• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

BIMO CATUR KRISTIANTO 151114052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh:

BIMO CATUR KRISTIANTO 151114052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv

“ Hidup ini bungah-susah bersifat langgeng (glad and sad eternally). Tidak ada kegembiraan yang terus-menerus. Tidak ada kesedihan yang terus-menerus. Keduanya hadir silih berganti.”

(Ki Ageng Suryomentaram)

“ Resiko terbesar adalah tidak mengambil resiko sama sekali.”

(Mark Zuckeberg)

“ Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan. Usaha sering lebih penting daripada hasilnya.”

(Arthur Ashe)

“ Dunia itu seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan pernah takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya.”

(Soe Hok Gie)

“ Bapa-mu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”

(Matius 6:8)

(6)

v

Kupersembahkan skripsi ini untuk orang-orang hebat yang telah mendukung proses skripsi ini:

1. Tuhan Yesus dan Alam semesta ini yang telah membimbing dan menyertai setiap langkah peneliti maupun telah bersahabat dengan skripsi ini dan keluarga si peneliti.

2. Alm. Supriyono (Ayah) yang telah tenang disisinya dan telah berjuang juga untuk mencukupi kebutuhan kuliah peneliti hingga peneliti semester 4 awal meskipun tidak sampai akhir, tapi ayah bangga kepada peneliti bisa menyelesaikan gelar sarjana pendidikan.

3. Tri Taka Rini (Ibu) yang sabar dengan segala cobaan yang diberikan oleh Tuhan dan juga bisa memahami saya sehingga saya bisa menyelesaikan pada waktunya.

4. Angga Riyon Nugroho, S.Pd membantu perekonomian keluarga dan memahami kondisi keluarga.

5. Ari Asih, S. Pd. K yang telah membantu proses skripsi ini secara materiil maupun non materiil.

6. Amandus Febrian, S.Pd. yang telah membantu peneliti dalam hal materiil maupun non- materiil.

7. Jati Nugroho, S.S yang telah membantu sebagai editor dalam penulisan skripsi ini.

8. Saudara-saudaraku yang telah mendukung proses skripsi peneliti hingga peneliti bisa menyelesaikan pada waktu yang tepat.

9. Berserta teman – teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah mendukung proses skripsi peneliti ini hingga selesai.

10. Dosen-dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah berbagi kisah, insipiratif kehidupan, serta ilmu yang dibekali kepada peneliti untuk menjalankan kehidupan ini.

11. Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik peneliti hingga bisa menyelesaikan skripsi ini hingga akhir dan menjaga nama almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan baik.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS

SANATA DHARMA YOGYAKARTA BimoCaturKristianto

151114052

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan seberapa baik perilaku prososial mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma dan (2) Mengidentifikasi dalam hal-hal apa sajakah perilaku prososial mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih belum baik.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September 2019 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek penelitian berjumlah 90 mahasiswa baru.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner skala Likert yang mengungkap tingkat perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Teknik analisis data menggunakan kategorisasi berdasarkan kriteria dari Azwar dengan lima kategori yaitu: Sangat baik, Baik, Sedang atau cukup, Buruk, dan Sangat Buruk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 33 mahasiswa (37%) memiliki perilaku prososial yang sangat baik, 53 mahasiswa (59%) memiliki perilaku prososial baik, terdapat 4 mahasiswa (4%) memiliki perilaku prososial yang cukup atau sedang, serta tidak ada mahasiswa dengan pencapaian skor perilaku prososial yang buruk. Dari hasil perhitungan skor item, terdapat 30 item (75%) memiliki skor sangat tinggi, 6 item (15%) memiliki skor item yang tinggi, 1 item (2,5%) memiliki skor item sedang, 3 item (7,5%) memiliki skor item rendah, serta tidak ada skor item yang sangat rendah. Dari butir skor item yang kategori sedang, diambil empat untuk mengusulkan topik-topik untuk Program Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Baru Angkatan 2019 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Mengembangkan Perilaku Prososial. Topik-topik yang diusulkan dalam program pengembangan kepribadian mahasiswa baru adalah: “Luangkanlah waktu-Mu!”, “Tingkatkan Profesionalitas- Ku!”, “Rasa empati-Ku untuk Orang Lain!”, “Percayalah kepada-Ku!”

Kata Kunci: perilaku prososial, program pengembangan kepribadian mahasiswa baru

(10)

ix ABSTRAK

PROSOCIAL BEHAVIOUR OF THE FRESHMEN IN GUIDANCE AND COUNSELLING STUDY PROGRAM OF UNIVERSITAS SANATA

DHARMA CLASS OF 2019 Bimo Catur Kristianto

151114052

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

This study aims to: (1) Describe how well the freshmen’s prosocial behavior in Guidance and Counseling Department of Universitas Sanata Dharma class of 2019. (2) Identify in what ways the freshmen’s prosocial behavior are perceived inaccurately.

This study is classified into a descriptive-quantitative research. Data collection was taken from August to September 2019 at Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. There were 90 freshmen that became the subject of this research. The sampling technique used in this study is simple random sampling. The researcher used Likert scale questionnaire that revealed prosocial behavior problems of the freshmen of Guidance and Counseling at Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

The data analysis in this thesis used categorization based on Azwar’s criteria. The alternative answers to the questionnaire are: very appropriate, appropriate, inappropriate, and very inappropriate.

The results showed: 33 students (37%) have very high prosocial behavior, 53 students (59%) have high prosocial behavior, 4 students (4%) have mediocre or moderate prosocial behavior. There were no students that achieved low or very low score. The result from the calculation of score items showed that there were 30 items (75%) scoring very high, 6 items (15%) having high item score, 1 item (2.5%) showing moderate score, and 3 items (7.5%) presenting low score. There was no item that has very low score. From each of these, 4 items which have moderate score will be taken as the topic for student’s charatcter development focusing on prosocial behaviour. The topics proposed in the development of the freshmen’s personality program are as follows: "Take your time for others", "Increase My Professionalism!",

"My Empathy for Others", "Believe in Me!"

Keywords: prosocial behavior, freshmen’s personality development program

(11)

xi

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah dan kasih-Nya yang begitu besar sehingga terselesaikan juga penulisan skripsi ini yang berjudul: “PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA BARU BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.” Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi Bimbingan dan Konseling.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang hebat yang telahmendukung proses skripsiini, diantaranya:

1. Dr. Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman yang berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar menyediakan waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.

3. Segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas ilmu-ilmu dan pengalaman yang diberikan selama ini sehingga memberikan bekal dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu mengurus segala keperluan administrasi.

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Hakekat Perilaku Prososial ... 9

1. Pengertian Perilaku Prosisial ... 9

2. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Perilaku Prososial ... 11

3. Bentuk-bentuk Perilaku Prososial ... 12

4. Tahap-tahap dalam Perkembangan Perilaku Prososial ... 13

5. Aspek-aspek Perilaku Prososial ... 14

6. Pengembangan Perilaku Prososial ... 15

7. Faktor-faktor yang Mendasari Seseorang Bertindak Prososial ... 17

B. Hakekat Mahasiswa dan Perilaku Sosial ... 18

1. Karakteristik Mahasiswa sebagai Dewasa Awal... 18

2. Ciri-ciri Dewasa Awal... 19

3. Tugas-tugas Perkembangan Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ... 23

4. Perkembangan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Dewasa Awal ... 23

(14)

xiv

5. Karakteristik Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan

Konseling Angkatan 2019 ... 25

6. Kebutuhan-kebutuhan dan Perkembangan Perilaku Prososial pada Mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 ... 30

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data Penelitian ... 33

C. Subyek Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Penelitian Operasional ... 34

E. Teknik dan Instumen Penelitian ... 35

1. Teknik Pengumpulan Data ... 35

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 36

3. Uji coba Instrumen Penelitian ... 39

F. Validitas dan Reliabilitas ... 40

1. Validitas ... 40

2. Reliabilitas ... 44

G. Prosedur Penelitian ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Seberapa baik perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 50

2. Dalam hal-hal apa sajakah perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 di Universitas Sanata Dharma yang masih belum baik ... 53

B. Pembahasan ... 57

1. Deskripsi Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... .57

2. Usulan Topik-topik untuk Program Pengembangan Kepribadian pada Mahasiswa Baru Angkatan 2019 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Mengembangkan Perilaku Prososial ... .60

BAB V. PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Keterbatasan Penelitian ... 67

C. Saran ... 67

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA. ... 69 LAMPIRAN

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... .34

Tabel 3.2 Norma Skoring ... .35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma. ... 38

Tabel 3.4 Jumlah Subyek Uji Coba. ... 39

Tabel 3.5 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Perilaku Prososial ... .42

Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... .45

Tabel 3.7 Kriteria Guilford... .45

Tabel 3.8 Norma Kategorisasi Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma. ... 47

Tabel 4.1 Kriteria Kategorisasi Tingkat Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma ... .50

Tabel 4.2 Kategorisasi Tingkat Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma ... .51

Tabel 4.3 Kriteria Kategorisasi Tingkat Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma ... .54

Tabel 4.4 Kategorisasi Capaian Skor Item Pengukuran Tingkat Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 54

Tabel 4.5 Rekapitulasi Item-item yang Tergolong dalam Kategori Sedang Tingkat Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ... 61

Tabel 4.6 Usulan-usulan Topik untuk Program Pengembangan Kepribadian Mahasiswa Baru Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk Mengembangkan Perilaku Prososial ... 64

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Diagram 4.1 Kategorisasi Perilaku Prososial Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma ... 53

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... 72 Lampiran 2: Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Perilaku Prososial Mahasiswa

Baru. ... 77 Lampiran 3: Tabulasi Data Penelitian ... 81

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah yang digunakan.

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1985) perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memedulikan motif-motif si penolong. Menurutnya, perilaku proposial berkisar dari tindakan altruism yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri.

Brigham (Dayakisni & Hudaniah, 2006) menyatakan bahwa perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejahteraan orang lain. kedermawanan, persahabatan, kerjasama, menolong, menyelamatkan dan pengorbanan merupakan bentuk-bentuk dari perilaku prososial. Jika seseorang melakukan tindakan atau perilaku prososial yang tujuannya untuk mensejahterahkan orang lain maka seseorang tersebut membuahkan suatu kebahagiaan untuk orang yang sudah melakukan tindakan tersebut.

Perilaku prososial merupakan salah satu komponen yang sangat signifikan dalam mengembangkan keterampilan sosial pada diri seseorang. Perilaku prososial berguna dalam mengembangkan kemampuan sosial, emosi, dan akademik (Kostelnik

(20)

dkk, 2009; dalam Hapsari,2016). Beberapa contoh perilaku prososial adalah berbagi, menolong, kedermawanan, kerjasama, dan kejujuran.

Perilaku prososial dipahami dalam kehidupan sehari-hari sebagai perilaku sosial positif yang menguntungkan bagi orang lain. Secara umum, istilah prososial diaplikasikan pada tindakan yang tidak menyediakan keuntungan secara langsung dan mengandung derajad resiko tertentu terhadap orang yang menolong (Baron & Bryne, 2005).

Perilaku prososial lebih menekankan keuntungan pada pihak yang diberi pertolongan. Wightman Deaux (1993) menyatakan bahwa perilaku prososial merupakan perilaku yang memiliki manfaat bagi kesejahteraan orang lain, baik berupa fisik maupun psikis.

Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial menurut Mussen, dkk. (1979) meliputi: menolong, berbagi rasa, kerjasama, menyumbang, dan memperhatikan kesejahteraan orang lain. Aspek-aspek perilaku prososial menurut Mussen (2002), yaitu: adanya berbagi (Sharing), Kerjasama (Cooperating), menolong (Helping), memberi atau menyumbangkan (Donating), dan kejujuran (Honesty).

Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah, 2006), beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, sebagai berikut: kepribadian (Self again), nilai dan norma (personal values and norms), serta Empathy (Empathy).

Menurut William (2005) ciri-ciri seseorang menunjukkan perilaku prososial mempunyai maksuduntuk menyongsong kesejahteraan orang lain dengan cara menolong, menyelamatkan, berkorban, kerjasama maupun persahabatan.

