• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, Instrumen dan Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan Data.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, Instrumen dan Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan Data."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini uraian difokuskan pada: Metode Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrumen dan Pengumpulan Data, dan Teknik Pengolahan Data.

A. Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan Model Computer Assisted Language Learning (CALL) untuk meningkatkan kompetensi vocabulary siswa dalam

pembelajaran speaking pada mata pelajaran bahasa Inggris di jenjang MTsN.

Sehubungan dengan itu, pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development

(R & D), dengan mengacu pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1979:626), dalam bukunya "Educational Research". Langkah-langkah tersebut secara umum diuraikan sebagai berikut:

1. Research and information collecting atau penelitian dan pengumpulan informasi, yang termasuk di dalamnya review literature serta observasi yang dilakukan di kelas.

2. Planning (perencanaan), termasuk di dalamnya menentukan tujuan, menetapkan urutan pembelajaran, dan uji kemungkinan dalam skala yang kecil/terbatas.

3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk produk pendahuluan, yang di dalamnya mencakup persiapan materi pembelajaran, dan bahan ajar yang digunakan dan evaluasi.

4. Prelimenary field testing atau uji coba pendahuluan dengan melibatkan sekolah dalam jumlah terbatas (satu hingga tiga sekolah). Pada bagian ini dilakukan analisis data berdasarkan angket subjek penelitian, hasil wawancara, dan observasi.

(2)

5. Main product revision (revisi terhadap produk utama), yang dalam hal ini didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan.

6. Main field testing yang berarti uji coba utama, dengan melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak. Data kuantitatif beropa pretest dan posttest. Untuk hal kegiatan ini apabila memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Operational product revision yaitu berupa revisi atau kajian ulang terhadap produk-produk operasional yang dilakukan berdasarkan pada hasil uji coba utama.

8. Operasional field testing adalah uji coba operasional, yang melibatkan sekolah dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Selanjutnya pada Iangkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Final product revision artinya revisi terakhir pada bagian produk yang dihasilkan, dengan berdasarkan pada hasil uji coba operasional pada sekolah- sekolah tersebut.

10. Dissemination and distribution atau disseminasi dan distribusi, dimana pada Iangkah ini dilakukan penyebarluasan dengan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.

Dengan berpedoman pada langkah-langkah di atas, maka berikut ini adalah penjelasan prosedur penelitian dan pengembangan dalam bentuk bagan pengembangan model CALL untuk meningkatkan kompetensi vocabulary siswa dalam pembelajaran speaking.

(3)

Bagan 3.1

Tahapan Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran CALL MULAI

- Penelitian dan pengumpulan data awal - Penyusunan proposal penelitian

- Penyusunan hasil penelitian pendahuluan PENELITIAN DAN

PENGUMPULAN DATA AWAL

PERENCANAAN

PEMBUATAN PRODUK AWAL

EVALUASI TEMAN SEJAWAT

EVALUASI TEMAN SEJAWAT UJI

COBA AWAL

PERBAIKAN PRODUK AWAL

UJI COBA TERBATAS

PERBAIKAN PRODUK UJI

COBA AWAL

UJI COBA LUAS

PERBAIKAN PRODUKSI OPERASIONAL

EVALUASI

PRAKTISI HASIL

AKHIR

- Perencanaan materi pembelajaran - Perencanaan produk

- Produksi CD – ROM Pembelajaran

1. Evaluasi teman sejawat - Pendidikan computer - Komunikasi visual - Teknologi informasi 2. Evaluasi pakar

- Pendidikan computer - Komunikasi visual - Teknologi informasi

1. Uji coba terbatas

pada MTsN Ciruas terhadap 37-40 siswa 2. Uji coba lebih luas

Pada 114 siswa di tiga sekolah yaitu : MTsN Cikeusal, MTsN Padarincang dan MTsN Serang

- Perbaikan produk - Evaluasi praktisi

1. Pendidikan computer 2. Komunikasi visual 3. multimedia

(4)

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Computer Assisted Language Learning (CALL) secara lebih rinci prosedur tahapan proses dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pengumpulan Data Awal.

