PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Nama : Nuryeni Fildayanti NIM : 2014820123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
i
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi, Agustus 2018
Nuryeni Fildayanti (2014820123)
PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL xvii + hal 114, tabel 62, gambar 1, lampiran 20
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teman sebaya terhadap interaksi sosial siswa kelas V SDN Karang Tengah 9 Kota Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survey dengan menggunakan angket sebagai instrument. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah di SDN Karang Tengah 9 Kota Tangerang terhadap 65 Responden siswa kelas V. pengambilan sampel menggunakan Sampling Jenuh . instrument yang di berikan adalah angket dengan pernyataan untuk Teman sebaya sebanyak 25 pernyataan dan Interaksi Sosial sebanyak 25 pernyataan. Analisis data menggunakan korelasi dan regresi sederhana, diperoleh nilai rhitung sebesar 0,127, sedangkan yang berarti berada diantara 0,20-0,399 hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang rendah antara variabel X (Teman Sebaya) terhadap Variabel Y (Interaksi Sosial) rtabel pada taraf signifikan 0,5 yaitu sebesar 0,315 maka dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh Teman Sebaya terhadap Interaksi Sosial Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Karang Tengah 9.
Kata Kunci : Teman Sebaya, Interaksi Sosial, Siswa Daftar Pustaka 19 (2004-2017)
ii
iii
iv
v
vi
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Penulis persembahkan teruntuk:
Kedua Orang Tua tercinta, seluruh saudara penulis dan seluruh teman-teman seperjuangan terutama untuk almarhumah ibunda tercinta yang selalu memberi semangat bagi penulis dalam menyusun tugas akhir ini semasa hidupnya.
Semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita semua Amin ya Rabbal „Alamin...
viii MOTTO
“kesudahan yang baik itulah impian kita. Bila bekal cukup, mati muda bukan sebuah kerugian. Tak ada yang terlambat dan taka da yang terlalu cepat. Semua hanya akan berjalan menurut takdir-Nya . semoga akhir kisah kita indah. Syukur dan maafku untuk semua”
(Ust. Aan Chandra Thalib)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualikum, Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada ummatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.
Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan sarana dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Dr. Iswan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.
2. Bapak Azmi Al Bahij, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah mendorong dan mengarahkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
x
3. Ibu Apri Utami Parta Santi, M.Si. selaku Pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan yang maksimal dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Chaerudin, S.Pd,. Kepala sekolah SDN Karang Tengah 9 beserta dewan guru yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah ini.
5. Orang tua ayahanda Mudih dan Ibunda almarhumah Tinah , yang telah melahirkan, merawat, serta banyak memberikan semangat dan bimbingannya dalam melanjutkan studi di universitas ini serta penyelesaian studi dengan tepat waktu.
6. Kakanda silvia nurbaiti,udian dan adinda nurhavivah aprilianih kakak serta adik tercinta yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tak hentinya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman-teman kelas CSD terutama rizka,noviana,citra,ides,windy,nova yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
8. Warga MK yang telah memberikan dukungan dan setia menemani penulis dalam penyusunan skripsi ini.
9. BPH angkatan 2013 dan 2014 yang telah mengajarkan banyak hal untuk penulis
Akhirnya dengan segala ketulusan hati yang bersih dan ikhlas, penulis berdoa semoga segala amal baik yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Jakarta, Juli 2018 Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………
PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………..
LEMBAR PENGESAHAN……….
FAKTA INTEGRITAS………...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH………
PERSEMBAHAN………....
MOTO………....
KATA PENGANTAR………..
DAFTAR ISI……….
DAFTAR TABEL………
DAFTAR GAMBAR………
DAFTAR LAMPIRAN………
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………
B. Identifikasi Masalah………
C. Batasan Masalah………
D. Rumusan Masalah……….
E. Tujuan Penelitian………...
F. Manfaat Penelitian……….
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori……….
1. Teman Sebaya……….
2. Interaksi Soaial………
i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xvi xvii
1 6 7 7 7 7
9 9 21
xii
3. Kerangka Berpikir………..
4. Hipotesis Penelitian………
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………..
B. Metode Penelitian………
C. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel………..
D. Populasi dan Sampel………..
E. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian………
F. Teknik Pengumpulan Data………
G. Teknik Analisis Data………..
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian………...
B. Analisa Data……….
C. Interpretasi Hasil Penelitian……….
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan………...
B. Saran ………
DAFTAR PUSTAKA………
34 35
36 37 37 40 42 47 48
58 95 108
111 112 113
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Waktu Penelitian………..
Tabel 3.2 Jumlah Anggota Sampel...
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Variabel X...
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Variabel Y………..
Tabel 3.5 Bobot Skor Instrumen Pernyataan……….…………...
Tabel 3.6 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi………
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Variabel X………..
