• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN MULUT DALAM BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN MULUT DALAM BAHASA INDONESIA"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN “MULUT” DALAM BAHASA INDONESIA

NIHON GO NO KUCHI NI KANSURU KANYOUKU NO IMI TO INDONESIA GO NO “MULUT” NO HIKAKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

FITRI UDANI SIAGIAN 160722013

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG EKSTENSI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN “MULUT” DALAM BAHASA INDONESIA NIHON GO NO “KUCHI” NI KANSURU KANYOUKU NO IMI TO

INDONESIA GO NO “MULUT” NO IMI HIKAKU NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

FITRI UDANI SIAGIAN 160722013

Pembimbing I Pembimbing II

NIP : 19610628 2006 04 2 001 NIP : 19580704 1984 12 1 001

Dr. Siti Muharami Malayu, M.HumProf. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG EKSTENSI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(3)

Disetujui oleh :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 2018

Program Studi Sastra Jepang Ketua,

NIP : 19580704 1984 12 1 001

Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Perbandingan Makna Idiom Kuchi dalam Bahasa Jepang dengan Mulut dalam Bahasa Indonesia”.

Penulis sangat menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Dr. Budi Agustono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Siti Muharami Malayu, M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang sangat banyak membantu, senantiasa meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberi bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, MS.,Ph.D, selaku pembimbing II yang memberikan masukan, dukungan serta selalu meluangkan waktunya disaat sibuk.

5. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membaca, menguji, dan menyempurnakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(5)

7. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis, Ayah Syahrun Siagian dan Ibu Dahrima Wati Hasibuan yang saya sayangi dan hormati, yang telah memberikan kasih sayangnya dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Saudaraku tersayang Ismail Marzuki Siagian, Syahbana Siagian, Nila Sri Wahyuni S.Pd, Fuji Yati Siagian S.Pd, dan keponakan penulis Adiba Aisyah Siagian yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Saudaraku tersayang Youth Squad, Dea Shafira Andhini, Friska Ratzan Riana Tanjung, dan kak oje yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis.

10. Teman-teman Ekstensi Sastra Jepang 016 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Medan, 2018 Penulis,

Fitri Udani Siagian 160722013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.6. Metode Penelitian ... 12

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA KATA KUCHI ... 14

2.1. Makna Frasa dalam Bahasa Jepang ... 14

2.2. Pengertian Idiom ... 16

2.2.1. Jenis- Jenis Idiom ... 21

2.2.1.1. Idiom Metafora Inyu ... 21

2.2.1.2. Idiom Metonimi Kanyu ... 22

2.2.1.3. Idiom Sinekdoke Teiyu ... 23

2.3. Jenis-Jenis Idiom Kuchi ... 23

2.3.1. Idiom Kuchi Adjektiva ... 23

2.3.2. Idiom Kuchi Verba ... 23

2.3.3. Idiom Kuchi Nomina ... 25

(7)

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN “MULUT” DALAM BAHASA

INDONESIA ... 26

3.1. MaknaKuchi (mulut) dalam Bahasa Jepang ... 26

3.1.1. Makna Idiom Kuchi ... 27

3.2. Makna Mulut dalam Bahasa Indonesia ... 38

3.2.1. Makna Idiom Mulut ... 38

3.3. Perbandingan Makna Idiom Kuchi dan Mulut ... 45

3.3.1. Idiom Sama Semakna ... 45

3.3.2. Idiom Beda Semakna ... 47

3.3.3. Idiom Sama Beda Makna ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

4.1. Kesimpulan ... 51

4.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat pengantar dalam komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi tersebut bertujuan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauan dari seseorang kepada orang lain yang digunakan berupa bunyi atau ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa mempunyai keterikatan dalam kehidupan manusia. Dalam bermasyarakat, kegiatan manusia selalu berubah, maka bahasa pun ikut berubah. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

Cabang linguistik yang mempelajari tentang makna yang terkandung dalam bahasa adalah semantik. Salah satu objek kajian semantik adalah idiom yang dalam bahasa Jepang disebut kanyouku. Idiom banyak digunakan dalam berkomunikasi. Sebagai contoh, orang Jepang dan orang Indonesia banyak menggunakan idiom dalam tulisan dan percakapan sehari-hari.

Idiom sering kita jumpai dalam berbagai bahasa di dunia, misalnya Indonesia dan Jepang. Kedua negara ini mempunyai idiom tersendiri. Kehadiran idiom dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri.

Sulitnya memahami idiom bagi orang awam, disebabkan karena makna yang tersirat dalam idiom bersifat samar sehingga harus dihubungkan dengan makna

(9)

yang sebenarnya. Menurut Suryadimulya dalam Wahyuningtias dkk, (2015:5) idiom digunakan dalam rangka mempermudah lawan bicara dalam menangkap makna ujaran yang ingin disampaikan oleh penutur.

Menurut Sutedi (2011:175) kanyouku adalah frasa atau klausa yang hanya memiliki makna idiom saja, makna tersebut tidak bisa diketahui meskipun kita memahami makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut.

Chaer (2007:296) menyatakan bahwa idiom merupakan sebuah ujaran yang maknanya tidak dapat ‘diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Menurut kamus Kokugogaku Daijiten, idiom adalah dua kata atau lebih yang digunakan secara bersamaan, dan gabungan kata tersebut menunjukkan arti yang tetap sebagai suatu kesatuan. Dalam bahasa Indonesia, yang biasa menjadi sumber idiom adalah nama bagian tubuh manusia, warna, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bilangan (sudaryat dalam http://ejournal-s1- undip.ac.id/index.php).

Contoh idiom yang memakai bagian dari tubuh yaitu sebagai berikut : a. 足が出る ‘ashi ga deru’

Makna kanyouku : pengeluaran lebih besar daripada pendapatan contoh : 今月は予定以上の買い物をしたので、足が出てしまった。

Kongetsu wa yotei ijou no kaimono wo shita node, ashi ga deteshimatta.

Artinya : karena belanja bulan ini melebihi anggaran, pengeluarannya jadi lebih besar. (Wahyuningtias, 2015:115)

(10)

b. 顔がつなぐ ‘Kao ga tsunagu’

Makna kanyouku : mengadakan hubungan bisnis

Contoh : 彼らに顔をつないでおけば、後で役に立ちますよ。

Karera ni kao wo tsunaide okeba, ato de yaku ni tachimasu yo.

Artinya : jika kita tetap menjaga hubungan dengannya, akan menjadi berguna kepada kita kemudian hari. (Garrison, 2006:15)

Berdasarkan pengetahuan penulis, bahwa cukup banyak idiom bahasa Jepang yang menggunakan kata pada bagian tubuh dalam percakapan sehari-hari bagi orang Jepang. Tidak berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, bahasa Jepang pun menggunakan bagian tubuh dalam idiomnya, diantaranya adalah kuchi yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘mulut’.

Dalam penelitian ini penulis memilih untuk menganalisis perbandingan idiom mulut dalam bahasa Jepang dan idiom‘mulut’ dalam bahasa Indonesia karena

‘mulut’ merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk tempat kita memasukkan makanan yang bermacam-macam ke dalam mulut, dan dapat menggambarkan bermacam-macam ungkapan. Kemudian penulis mengklasifikasikan idiom tersebut dalam hal : idiom sama semakna, idiom beda semakna, dan idiom sama namun beda semakna. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan menganalisisnya dalam bentuk skripsi dengan judul

“ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN ‘MULUT’ DALAM BAHASA INDONESIA”.

(11)

1.2. Rumusan Masalah

Idiom adalah bagian terpenting dalam suatu bahasa, tidaklah mudah untuk menjelaskan definisinya, karena idiom terkenal sebagai zona yang paling menyulitkan dalam mempelajari idiom tersebut.

Tanpa disadari kata-kata yang sering digunakan dalam idiom bukan lagi kata yang dapat diterjemahkan seperti makna leksikal yang dimilikinya, melainkan makna yang tersirat dibalik ungkapan tersebut. Sebagai contoh dalam bahasa Indonesia adalah pemakaian ungkapan : mulut manis, besar mulut, dan panjang mulut. Dalam bahasa Jepang, pemakaian ungkapan :

• 口を出す ‘kuchi wo dasu’

Makna leksikal : mengeluarkan mulut

Makna idiom : ikut campur urusan orang lain

• 口がうまい ‘kuchi ga umai’

Makna leksikal : mulutnya tipis Makna idiom : pembicara yang lihai

• 口をすっぱくする ‘kuchi wo suppakusuru’

Makna leksikal : mulut menganga Makna idiom : kaget, heran

Untuk memahami makna dari beberapa idiom yang telah disebutkan di atas, tidak dapat diartikan dari unsur pembentukannya, karena unsur-unsur kata pembentuk idiom tersebut sudah menjadi satu konstruksi yang tidak terpisahkan.