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi perkiraan kebutuhan, mempelajari literatur dan meneliti dalam skala kecil.

2. Perencanaan.

Setelah mempelajari literatur selengkapnya dan memperoleh informasi yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah merencanakan pembuatan produk. Aspek yang penting dalam perencanaan adalah peryataan tujuan yang harus dicapai pada produk yang akan dikembangkan.

3. Pembuatan Produk Awal.

Setelah inisiasi dalam perencanaan lengkap, langkah utama dalam tahapan R&D adalah membuat bentuk awal produk pembelajaran yang dapat diuji coba Dalam tahap pengembangan produk ini termasuk pembuatan instrument untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna. Sebelum uji coba dilaksanakan, diperlukan tanggapan dan saran dari teman sejawat dalam bidang yang berkaitan yaitu pendidikan komputer, komunikasi visual dan teknologi informasi

4. Uji Coba Awal.

Setelah produk awal selesai dilakukan uji coba awal yaitu evaluasi pakar yang berkaitan dengan bidang pendidikan komputer, komunikasi visual, dan teknologi informasi.

(5)

5. Perbaikan Prodnk Awal.

Setelah dilakukan uji coba awal, tahap berikutnya adalah perbaikan produk sesuai dengan data yang diperoleh dari uji coba awal. Saran dari pakar digunakan untuk menyempurnakan produk.

6. Uji Coba Lapangan.

Setelah produk awal diperbaiki sesuai dengan saran dari pakar pendidikan komputer, komunikasi visual dan teknologi informasi, dilaksanakan uji coba lapangan untuk mendapatkan evaluasi atas produk. Kuesioner dibuat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa dan guru bahasa Inggris dan TIK. Wawancara mendalam dilakukan terhadap beberapa orang siswa selama dalam tahap uji coba.

7. Perbaikan Produk Operasional.

Setelah dilakukan uji coba lapangan, tahap berikutnya adalah mempelajari apakah produk pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ditentukan sebelumnya. Data yang diperoleh pada uji coba tersebut dianalisis, dan pengembang melakukan perbaikan yang diperlukan. Perbaikan Produk Operasional yang menghasilkan tutorial pembelajaran dalam bentuk CD-ROM dan dapat digunakan oleh siswa untuk belajar bahasa Inggris. Tahap ke-8 Uji Coba Operasional, Tahap ke-9 Perbaikan Produk Akhir, dan Tahap ke-10 Deseminasi Nasional tidak dilakukan. Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada tahap ke-1 sampai tahap ke-7, sesuai dengan kebutuhan pada materi pelajaran bahasa Inggris di MTsN.

(6)

B. Lokasi das Subjek Penelitian

Produk dari pengembangan model CALL dalam pembelajaran bahasa Inggris ini, diharapkan akan menjadi bahan rujukan bagi pelaksanaan pembelajaran speaking di MTsN, khususnya di wilayah Serang.

Merujuk pada tujuan penelitian, maka penentuan sekolah sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan cara non-probability sampling, dimana pengambilan sampel dari populasi, ditentukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan, atau tidak menggunakan dasar peluang. (Sudjana. 2001:

85). Salah satu teknik pengambilan sample yang dilakukan adalah teknik purposive dengan mempertimbangkan letak dan lokasi sekolah serta kelompok sekolah. Dalam hal ini untuk memenuhi keterwakilan diambil 4 (empat) sekolah dari sejumlah 7 MTsN yang ada, yaitu sekolah dengan kriteria Baik.

Mengacu pada permasalahan dan ruang lingkupnya, maka yang dijadikan subyek penelitian pada uji coba terbatas model adalah guru bahasa Inggris dan siswa kelas VII (Tujuh) pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciruas Kabupaten Serang, sebagai sekolah rintisan ICT School Model Tahun Pelajaran 2009/2010. Selanjutnya untuk keperluan uji coba model secara lebih luas ditetapkan 3 (tiga) sekolah yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Serang, dengan mempertimbangkan karakteristik, homogenitas dan heterogenitas hasil studi pendahuluan.

