• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa."

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279

serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang

positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05

sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar

(2)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING

ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty

of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.

The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.

To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement

multiple regression analysis technique with three variables were applied.

(3)

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma

Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh :

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma

Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh :

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan tetapi saya telah

berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Saya

mempersembahkan karya tulis ini kepada :

Tuhan yang maha kuasa yang selalu melindungi dan menyertai

saya.

My lovely parents yang selalu menyayangi dan mendukung saya dengan cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang membuat hidup

saya menjadi lebih berarti. Tanpa mereka saya bukan

siapa-siapa.

My special one (Silverio) yang selalu memotivasi saya dari jauh, dengan cinta dan dukungan yang selalu menguatkan saya.

My two lovely sisters (Rosalia and Olandina) yang selalu menyemangati saya dari jauh dengan canda dan tawa.

Keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya dari jauh.

My Bro and Siz ( bina, lize, merry, jony, lila, minda, nety, metha,

lala, quinha, lathy, Kk Sandra, quela, popo, nidio, quenock, etchok,

zitho, lello, Adoy, Nuno, Mariano) specially my lovely bro “Ivo”

yang selalu membantu dan menemani saya. Terima kasih atas

(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2010 Penulis,

(9)

vi

MOTTO

Jangan biarkan kekurangan sebagai kelemahan kita tetapi jadikanlah

kekurangan sebagai motivator kita untuk maju dan menjadi lebih baik

Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan

Perjuangan memerlukan ketabahan

Ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan pula menentukan kejayaan

Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan

Dalam hidup terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang

tidak kita inginkan

Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan terkadang tidak dapat

membuat hidup kita lebih bahagia

Sesuatu yang baik belum tentu benar

Sesuatu yang benar belum tentu baik

Sesuatu yang bagus belum tentu berharga

(10)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279

serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang

positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05

sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar

(11)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING

ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty

of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.

The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.

To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement

multiple regression analysis technique with three variables were applied.

(12)
(13)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga saya bisa menyelesaikan perkuliahan sampai dengan penyelesaian tugas akhir ini dengan baik sebagai wujud pertanggngjawaban saya. Saya sangat bahagia akhirnya saya bisa menyelesaikan studi saya sesuai dengan harapan dan cita-cita. Semua usaha yang saya lakukan ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya. Oleh karena itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Drs. T.Sarkim.,M.Ed.,Ph.D., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas sanata Dharma.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd.,M.Si yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi saya dengan baik.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Bapak Laurentius Saptono,.S.Pd.,M.Si, yang telah mengarahkan dan memberi bimbingan selama saya kuliah di Universitas sanata Dharma ini.

4. Dosen pembimbing, Bapak Drs.Bambang Purnomo. S.E., M.Si, yang telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

(14)

x

6. Bapak Drs. A. Joko Wijoyo, S.Pd., M.S. yang telah membimbing saya dalam menerjemahkan abstrak dalam bahasa inggris.

7. Dosen-dosen Universitas Sanata Dharma khususnya jurusan pendidikan akuntansi yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada saya yang sangat saya perlukan kelak.

8. Karyawan, sekretariat dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memfasilitasi saya dari awal kuliah sampai penyelesaian tugas akhir ini.

9. Mahasiswa program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya Angkatan 2006 dan 2007 yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden saya.

10. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat bagi saya.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangn sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini yang akhirnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 21 Januari 2010

(15)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

LEMBARAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Isi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar ... 9

(16)

xii

2. Motivasi Belajar ... 9

B. Minat ... 10

C. Prestasi Belajar ... 11

1. Prestasi ... 11

2. Belajar ... 11

3. Prestasi Belajar ... 12

D. Metode Mengajar ... 13

F. Macam-macam Metode Mengajar ... 15

1. Metode Ceramah ... 15

2. Metode Melatih (Drill) ... 18

3. Metode Tanya Jawab ... 19

4. Metode Diskusi ... 20

5. Metode Prileksi ... 22

6. Metode demonstrasi dan eksperiment... 23

7. Metode Pemecahan Masalah... 24

8. Metode Kerja Kelompok... 25

9. Metode Pembagian Tugas belajar Resistasi... 27

10. Metode Seminar ... 28

11. Metode mengajar Beregu(Team Teaching Method) ... 29

12. CL(Cooperative Learning)... 30

13. CTL (Contextual Teaching and Learning)... 31

14. TGT (Teams Games Tournament)... 34

(17)

xiii

F. Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Metode Mengajar ... 36

G. Alasan Dipakainya Bermacam-Macam Metode Mengajar ... 40

H. Pengaruh Lingkungan Belajar ... 42

1. Lingkungan Keluarga ... 42

2. Lingkungan Sekolah ... 45

3. Lingkungan Masyarakat ... 48

I. Kerangka Berpikir ... 49

J. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 52

D. Populasi, Sampel dan teknik penarikan sampel ... 52

E. Operasionalisasi Variabel ... 53

1. Variabel yang akan Diteliti ... 53

2. Kategori Kecenderungan Variabel... 54

3. Pengukuran Variabel... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Kuesioner ... 57

2. Dokumentasi ... 58

3. Wawancara... 58

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 58

(18)

xiv

2. Pengujian Realiabilitas... 64

H. Teknik Analisis ... 65

1. Uji prasyarat Analisis (Uji Normalitas) ... 65

I. Analisis Data ... 66

1. Analisis regresi Linier Ganda ... 66

2. Analisis Korelasi Ganda... 67

J. Pengujian Hipotesis dan Penarikan kesimpulan... 67

1. Pengujian Hipotesis Pertama... 68

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 68

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 69

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 70

1. Ketepatan Penggunaan Metode mengajar Dosen... 70

2. Motivasi Belajar ... 71

3. Lingkungan Belajar... 73

4. Prestasi Belajar... 74

B.Pengujian Persyaratan Analisis ... 75

Pengujian Normalitas ... 75

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 77

1. Hubungan Antara Penggunaan Metode Mengajar Dosen dengan Prestasi Belajar Mahasiswa... 78

(19)

xv

3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 82 B. Keterbatasan Hasil penelitian ... 82 C. Saran ... 83

