PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2007
DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.
JAKARTA 2008
351.770 212 Ind
p
TIM PENYUSUN
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Editor
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH rahim, AHary Purwanto, MKes, MMSi
Hasnawati, SKM, MKes Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
pt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, Mkes; Sunaryadi, SKM, Mkes; Nuning Kurniasih, SSi, Apt; Boga Hardhana, SSi, MM;
Evida Manullang, Ssi; M. Syahrul Anam, Dr.; Wardah, SKM; Marlina Indah Susanti, SKM;
Supriyono Pangribowo, SKM; Fatta Hatta, Dr.; Dewi Roro Kumbini, SPd; Istiqomah, SS; Rida Sagitarina, Dra; Sariyono; Sondang Tambunan; Maryati; B.B Sigit
Kontributor
Badan Pusat Statistik; Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional;
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal; Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat;
Ditjen Bina Pelayanan Medik; Ditjen Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
Ditjen Bina Pelayanan Farmasi & Alkes; Badan Litbangkes; Badan PPSDMKes;
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian; Pusat Penanggulangan Krisis
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI 351.770 212
Ind p
Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2008
I. Judul 1. HEALTH STATISTICS
Buku ini diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 49, Jakarta 12950 Telepon no: 62215229590, 5221432
Fax no: 62215203874 Email: [email protected] Web site: http://www.depkes.go.id
“Profil Kesehatan Indonesia 2007” merupakan kelanjutan dari profil tahuntahun sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal, maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.
“Profil Kesehatan Indonesia 2007” selain memuat informasi seperti profil kesehatan sebelumnya dan juga memuat kejadiankejadian penting pada tahun 2007. Namun demikian
“Profil Kesehatan Indonesia 2007” masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih belum bisa terkumpul sehingga untuk beberapa indikator masih tercantum data tahun 2006. Oleh karena itu kami akan masukan data yang belum ada dalam Profil Kesehatan 2007 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya.
“Profil Kesehatan Indonesia” dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar dapat terbit lebih cepat daripada tahuntahun sebelumnya. Di samping terbit dalam versi cetak, Profil Kesehatan 2007 dapat diakses lewat internet; http://www.depkes.go.id.
Mudahmudahan “Profil Kesehatan Indonesia 2007” ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.
Jakarta, 2008
Kepala Pusat Data dan Informasi
DR. Bambang Hartono, SKM, MSc NIP. 140 058 225
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Saya sangat bahagia serta bersyukut kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinNya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” dapat tersusun. Kami bangga karena atas usaha Pusdatin menerbitkan “Profil Kesehatan Indonesia 2007” yang lebih cepat bila dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya.
Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu di era globalisasi ternyata banyak sekali, karena data dan informasi dari setiap provinsi maupun program tidak selalu dilaporkan secara lengkap dan tepat waktu. Dengan telah terbitnya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” yang juga memuat kejadiankejadian penting di tahun 2007, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Mengingat manfaatnya yang tinggi, kami harapkan di masa datang arus laporan dapat dikirimkan lebih tepat waktu sehingga penerbitan profil kesehatan lebih awal lagi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga memungkinkan tersusunnya “Profil Kesehatan Indonesia 2007” dengan baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 2008 Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH NIP. 140 086 897
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES
KATA PENGANTAR i
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I: PENDAHULUAN 1
BAB II: GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK 3
A. Keadaan Penduduk 3
B. Keadaan Ekonomi 5
C. Keadaan Pendidikan 10
D. Keadaan Lingkungan 14
E. Keadaan Perilaku Masyarakat 19
BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN 22
A. Mortalitas 22
B. Morbiditas 27
BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN 61
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 61
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 74
C. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit 77
D. Perbaikan Gizi Masyarakat 94
E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana 96
BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 98
A. Sarana Kesehatan 98
B. Tenaga Kesehatan 109
C. Pembiayaan Kesehatan 114
DAFTAR ISI
BAB VI: PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA
ASEAN DAN SEARO 117
A. Kependudukan 117
B. Derajat Kesehatan 125
C. Upaya Kesehatan 135
BAB VII: TINJAUAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL 139
A. Angka Kematian Ibu (MMR) 139
B. Penyebab Kematian Ibu 140
C. Upaya Pelayanan dan Program Kesehatan Ibu Maternal 143
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
***
Lampiran 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.3 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.3.a Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.3.b Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban Tanggungan dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.4 Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004 – 2007
Lampiran 2.5 Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007
Lampiran 2.5.a Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.5.b Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Kesehatan Gratis Selama 6 Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.6 Persentase Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah/Raskin Selama 6 Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi dan Daerah, Maret Tahun 2007