(21)

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan salah satu mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019 peneliti menemukan adanya suatu kecenderungan untuk berperilaku klik dari beberapa Mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Sanata

Dharma Angkatan 2019. Mereka masih mempunyai program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 yang berasal dari luar pulau Jawa yang masih penyesuaian lingkungan kampus maupun lingkungan kost sekitarnya. Dengan kecenderungan ngeklik tersebut, peneliti bertanya pada salah satu mahasiswa program studi

Bimbingan dan Konseling bahwa kecenderungan ngeklik tersebut dimotivasikan oleh perasaan yang negatif atau persepsi sosial negatif serta adanya prasangka sosial pada mahasiswa baru program studi bimbingan dan konseling.

Kecenderungan tersebut, ditemukan pada beberapa mahasiswa baru program studi bimbingan dan konseling angkatan 2019. Perlu adanya penyesuaian diri terhadap lingkungan kampus barunya, baik dari sistem baru yang berada di kampus yang membuat mahasiswa baru mengalami suatu kecemasan yang mereka rasakan maupun pada temen barunya yang ada di dunia kampus yang semakin kompleks terlebih mahasiswa baru yang berada di luar pulau Jawa. Mahasiswa baru yang memiliki kecenderungan prasangka sosial kepada orang lain bisa dibantu dengan membangun pikiran yang positif pada diri mereka. Dengan upaya tersebut, mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Sanata Dharma Angkatan 2019 yang akan menjadi calon seorang konselor dapat memperolehsuatu proses

(22)

pembelajaran penyesuaian diri supaya mengurangi prasangka sosial negatif kepada orang lain.

Adapun contoh dari perilaku prososial pada mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma. Perilaku prososial yang negatif:mereka ingin menyapa kakak tingkatnya serta teman-temannya akan tetapi ragu untuk menyapa dikarenakan ada rasa takut jika orang disapa itu bukan kakak tingkatnya ataupun teman seprodinya, mereka masih canggung untuk bersenyum dan bersapa dengan kakak tingkat maupun dengan teman sebayanya.

Dengan contoh tersebut, maka beberapa mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019, perlu dibantu untuk penyesuaian diri baik di lingkungan kampus maupun di masyarakat luas nantinya terlebih bagi mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa yang sedang menempuh pendidikannya di Yogyakarta.

Berkaitan dengan paparan diatas, maka peneliti tertarikmelakukan suatu penelitian mengenai perilaku prososial di kalangan mahasiswa. Dengan mengungkap perilaku prososial diharapkan banyak orang dapat memahami latar belakang dari perilaku prososial sehingga bisa menambah pengetahuan mengenai perilaku prososial. Atas dasar itu, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai “PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2019 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.”

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang mengenai “Perilaku Prososial”, peneliti menemukan beberapa masalah yang dapat teridentifikasi sebagai berikut:

1. Sebagian mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 mempunyai perilaku klik.

2. Sebagian mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 mempunyai persepsi sosial negatif.

3. Sebagian mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 mempunyai prasangka sosial.

4. Mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 yang akan menjadi calon konselor atau guru Bimbingan dan Konseling di sekolah perlu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

5. Mahasiswa baru program studi bimbingan dan konseling angkatan 2019 perlu memiliki kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan kampus barunya, baik dari sistem baru yang berada di kampus yang membuat mahasiswa baru mengalami suatu kecemasan yang mereka rasakan maupun pada temen barunya yang ada di dunia kampus yang semakin kompleks terlebih mahasiswa baru yang berada di luar pulau Jawa.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat berbagai bentuk masalah yang muncul yang sudah dibahas pada latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini fokus kajian diarahkan

(24)

untuk menjawab Tingkat Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa baik perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Dalam hal-hal apa sajakah perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih belum baik?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan seberapa baik perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Mengidentifikasi butir pengukuran perilaku prososial pada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang capaian skornya masih rendah dan untuk

(25)

menemukan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan dalam perilaku prososial mereka.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan terkait pendampingan pengembangan kepribadian pada mahasiswa baru yang berkaitan dengan usulan-usulan topik untuk program pengembangan kepribadian pada mahasiswa baru untuk mengembangkan perilaku prososial.

2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa

Memberikan informasi tentang perilaku prososial kepada mahasiswa baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk bisa memahami tentang perilaku prososial.

b. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling

Penelitian ini memberikan informasi kepada Kepala Prodi (Kaprodi) tentang perihal perilaku prososial pada mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta lebih bisa mengedepankan perilaku prososial kepada

(26)

antar mahasiswa yang seangkatan maupun bagi yang semester akhir dengan cara membuat program-program terkait dengan perilaku prososial mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019.

G. Batasan Istilah

1. Perilaku prososial adalah segala bentuk tindakan yang memiliki manfaat untuk mensejahterahkan orang lain baik berupa fisik maupun psikis.

2. Mahasiswa baru adalah seorang pelajar yang mengawali kegiatan belajar mengajar diperguruan tinggi yang dimana adanya suatu masa transisi perkembangan, terlebih pada sistem atau aturan-aturan yang ada di perkuliahan yang begitu sangat kompleks serta adanya suatu perkembangan sosial pada diri seseorang yang semakin kompleks.

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II Kajian Pustaka ini terdiri atas sub bab kajian teori yang meliputi pengertian perilaku prososial, ciri-ciri individu yang memiliki perilaku prososial, bentuk-bentuk perilaku prososial, tahap-tahap dalam perkembangan perilaku prososial, aspek-aspek perilaku prososial, pengembangan perilaku prososial, dan faktor-faktor yang mendasari seseorang berperilaku prososial. Pada sub bab Hakekat mahasiswa dan perilaku prososialnya dipaparkan karakteristik mahasiswa sebagai dewasa awal, ciri-ciri individu yang mempunyai perilaku prososial, tugas-tugas perkembangan mahasiswa sebagai dewasa awal, perkembangan perilaku prososial pada mahasiswa dewasa awal, karakteristik mahasiswa baru bimbingan dan konseling angkatan 2019 serta sub bab kajian penelitian yang relevan.

