebesar 12,51%, 2000 sebesar 14,53%, tahun 2001 sebesar 17,62% , tahun 2002
sebesar 12,93%, tahun 2003 sebesar 8,31% dan turun menjadi 7,34% dalam kuartal satu tahun 2004.
2. Tingkat pertumbuhan properti di Indonesia
- Pasok kumulatif pusat perbelanjaan JABOTABEK tahun 2003 adalah sebesar 2.522.422 meter persegi dan perkiraan pasok tahun 2004 adalah sebesar 452.700 meter persegi, sehingga perkiraan pasok kumulatif tahun 2004 diperkirakan sebesar 2.975.097 meter persegi.
- Permintaan kumulatif pusat perbelanjaan JABOTABEK tahun 2003 adalah sebesar 2.286.684 meter persegi dan perkiraan permintaan tahun 2004 adalah sebesar 374.217 meter persegi, sehingga perkiraan permintaan kumulatif tahun 2004 adalah sebesar 2.660.901 meter persegi.
- Tingkat hunian pusat perbelanjaan hunian rata-rata JABOTABEK tahun 2003 90,65% dan perkiraan tingkat hunian pada tahun 2004 diperkirakan akan turun menjadi 89,44%.
3. Tingkat suku bunga KPR menurun
Dengan menurunnya tingkat suku bunga KPR atas kepemilikan rumah, telah memberikan gairah baru di dalam Industri porperti saat ini. Para konsumen properti mulai memperhitungkan diri untuk melakukan investasi terhadap perumahan- perumahan. Dengan meningkatnya konsumsi terhadap rumah atau properti, banyak para investor mulai berani beramain di dalam industri properti. Industri porperti mengalami penurunan sejak Indonesia dihantam oleh badai krisis ekonomi.
Hubungan antara Industri keramik dengan industri properti sangat dekat sekali hubungannya, sebab properti yang ada sekarang ini sangat membutuhkan keramik sebagai fungsi lantai yang belum bisa tergantikan.. Sumber: http://www.kompas.com
4. Naiknya harga bea masuk keramik impor
Dalam rangka meningkatkan daya saing industri dalam negeri, serta memberikan kepastian usaha bagi investor dan perlakuan yang adil terhadap seluruh sektor industri; pemerintah untuk ini telah memberlakukan harmonisasi tarif bea masuk terhadap beberapa barang impor. Harmonisasi tarif bea masuk tersebut diantaranya adalah dengan melakukan perubahan terhadap 237 pos tarif pada enam kelompok produk (sektor), meliputi; pertanian, perikanan, pertambangan, farmasi, keramik, dan besi baja.
5. Kebutuhan keramik Dalam Negeri bertambah
Dengan bertambahnya kebutuhan keramik Dalam Negeri dan Luar Negeri, maka pangsa pasar atau pasar potensial akan bertambah juga, sehingga ini merupakan peluang bagi PT. Maha Keramindo Perkasa untuk dapat memperluas market share yang di miliki. Saat ini pertumbuhan permintaan keramik pada PT. Maha Keramindo Perkasa
Grafik 4.6 Kebutuhan Dalam Negeri
Kebutuhan Dalam Negeri ( M2 )
220.000,00 230.000,00 240.000,00 250.000,00 260.000,00 270.000,00
2002 2003 2004 2005
Tahun
Sumber: http://www.deperindag.com
6. Peluang pasar ekspor yang semakin luas
Grafik 4.7 Kebutuhan Luar Negeri
Kebutuhan luar Negeri ( M2 )
2250000000 2300000000 2350000000 2400000000 2450000000 2500000000 2550000000 2600000000 2650000000 2700000000
2002 2003 2004 2005 2006 Tahun
Sumber:Http://www.Sinarharapan.co.id/ekonomi/industri/2004/0331/ind1.html:
7. Market share yang dimiliki PT. Maha Keramindo Perkasa
Market share yang dimiliki oleh PT. Maha Keramindo Perkasa, cukup menjadikan dirinya sebagai salah satu industri keramik yang kuat. Penguasaan pangsa pasar yang dimiliki oleh PT. Maha Keramindo, dapat dilihat pada tabel di bwah ini:
Tabel 4.19 Penguasaan Pangsa Pasar
Tahun Penjualan keramik masterina (m2)
Penjualan Keramik
Domestik (m2) Persentase
2002 8.362.584 169.400.000 4,94%
2003 8.772.161 177.100.000 4,95%
2004 9.323.814 186.900.000 4,99%
Sumber : Departemen Produksi PT. Maha Keramindo Perkasa
II. Ancaman
1. Produk impor dari Luar Negeri seperti dari China.
Kalangan industri keramik yang terhimpun dalam Asosiasi Industri Aneka Keramik Indonesia (Asaki) dan Deperindag saat ini sedang menghimpun data untuk mengajukan komplain ke WTO berkaitan dengan dumping dari produk Cina. Upaya ini dilakukan karena adanya tekanan dari masuknya produk Cina ke pasar domestik yang dijual dengan harga 50% lebih murah dan dikhawatirkan dapat menekan produk lokal. Dugaan produk keramik Cina dijual dengan harga dumping, diketahui setelah
dilakukan survai ke negara tersebut ternyata di Cina dijual seharga US$ 16/meter, sedangkan di Indonesia dijual US$ 4/meter.
2. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga gas untuk industri
Rencana pemerintah yang akan menaikkan harga gas bumi sebesar 11% - 17%. Kenaikkan harga gas akan memberatkan industri keramik nasional, sebab 30%
dari komponen biaya produksi berasal dari listrik dan GAS. Sumber:
http://www.asaki.com
3. Adanya pesaing-pesaing yang kuat dan sudah lama di industri keramik Perusahaan-perusahaan yang mengeluarkan produknya untuk segmen yang
sama dengan PT. Maha Keramindo Perkasa antara lain PT. Intikeramik Alamsari Tbk dengan produknya Inesa, PT. Industri Keramik Kemenangan Jaya dengan produknya Sultan dan akasia, PT. Platinum Ceramics Industry dengan produknya Asia Tile, PT KIA Serpih Mas dengan Produknya KIA, PT. Sarana Griya dengan produknya Milan, PT. Angsa Daya dengan produknya IKAD, PT. Satyaraya Keramindo Indah dengan produknya Roman, PT. Arwana Nuansa Keramik dengan produknya Arwana.
4. Munculnya produk-produk yang menggantikan fungsi keramik lantai Saat ini sudah banyak produk-produk yang dapat menggantikan fungsi keramik seperti: marmer, granit, vinyl, terpal, karpet, kayu dan terasso. Sekarang ini sudah banyak pembangunan-pembangunan gedung, apartemen, mal dan property- properti lainnya yang menggunakan marmer atau granit sebagai pengganti keramik;
5. Pembeli yang semakin pintar
Lewat pembelian berulang, para pembeli menghimpun pengetahuan mengenai merek suatu produk, kegunaannya, dan ciri-ciri merek yang bersaing. Produk mempunyai kecenderungan untuk menjadi lebih menyerupai komoditi, manakala para pembeli menjadi lebih canggih dan pembelian cenderung berdasarkan pada informasi yang lebih baik. Jadi terdapat kekuatan alami yang semakin memperkecil perbedaan produk di dalam suatu industri. Pengetahuan mengenai produk dapat memungkinkan naiknya permintaan dari para pembeli guna perlindungan hak, pelayanan, penyempurnaan hasil dan sebagainya. ( Porter, 2005, pg 151 ).
6. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM
Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM, telah memberikan beban yang berat pada dunia perindustrian. Walaupun sebagian besar energi yang digunakan oleh PT. Maha Keramindo Perkasa adalah gas, namun untuk biaya operasional dan distribusi mengalami kenaikan, sehingga hal ini berpengaruh secara langsung terhadap kenaikan-kenaikan biaya. Dengan demikian PT. Maha Keramindo Perkasa harus melakukan penyesuaian-penyesuaian harga untuk menutupi dan menyeimbangkan dampak kenaikan harga ini. Sumber: http://www.kompas.com
7. Pendatang baru
Kehadiran para pendatan baru tidak dapat dipungkiri kekuatannya. Saat ini banyak para pendatang baru yang mencoba berinvestasi pada industri keramik, hal ini disebabkan karena prospek industri ini masih dapat memberikan keuntungan yang
lebih. Saat ini Indonesia menempati urutan kelima di dunia sebagai penghasil keramik dengan kualitas yang baik.
Semakin bertambahnya jumlah kebutuhan keramik baik di Dalam Negeri maupun Luar Negeri, telah memberikan daya tarik yang besar untuk mencoba berinvestasi pada industri ini.
8. Semakin besarnya diferensiasi pasar
Perusahaan dalam upaya mencari diferensiasi telah mengidentifikasi dan menciptakan begitu banyak segmen dan ceruk, yang selanjutnya memunculkan pasar- pasar yang sangat terfragmantasi. Pada akhirnya proses ini akan berakhir pada produk dan pemasaran satu-satu. Hal ini membuat perusahaan sangat sulit menemukan sel-sel pasar yang menawarkan tingkat pengembalian atas investasi yang menjanjikan dan menguntungkan. Pertambahan volume akan bersifat inkremental, tidak substansial untuk setiap produk baru yang diluncurkan. Laba dibagi bersama menjadi sangat tipis.
9. Peniruan produk oleh pesaing
Produk yang dihasilkan oleh industri-industri keramik sangat besar variasinya, baik dari segi design, struktur, warna dan ukuran-ukurannya, hal ini telah menyebabkan diferensiasi yang begitu besar pada pasar. Dengan banyaknya variasi- variasi keramik yang muncul di pasaran, maka tidak tertutup kemungkinan terjadinya peniruan-peniruan diferensiasi keramik yang dilakukan oleh pera pesaing.