Lampiran 2.8 Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.8.a Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.8.b Persentase Penduduk menurut Provinsi dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.9 Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.9.a Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.9.b Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.10 Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.10.a Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.10.b Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.11 Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.11.a Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.11.b Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 2.12.a Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.12.b Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.13 Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2007 Lampiran 2.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.15.a Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.15.b Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.16.a Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.16.b Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m 2 ), Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Lantai Terluas (m 2 ) Tahun 2007
Lampiran 2.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Dinding Terluas (m 2 ) Tahun 2007
Lampiran 2.20 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.20.a Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.20.b Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.21 Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007
Lampiran 2.21.a Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 2.21.b Persentase Penduduk Yang Menderita Sakit Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jumlah Hari Sakit Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 2.22 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.23 Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi Menurut Provinsi, Jenis Obat yang Digunakan dan Tipe Daerah Tahun 2007
Lampiran 2.24 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 2.24.a Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan) Lampiran 2.24.b Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Bulan Referensi
Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan) Lampiran 3.1 Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita, Angka
Harapan Hidup, Net Reproduction Rate, Angka Kelahiran Kasar dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.2 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun 20052006
Lampiran 3.3 Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICDX di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.4 Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICDX di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2006
Lampiran 3.5 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.6 Annual Parasite Incidence (API) Malaria di JawaBali Tahun 19972007 Lampiran 3.7 Hasil Cakupan Penemuan Kasus Penyakit TB Paru Tahun 2007
Lampiran 3.8 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.9 Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun), Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.10 Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2007
Lampiran 3.11 Jumlah dan Persentase Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2007 Lampiran 3.12 Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan per Tri Wulan Menurut Provinsi
Tahun 2007
Lampiran 3.13 Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 3.14 Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.15 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 3.16.a Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2007
Lampiran 3.16.b Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.17 Jumlah Kasus Penyakit Campak dan Status Vaksinasi Campak Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.18 Frekuensi dan Jumlah Kasus pada KLB Campak Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.19 Jumlah Kasus Penyakit Difteri dan Vaksinasi Difteri Menurut Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.20 Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.21 Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klasifikasi Klinis dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 3.22 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 20032007 Lampiran 3.23 Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2003
2007
Lampiran 3.24 Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2005– 2007
Lampiran 3.25 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2003 – 2007
Lampiran 3.26 Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT. Jamsostek) Tahun 2007
Lampiran 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 4.2 Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama
Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.2.a Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 4.2.b Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Pertama Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 4.3 Persentase Balita Menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.3.a Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 4.3.b Persentase Balita menurut Provinsi dan Penolong Kelahiran Terakhir Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 4.4 Cakupan Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.5 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.5.a Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 4.5.b Persentase Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas yang pernah Kawin dan Jumlah Anak yang Dilahirkan Hidup menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.6 Ratarata Jumlah Anak Lahir Hidup per Wanita Usia 15–49 Tahun menurut Provinsi dan Tipe Daerah Tahun 2007
Lampiran 4.7 Proporsi Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 4.8 Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin yang Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Provinsi, Tahun 2007
Lampiran 4.9 Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.9.a Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 4.9.b Persentase Wanita Berumur 1549 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 4.10 Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.11 Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat Pelayanan dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.12 Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi Tahun 20042007
Lampiran 4.13 Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 4.14 Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 4.15 Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 20032007
Lampiran 4.16 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi Menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Imunisasi, 2007