A. Hakekat Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial

Perilaku dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang menampak (overtbehavior) dan atau perilaku yang tidak menampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping aktivitas motorik juga termasuk emosional dan kognitif. Adapun juga definisi dari perilaku itu sendiri ialah tindakan atau aktifitas yang dilakukan oleh manusia itu sendiri yang mempunyai cangkupan yang

(28)

sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Ada juga definisi perilaku menurut Skinner, (Notoatmodjo (2003)) yang merumuskan bahwa

“perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. “

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau orang itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh orang yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Sebagian dari perilaku seseorang itu sebagai respons terhadap stimulus eksternal. Ada ahli yang memandang bahwa perilaku sebagai respons terhadap stimulus, akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, dan individu atau orang seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya, hubungan stimulus dan respons seakan-akan bersifat mekanistis. Pandangan semacam ini pada umumnya merupakan pandangan yang bersifat behavioristis.

Sears, Freedman, dan Peplau (1985) menjelaskan perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memedulikan motif-motif si penolong.

Menurutnya, perilaku prososial berkisar dari tindakan altruism yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri.

(29)

2. Ciri - ciri Individu yang Memiliki Perilaku Prososial

William (2005) membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik (material), psikologis, dan sosial penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik. Perilaku prososial mempunyai maksud untuk menyongsong kesejahteraan orang lain dengan cara menolong, menyelamatkan, berkorban, kerjasama maupun persahabatan.

Ada 3 (tiga) ciri seseorang dikatakan menunjukkan perilaku prososial, yaitu:

a. Tindakan perilaku berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak memberi bantuan. Perilaku prososial berkisar dari tindakan atruism yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasikan oleh kepentingan diri sendiri.

b. Tindakan perilaku dilahirkan secara sukarela. Perilaku prososial dibentuk oleh tindakan altruism dari setiap pribadi mahasiswa baru atau seseorang yang ingin menolong secara sukarela kepada orang lain.

c. Tindakan perilaku menghasilkan kebaikan. Perilaku prososial dibentuk oleh tindakan altruism, dari tindakan altruism tersebut akan menghasilkan timbal balik sebuah kebaikan yang akan diterima oleh seseorang atau pada mahasiswa baru.

(30)

3. Bentuk – bentuk Perilaku Prososial

Mussen, dkk. (1979) mengungkapkan bahwa perilaku prososial meliputi:

a. Menolong, artinya sutu tindakan seseorang untuk memberikan bantuan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan baik secara materi maupun secara moril dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis orang yang dibantu.

b. Berbagi rasa, artinya kesedihan seseorang untuk berbagi perasaan dengan orang lain, baik dalam keadaan duka maupun dalam keadaan senang serta bisa larut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

c. Kerjasama, artinya melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama, yang termasuk di dalamnya saling memberi dan juga saling mengutungkan satu sama lain.

d. Menyumbang, artinya sebuah tindakan kesediaan dari seseorang itu sendiri untuk memberikan sebagian dari barang yang dimilikinya secara sukarela kepada orang yang benar-benar membutuhkannya.

4. Tahap-tahap dalam Perkembangan Perilaku Prososial

Latane & Darley (Faturochman, 2006), menemukan bahwa respons individu dalam situasi darurat meliputi lima langkah penting yang dapat menimbulkan perilaku prososial atau tindakan berdiam diri. Tahap –

(31)

tahap yang telah teruji beberapa kali, yang sampai saat ini masih banyak digunakan adalah sebagai berikut:

a. Menyadari keadaan darurat atau tahap perhatian. Untuk sampai pada perhatian terkadang sering terganggu oleh adanya hal – hal lain, seperti ketergesaan, mendesaknya kepentingan lain, dan sebagainya.

b. Menginterpretasikan keadaan sebagai keadaan darurat.

c. Apabila pemerhati menginterpretasikan suatu kejadian sebagai sesuatu yang membuat orang membutuhkan pertolongan maka kemungkinan besar akan diinterpretasikan sebagai korban yang perlu pertolongan.

d. Mengasumsikan bahwa ia bertanggung jawab untuk menolong. Ketika individu memberi perhatian kepada beberapa kejadian eksternal dan menginterpretasikannya sebagai suatu siatuasi darurat, perilaku prososial akan dilakukan hanya jika orang tersebut mengambil tanggung jawab untuk menolong. Apabila tidak muncul asumsi ini, korban akan dibiarkan tanpa diberikan pertolongan.

e. Mengetahui hal – hal yang harus dilakukan. Bahkan, individu yang sudah mengasumsikan adanya tanggung jawab tidak ada hal berarti yang dapat dilakukan, kecuali orang tersebut mengetahui cara menolong.

f. Mengambil keputusan untuk menolong. Meskipun sudah sampai ke tahap bahwa individu merasa bertanggung jawab memberi

(32)

pertolongan kepada korban, masih ada kemungkinan ia memutuskan tidak memberi pertolongan. Berbagai kekhawatiran dapat timbul yang menghambat terlaksananya pemberian pertolongan. Pertolongan pada tahap akhir ini dapat dihambat oleh rasa takut (sering merupakan rasa takut yang realistis) terhadap adanya konsekuensi negatif yang potensial.

5. Aspek – aspek Perilaku Prososial

Mussen, dkk (2002) mengemukakan beberapa aspek perilaku prososial yaitu :

a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain, baik suka maupun duka. Sharing diberikan bila pencerita atau orang yang mau sharing kepada orang lain menunjukkan enggan bercerita kepada orang lain, meliputi tidak menyakiti perasaan orang lain dan meluangkan waktu untuk bercerita dengan orang lain.

b. Menolong (helping), yaitu kesediaan untuk menolong orang lain yang sedang berada dalam kesulitan. Menolong meliputi membantu orang lain, memberitahu, menawarkan bantuan kepada orang lain atau melakukan sesuatu, yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.

(33)

c. Kedermawanan (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela, sebagian materiil maupun non materiilnya kepada orang lain yang membutuhkan.

d. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain guna tercapainya suatu tujuan. Kerjasama biasanya, saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.

e. Jujur (honesty), yaitu kesediaan untuk berkata apa adanya yang dirasakan maupun dipikirkan kepada diri sendiri kepada orang lain.

6. Pengembangan Perilaku Prososial

Pengembangan perilaku prososial dari beberapa para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (2005), Perilaku prososial merupakan suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung kepada orang yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin bahkan melibatkan resiko bagi orang yang menolong.

b. Menurut Eisenberg dan Mussen (Hudaniah, 2012), Perilaku prososial adalah kesediaan secara sukarela atau peduli kepada orang lain untuk bekerjasama, menolong, berbagi, dermawan, jujur serta mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain.

