• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI MORAL PADA FILM THE GREAT WALL : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA. 长城 电影的道德价值分析: 社会文学 Chángchéng diànyǐng de dàodé jiàzhí fēnxī: Shèhuì wénxué

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI MORAL PADA FILM THE GREAT WALL : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA. 长城 电影的道德价值分析: 社会文学 Chángchéng diànyǐng de dàodé jiàzhí fēnxī: Shèhuì wénxué"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS NILAI MORAL PADA FILM THE GREAT WALL : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

《长城》电影的道德价值分析 :社会文学

“Chángchéng” diànyǐng de dàodé jiàzhí fēnxī: Shèhuì wénxué

SKRIPSI

OLEH:

RICKY JAYANTA SITEPU 130710089

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

2019

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ditemukan ketidakbenaran dalam pernyataan yang saya buat, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Penulis,

Ricky Jayanta Sitepu NIM. 130710089

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul "Analisis Nilai Moral Pada Film The Great Wall dengan menggunakan Tinjauan Sosiologi Sastra". Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan nilai moral yang terdapat pada film The Great Wall, dan (2) mendeskripsikan bentuk penyampaian nilai moral pada film The Great Wall. Film ini bercerita tentang Tembok Cina yang menjadi media pertahanan Kekaisaran Cina melawan monster Tao Tie. Dalam mengkaji dan menentukan nilai-nilai moral yang terdapat pada film ini, penelitian ini menggunakan Teori Swingewood.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.

Data penelitian ini adalah kutipan naskah percakapan antar tokoh dan visual (gambar) film. Sumber data penelitian ini adalah Film The Great Wall. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 3 nilai moral yang terdapat pada Film The Great Wall, yaitu kerjasama, suka menolong, dan kasih sayang. Selain itu, pada film ini nilai moral disampaikan melalui tokoh yaitu berupa tindakan tokoh.

Kata Kunci: Analisis Nilai Moral, Sosiologi Sastra, Film, Film The Great Wall

(5)

ABSTRACT

This thesis entitled “An Analysis Of Moral Value In The Great Wall Film Based On Sociology of Literature”. This reseach aims to (1) describe the moral values found in the film The Great Wall, and (2) describe the form of delivering moral values in the film The Great Wall. This film tells the story of the Chinese Wall which became the defense media of the Chinese Empire against Tao Tie monsters. In determining the moral values contained in this film, this research used Swingewood Theory. The method used in this research is a qualitative descriptive. The data of this research are excerpts of conversational texts between characters and visuals (images) of film. The data source of this research is The Great Wall Film. The results of this study indicate there are 3 moral values found in The Great Wall Film, namely cooperation, helping, and affection. In addition, in this film moral values are conveyed through figures, namely in the form of a character's actions.

Keywords: Moral Value Analysis, Sociology of Literature, Film, The Great Wall Film

(6)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan penyertaannya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang Berjudul “Analisis Nilai Moral pada The Great Wall Berdasarkan Tinjauan Sosiologi Sastra”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Cina. Ibu Niza Ayuningtias S.S, MTCSOL selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina.

3. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum, Ph.D sebagai pembimbing I. Saya ucapkan banyak terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan saya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas saran, masukan, ilmu, dan juga yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya. Ibu Niza Ayuningtias S.S, MTCSOL selaku pembimbing II. Saya ucapkan banyak terima kasih atas kesabarannya dalam membimbing saya, serta telah memberikan banyak masukan dan saran, dan juga yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing saya.

4. Seluruh staf pengajar dan juga dosen Fakultas Ilmu Budaya, terkhusus Program studi Sastra Cina.

5. Orang tua saya, Masni br. Sembiring atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang telah diberikan baik dari segi materi maupun nonmateri, juga Adi Candra Sitepu dan Alexander Sitepu selaku kakak lakis-laki saya yang turut mendoakan dan mendukung saya selama proses penyusunan skripsi ini.

(7)

6. Teman-teman saya angkatan 2013 atas dukungan, bantuan, serta motivasi yang telah diberikan kepada saya selama proses penyusunan skripsi ini. Teman-teman saya yang tergabung dalam Pasukan atas dukungan, bantuan, serta motivasi yang telah diberikan kepada saya selama proses penyusunan skripsi ini.

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Nilai Moral ... 7

2.1.1.1 Nilai Moral Individual... 7

2.1.1.2 Nilai Moral Sosial... 10

2.1.2 Film ... 12

2.1.2.1 Fungsi Film ... 14

2.1.2.2 Jenis Jenis Film ... 15

2.1.2.3 Unsur Unsur Pembentuk Film... 18

2.1.3 Bentuk Penyampaian Nilai Moral... 21

2.1.3.1 Bentuk Penyampaian Langsung... 21

2.1.3.2 Bentuk Penyampaian Tidak Langsung... 21

2.2 Landasan Teori ... 22

2.3 Tinjauan Pustaka ... 23

(9)

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Data dan Sumber Data ... 2 7 3.2 Metode Pengumpulan Data ... 2 8 3.3 Metode Analisis Data ... 2 8 3.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data... 2 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Hasil... 31

4.2 Pembahasan... 31

4.2.1 Nilai Moral Yang Terdapat Pada Film The Great Wall... 31

4.2.1.1 Kerjasama... 32

4.2.1.2 SukaMenolong... 47

4.2.1.3 Kasih Sayang... 63

4.2.2 Teknik Penyampaian Nilai Moral Pada Film The Great Wall... 70

4.2.2.1 Teknik Penyampaian Langsung... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 73

5.1 Simpulan... 73

5.2 Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA……….. 75

LAMPIRAN... 77

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pasukan Elit Kekaisaran Cina Bersiaga di Tembok Cina...32

Gambar 2 Pasukan “Pemanah” Bersiap Membidik Musuh... 32

Gambar 3 Pasukan “Berani Mati” Melawan TaoTie...33

Gambar 4 Pasukan membentuk Formasi Melawan Musuh...33

Gambar 5TaoTie Meninggalkan Tembok Cina...33

Gambar 6 William dan Tovar Saling Membantu Melawan TaoTie...36

Gambar 7 William dan Tovar Membicarakan Strategi Melawan TaoTie...37

Gambar 8 Salah Satu TaoTie Mati Dibunuh Oleh William dan Tovar...37

Gambar 9 William dan Tovar Membicarakan Hal yang Akan Dilakukan...40

Gambar 10 William Membidik Objek yang Akan Dipanah...40

Gambar11 AnakPanah William Berhasil Tertancap di Bawah Mangkuk...40

Gambar 12 William dan Towar Saling Berjaga...43

Gambar 13 Wiilliam dan Tovar Melawan TaoTie...43

Gambar 14 William dan Jendral Lin Menghindari Serangan TaoTie...46

Gambar 15 Ratu Monster TaoTie Beserta Seluruh Pasukannya...46

Gambar 16Monster TaoTie Hendak Menyerang Pengawal Peng...48

Gambar 17William Melawan TaoTie...48

Gambar 18 William Menolong Pengawal Peng Dari Serangan TaoTei...48

Gambar 19 Pasukan Elit Kekaisaran Cina Diserang Oleh TaoTie...51

Gambar 20 William dan Tovar Mengalihkan Perhatian Monster TaoTie...51

Gambar 21 William dan Tovar Membicarakan Strategi Melawan TaoTie...51

Gambar 22 William Melawan TaoTei...52

Gambar 23 Salah Satu TaoTie Mati Dibunuh Oleh William dan Tovar...52

Gambar 24 William, Tovar, Ballard dan Jendral Lin Sedang Berdiskusi...53

Gambar 25 William Berusaha Pergi Meninggalkan Pos Jaga...55

Gambar 26 William Sedang Berpikir Sejenak...55

Gambar 27 William Berjalan Kembali Menuju Pos Jaga...56

Gambar 28 William Memberikan Arahan Kepada Pasukan Elit Kekaisaran...56

Gambar 29William Berhenti Dan Melihat ke Arah Langit...58

Gambar 30 Raut Wajah William Menegaskan Dirinya Ingin Membantu...59

(11)

