vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi
Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.
Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.
Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279
serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang
positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05
sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar
viii ABSTRACT
THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING
ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty
of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.
The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.
To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement
multiple regression analysis technique with three variables were applied.
HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma
Program Studi Pendidikan Akuntansi
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh :
Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma
Program Studi Pendidikan Akuntansi
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh :
Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya tulis ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan tetapi saya telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Saya
mempersembahkan karya tulis ini kepada :
Tuhan yang maha kuasa yang selalu melindungi dan menyertai
saya.
My lovely parents yang selalu menyayangi dan mendukung saya dengan cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang membuat hidup
saya menjadi lebih berarti. Tanpa mereka saya bukan
siapa-siapa.
My special one (Silverio) yang selalu memotivasi saya dari jauh, dengan cinta dan dukungan yang selalu menguatkan saya.
My two lovely sisters (Rosalia and Olandina) yang selalu menyemangati saya dari jauh dengan canda dan tawa.
Keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya dari jauh.
My Bro and Siz ( bina, lize, merry, jony, lila, minda, nety, metha,
lala, quinha, lathy, Kk Sandra, quela, popo, nidio, quenock, etchok,
zitho, lello, Adoy, Nuno, Mariano) specially my lovely bro “Ivo”
yang selalu membantu dan menemani saya. Terima kasih atas
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Januari 2010 Penulis,
vi
MOTTO
Jangan biarkan kekurangan sebagai kelemahan kita tetapi jadikanlah
kekurangan sebagai motivator kita untuk maju dan menjadi lebih baik
Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan
Perjuangan memerlukan ketabahan
Ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan pula menentukan kejayaan
Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan
Dalam hidup terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang
tidak kita inginkan
Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan terkadang tidak dapat
membuat hidup kita lebih bahagia
Sesuatu yang baik belum tentu benar
Sesuatu yang benar belum tentu baik
Sesuatu yang bagus belum tentu berharga
vii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN
BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi
Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.
Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.
Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279
serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang
positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05
sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar
viii ABSTRACT
THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING
ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty
of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz
Sanata Dharma University Yogyakarta
2010
The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.
The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.
To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement
multiple regression analysis technique with three variables were applied.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga saya bisa menyelesaikan perkuliahan sampai dengan penyelesaian tugas akhir ini dengan baik sebagai wujud pertanggngjawaban saya. Saya sangat bahagia akhirnya saya bisa menyelesaikan studi saya sesuai dengan harapan dan cita-cita. Semua usaha yang saya lakukan ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya. Oleh karena itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Drs. T.Sarkim.,M.Ed.,Ph.D., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas sanata Dharma.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd.,M.Si yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi saya dengan baik.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Bapak Laurentius Saptono,.S.Pd.,M.Si, yang telah mengarahkan dan memberi bimbingan selama saya kuliah di Universitas sanata Dharma ini.
4. Dosen pembimbing, Bapak Drs.Bambang Purnomo. S.E., M.Si, yang telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi ini.
x
6. Bapak Drs. A. Joko Wijoyo, S.Pd., M.S. yang telah membimbing saya dalam menerjemahkan abstrak dalam bahasa inggris.
7. Dosen-dosen Universitas Sanata Dharma khususnya jurusan pendidikan akuntansi yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada saya yang sangat saya perlukan kelak.
8. Karyawan, sekretariat dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memfasilitasi saya dari awal kuliah sampai penyelesaian tugas akhir ini.
9. Mahasiswa program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya Angkatan 2006 dan 2007 yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden saya.
10. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat bagi saya.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangn sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini yang akhirnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, 21 Januari 2010
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
LEMBARAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Sistematika Isi Skripsi... 7
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar ... 9
xii
2. Motivasi Belajar ... 9
B. Minat ... 10
C. Prestasi Belajar ... 11
1. Prestasi ... 11
2. Belajar ... 11
3. Prestasi Belajar ... 12
D. Metode Mengajar ... 13
F. Macam-macam Metode Mengajar ... 15
1. Metode Ceramah ... 15
2. Metode Melatih (Drill) ... 18
3. Metode Tanya Jawab ... 19
4. Metode Diskusi ... 20
5. Metode Prileksi ... 22
6. Metode demonstrasi dan eksperiment... 23
7. Metode Pemecahan Masalah... 24
8. Metode Kerja Kelompok... 25
9. Metode Pembagian Tugas belajar Resistasi... 27
10. Metode Seminar ... 28
11. Metode mengajar Beregu(Team Teaching Method) ... 29
12. CL(Cooperative Learning)... 30
13. CTL (Contextual Teaching and Learning)... 31