Berdasarkan menurut kamus linguistik disebutkan bahwa idiom merupakan konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama dengan kata yang lain.

(12)

Penggunaan idiom yang terbentuk dari anggota tubuh (panca indera) dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia yang menimbulkan arti yang beragam atau berbeda dari makna asalnya, sehingga makna kata yang dijabarkan oleh penulis dapat dipahami lebih baik lagi.

Untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap idiom yang ingin dikaji, maka dibuat rumusan terhadap idiom yang dianalisis sebagai berikut :

1. Bagaimna perbedaan dan persamaan dalam penggunaan idiomkuchi bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ bahasa Indonesia?

2. Bagaimana perbedaan dan persamaan dari makna idiom kuchibahasa Jepang dan ‘mulut’ bahasa Indonesia?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penelitian ini, agar pembahasan lebih terarah dan tidak terlalu luas, maka penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan 13 (tiga belas) makna idiom kuchi dalam bahasa Jepang dan 15 (lima belas) idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia. Data idiom bahasa Jepang diambil dari buku “Idiom Bahasa Jepang Memakai Nama-Nama Bagian Tubuh” Karangan Jeffrey G. Garrison terbitan tahun 2006, Buku “Idiom Bahasa Jepang yang Berkaitan dengan Anggota Tubuh”

Karangan Hani Wahyuningtias, dkk Tahun Terbit 2015, dan http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/.

. Data idiom bahasa Indonesia diambil dari buku “Majas, Idiom dan Peribahasa Super Lengkap” Karangan Ainia Prihantini terbitan tahun 2015, Buku

“Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia” Karangan J.S. Badudu terbitan tahun 2008,

(13)

dan buku “Kamus Idiom Bahasa Indonesia ” Karangan Abdul Chaer terbitan tahun 1984.

Dengan membatasi masalah idiom yang memakai anggota tubuh kuchi dalam bahasa Jepang dan ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia, penulis mencari idiom yang sama semakna, idiom yang beda semakna, dan idiom yang sama beda semakna.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka

Berikut ini ditemukan penelitian mengenai idiom yang berhubungan dengan penelitian ini.

Penelitian sebelumnya Marwiyah (2014) merujuk kepada anggota badan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Makna Idiom Te dalam Bahasa Jepang dengan Makna Idiom ‘Tangan’ dalam Bahasa Indonesia”

menyimpulkan bahwa idiom yang terbentuk dari kata Te yang diteliti oleh penulis menimbulkan makna suatu pekerjaan yang dilakukan baik diri sendiri maupun orang lain. Idiom yang terbentuk dari kata Te yang berdiri sendiri dan gabungan dengan huruf kanji yang lain (jamak), tidak mempengaruhi makna kata Te yang selalu berhubungan dengan pekerjaan manusia. Kemudian, menyimpulkan bahwa idiom sama semakna memiliki 3 (tiga) idiom, idiom beda semakna memiliki 5 (lima) idiom, dan idiom sama namun beda makna memiliki 5 (lima) idiom.

Penelitian Hannah Kory Malinda (2015) dalam skripsi yang berjudul

“Analisis Kanyouku ‘Kao’ dan Padanannya dalam Idiom Bahasa Indonesia” yang menyimpulkan bahwa dari beberapa sumber data yang diperoleh 15 kanyouku.

(14)

Kemudian keseluruhan kanyouku kao dan idiom dalam bahasa indonesia, makna- makna idiomatikalnya digunakan untuk menyatakan reputasi seseorang, harga diri seseorang, emosi seseorang, dan menyatakan kedatangan seseorang disuatu pertemuan hanya untuk sekedar basa-basi. Secara leksikalnya makna kata kao sendiri telah mengalami perluasan, namun ada yang dapat diartikan atau dipahami secara leksikalnya saja. Kemudian dari 15 kanyouku terdapat 10 kanyouku yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesia. (http://skripsi.unnes.ac.id).

Penelitian Retno Wulandari (2012) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Makna Kanyouku Kata Kuchi dalam Buku Sanseidou Kanyouku Benran” yang menyimpulkan bahwa dalam buku Sanseidou Kanyouku Benran karangan Kuramochi Yasuo dan Sakata Yukiko terdapat 53 kanyouku yang menggunakan kata kuchi yang dapat disimpulkan antara lain menyatakan “berbicara”. Kemudian mengklasifikasikan kanyouku berdasarkan kelas kata yang terdapat 43 doushi kanyouku, 8 keiyoushi kanyouku, dan 2 meishi kanyouku. Dalam menganalisis makna kanyouku ini terdapat terdapat 17 majas metafora, 30 majas metonimi, dan 7 majas sinekdoke. (http://lib.unnes.ac.id).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Retno Wulandari, penelitian ini tidak hanya menggunakan idiom kuchi saja tapi membandingkan dengan idiom bahasa indonesia yaitu ‘mulut’. kemudian, membuat perbedaan dan persamaan idiom bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini akan menguraikan tentang idiom kuchi dalam bahasa Jepang dengan idiom mulut dalam bahasa Indonesia.

(15)

Semantik berasal dari bahasa inggris semantics. Menurut Kridalaksana (2001:193) semantik adalah bagian dari struktural bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara, dapat juga diartikan sebagai suatu sistem dan penyelidikan makna arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya.

Frasa dalam bahasa Jepang disebut dengan ku. Momiyama dalam Sutedi (2011:174) membagi jenis frasa (klausa) dalam bahasa Jepang berdasarkan maknanya menjadi tiga macam yaitu : fuutsu no ku, rengo, dan kanyouku. Fuutsu no ku adalah frasa biasa, terdiri dari dua kata atau lebih, makna keseluruhannya bisa diketahui dengan cara memahami makna dari setiap kata yang membentuk frasa tersebut, sebagian dari kata yang membentuk frasa tersebut bisa diubah dengan yang lainnya secara bebas. Rengo adalah frasa atau klausa yang makna keseluruhannya bisa diketahui dari makna setiap kata yang menyusun frasa tersebut, tetapi setiap kata tersebut tidak bisa diganti dengan kata yang lainnya meskipun sebagai sinonimnya. Sedangkan kanyouku adalah frasa yang hanya memiliki makna idiom saja, makna tersebut tidak dapat dipahami meskipun kita mengetahui makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut.

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1985:109).

(16)

Dalam suatu idiom terkandung bukan hanya makna kamus tapi juga makna majas, bukan hanya arti kata yang sebenarnya tetapi juga arti kiasan yang merupakan garapan semantik.

Alwasilah dalam Prayogi (2010:8) mendefinisikan idiom adalah grup kata- kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda makna tiap kata dalam grup itu. Setiap kata mungkin artinya sederhana tetapi setelah disatukan banyak idiom yang memiliki arti tidak dapat disimpulkan dari arti setiap bagian kata tersebut.

Pendapat ini didukung oleh pernyataan ahli linguistik Jepang, Yutaka (1984:234) mengatakan bahwa :

慣用句は単語の二つ以上の連結体であって、その結びつきが比較的固、

全体で決まった意味を持つ言葉だと言う程度のところが、一般的な共通理 解にたっているだろう。

“Idiom adalah gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai perpaduan kata-kata yang relative sulit dan secara keseluruhan menjadi kata yang memiliki arti tetap, sehingga menjadi pengertian umum”.

1.4.2. Kerangka Teori

Menurut Koentjaraningrat (1976:11) kerangka teori berfungsi sebagai pendorong proses berfikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkret. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semantik dan idiom yang mencakup tentang pengertian idiom, gejala kemunculan idiom, dan majas dalam perluasan makna kanyouku.

(17)

Momiyama dalam Sutedi (2011:210) mengemukakan pada batasan tentang tiga gaya bahasa yaitu :

a. Metafora (in-yu), yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpamakan sesuatu hal yang lain berdasarkan sifat kemiripan atau kesamaannya.

b. Metonimi (kan-yu), yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpamakan sesuatu hal yang lain berdasarkan berdekatannya atau adanya keterkaitan baik secara ruang maupun secara waktu.

c. Sinekdoke (teiyu), yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengumpamakan sesuatu hal atau perkara yang umum dengan hal atau perkara yang khusus, atau sebaliknya.

Klasifikasi makna kanyouku berdasarkan Reikai Kanyouku Jiten karya Muneo Inoue (1992:1) yaitu :

- Kankaku, kanjou wo arawasu kanyouku adalah kanyouku yang dalam makna idiomatikalnya terdapat luapan perasaan atau emosi.

- Karada, seikaku, taidou wo arawasu kanyouku adalah yang dalam makna idiomatikalnya terkandung suatu kemampuan atau sikap yang merupakan watak dan sulit diubah.