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Variabel Y………..…….………..
Tabel 4.3 Pernyataan 1……….………..…….……….
Tabel 4.4 Pernyataan 2……….………..………..
Tabel 4.5 Pernyataan 3………..
Tabel 4.6 Pernyataan 4……….
Tabel 4.7 Pernyataan 5….………
Tabel 4.8 Pernyataan 6...…………..……….………..
Tabel 4.9 Pernyataan 7...………...………..
Tabel 4.10 Pernyataan 8….…….………..
Tabel 4.11 Pernyataan 9....………
Tabel 4.12 Pernyataan 10.….……….………
Tabel 4.13 Pernyataan 11..…….……….………..
Tabel 4.14 Pernyataan 12……….……….
Tabel 4.15 Pernyataan 13………….…….………
Tabel 4.16 Pernyataan 14……….…….………
Tabel 4.17 Pernyataan 15……….…….………
Tabel 4.18 Pernyataan 16………..………
Tabel 4.19 Pernyataan 17……….…….………
Tabel 4.20 Pernyataan 18…………..………
Tabel 4.21 Pernyataan 19………..………
38 44 46 47 49 57 60 61 62 62 63 63 64 65 65 66 67 67 68 69 70 70 71 72 72 73 74
xiv
Tabel 4.22 Pernyataan 20………..………
Tabel 4.23 Pernyataan 21………..………
Tabel 4.24 Pernyataan 22.………..………..
Tabel 4.25 Pernyataan 23.………..…….……….
Tabel 4.26 Pernyataan 24..………...……….
Tabel 4.27 Pernyataan 25..………...……….
Tabel 4.28 Pernyataan 1……..………...………...
Tabel 4.29 Pernyataan 2.……….……….
Tabel4.30 Pernyataan 3………
Tabel 4.31 Pernyataan 4……….……….…..
Tabel 4.32 Pernyataan 5……….….………..……
Tabel 4.33 Pernyataan 6……...…..………..
Tabel 4.34 Pernyataan7………....
Tabel 4.35 Pernyataan 8………..
Tabel 4.36 Pernyataan 9………..……….………
Tabel 4.37 Pernyataan 10……….………
Tabel 4.38 Pernyataan 11……….………
Tabel 4.39 Pernyataan 12……….………
Tabel 4.40 Pernyataan 13………….…….………
Tabel 4.41 Pernyataan 14……….…….………
Tabel 4.42 Pernyataan 15……….…….………
Tabel 4.43 Pernyataan 16………..………
Tabel 4.44 Pernyataan 17……….…….………
Tabel 4.45 Pernyataan 18…………..………
Tabel 4.46 Pernyataan 19………..………
Tabel 4.47 Pernyataan 20………..………
Tabel 4.48 Pernyataan 21………..………
Tabel 4.49 Pernyataan 22.………..………...
Tabel 4.50 Pernyataan 23.………..…….………..
Tabel 4.51 Pernyataan 24..………...……….
Tabel 4.52 Pernyataan 25..………...……….
75 75 76 77 77 78 79 80 80 81 82 82 83 83 84 85 85 86 87 87 88 89 89 90 90 91 91 92 93 93 94
xv
Tabel 4.53 Hasil Uji Validitas X……….. 96
Tabel 4.54 Hasil Uji Validitas Y………... 97
Tabel 4.55 Uji Reabilitas X……….….………... 100
Tabel 4.56 Uji Reabilitas Y……… 100
Tabel 4.57 Uji Normalitas Teman Sebaya dan Interaksi Sosial…………... 101
Tabel 4.58 Uji Linieritas………... 102
Tabel 4.59 Uji Koefisien Regresi Sederhana………..………. 103
Tabel 4.60 Uji Keberartian Regresi……….………... 105
Tabel 4.61 Uji Analisisi Korelasi Sederhana………... 106
Tabel 4.62 Uji Koefisien Detrrminasi………. 107
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Variabel Independen-Dependen ………. 42
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Angket Penelitian ...115
Lampiran 2 Skor Variabel X dan Y ...119
Lampiran 3 Uji Validitas X ...121
Lampiran 4 Uji validitas Y ...123
Lampiran 5 Uji Reabilitas X dan Y ...125
Lampiran 6 Berita Acara ...126
Lampiran 7 Uji Normalitas ...127
Lampiran 8 Uji linearitas ...128
Lampiran 9 Uji Regresi Sederhana ...129
Lampiran 10 R Tabel ...130
Lampiran 11 F Tabel ...131
Lampiran 12 Surat Validator Ahli ...132
Lampiran 13 Surat Validator Guru ...133
Lampiran 14 Surat Permohonan Penelitiaan ...134
Lampiran 15 Surat Balasan Dari Sekolah ...135
Lampiran 16 .Dokumentasi ...136
Lampiran 17 Kartu Menyaksikan Sidang ...138
Lampiran 18 Kartu Bimbingan Skripsi ...139
Lampiran 19 Daftar Riwayat Hidup ...140
Lampiran 20 Permohonan Bimbingan Skripsi………. 141
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pendidikan merupakan hal yang krusial bagi perkembangan individu dan negara.
2
Di tingkat sekolah dasar, kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya merupakan salah satu dari beberapa jenis permasalahan penyesuaian sosial yang dapat mengganggu kemajuan anak dalam sekolah.Begitu pula dalam kehidupan pertemanan, pembentukan hubungan yang erat diantara kawan- kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa- masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan.
Menurut sejumlah ahli psikologi perkembangan, keterampilan-keterampilan kognitif baru yang muncul pada masa remaja ini mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan kognisi sosial mereka.Perubahan-perubahan dalam kognisi sosial ini merupakan salah satu ciri penting dari perkembangan remaja.Hal ini dapat dimengerti, sebab selama masa remaja kemampuan untuk berpikir secara abstrak mulai muncul. Kemampuan berpikir abstrak ini kemudian menyatu dengan pengalaman sosial, sehingga pada
44
gilirannya menghasilkan suatu perubahan besar dalam cara-cara remaja memahami diri mereka sendiri dan orang lain.
Menurut Desmita (2012: 224) interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam sebuah grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”.
Santrock dalam Kartika & nisfoanoor (2004: 161) interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan peer. Peers adalah individu-individu yang memiliki tingkat kematangan yang sama. Konsep peer group secara khusus menunjuk pada sebuah kelompok pertemanan yang telah mengenal satu sama lain dan menjadi sumber informasi atau perbandingan antara satu sama lainnya. Pada masa ini anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, sekolah atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga.Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman- temannya. dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar ini lebih menekankan pada pengtingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berjalan kesekolah, berbicara melalui telpon, mendengarkan musik, bermain game dan melucu.
Tinggal dilingkungan yang sama, bersekolah di sekolah yang sama, dan berpastisipasi di organisasi masyarakat yang sama,
44
merupakan dasar dari kemungkinan dasar dari terbentuknya kelompok teman sebaya.
Kegiatan bermain yang dilakukan siswa melibatkan interaksi dalam sebuah kelompok bermain dengan anggota yang tetap. Hal ini mendasari terjadinya pembentukan kelompok bermain yang memiliki kecenderungan terhadap jenis permainan yang sama. Dari hasil pengamatan di sekolah SDN Karang Tengah 9 pada kelas V (Lima) di setiap kelas terdapat kelompok-kelompok teman sebaya.
Tiap kelompok umumnya selalu bersama ketika bermain atau melakukan kegiatan lain di waktu senggang di sekolah karena interaksi dengan teman sebaya yang baik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenali emosi orang lain dan kemampuan siswa dalam membina hubungan. Sebagian besar anak dalam kondisi bersama teman sebaya tidak merasa diskriminatif mengenai jenis kelompok mana mereka bergabung, mereka sering berubah menjadi kelompok lain hanya karena kelompok itu menerima mereka, bahkan jika kelompok tersebut terlibat dalam kegiatan ilegal atau negatif sekalipun. Keterlibatan mereka pada geng adalah bentuk umum dari interaksi mereka dengan teman sebaya, sehingga muncullah kegiatan antisosial yang terorganisir dengan di dasari pada etnis, jenis kelamin, ekonomi dan kegiatan umum lainnya.
44
Setiap individu melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya, anak melakukan penyesuaian gaya bicara, gaya penampilan bahkan melakukan imitasi kepribadian terhadap teman sebaya di lingkungan sekitarnya. Anak lebih sering berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok atau geng, maka dapatlah dipahami bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga, karena anak belajar mengenal dirinya sendiri dan kedudukannya dalam kelompok melalui hubungan interpersonal dengan teman sebaya.
Sebagaimana firman Allah SWT. Dalam surat At-Taubah : 119,
َنيِقِداَّصلا َعَم اوُنوُك َو َ َّاللَّ اوُقَّتا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar." (At-Taubah : 119).
islam juga melarang kita berteman dengan orang yang buruk akhlaknya, tidak memiliki moral, gemar melakukan perilaku tercela yang mengakibatkan menjadi seorang hamba yang tidak bertakwa kepada Allah SWT.
Lingkungan sosial dimana anak tinggal dan berinteraksi dengan keluarganya, masyarakat, teman sebaya, dan melakukan
44
kegiatan-kegiatan keseharian di setiap harinya akan memberikan berbagai pengaruh dan menjadi kebiasaan dalam keseharian seorang anak bahkan bisa melekat pada diri individu tersebut kemudian akan dituangkan melalui perilaku sosial anak dan mulai terjadi perkembangan interaksi pada seorang anak tersebut.
Nasution dalam Arifin (2015:51) mengungkapkan bahwa proses sosial adalah proses kelompok dan individu saling berhubungan yang merupakan bentuk interaksi sosial, yaitu bentuk- bentuk yang tampak jika kelompok manusia atau orang perorang mengadakan hubungan satu sama lain. Ditegaskan lagi bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan
respons dalam hubungannya satu sama lain.
Permasalahan psikis anak terkait dengan kemampuan psikologis yang dimilikinya atau ketidakmampuan mengekspresikan dirinya dalam kondisi yang tidak normal, beberapa permasalahannya yaitu: gangguan konsentrasi, intelegensi (baik tinggi maupun rendah), berbohong, emosi. Perkembangan sosial anak berhubungan dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan pergaulan yang lebih luas. Dengan demikian permasalahan anak dalam bidang sosial juga berkaitan dengan pergaulan atau hubungan
44
sosial seperti berikut: tingkah laku agresif, daya usia kurang, negativisme, perilaku berkuasa, perilaku merusak.
Dimana anak hanya bermain dengan teman sekelompok mereka saja, mereka sulit berinteraksi dengan teman yang lain sehingga komunikasi antara teman sekelas pun menjadi pasif dengan sikap mereka yang tertutup untuk menerima teman selain teman kelompok mereka.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh teman sebaya terhadap perkembangan sosial anak. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DI SEKOLAH”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terkait sebagai berikut:
1. Kualitas teman sebaya yang kurang
2. Remdahnya lingkungan sosial teman sebaya
3. Kurangnya penyesuain diri siswa terhadap teman sebayanya 4. Rendahnya kemampuan berinteraksi
C. Batasan Masalah
44
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijelasksan diatas agar penelitian mempunyai ruang lingkup kecil dan lebih fokus dalam mengatasi masalah, maka peneliti membatasi masalah pada teman sebaya terhadap perkembangan interaksi sosial di sekolah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah. Apakah terdapat pengaruh antara teman sebaya terhadap interaksi sosial di lingkungan sekolah ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh informasi tentang interaksi sosial siswa di sekolah.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh teman sebaya terhadap interaksi sosial.
F. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memeperoleh sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai pengaruh teman sebaya terhadap interaksi sosial.
2. Manfaat Praktis
44 a). Manfaat Bagi Siswa
Sebagai pertimbangan dalam memilih teman bergaul yang baik dan mampu membawa perubahan positif bagi interaksi sosial siswa.
b). Manfaat Bagi Guru
Menambah pengetahuan bagi guru mengenai hal di luar pembelajaran dengan memperhatikan pergaulan siswa selama berada di sekolah
c). Manfaat bagi Orang Tua
Agar orang tua senantiasa memperhatikan dan mengawasi pergaulan anaknya.
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Teman Sebaya
a. Pengertian Teman Sebaya
Manusia sebagai makhluk sosial tak akan luput dalam melakukan aktivitas bersama manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya, hal tersebut juga berlaku saat melakukan pergaulan dengan teman sebayanya. Damsar (2011: 74) menyatakan teman sebaya (peer group) merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul. Dalam kehidupan seseorang, kelompok yang pertama kali sebagai kelompok rujukannya adalah keluarga,. Keluarga seperti disenut diatas memberikan ciri-ciri dasar kepribadian seseorang. Seiring dengan berjalannya waktu, aktor sekolah khususnya guru, menjadi kelompok rujukan berikutnya bagi pesefrta didik. Kemudian seiring dengan perkembangan waktu, kelompok teman sebaya menjadi kmelompok rujukan dalam mengembangkan sikap dan perilaku..
Yusuf dan Sugandhi (2011: 41) mengemukakan, melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar
44
menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
Desmita (2012: 224) menyatakan bahwa interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga periode ini sering disebut “ usia kelompok” . pada masa ini, anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keliuarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak sekolah usia dasar ini lebih menekankan pada pentingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran, berjarlan kesekolah, berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game, dan melucu. Tinggal dilingkungan yang sama, bersekolah disekolah yang sama, dan berpartisipasi di organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar bagu kemungkinan terbentuknya kelompok teman sebaya.
Nuryanti (2008:68) menyatakan bahwa pada masa anak- anak, teman sebaya terbentuk dengan sendirinya dan biasanya terdiri dari anak-anak yang sama ras, asal etnis, dan status sosial ekonominya. Anak-anak tersebut biasanya berusia dan berjenis
44
kelamin sama. Selain itu Umar Tirtarahadja dan La Sulo (2005:97) menyatakan bahwa kelompok teman sebaya terdiri dari sejumlah individu yang rata-rata usianya hampir sama yang memiliki kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara. Kelompok sebaya merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh yang kuat searah dengan bertambahnya usia anak.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pergaulan teman sebaya adalah kontak langsung yang terjadi antar individu maupun individu dengan kelompok. Kontak tersebut melibatkan anak-anak yang memiliki kesamaan ciri dan berada pada tingkat usia yang sama dan biasanya berasal dari ras, asal etnis,status ekonomi, pemikiran serta tingkat kedewasaan yang hampir sama. Orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan temannya biasanya juga mempunyai tingkat perkembangan atau tingkat kedewasaan yang tidak jauh berbeda.
Teman sebaya yang dipilih biasanya adalah teman yang memiliki kesamaan status sosial dengan dirinya. Misalnya, siswa yang duduk dibangku SD kebanyakan temannya juga sesama siswa, baik yang satu sekolah maupun berbeda sekolah. Jarang ditemui seorang siswa SD berteman akrab dengan orang yang berbeda status sosial dengan dirinya. Teman sebaya tersebut merupakan orang yang sering terlibat dalam melakukan tindakan secara bersama-sama dalam pergaulan.
44 b. Ciri-ciri Teman Sebaya
setelah anak memasuki usia sekolah, anak akan berinteraksi lebih banyak dengan anak-anak lain. Seiring dengan berubahnya minat bermain dan keinginan untuk bergaul dengan anak lain di luar lingkungan rumah, maka permainan yang semula bersifat individual akan berkembang menjadi permainan kelompok. Karena permainan kelompok membutuhkan sejumlah teman bermain, maka lingkungan pergaulan sosial anak secara bertahap bertambah luas.Dengan bertambahnya minat untuk bermain, keinginan untuk bergaul, dan diterima oleh anak-anak lain di luar kelas semakin bertambah.
Ketika anak memasuki usia sekolah, anak akan mengalami
“usia gang” yang merupakan usia dimana kesadaran sosial berkembang dengan pesat. Menjadi pribadi sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama pada periode ini. Anak menjadi anggota kelompok dalam suatu kelompok teman sebaya yang secara bertahap akan menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilakunya.
Teman sebaya mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari teman sebaya menurut Santosa (2009: 81) yaitu :
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
44
Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Kelompok ini tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena semua anggota mem;punyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada satu orang diantara anggota dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang paling disegani dan paling mendominasi dalam kelompok.
2) Bersifat sementara
Teman sebaya ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi dan kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur organisasi yang jelas lebih-lebih jika keinginan masing- masing anggota berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Dapat juga mereka dipisahkan karena keadaan seperti pada teman sebaya saat lulus sekolah dan masing- masing anggota melanjutkan ke jenjang pendidikan yang berbeda.
3) Teman sebaya mengajarkan individu tentang kebudayaan luas Setiap anggota teman sebaya berasal dari lingkungan yang berbeda dan mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula. Dalam teman sebaya mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan masing-masing, sehingga mereka dapat saling belajar. Secara tidak langsung kebiasaan- kebiasaan yang beraneka ragam tersebut dipilih dan
44
disesuaikan dengan kelompok, untuk melanjutkan dijadikan sebagai kebiasaan kelompok.
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya
Teman sebaya yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu-individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial.
Ciri-ciri diatas merupakan cirri-ciri yang menonjol dari gang anak. Ciri terpenting gang anak adalah bahwa gang anak-anak merupakan kelompok sosial yang dibentuk oleh anak-anak sendiri, bukan bentukan orang-orang dewasa atau orang lain. Tujuan utama gang anak adalah memperoleh kesenangan, bukan membuat perilaku yang tidak sosial ataupun membuat kekacauan.Mereka memuaskan kebutuhan sosial anak-anak yang lebih tua dari mereka dan terpenting dari semuanya adalah bahwa merupakan pelaku sosialisasi yang penting pada masa kanak- kanak.Meskipun tidak setiap gang anak memiliki cirri-ciri diatas.
c. Bentuk-bentuk kelompok Teman Sebaya
Menurut Hurlock sebagaimana dikutip oleh Nugraha (2006:
30) adalah sebagai berikut :
44
1) Kelompok sebaya yang bersifat informal. Kelompok sebaya ini dibentuk, diatur, dan dipimpin oleh anak itu sendiri misalnya, kelompok permainan, gang, dan ,lain-lain. Di dalam kelompok ini tidak ada bimbingan dan partisipasi orang dewasa.
2) Kelompok sebaya yang bersifat formal. Di dalam kelompok ini ada bimbingan, partisipasi atau pengarahan orang dewasa. Apabila bimbingan dan pengarahan diberikan secara bijaksana maka kelompok sebaya ini dapat menjadi wahana proses sosialisasi nilai-nilai dan norma yang terdapat dalam masyarkat. Yang termasuk dalam kelompok sebaya ini misalnya, kepramukaan, klub, perkumpulan pemuda dan organisasi lainnya.
3) Teman dekat atau juga disebut sahabat karib, biasanya terdiri dari dua atau tiga orang. Yang menjadi anggota itu biasanya yaitu satu-satunya sahabat paling baik dan paling akrab. Mereka mempunyai minat dan keinginan yang hampir sama.
4) Kelompok kecil biasanya terdiri dari teman-teman dekat.
5) Kelompok teman sebaya yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan kelompok yang terorganisir. Biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan
44
minat mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui anti sosial.
d. Fungsi Teman Sebaya
Menurut Santoso (2009: 79), mengatakan bahwa ada delapan fungsi pertemanan yaitu :
1) Mengajarkan kebudayaan
Dalam peer group diajarkan kebudayaan yang berada ditempat itu.
2) Mengajarkan mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain.
3) Membantu peranan sosial yang baru
Teman sebaya memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
4) Teman sebaya sebgai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masyarakat
Teman sebaya disekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dengan temannya.
5) Dalam kelompok teman sebaya individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain
Karena dengan teman sebaya ini kita dapat merasakan kebersamaan dan saling bergantung sama lain.
44
6) Teman sebaya mengajarkan moral orang dewasa
Teman sebaya bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar memperoleh kemantapan sosial.
7) Dalam teman sebaya, individu dapat mencapai kebebasan sendiri
kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak, atau menemukan identitas diri.
8) Didalam kelompok teman sebaya anak-anak mempunyai organisasi baru
Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat pada keluarga.
Selain itu, Menurut Vembiarto dalam Singgih Tego Saputro (2011: 04), mengatakan bahwa ada lima fungsi pertemanan yaitu :
a) Mempelajari kebudayaan masyarakatnya
Dalam peer group diajarkan kebudayaan yang berada ditempat itu.
b) Mengajarkan mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah perubahan status yang lain.
c) Membantu peranan sosial yang baru
Teman sebaya memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
44
d) Di dalam kelompok teman sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya
Teman sebaya bermain dan belajar bersama teman seusianya.
e) Dalam kelompok teman sebaya anak belajar patuh kepada aturan sosial yang impersonal dan kewibawaan yang impersonal pula.
f) Pengaruh Teman Sebaya
Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku.
Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika individu bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermafaat seperti membentuk kelompok belajar dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksudkan dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial, dan pada lingkungan sekolah berupa pelanggaran terhadap aturan sekolah.
Hubungan teman sebaya yang baik diperlukan untuki perkembangan sosio-emosional yang normal, anak-anak yang ditolak oleh teman sebaya atau menjadi korban temannya maka dia akan merasa kesepian dan beresiko menjadi depresi. Anak-anak yang agresif terhadap teman sebayanya beresiko terlibat dengan sejumlah masalah termasuk penyimpangan dan putus sekolah.
44
Menurut Coplan & Arbeau dalam Santrock (2011: 122) menyatakan bahwa frekuensi interaksi teman sebaya yang dilakukan selama bertahun-tahun baik positif maupun negatif terjadi cukup signifikan.
Anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya yaitu dengan bercakap-cakap atau bermain seperti negoisasi peran dan aturan permainan, berdebat dan menyetujui.
Dampak positif dan negatif teman sebaya dijabarkan oleh Desmita (2014: 230) yang dijabarkan sebagai berikut :
1) Dampak Positif
Fungsi positif teman sebaya menurut Kelly dan Hansen dalam Desmita (2014: 230) yang dijabarkan sebagai berikut :
a) Mengontrol impuls-impuls agresif. Melalui interaksi dengan teman sebaya, anak belajar bgaimana memecahkan berbagai pertentangan dengan cara lain selain dengan tindakan agresif langsung.
b) Memperoleh dorongan emosional dan sosial dari teman sebaya untuk menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja yang mengambil peran dan tanggung jawab baru mereka. Dorongan diperoleh dari teman sebaya menyebabkan berkurangnya ketergantungan anak pada keluarga.
44
c) Meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar mengekspresikan perasaan dengan cara yang baik. Melalui percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, anak belajar mengekspresikan ide-ide dan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah.
d) Mengebangkan sikap terhadap seksualitas dan perilaku peran jenis kelamin. Sikap-sikap seeksual dan perilaku peran jenis kelamin terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Anak belajar mengenai perilaku dan sikap-sikap yang mereka asosiasikan dengan menjadi laki-laki dan perempuan.
e) Memperkuat penyesuain moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa mengajarkan kepada anal-anak mereka tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, anak mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Anak mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.
44
f) Meningkatkan harga diri, yaitu dengan menjadi orang yang disukai oleh teman-temannya membuat anak merasa senang tentang dirinya.
1) Dampak Negatif
a) Anak yang ditolaknya atau diabaikan oleh teman sebayanya akan memunculkan perasaan kesepian atau permusuhan.
b) Budaya dari teman sebaya bisa jadi merupakan suatu bentuk kejahatan yang merusak nilai-nilai dan kontrol orang tua.
c) Teman sebaya dapat mengenalkan anak kepada hal-hal yang menyimpang seperti merokok, alkohol, narkoba, dan sebagainya.
Selain itu, Havinghurst dalam Santoso (2006: 82) menyatakan pengaruh lain dalam kelompok teman sebaya dapat berupa pengaruh positif dan pengaruh negatif.
1) Pengaruh positif dari kelompok sebaya yaitu :
a) Apabila dalam hidupnya individu memiliki kelompok sebaya maka lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
b) Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
44
c) Apabila individu masuk dalam kelompok teman sebaya, setiap anggota kelompok dapat menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya.
d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan dan melatih kecakapan bakatnya
e) Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
f) Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
2) Pengaruh negatif dari kelompok sebaya yaitu :
a) Sulit menerima individu yang tidak memiliki kesamaan.
b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota kelompok.
c) Menimbulkan rasa iri pada anggota yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
e) Timbulnya pertentangan antara kelompok sebaya yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa selain membantu anak-anak menjadi pribadi yang lebih baik, kelompok sebaya juga dapat menunjang perkembangan kualitas yang tidak baik pada anak. Sebagian besar pengaruh buruk tersebut hanya bersifat yang dapat dihilangkan sementara seiring dengan bertambahnya usia anak dan kontrol dari orang tua, karena
44
meskipun teman sebaya memberikan pengaruh yang besar, namun orang tua tetap memainkan peranan yang penting dalam kehidupan remaja. hal ioni dapat terjadi karena antara hubungan dengan orang tua dan hubungan dengan teman sebaya memberikan poemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan yang berbeda dalam perkembangan anak.
g) Manfaat Hubungan Teman sebaya
Menurut Diane dalam Nuryanti (2008: 68) dalam berhubungan dengan teman sebaya, anak dapat mengembangkan keterampilan bersosialisasi dan menjalin keakraban, anak mampu meningkatkan hubungan dengan teman, dan anak mendapatkan rasa kebersamaan.Selain itu, anak termotivasi untuk mencapai prestasi dan mendapatkan rasa identitas. Anak juga mempelajari keterampilan kepemimpinan dan berkomunikasi,bekerja sama, bermain peran, dan membuat atau menaati peraturan.
Rubin dalam Desmita (2014: 227) menyatakan bahwa sahabat memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu, sahabat mengajarkan pada anak mengenai bagaimana berkomunikasi satu sama lain, sehingga anak memperoleh pengalaman belajar untuk mengenali
44
kebutuhan dan minat orang lain, serta bagaimana bekerjasama dan mengelola konflik dengan baik, persahabatan juga memungkinkan anak untuk membandingkan dirinya dengan individu lain, karena anak biasanya menilai dirinya berdasarkan perbandingan dengan anak lain dan persahabatan juga mendorong munculnya rasa memiliki terhadap kelompok.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat hubungan teman sebaya adalah mengembangkan keterampilan bersosialisasi dan menjalin komunikasi satu sama lain , meningkatkan dan mengenali kebutuhan dan minat orang lain serta dapat termotivasi untuk berprestasi. Selain itu, hubungan teman sebaya juga dapat memberikan rasa identitas pada anak serta mempelajari kebudayaan yang berbeda dari teman sebaya yang berasal dari daerah yang berbeda.
2. Interaksi Sosial
a. Pengertian Interaksi Sosial
Menurut Walgito dalam virgia ningrum & choirul anam (2003: 72) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Murdiyatmoko dan handayani dalam buku Arifin (2015: 50) mendefinisikan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan proses saling memmengaruhi
44
yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.Karna anak dilahirkan belum bersifat sosial, yang berarti dia belum belum memiliki kemampuan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya.
Arifin (2015: 50) berpendapat bahwa interaksi sosial merupakan kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat, yang dapat berpengaruh terhadap kelompok masyarakat tempat seorang individu hidup dengan lingkungan sekitarnya. Lalu Soekanto (2003) juga menjelaskan bahwa interaksi merupakan aktivitas-aktivitas dalam suatu pergaulan, berisikan harapan-harapan individu tentang apa yang sepantasnya dilakukan dalam hubungan sosial. Santoso (2014:157) mengatakan interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosia,l dengan individu lain.