14. TGT (Teams Games Tournament)... 34
xiii
F. Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Metode Mengajar ... 36
G. Alasan Dipakainya Bermacam-Macam Metode Mengajar ... 40
H. Pengaruh Lingkungan Belajar ... 42
1. Lingkungan Keluarga ... 42
2. Lingkungan Sekolah ... 45
3. Lingkungan Masyarakat ... 48
I. Kerangka Berpikir ... 49
J. Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 52
D. Populasi, Sampel dan teknik penarikan sampel ... 52
E. Operasionalisasi Variabel ... 53
1. Variabel yang akan Diteliti ... 53
2. Kategori Kecenderungan Variabel... 54
3. Pengukuran Variabel... 55
F. Teknik Pengumpulan Data ... 57
1. Kuesioner ... 57
2. Dokumentasi ... 58
3. Wawancara... 58
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 58
xiv
2. Pengujian Realiabilitas... 64
H. Teknik Analisis ... 65
1. Uji prasyarat Analisis (Uji Normalitas) ... 65
I. Analisis Data ... 66
1. Analisis regresi Linier Ganda ... 66
2. Analisis Korelasi Ganda... 67
J. Pengujian Hipotesis dan Penarikan kesimpulan... 67
1. Pengujian Hipotesis Pertama... 68
2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 68
3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 69
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 70
1. Ketepatan Penggunaan Metode mengajar Dosen... 70
2. Motivasi Belajar ... 71
3. Lingkungan Belajar... 73
4. Prestasi Belajar... 74
B.Pengujian Persyaratan Analisis ... 75
Pengujian Normalitas ... 75
C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 77
1. Hubungan Antara Penggunaan Metode Mengajar Dosen dengan Prestasi Belajar Mahasiswa... 78
xv
3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar
Mahasiswa... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 82 B. Keterbatasan Hasil penelitian ... 82 C. Saran ... 83
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner ... 56
Tabel 3.3 : Jawaban dan Skor ... 57
Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas ... 60
Tabel 3.5 : Hasil Uji Reliabilitas... 64
Tabel 3.6 : Tingkat Keterandalan Variabel Penelitian ... 65
Tabel 4.1 : Pedoman PAP Ketepatan Penggunaan Metode Mengajar Dosen... 71
Tabel 4.2 : Pedoman PAP Motivasi Belajar ... 72
Tabel 4.3 : Pedoman PAP Lingkungan Belajar ... 73
Tabel 4.4 : Pedoman PAP Prestasi Belajar ... 74
Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 76
Tabel 4.6 : Hasil Analisis Korelasi Product Moment Antara Variabel Bebas dengan Variabel Prestasi Belajar... 77
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I. Kuesioner ... 87
LAMPIRAN II. Uji Reliabilitas dan Validitas... 99
LAMPIRAN III. Data Mentah ... 111
LAMPIRAN IV. Daftar Distribusi Frekuensi... 115
LAMPIRAN V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II... 122
LAMPIRAN VI. Uji Normalitas... 127
LAMPIRAN VII. Uji Korelasi dan Regresi Ganda ... 128
LAMPIRAN VIII. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 139
LAMPIRAN IX. Daftar Tabel ... 133
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi belajar yang baik merupakan keinginan dan harapan yang
diidam-idamkan oleh mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut dikarenakan bahwa salah satu
unsur yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi
adalah prestasi belajar yang dicapai mahasiswa. Jika prestasi belajar yang dicapai
mahasiswa baik maka dapat dikatakan bahwa pengajaran yang dilakukan oleh dosen
berhasil dan sebaliknya, apabila prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa rendah
maka dapat dikatakan pengajaran yang dilakukan oleh dosen belum berhasil dengan
baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar seseorang dapat dilihat dari
prestasi belajarnya, mengingat prestasi merupakan kecakapan yang dapat diukur
dengan alat penilaian yang berwujud angka-angka atau simbol-simbol. Angka-angka
tersebut menjadi penunjuk hasil yang dicapai mahasiswa dalam kegiatan belajar
mengajar pada masa tertentu.
Setiap pengajar mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Hal
ini dapat dimengerti karena setiap pengajar mempunyai kapasitas mengajar yang
berbeda-beda, dan harus menyesuaikan dengan macam disiplin ilmu pengetahuan
yang diberikan kepada mahasiswa. Mengajar ilmu-ilmu sosial mungkin berbeda
dengan mengajar ilmu kedokteran bila dilihat dari teknik yang dipakai dalam
mengajar.
Peranan seorang dosen dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Salah
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai penyampai informasi dosen menginginkan
informasi tersebut sampai pada penerima informasi (mahasiswa). Supaya informasi
tersebut dapat diterima oleh mahasiswa, dosen menggunakan strategi-strategi tertentu
yang bisa menumbuhkan minat belajar mahasiswa dan memotivasi mahasiswa untuk
mengetahui informasi tersebut sehingga bisa meningkatkat prestasi belajarnya.
Salah satu strategi dosen memotivasi dan membuat mahasiswa memiliki minat
dalam proses belajar mengajar yaitu mencari dan menggunakan cara mengajar atau
metode mengajar yang sesuai dengan cara belajar mahasiswa. Cara mengajar yang ‘baik’ belum tentu dapat dikatakan ‘benar’, karena pengajar tidak dapat
mempraktekkan cara tersebut dengan apa yang semestinya dilakukan. Begitu pula
halnya dengan cara mengajar yang ‘benar’ belum tentu dapat dikatakan ‘baik’. Cara
mengajar yang baik dan benar adalah cara mengajar yang dapat dipraktekkan dan
menghasilkan keluaran (output) seperti yang diharapkan (Soekartawi, 1995 : 16-17).
Sebagai contoh penerapan metode yang tidak memperhatikan situasi dan
kondisi mahasiswa. Misalnya penyelenggaraan kuliah pada jam 14.00. Pada jam ini
kebanyakan mahasiswa dalam keadaan mengantuk dan capek mungkin karena cuaca
yang panas, karena ada yang kuliah dari pagi hingga siang atau karena ada yang baru
selesai makan siang. Jika dosen menggunakan metode mengajar ceramah maka dapat
membuat mahasiswa semakin mengantuk, malas dan capek. Apalagi gaya
mengajarnya juga kurang antusias. Maka meskipun setelah memberi ceramah dan
selanjutnya menggunakan metode tanya jawab, mahasiswa tidak akan pernah
bertanya dan menjawab, karena awalnya mahasiswa sudah tidak memperhatikan dan
tidak memahami apa yang disampaikan oleh dosen. Walaupun mahasiswa tersebut
mengerti akan apa yang disampaikan, namun pengertian itu hanya bersifat sementara
Akhirnya mahasiswa lebih cenderung mengejar nilai daripada manfaat mata
kuliah tersebut dalam kehidupan mereka. Apalagi jika mahasiswa hanya
memprioritaskan pemahamannya pada mata kuliah yang disukai. Maka nilai yang
diperoleh mahasiswa akan lebih bagus pada mata kuliah yang disukai tersebut.
Padahal semua mata kuliah menjadi syarat kelulusan bagi seorang mahasiswa.