(34)

c. Menurut Widyastuti (2014), dalam kegiatan sehari-hari perilaku prososial memiliki beberapa faktor yang bisa kita lihat dari beberapa faktor yang bisa kita lihat dari beberapa aspek diantaranya:

1). Kehadiran orang lain

Mungkin telah menjadi alasan bagi tiadanya usaha untukmemberikan pertolongan. Orang-orang cenderung berpikir bahwa sudah ada orang lain yang bertindak untuk memberikan pertolongan sehingga ia sendiri yang tidak bertindak apapun untuk menolong.

2). Kondisi lingkungan dan keadaan fisik

Stereotip yang umum adalah bahwa penduduk kota tidak ramah dan tidak suka menolong sedangkan penduduk kota kecil atau desa secara kooperatif suka menolong. Sejumlah penjelasan tentang penduduk kota yang kurang suka menolong telah dikemukakan.

3). Keterbatasan Waktu

Rasionalitas (akal sehat) dan penelitian membuktikan bahwa kadang-kadang kita berada dalam keadaan tergesa-gesa untuk menolong sehingga kita memutuskanuntuk tidak memberikan pertolongan.

4). Karakteristik Penolong

(35)

Seseorang yang mendapatkan pujian lebih cenderung bertindak prososial dan akan melakukan tindakan ini jika mereka diperhatikan, lalu ada suasana hati agar orang lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila mereka dalam suasana hati yang baik.

7. Faktor – Faktor yang Mendasari Seseorang Bertindak Prososial Menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah, 2006), beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu sebagai berikut:

a. Self-gain, yaitu harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian, atau takut dikucilkan.

b. Personal values and norms, yaitu adanya nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai – nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.

c. Empathy, yaitu kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.

(36)

Menurut Sears, Freedman & Peplau (1985), perilaku prososial dipengaruhi oleh karakteristik situasi, karakteristik penolong, dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan. Pengaruh – pengaruh tersebut, diantaranya sebagai berikut:

a. Situasi; meliputi kehadiran orang lain, sifat lingkungan, fisik, dan tekanan keterbatasan waktu.

b. Penolong; meliputi karakteristik kepribadian, suasana hati, distress diri dan rasa empati.

c. Orang yang membutuhkan pertolongan; meliputi adanya kecenderungan untuk menolong orang yang disukai, dan menolong yang pantas ditolong.

B. Hakekat Mahasiswa dan Perilaku Prososialnya.

1. Karakteristik Mahasiswa sebagai Dewasa Awal

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1991).Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

(37)

Santrock (1999), mengemukakan bahwa orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap yang empati.Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Dewasa awal merupakan masa pernulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1986) mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

Hurlock (1996), menguraikan ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa awal adalah sebagai berikut:

a. Usia Reproduktif (Reproductive Age)

Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan.Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.

(38)

b. Usia Memantapkan Letak Kedudukan (Setting Down Age)

Dengan pemantapan kedudukan (Settle Down), seseorang berkembang pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat.Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggung jawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.

c. Usia Banyak Masalah (Problem Age)

Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahp perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.

(39)

d. Usia Tegang dalam Hal Emosi (Emotional Tension)

Banyak orang dewasa awal mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan, dsb. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami oleh seseorang.

e. Masa Keterasingan Sosial

Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan, dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, untuk pertama kali sejak semua orang mengalami masa muda, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis keterasingan (Erikson 3:4).

(40)

f. Masa Komitmen

Masa dewasa awal ini merupakan masa dimana diperlukannya komitmen yang kuat dalam menjalani rumah tangga bersama pasangannya.

g. Masa Ketergantungan

Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut.Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiyai pendidikan mereka.

h. Masa Perubahan Nilai

Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.

i. Masa Kreatif

Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasaakan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.

(41)

3. Tugas – tugas Perkembangan Mahasiswa sebagai Dewasa Awal Menurut Havighurst (Turner dan Helms, 1995) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, diantaranya: (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga Negara yang bertanggung jawab. Sejalan dengan pendapat tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai oleh Mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 (Dewasa Awal) ialah harus adanya peran yang lebih kompleks dari perkembangan-perkembangan yang telah dicapai sebelumnya. Dengan kompleksnya tersebut, Mahasiswa pada usia muda lebih condong berani dalam mengekspresikan pada usia mudanya.

4. Perkembangan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Dewasa Awal Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran kehidupan yang lebih luas. Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda. Perbedaan- perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan

(42)

oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan keluarga dan pekerjaan. Selama periode ini orang melibatkan diri secara khusus dalam karir, pernikahan, dan hidup bekeluarga. Menurut Erikson (1902-1994), perkembangan psikososial selama masa dewasa dan tua ini ditandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan intergritas.

Menurut Peterson (Elisa & Yohanes, 2016) bertambahnya usia membuat individu dapat menjadi lebih empati, dapat memahami nilai, ataupun makna dari tindakan prososial yang dilakukkan oleh diri individu tersebut. Tetapi, pada jaman milineal seperti ini yang semuanya serba praktis, faktanya tidak semua pada perkembangan dewasa awal ini bersedia untuk mengembangkan perilaku prososial yang positif. Mahasiswa (Dewasa Awal) yang tidak mengembangkan perilaku prososial terlebih pada mahasiswa yang diluar pulau Jawa, akan cenderung menunjukkan perilaku yang kurang dapat bisa diterima oleh norma-norma masyarakat disekitarnya seperti tindakan perilaku antisosial. Ali & Asrori (Elisa & Yohanes, 2016) mengatakan bahwa pada usia dewasa ini tidak sedikit orang yang melakukan perilaku antisosial dikarenakan tugas-tugas perkembangan di masa- masa sebelumnya yang masih kurang berkembang secara baik.

(43)

5. Karakteristik Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

a. Pemilihan Program Studi

Pada saat Mahasiswa Baru Bimbingan dan Konseling memutuskan untuk masuk SMA, mungkin Mahasiswa baru sudah memutuskan pula untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu di perguruan tinggi. Konsekuensinya, setelah lulus dari SMA nanti Mahasiswa baru harus berusaha keras agar dapat kuliah di perguruan tinggi yang disenangi-Nya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bila mulai saat ini Mahasiswa baru sudah mempunyai rencana atau pandangan tentang perguruan tinggi mana yang akan Mahasiswa baru masuki serta jurusan apa yang Mahasiswa baru inginkan.