Gambar 31 William Menemui Tovar Di Ruang Tahanan...61

Gambar 32 Jendral Shao Memberhentikan Langkah Pasukannya...64

Gambar 33Jendral Shao Mendorong Komandan Lin...64

Gambar 34 Jendral Shao Mendorong Komandan Lin Dari Terkaman TaoTie...64

Gambar 35 Jendral Shao Diterkam TaoTie...65

Gambar 36 William Berusaha Menghentika Tovar... 66

Gambar 37 Tovar Dibebaskan Oleh William... 68

Gambar 38 William Menolong Pengawal Peng Dari Serangan TaoTie...71

Gambar 39 William dan Tovar Saling Membantu Untuk Melawan TaoTie...71

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Semi (1988: 8), sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Sastra, selain dipergunakan sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil suatu pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Karya sastra adalah bagian dari sebuah karya seni yang dihasilkan dari daya cipta, karya manusia dimana mengandung nilai seni yang tinggi dan juga merupakan perwujudan pikiran dalam bentuk tulisan. Karya sastra pada hakikatnya merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan tercipta melalui proses yang intensif, selektif dan subjektif. Penciptaan terhadap karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikonstruksikan dengan imajinasi sehingga akan dihasilkan sebuah karya yang tidak hanya sekedar menghibur, tetapi juga sarat dengan makna. Dalam menciptakan karya sastra, banyak aspek yang harus dipertimbangkan, misalnya aspek keindahan, nilai guna ataupun manfaatnya. Sastra merupakan karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusasteraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa dan gaya cerita yang menarik (Zainuddin,1992: 99).

(13)

Inovasi dalam karya sastra terus berkembang seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini karya sastra “yang bersifat tekstual” dapat dinikmati dalam “bentuk visual”. Cerpen, novel, dan drama kini sudah dapat dinikmati dalam bentuk visual yaitu berupa film.

Fim merupakan salah satu produk sastra yang berbeda dengan produk sastra yang lain. Hal itu dikarenakan film memiliki dua unsur pembangun, yaitu unsur penayangan atau sinematik dan unsur naratif berupa teks film. Unsur sinematik film yaitu adegan, merupakan sebuah produk karya seni. Sedangkan unsur naratif film yaitu teks film merupakan produk karya sastra (Dewojati, Cahyaningrum, 2012:2).

Defenisi film dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kisah gambar hidup. Sedangkan menurut Arsyad (2014: 49), film merupakan gambar- gambar yang terdapat di dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis, sehingga pada layar, gambar itu terlihat hidup.

Pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian besar, yaitu kategori film cerita dan non-cerita. Pendapat lain menggolongkan film menjadi film fiksi dan non-fiksi. Film cerita adalah film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial, artinya dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar ditelevisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu. Film non-cerita adalah film yang mengambil kenyataan sebagai subjeknya, yaitu merekam kenyataan daripada fiksi tentang kenyataan. (Sumarno,

(14)

1996: 10). Apapun jenis atau temanya, film selalu mengandung nilai ataupun pesan dalam ceritanya. Nilai moral merupakan salah satu nilai yang tekandung dalam cerita film.

Menurut Lilie dalam (Budiningsih, 2004: 24) kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat.

Sementara itu, Dewey (dalam Budiningsih, 2004: 24) menyatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Senada dengan Dewey, Baron, dkk (dalam Budiningsih, 2004: 24) menyatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.

Menurut Nucci, L dan Marverez (2008: 47) , nilai moral terdiri atas nilai moral individual dan nilai moral sosial. Nilai moral individual adalah nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan diri sendiri atau cara manusia memperlakukan diri pribadi. Nilai moral individual meliputi kejujuran, keberanian, kesabaran, kerja keras, dan sebagainya. Sedangkan nilai moral sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat. Secara umum, nilai moral sosial meliputi kerja sama, suka menolong, kasih sayang, musyawarah, dan sebagainya.

Pada film yang berjudul The Great Wall, peneliti menemukan adanya nilai moral yang terkandung dalam isi cerita. Film The Great Wall adalah sebuah film action-fantasi ilmiah 3D Amerika-Tiongkok yang dirilis pada tahun 2016 yang diproduksi Atlas Entertaiment, China Film Group. Film ini di sutradarai oleh seorang sutradara asal China yang bernama Zhang Yimou, film ini dibintangi aktor dan aktris papan atas China dan hollywood, yaitu Matt Damon (William

(15)

Garin), Jing Tian (Lin Mae), Pedro Pascal (Tovar), Willem Dafoe (Ballard), Andy Lau (Wang), Lu Han (Peng Yong).

Film The Great Wall menceritakan tentang dua orang prajurit bayaran dari Inggris, yaitu William dan Tovar. Mereka menyelinap kekaisaran China untuk mencuri mesiu. Namun, di tengah perjalanan, mereka diburu monster Tao Tie yang wujudnya seperti kadal. William berhasil mengalahkan monster tersebut dan mereka mencoba melarikan diri menuju kekaisaran China. Tetapi di tengah pelarian mereka tertangkap prajurit kekaisaran China dan mereka dibawa ke tembok besar China yang sedang dibangun. Mereka menyadari tembok sebesar itu dibangun untuk menghindari serangan dari perang besar yang sedang berlangsung di negeri tersebut.

Setiap 60 tahun sekali, pasukan elit kekaisaran china diturunkan untuk mempertahankan tembok besar China dari serangan Tao Tie. Sebagai tentara bayaran yang biasa menghadapi ketegangan di medan perang, William dan Tovar bekerja sama dengan pasukan elit kekaisaran untuk mengalahkan Tao Tie. Di tengah peperangan melawan Tao Tie, Tovar mencuri mesiu dan melarikan diri dari prajurit kekaisaran. Akibat perbuatan Tovar, William dituduh sebagai pengkhianat dan ditahan. Sebagai wujud rasa bersalah, William rela membantu Jendral Lin untuk membunuh Ratu Tao Tie.

Salah satu nilai moral, yaitu nilai moral kerja sama, peneliti temukan pada film The Great Wall. Nilai moral kerja sama terwujud melalui tindakan kerja sama yang dilakukan william bersama seluruh pasukan Kekaisaran Cina bertarung melawan monster Tao Tie yang berusaha membunuh mereka. Selain itu, berdasarkan cerita film tersebut, peneliti menemukan beberapa nilai moral yang

(16)

terwujud melalui tindakan tokoh, dialog antar tokoh, dan lainnya. Hal itulah yang membuat peneliti tertarik meneliti film ini dengan judul “Analisis Nilai Moral pada Film The Great Wall : Tinjauan Sosiologi Sastra”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Nilai moral apa yang terdapat pada film The Great Wall ?