Penelitian mengenai minat mengungkapkan bahwa siswa lebih memahami
sebuah teks apabila teks itu memuat hal-hal yang menarik bagi mereka (Anderson,
1972 ; Estes & Vaughs, 1973). Dalam hal ini sudah barang tentu peran dosen sangat
penting. Bagaimana dosen melakukan usaha-usaha yang dapat menumbuhkan minat
dan memberikan motivasi agar mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Persoalan bagi dosen sebagai pengajar adalah bagaimana caranya supaya
mahasiswa tersebut menyukai dan mendapat nilai yang cukup untuk mata kuliah yang
lainnya. Hal yang terpenting bagi dosen adalah bagaimana menciptakan kondisi atau
suatu proses yang mengarahkan mahasiswa melakukan aktivitas belajar yang kondusif
dan antusias. Misalnya dosen bisa menggunakan metode kerja kelompok, metode
mengajar beregu (team teaching method ) atau metode Tanya jawab, yang tujuannya
menuntut mahasiswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti perkuliahan.
Shackleford dan Henak (1990) berpendapat bahwa cara pengajaran yang
efisien akan terbentuk kalau pengajarnya juga bertindak efisien. Sebab pengajar
bertindak sebagai manajer yang harus mengambil keputusan untuk aktivitas yang ia
lakukan agar berjalan secara efisien. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pengajar
yang efektif didefinisikan sebagai berikut : ”Effective teachers are knowledgable
about the theories of presentasion, learning, and learner characteristic”. Bahwa
seorang pengajar yang efektif adalah memiliki kemampuan dalam penguasaan materi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Lasmintorini (2005),
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan
prestasi belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa
dipengaruhi oleh motivasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa,
semakin tinggi pula prestasi belajar mahasiswa. Untuk dapat belajar dengan baik
diperlukan motivasi yang baik pula.
Motivasi itu tidak akan dikatakan baik apabila tujuan yang diinginkan juga
tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu
karena rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu akan
menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang
permanen atau tahan lama. (Sardiman, 1986:77). Selain itu prestasi belajar juga
ditentukan oleh lingkungan mahasiswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Seorang mahasiswa akan mendapatkan prestasi
yang baik jika dia memiliki kebiasaan belajar yang baik dan sungguh-sungguh
mempelajari apa yang hendak dipelajarinya. Supaya orang tersebut memiliki
kebiasaan belajar, dia harus dibiasakan belajar sejak dini. Hal ini menjadi
tanggungjawab besar dari keluarga untuk melatihnya. Tetapi tak dapat dipungkiri
bahwa manusia adalah mahluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Hal ini
berarti bahwa selain keluarga lingkungan kampus tempat dimana mahasiswa tersebut
belajar dan lingkungan masyarakat sekitar juga ikut mempengaruhi. Misalnya ada
mahasiswa yang merasa tidak nyaman belajar dengan temannya yang lain yang lebih
pintar dan memiliki sikap yang tidak menyenangkan. Selain itu besarnya kesenjangan
sosial antar mahasiswa akan menghambat proses belajar mengajar mahasiswa.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang bersih, tenang,
yang tinggal dalam lingkungan belajar yang baik akan memperoleh hasil atau prestasi
yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang yang tinggal di lingkungan belajar yang
tidak baik akan mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. sebagaimana hasil
penelitian Susana Indarti (2006), ditemukan bahwa lingkungan belajar berpengaruh
secara positif terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan pernyataan tersebut
dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa dipengaruhi oleh lingkungan belajar.
Semakin baik dan nyaman lingkungan belajar mahasiswa, prestasi belajar mahasiswa
akan semakin baik.
Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Ketepatan Penggunaan Metode
Mengajar Dosen, Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa” karena sebagai seorang calon dosen (pengajar) penulis merasa hal ini sangat penting untuk dibahas sehingga dapat memberikan gambaran kepada
penulis mengenai cara menyampaikan materi secara efektif dan efesien dengan
menggunakan metode yang sesuai yang dapat membangkitkan motivasi dan minat
mahasiswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara
ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan
belajar mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan metode mengajar
dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?
2. Apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa?
3. Apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar
mahasiswa?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan tujuan
penelitian yang akan dicapai, yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan
metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa?
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan
prestasi belajar mahasiswa?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan antara lain :
1. Bagi mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa
PAK Universitas Sanata Dharma supaya kelak menjadi dosen nanti dapat memilih
mahasiswa akan lebih termotivasi dan lebih aktif lagi dalam belajaryang akhirnya
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
2. Bagi orang tua
Sebagai tambahan pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi anak dengan
kemampuan yang ada supaya dapat mengusahakan hal-hal yang bisa membantu
proses belajar anak.
3. Bagi perguruan tinggi
Hasil penelitian diharapkan memberikan suatu inspirasi kepada mahasiswa
lain di luar universitas dan mampu mendorong untuk meningkatkan lulusan
mahasiswa yang berkualitas dengan prestasi yang baik.
4. Bagi universitas Sanata Dharma
Universitas dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk alat pengembangan
ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penelitian yang relevan.
5. Bagi peneliti
Hasil penelitian diharapkan akan banyak memberi bekal kepada penulis untuk
terjun dan lebih perhatian kedunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
F. Sistematika Isi Skripsi
Gambaran secara garis besar mengenai isi skripsi disajikan dalam sistematika
sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian,
identifikasi penelitian, batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat
penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi, dimana
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
Didalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori yang berasal dari
pendapat para ahli yang telah diakui kebenarannya, yang merupakan
landasan sebagai syarat penunjang untuk memecahkan masalah yang
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengungkap masalah tentang
ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar,
lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengemukakan beberapa metode atau cara yang digunakan
dalam penelitian baik dari awal penyusunan kuesioner sampai
pengambilan data menggunakan kuesioner tersebut serta beberapa
metode untuk menganalisis perolehan data yang telah terkumpul.