- Kooi, dousha, koodou wo arawasu kanyouku adalah yang dalam makna idiomatikalnya terkandung suatu aktivitas dan perbuatan seseorang.

- Jootai, teido, kachi wo arawasu kanyouku adalah makna idiomatikalnya terkandung suatu keadaan dan terdapat pula derajat dan nilainya.

(18)

Kemudian dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan teori kontekstual makna. Dalam buku linguistik umum Chaer mengungkapkan bahasa kontekstual makna adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam konteks. Makna konteks juga dapat berkenaan dengan situasinya yakni tempat, waktu, lingkungan, penggunaan leksem tersebut (1994:290).Kemudian menurut Sarwiji (2008:71) memaparkan bahwa kontekstual makna muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dan situasi pada waktu ujaran dipakai. Kemudian juga berpendapat bahwa kontekstual makna adalah makna kata yang sesuai dengan konteksnya (2008:72).(http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/12/)

Dari beberapa uraian diatas maksud dari kontekstual makna dapat diartikan sebagai makna kata atau leksem yang berada pada suatu uraian atau kalimat yang dapat mengandung atau menambah kejelasan makna, yang dipengaruhi oleh situasi, tempat, waktu, lingkungan penggunaan kata resebut. Artinya, munculnya kontekstual makna bisa disebabkan oleh situasi, tempat, waktu, dan lingkungan.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian

Dalam setiap penulisan skripsi tentu ada tujuan yang hendak dicapai.

Adapun tujuan tersebut adalah :

1) Untuk mengetahui idiom yang sama dan semakna yang terbentuk dari kata kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia

(19)

2) Untuk mengetahui idiom yang berbeda namun semakna yang terbentuk dari kata kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia

3) Untuk mengetahui idiom yang sama namun beda makna yang terbentuk dari kata kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’

dalam bahasa Indonesia.

1.5.2. Manfaat Penelitian

Dengan mengadakan penelitian terhadap idiom yang menggunakan kata kuchi pada bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia, dapat memberikan manfaat, yaitu :

1) Untuk menambah pemahaman tentang membandingkan makna idiom kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia, terutama dalam hal idiom sama semakna, idiom beda semakna serta idiom sama namun beda makna

2) Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca maupun penulis khususnya untuk mahasiswa jurusan sastra dan bahasa Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dianalisis dalam perbandingan makna idiom kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Koentjaningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin tetang individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Penulisan menggunakan

(20)

metode ini dapat mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai idiom kuchi dalam bahasa Jepang dan idiom ‘mulut’ dalam bahasa Indonesia.

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi pustaka (library research), yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan- catatan, laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Selain itu, penulis juga mengumpulkan data-data dari berbagai situs internet.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mengumpulkan data

2) Meneliti buku-buku atau kamus idiom yang akan dijadikan sebagai objek penelitian.

3) Mencari idiom dalam bahasa Jepang dan idiom bahasa Indonesia yang berhubungan dengan anggota tubuh yaitu ‘mulut’

4) Menganalisis idiom bahasa Jepang dan idiom bahasa Indonesia yang berhubungan dengan idiom sama semakna, idiom beda semakna, dan idiom sama namun beda makna.

5) Menyimpulkan hasil analisis

(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG IDIOM DAN MAKNA KATA KUCHI (口)

2.1. Makna Frasa dalam Bahasa Jepang

Frasa dalam bahasa Jepang disebut ku jika dilihat dari strukturnya terdiri dari atas perpaduan dua kata atau lebih, yang jenisnya berbeda-beda. Misalnya frasa utsukushii keishiki 美 し い け し き ‘pemandangan indah’ merupakan perpaduan antara adjektiva I dan nomina, totemo utsukushii とても美しい‘sangat indah’ adalah perpaduan dari adverbia dan adjektiva, yukiko no tomodachi ゆきこ の友達‘teman yukiko’ adalah perpaduan dari nomina dan nomina, yukkuri aruku ゆ く う り 歩 く ‘berjalan perlahan’ hasil perpaduan dari adverbia dan verba, totemo yukkuri とてもゆっくり‘sangat lamban’ yakni perpaduan dari adverbia dan adverbia, klausa koohii wo nomu コーヒーを 飲 む ‘minum kopi’ adalah perpaduan dari nomina, partikel, dan verba (sutedi, 2011:174).

Momiyama dalam sutedi (2011:174) membagi jenis frasa (klausa) dalam bahasa Jepang berdasarkan pada maknanya menjadi tiga macam, yaitu :

a. Futsuu no ku 普通の句, yaitu frasa biasa, terdiri dari dua kata atau lebih, makna keseluruhannya bisa diketahui dengan cara memahami makna dari setiap kata yang membentuk frasa tersebut, sebagian dari kata yang membentuk frasa tersebut bisa diubah dengan lainnya secara bebas.

Misalnya, dari frasa utsukushii hana ‘bunga yang indah’ bisa dibuat frasa kireina hana ‘bunga yang cantik’, mezurashii hana ‘bunga aneh’, utsukushii keshiki ‘pemandangan yang indah’ dan sebagainya, atau dari

(22)

klausa gohan wo taberu ‘makan nasi = kasar’, gohan taku ‘menanak nasi’, sashimi wo taberu ‘makan sashimi’ dan sebagainya

b. Rengo 連語, yaitu frasa atau klausa yang makna keseluruhannya bisa diketahui dari makna setiap kata yang menyusun frasa tersebut, tetapi setiap kata tersebut tidak bisa diganti dengan kata yang lainnya meskipun sebagai sinonimnya. Misalnya, pada klausa yakusoku wo yaburu ‘ingkar janji’ tidak bisa diganti dengan yakusoku wo kowasu atau yakusoku wo kuzusu, meskipun verba yaburu, kowasu, dan kuzusu bersinonim. Klausa kaze wo toru ‘masuk angin’ tidak bisa diubah menjadi kaze ni kakaru, kaze wo toru, atau kaze wo motsu. Jadi dalam rengo setiap kata sudah menjadi satu pasangan yang tidak bisa diganti dengan yang lainnya.

c. Kanyouku 慣用句, yaitu frasa atau klausa yang hanya memiliki makna idiom saja, makna tersebut tidak bisa diketahui meskipun kita memahami makna setiap kata yang membentuk frasa tersebut.

Dilihat dari maknanya suatu frasa atau klausa ada yang mengandung makna secara leksikal sesuai dengan arti kata jigidoori no imi, ada pula yang mengandung makna secara idiomatikal saja tidak bisa diterjemahkan secara leksikal, dan ada juga yang mengandung makna kedua-duanya. Misalnya, klausa gohan wo taberu (makan nasi) hanya mengandung makna leksikalnya saja, klausa hara ga tatsu (*perut berdiri = marah) hanya mengandung makna idiomatikalnya saja, sedangkan untuk klausa ashi wo arau bisa kedua-duanya yaitu bermakna mencuci kaki secara leksikal dan menghentikan kegiatan yang tidak baik secara idiomatikalnya (sutedi, 2011:174).

(23)

2.2. Pengertian Idiom

Idiom dalam bahasa Jepang disebut dengan kanyouku. Kanyouku adalah dua kata atau lebih yang mempunyai hubungan yang sudah ditetapkan, dan mempunyai makna tertentu tetapi tidak merupakan gabungan makna dasar dari kata-kata pembentuknya. Menurut kamus besar yang berjudul “kokugogaku daijiten” (1980:207) , idiom adalah :

いつも二つ以上の単語が一続きに、または相応じて用いら れ、その結合が全体として、ある固定した意味を表わすも のをさす。

Itsumo futatsu ijou no tango ha hitotsuzuki ni, mata wa ai oujite mochiirare, sono ketsugou ga zentai toshite, aru kotei shita imi wo arawasu mono wo asu.

Artinya : dua kata atau lebih yang digunakan secara bersamaan, dan gabungan kata tersebut menunjukkan arti yang tetap sebagai suatu kesatuan.

Definisi mengenai idiom dalam bahasa Jepang sangat banyak dikemukakan oleh para linguistik Jepang. Berikut ini adalah beberapa pengertian kanyouku menurut para ahli linguistik Jepang, yaitu :

1) Kuramochi (1998:1)

二つ以上の単語が決まった結びをしていて、それぞれの単語の 意味のただつなぎ合わせても理解できない別の意味を表わす言い方。

Futatsu ijou no tango ga kimatta musubi wo shite ite, sorezore no tango no imi no tada tsunagiawasete mo rikai dekinai betsu no imi wo arawasu iikata.

(24)

“kanyouku adalah dua buah kata atau lebih yang penggabungannya sudah ditetapkan, tetapi kita tidak bisa begitu saja bisa memahami makna penggabungannya kata tersebut hanya dengan melihat arti dari tiap kata yang digabungkan, karena kanyouku mengungkapkan makna yang berbeda”.