2. Bagaimana teknik penyampaian nilai moral pada film The Great Wall ? 1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada aspek nilai moral yang terdapat pada film The Great Wall, yaitu menganalisis nilai moral dari segi sosial yang mencakup pada kerja sama, suka menolong, kasih sayang, dan musyawarah.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulisan ini bertujuan :

1. Mendeskripsikan nilai moral yang terdapat pada film The Great Wall.

2. Mendeskripsikan bentuk penyampaian nilai moral pada film The Great Wall.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam kajian sosiologi sastra, khususnya mengenai nilai moral yang terdapat pada film The Great Wall.

(17)

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau acuan untuk penelitian khususnya bagi mahasiswa/i Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat luas tentang nilai moral pada film The Great Wall.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide-ide khusus yang jelas, yang diturunkan dari suatu model tertentu (Emzir, 2014: 33), ide-ide yang diturunkan tersebut dibentuk oleh konseptualisasi data yang didasarkan pada sebuah teori (Moleong, 2005: 72). Oleh karena itu, adapun konsep penelitian ini adalah mengenai:

2.1.1 Nilai moral

Menurut Lilie dalam (Budiningsih, 2004: 24) kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat.

Dewey (dalam Budiningsih, 2004: 24) menyatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila, sedangkan Baron, dkk (Budiningsih, 2004: 24) menyatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Adapun Suseno (Budiningsih, 2004: 24) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.

Menurut Nucci, L dan Marverez (2008: 47) mengatakan bahwa bentuk nilai moral terdiri atas dua, yaitu nilai moral individual dan nilai moral sosial.

2.1.1.1 Nilai Moral Individual

Nilai moral individual adalah nilai moral yang menyangkut hubungan manusia dengan kehidupan diri pribadi sendiri atau cara manusia memperlakukan diri pribadi.Nilai moral tersebut mendasari dan menjadi panduan hidup manusia yang merupakan arah dan aturan yang perlu dilakukan dalam kehidupan pribadinya.Adapun nilai moral individual,meliputi: 1) Kejujuran, 2) Keberanian, 3)

(19)

Kesabaran, 4) Kerja Keras dan Pantang Menyerah, 5) Rela Berkorban, 6) Kerendahan Hati, 7) Bertanggung Jawab, 8) Berbohong.

1. Kejujuran

Kejujuran adalah suatu prilaku yang mencerminkan adanya kesesuaian antara hati, perkataan dan perbuatan.Kejujuran menyampaikan suatu kebenaran bahkan ketika dengan mengakui kebenaran tertentu bisa membuat seseorang kecewa.Kejujuran adalah landasan dari kepercayaan yang akan menentukan hubungan seseorang dengan orang lain.Jujur berarti berkata benar yang bersesuaian antara lisan dan apa yang ada dalam hati.

2. Keberanian

Keberanian merupakan suatu perbuatan yang menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan dan memperjuangkan sesuatu yang dianggap penting serta mampu menghadapi segala sesuatu yang dapat menghalanginya karena percaya kebenarannya. Keberanian adalah kesetiaan terhadap suara hati yang menyatakan diri dalam kesediaan untuk mengambil resiko konflik dengan berpihak pada yang lebih lemah melawan yang kuat untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan.

3. Kerendahan Hati

Kerendahan hati adalah kekuatan batin untuk melihat diri sesuai dengan kenyataan. Renda hati merupakan kesadaran akan keterbatasan dari kemampuan diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk kesombongan dan keangkuhan. Renda hati akan mendorong terbentuknya sikap realistis, ingin membuka diri untuk dapat terus belajar, menghargai dan mendengar pendapat dari orang lain. Memelihara dan menumbuh kembangkan sikap tenggang rasa, serta

(20)

menunjukkan sikap kesederhanaan, juga penuh dengan rasa syukur dan ikhlas dalam menjalani hidup.

4. Kerja keras

Arti kata kerja keras yaitu berusaha dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan keinginan mencapai hasil yang baik dan maksimal pada umumnya. Kerja keras merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencapai suatu hal yang bersifat positif.

5. Rela Berkorban

Rela berkorban berarti bersedia dengan ikhlas, senang hati, dengan tidak mengharapkan imbalanapapun dan mau memberikan sebagian yang dimiliki, sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya.Makna yang terkandung dalam pengertian ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, dalam hidup bermasyarakat, diperlukan adanya kesediaan dengan ikhlas hati memberikan atau mengorbankan sesuatu yang kita miliki untuk keperluan orang lain atau masyarakat.

6. Kesabaran

Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. Sabar juga sering dikaitkan dengan tingkah laku positif yang ditonjolkan oleh individu atau

(21)

seseorang. Kesabaran merupakan bukti kerendahan hati seseorang dalam menunggu, mencari, dan memperjuangkan sesuatu yang diinginkan.

7. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab merupakan perwujudan akan kewajiban menanggung dan memikul jawab.Tanggung jawab adalah kesadaran diri manusia terhadap tingkah laku dan perbuatan yang disengaja ataupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga harus berasal dari dalam hati dan kemauan diri sendiri atas kewajiban yang harus di tanggung jawabkan.

8. Berbohong

Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain atau tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, seperti dusta dan palsu. Jadi apabila tidak berkata jujur kepada orang lain, maka orang itu dikatakan orang yang munafik.

9. Pantang Menyerah

Pantang menyerah adalah perjuangan yang tangguh penuh semangat, tidak mudah putus asa dan tidak lemah terhadap sesuatu yang terjadi menimpanya.

pantang menyerah merupakan kemampuan seseorang untuk dapat bangkit kembali dari situasi sulit dan berusaha tidak menjadi korban dari ketidakberdayaan.aspek dari komitmen tinggi, yakni sikap bertahan untuk tetap inginmencapai apa yang diinginkan walaupun mengalami kegagalan, mendapat hambatan danrintangan.

2.1.1.2. Nilai Moral Sosial

Nilai sosial yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat. Secara umum sosial berkenaan dengan masyarakat

(22)

yang suka memperhatikan kepentingan umum (1) kerja Sama, 2) Suka Menolong, 3) Kasih Sayang, 4) Musyawarah, dll).

1. Kerja Sama

Kerja sama adalah suatu perbuatan saling membantu yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati bersama dengan prinsip saling percaya,menghargai dan adanya norma yang berlaku.Kerja sama merupakan intraksi yang penting karena pada hakikatnya manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama.

2. Suka Menolong

Suka menolong dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai prilaku yang memberi manfaat pada orang lain. Rasa kepedulian yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain. Suka menolong adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun.

3. Kasih Sayang

Kasih sayang adalah suatu sikap saling menghormati dan mengasihi semua ciptaan Tuhan baik makhluk hidup maupun benda mati.Kasih sayang merupakan pemberian rasa cinta yang diberikan seseorang ke orang lainnya, atau kepada seluruh keluarganya, kasih sayang juga tercipta karna adanya rasa perhatian, penyayang, sehingga terciptalah rasa kasih sayang. Tidak hanya pasangan lawan jenis saja rasa kasih sayang dapat tercipta tetapi kepada sahabat, keluarga dan teman-teman. Kasih sayang juga dapat mempersatukan orang yang sedang berselisih, kasih sayang yang dilengkapi dengan tanggung jawab menciptakan

(23)

kedamaian antara sesama manusia.