(7)

Berikut adalah daftar sekolah yang menjadi subjek penelitian Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian untuk Uji Coba Model

Klasifikasi dan Kriteria

Sekolah dan Lokasi

Keterangan / Keperluan

Baik MTsNCiruas Uji Coba Terbatas

Baik MTsN Serang Uji Coba Luas

Cukup MTsN Padarincang Uji Coba Luas

Kurang MTsN Cikeusal Uji Coba Luas

Lebih jauh lagi, penelitian ini difokuskan pada hal-hal sebagai berkut:

a. Siswa yang diteliti pada uji terbatas ini adalah siswa pada kelas VTI MTsN Ciruas Kabupaten Serang . Hal ini dilakukan berdasarkan pada pertimbangan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah tumbuh yang potensial, dimana pada saat ini sedang melaksanakan program rintisan ICT School Model yang manajemen operasionalnya dibantu dan diawasi oleh Kandepag Kabupaten/Kota Serang serta Kanwil Depag Provinsi Banten.

b. Siswa yang diamati pada uji lapangan untuk skala yang lebih luas pada penelitian ini adalah siswa kelas VII pada 3 (tiga) MTsN di Wilayah Serang dengan mempertimbangkan klasifikasi dan karakteristik sekolah, termasuk letak dan lokasi sekolah, yaitu pada MTsN Cikeusal Kabupaten Serang. Uji coba lapangan selanjutnya dilakukan di MTsN Padarincang Kabupaten Serang. Pada uji coba dalam lingkup yang lebih luas ini juga dilaksanakan di sekolah potensial dan unggulan daerah yaitu MTsN Serang Kota Serang.

(8)

Sebelum instromen ini digunakan terlebih dahulu dikonsultasikan substansi maupun efektifitasnya, dan selanjutnya dilakukan peniiaian serta rekomendasi keterpakaiannya dari dosen pembimbing serta pakar pendidikan. Berdasaikan konsultasi dan dari basil peniiaian terhadap instrumen tersebut diperoleh beberapa perbaikan dan sekaligus direkomendasikan seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Hasil Penilaian Instrumen Penelitian

No Instrumen Perbaikan dan Rekomendasi

1 Pedoman Wawancara untukGuru

Substansi tidak terlalu Iuas dan lebih fokus pada pembelajaran Bahasa Inggris, dan implementasinya.

Pedoman diganti Panduan.

2 Pedoman Wawancara untuk Siswa

Pertanyaan lebih sederhana agar mudah dimengerti, terarah pada substansi masalah.

3

4

Angket untuk Guru Angket untuk Siswa

Pertanyaan lebih singkat, tidak menimbulkan keraguan jawaban. Ada pertanyaan tingkat motivasi dan beri opsi jawaban pendapat guru Pilihan jawaban agar lebih jelas dan singkat

C. Instrumen dan Pegumpulan Data

Model pembelajaran Computer Assisted Langauage Learning (CALL) akan diterapkan pada subyek penelitian sebagai sumber data selama tahap evaluasi teman sejawat, uji eoba awal, uji coba terbatas, uji coba luas, dan evaluasi dari praktisi.

Tahap pertama adalah evaluasi dari teman sejawat yang dilakukan selama produksi hampir selesai. Uji coba awal berupa evaluasi pakar yang memiliki disiplin ilmu pendidikan komputer, komunikasi visual dan teknologi informasi.

Pada tahap uji coba terbatas diterapkan model pembelajaran dengan komputer.

Setelah mendapatkan data dan umpan balik, dilakukan perbaikan atas model tersebut. Selanjutnya dilakukan uji coba luas terhadap produk yang telah diperbaiki. Tahap terakhir adalah evaluasi dari praktisi yang memiliki disipiin dan keterampilan sesuai dengan produk, yaitu pendidikan komputer, komunikasi visual

(9)

dan multimedia. Pengumpulan data dilakukan dengan wawaneara dan kuesioner, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kuesioner.