BAB VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang penerapan metode-metode yang
digunakan hingga ditemukannya suatu hasil yang dapat
dipertanggungjawab. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat
memberikan suatu pembahasan.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang kesimpulan yang telah kita tarik
dari pembahasan. Kesimpulan tersebut dapat memberikan pengertian
kepada pihak yang berkepentingan sehingga hasil penelitian tersebut
dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Disini juga ditulis beberapa
saran yang membangun berdasarkan hasil penelitian yang bermanfaat
untuk beberapa pihak yang berkepentingan
9
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar
1. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan Sartain
dalam bukunya psychology Understanding of Human Hehavior : motif adalah
suatu penyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah
laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).
Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan. Seseorang atau suatu
organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya memilih
kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Dalam
pelajaran tentang motivasi kadang-kadang kebutuhan itu diberi arti yang khusus.
Sartain menggunakan istilah kebutuhan hanya sebagai suatu istilah yang menunjuk
pada suatu kekurangan tertentu di dalam suatu organisme.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar diartikan sebagai daya pendorong atau perangsang yang
merangsang siswa untuk mau dan ingin melakukan kegiatan belajar baik di sekolah
maupun di rumah sehingga tercapai prestasi yang memuaskan.
Dalam soal belajar, motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak
untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak
menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Hal demikian dapat berarti bahwa
guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia
Menurut Winkel (1996 : 27-28) motivasi belajar dapat dikelompokkan
menjadi dua bentuk, yaitu :
a. Motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi ekstrinsik
adalah belajar demi memperoleh pujian dari orang lain, belajar demi tuntutan
yang akan diraih, belajar demi meningkatkan gengsi sosial dan belajar demi
memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan.
b. Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik
akan terlihat dari ketekunannya untuk mengerjakan tugas-tugas belajar,
keuletannya dalam memecahkan kesulitan dalam belajar dan senang mencari
atau memecahkan soal-soal dalam buku pelajaran.
B. Minat
Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat
diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau
arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan
membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan
kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan
kecenderungan jiwa seseorang (biasa disertai dengan perasaan senang), karena merasa
memiliki kepentingan dengan sesuatu itu.
Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan
Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau
keinginan. Oleh karena itu, hal yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi
tertentu agar mahasiswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar (Sardiman, 1986 :76).
C. Prestasi Belajar
1. Prestasi
Arti kata prestasi adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan. Karena itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.
2. Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar beberapa tokoh
sebagaimana dirangkum oleh Muhhibbin Syah dalam bukunya ”Psikologi Belajar”
adalah sebagai berikut :
a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara
progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan
hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).
b. Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua
macam rumusan yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar
adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
c. Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychologyof Learning and memory
organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
d. Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of psychology membatasi belajar
menjadi dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh
pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang
penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,yaitu bahwa:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman;
dalam arti perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan atau
kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;seperti perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri seorang bayi.
Belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan
itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
3. Prestasi belajar
Atas dasar pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah tingkah laku seseorang dari hasil
aktualisasi diri yang dilakukan secara sadar dan nyata untuk menuju ke
bentuk angka, huruf, maupun simbol dan pada periode-periode tertentu, misalnya
caturwulan atau semesteran.
Prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal),
adapun faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor internal yang meliputi :
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, misalnya mahasiswa mempunyai kelemahan dalam menghitung
atau mengingat materi pelajaran.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk dalam faktor psikologis adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan dan
bakat serta faktor kecakapan nyata dan non intelektif yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu meliputi sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik dan psikis
b. Faktor eksternal yang meliputi :
1)Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
2)Faktor budaya yang terdiri atas adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
3)Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas-fasilitas belajar
4)Faktor lingkungan keagamaan atau spiritual.
D. Metode Mengajar
Metode berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati) dan hodos
(jalan atau cara). Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk
pelajaran oleh seorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan itu. Jadi, metode mengajar adalah suatu cara yang
berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk
mencapai tujuan pengajaran (Ulihbukit, dkk. 1979 : 5). Makin baik metode itu, makin
efektif pula pencapaian tujuan. Sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan
yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan
yang akan dicapai.
Khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain dari faktor tujuan,
faktor murid, faktor situasi dan faktor dosen ikut menentukan efektif tidaknya sebuah
metode. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,
seorang dosen akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi
untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.
Ada berbagai metode mengajar karena dipengaruhi oleh banyak faktor,
misalnya :
1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.
4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
5) Pribadi dosen serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Karena itu, sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai setiap
metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Setiap usaha klasifikasi adalah
arbitrer sifatnya. Lebih sulit lagi untuk menggolong-golongkan metode-metode itu di
dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang ”kurang baik” di tangan seorang
metode yang baik akan gagal di tangan dosen yang lain yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.(Surakhmad, 1979 : 76).
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu
yang tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu,
menjadi mungkinlah untuk mengadakan klasifikasi yang lebih jelas mengenai
jenis-jenis metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan. Atas dasar itu, metode dapat
digolongkan secara umum (ditinjau dari faktor dosen) :
1) Metode mengajar secara individual.
2) Metode mengajar secara berkelompok.
Atau dapat pula dibuat pembagian yang lain (ditinjau dari faktor mahasiswa) :
1) Metode mengajar terhadap individu.
2) Metode mengajar terhadap kelompok.
Di dalam kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat
dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi, dan
lain-lain. Dosen seringkali terpaksa mempergunakan metode ”pilihan kedua” dan metode
”pilihan ketiga”. Yang penting diperhatikan oleh dosen dalam keadaan demikian ialah
batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat
merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahannya itu.