(20)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner ... 56

Tabel 3.3 : Jawaban dan Skor ... 57

Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas ... 60

Tabel 3.5 : Hasil Uji Reliabilitas... 64

Tabel 3.6 : Tingkat Keterandalan Variabel Penelitian ... 65

Tabel 4.1 : Pedoman PAP Ketepatan Penggunaan Metode Mengajar Dosen... 71

Tabel 4.2 : Pedoman PAP Motivasi Belajar ... 72

Tabel 4.3 : Pedoman PAP Lingkungan Belajar ... 73

Tabel 4.4 : Pedoman PAP Prestasi Belajar ... 74

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 76

Tabel 4.6 : Hasil Analisis Korelasi Product Moment Antara Variabel Bebas dengan Variabel Prestasi Belajar... 77

(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Kuesioner ... 87

LAMPIRAN II. Uji Reliabilitas dan Validitas... 99

LAMPIRAN III. Data Mentah ... 111

LAMPIRAN IV. Daftar Distribusi Frekuensi... 115

LAMPIRAN V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II... 122

LAMPIRAN VI. Uji Normalitas... 127

LAMPIRAN VII. Uji Korelasi dan Regresi Ganda ... 128

LAMPIRAN VIII. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 139

LAMPIRAN IX. Daftar Tabel ... 133

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi belajar yang baik merupakan keinginan dan harapan yang

diidam-idamkan oleh mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut dikarenakan bahwa salah satu

unsur yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi

adalah prestasi belajar yang dicapai mahasiswa. Jika prestasi belajar yang dicapai

mahasiswa baik maka dapat dikatakan bahwa pengajaran yang dilakukan oleh dosen

berhasil dan sebaliknya, apabila prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa rendah

maka dapat dikatakan pengajaran yang dilakukan oleh dosen belum berhasil dengan

baik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar seseorang dapat dilihat dari

prestasi belajarnya, mengingat prestasi merupakan kecakapan yang dapat diukur

dengan alat penilaian yang berwujud angka-angka atau simbol-simbol. Angka-angka

tersebut menjadi penunjuk hasil yang dicapai mahasiswa dalam kegiatan belajar

mengajar pada masa tertentu.

Setiap pengajar mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Hal

ini dapat dimengerti karena setiap pengajar mempunyai kapasitas mengajar yang

berbeda-beda, dan harus menyesuaikan dengan macam disiplin ilmu pengetahuan

yang diberikan kepada mahasiswa. Mengajar ilmu-ilmu sosial mungkin berbeda

dengan mengajar ilmu kedokteran bila dilihat dari teknik yang dipakai dalam

mengajar.

Peranan seorang dosen dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Salah

(23)

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai penyampai informasi dosen menginginkan

informasi tersebut sampai pada penerima informasi (mahasiswa). Supaya informasi

tersebut dapat diterima oleh mahasiswa, dosen menggunakan strategi-strategi tertentu

yang bisa menumbuhkan minat belajar mahasiswa dan memotivasi mahasiswa untuk

mengetahui informasi tersebut sehingga bisa meningkatkat prestasi belajarnya.

Salah satu strategi dosen memotivasi dan membuat mahasiswa memiliki minat

dalam proses belajar mengajar yaitu mencari dan menggunakan cara mengajar atau

metode mengajar yang sesuai dengan cara belajar mahasiswa. Cara mengajar yang ‘baik’ belum tentu dapat dikatakan ‘benar’, karena pengajar tidak dapat

mempraktekkan cara tersebut dengan apa yang semestinya dilakukan. Begitu pula

halnya dengan cara mengajar yang ‘benar’ belum tentu dapat dikatakan ‘baik’. Cara

mengajar yang baik dan benar adalah cara mengajar yang dapat dipraktekkan dan

menghasilkan keluaran (output) seperti yang diharapkan (Soekartawi, 1995 : 16-17).

Sebagai contoh penerapan metode yang tidak memperhatikan situasi dan

kondisi mahasiswa. Misalnya penyelenggaraan kuliah pada jam 14.00. Pada jam ini

kebanyakan mahasiswa dalam keadaan mengantuk dan capek mungkin karena cuaca

yang panas, karena ada yang kuliah dari pagi hingga siang atau karena ada yang baru

selesai makan siang. Jika dosen menggunakan metode mengajar ceramah maka dapat

membuat mahasiswa semakin mengantuk, malas dan capek. Apalagi gaya

mengajarnya juga kurang antusias. Maka meskipun setelah memberi ceramah dan

selanjutnya menggunakan metode tanya jawab, mahasiswa tidak akan pernah

bertanya dan menjawab, karena awalnya mahasiswa sudah tidak memperhatikan dan

tidak memahami apa yang disampaikan oleh dosen. Walaupun mahasiswa tersebut

mengerti akan apa yang disampaikan, namun pengertian itu hanya bersifat sementara

(24)

Akhirnya mahasiswa lebih cenderung mengejar nilai daripada manfaat mata

kuliah tersebut dalam kehidupan mereka. Apalagi jika mahasiswa hanya

memprioritaskan pemahamannya pada mata kuliah yang disukai. Maka nilai yang

diperoleh mahasiswa akan lebih bagus pada mata kuliah yang disukai tersebut.

Padahal semua mata kuliah menjadi syarat kelulusan bagi seorang mahasiswa.

Penelitian mengenai minat mengungkapkan bahwa siswa lebih memahami

sebuah teks apabila teks itu memuat hal-hal yang menarik bagi mereka (Anderson,

1972 ; Estes & Vaughs, 1973). Dalam hal ini sudah barang tentu peran dosen sangat

penting. Bagaimana dosen melakukan usaha-usaha yang dapat menumbuhkan minat

dan memberikan motivasi agar mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Persoalan bagi dosen sebagai pengajar adalah bagaimana caranya supaya

mahasiswa tersebut menyukai dan mendapat nilai yang cukup untuk mata kuliah yang

lainnya. Hal yang terpenting bagi dosen adalah bagaimana menciptakan kondisi atau

suatu proses yang mengarahkan mahasiswa melakukan aktivitas belajar yang kondusif

dan antusias. Misalnya dosen bisa menggunakan metode kerja kelompok, metode

mengajar beregu (team teaching method ) atau metode Tanya jawab, yang tujuannya

menuntut mahasiswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti perkuliahan.

Shackleford dan Henak (1990) berpendapat bahwa cara pengajaran yang

efisien akan terbentuk kalau pengajarnya juga bertindak efisien. Sebab pengajar

bertindak sebagai manajer yang harus mengambil keputusan untuk aktivitas yang ia

lakukan agar berjalan secara efisien. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pengajar

yang efektif didefinisikan sebagai berikut : ”Effective teachers are knowledgable

about the theories of presentasion, learning, and learner characteristic”. Bahwa

seorang pengajar yang efektif adalah memiliki kemampuan dalam penguasaan materi

(25)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Lasmintorini (2005),

menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan

prestasi belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa

dipengaruhi oleh motivasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa,

semakin tinggi pula prestasi belajar mahasiswa. Untuk dapat belajar dengan baik

diperlukan motivasi yang baik pula.

Motivasi itu tidak akan dikatakan baik apabila tujuan yang diinginkan juga

tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu

karena rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu akan

menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang

permanen atau tahan lama. (Sardiman, 1986:77). Selain itu prestasi belajar juga

ditentukan oleh lingkungan mahasiswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

maupun lingkungan masyarakat. Seorang mahasiswa akan mendapatkan prestasi

yang baik jika dia memiliki kebiasaan belajar yang baik dan sungguh-sungguh

mempelajari apa yang hendak dipelajarinya. Supaya orang tersebut memiliki

kebiasaan belajar, dia harus dibiasakan belajar sejak dini. Hal ini menjadi

tanggungjawab besar dari keluarga untuk melatihnya. Tetapi tak dapat dipungkiri

bahwa manusia adalah mahluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Hal ini

berarti bahwa selain keluarga lingkungan kampus tempat dimana mahasiswa tersebut

belajar dan lingkungan masyarakat sekitar juga ikut mempengaruhi. Misalnya ada

mahasiswa yang merasa tidak nyaman belajar dengan temannya yang lain yang lebih

pintar dan memiliki sikap yang tidak menyenangkan. Selain itu besarnya kesenjangan

sosial antar mahasiswa akan menghambat proses belajar mengajar mahasiswa.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang bersih, tenang,

(26)

yang tinggal dalam lingkungan belajar yang baik akan memperoleh hasil atau prestasi

yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang yang tinggal di lingkungan belajar yang

tidak baik akan mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. sebagaimana hasil

penelitian Susana Indarti (2006), ditemukan bahwa lingkungan belajar berpengaruh

secara positif terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa dipengaruhi oleh lingkungan belajar.

Semakin baik dan nyaman lingkungan belajar mahasiswa, prestasi belajar mahasiswa

akan semakin baik.

Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Ketepatan Penggunaan Metode

Mengajar Dosen, Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa” karena sebagai seorang calon dosen (pengajar) penulis merasa hal ini sangat penting untuk dibahas sehingga dapat memberikan gambaran kepada

penulis mengenai cara menyampaikan materi secara efektif dan efesien dengan

menggunakan metode yang sesuai yang dapat membangkitkan motivasi dan minat

mahasiswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara

ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan

belajar mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa.

(27)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan metode mengajar

dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa?

3. Apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar

mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan tujuan

penelitian yang akan dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan

metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar mahasiswa?

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan

prestasi belajar mahasiswa?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan antara lain :

1. Bagi mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa

PAK Universitas Sanata Dharma supaya kelak menjadi dosen nanti dapat memilih

(28)

mahasiswa akan lebih termotivasi dan lebih aktif lagi dalam belajaryang akhirnya

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

2. Bagi orang tua

Sebagai tambahan pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi anak dengan

kemampuan yang ada supaya dapat mengusahakan hal-hal yang bisa membantu

proses belajar anak.

3. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian diharapkan memberikan suatu inspirasi kepada mahasiswa

lain di luar universitas dan mampu mendorong untuk meningkatkan lulusan

mahasiswa yang berkualitas dengan prestasi yang baik.

4. Bagi universitas Sanata Dharma

Universitas dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk alat pengembangan

ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penelitian yang relevan.

5. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan akan banyak memberi bekal kepada penulis untuk

terjun dan lebih perhatian kedunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan.

F. Sistematika Isi Skripsi

Gambaran secara garis besar mengenai isi skripsi disajikan dalam sistematika

sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian,

identifikasi penelitian, batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat

penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi, dimana

(29)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Didalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori yang berasal dari

pendapat para ahli yang telah diakui kebenarannya, yang merupakan

landasan sebagai syarat penunjang untuk memecahkan masalah yang

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengungkap masalah tentang

ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar,

lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini mengemukakan beberapa metode atau cara yang digunakan

dalam penelitian baik dari awal penyusunan kuesioner sampai

pengambilan data menggunakan kuesioner tersebut serta beberapa

metode untuk menganalisis perolehan data yang telah terkumpul.

BAB VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang penerapan metode-metode yang

digunakan hingga ditemukannya suatu hasil yang dapat

dipertanggungjawab. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat

memberikan suatu pembahasan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang kesimpulan yang telah kita tarik

dari pembahasan. Kesimpulan tersebut dapat memberikan pengertian

kepada pihak yang berkepentingan sehingga hasil penelitian tersebut

dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Disini juga ditulis beberapa

saran yang membangun berdasarkan hasil penelitian yang bermanfaat

untuk beberapa pihak yang berkepentingan

(30)

9

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar

1. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong

seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan Sartain

dalam bukunya psychology Understanding of Human Hehavior : motif adalah

suatu penyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah

laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).

Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan. Seseorang atau suatu

organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya memilih

kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Dalam

pelajaran tentang motivasi kadang-kadang kebutuhan itu diberi arti yang khusus.

Sartain menggunakan istilah kebutuhan hanya sebagai suatu istilah yang menunjuk

pada suatu kekurangan tertentu di dalam suatu organisme.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar diartikan sebagai daya pendorong atau perangsang yang

merangsang siswa untuk mau dan ingin melakukan kegiatan belajar baik di sekolah

maupun di rumah sehingga tercapai prestasi yang memuaskan.

Dalam soal belajar, motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak

untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak

menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Hal demikian dapat berarti bahwa

guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia

(31)

Menurut Winkel (1996 : 27-28) motivasi belajar dapat dikelompokkan

menjadi dua bentuk, yaitu :

a. Motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi ekstrinsik

adalah belajar demi memperoleh pujian dari orang lain, belajar demi tuntutan

yang akan diraih, belajar demi meningkatkan gengsi sosial dan belajar demi

memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan.

b. Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar

dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik

akan terlihat dari ketekunannya untuk mengerjakan tugas-tugas belajar,

keuletannya dalam memecahkan kesulitan dalam belajar dan senang mencari

atau memecahkan soal-soal dalam buku pelajaran.

B. Minat

Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat

diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau

arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan

membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan

kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan

kecenderungan jiwa seseorang (biasa disertai dengan perasaan senang), karena merasa

memiliki kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan

(32)

Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau

keinginan. Oleh karena itu, hal yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi

tertentu agar mahasiswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar (Sardiman, 1986 :76).

C. Prestasi Belajar

1. Prestasi

Arti kata prestasi adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar

yang telah dilakukan. Karena itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,

sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

2. Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,

terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar beberapa tokoh

sebagaimana dirangkum oleh Muhhibbin Syah dalam bukunya ”Psikologi Belajar”

adalah sebagai berikut :

a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational

Psychology: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara

progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan

hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).

b. Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua

macam rumusan yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah

laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar

adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

c. Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychologyof Learning and memory

(33)

organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

d. Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of psychology membatasi belajar

menjadi dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh

pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang

relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang

penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,yaitu bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman;

dalam arti perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan atau

kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;seperti perubahan-perubahan

yang terjadi pada diri seorang bayi.

Belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan

itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

3. Prestasi belajar

Atas dasar pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah tingkah laku seseorang dari hasil

aktualisasi diri yang dilakukan secara sadar dan nyata untuk menuju ke

(34)

bentuk angka, huruf, maupun simbol dan pada periode-periode tertentu, misalnya

caturwulan atau semesteran.

Prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal),

adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal yang meliputi :

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh, misalnya mahasiswa mempunyai kelemahan dalam menghitung

atau mengingat materi pelajaran.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang

termasuk dalam faktor psikologis adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan dan

bakat serta faktor kecakapan nyata dan non intelektif yaitu unsur-unsur

kepribadian tertentu meliputi sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan

penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik dan psikis

b. Faktor eksternal yang meliputi :

1)Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

2)Faktor budaya yang terdiri atas adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

3)Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas-fasilitas belajar

4)Faktor lingkungan keagamaan atau spiritual.

D. Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati) dan hodos

(jalan atau cara). Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk

(35)

pelajaran oleh seorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai

dan mengembangkan bahan itu. Jadi, metode mengajar adalah suatu cara yang

berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk

mencapai tujuan pengajaran (Ulihbukit, dkk. 1979 : 5). Makin baik metode itu, makin

efektif pula pencapaian tujuan. Sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan

yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan

yang akan dicapai.

Khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain dari faktor tujuan,

faktor murid, faktor situasi dan faktor dosen ikut menentukan efektif tidaknya sebuah

metode. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode,

seorang dosen akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi

untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.

Ada berbagai metode mengajar karena dipengaruhi oleh banyak faktor,

misalnya :

1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.

2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.

3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.

4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.

5) Pribadi dosen serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Karena itu, sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai setiap

metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Setiap usaha klasifikasi adalah

arbitrer sifatnya. Lebih sulit lagi untuk menggolong-golongkan metode-metode itu di

dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang ”kurang baik” di tangan seorang

(36)

metode yang baik akan gagal di tangan dosen yang lain yang tidak menguasai teknik

pelaksanaannya.(Surakhmad, 1979 : 76).

Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu

yang tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu,

menjadi mungkinlah untuk mengadakan klasifikasi yang lebih jelas mengenai

jenis-jenis metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan. Atas dasar itu, metode dapat

digolongkan secara umum (ditinjau dari faktor dosen) :

1) Metode mengajar secara individual.

2) Metode mengajar secara berkelompok.

Atau dapat pula dibuat pembagian yang lain (ditinjau dari faktor mahasiswa) :

1) Metode mengajar terhadap individu.

2) Metode mengajar terhadap kelompok.

Di dalam kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat

dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi, dan

lain-lain. Dosen seringkali terpaksa mempergunakan metode ”pilihan kedua” dan metode

”pilihan ketiga”. Yang penting diperhatikan oleh dosen dalam keadaan demikian ialah

batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat

merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahannya itu.

E. Macam-macam Metode Mengajar 1. Metode Ceramah (Lecturing Method)

Metode ceramah yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

lecturing method atau telling-method ialah suatu cara lisan penyajian bahan

pelajaran yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (pelajar atau

mahasiswa) untuk mencapai tujuan pengajaran. Istilah lecturing berasal dari

(37)

ditimbulkan kata lecture yang artinya memberi kuliah dengan kata-kata atau

memberi kuliah dengan penuturan. Dari kata lecture ditimbulkan atau

dimunculkan lagi kata lecturing yaitu cara penyajian bahan dengan lisan. Istilah

telling berasal dari kata to tell yang artinya menyatakan sesuatu kepada orang lain,

selanjutnya berarti menyajikan keterangan-keterangan kepada orang lain agar ia

mengerti apa yang disajikan itu.

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan secara lisan oleh guru

terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru

dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode

utama berhubungan guru dengan siswa adalah berbicara.

Kebaikan-kebaikan atau keuntungan-keuntungan dengan menggunakan

Metode Ceramah antara lain adalah :

a. Ketertiban kelas mudah dijaga atau dengan perkataan lain guru mudah

menguasai kelas.

b. Organisasi kelas sederhana, ini berarti bahwa guru berdiri di depan atau di

tengah sambil menyajikan bahan sedangkan pelajar atau mahasiswa duduk atau

berdiri mendengarkan sambil mencatat isi pelajaran yang menurutnya penting.

c. Menghemat waktu maupun modal lainnya karena dalam waktu terbatas guru

dapat memberikan bahan yang banyak terhadap pelajar/ mahasiswa yang

berjumlah banyak.

d. Melatih pelajar/mahasiswa untuk menggunakan pendengarannya dengan baik

serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat dalam

waktu singkat.

Kelemahan-kelemahan atau segi negatif apabila digunakan Metode

(38)

a. Apabila ditinjau dari prinsip belajar, maka metode ini agak bertentangan

dengan prinsip belajar (dengan metode ini hanya alat tertentu yang aktif yaitu

terutama alat pendengaran dan pikiran).

b. Apabila ditinjau dari azas demokrasi maka metode ceramah kurang

memungkinkan pelajar/mahasiswa untuk mengemukakan

pendapat-pendapatnya yang mana ini mungkin mengakibatkan tertekannya inisiatif dan

daya kreasi.

c. Metode ceramah tidak akan menghasilkan pembentukan pribadi secara

harmonis

d. Ditinjau dari azas-azas didaktik, maka metode ceramah kurang

memungkinkan terlaksananya anjuran-anjuran yang baik dari azas-azas

didaktik (misalnya anjuran-anjuran dari azas peragaan atau azas kooperasi di

mana peragaan langsung tidak/kurang terlaksana atau kerjasama antar

pelajar/mahasiswa tidak juga terlaksana).

e. Kesalahan tafsir terhadap istilah tertentu misalnya genting dapat ditafsirkan

atap rumah atau zaman berbahaya atau keadaan bahaya.

Usaha-usaha apa sajakah yang dapat ditempuh untuk menghindari

kelemahan-kelemahan atau menanggulangi kelemahan-kelemahan metode

ceramah ? Ada bermacam-macam usulan yang dapat ditempuh diantaranya

adalah:

a. Gunakan alat peraga pada waktu berceramah, baik langsung maupun tidak

langsung.

b. Jelaskanlah istilah-istilah yang kiranya sukar atau dapat ditafsirkan

(39)

c. Berceramahlah dengan gaya yang menarik serta gunakanlah bahasa yang

mudah ditangkap.

d. Selingilah penggunaan Metode Ceramah ini dengan metode lain misalnya

Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode Diskusi, Metode Sosiodrama.

e. Buatlah sistematika ceramah dan adakanlah penilaian dengan cukup.

2. Metode Melatih (Drill)

Metode melatih yang juga disebut metode drill atau metode Training adalah

suatu cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu. Dalam melatih

murid-muridnya guru harus berhati-hati karena hasil sesuatu latihan biasanya akan

tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan,

metode ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam

melakukan.sesuatu serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara mengulangi bahan

yang telah disajikan.

Kelemahan-Kelemahan latihan siap :

a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa

Mengajar dengan metode drill, berarti minat dan inisiatif (makarsa) siswa

dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan

kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada konformatis dan

diarahkan menjadi uniformisitas.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

Perkembangan inisiatif didalam menghadapi situasi-situasi baru dimatikan. Di

dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan

persoalan dengan cara yang statis. Hal ini bertentangan dengan prinsip belajar

dimana siswa seharusnya mereorganisasi kembali pengetahuan dan

(40)

c. Membentuk kebiasaan yang kaku.

Dengan metode latihan siap siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan

respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis. Kecakapan

siswa dalam memberikam respon suatu stimulus dilakukan secara otomatis

tanpa menggunakan intelegensi.

d. Menimbulkan verbalisme

Setelah mengejarkan bahan pelajaran kepada siswa berulangkali, guru

mengadakan ulangan. Apalagi jika menghadapi ujian, siswa dilatih

menghafalkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus mengetahui dan

menghafalkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa

harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis, karena itu maka proses belajar

yang lebih realistis menjadi terdesak, dan sebagai gantinya timbullah

respon-respon yang melulu bersifat verbalistis.

3. Metode Tanya Jawab (Questioning atau Question Answer Period)

Tanya jawab sebagai suatu metode adalah cara lisan menyajikan bahan untuk

mencapai tujuan pengajaran. Alat pokok yang digunakan dengan menggunakan

Metode Tanya Jawab adalah pertanyaan lisan yang datangnya dari dua pihak atau

lebih. Ini berarti bahwa pertanyaan dapat datang dari pihak guru dan dapat datang

dari pihak pelajar. Tetapi kadang-kadang pertanyaan sudah tertera dalam buku

bacaan atau buku pelajaran.

Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan bahan harus digunakan

bersama-sama dengan metode lain misalnya metode ceramah, metode kerja

kelompok, metode demonstasi dan eksperimen, metode drill. Metode ini wajar

penggunaannya apabila guru ingin mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan

(41)

digunakan untuk menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) dalam rangka

menyemangati pelajar (supaya tidak terjadi penyimpangan perhatian). Kecuali

situasi-situasi di muka. Metode tanya jawab baik juga digunakan untuk memimpin

pengamatan para pelajar.

Dalam situasi yang bagaimanakah metode tanya jawab kurang wajar

penggunaannya? Metode tanya jawab kurang tepat digunakan apabila tanya-jawab

kepada sejumlah pelajar dimaksudkan untuk menilai kemajuan kelas. Demikian pula

apabila guru hanya memberi giliran kepada pelajar-pelajar tertentu saja.

Baik dan buruknya metode tanya jawab

Kebaikannya :

a. Sambutan kelas. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila

dibandingkan dengan hasil metode ceramah.

b. Memberi kesempatan kerja siswa untuk mengemukakan hal-hal yang belum jelas

atau belum dimengerti, sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

c. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru, dan akan membawa ke

arah suatu diskusi.

Keburukannya :

Tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan.

Lebih-lebih jika siswa memberi jawaban atau memajukan pertanyaan yang dapat

menimbulkan beberapa masalah baru dan kemudiaan menyimpang dari pokok

persoalan atau menimbulkan pokok pembicaraan baru.

4. Metode Diskusi

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat,

pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang

(42)

diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau

kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam

rangka mewujudkan tujuan pengajaran.

Diskusi sebagai suatu metode mengajar belum umum digunakan oleh

guru-guru. Belum biasanya metode ini digunakan antara lain disebabkan :

a. Masih banyak guru yang belum mengerti apa metode diskusi itu ? Apabila guru

sudah mengerti, maka belum tentu ia cekatan mempergunakan metode ini sebab

guru yang akan menggunakannya harus cekatan mencari persoalan yang

didiskusikan dan cekatan pula mengendalikannya supaya tidak berlarut-larut.

b.Para guru belum seluruhnya mengetahui manfaat metode diskusi.

c. Guru khawatir kalau-kalau pelajar menjadi ribut, menurut kemauannya sendiri,

yang mana ini akan mengacaukan suasana kelas

d.Adakalanya filsafat pendidikan dari negara/lembaga tertentu tidak-sesuai dengan

dasar metode diskusi. Metode ini amat baik untuk menimbulkan dan membina

sikap dan tindakan yang demokratis, hingga metode ini tidak tepat digunakan

dalam negara-negara yang bukan berasaskan demokrasi.

e. Metode ini memerlukan waktu yang banyak padahal jam-jam pelajaran amat

terbatas.

Kebaikan-kebaikannya antara lain sebagai berikut :

a. Metode ini dapat berfungsi mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan dan

dapat pula mengintegrasikan mata pelajaran-mata pelajaran. Terintegrasikannya

mata pelajaran-mata pelajaran itu karena dalam mendiskusikan sesuatu, sesuatu itu

tentu berhubungan dengan sesuatu yang lain. misalnya mendiskusikan soal

"Manfaat gunung berapi", pengetahuan ilmu bumi berintegrasi dengan

(43)

b.Metode diskusi dapat menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara

berpikir ilmiah.

c. Metode diskusi dapat membina bahasa para pelajar. Pelajar yang berdiskusi

dituntut mengemukakan pendapat-pendapatnya (bahasa aktif) disatu pihak, dan di

lain pihak ia dituntut pula untuk dapat mengerti pendapat pelajar lain (bahasa

pasif).

d.Pada suatu pihak metode ini dapat memperkecil atau menghilangkan rasa

malu/takut, dan pada pihak lain dapat menumbuhkan serta memupuk keberanian

pelajar.

e. Metode ini dapat pula memupuk kerjasama, toleransi dan rasa sosial.

5. Metode Prileksi ( Prelection Method )

Metode Prileksi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan

menggunakan bahasa lisan, menyuruh pelajar mendiskusikan, menganalisa,

membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan

untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kebaikannya metode ini antara lain : pelajar dan guru sama-sama aktif. Pelajar

aktif dalam mendengarkan, menangkap isi pelajaran, menganalisa, mendiskusikan

dan akhirnya menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu. Mengajar dengan metode ini

juga menimbulkan serta membina kompetisi yang sehat pada pelajar-pelajar.

Lain daripada itu pertautan antara aspek-aspek dari bahan pelajaran tetap

terjaga yang mana ini berarti pula bahwa bahan pelajaran sering diulangi. Kebaikan

lainnya dari metode ini adalah bahwa ia amat baik digunakan dalam menyajikan

ilmu-ilmu sosial misalnya sejarah, kewargaan negara, bahasa (khususnya tentang

(44)

Kelemahan yang terutama dari ini adalah banyaknya waktu yang digunakan

(sekalipun bahan pelajaran jumlahnya sedikit) serta pengetahuan dan kecekatan yang

banyak dituntut dari guru baik dalam mempersiapkan maupun dalam menyajikan

bahan pelajaran.

6. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Mendemonstrasikan sesuatu sama artinya dengan mempertunjukkan atau

memperlihatkan sesuatu. Yang diperlihatkan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan,

tetapi ada kalanya pula suatu proses. Proses adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi

yang menuju atau mengarah kepada penghancuran dan atau pembentukan sesuatu.

Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan

pelajaran dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil

dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini amat baik digunakan

untuk mencari jawaban atas pertanyaan : Bagaimana cara membuatnya ? Apa

akibatnya apabila faktor tertentu dipenuhi atau tidak dipenuhi ? Bagaimana dapat

diketahui kebenarannya ? Bagaimana cara bekerjanya ?

Metode ini sebenarnya terdiri dari Metode Demonstrasi dan Metode

Eksperimen. Kedua metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi pada umumnya

digunakan bersama-sama sebab apa yang dicobakan atau dieksperimenkan biasanya

langsung dipertunjukkan dan sebaliknya apa yang didemonstrasikan biasanya adalah

apa yang dicobakan.

Kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan apakah yang dapat dicapai dan

dihadapi apabila Metode Demonstrasi dan Eksperimen-dipakai dalam mengajar ?

Dalam melaksanakan demonstrasi dan eksperimen tertentu, guru dan pelajar

sama-sama aktif sebab demonstrasi dan eksperimen itu dilaksanakan oleh guru dan pelajar.

(45)

dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan demonstrasi dan

eksperimen) apa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan

sebagainya. Disamping itu melalui demonstrasi dan eksperimen guru mudah

memusatkan perhatian pelajar kepada bahan pelajaran.

Selain yang telah disebutkan di atas melalui demonstrasi dan eksperimen itu

bakat-bakat, kecekatan-kecekatan pelajar dengan mudah dipupuk dan dikembangkan.

Rasa ingin tahu serta sikap dan tindakan ilmiah pun dapat pula ditimbulkan,

dipelihara dan dikembangkan. Sekalipun demikian perlu disadari bahwa Metode

Demonstrasi dan Eksperimen sering kali menuntut waktu, biaya dan tenaga yang

banyak.

7. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method atau Problem Method)

Salah satu sumbangan besar Amerika terhadap dunia pendidikan dan

pengajaran adalah suatu metode mengajar yang dibuat oleh John Dewey. Metode

yang diciptakan oleh pendidik terkenal dari Amerika itu disebut atau dinamakannya

Metode Pemecahan Masalah (The Problem solving Method).

Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan menghadapkan pelajar kepada persoalan ynng harus dipecahkan atau

diselesaikannya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Dengan demikian,

dalam mempelaiari sesuatu (bahan pelajaran) selalu dituntut aktivitas yang

berfungsi memecahkan persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan persoalan

yang dihadapi ada beberapa jalan yang dapat ditempuh antara lain :

a. Menyerahkan persoalan itu kepada orang lain atau instansi tertentu yang

dipandang mampu dan berwenang memecahkannya.

b. Memakai metode "coba - coba - gagal - coba - coba berhasil " (trial - error -

(46)

mencari penyebab yang menimbulkan persoalan, mengklasifikasikan sebab-sebab

tersebut, menerapkan teori yang cocok untuk memecahkan persoalan tersebut.

John Dewey juga mengemukakan bahwa dalam mempelajari sesuatu, atau

mendapatkan sesuatu, orang harus mengadakan suatu tindakan atau harus

mengerjakan sesuatu. Bertitik tolak dari pendapatnya itu John Dewey

mengemukakan suatu sumbangan yang terkenal yaitu mempelajari sesuatu dengan

mengerjakannya (learning by doing). Ini berarti bahwa tanpa aktif mustahil

terjadi belajar, teori-teori yang dipelajari harus pula dicek/dites kebenarannya

dengan mencoba mempraktikkan atau menerapkan teori-teori tersebut, apabila

ternyata teori itu tidak dapat diterapkan harus diperbaiki sampai ia dapat diterapkan.

Dari uraian di atas nampak bahwa prinsip dasar dari Metode Pemecahan

Masalah yang diciptakan dan dipraktekkan oleh John Dewey ialah keyakinannya

tentang perlunya aktivitas dalam mempelajari sesuatu (termasuk bahan pelajaran).

Untuk mengaktifkan atau menggiatkan orang misalnya pelajar, akan mungkin terjadi

apabila guru menjelaskan manfaat nilai pentingnya bahan pelajaran baik untuk masa

kini maupun untuk hari kemudian.

8. Metode Kerja Kelompok

Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas

tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran yang mungkin

terwujud dengan metode ini bermacam-macam misalnya terkuasainya bahan

pelajaran, terbinanya kerja sama, terpupuk serta terpeliharanya persatuan, pelajar

akan terlatih bagaimana cara memimpin, pelajar saling tolong-menolong, dan pelajar

mendapat kesempatan dalam membuat rencana. Lain daripada itu Metode Kerja

(47)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok ada

bermacam-macam, yaitu :

a. Kecerdasan pelajar.

Kelompok yang terdiri dari pelajar-pelajar yang cerdas-cerdas akan lebih berhasil

daripada kelompok pelajar yang sedang/kurang karena mereka dapat membuat

rencana yang tepat, mengumpulkan fakta-fakta dengan cepat serta menarik

kesimpulan-kesimpulan.

b. Hubungan antar anggota kelompok.

Apabila hubungan antar anggota, anggota dengan pimpinan kelompok tidak baik

misalnya saling curiga mencurigai, tidak saling percaya, maka perasaan kelompok

dan tanggung-jawab tidak akan terbentuk dan juga tidak terwujud. Akibat dari itu

semua anggota-anggota akan bekerja sendiri-sendiri, dan hasil-hasil perorangan

itu tidak dapat atau sukar sekali mempersatukannya karena garis besar atau

pokok-pokok yang diikuti juga tidak sama.

c. Asing atau tidaknya masalah atau bahan atau tugas yang dipelajari atau

dikerjakan.

Apabila masalah ataupun tugas atau bahan yang harus dipecahkan ataupun

dikerjakan atau dipelajari itu tidak biasa dihadapi maka ada kemungkinan pola-pola

dan cara-cara bekerja serta pengalaman atau pengetahuan yang telah dikuasai tidak

dapat dipakai yang mana ini mungkin mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan.

d. Motif atau dorongan yang ada pada pelajar.

Sesuatu yang dipandang tidak berguna, sesuatu yang tidak sesuai dengan minat

serta kebutuhan pelajar tentu mengurangi aktivitas pelajar. Dengan kurangnya

(48)

e. Kesukaran bahan.

Jika bahan sukar dipelajari. maka hasil belajar akan sedikit.

f. Pimpinan kelompok.

Pimpinan yang membagi tugas tidak adil, tidak efisien (tidak sesuai dengan minat

dan kernampuan, tidak tepat), tidak mengarahkan anggota-anggota, tidak

menolong anggota-anggota yang membutuhkan pertolongan, maka hasil

kelompoknya tidak atau kurang baik.

g. Persaingan yang sehat antar kelompok

Setelah diketahui arti dari Metode Kerja Kelompok, manfaat dan atau

kebaikan-kebaikan metode ini, jalannya pengajaran dengan Metode Kerja Kelompok serta

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok, maka kita perlu

membicarakan tentang jenis-jenis kerja kelompok dan dasar-dasar yang dipakai

untuk membentuk kelompok-kelompok.

h. Apabila ditinjau dari banyaknya anggota kelompok maka ada kelompok kecil dan

ada kelompok besar.

i. Kelompok kecil biasanya beranggotakan 2-3 orang, sedangkan kelompok yang

ideal biasanya beranggotakan 5-7 orang, sudah termasuk pemimpin karena

pimpinan merangkap sebagai anggota.

9. Metode Pembagian Tugas Belajar Resistasi (Metode Resistasi)

Dalam percakapan sehari-hari metode ini terkenal dengan sebutan pekerjaan

rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas dari pekerjaan rumah saja

karena siswa dalam belajar tidak hanya dirumah, mungkin di laboratorium dihalaman

sekolah, di perpustakan, atau ditempat-tempat lainnya.

Metode resistasi mempunyai tiga fase : pertama guru memberi tugas, kedua

(49)

kepada guru apa yang telah mereka pelajari. Dalam sifatnya situasi ini adalah

resistasi, umpamanya dalam bentuk tanya-jawab, diskusi atau barangkali sebuah test

tertulis.

Keuntungannya :

a. Pengetahuan yang pelajar peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau

penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih

mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan lebih lama dapat diingat.

b. Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberaniaan mengambil

inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.

Kelemahannya :

a. Seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa hanya meniru atau menyalin

hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

b. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar

dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.

d. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

10. Metode Seminar

Suatu seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa

orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas masalah-masalah tertentu dalam

rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman-pedoman

pelaksanaannya. Dengan demikian maka Metode Seminar adalah suatu cara

menyajikan bahan pelajaran (pokok masalah tertentu) dengan mengikut sertakan

pelajar di dalam mencapai tujuan pengajaran. Apabila pelajar diberi pelajaran dengan

(50)

memecahkan masalah tertentu dan tentang petunjuk-petunjuk dalam melaksanakan

hal tertentu (instruksi, membuat paper, merencanakan bangunan dan sebagainya).

Kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi dalam menyelenggarakan suatu

seminar antara lain :

a. Biaya

Suatu seminar memerlukan alat seperti kertas-kertas, sheet, map, dan

alat-alat tulis lainnya. Kecuali itu biaya konsumsi, biaya akomodasi dan biaya

transportasi juga perlu ada.

b.Waktu

Penjadwalan acara, waktu seminar perlu ditetapkan dan diikuti dengan baik.

c. Pemasaran

Agak sukar untuk mendapatkan pemasaran yang baik dan mempunyai waktu yang

cukup.

d.Partisipasi peserta

Sering ada pelanggaran-pelanggaran tata-tertib oleh peserta.

Kebaikan-kebaikan suatu seminar adalah :

a. Para peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang

pokok/masalah yang diseminarkan.

b.Para peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya,

c. Para peserta dibina bersikap ilmiah dan bertindak ilmiah.

d.Terpupuknya kerjasama antara peserta.

e. Terhubungkannya lembaga pendidikan dengan masyarakat (pemasaran dapat

mengambil manfaat dari masyarakat dan menyumbangkan pemikirannya kepada

(51)

11. Metode Mengajar Beregu ( Team-Teaching Method )

Team-Teaching adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh

beberapa orang. Team-teaching sebagai suatu metode mengajar adalah suatu cara

menyajikan bahan pelajaran yang dilakukan bersama oleh dua orang atau lebih

kepada sekelompok pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Tercapainya tujuan suatu tim banyak tergantung dari tepat tidaknya

pembagian tugas, baik tidaknya kerjasama dan kekuatan anggota-anggota tim.

Kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kualitas misalnya keahlian, kecekatan

serta kemampuan anggota tim. Suatu tim pengajar yang kualitas anggotanya baik

dimungkinkan mencapai tujuan pengajaran dengan baik asal saja faktor kerjasama

serta pengarahan juga baik.

Bagaimanakah mengefisienkan Metode Mengajar Beregu itu ? Ada

beberapa usaha yang dapat ditempuh, yaitu :

a. Membagi tugas dengan baik. Misalnya dikala anggota pertama memberikan

keterangan maka anggota kedua mengawasi pelajar, sedangkan anggota ketiga

membantu secara individual para pelajar, anggota keempat menulis atau

meragakan dan sebaliknya.

b. Anggota tim mendapat tugas sesuai dengan minat serta kekuatannya

(pengetahuan, kecekatan dan kemampuan).

c. Mengusahakan fasilitas (ruang, alat, waktu) yang cukup.

12. CL (Cooperative Learning)

Belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk

saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling

(52)

miniatur dari hidup bermasyarakat serta belajar menyadari kekurangan dan

kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan

cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep,

menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar

kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5

orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi,

dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan strategi,

membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,presentasi hasil kelompok dan

pelaporan.

13. CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Ciri Pendekatan Kontekstual :

a. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan

b. Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna)

c. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

d. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang

disimulasikan

(53)

f. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

g. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi,

berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja

kelompok)

h. Perilaku dibangun atas kesadaran diri

i. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman

j. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

k. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan

merugikan

l. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik

m. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

n. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL)

memiliki tujuah komponen utama, yaitu :

a. Konstruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi

merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara

mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan

yang dimilikinya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari

(54)

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan

dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan

(conclusion).

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya

merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya

berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3)

membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan

siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan

perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak

lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil

kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ an

Gambar

Tabel 3.1  PAP Tipe II
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner
Tabel 3.3 Jawaban dan Skor
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika diantara suku – suku tersebut disisipkan empat bilangan, dengan cara : antara suku kedua dan ketiga disisipkan satu bilangan dan antara suku ketiga dan keempat disisipkan tiga

Luaran wajib dari Penelitian Dosen Pemula ini adalah publikasi ilmiah dalam jurnal lokal.. yang mempunyai ISSN atau jurnal

Actual result Test Status Proses 11 Mengambil dan menampilkan data jenis aset sesuai database Sistem menampilkan data sesuai dengan database Sistem sudah menampilkan

Secara substansi, respon sikap siswa secara lisan melalui wawancara atau respon sikap siswa secara tulis melalui esai kasus atau skala sikap, sebenarnya sama. Yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang diterapkan di kelas VIII C telah berjalan baik dan dapat dilihat pada tingkat

Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar diploma (Amd,RMIK) dari program studi DIII

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran, Strategi Mengajar dengan Pendekatan Kontekstual, dan Pengelolaan Kelas

Mendukung lingkungan luka yang lembab: Karena aktifitas osmotik madu dengan menarik cairan dari jaringan sekitarnya maka akan terjadi kelembaban pada permukaan luka.. Menurunkan