Lampiran 4.17 Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2007 Lampiran 4.18 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.19 Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 4.20 Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2006
Lampiran 4.21 Kinerja Surveilans AFP Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2007 Lampiran 4.22 Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Success Rate (SR) Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 4.23 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.24 Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Tahun 2007
Lampiran 4.25 Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 4.26 Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan+Perdesaan)
Lampiran 4.26.a Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perkotaan)
Lampiran 4.26.b Persentase Anak Usia 24 Tahun yang Pernah Disusui dan Lamanya Disusui Menurut Provinsi Tahun 2007 (Perdesaan)
Lampiran 4.27 Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2007
Lampiran 5.1 Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2007 Lampiran 5.2 Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2003 2007
Lampiran 5.3 Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi Tahun 20032007
Lampiran 5.4 Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 20032007
Lampiran 5.5 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.6 Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 20032007 Lampiran 5.7 Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2007
Lampiran 5.8 Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2003 2007
Lampiran 5.9 Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis Rumah Sakit Tahun 2003 2007
Lampiran 5.10 Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 2006
Lampiran 5.11 Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi Tahun 2002 2006
Lampiran 5.12 Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.13 Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.14 Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.15 Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.16 Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.17 Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Kumulatif Sampai Desember Tahun 2007
Lampiran 5.18 Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.19 Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Kumulatif Sampai Desember Tahun 2007
Lampiran 5.20 Jumlah Institusi Diknakes NonPoltekkes Menurut Status Kepemilikan Per Desember 2007
Lampiran 5.21 Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2007
Lampiran 5.22 Jumlah dan Jenis Ketenagaan di Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.23 Jumlah Tenaga Kesehatan PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.24 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/
Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.25 Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Sarana Produksi dan Distribusi Menurut Provinsi Tahun 2006
Lampiran 5.26 Jumlah Peserta Didik di Poltekkes Menurut Profesi Tahun Ajaran 2007/2008
Lampiran 5.27 Jumlah Peserta Didik di Institusi Pendidikan Non Poltekkes Menurut Profesi Tahun Ajaran 2007/2008
Lampiran 5.28 Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2007
Lampiran 5.29 Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan Tahun 2007
Lampiran 5.30 Jumlah Lulusan Menurut Poltekkes dan Jurusan/Program Studi Tahun 2007
Lampiran 5.31 Jumlah Lulusan Non Poltekkes Menurut Jurusan /Program Studi dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 5.32 Jumlah Peserta Diklat yang dilaksanakan Pusdiklat Kesehatan dan Bapelkes Nasional Menurut Jenis Diklat Tahun 2007
Lampiran 5.33 Alokasi dan Realisasi Anggaran Departemen Kesehatan Menurut Sumber Dana dan Eselon I Tahun 2007
Lampiran 5.34 Distribusi Perkembangan Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Tahun 2007
Lampiran 5.35 Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2007
Lampiran 6.1 Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007
Lampiran 6.2 Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks Pembangunan Manusia di Negaranegara ASEAN dan SEARO
Lampiran 6.3 Penduduk yang Menggunakan Sumber Air Bersih dan yang Menggunakan Sarana Sanitasi Sehat di Negaranegara ASEAN &
SEARO Tahun 2005
Lampiran 6.4 Perbandingan Data Tuberkulosis di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2005/2006
Lampiran 6.5 Angka Estimasi HIV dan AIDS di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007
Lampiran 6.6 Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2007
Lampiran 6.7 Perbandingan Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2006
Lampiran 6.8 Perbandingan Upaya Kesehatan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 20002006
Lampiran 6.9 Pembiayaan Kesehatan di Negaranegara ASEAN dan SEARO Tahun 2005
***
Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan diperlukan adanya kesadaran, kemauan dan kemampuan semua komponen bangsa untuk mewujudkan rakyat sehat sebagai sumber kekuatan ketahanan bangsa yang akhirnya menjadi landasan dalam membentuk negara yang kuat. Negara kuat dari aspek kesehatan dapat diartikan sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memiliki ketahanan bangsa yang tangguh dengan basis utamanya dalam wujud semua rakyat sehat secara fisik, mental dan sosial serta memiliki produktivitas yang tinggi.
Salah satu ukuran untuk menggambarkan tingkat pencapaian hasil pembangunan suatu negara, termasuk pembangunan bidang kesehatan digunakan suatu indikator yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (human development index). Indeks Pembangunan Manusia, ditentukan oleh beberapa indikator yaitu, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Dari segi kesehatan, indikatornya adalah umur harapan hidup sebagai salah satu ukuran pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Tahun 2005, Indonesia berada di peringkat 108 dari 177 negara di dunia, lebih rendah dari negara tetangga ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 20052009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama dalam pembangunan kesehatan. Prioritas berikutnya adalah pelayanan kesehatan ba
gi masyarakat miskin, pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, daerah perbatasan, dan pulaupulau terluar.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007 ini berupaya untuk menggambarkan secara umum tentang kondisi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan faktorfaktor terkait lainnya.