2) Matsumura (1998:339)

二つ以上の単語が結びつき、全体として特定の意味を表わす言 い方。

Futatsu ijou no tango ga musubitsuki, zentai toshite tokutei no imi wo arawasu iikata.

“kanyouku adalah dua kata atau lebih yang digabungkan menjadi satu, yang secara keseluruhan memiliki makna tertentu”.

3) Sakata (1995:214)

二つ以上の単語がつながり、それぞれの意味ではなく、全体と して別の意味を表わすもの。

Futatsu ijou no tango ga tsunagari, sorezore no imi dewanaku, zentai toshite betsu no imi wo arawasu mono.

“kanyouku adalah gabungan dua kata atau lebih yang secara keseluruhan memiliki makna baru (makna yang berbeda dengan setiap makna yang digabungkan)”.

4) Miyaji (1984:328)

(25)

慣用句と言う用語は一般に広く使われているけれども、その概 念がはっきりしているわけでわない。ただ、単語の二つ以上の連結 体であって、その結びつきが比較的固く、全体で決まった意味を持 つ言葉だと言う程度のところが、一般的な共通理解になっているだ ろう。

Kanyouku to iu yougo wa ippan ni hiroku tsukawareteiru keredemo, sono gainen ga hakkiri shiteru wake dewanai. Tada, tango no futatsu ijou no renketsutai de atte, sono musubitsuki ga hikaku teki kataku, zentai de kimatta imi wo motsu kotoba da to iu teido no tokoro ga, ippanteki na kyoutsuu rikai ni natteiru darou.

“istilah idiom pada umumnya digunakan secara luas, tetapi tidak memiliki konsep yang jelas. Idiom hanya merupakan gabungan dua kata atau lebih dan gabungan tersebut membentuk satu kesatuan serta mempunyai hubungan yang relatif erat, dan derajat kata-katanya mempunyai makan yang ditentukan secara keseluruhan, namun biasanya mempunyai pemahaman yang sama”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kanyouku adalah ungkapan bahasa berupa gabungan dua kata atau lebih yang membentuk sebuah makna yang berbeda dari makna leksikalnya.

Sementara itu, kanyouku dalam bahasa Indonesia disebut dengan idiom.

Beberapa pengertian idiom menurut para pakar, yaitu :

(26)

Menurut Keraf (1985:109) menyatakan bahwa idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logika atau secara gramatikal dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.

Menurut Chaer (2007:296) menyatakan idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya baik secara leksikal maupun gramatikal.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa idiom adalah suatu ungkapan untuk menyatakan suatu maksud, yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan secara leksikal dan gramatikal dari masing- masing unsur pembentukannya.

Menurut Sutedi (2011:175), jika dilihat dari strukturnya kanyouku ada empat tipe, yaitu :

1) Tidak bisa diselipi apapun

2) Tidak bisa berubah posisi (menjadi suatu pemodifikator)

3) Tidak bisa diganti dengan kata yang lain (sinonim dan antonim)

4) Ada yang hanya dalam bentuk menyangkal saja dan tidak bisa diubah ke dalam bentuk positif.

Tipe pertama, misalnya idiom hone wo oru yang secara leksikal diterjemahkan mematahkan tulang, klausa ini digunakan untuk menyatakan kerja keras dalam melakukan sesuatu, sehingga lebih dekat dengan ungkapan membanting tulang dalam bahasa Indonesia. Klausa ini digunakan dalam kalimat secara satu set dan tidak bisa diselipi oleh kata yang lainnya.

(27)

Tipe kedua, misalnya idiom hara wo tateru (membuat perut berdiri membuat marah), digunakan dalam konteks berikut.

あいつの態度にみんなが腹を立てた。

Aitsu no taido ni minna ga hara wo tateta

‘semuanya marah terhadap perilaku dia’.

*あいつの態度にみんなが立てた腹。

*Aitsu no taido ni tateta hara.

Idiom hara wo tateru sama sekali tidak bisa berubah urutan misalnya dalam bentuk modifikasi seperti contoh (*). Tetapi kalau dalam bentuk hara wo tateta watashi (saya yang marah) tidak menjadi masalah sebab bentuk asalnya hara wo tateta tidak berubah.

Tipe ketiga, misalnya pada idiom hana ga takai (*hidungnya tinggi) digunakan untuk menyatakan arti sombong atau besar kepala dalam bahasa Indonesia, dan idiom hara ga tatsu (perut berdiri marah). Sebagian dari idiom tersebut tidak bisa diganti dengan kosakata yan lainnya baik sebagai sinonim maupun sebagai antonimnya, misalnya *hana ga hikui (hidung rendah) dengan maksud untuk menyatakan tidak sombong, atau *onaka ga tatsu (perut berdiri) dengan maksud menghaluskan kata perut.

Tipe keempat, yaitu ada frasa (idiom) yang digunakan hanya dalam bentuk menyangkal (bentuk –nai) saja, dan tidak bisa diubah menjadi bentuk positif.

misalnya udatsu ga agaranai (kehidupannya tidak meningkat), moto mo ko mo nai (sia-sia) tidak bisa diubah menjadi *udatsu ga agaru atau *moto mo ko mo aruSutedi (2011:176).

(28)

2.2.1. Jenis-Jenis Idiom

Menurut momiyama dalam sutedi (2011:176), dilihat dari makna terkandung di dalamnya frasa ada dua macam, yaitu ada yang memiliki makna idiomatikal (kanyouku to shite no tokushutekina imi) saja, dan ada juga frasa yang memiliki makna secara leksikal (mojidouri no imi) sekaligus memiliki makna idiomatikal.

Kanyouku yang memiliki dua makna, yaitu secara leksikal dan secara idiomatikal dapat dijelaskan dengan menggunakan ketiga jenis gaya bahasa (hiyu), yaitu metafora (in-yu), metonimi (kan-yu), dan sinekdoke (teiyu). Dalam mendeskripsikan makna suatu kanyouku, terutama yang tidak ada makna leksikalnya, selain menggunakan ketiga jenis majas (hiyu) di atas, perlu juga melihat berbagai unsur lainnya seperti budaya dan kebiasaan masyarakat pemakai bahasa tersebut.

2.2.1.1. Idiom Metafora Inyu ( 隠喩 )

Metafora inyu ( 隠 喩 ) yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau perkara, dengan cara mengumpamakannya dengan perkara atau hal yang lain, berdasarkan pada sifat kemiripan atau kesamaannya. Lakoff dan johnson (1996) menggambarkan bahwa metafora bisa dinyatakan dalam bentuk ‘A is B’, dan dalam bahasa Jepang bisa diekspresikan dalam bentuk ‘A wa B de aru’. Sedangkan dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan ‘A adalah B’. Tentunya hal ini bukan merupakan suatu

(29)

ungkapan yang menyatakan pasti, bahwa A adalah 100% B, tetapi hanya perumpamaan saja (Sutedi, 2011:211).

Misalnya pada kalimat : kimi wa boku no tayoo da (kau adalah mata hari ku) merupakan salah satu contoh dari metafora, karena antara kata mata hari dan kata kau terdapat sifat kesamaannya, misalnya kedua-duanya merupakan hal yang paling diperlukan.

2.2.1.2. Idiom Metonimi Kanyu ( 韓愈 )

Metonimi kanyu ( 韓 愈 ) yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan suatu hal atau perkara, dengan cara mengumpamakannya dengan perkara atau hal lain, berdasarkan pada sifat kedekatannya atau keterkaitan antara kedua hal tersebut.

Momiyama dalam sutedi (2011:168) memaparkan bahwa dalam metonimi terkandung sifat kedekatan secara ruang dan waktu, serta dalam hubungan bagian-keseluruhan dalam suatu kesatuan. Misalnya pada kalimat nabe ga nieru (panci mendidih) adalah contoh dari metonimi, karena mendidih adalah airnya bukan pancinya, air dan panci merupakan dua hal yang berdekatan secara ruang.

Kata otearai (tempat cuci tangan) merupakan contoh dari metonimi, karena terkandung makna youben suru (buang air besar) dan te wo arau (mencuci tangan).

Kebiasaan orang Jepang, setelah buang air besar dibersihkannya dengan tisu, lalu mencuci tangan. Hubungan antara ‘buang air’ dan ‘cuci tangan’ pada peristiwa tersebut berdekatan secara waktu.