Kuesioner menggunakan pertanyaan open ended untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat yang mendukung teori, informasi kebutuhan untuk pengembangan model, informasi apakah siswa dapat melakukan perintah yang terdapat dalam model pembelajaran Computer Assisted Language Learning (CALL), serta penilaian atas kualitas model pembelajaran yang dikembangkan.

2. Wawaneara.

Dalam penelitian dilakukan wawaneara dengan pertanyaan open ended sehingga responden dapat memberikan informasi yang tidak terbatas dari berbagai perspektif. Wawaneara mendalam diperlukan untuk memperoleh data tentang proses belajar vocabulary dalam pembelajaran speaking. Semua wawancara dibuat transkrip dan disimpan dalam dokumen teks.

3. Pengamatao.

Pangamatan untuk memperoleh data tentang proses dan pembelajaran speaking di dalam laboratorium komputer. Pengamatan memerlukan ketelitian untuk mendengarkan dan perhatian yang hati-hati dan terinci pada apa yang dilihat.

Tahap perencanaan dan pengembangan model serta uji coba lapangan dilaksanakan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan (Action Research).

(10)

Dalam pelaksanaanya penelitian tindakan ini dilakukan mengikuti langkah- langkah menurut teori Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 1993), yang terdiri atas:

1. Perencanaan (Plan) 2. Pelaksanaan (Act) 3. Pengamatan (Observe) 4. Refleksi (reflect).

Kegiatan pada komponen-komponen tahap penelitian tersebut adalah berupa siklus, dimana antar tahap satu dengan lainnya saling berkaitan secara berkesinambungan. Adalah juga menjadi tolak ukur untuk kelanjutan penelitian ini.

Adapun siklus penelitian tersebut digambarkan seperti pada bagan dibawah ini:

Orientasi

Reflect Act

Observe Dst

Revised Plan

Reflect Act

Observe

(11)

Bagan 3.2

Model Siklus Penelitian Tindakan (Diadopsi dari Model Spiral Kemmis &Taggart)

Prosedur kegiatan pada penelitian tindakan ini dilaksanakan sebagai langkah- langkah penelitian untuk mendeskripsikan mengenai proses pembelajaran CALL melalui beberapa putaran kegiatan sampai diperoleh kondisi stabil. Mengenai tahapan komponen penelitian tindakan ini lebih jelas didesknpsikan sebagai berikut:

a. Tahap orientasi, yaitu dilakukan sebagai studi pendahuluan sebelum pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini meliputi pengamatan lingkungan, kegiatan pembelajaran, wawancara dengan stakeholders di MTsN.

b. Pada perencanaan (plan), yaitu kegiatan menyusuhan rencana tindakan yang akan dilakukan di MTsN kelas VII. Pada tahap ini dilaksanaan observasi terhadap pokok bahasan, buku sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan pembelajaran, kriteria penilaian, dan fasilhas yang digunakan.

c. Tahap pelaksanaan / tindakan (act), yaitu implementasi kegiatan pembelajaran speaking di kelas VII MTsN, dengan model CALL yang direncanakan dalam tiga siklus pembelajaran, dimana pada siklus ke-empat diharapkan pembelajaran tersebut berada pada kondisi stabil

(12)

d. Berkenaan dengan implementasi, maka dilakukan pengamatan (observe), yaitu kegiatan dalam mengenali, mengamati, dan mendokumentasikan (mencatat /merekam) proses, pengaruh, dan hasilnya.

e. Tahap terakhir dari siklus adalah refleksi (reflect), yaitu menganalisis rencana yang belum terlaksana dan telah dilaksanakan secara terpadu antara objek dan subjek kegiatan untuk ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

D. Teknik Pengolahan Data

Seperti uraian di atas bahwa penelitian ini difokuskan pada tiga tahapan proses, yaitu studi pendahuluan, perencanaan dan pengembangan model, serta uji coba draff model yang mencakup uji lapangan pada skala terbatas dan uji lapangan pada skala yang lebih luas, dengan melakukan pengujian pada tingkat efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan.