Agar Mahasiswa baru tidak gagal dalam mengikuti seleksi atau ujian masuk perguruan tinggi, maka mulai sekarang Mahasiswa baru harus sudah dapat merencanakan strategi dan langkah- langkah yang harus dilakukan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

a). Belajarlah mulai sekarang.

b). Setelah dinyatakan lulus, segeralah buat kelompok bersama teman-teman, baik untuk belajar maupun untuk sharing (saling berbagi) menyangkut jurusan di

(44)

perguruan tinggi yang akan dipilih. Hal ini penting untuk memotivasi semangat pada diri Mahasiswa baru.

c). Pilihlah jurusan yang sesuai dengan minat, jangan hanya ikut-ikutan. Pilihan jurusan yang tepat yang dapat menambah kepercayaan diri serta dapat membakar motivasi belajar.

d). Prediksikanlah jumlah peminatnya berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya untuk mengatasi ketatnya kompetisi.

b. Cara Belajar di Perguruan Tinggi

Cara belajar di perguruan tinggi harus berdasarkan pada sikap mental dan perilaku yang baik. Sikap mental yang perlu dimiliki antara lain: (a) tujuan belajar, (b) minat terhadap pelajaran, (c) kepercayaan pada diri sendiri, (d) keuletan.

Agar dalam belajar dapat membuahkan hasil yang optimal sebaiknya: (a) tempat belajar memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, seperti tata ruangnya, cahaya, sirkulasi udara, serta suhu yang cocok; (b) kesehatan badan pun hendaknya diperhatikan, dengan menjaga pola tidur, pola makan, olahraga serta hiburan; (c) diusahakan agar tersedia perabotan belajar, seperti meja, kursi, lemari buku, serta peralatan tulis yang diperlukan. Hal yang lain diperhatikan ialah: (a) belajar secara

(45)

teratur, (b) belajar dengan penuh disiplin, (c) belajar dengan penuh konsentrasi dengan memusatkan pikiran terhadap pelajaran, dan (d) belajar dengan memanfaatkan perpustakaan.

Selain hal di atas, untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan prestasi dalam belajar, maka diperlukan: (a) minat yang besar terhadap mata kuliah, (b) memiliki tempat belajar yang memenuhi syarat, (c) membersihkan meja belajar dari segala sesuatu yang tidak hubungannya dengan pelajaran, (d) bertekad untuk senantiasa mencapai hasil yang optimal, (e) memelihara kesehatan badan dan memerhatikan tanda-tanda keletihan, (f) menghadiri kuliah secara tertib, mencatat uraian dosen dengan sebaik-baiknya dan mendalami buku-buku atau referensi yang telah ditentukan oleh dosen, (g) rajin mengunjungi perpustakaan fakultas ataupun perpustakaan umum, (h) membiasakan diri untuk membaca jurnal-jurnal nasional maupun jurnal-jurnal internasional untuk menambah wawasan.

Kebiasaan baik dalam membaca buku yang perlu dilaksanakan, yaitu: (a) memperhatikan kesehatan membaca, (b) menyusun rencana waktu untuk membaca buku, (c) membuat tanda-tanda atau catatan-catatan dengan alat tulis ketika membaca bukunya sendiri, (d) membaca sungguh-sungguh terhadap buku

(46)

yang dibacanya sehingga menguasai isinya, (e) membaca dengan konsentrasi penuh.

Adapun kesehatan membaca yang perlu diperhatikan adalah (a) sewaktu membaca hendaknya sekali-sekali memenjamkan mata atau melihat ke arah jauh, (b) cahaya datang dari arah kiri atau belakang serta tiada bayangan pada halaman buku yang sedang di baca, (c) buku yang dibaca tidak terletak mendatar di atas meja, melainkan dipegang agak tegak oleh tangan dengan jarak 25-30 cm dari mata, (d) cahaya hendaknya cukup, tidak terlalu gelap atau terlalu terang, (e) lamanya membaca 1-2 jam dengan istirahat 5-10 menit, dan (f) mata perlu dirawat sebaik- baiknya.

Cara membaca buku dapat dilakukan dengan tiga cara: (a) membaca secara urut, dari halaman pertama terus sampai halaman terakhir, (b) membaca dari halaman awal, tetapi selama buku belum lama dibaca maka bila akan dibaca lagi pada kesempatan lain, harus dibaca lagi dari permulaan, (c) membaca secara melompat-lompat tanpa mengikuti urutan bab, melainkan hanya dibaca pada bab-bab yang dibutuhkan saja.

Adapun cara menandai buku dapat dilakukan dengan cara: (a) membutuhkan berbagai tanda dengan stabilo pada uraian-uraian yang dianggap penting, dapat juga dengan memberi garis bawah

(47)

atau tanda bintang, (b) membuat catatan-catatan tulisan di pinggir halaman buku, (c) melipat ujung halaman yang memuat uraian yang dianggap penting, dan (d) menyusun semacam indeks pribadi pada bagian belakang dari buku.

Sebenarnya cara belajar yang baik tidaklah terlampau sulit.

Yang sulit dan berat adalah menimbulkan kemauan yang besar untuk belajar dengan cara yang baik. Semua orang mengetahui bahwa belajar sambil tiduran itu tidak baik, tetapi banyak dari kita yang tidak mau meninggalkan cara ini. Jadi, mereka bukannya tidak mampu belajar dengan cara duduk di kursi dan berhadapan dengan meja, tetapi hanya segan menjalaninya.