E. Macam-macam Metode Mengajar 1. Metode Ceramah (Lecturing Method)
Metode ceramah yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
lecturing method atau telling-method ialah suatu cara lisan penyajian bahan
pelajaran yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (pelajar atau
mahasiswa) untuk mencapai tujuan pengajaran. Istilah lecturing berasal dari
ditimbulkan kata lecture yang artinya memberi kuliah dengan kata-kata atau
memberi kuliah dengan penuturan. Dari kata lecture ditimbulkan atau
dimunculkan lagi kata lecturing yaitu cara penyajian bahan dengan lisan. Istilah
telling berasal dari kata to tell yang artinya menyatakan sesuatu kepada orang lain,
selanjutnya berarti menyajikan keterangan-keterangan kepada orang lain agar ia
mengerti apa yang disajikan itu.
Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan secara lisan oleh guru
terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru
dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode
utama berhubungan guru dengan siswa adalah berbicara.
Kebaikan-kebaikan atau keuntungan-keuntungan dengan menggunakan
Metode Ceramah antara lain adalah :
a. Ketertiban kelas mudah dijaga atau dengan perkataan lain guru mudah
menguasai kelas.
b. Organisasi kelas sederhana, ini berarti bahwa guru berdiri di depan atau di
tengah sambil menyajikan bahan sedangkan pelajar atau mahasiswa duduk atau
berdiri mendengarkan sambil mencatat isi pelajaran yang menurutnya penting.
c. Menghemat waktu maupun modal lainnya karena dalam waktu terbatas guru
dapat memberikan bahan yang banyak terhadap pelajar/ mahasiswa yang
berjumlah banyak.
d. Melatih pelajar/mahasiswa untuk menggunakan pendengarannya dengan baik
serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat dalam
waktu singkat.
Kelemahan-kelemahan atau segi negatif apabila digunakan Metode
a. Apabila ditinjau dari prinsip belajar, maka metode ini agak bertentangan
dengan prinsip belajar (dengan metode ini hanya alat tertentu yang aktif yaitu
terutama alat pendengaran dan pikiran).
b. Apabila ditinjau dari azas demokrasi maka metode ceramah kurang
memungkinkan pelajar/mahasiswa untuk mengemukakan
pendapat-pendapatnya yang mana ini mungkin mengakibatkan tertekannya inisiatif dan
daya kreasi.
c. Metode ceramah tidak akan menghasilkan pembentukan pribadi secara
harmonis
d. Ditinjau dari azas-azas didaktik, maka metode ceramah kurang
memungkinkan terlaksananya anjuran-anjuran yang baik dari azas-azas
didaktik (misalnya anjuran-anjuran dari azas peragaan atau azas kooperasi di
mana peragaan langsung tidak/kurang terlaksana atau kerjasama antar
pelajar/mahasiswa tidak juga terlaksana).
e. Kesalahan tafsir terhadap istilah tertentu misalnya genting dapat ditafsirkan
atap rumah atau zaman berbahaya atau keadaan bahaya.
Usaha-usaha apa sajakah yang dapat ditempuh untuk menghindari
kelemahan-kelemahan atau menanggulangi kelemahan-kelemahan metode
ceramah ? Ada bermacam-macam usulan yang dapat ditempuh diantaranya
adalah:
a. Gunakan alat peraga pada waktu berceramah, baik langsung maupun tidak
langsung.
b. Jelaskanlah istilah-istilah yang kiranya sukar atau dapat ditafsirkan
c. Berceramahlah dengan gaya yang menarik serta gunakanlah bahasa yang
mudah ditangkap.
d. Selingilah penggunaan Metode Ceramah ini dengan metode lain misalnya
Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode Diskusi, Metode Sosiodrama.
e. Buatlah sistematika ceramah dan adakanlah penilaian dengan cukup.
2. Metode Melatih (Drill)
Metode melatih yang juga disebut metode drill atau metode Training adalah
suatu cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu. Dalam melatih
murid-muridnya guru harus berhati-hati karena hasil sesuatu latihan biasanya akan
tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan,
metode ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam
melakukan.sesuatu serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara mengulangi bahan
yang telah disajikan.
Kelemahan-Kelemahan latihan siap :
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa
Mengajar dengan metode drill, berarti minat dan inisiatif (makarsa) siswa
dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan
kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada konformatis dan
diarahkan menjadi uniformisitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
Perkembangan inisiatif didalam menghadapi situasi-situasi baru dimatikan. Di
dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan
persoalan dengan cara yang statis. Hal ini bertentangan dengan prinsip belajar
dimana siswa seharusnya mereorganisasi kembali pengetahuan dan
c. Membentuk kebiasaan yang kaku.
Dengan metode latihan siap siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan
respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis. Kecakapan
siswa dalam memberikam respon suatu stimulus dilakukan secara otomatis
tanpa menggunakan intelegensi.
d. Menimbulkan verbalisme
Setelah mengejarkan bahan pelajaran kepada siswa berulangkali, guru
mengadakan ulangan. Apalagi jika menghadapi ujian, siswa dilatih
menghafalkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus mengetahui dan
menghafalkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa
harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis, karena itu maka proses belajar
yang lebih realistis menjadi terdesak, dan sebagai gantinya timbullah
respon-respon yang melulu bersifat verbalistis.
3. Metode Tanya Jawab (Questioning atau Question Answer Period)
Tanya jawab sebagai suatu metode adalah cara lisan menyajikan bahan untuk
mencapai tujuan pengajaran. Alat pokok yang digunakan dengan menggunakan
Metode Tanya Jawab adalah pertanyaan lisan yang datangnya dari dua pihak atau
lebih. Ini berarti bahwa pertanyaan dapat datang dari pihak guru dan dapat datang
dari pihak pelajar. Tetapi kadang-kadang pertanyaan sudah tertera dalam buku
bacaan atau buku pelajaran.
Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan bahan harus digunakan
bersama-sama dengan metode lain misalnya metode ceramah, metode kerja
kelompok, metode demonstasi dan eksperimen, metode drill. Metode ini wajar
penggunaannya apabila guru ingin mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan
digunakan untuk menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) dalam rangka
menyemangati pelajar (supaya tidak terjadi penyimpangan perhatian). Kecuali
situasi-situasi di muka. Metode tanya jawab baik juga digunakan untuk memimpin
pengamatan para pelajar.
Dalam situasi yang bagaimanakah metode tanya jawab kurang wajar
penggunaannya? Metode tanya jawab kurang tepat digunakan apabila tanya-jawab
kepada sejumlah pelajar dimaksudkan untuk menilai kemajuan kelas. Demikian pula
apabila guru hanya memberi giliran kepada pelajar-pelajar tertentu saja.
Baik dan buruknya metode tanya jawab
Kebaikannya :
a. Sambutan kelas. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila
dibandingkan dengan hasil metode ceramah.
b. Memberi kesempatan kerja siswa untuk mengemukakan hal-hal yang belum jelas
atau belum dimengerti, sehingga guru dapat menjelaskan kembali.
c. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru, dan akan membawa ke
arah suatu diskusi.
Keburukannya :
Tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan.
Lebih-lebih jika siswa memberi jawaban atau memajukan pertanyaan yang dapat
menimbulkan beberapa masalah baru dan kemudiaan menyimpang dari pokok
persoalan atau menimbulkan pokok pembicaraan baru.
4. Metode Diskusi
Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat,
pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang
diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau
kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam
rangka mewujudkan tujuan pengajaran.
Diskusi sebagai suatu metode mengajar belum umum digunakan oleh
guru-guru. Belum biasanya metode ini digunakan antara lain disebabkan :
a. Masih banyak guru yang belum mengerti apa metode diskusi itu ? Apabila guru
sudah mengerti, maka belum tentu ia cekatan mempergunakan metode ini sebab
guru yang akan menggunakannya harus cekatan mencari persoalan yang
didiskusikan dan cekatan pula mengendalikannya supaya tidak berlarut-larut.
b.Para guru belum seluruhnya mengetahui manfaat metode diskusi.
c. Guru khawatir kalau-kalau pelajar menjadi ribut, menurut kemauannya sendiri,
yang mana ini akan mengacaukan suasana kelas
d.Adakalanya filsafat pendidikan dari negara/lembaga tertentu tidak-sesuai dengan
dasar metode diskusi. Metode ini amat baik untuk menimbulkan dan membina
sikap dan tindakan yang demokratis, hingga metode ini tidak tepat digunakan
dalam negara-negara yang bukan berasaskan demokrasi.
e. Metode ini memerlukan waktu yang banyak padahal jam-jam pelajaran amat
terbatas.
Kebaikan-kebaikannya antara lain sebagai berikut :
a. Metode ini dapat berfungsi mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan dan
dapat pula mengintegrasikan mata pelajaran-mata pelajaran. Terintegrasikannya
mata pelajaran-mata pelajaran itu karena dalam mendiskusikan sesuatu, sesuatu itu
tentu berhubungan dengan sesuatu yang lain. misalnya mendiskusikan soal
"Manfaat gunung berapi", pengetahuan ilmu bumi berintegrasi dengan
b.Metode diskusi dapat menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara
berpikir ilmiah.
c. Metode diskusi dapat membina bahasa para pelajar. Pelajar yang berdiskusi
dituntut mengemukakan pendapat-pendapatnya (bahasa aktif) disatu pihak, dan di
lain pihak ia dituntut pula untuk dapat mengerti pendapat pelajar lain (bahasa
pasif).
d.Pada suatu pihak metode ini dapat memperkecil atau menghilangkan rasa
malu/takut, dan pada pihak lain dapat menumbuhkan serta memupuk keberanian
pelajar.
e. Metode ini dapat pula memupuk kerjasama, toleransi dan rasa sosial.
5. Metode Prileksi ( Prelection Method )
Metode Prileksi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
menggunakan bahasa lisan, menyuruh pelajar mendiskusikan, menganalisa,
membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan
untuk mencapai tujuan pengajaran.
Kebaikannya metode ini antara lain : pelajar dan guru sama-sama aktif. Pelajar
aktif dalam mendengarkan, menangkap isi pelajaran, menganalisa, mendiskusikan
dan akhirnya menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu. Mengajar dengan metode ini
juga menimbulkan serta membina kompetisi yang sehat pada pelajar-pelajar.
Lain daripada itu pertautan antara aspek-aspek dari bahan pelajaran tetap
terjaga yang mana ini berarti pula bahwa bahan pelajaran sering diulangi. Kebaikan
lainnya dari metode ini adalah bahwa ia amat baik digunakan dalam menyajikan
ilmu-ilmu sosial misalnya sejarah, kewargaan negara, bahasa (khususnya tentang
Kelemahan yang terutama dari ini adalah banyaknya waktu yang digunakan
(sekalipun bahan pelajaran jumlahnya sedikit) serta pengetahuan dan kecekatan yang
banyak dituntut dari guru baik dalam mempersiapkan maupun dalam menyajikan
bahan pelajaran.
6. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
Mendemonstrasikan sesuatu sama artinya dengan mempertunjukkan atau
memperlihatkan sesuatu. Yang diperlihatkan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan,
tetapi ada kalanya pula suatu proses. Proses adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi
yang menuju atau mengarah kepada penghancuran dan atau pembentukan sesuatu.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil
dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini amat baik digunakan
untuk mencari jawaban atas pertanyaan : Bagaimana cara membuatnya ? Apa
akibatnya apabila faktor tertentu dipenuhi atau tidak dipenuhi ? Bagaimana dapat
diketahui kebenarannya ? Bagaimana cara bekerjanya ?
Metode ini sebenarnya terdiri dari Metode Demonstrasi dan Metode
Eksperimen. Kedua metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi pada umumnya
digunakan bersama-sama sebab apa yang dicobakan atau dieksperimenkan biasanya
langsung dipertunjukkan dan sebaliknya apa yang didemonstrasikan biasanya adalah
apa yang dicobakan.
Kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan apakah yang dapat dicapai dan
dihadapi apabila Metode Demonstrasi dan Eksperimen-dipakai dalam mengajar ?
Dalam melaksanakan demonstrasi dan eksperimen tertentu, guru dan pelajar
sama-sama aktif sebab demonstrasi dan eksperimen itu dilaksanakan oleh guru dan pelajar.
dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan demonstrasi dan
eksperimen) apa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan
sebagainya. Disamping itu melalui demonstrasi dan eksperimen guru mudah
memusatkan perhatian pelajar kepada bahan pelajaran.
Selain yang telah disebutkan di atas melalui demonstrasi dan eksperimen itu
bakat-bakat, kecekatan-kecekatan pelajar dengan mudah dipupuk dan dikembangkan.
Rasa ingin tahu serta sikap dan tindakan ilmiah pun dapat pula ditimbulkan,
dipelihara dan dikembangkan. Sekalipun demikian perlu disadari bahwa Metode
Demonstrasi dan Eksperimen sering kali menuntut waktu, biaya dan tenaga yang
banyak.
7. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method atau Problem Method)
Salah satu sumbangan besar Amerika terhadap dunia pendidikan dan
pengajaran adalah suatu metode mengajar yang dibuat oleh John Dewey. Metode
yang diciptakan oleh pendidik terkenal dari Amerika itu disebut atau dinamakannya
Metode Pemecahan Masalah (The Problem solving Method).
Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan menghadapkan pelajar kepada persoalan ynng harus dipecahkan atau
diselesaikannya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Dengan demikian,
dalam mempelaiari sesuatu (bahan pelajaran) selalu dituntut aktivitas yang
berfungsi memecahkan persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan persoalan
yang dihadapi ada beberapa jalan yang dapat ditempuh antara lain :
a. Menyerahkan persoalan itu kepada orang lain atau instansi tertentu yang
dipandang mampu dan berwenang memecahkannya.
b. Memakai metode "coba - coba - gagal - coba - coba berhasil " (trial - error -
mencari penyebab yang menimbulkan persoalan, mengklasifikasikan sebab-sebab
tersebut, menerapkan teori yang cocok untuk memecahkan persoalan tersebut.
John Dewey juga mengemukakan bahwa dalam mempelajari sesuatu, atau
mendapatkan sesuatu, orang harus mengadakan suatu tindakan atau harus
mengerjakan sesuatu. Bertitik tolak dari pendapatnya itu John Dewey
mengemukakan suatu sumbangan yang terkenal yaitu mempelajari sesuatu dengan
mengerjakannya (learning by doing). Ini berarti bahwa tanpa aktif mustahil
terjadi belajar, teori-teori yang dipelajari harus pula dicek/dites kebenarannya
dengan mencoba mempraktikkan atau menerapkan teori-teori tersebut, apabila
ternyata teori itu tidak dapat diterapkan harus diperbaiki sampai ia dapat diterapkan.
Dari uraian di atas nampak bahwa prinsip dasar dari Metode Pemecahan
Masalah yang diciptakan dan dipraktekkan oleh John Dewey ialah keyakinannya
tentang perlunya aktivitas dalam mempelajari sesuatu (termasuk bahan pelajaran).
Untuk mengaktifkan atau menggiatkan orang misalnya pelajar, akan mungkin terjadi
apabila guru menjelaskan manfaat nilai pentingnya bahan pelajaran baik untuk masa
kini maupun untuk hari kemudian.
8. Metode Kerja Kelompok
Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas
tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran yang mungkin
terwujud dengan metode ini bermacam-macam misalnya terkuasainya bahan
pelajaran, terbinanya kerja sama, terpupuk serta terpeliharanya persatuan, pelajar
akan terlatih bagaimana cara memimpin, pelajar saling tolong-menolong, dan pelajar
mendapat kesempatan dalam membuat rencana. Lain daripada itu Metode Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok ada
bermacam-macam, yaitu :
a. Kecerdasan pelajar.
Kelompok yang terdiri dari pelajar-pelajar yang cerdas-cerdas akan lebih berhasil
daripada kelompok pelajar yang sedang/kurang karena mereka dapat membuat
rencana yang tepat, mengumpulkan fakta-fakta dengan cepat serta menarik
kesimpulan-kesimpulan.
b. Hubungan antar anggota kelompok.
Apabila hubungan antar anggota, anggota dengan pimpinan kelompok tidak baik
misalnya saling curiga mencurigai, tidak saling percaya, maka perasaan kelompok
dan tanggung-jawab tidak akan terbentuk dan juga tidak terwujud. Akibat dari itu
semua anggota-anggota akan bekerja sendiri-sendiri, dan hasil-hasil perorangan
itu tidak dapat atau sukar sekali mempersatukannya karena garis besar atau
pokok-pokok yang diikuti juga tidak sama.
c. Asing atau tidaknya masalah atau bahan atau tugas yang dipelajari atau
dikerjakan.
Apabila masalah ataupun tugas atau bahan yang harus dipecahkan ataupun
dikerjakan atau dipelajari itu tidak biasa dihadapi maka ada kemungkinan pola-pola
dan cara-cara bekerja serta pengalaman atau pengetahuan yang telah dikuasai tidak
dapat dipakai yang mana ini mungkin mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan.
d. Motif atau dorongan yang ada pada pelajar.
Sesuatu yang dipandang tidak berguna, sesuatu yang tidak sesuai dengan minat
serta kebutuhan pelajar tentu mengurangi aktivitas pelajar. Dengan kurangnya
e. Kesukaran bahan.
Jika bahan sukar dipelajari. maka hasil belajar akan sedikit.
f. Pimpinan kelompok.