4. Musyawarah

Musyawarah merupakan proses pembahasan suatu persoalan dengan maksut mencapai keputusan bersama. Keputusan adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan dan pemikiran untuk mencapai tujuan dari keputusan. Dan keputusan bersama merupakan segala sesuatu yang telah ditetapkan secara bersama-sama oleh sekelompok orang dengan berbagai pertimbangan, pemikiran untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.2 Film

Film pertama kali lahir di pertengahan kedua abad 19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar oleh percikan abu rokok sekalipun.

Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah diproduksi dan enak ditonton.19 Film adalah serangkaian gambar diam yang bila ditampilkan pada layar, menciptakan ilusi gambar karena bergerak.

Film sendiri merupakan jenis dari komunikasi visual yang menggunakan gambar bergerak dan suara untuk bercerita atau memberikan informasi pada khalayak. Setiap orang di setiap belahan dunia melihat film salah satunya sebagai jenis hiburan, cara untuk bersenang-senang. Senang bagi sebagian orang dapat berarti tertawa, sementara yang lainnya dapat diartikan menangis. Kebanyakan film dibuat sehingga film tersebut dapat ditayangkan di bioskop. Setelah film diputar di layar lebar untuk beberapa waktu (mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan).

(24)

Pada perkembangannya, film dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun (Effendy, 2003: 210). Berikut adalah jenis-jenis film:

1. Film Cerita

Film yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Pada umumnya film cerita bersifat komersial artinya, dipertunjukkan dibioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar ditelevisi dengan dukungan sponsor produk tertentu. Misalnya, film horor drama, fiksi ilmiah komedi laga, musikal dan lain-lain.

2. Film Non Cerita

Film non cerita merupakan kategori film yang mengambil kisah nyata sebagai subjeknya atau merekam kenyataan dari pada fiksi tentang kenyataan.

Ada dua tipe film non cerita antara lain :

1. Film faktual : menampilkan fakta, kamera hanya sekedar merekam peristiwa. Biasanya dalam bentuk sebagai film cerita dan film dokumentasi.

2. Film dukumenter : sarana yang tepat untuk mengungkapkan realitas, menstimuli perubahan, dengan kata lain menunjukkan realitas kepada masyarakat secara normal.

Ada dua tambahan jenis film yaitu film eksperimental dan film animasi.

Penjelasan sebagai berikut :

1. Film eksperimental tidak dibuat dengan kaidah kaidah pembuatan film yang lazim. Tujuannya untuk mengadakan ekaperimentasi dan mencari cara-cara pengucapan baru lewat film.

(25)

2. Film Animasi (kartun) adalah film yang memanfaatkan gambaran atau lukisan maupun benda-benda mati lainnya seperti boneka, kursi meja dan lain-lainnya yang bisa dihidupkan dengan teknik animasi.

2.1.2.1 Fungsi Film

Film sebagai media massa memiliki beberapa fungsi diantaranya : 1.Hiburan

Menurut Marseli Sumarno (1996;96-98), film sebaagai media komunikasi lebih mudah menyajikan suatu hiburan dari pada bentuk komunikasi lainnya. Hal ini dapat dilihat sifatnya yang ringan menitik beratkan pada estetika dan etika.

Nilai hiburan pada film sangat penting, apabila subuah film tidak mengikat perhatian penonton dari awal hingga akhir tentulah film tersebut tidak diminati penonton.

2.Pendidikan

Dengan media film kita dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan diri secara efektif dalam masyarakat serta mempelajari nilai tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyrakat.

3.Penerangan

Sebagai media penyampai pesan kepada khalayak luas, film selalu memiliki penjelasan tentang sesuatu hal yang belum diketahui sebagian orang. Biasanya film jenis ini dikategorikan film dokumenter. Bayak sekali instansi-instansi yang menggunakan film dokumentar sebagai media untuk memperkenalkan program atau produk mereka kepada masyarakat luas ataupun golongan tertentu.

(26)

4.Artistik

Nilai artistik terwujud karakteristikannya ditemukan pada seluruh unsurnya.

Sebuah film memang sebaiknya dinilai secara artistik bukan secara rasional.

Sebab dilihat secara rasional sebuah film artistik boleh menjadi tidak berharga, karena tidak memiliki maksud atau makna yang tegas, padahal keindahan itu sendiri memiliki maksud dan makna.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Film (Genre Film)

Beberapa jenis film menurut M. Bayu Widadgo, antara lain sebagai berikut : 1.Action –laga

Film dengan tema ini mengetengahkan tentang perjuangan hidup dengan bumbu utama keahlian setiap tokoh untuk bertahan pertarungan hingga akhir cerita.

2.Comedi-humor

Film bertema humor ini mengandalkan kelucuan sebagai penyajian utama.

Film dengan tema ini termasuk yang paling sulit menyajikanya, karena apabila kurang waspada maka komedi yang disuguhkan akan terjebak sleptick, atau terkesan memaksa penonton dengan kelucuan yang dibuat-buat.

3.roman-drama

Film dengan tema ini merupak genre yang paling populer dikalangan masyarakat. Genre ini menawarkan faktor perasaan dan kehidupan nyata, yang mengarah pada simpati dan empati penonton terhadap apa yang diceritakan dan apa yang disuguhkan. Kunci utama pada film bergenre ini adalah tema-tema klasik dalam permasalahan hidup manusia yang tidak pernah puas terjawab.

(27)

4.Misteri-horor

Genre ini memiliki bahasan yang sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja(monoton), namun genre ini mendapat perhatian yang lebih dari penonton. Hal ini disebabkan karena keingin tahuan manusia yang sangat besar terhadap dunia lain tersebut.

Sedangkan menurut Heru Efendy jenis-jenis film dapat dibagi menjadi 7 jenis antara lain sebagai berikut :

1.Film Dokumenter (Dokumentary film)

Film dokumter adalah film yang menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film jenis ini tidak lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda seseorang atau kelompok tertentu.

2.Film Cerita Pendek (Short film)

Film cerita pendek ini berdurasi kurang dari 60 menit. Sebagian besar produser film menjadikan film ini sebagai sebuah batu loncatan untuk kemudian memproduksi film cerita panjang.

3.Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)

Film cerita panjang adalah film dengan durasi lebih dari 60 menit, atau lazimnya film ini berdurasi antara 60-100 menit. Terkadang film jenis ini doproduksi di atas durasi 180 menit, seperti halnya film hasil produksi Bollywood (India) dan Hollywood (Amerika).

(28)

4.Film-film Jenis Lain (Corporate Profile)

Jenis film ini biasanya diproduksi untuk kepentingan institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan, misalnya tayangan „Jendela Usaha’ di TV ONE. Film ini sendiri berfungsi sebagai alat bantu presentasi

5.Iklan Televisi

Film jenis ini biasanya diproduksi untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk, maupun layanan masyarakat (public services announcement).

Iklan produk biasanya menampilkan produk yang diiklankan secara „ekolisit‟, artinya ada stimulus yang jelas tentang produk tersebut. sedangkan jenis iklan layanan masyarakat menginformasikan kepedulian suatu produsen terhadap fenomena sosial yang diangkat sebagai topik iklan tersebut.

6.Program Televisi (Tv Program)

program ini diproduksi untuk konsumsi pemirsa televisi secara umum, program televisi dibagi menjadi dua jenis, yaitu cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi kedalam dua kelompok yaitu fiksi dan non fiksi. Kelompok fiksi memproduksi film serial (tv series), film televisi/ FTV (populer lewat saluran televisi SCTV) dan film cerita pendek. Kelompok non fiksi menggarap aneka program pendidikan, film dokumenter atau profil tokoh dari daerah tertentu.