Setelah peluang dan ancaman di identifikasi, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar pertanyaan atau kuisioner yang dibagikan kepada para manajer yang
di PT. Maha Keramindo Perkasa. Penyebaran kuisioner ini bertujuan untuk membantu menetapkan kekuatan dan kelemahan secara spesifik dalam bidang fungsional bisnis. Di bawah ini merupakan tabel hasil perhitungan kuisioner yang dibagikan kepada 13 para manajer PT. Maha Keramindo Perkasa:
Dari tabel pengumpulan data kuisioner di atas, dapat diperoleh nilai bobot dan rating yang nantinya akan digunakan di dalam pembuatan matrik evaluasi faktor eksteral. Berikut ini adalah tabel matrik evaluasi eksternal:
Tabel 4.22 Eksternal Factor Analysis Strategy
Faktor-faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor
No Oppurtunities
1 Ekonomi makro Indonsia yang membaik 0,0741 3,00 0,22 2 Tingkat pertumbuhan properti di indonesia 0,0628 3,23 0,20 3 Turunnya tingkat suku bunga KPR 0,0596 2,92 0,17 4 Naiknya harga bea masuk untuk keramik impor 0,0451 2,77 0,12 5 Kebutuhan keramik Dalam Negeri bertambah 0,0660 3,46 0,23 6 Kebutuhan keramik Luar Negeri bertambah 0,0596 3,31 0,20
7 Market share yang dimiliki 0,0660 3,15 0,21
Threatens
1 Produk impor dari Luar Negeri 0,0612 2,92 0,18
seperti dari China
2 Kebijakan pemerintah yang menaikkan 0,0709 3,62 0,26
harga gas untuk industri
3 Adanya pesaing-pesaing yang kuat 0,0628 2,69 0,17 dan sudah lama di industri keramik 4 Munculnya produk-produk pengganti 0,0515 3,00 0,15 5 Pembeli yang semakin pintar 0,0612 2,62 0,16 6 Kebijakan pemerintah menaikkan BBM 0,0709 3,69 0,26
7 Pendatang baru 0,0644 2,38 0,15
8 Semakin besarnya diferensiasi pasar 0,0580 2,92 0,17 9 peniruan produk oleh pesaing 0,0660 3,31 0,22
Total 1,00 49,00 3,08
4.2.3 Internal – Eksternal Matrik
Setelah Internal Factor Strategy Analysis ( IFAS ) dan eksternal Factor Strategy Analysis ( EFAS ) di identifikasikan, maka akan ditemukan hasil skor dari
kedua tabel tersebut. Hasil skor tersebut sangat penting dan berguna untuk digunakan pada tahap selanjutnya yaitu untuk IE matrik atau internal-eksternal matrik. IE matrik ini digunakan untuk penentuan posisi perusahaan.
Keterangan:
I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal III : Strategi turn arround
IV : Strategi stabilitas
V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal atau stabilitas VI : Strategi divestasi
VII : Strategi diversifikasi konsentrik VIII : Strategi diversifikasi konglomerat IX : Stategi likuidasi atau bangkrut
Total Skor Faktor Strategi Internal
Kuat Rata-rata Lemah
4,0 3,0 2.0 1.0
I II III
Tinggi Pertmubuhan Pertumbuhan Penciutan
3,0
IV V VI
Menengah Stabilitas Pertumbuhan Penciutan Stabilitas
2,0
VII VIII IX
Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Likuidasi
Total Skor Faktor Strategi Eksternal
1,0
Gambar 4.2 Internal-Eksternal Matrik
Skor yang diperoleh dari tabel IFAS adalah sebesar 2.87 sedangkan untuk tabel EFAS adalah sebesar 2.84. Dari hasil total skor ini, maka jika dimasukkan pada IE matrik akan diperoleh bahwa perusahaan berada pada tahap pertumbuhan V atau strategi integral horisontal. Strategi ini merupakan salah satu strategi pertumbuhan yaitu dengan cara memperluas kegiatan lini produk atau membangun di lokasi lain yang tujuannya adalah untuk meningkatkan jenis produk atau jasa. Perusahaan yang melakukan strategi ini dapat memperluas pasar, fasilitas produksi maupun teknologi.
Pertumbuhan pasar Cepat
Konservatif Agresif
2,84
Posisi bersaing
lemah Posisi bersaing kuat
2.87
Defensif Competitive
Pertumbuhan pasar lambat
Gambar 4.3 Matrik Grand Strategy
Masalah yang dihadapi dalam penggunaan analisis SWOT adalah menentukan
“ what wil be the principal purpose of the grand strategy?” . Apakah perusahaan ingin memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada?. Dengan menggunakan total skor dari matrik Internal-Eksternal, maka diperoleh posisi agresif, dalam hal ini adalah menggunakan strategi SO ( strength-oppurtunities ).
4.2.4 Alternatif Strategi
Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis SWOT matrik. Keunggulan dari SWOT matrik ini adalah dapat dengan mudah memformulasikan strategi yang kita peroleh berdasarkan gabungan internal dan eksternal faktor.