Keinginan untuk belajar dengan cara yang baik hanya akan tumbuh pada diri sesesorang yang telah sadar akan pentingnya kecakapan belajar secara baik. Dengan belajar secara baik, maka pelajaran-pelajaran akan dapat dikuasai sepenuhnya. Dengan menguasai materi-materi pelajaran, maka ujian akan dapat ditempuh dengan berhasil. Bahkan belajar dengan cara yang baik dapat membentuk watak yang baik pula (Gie, 1979:163)

(48)

6. Kebutuhan – kebutuhan dan Perkembangan Perilaku Prososial pada Mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

Kebutuhan – kebutuhan yang dibutuhkan pada masa dewasa awal menurut Erikson (1902-1994) ialah keintiman, generatif, dan integritas. Dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka harus adanya suatu perkembangan perilaku prososial yang harus bisa dikembangkan oleh mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019. Yang harus dikembangkan ialah adanya hubungan-hubungan yang lebih akrab kepada orang lain supaya mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 tidak terisolasi dari masyarakat khususnya pada mahasiswa baru yang luar pulau Jawa.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Menurut Rafles, Febiola Yulientin (2018) menyatakan bahwa mengenai tingkat perilaku prososial pada mahasiswa yang melakukan slacktivism (seseorang yang melakukan bentuk dukungan isu sosial yang

secara langsung atau melalui internet). Metode analisis menggunakan kuantitatif deskriptif dan subjek dalam penelitian ini sebanyak 174 mahasiswa yang terdiri dari 47 subjek laki-laki dan 127 subjek perempuan yang merupakan mahasiswa yang tersebar dari angkatan 2013 sampai 2017.

Alat pengumpulan data menggunakan skala perilaku prososial dengan

(49)

bentuk skala Likert yang disusun oleh peneliti. Hasil penelitian yang diperoleh adalah mahasiswa yang melakukan slacktivism cenderung memiliki perilaku prososial yang sedang atau cukup. Letak relevansinya adalah pada variabel yang akan diukur yaitu perilaku prososial, penelitian ini mengukur tingkat perilaku prososial.

(50)

32 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis atau desain penelitian, waktu dan tempat pengumpulan data penelitian, subyek penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, teknik dan instrument pengumpulan data penelitian, uji coba item, validitas dan reliabilitas serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Sugiyono (2015:14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif atau secara statistik.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai perilaku prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 di Universitas Sanata Dharma, untuk mengetahui perilaku prososial pada Mahasiswa maka diperlukan skor-skor yang berupa angka yang akan menentukan tinggi rendahnya suatu perilaku prososial pada Mahasiswa Baru Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019

(51)

Universitas Sanata Dharma. Eksplanasi deksriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku prososial mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling.

B. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2019. Tempat penelitian dilaksanakan di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah Mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019 dengan mengambil beberapa subjek mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019.

Mahasiswa baru Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2019 jumlah keseluruhannya ada 109 Mahasiswa baru program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta . Pada penelitian ini, peneliti mengambil 90 mahasiswa baru program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menjadi subjek penelitian.

Menurut Sugiyono (2015:118) teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan probability sampling yaitu simple random sampling, teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

(52)

dipilih menjadi anggota sampel secara acak di dua kelas pada mahasiswa baru bimbingan dan konseling angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

NO KELAS JUMLAH

1. A 40

2. B 50

TOTAL 90

D. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Penelitian Operasional

Menurut Sugiyono (2015:60) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2015:60) secara teoritis variabel merupakan atribut seseorang, atau obyek yang mempunyai “variasi”

antara satu orang dengan yang lain atau obyek dengan obyek yang lain.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah perilaku prososial.

Menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1985) perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memedulikan motif-motif si penolong. Adapun aspek-aspek yang mendukung pada variabel penelitian yaitu berbagi (sharing), menolong (helping), Kedermawanan (donating), Kerjasama (cooperating), Jujur (honesty).

(53)

E. Teknik dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Menurut Sugiyono (2015:61) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Pada penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan ialah kuesioner dalam bentuk skala Likert. Menurut Sugiyono (2016:133) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert item-item pernyataan yang disertai pilihan jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Peneliti meniadakan pilihan jawaban Netral (N) supaya menghindari adanya kecenderungan jawaban ditengah (central tendency effect). Berikut adalah tabel skor pengukuran skala Likert berdasarkan pernyataan favorable dan unfavorable.

Tabel 3.2 Norma Skoring

Altenatif Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS)

1 4

(54)

Kuesioner pada penelitian ini terdiri dari 50 item pernyataan, yaitu 27 item favorable dan 23 item unfavorable.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data mengenai tingkat perilaku prososial, peneliti menggunakan instrumen kuesioner Perilaku Prososial. Menurut Sugiyono (2015:146) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati, dengan demikian fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang peneliti gunakan disusun berdasarkan aspek-aspek perilaku prososial menurut Musen,dkk (2002) yang mengemukakan beberapa aspek perilaku prososial, yaitu: Berbagi (Sharing), Menolong (Helping), Kedermawanan (Donating), Kerjasama (Cooperating), dan Jujur (Honesty). Pernyataan yang termasuk dalam kuesioner ini terdiri dari pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable.

Pernyataan Favorable merupakan pernyataan yang positif mengenai perilaku prososial. Pernyataan Unfavorable merupakan pernyataan yang negatif mengenai perilaku prososial.

Proses penelitian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi ini termuat aspek-aspek perilaku prososial yang diukur dengan indikatornya masing-masing.

(55)

b. Menyusun item pernyataan kuesioner berdasarkan indikator dari aspek- aspek yang diukur. Item pernyataan tersebut dibagi menjadi dua bentuk, yaitu Favourable dan Unfavourable. Skala pengukuran kuesioner yang digunakan adalah Skala Likert.

c. Mengkonsultasikan item kuesioner kepada dosen pembimbing dan merevisi item, baik dari segi bahasanya maupun kesesuainnya dengan aspek yang ingin diukur.

d. Melakukan uji coba validitas dengan mengambil satu kelas untuk diuji yaitu Kelas B Universitas Sanata Dharma dengan jumlah 50 mahasiswa.

e. Mengolah data hasil uji coba dan menguji dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 25.

f. Mengkonsultasikan item yang valid kepada dosen pembimbing.

g. Menyebar kuesioner pada mahasiswa baru bimbingan dan konseling sebanyak dua kelas dan berjumlah 90 mahasiswa.

h. Hasil jawaban mahasiswa pada kuesioner ditabulasi dan dilakukan analisis butir item melalui perhitungan daya diskriminasi item atau daya beda, selanjutnya menghitung reliabilitas instrumen.

i. Menganalisis dan membahas hasil penelitian kemudian menarik kesimpulan akhir. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(56)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Perilaku Prososial pada Mahasiswa Baru Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma.