Sedangkan program non cerita sendiri menggarap variety show, tv kuis, talkshow dan liputan berita.

7.Video Klip (music video)

Video klip adalah sarana bagi produser musik untuk membesarkan produk mereka melalui media televisi. Dipopulerkan pertama kali lewat saluran televisi MTV, tahun 1981. Di Indonesia, Video klip ini sendiri berkembang menjadi

(29)

bisnis seirimg dengan perkembangan televisi swasta. Akhirnya video klip tumbuh sebagai aliran dan industri tersendiri. Beberapa rumah produksi mantap memilih video klip menjadi bisnis utama (core bisnis) mereka. Di Indonesia, tak kurang dari 60 video klip diproduksi tiap tahun nya.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Pembentuk Film

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi.

Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antaralain: produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, aktor-aktris (bintang film). Berikut ini adalah unsur-unsur dalam sebuah film:

1. Produser

Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau pembuatan film adalah produser. Karena produserlah yang menyandang atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi film.

Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film.

2. Sutradara

Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses

(30)

pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktivitas produksi.

3. Penulis Skenario

Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film itu ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Jadi, penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film.

4. Penata Kamera (Kameramen)

Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan) gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja produksi film, penata kemera memimpin departemen kamera.

5. Penata Artistik

Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar adegan demi

(31)

adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pemeran film dan lainnya.

6. Penata Musik

Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan oleh film.

7. Editor

Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar.

8. Pengisi dan Penata Suara

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata suara bertanggungjawab memimpin departemen suara.

9. Bintang Film (Pemeran)

(32)

Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-tokoh yang diperankan sesuai dengan tuntutan skenario (cerita film), terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh utama) dan pemeran pembantu (figuran).

2.1.3 Bentuk Penyampaian Nilai Moral

Pengarang dalam menyampaikan pesan nilai moral memiliki beberapa cara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Nurgiyantoro (2012: 335 – 340) mengatakan bahwa bentuk penyampaian nilai moral dalam karya fiksi bisa bersifat langsung maupun tidak langsung.

2.1.3.1 Bentuk Penyampaian Langsung

Bentuk penyampaian pesan nilai moral langsung boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian, telling, atau penjelasan.

Artinya bahwa nilai moral yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton dilakukan secara langsung dan eksplisit. Sehingga melalui cara ini, penonton dapat dengan mudah menangkap dan mengetahui pesan nilai moral yang disampaikan.

2.1.3.2 Bentuk Penyampaian Tidak Langsung

Bentuk penyampaian secara tidak langsung bersifat tersirat. Artinya bahwa pengarang secara tersirat menyampaikan pesan nilai moral yang ada dalam cerita.

(33)

Biasanya cara ini tersirat dan digambarkan dalam sebuah peristiwa, konflik, dan sebagainya. Oleh karena itu, penonton bisa salah dalam menafsirkan pesan nilai moral yang disampaikan.

2.2 Landasan Teori

Adapun landasan teori yang dipakai oleh penulis adalah teori sosiologi sastra. Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio atau socius berarti masyarakat, logi atau logos berarti ilmu. jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal- usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, dan empiris (Ratna, 2003: 1).

Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik (Ratna, 2003: 1).

Sosiologi sastra merupakan interdisiplin dari dua ilmu yang berbeda, yaitu sosiologi dan sastra. keduanya memiliki objek kajian yang sama yaitu manusia dan masyarakat. Meski objek kajian dari kedua ilmu tersebut sama, tetapi ada perbedaan dalam hal memandang persoalannya. Sosiologi lebih cenderung kepada hal yang bersifat objektif dan faktual, sementara sastra adalah kebalikannya, yaitu bersifat subjektif dan rekaan. Adapun defenisi dari sosiologi sastra sangat beragam tetapi defenisi yang paling mendekati dengan penelitian ini adalah

(34)

pemahaman terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkadung di dalamnya. Sosiologi sastra akan meneliti sastra sebagai (1) ungkapan historis, ekspresi suatu waktu, sebagai sebuah cermin, (2) karya sastra memuat aspek sosial dan budaya yang memiliki fungsi sosial berharga. Aspek fungsi sosial sastra berkaitan dengan cara manusia hidup bermasyarakat (Endraswara, 2011: 20).

Teori sosiologi sastra yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Alan Swingewood. Swingewood (dalam Yasa,2012: 24) menegaskan bahwa karya sastra adalah suatu jagat yang merupakan tumpuan kecemasan, harapan, dan aspirasi manusia karena di samping makhluk sosial, dinamika sosial budaya akan sangat sarat termuat dalam karya sastra. Swingewood juga menyampaikan bahwa sinkronisasi antara fakta imajiner dengan fakta realitas sebagai bukti bahwa sastra adalah refleksi sosial.

Swingewood menyebutkan (dalam Yasa, 2012: 22) bahwa pengarang besar tidak sekadar menggambarkan dunia sosial secara mentah, tetapi ia mengembangkan tugas yang mendesak, yaitu memainkan tokoh-tokoh ciptaannya dalam satu situasi rekaan untuk mengungkapkan nilai dan makna dalam dunia sosial.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi dan makalah yang berkaitan dengan nilai moral sebagai berikut:

Andi (2016) dalam skripsinya yang berjudul “Pesan Moral dalam Novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja Karya Andi Zulfikar (Tinjauan Sosiologi Sastra)”. Fokus penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra untuk

(35)

menjelaskan pesan moral dalam novel Lelaki yang Setia Mencumbui Senja.

Penelitian ini membantu penulis dalam menganalisis tokoh utama melalui teori sosiologi sastra.

Fitrianingtyas (2017) dalam skripsinya yang berjudul “Nilai Moral dalam Lirik Lagu Karya Katon Bagaskara (Sebuah Kajian Sosiologi Sastra)” yang bertujuan untuk mendeskripsikan struktur puisi, menentukan unsur musikalitas, dan menjelaskan aspek moralitas yang terdapat dalam lirik lagu karya Katon Bagaskara. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif.

Tahap pengumpulan data menggunakan studi pustaka. Teknik yang digunakan ialah teknik simak catat. Setelah melakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya ialah tahap analisis data. Data tersebut dikaji secara deskriptif.

Kemudian penyajian hasil analisis data disajikan berupa uraian kata-kata dengan memberikan penjelasan seputar lirik lagu karya Katon Bagaskara. Penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis dalam memahami nilai moral. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian.

Herawati (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai-Nilai Moral pada Novel Jasmine Karya Riawani Elyta” yang bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk nilai-nilai moral yang ditampilkan pengarang melalui tokoh yang diceritakan pada novel Jasmine karya Riawani Elyta, serta mendeskripsikan faktor yang melatarbelakangi perbuatan moral tokoh. Untuk mendapatkan hasil tersebut, dipergunakan teori sosiologi sastra dan teori positivisme moral. Metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan mendeskripsikan data yang telah diidentifikasi sebelumnya melalui

(36)

metode baca heuristic dan hermeneutik. Penelitian ini menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian. Perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian.