Profil Kesehatan Indonesia 2007 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan Indonesia 2007 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktorfaktor lingkungan dan perilaku.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab III Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasilhasil pembangunan kesehatan sampai dengan tahun 2007 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan hidup dan angka kesakitan.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upayaupaya kesehatan yang telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2007, untuk tercapainya dan berhasilnya programprogram pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2007 ini. Gambaran tentang keadaan sumber daya sampai dengan tahun 2007 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan yang ada.
Bab VI Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.
Bab VII. Analisis Hipotetik Antar Variabel Kesehatan. Analisis hipotetik dibatasi pada beberapa variabel yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan ibu sebagai strategi dalam penurunan angka kematian (MMR)
Bab VIII. Penutup.
***
Secara administratif wilayah Indonesia pada tahun 2007 terbagi atas 33 provinsi, 370 kabupaten, dan 95 kota. Wilayah tersebut meliputi 6.093 kecamatan, 7.878 kelurahan dan 65.189 desa. Pembagian tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008, tanggal 31 Januari 2008. Jika dibandingkan dengan data administratif wilayah tahun 2005, maka dapat dikatakan telah terjadi beberapa pemekaran wilayah. Pembagian wilayah Indonesia secara administratif pada tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, menurut data Bakosurtanal, jumlah pulau di Indonesia 17.508 (17.506 pulau setelah dikurangi Sipadan dan Ligitan). Jumlah pulau itu termasuk yang berada di muara dan tengah sungai, serta delta.
Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk pada tahun 2007 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 tercatat sebesar 225.642.124 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km 2 .
Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsiprovinsi di Pulau Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu sebesar 13.651 jiwa per km 2 . Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi ke2 dengan kepadatan 1.140 jiwa per km 2 . Provinsi dengan tingkat kepadatan tertinggi ke3 yaitu DI Yogyakarta sebesar 1.096 jiwa per
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN
PERILAKU PENDUDUK
km 2 . Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 6 jiwa per km 2 , Papua Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke2 yaitu sebesar 7 jiwa per km 2 , yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Tengah dengan kepadatan 13 jiwa per km 2 .
Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,38%, dengan luas hanya 6,77% wilayah Indonesia. Sisanya tersebar di Sumatera sebesar 21,35 %, Sulawesi 7,17%, Kalimantan 5,57%, Kepulauan Nusa Tenggara Bali 1,48%, Papua dan Maluku 2,29%. Jumlah penduduk dan angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.
Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2007
Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (014 tahun) sebesar 29,30%, yang berusia produktif (15
64 tahun) sebesar 65,05%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,65%. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 53,73%. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2006 sebesar 49,90%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 74,81%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 69,12%, dan Maluku sebesar 67,84%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 38,27%, diikuti oleh Kepulauan Riau sebesar
Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2005 – 2015, BPS, 2007
45,29% dan DI Yogyakarta sebesar 46,44%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 58,49% berbanding 48,02%. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.3, 2.3.a, dan Lampiran 2.3.b.
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5% dan kembali meningkat cukup signifikan pada tahun 2007 menjadi 6,3%. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen PDB penggunaan, yakni konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,0%, konsumsi pemerintah sebesar 3,9%, pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,2%, serta ekspor maupun impor barang dan jasa, masingmasing meningkat sebesar 8,0% dan 8,9%.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama periode Januari sampai Desember tahun 2007 telah terjadi inflasi sebesar 6,59% atau terjadi kenaikan indeks dari 145,89 pada bulan Desember 2006 menjadi 155,50 dalam bulan Desember 2007. Selama tahun 2007 kelompok bahan makanan memberi kontribusi terbesar pada inflasi sebesar 2,82%.
Kelompok lainnya dalam tahun 2007 masingmasing kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar menyumbang sebesar 1,27% pada inflasi nasional, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 1,10%, kelompok sandang 0,48%, kelompok kesehatan 0,17%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,54% dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,21%. Seluruh kelompok pengeluaran selama tahun 2007 mengalami inflasi, masingmasing kelompok bahan makanan 11,26%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 6,41%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 4,88%, kelompok sandang 8,42%; kelompok kesehatan 4,31%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 8,83%
dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 1,25%.