(30)

2.2.1.3. Idiom Sinekdoke Teiyu ( 提喩 )

Sinekdoke teiyu ( 提 喩 ) yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu hal atau perkara yang umum dengan hal atau perkara yang khusus, atau sebaliknya. Misalnya pada kata hana (bunga) pada kata hanami (melihat bunga sakura) merupakan contoh dari sinekdoke. Dalam hal ini kata hana yang berarti ‘bunga secara umum’ digunakan lebih khusus lagi, yaitu menunjukkan pada ‘bunga sakura’. Kemudian pada kata tamago (telur) juga merupakan contoh dari sinekdoke, sebab makna kata telur secara umum mencakup telur ayam, menunjuk salah satu jenis saja, yaitu telur ayam.

2.3. Jenis-Jenis Idiom Kuchi (口)

2.3.1. Idiom Kuchi (口) Adjektiva

Idiom yang terbentuk atas gabungan nomina dan adjektiva yang diikuti oleh partikel ga (が).

Contoh :

口がうまい (kuchi ga umai)、口がうるさい (kuchi ga urusai)、口が多い (kuchi ga ooi)、口が重い (kuchi ga omoi)、口が堅い (kuchi ga katai)、口が軽 い (kuchi ga karui)、口が悪い (kuchi ga warui)、口が寂しい (kuchi ga sabishii).

2.3.2. Idiom Kuchi (口) Verba

(31)

idiom kuchi (口) verba dapat dibedakan menjadi idiom kuchi (口) verba intransitif dan idiom kuchi (口) verba transitif serta idiom kuchi (口) verba yang menggunakan partikel ni (に) dalam pembentukannya.

1) Idiom kuchi (口) verba Transitif

Ditandai dengan adanya partikel wo (を) dalam pembentukannya.

Contoh :

口を合わせる (kuchi wo awaseru)、口を入れる (kuchi wo haireru) 、 口を掛ける (kuchi wo kakeru)、口をきく(kuchi wo kiku)、口を切る (kuchi wo kiru)、口を極めて (kuchi wo kiwamete)、口をすっぱくする (kuchi wo suppakusuru)、口を滑らす (kuchi wo suberasu)、口を添える (kuchi wo soeru)、口をそろえる (kuchi wo soroeru)、口を出す (kuchi wo dasu)、口を衝いて出る (kuchi wo hataraite deru)、口を噤む (kuchi wo tsugumu)、口を慎む (kuchi wo tsutsushimu)、口を尖らせる (kuchi wo togaraseru)、口を開く(kuchi wo hiraku)、口を封じる (kuchi wo fuujiru)、口を割る (kuchi wo waru)、口を閉ざす (kuchi wo tozasu)、

口を拭う (kuchi wo nuguu)、口を糊する (kuchi wo norisuru)、口を挟 む (kuchi wo hasamu)、口を叩く(kuchi wo tataku)、口を結ぶ (kuchi wo musubu)、口を閉じる (kuchi wo tojiru).

2) Idiom kuchi (口) verba Intransitif

Ditandai dengan adanya partikel ga (が) dalam pembentukannya.

Contoh :

(32)

口が奢る (kuchi ga ogoru)、口が掛かる (kuchi ga kakaru)、口が腐っ ても (kuchi ga kusattemo)、口が肥える (kuchi ga koeru)、口が過ぎる (kuchi ga sugiru)、口がすっぱくなる (kuchi ga suppaku naru)、口がす べる (kuchi ga suberu)、口が干上がる (kuchi ga hiagaru)、口が減らな い (kuchi ga heranai)、口が曲がる (kuchi ga magaru)、口が回る (kuchi ga mawaru)、口が塞ぐ (kuchi ga fusagu)、開いた口がふさがら ない (aita kuchi ga fusagaranai).

3) Idiom kuchi (口) verba Intransitif

Ditandai dengan adanya partikel ni (に) dalam pembentukannya.

Contoh :

口から先に生まれる (kuchi kara sei ni umareru)、口に合う (kuchi ni au)、口にする (kuchi ni suru)、口に出す (kuchi ni dasu)、口に出る (kuchi ni deru)、口に上げる (kuchi ni ageru)、口に任せる (kuchi ni makaseru)、口の端に上る (kuchi no hana ni noboru)、口ほどにもない (kuchi hodo ni mo nai).

2.3.3. Idiom Kuchi (口) Nomina

Idiom kuchi (口)nomina ditandai dengan adanya partikel mo (も) dan no (の) dalam pembentukannya.

Contoh :

口の下から (kuchi no shita kata)、口も八丁手も八丁 (kuchi mo hacchou te mo hacchou).

(33)

BAB III

ANALISIS PERBANDINGAN MAKNA IDIOM KUCHI DALAM BAHASA JEPANG DENGAN “MULUT” DALAM BAHASA INDONESIA 3.1 Makna Kuchi (口) dalam Bahasa Jepang

Menurut Matsuura (1994:557) kuchi (口) memiliki makna, yaitu :

a. Mulut, contoh : 口 を 開 け る (kuchi wo akeru) memiliki arti membuka mulut.

b. Kata-kata, contoh : 口で言えない (kuchi de ienai) memiliki arti tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata.

c. Indera pengecap, contoh : 口に合う (kuchi ni au) memiliki arti sesuai dengan selera, cocok dengan lidah.

d. Lowongan, contoh : 口 を 探 す (kuchi wo sagasu)memiliki arti mencari lowongan pekerjaan, dan 大 会 社 か ら 口 が か か る (daigaisaha kara kuchi ga kakaru) memiliki arti ditawari lowongan di suatu perusahaan besar. Menurut orang Jepang, istilah 大会社か ら 口 が か か る sudah jarang digunakan sekarang ini dan menggantinya dengan 働きから声がかかる (hataraki kara koe ga kakaru)

Menurut Garrison (2006:41-42) kuchi memiliki arti ganda dan muncul sebagai imbuhan akhir dari berbagai jenis kata majemuk. Disamping itu, bagian mulut sebagai anggota tubuh tempat kita memasukkan makanan dan juga bermacam-macam ke dalamnya, kuchi juga berarti apa yang kita “sebut” seperti

(34)

apa yang kita katakan dan menggambarkan bermacam-macam ungkapan.

Misalnya, kuchi kazu no sukunai otoko yang berarti ‘seseorang yang pendiam’.

Kuchi juga berarti hal yang menyerupai mulut, seperti mulut tempayan seperti dalam kuchi no hiroi bin yaitu ‘tempayan yang besar mulutnya’. Juga dapat berarti apabila seseorang berbicara seperti sedang makan, menggigit makanan dengan lezat, akhirnya, berbicara atau “sebuah perbuatan”, seperti hitokuchi.

Kuchi muncul dalam kata majemuk (dengan k kadang-kadang berpindah ke g) seperti touzan-guchi, secara harfiah ‘mulut gunung’ atau ‘kepala gerobak’, dan selalu menunjukkan tempat memulai sesuatu, berakhir atau melewati. Dalam hal yang sama, kuchi muncul dalam kata majemuk yang menunjukkan permulaan pekerjaan atau shuushoku-guchi. Tetapi ini hanya sebagai permulaannya jono- kuchi, yang secara harfiah berarti bagian terbawah dalam pergulatan sumo.

3.1.1. Makna Idiom Kuchi (mulut)

1. Makna Idiom 口 が 重 い “Kuchi ga Omoi” (Wahyuningtias,dkk.

2015:55)

口 が 重い

Mulut Berat

Makna 重い‘omoi’ adalah berat (Matsuura, 1994:762).

Makna idiom 口が重い “Kuchi ga Omoi” adalah pendiam; tidak terlalu banyak bicara. Idiom ini memiliki makna netral.

Contoh :

(35)

バガスさんはいつもは口が重いが、好きなバドミントンのこと はよくはなす。

Bagasu san ha itsumo ha kuchi ga omoiga, sukina badominton no koto ha yoku hanasu.

Bagas biasanya tidak terlalu banyak bicara, tetapi untuk urusan badminton dia banyak bicara.

リアさんはいつもは口が重いけど、必要なことははっきり言い ます。

Ria san ha itsumo ha kuchi ga omoi kedo, hitsuyouna koto ha hakkiri iimasu.

Ria biasanya tidak terlalu banyak bicara, tetapi dia akan mengatakan hal yang perlu dengan jelas.

2. Makna Idiom 口が軽い “Kuchi ga Karui” (Garrison, 2006:42)

口 が 軽い

Mulut Ringan

Makna 軽い ‘karui’ adalah ringan; enteng (Matsuura, 1994:442).

Makna idiom 口 が 軽 い “kuchi ga karui” adalah tidak dapat menyimpan rahasia. Idiom ini memiliki makna negatif.

Contoh :

高橋さんは口が軽いので気を付けた方がいいよ。

Takahashi san ha kuchi ga karui no deki wo tsuketa hou ga ii yo.

Takahashi tidak bisa merahasiakan apa-apa (takahashi suka bocor mulut), jadi lebih baik hati-hatilah berbicara kalau ada dia.