Pimpinan yang membagi tugas tidak adil, tidak efisien (tidak sesuai dengan minat
dan kernampuan, tidak tepat), tidak mengarahkan anggota-anggota, tidak
menolong anggota-anggota yang membutuhkan pertolongan, maka hasil
kelompoknya tidak atau kurang baik.
g. Persaingan yang sehat antar kelompok
Setelah diketahui arti dari Metode Kerja Kelompok, manfaat dan atau
kebaikan-kebaikan metode ini, jalannya pengajaran dengan Metode Kerja Kelompok serta
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok, maka kita perlu
membicarakan tentang jenis-jenis kerja kelompok dan dasar-dasar yang dipakai
untuk membentuk kelompok-kelompok.
h. Apabila ditinjau dari banyaknya anggota kelompok maka ada kelompok kecil dan
ada kelompok besar.
i. Kelompok kecil biasanya beranggotakan 2-3 orang, sedangkan kelompok yang
ideal biasanya beranggotakan 5-7 orang, sudah termasuk pemimpin karena
pimpinan merangkap sebagai anggota.
9. Metode Pembagian Tugas Belajar Resistasi (Metode Resistasi)
Dalam percakapan sehari-hari metode ini terkenal dengan sebutan pekerjaan
rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas dari pekerjaan rumah saja
karena siswa dalam belajar tidak hanya dirumah, mungkin di laboratorium dihalaman
sekolah, di perpustakan, atau ditempat-tempat lainnya.
Metode resistasi mempunyai tiga fase : pertama guru memberi tugas, kedua
kepada guru apa yang telah mereka pelajari. Dalam sifatnya situasi ini adalah
resistasi, umpamanya dalam bentuk tanya-jawab, diskusi atau barangkali sebuah test
tertulis.
Keuntungannya :
a. Pengetahuan yang pelajar peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau
penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih
mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan lebih lama dapat diingat.
b. Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberaniaan mengambil
inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Kelemahannya :
a. Seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa hanya meniru atau menyalin
hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.
b. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.
c. Apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar
dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.
d. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.
10. Metode Seminar
Suatu seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa
orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas masalah-masalah tertentu dalam
rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman-pedoman
pelaksanaannya. Dengan demikian maka Metode Seminar adalah suatu cara
menyajikan bahan pelajaran (pokok masalah tertentu) dengan mengikut sertakan
pelajar di dalam mencapai tujuan pengajaran. Apabila pelajar diberi pelajaran dengan
memecahkan masalah tertentu dan tentang petunjuk-petunjuk dalam melaksanakan
hal tertentu (instruksi, membuat paper, merencanakan bangunan dan sebagainya).
Kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi dalam menyelenggarakan suatu
seminar antara lain :
a. Biaya
Suatu seminar memerlukan alat seperti kertas-kertas, sheet, map, dan
alat-alat tulis lainnya. Kecuali itu biaya konsumsi, biaya akomodasi dan biaya
transportasi juga perlu ada.
b.Waktu
Penjadwalan acara, waktu seminar perlu ditetapkan dan diikuti dengan baik.
c. Pemasaran
Agak sukar untuk mendapatkan pemasaran yang baik dan mempunyai waktu yang
cukup.
d.Partisipasi peserta
Sering ada pelanggaran-pelanggaran tata-tertib oleh peserta.
Kebaikan-kebaikan suatu seminar adalah :
a. Para peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang
pokok/masalah yang diseminarkan.
b.Para peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya,
c. Para peserta dibina bersikap ilmiah dan bertindak ilmiah.
d.Terpupuknya kerjasama antara peserta.
e. Terhubungkannya lembaga pendidikan dengan masyarakat (pemasaran dapat
mengambil manfaat dari masyarakat dan menyumbangkan pemikirannya kepada
11. Metode Mengajar Beregu ( Team-Teaching Method )
Team-Teaching adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh
beberapa orang. Team-teaching sebagai suatu metode mengajar adalah suatu cara
menyajikan bahan pelajaran yang dilakukan bersama oleh dua orang atau lebih
kepada sekelompok pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
Tercapainya tujuan suatu tim banyak tergantung dari tepat tidaknya
pembagian tugas, baik tidaknya kerjasama dan kekuatan anggota-anggota tim.
Kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kualitas misalnya keahlian, kecekatan
serta kemampuan anggota tim. Suatu tim pengajar yang kualitas anggotanya baik
dimungkinkan mencapai tujuan pengajaran dengan baik asal saja faktor kerjasama
serta pengarahan juga baik.
Bagaimanakah mengefisienkan Metode Mengajar Beregu itu ? Ada
beberapa usaha yang dapat ditempuh, yaitu :
a. Membagi tugas dengan baik. Misalnya dikala anggota pertama memberikan
keterangan maka anggota kedua mengawasi pelajar, sedangkan anggota ketiga
membantu secara individual para pelajar, anggota keempat menulis atau
meragakan dan sebaliknya.
b. Anggota tim mendapat tugas sesuai dengan minat serta kekuatannya
(pengetahuan, kecekatan dan kemampuan).
c. Mengusahakan fasilitas (ruang, alat, waktu) yang cukup.
12. CL (Cooperative Learning)
Belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk
saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling
miniatur dari hidup bermasyarakat serta belajar menyadari kekurangan dan
kelebihan masing-masing.
Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan
cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi,
dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan strategi,
membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,presentasi hasil kelompok dan
pelaporan.
13. CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Ciri Pendekatan Kontekstual :
a. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan
b. Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna)
c. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
d. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang
disimulasikan
f. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
g. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi,
berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja
kelompok)
h. Perilaku dibangun atas kesadaran diri
i. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
j. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
k. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan
merugikan
l. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik
m. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
n. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL)
memiliki tujuah komponen utama, yaitu :
a. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa
belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi
merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara
mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan
yang dimilikinya.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion).
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya
merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya
berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)
membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan
siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan
perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak
lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil
kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ an