BAB V
Pembahasan
5.1 Klasifikasi LKMCharles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
LKM merupakan kelompok sekunder dimana anggota LKM jarang mengadakan pertemuan anggota secara rutin. Namun, meskipun banyak LKM yang jarang mengadakan pertemuan secara rutin komunikasi antar anggota juga tetap terjaga karena tidak jarang anggota LKM merupakan anggota dari organisasi yang lain didalam organisasi kemasyarakatan, sehingga mereka tidak hanya bertemu saat diadakan perkumpulan LKM saja melainkan sering juga bertemu pada saat pertemuan-pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lainnya, seperti LPMK, BKM, dll, seperti halnya yang di katakana oleh Bapak Jamuri sebagai ketua LKM mangunsari dalam wawancara pada tanggal 17 Pebruari 2014
“…Meskipun pertemuan LKM secara resmi jarang kami lakukan namun komunikasi antar anggota tetap berjalan lancar, karena selain merupakan anggota dan pengurus dari LKM sebagian besar dari kami juga merupakan anggota dan pengurus dari organisasi kemasyarakatan yang lain, jadi komunikasi tetap terjaga dan informasi-informasi juga menjadi lebih banyak…”
Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
dalam AD/ART LKM. Sehingga syarat untuk menjadi anggota LKM harus sesuai dengan apa yang sudah disepakati dalam AD/ART tersebut selain itu anggota LKM juga disahkan oleh pemerintah dan mendapat SK (Surat Keputusan). Ada pun syarat dan ketentuan untuk menjadi bagian dari LKM menurut AD/ART LKM adalah sebagai berikut:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
3. Memiliki dedikasi terhadap kepentingan masyarakat di bidan informasi dan komunikasi 4. Penduduk tetap berdomisili di Kelurahan atau Kecamatan setempat
5. Berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Menengah Pertama atau sederajat 6. Usia minimal 17 tahun
7. Sehat jasmani dan rohani
8. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian kepada masyarakat 9. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana
10. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.
Sumber: Peraturan Walikota Salatiga, Nomor 46 Tahun 2006
5.2 Jaringan Komunikasi LKM
Pola komunikasi adalah sistem penyampaian pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dan pengoperan perangsang untuk mengubah perilaku individu yang lain. Didalam pola komunikasi, terdapat jaringan komunikasi. Di LKM juga memiliki jaringan komunikasi yang dapat dilihat dari struktur kepengurusan, dan juga proses komunikasi yang dilakukan setiap LKM dalam mengumpulkan informasi dan menyebar luaskan informasi baik kepada masyarakat maupun kepada pemerintah.
disampaikan baik kepada masyarakat ataupun kepada masyarakat maka program-program pemerintah dan keluhan-keluahan atau kebutuhan masyarakat akan cepat ditindak lanjuti dan juga mencegah terjadinya konflik antara masyarakat dan pemerintah karena kesalah pahaman dan kurangnya komunikasi antar keduanya. Keterbukaan tidak hanya dilakukan didalam lingkup struktural LKM saja namun dalam kehidupan bermasyarakat LKM juga sangat terbuka dan dengan senang hati jika ada dari masyarakat atau pemerintah yang memberikan informasi-informasi, karena meskipun para anggota dan pengurus LKM merupakan perangkat kampung atau orang yang dipercaya dalam suatu kampung mereka juga memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh masyarakat yang ada didaerahnya sehingga LKM sangat terbuka bagi masyarakat umum dan pemerintah jika memiliki informasi-informasi yang penting. Jika dilihat dari struktur jaringan komunikasinya, LKM menggunakan struktur semua saluran atau pola bintang.
Gambar 10 Pola Bintang
Sumber: Analisis Data Primer, 2013
Struktur semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan pola lingkaran yaitu semua anggota adalah sama dan setiap anggota memiliki kekuatan yang sama untuk mempengaharui anggota yang lain. Akan tetapi dalam struktur semua saluran setiap anggota dapat berkomunikasi dengan anggota yang lain, sehingga akan tercipta partisipasi secara optimum dari anggota (Devitto:344:2004).
pemerintah dapat berkomunikasi memberikan informasi-informasi baik tentang program-program pemerintah dan juga problematika yang terjadi dalam masyarakat kepada anggota lain dan didalam akan terjadi pembicaraan untuk membahas guna tindak lanjut akan informasi-informasi tersebut. Seperti yang dikatakan bapak Ismunandar ketua dari LKM Blotongan pada wawancara tanggal 4 Februari 2014
“....LKM Blotongan mengadakan pertemuan rutin setiap bulannya, nanti anggota yang ketempatan akan digilir, dalam pertemuan rutin tersebut setiap anggota dapat menyampaiakan informasi-informasi apa saja yang dimiliki, bila ada informasi dari masyarakat kepada pemerintah yang sangat penting, dari pihak LKM akan segera menyalurkan informasi-informasi tersebut kepada dinas yang terkait….”
Selain struktur jaringan LKM juga memiliki arus komunikasi yang di bagi menjadi 3 bagian yaitu komunikasi ke atas (LKM dan Pemerintah), komunikasi ke bawah (LKM dan Masyarakat), komunikasi lateral (antar anggota LKM)
5.2.1 Komunikai Ke Atas (LKM dan Pemerintah)
Meskipun LKM di bentuk oleh Pemerintah guna membantu pemerintah dalam hal komunikasi namun pada kenyataannya banyak sekali LKM yang mengeluhkan tentang kurangnya perhatian yang diberikan kepada mereka, seakan-akan mereka dibentuk kemudian tidak ada pendampingan dalam mereka melaksanakan tugasnya. Meskipun begitu LKM tetap mencari informasi-informasi tentang program-program pemerintah melalui rapat-rapat yang diadakan pemerintah dan menyebarkan informasi-informasi tersebut kepada mayarakat. Dalam prakteknya dapat dikatakan bahwa komunikasi antara LKM dan Pemerintah tidak berjalan hal ini dapat dilihat dari kurangnya komunikasi antara LKM dan Pemerintah, selain itu juga hampir semua LKM tidak secara langsung memberikan informasi kepada Pemerintah melainkan mereka hanya menunggu pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh organisasi-orgnisasi sosial lainnya sehingga dapat dipastikan banyak sekali hal-hal yang sebenarnya diharapkan oleh masyarakat dapat disampaikan dan direalisasikan oleh pemerintah tidak terlaksana.
5.2.2 Komunikasi Ke Bawah
tersebut terbukti dengan adanya beberapa kegiatan LKM guna mensosialisasikan program-program pemerintah kepada masyarakat baik menggunakan media cetak ataupun secara langsung disampaikan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di daerah masing-masing seperti PKK, Kelompok Tani, Pertemuan bapak-bapak, dll. Biasanya informasi-informasi tersebut didapat pada saat pertemuan anggota LKM atau bisa juga para anggota LKM mencari sendiri informasi-informasi tentang program-program pemerintah melalui pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh instansi pemerintah ataupun pertemuan organisasi kemasyarakatan yang lain, mengingat bahwa sebagian besar anggota LKM juga merupakan bagian dari organisasi-orgnisasi kemasyarakatan yang lain. Meskipun dapat dikatakan dapat berjalan dengan lancar namun para pengurus juga masih merasa kurang aktifnya pemerintah dalam berkomunikasi dengan mereka, sehingga informasi yang diberikan LKM terhadap masyarakat terbatas yang dapat mengakibatkan gagalnya program-program tersebut.
5.2.3 Komunikasi Lateral (Ketua ke Pengurus dan Anggota)
Komunikasi Lateral dalam pemahaman organisasi adalah pesan antar manajer ke manajer, karyawan ke karyawan. Dalam kontek LKM ini komunikasi lateral yang terjadi berjalan dengan baik bahkan komunikasi antara anggota dengan pengurus dan ketua sangat terbuka. Setia anggota atau pengurus bahkan ketua memiliki porsi yang sama dalam mengungkapkan informasi-informasi yang mereka miliki baik informasi yang berasal dari pemerintah atau informasi yang berasaal dari masyarakat. Pertukaran informasi antar anggota dilakukan dalam pertemuan anggota atau juga tidak jarang bagi LKM yang jarang mengadakan pertemuan anggota menggunakan media telepon dan SMS untuk saling berkomunikasi. Smakin cepat informasi disebakan dalam lingkup LKM maka semakin cepat pula informasi tersebut di terima oleh pemerintah atau masyarakat sehingga program-program dari keduanya akan semakin cepat terrealisasi.
5.3 Strategi Komunikasi LKM
kepada pemerintah, sehingga program-program pemerintah atau aspirasi masyarakat akan sesegera mungkin mendapatkan perhatian dan terlaksana dengan baik, sehingga tidak ada lagi kesalah pahaman mengenai informasi diantara keduanya.
Guna menjalankan tugasnya sebagai penyambung mata rantai komunikasi Masyarakat dan Pemerintah, tentunya setiap LKM memiliki strategi yang berbeda-beda karena setiap daerah memiliki karakter dan kebutuhan yang tidak sama. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang diterpakan oleh para pelaku LKM disetiap daerah, peneliti berpedoman kepada model komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Lasswell pada tahun 1948 yang berbunyi “Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect?”. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh
“….., bila ada undangan rapat dari kelurahan atau Pemkot anggota perwakilan LKM selalu mengabarkan informasi-informasi yang dirasa penting kepada anggota lainnya melalui media telepon, dengan media ini dirasa praktis mengingat kesibukan para anggota lainnya,….”
Dalam melakukan perannya sebagai media penjembatan komunikasi antara Masyarakat dan Pemerintah 14 LKM dari 22 LKM melakukan penyebaran informasi secara langsung yaitu melalui tatap muka secara langsung kepada warga dalam acara-acara tertentu di setiap daerah seperti pada saat pertemuan kelompok tani, PKK, rapat RT, dan lain-lain. Dengan cara bertemu secara langsung seperti ini mereka berkeyakinan bahwa informasi yang disampaikan akan secara efektif diserap warga dan juga diwaktu bersamaan anggota LKM juga dapat melihat reaksi warga dan mendengar keluhan-keluhan warga yang nantinya aspirasi dari warga tersebut akan dibawa sebagai informasi pada saat perkumpulan LKM dan akan dibahas disana. Dengan penerapan strategi komunikasi bertatap muka secara langsung seperti ini maka anggota LKM harus memiliki ketrampilan berkomunikasi yang mumpuni, artinya anggota LKM harus bisa mewartakan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh masyarakat, selain itu anggota LKM yang mewartakan informasi tersebut haruslah orang yang dipercaya oleh masyarakat sekitar atau orang yang tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitar seperti ketua RW, sesepuh, dan lain-lain. Dengan menggunakan orang-orang yang memiliki pengaruh di daerah tersebut sebagai komunikator maka informasi yang diberikan akan lebih efektif diterima oleh masyarakat, karena masyarakat akan lebih percaya dan yakin dibanding dengan orang-orang yang dipandang biasa saja didaerah tersebut, dalam wawancara bersama Bpk. Ismunandar pada tanggal 4 Februari 2014, Bpk. Ismunandar mengatakan bahwa
“….., LKM Blotongan memiliki anggota 15 anggota dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, mulai dari anggota DPR, PNS, sanpai dengan budayawan. Para anggota tersebut biasanya merupakan tokoh-tokoh penggiat kegiatan-kegiatan di daerah masing-masing seperti ketua RW, ketua PKK, dll. ……”
jawa sehari-hari dn juga menggunakan tokoh-tokoh pewayangan yang melekat dibenak masyarakat seperti 5 sekawan. Dalam wawancara bersama Bpk. Ismadi selaku Ketua LKM Kumpulrejo dan juga sebagai penulis Warta Salembar pada tanggal 3 Februari 2014, tujuan penggunanaan bahasa jawa dan penggunaan tokoh-tokoh pewayangan selain memudahkan masyarakat untuk memahami tentang isi dari Warta Salembar juga sebagai media untuk melestarikan budaya-budaya daerah yang saat ini mulai luntur dikalangan anak muda karena efek globalisasi.
“….., LKM Kauman Kidul memang dalam menjalankan fungsinya kami sangat pasif karena memang kurangnya dana yang diberikan Pemerintah sangat minim sehingga kami tidak bisa menjalankan program-program yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami sebagai corong informasi kepada warga dan pemerintah sendiri,….”
Dari penelitian ini data dilihat bahwa dari 22 LKM yang dibentuk di Kota Salatiga terdapat 17 LKM yang masih setia menjalankan tugasnya meskipun dalam keterbatasan dan terdapat 5 LKM yang pasif dalam menjalankan tugasnya sebagai penyalur informasi kepada Masyarakat dan juga Pemerintah. Namun, dari 17 LKM yang masih aktif tersebut juga memiliki keluhan yang sama yaitu masih kurangnya perhatian dari Pemerintah yang telah melahirkan program sosial yang diberi nama Lembaga Komunikasi Masyarakat ini, kurangnya perhatian yang dimaksud bukan hanya sektor pendanaan saja, namun sebagai media komunikasi yang menghubungka kedua mata rantai yang sempat terputus ini LKM membutuhkan pengarahan dan dasar yang kuat seperti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan media komunikasi, meskipun memang dulu sempat diadakan pelatihan tentang jurnalistik dan penyiaran namun program tersebut tidak lagi berjalan, sedangkan saat ini peertemuan antara Pemerintah dan LKM sanagat minim sekali dilaksanakan sehingga LKM harus bekerja keras untuk menjalankan salah satu fungsinya sebagai media penyalur aspirasi masyarakat.
Berdasarakan apa yang telah dikatakan oleh Harold Lasswell bahwa untuk menjadikan komunikasi menjadi efektif adalah dengan menjawab pertanyaan “who say what in which
channel to whom with effect”. Berdasarkan pertanyaan tersebut maka dalam penelitian ini dapat
dijawab dengan :
Who? (Siapa)
Dalam kasus ini LKM menjadi komunikator yang bertujuan untuk menginformasikan segala macam informasi-informasi tentang program-program dan kebijakan Pemerintah kepada Masyarakat dan juga menjadi akses Masyarakat guna menyalurkan asirasi-aspirasnya kepada Pemerintah
Say What? (Pesan)
In Which Channel? (Media)
Untuk menyalurkan dan mencari informasi dari Pemerintah dan Masyarakat maka setiap LKM harus menggunakan media yang dipandang efektif, dalam penelitian ini diketahui bahwa untuk menyalurkan informasinya 14 LKM menggunakan strategi tatap muka secara langsung melalui rapat, 1 LKM menggunakan strategi pemanfaatan media cetak yang diberi nama Warta Salembar, 5 LKM menggunakan strategi dengan memanfaatkan papan pengumuman yang diberikan pihak Humas Pemkot Salatiga, selain media-media tersebut media komunikasi
HandPhone juga merupakan sarana yang efektif untuk digunakan para anggota LKM dalan
proses saling tukar informasi.
To Whom? (Siapa Komunikan)
Siapa Komunikan disini adalah Masyarakat dan Pemerintah, Masyarakat dan Pemerintah bertugas sebagai penerima informasi dari LKM melalui media-media yang dimanfaatkan oleh LKM
With What Effect? (Efek)
Tentunya dari semua pihak mengharapkan efek yang positif yaitu program-program Pemerintah dapat terlaksana dengan baik ditengah-tengah masyarakat dan juga sebagai pemangku kebijakan Pemerintah memperhatikan segala macam aspirasi-aspirasi dari Masyarakat sehingga dapat terbina kehidupan yang baik.