(36)

あの人に秘密を話したのが失敗だね。口が軽いので有名なんだ から。

Ano hito ni himitsu wo hanashita no ga shippai da ne. Kuchi ga karui no de yuumei nan da kara.

Memberitahukan rahasia kepadanya merupakan kesalahan besar.

Karena dia suka membesar-besarkan omongan.

3. Makna Idiom 口を閉じる“Kuchi wo Tojiru”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 を 閉じる

Mulut Menutup

Makna 閉 じ る ‘tojiru’ adalah menutup; menutupkan;

mengatupkan (Matsuura, 1994:1083).

Makna Idiom 口を閉じる“Kuchi wo Tojiru”adalah berdiam diri.

Idiom ini memiliki makna netral.

Contoh :

質問が核心に触れると、口を閉じってしまう。

Shitsumon ga kakushin ni fureru to, kuchi wo tojitte shimau.

Saya tidak bisa mengatakan apapun, ketika pertanyaan menyinggung inti persoalan.

これはお二人の問題だから、あまり口を閉じるほうがいいと思 う。

(37)

kore wa ofutari no mondai dakara, amari kuchi wo tojiru hasamanai hou ga ii to omou.

Menurutku lebih baik kita diam saja, karena ini adalah masalah mereka berdua.

4. Makna Idiom 口を開く“Kuchi wo Hiraku”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 を 開く

Mulut Membuka

Makna 開 く ‘hiraku’adalah membuka, mengadakan, mekar (Matsuura, 1994:286).

Makna Idiom 口を開く“Kuchi wo Hiraku”adalah mulai berbicara setelah berdiam diri. Idiom ini memiliki makna positif.

Contoh :

やっと重い口を開いて、事件の様子を語り出した。

Yatto omoi kuchi wo hiraite, jiken no yousu wo katari dashita.

Akhirnya dengan berat saya mulai menceritakan peristiwa itu.

口を開けば姑の悪口ばかり。

Kuchi wo hirakeba shuutome no waruguchi bakarida.

Dia tidak pernah membuka mulutnya kalau berbicara buruk tetang ibu mertuanya.

(38)

5. Makna idiom 口が開かない “kuchi ga hirakanai”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 が 開かない

Mulut Tidak Terbuka

Makna 開かない‘hirakanai’ berasal dari kata 開く‘hiraku’ yaitu : membuka, mengadakan, mekar (Matsuura, 1994:286).

Makna idiom 口が開かない “kuchi ga hirakanai” adalah sengaja berdiam diri. Idiom ini memiliki makna negatif.

Contoh :

質問が核心に触れると、固く口が開かないんでしまう。

Shitsumon ga kakushin ni fureru to, kataku kuchi wo hirakanainde shimau.

Saya tidak bisa mengatakan apapun, ketika pertanyaan menyinggung inti persoalan.

妻は、口を開かないばいつもぐちばかりだ。

Kuchi wa, kuchi ga hirakanaiba itsumo guchi bakarida.

Istri saya selalu mengeluh kalau saya tidak membuka mulut

6. Makna idiom 口をつぐむ “kuchi wo tsugumu”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 を つぐむ

Mulut Tutup

(39)

Makna つ ぐ む ‘tsugumu’ adalah merapatkan bibir. (Matsuura, 1994:1110).

Makna idiom 口をつぐむ “kuchi wo tsugumu” adalah berdiam diri.

Contoh :

彼は口をつぐんで語らなかった

Kare ha kuchi wo tsugunde katarana katta.

Bibirnya terkunci rapat.

問題が核心に触れると、口をつぐんでしまう。

mondai ga kakushin ni fureru to, kuchi wo tsugunde shimau.

saya tidak bisa mengatakan apapun, ketika pertanyaan menyinggung inti persoalan

7. Makna idiom 口汚い “Kuchi Gitanai”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 汚い

Mulut Kotor

Makna 汚 い ‘kitanai’ adalah kotor; dekil; jorok (Matsuura, 1994:506)

Makna idiom 口汚い “Kuchi Gitanai” adalah mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang kotor. Idiom ini memiliki makna negatif.

Contoh :

あの人は口汚いが、根はいい人なんです。

(40)

Ano hito ha kuchigitanai ga, ne ha ii hito nan desu.

Orang itu omongannya kotor, tapi pada dasarnya dia orang yang baik.

彼はいつも汚い考え方をする。

Kare ha itsu mo kitanai kangaetakata wo suru.

Pikirannya selalu kotor.

8. Makna Idiom 口が過ぎる “Kuchi ga Sugiru” (Garrison, 2006:43)

口 が 過ぎる

Mulut Banyak

Makna 過 ぎ る ‘sugiru’ adalah Melewati; Melampui; Lewat, Berlalu; Lampau; Lepas, Terlalu (Matsuura, 1994:1001).

Makna idiom 口が過ぎる “Kuchi ga Sugiru” adalah banyak bicara.

Idiom ini memiliki makna negatif.

Contoh :

「少し口が過ぎるぞ」と彼は私をたしなめた。

“sukoshi kuchi ga sugiru zo”to kare ha watashi wo tashinameta.

“kamu keterlaluan, berkata seperti itu,”hardiknya.

おせっかいだと言ったのは、私も口が過ぎたと反省している。

Osekkai da to itta no ha, watashi mo kuchi ga sugita to hansei shite iru.

Saya kira saya terlepas omong tatkala saya berkata : itu bukan urusan mu

(41)

9. Makna Idiom 口 が 堅 い “Kuchi ga Katai” (Wahyuningtias,dkk.

2015:54)

口 が 堅い

Mulut Keras

Makna 堅 ( 固 い ) ‘katai’ adalah keras; kaku (Matsuura, 1994:447-448).

Makna idiom 口が堅い “Kuchi Ga Katai” adalah dapat memegang rahasia. Idiom ini memiliki makna netral.

Contoh :

マリアさんは口が堅いから、どんなことでも安心して相談でき る。

Maria san wa kuchi ga katai kara, donna koto demo anshin shite soudan dekiru.

Karena maria bisa menjaga rahasia, saya bisa mendiskusikan hal apa pun dengan nyaman dengannya.

大丈夫です。私は口が堅いから、ほかの人は話しませんよ。

Daijoubu desu. Watashi wa kuchi ga katai kara, hoka no hito ni wa hanashimasen yo.

Tidak apa-apa. Karena saya bisa menjaga rahasia, tidak akan saya katakan kepada orang lain kok.

10. Makna Idiom 口 が 悪 い “Kuchi ga Warui” (Wahyuningtias,dkk.

2015:57)

(42)

口 が 悪い

Mulut Buruk

Makna 悪い ‘warui’ adalah Buruk; jelek; jahat; durjana, Sial;

buruk, Tidak sedap; tidak enak, Berbahaya, Salah, Sakit (Matsuura, 1994:1158).

Makna idiom 口 が 悪 い adalah bicaranya ketus, mengatakan dengan mudahnya walaupun itu menyakiti perasaan orang lain. Idiom ini memiliki makna negatif.

Contoh :

ソニさんは口が悪いけど、本当はやさしんだ。

Soni san ha kuchi ga warui kedo, hontou ha yasashinda.

Soni bicaranya ketus, tetapi sebenarnya dia orang yang baik.

イタさんは本当なのに、口が悪いからきらいだという人が多い。

Ita san wa hontou nanoni, kuchi ga warui kara kirai da to iu hito ga ooi

Ita sebenarnya orang yang baik, tetapi karena bicaranya ketus, orang yang tidak suka padanya banyak.

11. Makna Idiom 口から生に生まれる “Kuchi Kara Sei ni Umareru”

(Garrison, 2006:45)

口 生まれる

Mulut diluan lahir

(43)

Makna 生 ま れ る ‘umareru’ adalah Lahir; Dilahirkan, Terjadi;

timbul (Matsuura, 1994:1137).

Makna idiom 口 か ら 生 に 生 ま れ る “Kuchi Kara Sei ni Umareru”adalah mulut mesin, tidak tahu berhenti, suka membual, suka berbicara. Idiom ini memiliki makna positif.

Contoh :

子供のころ、口から生に生まれてきたにだろうとよく言われた。

Kodomo no koro, kuchi kara saki ni umarete kita no darou to yoku iwareta.

Waktu kecil, orang sering berkata saya pasti dilahirkan dengan mulut besar.

あの人はおしゃべりで、口から生に生まれてきたような人だ。

Ano hito ha oshaberi de, kuchi ga sei ni umareru kita youna hito da Orang itu pintar bicara, pasti bawaan sejak lahir

12. Makna Idiom 口がす べる“Kuchi ga Suberu” (Wahyuningtias,dkk.

2015:56)

口 が すべる

Mulut Terpeleset

Makna すべる ‘suberu’ adalah Meluncur, Tergelincir; terpeleset, Licin, Ditolak; tak lulus; gagal masuk; terpeleset (Matsuura, 1994:1000).