Selama tahun 2007, jenis barang dan jasa yang dominan memberi kontribusi pada inflasi nasional antara lain beras 0,52%, minyak goreng 0,49%, bawang merah 0,47%, emas perhiasan 0,33%, kontrak rumah 0,30%, rokok kretek filter 0,24%, Akademi/Perguruan Tinggi 0,17%, daging ayam ras 0,16%, tarif air minum/PAM 0,15%; telur ayam ras, uang sekolah SLTA, dan kelapa masingmasing 0,13%; mie dan sewa rumah masingmasing 0,12%; rokok kretek, nasi beserta lauk, upah tukang, dan uang sekolah SD masingmasing 0,11%.
Untuk mengetahui tingkat pengangguran, dilakukan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sakernas merumuskan konsep pengangguran sebelum tahun 2001 sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Sejak tahun 2001 konsep pengangguran menjadi angkatan kerja yang
tidak bekerja/tidak mempunyai pekerjaan, yang mencakup angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha (MP), tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan/putus asa (sebelumnya dikategorikan sebagai Bukan Angkatan Kerja) dan yang punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai Bekerja).
Menurut Sakernas, Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur. Sementara Bekerja menurut definisi Sakernas adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan itu termasuk juga kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha atau kegiatan ekonomi.
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) dalam bulan Februari 2007 menunjukkan tingkat pengangguran tertinggi masih terjadi di Jawa sebesar 10,39% dan terendah di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 5,49%. Selain di pulau Jawa tingkat pengangguran yang tinggi juga terdapat di Pulau Sulawesi dan Sumatera masingmasing sebesar 9,94% dan 9,62%.
Perkembangan angkatan kerja, penduduk yang bekerja dan pengangguran menurut wilayah secara rinci adalah sebagai berikut:
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN JUMLAH ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PERSENTASE PENGANGGURAN MENURUT WILAYAH TAHUN 2006 2007
Februari Tahun 2006 Februari Tahun 2007
Wilayah Angkatan
Kerja (juta org)
Penduduk yang Bekerja
(juta org)
% Pengangguran
Angkatan Kerja (juta org)
Penduduk yang Bekerja
(juta org)
% Pengangguran
Jawa 64,22 57,41 10,60 64,81 58,07 10,39
Sumatera 21,18 18,67 11,85 21,45 19,38 9,62
Bali dan
Nusa Tenggara 6,09 5,7 6,42 6,22 5,88 5,49
Kalimantan 5,82 5,34 8,25 6,16 5,67 7,95
Sulawesi 6,75 6,03 10,70 7,26 6,54 9,94
Maluku dan Papua 2,21 2,02 8,65 2,24 2,04 8,77
Sumber: Sakernas, BPS, 20062007
Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu; geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah administrasi kabupaten. Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar yaitu:
perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara dan gugusan pulaupulau kecil, daerah rawan bencana dan daerah rawan konflik.
Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, pada tahun 2006 jumlah kabupaten tertinggal mencapai 199 dari 440 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia (45,2%) dan pada tahun 2007 mencapai 199 kabupaten dari 465 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia (42,8%). Menurut jumlah kabupaten/kota yang tertinggal angka ini mengalami sedikit bertambah dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten tertinggal. Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat yang pada tahun 2005 berjumlah 7 kabupaten kemudian bertambah menjadi 9 kabupaten. Provinsi dengan persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100% (20062007), diikuti oleh Papua yang sebesar 95% (2006) dan 90,5% (2007), dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75% (2006) dan 75% (2007). Jumlah dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
GAMBAR 2.2
PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL TAHUN 2007
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakitpenyakit tertentu.
Fenomena gizi buruk dan kurang seringkali dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat
Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Tahun 20042009
menyebabkan busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut, dan Beriberi.
Statistik Kesra Tahun 2007 menyajikan persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis pada tahun 2007 meningkat menjadi 15,13% dari angka 12,85% pada tahun 2006. Angka tersebut terdiri dari Askeskin sebesar 51,87%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 4,42%, Kartu Sehat sebesar 14,52%
dan lainnya sebesar 29,19%. Rincian mengenai persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli menurut provinsi tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.5, 2.5.a, dan Lampiran 2.5.b.
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 20022006, terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Pada periode Maret 2006 – Maret 2007 terjadi penurunan indeks yang cukup tajam dari 3,43 menjadi 2,99.
Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005 Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00. Pada periode Maret 2006 Maret 2007 terjadi penurunan indeks yang cukup signifikan dari 1,00 menjadi 0,84.