No Aspek Indikator

No Butir Jumlah

Item Favorable

Item

Unfavorable

Item 1. Berbagi

(Sharing) a. Tidak menyakiti perasaan orang lain.

1,2,5 3,4,7 6 14

b. Meluangkan waktu untuk bercerita dengan orang lain.

6,8,10,11 9,12,13,14 8

2. Menolong

(Helping) a. Membantu orang lain.

16 15 2 6

b. Menawarkan bantuan kepada orang lain atau melakukan sesuatu.

18,20 17,19 4

3. Kedermawanan

(Donating) a. Berbagi secara sukarela.

21,22,23 24,25 5 10

b. Bersikap murah hati kepada orang lain.

27,29,30 26,28 5

4. Kerjasama

(Cooperating) a. Berserdia untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.

32,33 34,36 4 9

b. Menghargai Pendapat atau ide orang lain

31,35,37 38,39 5

5. Jujur

(Honesty) a. Keberanian untuk bersikap jujur

40 41,43

3 11

b. Bertanggung jawab atas sikap kejujuran

44,42,45,46 47,48,49,50 8

Total 27 23 50

(57)

Skoring dilakukan dengan menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula perilaku prososial dan begitu juga sebaliknya,apabila semakin rendah jumlah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula perilaku prososial Mahasiswa.

3. Uji Coba Instrumen Penelitian

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, kuesioner perilaku prososial diuji cobakan kepada para mahasiswa. Uji coba kuesioner perilaku prososial yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang sudah disusun.

Uji Coba dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Agustus 2019 dengan subyek Mahasiswa BK kelas B Angkatan 2019. Jumlah Mahasiswa yang mengikuti uji coba terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Jumlah Subyek Uji Coba Kelas Jumlah

Mahasiswa

B 50

(58)

Berikut langkah-langkah uji coba yang dilakukan:

a. Peneliti menyusun kuesioner berdasarkan kisi-kisi dengan bantuan dan bimbingan dosen pembimbing.

b. Peneliti meminta ijin kepada dosen, pada saat uji coba dilaksanakan.

c. Peneliti melaksanakan uji coba pada hari Kamis, 29 Agustus 2019 kepada Mahasiswa BK kelas B

d. Setelah para Mahasiswa/mahasiswi selesai mengisi kuesioner perilaku prososial, peneliti mengumpulkan kembali kuesioner yang telah diisi oleh para mahasiswa/mahasiswi.

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Instrumen dalam penelitian ini harus valid dan reliable. Menurut Sugiyono (2015:172) hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Validitas isi menunjukkan kemampuan instrument penelitian dalam mengungkap atau mewakili semua isi yang hendak diukur. Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan pendapat para ahli (experts judgement). Peneliti meminta pendapat Dr. Gendon Barus M.Si selaku dosen pembimbing skripsi untuk menelaah apakah isi item-item instrumen telah

(59)

sesuai dengan konsep yang hendak diukur. Pengujian validitas isi instrumen dengan cara experts judgement adalah melalui menelaah kisi-kisi terutama kesesuaian dengan tujuan penelitian dan butir-butir pernyataan.

Setelah melakukan uji coba melalui experts judgment, proses selanjutnya ialah melakukan uji coba secara empiris. Proses perhitungan validitas empiris dilakukan menggunakan program IBM SPSS Statistics 25.

Adapun standar pengukuran yang digunakan dalam penelitian untuk menentukan validitas item yang dianggap valid apabila koefesiennya 0,30.

Namun, apabila jumlah jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat menurunkan sedikit kriteria standar koefisien dari 0,30 menjadi 0.275, 0.25 atau 0.20 (Azwar, 2011:65).

Penelitian standar koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,275 yang artinya bahwa item yang pernyataan yang valid adalah item yang memiliki nilai koefisiennya ≥ 0,275 sedangkan item pernyataan yang tidak valid mempunyai nilai koefisien ≤ 0,275. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 40 item pernyataan yang valid dan sebanyak 10 item pernyataan yang tidak valid.

(60)

Tabel 3.5

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Kuesioner Perilaku Prososial

No Aspek Indikator Item Valid Item Tidak Valid

1. Berbagi

(Sharing) a. Tidak menyakiti perasaan orang lain.

2,4,5 1,3,7

b. Meluangkan waktu untuk bercerita dengan orang lain.

6,9,12,13,14 8,10,11

2. Menolong

(Helping) a. Membantu orang lain.

15,16 -

b. Menawarkan bantuan kepada orang lain atau melakukan sesuatu.

17,18,19,20 -

3. Kedermawanan

(Donating) a. Berbagi secara sukarela.

21,23,24,25 22

b. Bersikap murah hati kepada orang lain.

26,27,28,29,30 -

4. Kerjasama

(Cooperating) a. Berserdia untuk bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.

32,33,34,36 -

b. Menghargai Pendapat atau ide orang lain

31,37,38,39 35

5. Jujur

(Honesty) a. Keberanian untuk bersikap jujur

- 40,41

b. Bertanggung jawab atas sikap kejujuran

42,43,44,45,46 ,47,48,49,50

-

Gambar

Diagram  4.1  Kategorisasi  Perilaku  Prososial  Mahasiswa  Baru  Program  Studi  Bimbingan dan Konseling Angkatan 2019 Universitas Sanata Dharma  ...........................................................................................................
Tabel 3.1  Sampel Penelitian  NO  KELAS  JUMLAH  1.    A  40  2.    B  50  TOTAL  90
Tabel 3.2  Norma Skoring

Referensi

Dokumen terkait

oeruoertNu,r

Dalam penelitian mengenai pengaruh terapi musik terhadap tingkat depresi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2013, telah dilakukan sebuah

[r]

The present study was designed to investigate the effects of G-90, as a stimulating factor agent, on the healing of the superfi cial digital fl exor tendon (SDFT) of rabbits after

(skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan. Dengan demikian

menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Objektif Berbasis Digital Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan Materi

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Hal itu dikarenakan dengan adanya perputaran piutang yang semakin tinggi maka modal yang diinvestasikan dalam piutang akan semakin sedikit, sehingga perusahaan