44
Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan peer. Menurut Santrock, peers adalah individu-individu yang memiliki usia dan tingkat
kematangan yang sama (Santrock, 1998). Konsep peer group secara khusus menunjuk pada sebuah kelompok pertemanan yang telah mengenal satu sama lain dan menjadi sumber informasi atau perbandingan antara satu sama lainnya. Dari uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, serta masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi tersebut tidak hanya sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi pula saling mempengaruhi satu sama lainnya.
b. Tujuan Interaksi sosial
Menurut Arifin (2015: 52) ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial, yaitu :
a. Terciptanya hubungan yang harmonis
b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan
c. Sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat)
Menurut Soekanto dalam Arifin (2015: 52) interaksi sosial sangat berguna untuk menelaah dan mempelajari banyak masalah
44
dalam masyarakat sebagai contoh di Indonesia, dapat dibahas bentuk-bentuk interaksi sosial yang berlangsung antara berbagai suku bangsa, golongan, yang disebut mayoritas dan minoritas, antara golongan terpelajar dan golongan agama, dan seterusnya.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi sosial, tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
c. Pola Interaksi Sosial
1) Konsep Pola Interaksi Sosial
Menurut Arifin (2015: 53) pada awalnya, sarjana sosiologi menyamakan proses sosial dengan perubahan sosial karena ingin melepaskan diri dari titik berat pandangan para sarjana sosiologi klasik, yang lebih menitikberatkan pada struktur dari pada masyarakat.
Pola dalam sosiologi merupakan gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam interaksi sosial. Contoh pola, antara lain :
a) Seorang anak harus menghormati orang tuanya.
b) Bawahan harus menghormati atasannya.
c) Siswa harus menghormati gurunya.
Terbentuknya pola dalam interaksi sosial melaluin proses cukup lama dan berulang-ulang hingga menemukan model yang
44
tetap untuk di contoh dan ditiru oleh anggota masyarakat. Pola sistem norma pada masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola sistem norma masyartakat lainnya karena pola interaksi masyarakat diterapkan berbeda-beda. Adanya pola interaksi dalam masyarajat akan menghasilkan keajekan. Keajekan merupakan gambaran kondisi keteraturan sosial yang tetap dan relative tidak berubah sebagai hasil hubungan yang selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial.
2) Esensi Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang perseorangan, antar kelompokn manusia, dan antara orang dengan kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan terjadi diantara kedua belah pihak.
Interaksi sosial dapat dikatakan kunci dari semua kehidupan sosial. Oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidpan bersama.interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya dan untuk mencapai tujuannya.
3) Ciri-Ciri Interaksi Sosial
44
Menurut Loomis dalam buku Arifin (2015: 54), suatu hubungan dapat dikatakan interaksi sosial jika memilki ciri-ciri hubungan berikut :
a) Jumlah pelakunya dua orang atau lebih.
b) Komunikasi antar pelaku dengan menggunakan sombol atau lambing-lambang.
c) Dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
d) Tujuan yang hendak dicapai.
b. Faktor-faktor yang Mendasari dan Syarat Terbentuknya Interaksi Sosial
Faktor-faktor yang mendasari terbentuknya interaksi sosial dijabarkan oleh Arifin (2015: 54) yang dijabarkan sebagai berikut :
1) Faktor yang Mendasari Terbentuknya Interaksi Sosial a) Faktor internal adalah faktor yang menjadi dorongan dari
dalam diri seorang untuk berinteraksi sosial. Faktor internal meliputi hal-hal berikut :
(1) Dorongan untuk meneruskan keturunan.
(2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan . (3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan.
(4) Dorongan untuk berkomunikasi.
44
b) Faktor eksternal menurut soekanto dalam buku Arifin (2015: 55) faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial yaitu :
(1) Faktor Imitasi
Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku,penampilan, gaya hidup, maupun yang dimilikinya. Imitasi pertama muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat.
(2) Faktor Sugesti
Yaitu pengaruh, stimulus atau rangsangan yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional.
(3) Faktor Identifikasi
Upaya yang dilakukan oleh seorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hany terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku, tetapi juga melalui proses kejiwaan yang sangat mendalam.
(4) Faktor Simpati
Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain.
Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati
44
akan jauh lebih mendalam jika dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau imitasi saja.
(5) Faktor Motivasi
Rangsangan atau pengaruh yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggunga jawab.
(6) Faktor Empati
Serupa dengan simpati, tetapi tidak hanya perasaan kejiwaan. Empati disertai dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens)
Menurut monks dkk (2002) interaksi secara umum dapat dipengaruhi oleh perkembangan konsep diri dalam seseorang, terkhusus lagi dalam hal individu memandang positif atau negatif terhadap dirinya, sehingga ada yang yang menjadi pemalu atau sebaliknya dan akibatnya kepada masalah hubungan interaksi sosialnya. Faktor-faktornya yaitu:
a) Jenis kelamin kecenderungan teman laki-laki untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih besar dari pada perempuan.
b) Kepribadian ekstrovet karena orang-orang ekstrovet lebih komformitas dari pada introvert.