Mariyana (2013) dalam jurnal skripsinya yang berjudul “Pesan Moral dalam Film Petualangan Sherina Karya Riri Riza Kajian Sosiologi Sastra” yang bertujuan untuk mengungkapkan kaitan antar unsur struktur dan mengungkapkan aspek moralitas dalam film Petualangan Sherina. Tahap analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh, setelah itu dianalisis dengan analisis naratif, sinematik, dan kajian moralitas. Moralitas adalah bagian dari kajian sosiologi sastra yang berhubungan dengan adat kebiasaan dan tingkah laku manusia dalam masyarakat. Penelitian ini menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian.

Rahmi (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Pesan Moral dan Motivasi dalam Novel Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara : Tinjauan Sosiologi Sastra”

yang bertujuan untuk mendeskripsikan pesan moral dan motivasi yang terkandung dalam novel Sepatu Dahlan. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti mempergunakan teori sosiologi sastra dalam menganalisis data. Masalah di dalam skripsi ini dibatasi menjadi pesan moral yang terbagi atas: kejujuran, ketaatan dalam beribadah, ketaatan pada orang tua, loyalitas dalam berteman, dan motivasi yang terbagi atas: pepatah yang memotivasi, motivasi dari teman, motivasi dari keluarga. Teknik pengumpulan data dilakuan dengan cara Library Research (penelitian kepustakaan). Teknik pengkajian untuk menganalisis data mempergunakan metode kualitatif. Penelitian ini sangat membantu penulis dalam memahami nilai moral. Selain itu, konsep dan pembahasan penelitian tersebut

(37)

memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian dan metode penyajian hasil analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman.

Wahyuni (2018) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Nilai Moral pada film KungFu Panda 2 dengan menggunakan Tinjauan Sosiologi Sastra”

bertujuan untuk mendeskripsikan karakter kedua tokoh utama Po dan Shen, dan menguraikan nilai moral yang terdapat pada film KungFu Panda 2. Data dalam penelitian ini adalah kutipan atau naskah percakapan tokoh utama. Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan teori Wellek dan Warren. Penelitian ini membantu penulis dalam memahami nilai moral. Selain itu, konsep dan pembahasan penelitian tersebut memberikan gambaran prosedur penelitian dan menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah metode penyajian hasil analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian diperlukan metode untuk mendukung langkah kerja hingga terbentuknya hasil tulisan yang baikdan tersusun secara sistematis.

Untuk mendukung kegiatan penulisan skripsi, penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

3.1 Data dan Sumber Data

Berdasarkan sumber pengambilannya, data dibedakan atas dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2002: 82). Data primer dalam penelitian ini adalah file video berupa film The Great Wall yang diperoleh dari situs internet dengan cara mengunduhnya. Film The Great Wall adalah film yang disutradarai oleh Zhang Yimou, film ini dirilis pada 31 Desember 2016. Pada film ini berisi data berupa teks percakapan serta adegan yang dapat mendeskripsikan nilai-nilai moral.

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia (Hasan, 2002: 82). Data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan kajian sosiologi sastra, nilai moral serta skripsi dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian ini.

(39)

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

Tujuan dari langkah pengumpulan data ini adalah demi mendapatkan data yang valid, sehingga hasil dan kesimpulan penelitian pun tidak akan diragukan kebenarannya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Melakukan kajian pustaka terhadap penelitian sebelumnya. Menurut Koentjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat diruang kepustakaan, seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian (Koentjaraningrat, 1983: 420). Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya segala bentuk plagiat atau persamaan dalam bentuk penelitian.

2. Memperhatikan adegan dengan tekun dan mendengarkan dengan cermat dialog yang terdapat pada film The Great Wall.

3. Mencatat data-data yang ada hubungannya dengan nilai moral.

3.3 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Afrizal (2016: 13), penelitian kualitatif didefinisikan sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang mengumpulkan dan menganalisis data berupa kata-kata (lisan maupun tulisan) dan perbuatan-perbuatan manusia serta

(40)

peneliti tidak berusaha menghitung atau mengkuantifikasikan data kualitatif yang telah diperoleh dan dengan demikian tidak menganalisis angka-angka.

Metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji nilai moral dalam film The Great Wall adalah deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif artinya data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk deskripsi fenomena, tidak berupa angka-angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel (Aminuddin, 1990: 6).

3.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan diupayakan untuk memperdalam atau menginterpretasikan secara spesifik dalam rangka menjawab keseluruhan pertanyaan penelitian. Metode yang digunakan dalam teknik analisis data adalah metode Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (1992: 16-19) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data ada 3 tahap, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Mereduksi data pada film The Great Wall adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting mengenai film tersebut. Mencari tema dan pola penelitian dan membuang yang tidak perlu.

(41)

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah penyajian data.

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk: uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Pada film The The Great Wall untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan data penulis terlebih dahulu menguraikan dan membuat pola mengenai apa saja yang berhubungan dengan penelitiannya. Sehingga penelitian yang dilakukan menjadi baku dan tidak lagi berubah, penelitian tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh.

Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya terlebih dahulu. Pada penelitian film The Great Wall, penulis harus mampu menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Karena, masalah dan rumusan masalah dalam penelitian analisis kualitatif mengenai film The Great Wall mampu memberikan gambaran obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Film The Great Wall merupakan film action-fantasi ilmiah 3D Amerika- Tiongkok yang diangkat berdasarkan salah satu cerita mengenai berdirinya Tembok Cina. Film ini menceritakan tentang keterlibatan dua orang saudagar Eropa bersama pasukan elit Kekaisaran Cina melawan monster TaoTie. Pada film ini terdapat nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pembelajaran dan diterapkan dalam kehidupan, yang salah satunya adalah nilai moral.

Setelah melakukan analisis, peneliti menemukan ada 3 nilai moral dari segi sosial yang terdapat pada film The Great Wall melalui teks dialog dan visual (gambar) film. 3 nilai moral tersebut yaitu kerja sama, suka menolong, dan kasih sayang. Nilai moral kerja sama ditemukan pada 5 penggalan scene. Nilai moral suka menolong ditemukan pada 6 penggalan scene. Sedangkan nilai moral kasih sayang ditemukan pada 3 penggalan scene.

Selain itu, peneliti menemukan bahwa penyampaian nilai moral pada film The Great wall disampaikan secara langsung melalui tokoh yang berupa tindakan tokoh.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Nilai Moral Yang Terdapat Pada Film The Great Wall

Setelah peneliti melakukan analisis pada film The Great Wall, peneliti menemukan ada 3 nilai moral yang terdapat pada film The Great Wall berdasarkan segi sosial, yaitu kerjasama, suka menolong dan kasih sayang.

(43)

4.2.1.1 Kerjasama

Salah satu bentuk nilai moral yang terdapat pada Film The Great Wall adalah kerja sama. Kerja sama merupakan perbuatan saling membantu yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati bersama dengan prinsip saling percaya.

Wujud nilai moral kerjasama ditemukan pada penggalan scene berikut ini:

1. Scene 00.11.47 - 00.24.28

Gambar 1 Seluruh Pasukan Elit Kekaisaran Cina Bersiaga di Tembok Cina

Gambar 2 Pasukan “Pemanah” Bersiap Membidik Musuh

(44)

Gambar 3 Pasukan “Berani Mati” Melawan Monster TaoTie

Gambar 4 Pasukan “Bertempur Jarak Dekat” membentuk Formasi Melawan Musuh

Gambar 5 Monster TaoTie Meninggalkan Tembok Cina

(45)

Teks Dialog Pada Scene 00.11.47 – 00.24.28

Prajurit Penjaga : 报!启禀殿帅大人,烽火台狼烟四起有敌人来犯![Bào!