GAMBAR 2.3
INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN TAHUN 2002 – 2007
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007
Pada bulan Maret 2007, jumlah penduduk miskin menurun menjadi 37,17 juta dari 39,3 juta penduduk miskin pada bulan Maret 2006. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan 2,13 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin, peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006 dan menjadi 16,58% pada tahun 2007. Persentase penduduk miskin dari tahun 20032007 disajikan pada Gambar 2.4 berikut ini.
GAMBAR 2.4
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2003 – 2007
Karakteristik kemiskinan yang penting di Indonesia adalah banyaknya penduduk yang penghasilannya berada di sekitar garis kemiskinan, atau sangat rentan kemiskinan.
Status kemiskinan penduduk dikategorikan ke dalam beberapa klasifikasi seperti miskin, hampir miskin, hampir tidak miskin dan tidak miskin. Dalam dua tahun terakhir, selama periode 2006 2007 terjadi pergeseran posisi status kemiskinan (Tabel 2.2). Dengan memperhatikan pergeseran posisi ini, dapat disimpulkan bahwa selama periode tersebut terjadi pergeseran penduduk yang tergolong dalam transient poor yaitu mereka yang berpenghasilan tidak jauh dari garis kemiskinan.
TABEL 2.2
PERSENTASE PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN TAHUN 2006 2007
Tahun Status Kemiskinan
2006 2007
Miskin (<1 GK) 17,75 16,58
Hampir Miskin (1,001,25GK) 13,45 12,38 Hampir Tidak Miskin (1,251,50 GK) 27,64 14,26 Tidak Miskin (>1,50 GK) 41,16 56,78
Jumlah 100,00 100,00
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007 Catatan: GK = Garis Kemiskinan
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007
Dari angka kemiskinan tahun 2007 antar provinsi terlihat bahwa ada 6 (enam) provinsi yang dapat dikategorikan memiliki persentase penduduk miskin yang relatif rendah (di bawah 10%), yaitu Bangka Belitung (9,54%), Kalimantan Tengah (9,38%), Banten (9,07%), Kalimantan Selatan (7,01%), Bali (6,63%) dan DKI Jakarta (4,61%).
Kemudian 15 (limabelas) provinsi dikategorikan memiliki persentase penduduk miskin antara 1020%, 9 (sembilan) provinsi memiliki persentase penduduk miskin antara 20
30%. Ada 3 (tiga) provinsi yang memiliki persentase penduduk miskin di atas 30%, yaitu Papua (40,78%), Papua Barat (39,31%) dan Maluku (31,14%). Jumlah dan persentase penduduk miskin menurut provinsi dan tipe daerah secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.7.
Secara nasional, pengeluaran penduduk per kapita yang terbesar berkisar 200.000299.999 rupiah selama sebulan (30,71%), diikuti dengan golongan pengeluaran 300.000499.999 rupiah selama sebulan (24,27%) dan golongan pengeluaran 150.000
199.999 rupiah selama sebulan (19,31%).
Adapun persentase golongan pengeluaran terbesar berdasarkan provinsi, untuk golongan pengeluaran 200.000299.999 rupiah selama sebulan adalah Sumatera Selatan (39,93%), diikuti Kalimantan Tengah (37,64%) dan Lampung (36,29%). Sedangkan persentase golongan pengeluaran terbesar berdasarkan provinsi, untuk golongan pengeluaran 300.000499.999 rupiah selama sebulan adalah Kepulauan Bangka Belitung (51,24%), diikuti Riau (39,94%) dan Bali (38,62%).
Rincian persentase penduduk menurut provinsi dan golongan pengeluaran per kapita sebulan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran 2.8.b.
C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kemampuan membaca
menulis, status pendidikan, dan tingkat kepesertaan sekolah.
Kemampuan membaca dan menulis (bacatulis) penduduk tercermin dari Angka Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya.
Secara nasional, persentase penduduk yang melek huruf pada tahun 2007 sebesar 92,74%. Sedangkan mereka yang buta huruf sebesar 7,26%. Persentase melek huruf pada lakilaki lebih besar dibandingkan perempuan, yaitu 95,66% berbanding 89,88%.
Daerah perkotaan memiliki persentase melek huruf sebesar 96,11%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang hanya sebesar 90,07%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar 98,96%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,83% dan Riau 97,53%. Sedangkan
persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 76,85%, diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 82,44%, dan Bali sebesar 87,32%.