(44)

Makna idiom 口がすべる adalah mudah membicarakan sesuatu yang dianggap rahasia, terlepas omongan. Idiom ini memiliki makna netral.

Contoh :

ハナさんに恋人がいることは秘密だったのに、口がすべって、

みんなに話してしまった。

Hana san ni koibito ga iru koto wa himitsu datta noni, kuchi ga subette, minna ni hanashite shimatta.

Meskipun saya sudah mengatakan pada Hana bahwa saya punya pacar itu adalah hal yang rahasia, dia keceplosan bicara pada semua orang.

話してはいけないことをわかっていたのですが、お酒を飲んだ ら、つい口がすべって話してしまいました。

Hanashite wa ikenai koto wa wakatteita no desu ga, osake wo nondara, tsui kuchi ga subette hanashite shimaimashita

Saya mengerti bahwa tidak seharusnya hal ini dibicarakan, tetapi saat minum sake, akhirnya saya keceplosan.

13. Makna Idiom 口がうるさい “Kuchi ga Urusai”

(http://pustaka.unpad.ac.id/archives/3317/)

口 が うるさい

Mulut Cerewet

(45)

Makna うるさい ‘urusai’ adalah Cerewet; rewel, Menyusahkan, Ingar bingar(Matsuura, 1994:1144).

Makna Idiom 口 が う る さ い “Kuchi ga Urusai” adalah suka mengkritik, menghina. Idiom ini memiliki makna netral.

Contoh :

世間の口がうるさいから、自重したほうがいい。

Seken no kuchi ga urusai kara, jichoushita hou ga ii.

Lebih baik berhati-hati, karena masyarakat suka mengkritik.

口がうるさい連中の言の葉にののりたくない。

Kuchi ga urusai renchuu no koto no ha ni no noboritakunai.

Saya tidak mau diganggu mulut-mulut rewel.

3.2. Makna Mulut dalam Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:598), mulut memiliki makna antara lain :

1. rongga di muka, tempat gigi dan lidah, untuk memasukkan makanan (pada manusia atau binatang).

2. lubang, liang, atau apa saja yang rupanya sebagai mulut; bagian dari barang tempat masuknya sesuatu.

3. Cakap; perkataan.

4. Lubang untuk meluahkan zat alir.

(46)

3.2.1. Makna Idiom Mulut

1. Makna Idiom ‘Berat Mulut’ (Badudu, 2008:243) Makna Berat :

Besar ukurannya (diantara jenisnya atau benda-benda yang serupa), besar tekanannya (timbangannya), payah; parah, sulit (susah, sukar) melakukannya, melebihi ukuran, sukar digerakkan, memihak, cenderung, sangat keras, susah; celaka.

(KBBI, 1990:106)

Makna idiom ‘Berat Mulut’ adalah pendiam dan pemalu; tak suka banyak bicara.

Contoh :

anak yang berat mulut sukar diajak bercakap-cakap.

2. Makna Idiom ‘Ringan Mulut’ (Prihantini, 2015:12) Makna Ringan :

Dapat diangkat dengan mudah, sedikit bobotnya, enteng, tidak berat, tidak membahayakan; tidak parah, mudah dikerjakan, sedikit (tidak besar) jumlahnya, sebentar (tidak lama). (KBBI, 1990:749)

Makna idiom ‘Ringan Mulut’ adalah tidak dapat menyimpan rahasia.

Contoh :

karena ibu itu ringan mulut, dia jadi dibenci oleh para tetangganya.

(47)

3. Makna Idiom ‘Tutup Mulut’ (Prihantini, 2015:12) Makna Tutup :

Benda yang menjadi alat untuk membatasi suatu tempat sehingga tidak terlihat isinya, tidak dapat dilewati, terjaga keamanannya. (KBBI, 1990:978)

Makna idiom ‘Tutup Mulut’ adalah berdiam diri.

Contoh :

meskipun diperiksa siang malam, tertuduh tetap tutup mulut.

4. Makna Idiom ‘Buka Mulut’ (Chaer, 1984:39) Makna Buka :

Membuka; terbuka, jarak; antara; lebar, berjualan atau bekerja. (KBBI, 1990:132)

Makna idiom ‘Buka Mulut’ adalah mulai berbicara setelah berdiam diri.

Contoh : setelah membujuknya dengan berbagai macam cara, akhirnya dia buka mulut.

5. Makna Idiom ‘Mulut Kotor’ (Badudu, 2008:242) Makna Kotor :

Melanggar kesusilaan, tidak patut, keji, tidak bersih; kena noda, banyak sampahnya (barang bekas, barang busuk);

(48)

jorok; menjijikkan, tidak mengikuti aturan; tidak jujur.

(KBBI, 1990:464)

Makna idiom ‘Mulut Kotor’ adalah mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang kotor.

Contoh : tak suka aku bergaul dengan orang yang berkotor mulut itu.

6. Makna Idiom ‘Banyak Mulut’ (Badudu, 2008:243) Makna Banyak :

Besar jumlahnya; tidak sedikit, jumlah bilangan, amat sangat; lebih-lebih. (KBBI, 1990:79)

Makna idiom ‘Banyak Mulut’ adalah banyak bicara; banyak cakap.

Contoh : jangan banyak mulut saja, orang ingin melihat bukti.

7. Makna Idiom ‘Keras Mulut’ (Badudu, 2008:243) Makna Keras :

Padat kuat dan tidak mudah berubah bentuknya atau tidak mudah pecah, gigih; sungguh-sungguh hati, hebat; menjadi- jadi, Tidak mengenal belas kasihan, tidak lemah lembut.

(KBBI, 1990:424)

Makna idiom ‘Keras Mulut’ adalah tidak mudah menurut.

Contoh : orang tuanya selalu menasehatinya beruang kali, tetapi dia tetap keras mulut.

8. Makna Idiom ‘Buruk Mulut’(Chaer, 1984:42) Makna Buruk :

(49)

Jahat; tidak menyenangkan (tentang kelakuan dan sebagainya), rusak atau busuk karena sudah lama, tidak cantik; tidak elok, jelek (muka,rupa). (KBBI, 1990:140) Makna idiom ‘Buruk Mulut’ adalah mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang tidak baik.

Contoh : ita sebenarnya orang yang baik, tetapi karena buruk mulut, orang yang tidak suka padanya banyak.

9. Makna Idiom ‘Menutup Mulut’(Chaer, 1984:185) Makna Menutup :

Menyekat (menyumbat, menimbun), menyembunyikan, merahasiakan, menjadikan tidak terbuka (mengatupkan, mengunci, merapat), menyudahi; mengakhiri. (KBBI, 1990:978)

Makna idiom ‘Menutup Mulut’ adalah menyuap.

Contoh : paman menutup mulut pihak penerimaan para karyawan , supaya diterima dan mendapatkan pekerjaan.

10. Makna Idiom ‘Bocor Mulut’ (Chaer, 1984:36) Makna Bocor :

Berlubang sehingga air (udara) dapat keluar atau masuk;

tiris, tersiar sedikit-sedikit (tentang rahasia). (KBBI, 1990:123)

Makna idiom ‘Bocor Mulut’ adalah tidak dapat menyimpan rahasia.

(50)

Contoh : semua orang tahu bahwa dia itu bocor mulut.

11. Makna Idiom ‘Besar Mulut’ (Badudu, 2008:243) Makna Besar :

Hebat; mulia; berkuasa, lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil, tinggi dan gemuk, luas tidak sempit, banyak;

tidak sedikit; penting (berguna) sekali (KBBI, 1990:110) Makna idiom ‘Besar Mulut’ adalah suka membual, suka berbicara.

Contoh : orang yang besar mulut takkan disukai orang dalam pergaulan.

12. Makna Idiom ‘Mulut yang Terdorong’ (Badudu, 2008:243) Makna Terdorong :

Terdesak (terpaksa) hingga mau berbuat sesuatu, tertolak ke depan atau ke belakang; tersorong, teranjur; terlebih ke depan. (KBBI, 1990:212)

Makna idiom ‘Mulut yang Terdorong’ adalah mudah membicarakan sesuatu yang dianggap rahasia.

Contoh : tidaklah mudah menebus mulut yang terdorong.

13. Makna Idiom ‘Gapil Mulut’ (Chaer, 1984:122 ) Makna Gapil :

Suka mencampuri (mengganggu) urusan orang lain, usil.

(KBBI, 1990:255)

Makna idiom ‘Gapil Mulut’ adalah suka mengkritik, menghina.