Qǐ bǐng diàn shuài dàrén, fēnghuǒ tái lángyānsìqǐ yǒu dírén lái fàn]‘lapor... Lapor Jendral, ada tanda bahaya, musuh datang menyerang!‟

Jendral Shao : 先将俘虏押至北楼。传令全体将士,准备迎敌![Xiān

jiāng fúlǔ yā zhì běi lóu. Chuánlìng quántǐ jiàngshì, zhǔnbèi yíng dí!] „pertama masukkan tahanan ke kurungan. Kemudian perintahkan seluruh prajurit untuk bersiap melawan musuh.‟

Prajurit Penjaga : 是 , 准 备 迎 敌 ! [Shì, zhǔnbèi yíng dí!] „baik, bersiap melawan musuh!‟

(所有士兵都移到了岗位上[Suǒyǒu shìbīng dōu yí dàole gǎngwèi shàng]

‘seluruh prajurit bergerak ke pos jaga masing-masing’)

Penasehat Wang : 殿帅。终于来了。[Diàn shuài. Zhōngyú láile] „Jendral..

akhirnya hal ini terjadi juga.‟

Jendral Shao : 是啊。这一仗等了 60 年。[Shì a. Zhè yī zhàng děngle 60 nián] „Ya. 60 tahun menunggu untuk mempersiapkan ini.‟

(饕餮怪物部队来犯 [Tāotiè guàiwù bùduì lái fàn] ‘pasukan monster TaoTie datang menyerang’)

Jendral Shao : 远攻[Yuǎn gōng] „Serangan jarak jauh‟

Prajurit Lain : 是!战鼓队传令,远攻![Shì! Zhàngǔ duì chuánlìng, yuǎn gōng!] „Siap! Bunyikan tanda serangan jarak jauh!

Komandan Wu : 扶好!点火![Fú hǎo! Diǎnhuǒ!] „Ambil! Nyalakan!‟

Komandan Chen :对准腋下之目![Duì zhǔn yè xià zhī mù!] „bidik bagian matanya‟

Prajurit Pemanah : 对准腋下之目![Duì zhǔn yè xià zhī mù!] ‘bidik bagian matanya‟

Jendral Shao : 飞索攻击![Fēi suǒ gōngjí!] „Serangan berani mati!‟

Penasehat Wang : 殿 帅 。 那 应 该 是 兽 王 , 它 在 指 挥 。 [Diàn shuài. Nà yīnggāi

shì shòuwáng, tā zài zhǐhuī.] „Jendral.. itu Ratunya, dia yang memberi perintah‟

Jendral Shao : 攻击兽王![Gōngjí shòuwáng!] „serang Ratunya‟

Prajurit Lain : 是!攻击兽王![Shì! Gōngjí shòuwáng!] „Siap! Serang Ratunya‟

Pada scene ini, yaitu pada scene 00.11.47 – 00.24.28 diceritakan bahwa ketika Jendral Shao bersama seluruh komandan menginterogasi William dan

(46)

Tovar terkait kedatangan mereka ke Tembok Cina, tiba-tiba salah seorang prajurit penjaga datang membawa kabar tanda bahaya, tentang gerakan monster TaoTie ke arah Tembok Cina. Berdasarkan dialog di atas, diketahui bahwa ketika seluruh pasukan elit kekaisaran Cina mendengar kabar tersebut, atas perintah Jendral Shao seluruh prajurit diperintahkan untuk segera berkumpul dan bersiap-siap di pos jaga masing-masing. Berdasarkan gambar 1, diketahui bahwa seluruh pasukan elit kekaisaran Cina melaksanakan perintah Jendral Shao, yaitu berkumpul dan berjaga di pos mereka masing-masing untuk melawan musuh.

Selain itu, berdasarkan kutipan dialog berikut :

Jendral Shao : 远攻[Yuǎn gōng] „Serangan jarak jauh‟

Prajurit Lain : 是!战鼓队传令,远攻![Shì! Zhàngǔ duì chuánlìng, yuǎn gōng!] „Siap! Bunyikan tanda serangan jarak jauh!

Komandan Wu : 扶好!点火![Fú hǎo! Diǎnhuǒ!] „Ambil! Nyalakan!‟

Komandan Chen : 对准腋下之目![Duì zhǔn yè xià zhī mù!] „bidik bagian matanya‟

Prajurit Pemana :对准腋下之目![Duì zhǔn yè xià zhī mù!] ‘bidik bagian matanya‟

Jendral Shao : 飞索攻击![Fēi suǒ gōngjí!] „Serangan berani mati!‟

Penasehat Wang : 殿帅。那应该是兽王,它在指挥。[Diàn shuài. Nà yīnggāi shì shòuwáng, tā zài zhǐhuī.] „Jendral.. itu Ratunya, dia yang memberi perintah‟

Jendral Shao :攻击兽王![Gōngjí shòuwáng!] „serang Ratunya‟

Prajurit Lain : 是!攻击兽王![Shì! Gōngjí shòuwáng!] „Siap! Serang Ratunya‟”

beserta gambar 2, 3, dan 4, menunjukkan gambaran seluruh pasukan elit Kekaisaran Cina yang dalam satu komando melakukan tugas mereka masing- masing berdasarkan kategori pasukan, yang saling berkaitan untuk membunuh monster TaoTie. Ketika melawan monster TaoTie sikap saling bersatu, saling membantu, tidak egois, dilakukan oleh seluruh pasukan. Tugas yang mereka lakukan berdasarkan kategori pasukan, merupakan sebagai serangan dan pertahanan melawan monster TaoTie. Berkat persiapan yang matang dan juga

(47)

kerja sama yang baik, pasukan elit Kekaisaran Cina berhasil memukul mundur pasukan monster TaoTie. Melalui gambar 5, kita dapat melihat bagaimana pasukan monster TaoTie pergi meninggalkan Tembok Cina.

Sikap saling bersatu, saling membantu, tidak egois, yang dilakukan oleh seluruh pasukan elit kekaisaran Cina dengan tujuan melawan monster TaoTie merupakan wujud dari definisi nilai moral kerjasama. Kerjasama merupakan perbuatan saling membantu yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati bersama dengan prinsip saling percaya.

2. Scene 00.22.14 – 00.25.52

Gambar 6 William dan Tovar Saling Membantu Untuk Melawan Monster TaoTie

(48)

Gambar 7 William dan Tovar Sedang Membicarakan Strategi Melawan Monster TaoTie

Gambar 8 Salah Satu Monster TaoTie yang Mati Dibunuh Oleh William dan Tovar

Teks Dialog Pada Scene 00.22.14 – 00.25.52

William : 帮我解开![Bāng wǒ jiě kāi!] „ tolong lepaskan aku!‟

Tovar : 打或逃?[Dǎ huò táo?] „bertarung atau kabur?‟

William : 逃去哪里?对准眼睛![Táo qù nǎlǐ? Duì zhǔn yǎnjīng!] „lari kemana? Bidik matanya!‟

Tovar : 好啊![Hǎo a!] „baiklah‟

William : 快点起来! [Kuài diǎn qǐlái!] „ayo bangkit!‟

Tovar : 威廉!抓住![Wēilián! Zhuā zhù!] „William! Tangkap!‟

( 别 的 饕 餮 来 犯 [Bié de tāotiè lái fàn] ‘monster TaoTie lain datang menyerang’)