Persentase kepandaian membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis kelamin dan tipe daerah tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 2.9, 2.9.a dan Lampiran 2.9.b.
Persentase tertinggi penduduk berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf adalah Provinsi Papua (23,15%) dan persentase terendah adalah Sulawesi Utara (1,06%). Selain Papua, ada 8 provinsi yang persentase buta hurufnya lebih dari 10%, yaitu Nusa Tenggara Barat (17,56%), Bali (12,68%), Sulawesi Selatan (12,28%), Sulawesi Barat (12,14%), Nusa Tenggara Timur (11,47%), Jawa Timur (11,34%), DI Yogyakarta (11,14%) dan Jawa Tengah (10,09%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG BUTA HURUF TAHUN 2007
Secara nasional, status pendidikan pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut Statistik Kesra Tahun 2007 dapat dilihat menurut status tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah (SD/MI, SLTP/MTs, SMU/SMK/MA dan D1/Univ.) dan penduduk yang tidak bersekolah lagi. Persentase penduduk yang tidak/belum pernah sekolah 7,57%. Angka persentase terendah adalah di Provinsi Sulawesi Utara yaitu hanya 0,90%, sedangkan yang tertinggi di Papua sebesar 23,35%.
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
Sementara itu, penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih bersekolah adalah sebesar 19,18%, dengan rincian yang bersekolah di SD/MI sebesar 7,81%, di SLTP/MTs sebesar 5,88%, di SMU/SM sebesar 3,92% dan di Akademi/Universitas sebesar 1,57%.
Menurut wilayah, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah sekolah yang tinggal di perdesaan (10,17%) lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan (4,30%). Ditinjau dari jenis kelamin, persentase penduduk perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih tinggi (lebih dari dua kali lipat) dari persentase penduduk lakilaki (10,64% berbanding dengan 4,45%).
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta (46,66%), Kepulauan Riau (41,01%) dan DI Yogyakarta (36,85%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (15,69%), Nusa Tenggara Timur (15,87%), dan Jawa Tengah (17,80%). Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut status pendidikan per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10, 2.10.a dan Lampiran 2.10.b.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2007 dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 712 tahun mewakili umur setingkat SD, 1315 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 1618 tahun mewakili umur setingkat SMU. Secara umum, APS kelompok umur 712 tahun sebesar 97,60%, kelompok umur 1315 tahun sebesar 84,26% dan kelompok umur 1618 tahun sebesar 54,61%. Semakin tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi lakilaki maupun perempuan.
Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
TABEL 2.3
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 718 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2007
Kelompok Umur (Tahun) Daerah/Jenis Kelamin
7 12 13 15 16 18
Perkotaan Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
98,29 98,76 98,51
90,31 89,25 89,79
67,07 65,09 66,08 Perdesaan
Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
96,76 97,24 96,99
79,66 81,23 80,42
45,30 45,37 45,33 Perkotaan + Perdesaan
Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
97,37 97,85 97,60
83,99 84,54 84,26
54,71 54,51 54,61
Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya (Tabel 2.4). Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,59%, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,89%. Hasil yang berbeda ditunjukkan
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007
pada APM SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 71,99%, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 62,93%. APM SMU di perkotaan juga lebih besar dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 55,66% di perkotaan sedangkan di perdesaan hanya 35,58%. Secara nasional APM SD sebesar 93,75%, APM SLTP sebesar 66,64%, dan APM SMU 44,56%.
TABEL 2.4
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2007
Jenjang Pendidikan Daerah/Jenis Kelamin
SD SLTP SMU
Perkotaan Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
93,83 93,34 93,59
72,44 71,52 71,99
57,65 53,67 55,66 Perdesaan
Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
93,92 93,80 93,89
61,61 64,34 62,93
35,04 36,02 35,58 Perkotaan + Perdesaan
Lakilaki Perempuan
Lakilaki + Perempuan
93,88 93,62 93,75
66,01 67,30 66,64
44,82 44,29 44,56
Pada tahun 2007, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 27,95%. Persentase ini lebih besar di wilayah perdesaan yang sebesar 35,06% dibandingkan perkotaan yang sebesar 18,97%.
Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,19%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,49%, tamat SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 5,28%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 23,37%.
Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.11, 2.11.a dan Lampiran 2.11.b.
Sumber: BPS, Statistik Kesra Tahun 2007