(51)

Contoh : walaupun dia gapil mulut, tetapi orangnya sangat baik.

14. Makna Idiom ‘Busuk Mulut’(Chaer, 1984:122 ) Makna Busuk :

Buruk; jelek; tidak menyenangkan, rusak dan berbau tidak sedap. (KBBI, 1990:140)

Makna idiom ‘Busuk Mulut’ adalah mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang kotor.

Contoh : dia selalu busuk mulut ketika berbicara, tidak pernah berbicara dengan sopan.

15. Makna Idiom ‘Mengunci Mulut’ (Badudu, 2008:185) Makna Mengunci :

Mengatupkan, menyudahi (mengakhiri), mengancing (menutup) kunci. (KBBI, 1990:475-476)

Makna idiom ‘Mengunci Mulut’ adalah sengaja berdiam diri.

Contoh : bagaimanapun ditanyai, anak itu tetap mengunci mulutnya.

(52)

3.3. Perbandingan makna Idiom Kuchi dan Mulut 3.3.1. Idiom Sama Semakna

Idiom

Makna Bahasa Jepang Bahasa Indonesia

口が重い Berat Mulut Pendiam

口が軽い Ringan Mulut Tidak dapat menyimpan

rahasia

口をつぐむ Tutup Mulut Berdiam diri

口を開く Buka Mulut Mulai berbicara setelah

berdiam diri

口汚い Kotor Mulut Mengatakan sesuatu

dengan kata-kata yang kotor

口が過ぎる Banyak Mulut Banyak bicara

Idiom 口が重い ‘kuchi ga omoi’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Berat Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘pendiam’. Pendiam dalam bahasa Jepangnya adalah あまりしゃべらない様子 ‘amari shaberanai yousu’.

Idiom 口が軽い ‘kuchi ga katai’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Ringan Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘tidak dapat menyimpan rahasia’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 言ってはいけないことを、す ぐ話してしまう ‘itte ha ikenai koto wo, sugu hanashite shimau’.

Idiom 口をつぐむ ‘kuchi wo tsugumu’ dalam bahsa Jepang dan idiom

‘Tutup Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari

(53)

bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘berdiam diri’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 沈黙する様子 ‘chimoku suru yousu’.

Idiom 口を開く ‘kuchi wo hiraku’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Buka Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘mulai berbicara setelah berdiam diri’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah それまで黙っていた人が 話し始める ‘sore made damatte ita hito ga hanashi hajimeru’.

Idiom 口 汚 い ‘kuchigitanai’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Kotor Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘mengatakan sesuatu yang dengan kata-kata yang kotor’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 物の言い方 が下品である、悪い言葉でものを言う ‘mono no iikata ga gehin de aru, warui kotoba de mono wo iu’.

Idiom 口が過ぎる ‘kuchi ga sugiru’ dalam bahasa Jepang dan idiom

‘Banyak Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang sama, yaitu ‘banyak bicara’.

Yang dalam bahasa Jepangnya adalah しゃべりすぎる ‘shaberi sugiru’.

(54)

3.3.2. Idiom Beda Namun Semakna Idiom

Makna Bahasa Jepang Bahasa Indonesia

口が軽い Bocor Mulut Tidak dapat menyimpan

rahasia

口から生に生まれる Besar Mulut Suka membual, suka

berbicara

口がすべる Mulut yang Terdorong Mudah membicarakan sesuatu yang dianggap rahasia

口がうるさい Gapil Mulut Suka mengkritik,

menghina

口汚い Busuk Mulut Mengatakan sesuatu

dengan kata-kata yang kotor

口が開かない Mengunci Mulut Sengaja berdiam diri

Idiom 口が軽い ‘kuchi ga karui’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Bocor Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘tidak dapat menyimpan rahasia’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 言ってはいけないことを、すぐ話してしまう ‘itte ha ikenai koto wo, sugu hanashite shimau’.

Idiom 口から生に生まれる ‘kuchi kara sei ni umareru’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Besar Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘suka membual, suka berbicara’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah よくしゃ べる ‘yoku shaberu’.

Idiom 口がすべる ‘kuchi ga suberu’ dalam bahasa Indonesia dan idiom

‘Mulut yang Terdorong’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang

(55)

berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘mudah membicarakan sesuatu yang dianggap rahasia’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 言ってはいけな いことや、言わなくてもいいことを、ついしゃべる様子 ‘itte ha ikenai koto ya, iwanaku te mo ii koto wo, tsuishaberu yousu’.

Idiom 口がうるさい ‘kuchi ga urusai’ dalam bahasa Jepang dan idiom

‘Gapil Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘suka mengkritik, menghina’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah いろいろとうわさ話や批評、非難する。また ささいなことでいちいち小言を言う ‘iroiro to uwasa hanashi ya hihyou, hinan suru. Mata sasaina koto de ichiichi kogoto wo iu’.

Idiom 口汚い ‘kuchigitana’ dalam bahasa jepang dan idiom ‘busuk mulut’

dalam bahasa indonesia merupakan dua jenis idiom yang berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘Mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang kotor’. Yang dalam bahasa jepangnya adalah 物の言い方が下品である、悪い言葉でものを 言う ‘mono no iikata ga gehin de aru, warui kotoba de mono wo iu’.

Idiom 口が開かない ‘kuchi ga hirakanai’ dalam bahasa Jepang dan idiom

‘Mengunci Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang berbeda namun memiliki makna yang sama, yaitu ‘sengaja berdiam diri’. Yang dalam bahasa Jepangnya adalah 物が言えない ‘mono ga ienai’.

(56)

3.3.3. Idiom Sama Beda makna Idiom Bahasa

Jepang

Makna Idiom Bahasa Indonesia

Makna

口が堅い Dapat memegang

rahasia

Keras Mulut Tidak mudah menurut 口が悪い Bicaranya ketus,

mengatakan dengan mudahnya walaupun itu menyakiti perasaan orang lain

Buruk Mulut Mengatakan sesuatu dengan kata-kata yang tidak baik

口を閉じる Berdiam diri Menutup Mulut Menyuap

Idiom 口が堅い ‘kuchi ga katai’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Keras Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda. Makna idiom 口が堅い adalah

‘dapat memegang rahasia’, yang dalam bahasa Jepangnya adalah 言ってはいけ ないことは、絶対に言わない ‘itte ha ikenai koto ha, zettai ni iwanai’. Makna idiom ‘Keras Mulut’ adalah tidak mudah menurut, yang dalam bahasa Jepangnya adalah 従順ではない ‘juuju de ha nai’.

Idiom 口が悪い ‘kuchi ga warui’ dalam bahasa Jepang dan idiom ‘Buruk Mulut’ dalam bahasa Indonesia merupakan dua jenis idiom yang sama dari bahasa yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda. Makna idiom 口が悪い (1) adalah ‘bicaranya ketus’. Makna idiom 口が悪い (2) adalah ‘mengatakan dengan mudahnya walaupun itu menyakiti perasaan orang lain’, yang dalam bahasa Jepangnya adalah 他人に気持ちを傷つけても簡単に言っている ‘tanin ni kimochi wo kizutsukete mo kantan ni itte itu’. Makna idiom ‘buruk mulut’ adalah

Referensi

Dokumen terkait

penulis akan menganalisa makna idiom bahasa Jepang yang terbentuk dari kata 気 `ki` atau perasaan dalam novel Watashi no Kyoto karya Watanabe Jun`ichi. 3.1 Makna Idiom 気を配る`Ki

Pada tahap ini penulis mengkaji buku, artikel maupun kamus yang memuat informasi tentang kanyouku ki dalam bahasa Jepang dengan idiom hati dalam bahasa

Terdapat 40 idiom bahasa Jepang dan 40 idiom bahasa Indonesia yang mengandung unsur warna yang diteliti pada penelitian ini. Warna yang dipakai dalam penelitian

Idiom penuh merupakan jenis ungkapan yang maknanya tidak tergambar pada unsur pembentuknya, contoh dalam bahasa Jepang yaitu idiom uma no hone terbentuk dari kata

Dalam paper ini ditemukan idiom bahasa Rusia dan bahasa Indonesia yang bermakna idiomatic sama, namun struktur berbeda; idiom bermakna idiomatic dan struktur

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Makna Kanyouku (Idiom) Yang Mengandung Kata Kubi dalam Bahasa Jepang ini beserta seluruhnya adalah

Kanyouku 目 „me’ atau idiom mata dalam bahasa Jepang pada umumnya terbentuk dari gabungan kata benda dan kata kerja yang disebut doushi kanyouku.. Begitu juga

Perbandingan Makna Kanyouku "atama" Bahasa Jepang Pada Shousjakiisei No Manga Kanyouku Jiten Dengan Idiom "kepala" pada Bahasa Indonesia Aan A-malia/ Hendri