Tovar : 嘿。畜生![Hēi. Chùshēng!] „hei.. Monster!‟

(49)

(另一个饕餮来攻击 [Lìng yīgè tāotiè lái gōngjí] ‘satu monster TaoTie lainnya datang menyerang)

Tovar : 威廉[Wēilián] „William‟

William : 我要换个位置[Wǒ yào huàngè wèizhì] „aku butuh bidikan‟

( 整 个 饕 餮 怪 物 都 从 长 城 跑 了 出 去 [Zhěnggè tāotiè guàiwù dōu cóng chángchéng pǎole chūqù] ’Seluruh monster TaoTie pergi meninggalkan tembok Cina)

Tovar : 我们会被处死吗?[Wǒmen huì bèi chǔsǐ ma?] „apakah kita akan dibunuh?‟

William : 那我正好可以休息。[Nà wǒ zhènghǎo kěyǐ xiūxí.] „bila demikian, aku bisa beristirahat.‟

Jendral Shao : 听说今天打得不错。带他们回营房!给他们准备一个房间。

[Tīng shuō jīntiān dǎ dé bùcuò. Dài tāmen huí yíngfáng! Gěi tāmen zhǔnbèi yīgè fángjiān.] „kalian bertarung dengan hebat.

Bawa mereka ke barak! Mereka butuh istirahat‟

Pengawal Peng : 是。[Shì.] „baik‟

Pada scene sebelumnya, yaitu pada scene 00.11.47, diceritakan bahwa William dan Tovar merupakan tahanan pasukan elit Keaisaran Cina. Namun ketika monster TaoTie dikabarkan datang menyerang, mereka dibawa ke Tembok Cina. Pada scene ini, berdasarkan kutipan dialog antara William dan Tovar sebagai berikut:

William : 帮我解开![Bāng wǒ jiě kāi!] „ tolong lepaskan aku!‟

Tovar : 打或逃?[Dǎ huò táo?] „bertarung atau kabur?‟

William : 逃去哪里?对准眼睛![Táo qù nǎlǐ? Duì zhǔn yǎnjīng!]

„lari kemana? Bidik matanya!‟

Tovar : 好啊![Hǎo a!] „baiklah‟”

diketahui bahwa ketika William dan Tovar dilepaskan, mereka memutuskan untuk ikut terlibat bertarung bersama pasukan elit Kekaisaran Cina melawan monster TaoTie. Selanjutnya, berdasarkan kutipan dialog berikutnya :

William : 对准眼睛![Duì zhǔn yǎnjīng!] „Bidik matanya!‟

Tovar : 好啊![Hǎo a!] „baiklah‟

Tovar : 威廉!抓住![Wēilián! Zhuā zhù!] „William! Tangkap!‟

William : 我要换个位置[Wǒ yào huàngè wèizhì] „aku butuh bidikan‟.”

(50)

diketahui bahwa dalam upaya melawan monster TaoTie, Wiliam dan Tovar saling berkoordinasi untuk melawan monster TaoTie. Mereka saling membantu untuk bertahan dari serangan monster TaoTie dan menyerang monster TaoTie. Hal itu juga digambarkan melalui gambar 6 dan 7. Gambar 6 dan 7 menggambarkan perjuangan Wiliiam dan Tovar yang bersama-sama berjuang melawan monster TaoTie.

Tindakan saling membantu yang dilakukan William dan Tovar, dengan tujuan melawan monster TaoTie, merupakan wujud dari defenisi nilai moral kerjasama. Nilai moral kerja sama merupakan tindakan saling membantu yang dilakukan dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati.

Kerjasama yang baik yang dilakukan William bersama Tovar membuahkan hasil yang baik. Mereka mampu membunuh 3 monster TaoTie seperti yang digambarkan pada gambar 8. Selain itu, keberhasilan William dan Tovar membunuh 3 monster TaoTie, membuat pasukan elit Kekaisaran Cina memperlakukan mereka dengan baik. Hal itu ditunjukkan melalui kalimat Jendral Shao yang mengatakan “听说今天打得不错。带他们回营房!给他们准备一个 房 间 。[Tīng shuō jīntiān dǎ dé bùcuò. Dài tāmen huí yíngfáng! Gěi tāmen zhǔnbèi yīgè fángjiān.] „kalian bertarung dengan hebat. Bawa mereka ke barak!

Mereka butuh istirahat‟.”

(51)

3. Scene 00.30.41 – 00.31.32

Gambar 9 William dan Tovar Sedang Membicarakan Hal yang Akan Dilakukan

Gambar 10 William Membidik Objek yang Akan Dipanah

Gambar 11 Kedua Anak Panah William Berhasil Tertancap di Bawah Mangkuk

Teks Dialog Pada Scene 00.30.42 – 00.31.13

William : 其中一个杯子[Qízhōng yīgè bēizi] „ambil sebuah mangkuk‟

(52)

Tovar : 现在?[Xiànzài?] „sekarang?‟

William : 其中一个杯子[Qízhōng yīgè bēizi] „ambil sebuah mangkuk‟

Tovar : 我想吃东西[Wǒ xiǎng chī dōngxī] „tapi aku ingin makan‟

William : 还记得怎么做吧?[Hái jìdé zěnme zuò ba?] „masih ingat bagaimana melakukannya?‟

Tovar :上次不太顺利耶[Shàng cì bù tài shùnlì yé] „terakhir kali kita tidak begitu bagus melakukan ini‟

William : 因为我们喝醉了[Yīnwèi wǒmen hē zuìle] „itu karena kita sedang mabuk‟

Tovar : 丢多高?[Diū duō gāo?] „seberapa tinggi?‟

William : 10 码高,右边 6 掌[10 Mǎ gāo, yòubiān 6 zhǎng] „di ketinggian 10 inci, 6 jengkal ke kanan‟

Tovar : 转过来[Zhuǎn guòlái] „berbaliklah‟

William : 不,我要从这边。听我的。一,二,三,丢![bù, wǒ yào cóng zhè biān. Tīng wǒ de.yī...er...sān... Diū!] „tidak, akan ku lakukan begini.

Sesuai intruksi ku, satu..dua..tiga.. lempar!‟

Pada scene sebelumnya, yaitu pada scene 00.30.16, Jendral Shao dan beberapa komandan pasukan elit Kekaisaran Cina menantang william untuk menunjukkan kemampuannya dalam memanah. Dalam upaya memenuhi tantangan tersebut, William meminta Tovar untuk membantunya menunjukkan kemampuan memanahnya.

Berdasarkan dialog William dan Tovar di atas, diketahui bahwa pada awalnya Tovar tidak ingin membantu William. Hal itu ditunjukkan melalui kalimat Tovar yang mengatakan “现在?我想吃东西[Xiànzài? Wǒ xiǎng chī dōngxī] „sekarang? tapi aku ingin makan‟”. Namun dengan sedikit paksaan, William berhasil membuat Tovar membantunya. Kalimat paksaan William ditunjukkan melalui pengulang kalimat Wiliam yang mengatakan “其中一个杯子!

Gambar

Gambar 1  Seluruh Pasukan Elit Kekaisaran Cina Bersiaga di Tembok Cina
Gambar 3  Pasukan “Berani Mati” Melawan Monster TaoTie
Gambar 6  William dan Tovar Saling Membantu Untuk Melawan Monster TaoTie
Gambar 7 William dan Tovar Sedang Membicarakan Strategi Melawan Monster  TaoTie
+7

Referensi

Dokumen terkait