Data yang diperoleh pada tahap studi pendahuluan ini meliputi sejumlah dokumen yang terkait dengan program pembelajaran seperti: silabus mata pelajaran, program tahunan, program semester, kriteria ketuntasan minimal, rencana pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh melalui kuesioner yang dilakukan peneliti terhadap kegiatan pembelajaran sebelum uji coba model meliputi: kondisi objektif guru, siswa, dan faktor-faktor pendukung maupun penghambat implementasi pembelajaran speaking dengan pendekatan CALL. Selanjutnya data tersebut diahalisis dalam bentuk paparan naratif melalui beberapa tahap berikut :

1. berdasarkan hasil analisis dokumen, dipilih materi pembelajaran yang akan dikembangkan dalam model.

2. mengklasiftkasi data hasil angket (kuesioner) agar sesuai konteksnya yaitu

(13)

data yang berkaitan dengan kondisi objektif pelaksanaa pembelajaran saat ini dan setelah pengembangan model, serta faktor pendukung maupun penghambat dalam implmentasi model pembelajaran speaking dengan pendekatan CALL.

Sejumlah data yang diperoleh pada tahap uji coba terbatas serta uji coba pada skala lebih luas antara lain meliputi:

1. hasil observasi pelaksanaan pembelajaran speaking yang dilakukan oleh guru.

2. skala penilaian pelaksanaan model pembelajaran CALL.

3. tes hasil belajar siswa, dimana data tersebut dianaiisis melalui tahapan reduksi data, pemaparan data, dan verifikasi data. Ketiga proses tersebut difokuskan untuk penyempurnaan serta penyesuaian model pembelajaran yang diinginkan.

Pada tahap reduksi data dianaiisis melalui proses editing, pemfokusan dan mengabstraksikannya menjadi informasi yang lebih bermakna. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner, wawancara, dan self reflection diklasifikasikan berdasarkan kelompok-kelompok sebagai berikut :

1. kesulitan guru mengimplementasikan program serta upaya untuk mengatasinya.

2. kesulitan siswa dalam mengikuti pembelajaran serta upaya untuk mengatasinya.

Data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner diklasifikasikan berdasarkan penggolongan kesamaan pendapat siswa dan guru mengenai efektivitas model dalam meningkatkan minat, motivasi, dan sikap terhadap model yang dikembangkan.

Paparan data dilakukan dengan menampilkan data secara lebih sederhana dalam berbagai representasi seperti:

1. tabulasi data hasil pengisian kuesioner dalam bentuk tabel distribusi frekuensi

(14)

berikut prosentasenya.

2. deskripsi secara grafis dalam bentuk histogram, dan

3. paparan deskriptif-naratif yang menjelaskan tabel dan grafik yang diperlihatkan, serta data-data lain hasil observasi, skala penilaian, dan selfreflekcion yang telah direduksi untuk mendukungnya.

Inti dari proses analisis data ini akan mengkaji keterkaitan antara hasil kajian teori mengenai metode CALL dan implementasinya dalam kedua tahap ujicoba.

Dalam rangka menguji tingkat efektivitas model pembelajaran yang telah dikembangkan, dilakukan dengan cara mengevaluasi hasil pembelajaran dengan menganalisis antara nilai siswa sebelum pembelajaran {pretest) dan nilai siswa setelah pembelajaran {postest). Pengolahan data yang dilakukan adalah perbandingan rata-rata antara nilai pretest dengan postest dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan desain The Matching Control Group Pretest- Postest.

Untuk lebih jelas hal ini dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

(Sukmadinata, 2006: 188)

Tabel 3.3

The Matching Control Group Pretest- Postest.

Kelompok Pretest Perlakuan Pascates

Esperimen 0 VII 0

Kontrol 0 - 0

Untuk mengukur tingkat efektivitas model yang dikembangkan dilakukan pengujian melalui uji t dengan membandingkan dua buah rata-rata, yaitu:

1. Uji perbedaan dua buah rata-rata yang berkorelasi (pretest dan posttest)

(15)

2. Uji perbedaan dua buah rata-rata yang tidak berkorelasi (pretes-pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, serta postest-postest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).

Keperluan pengujian sejumlah data yang diperoleh tersebut dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Kemudian langkah berikutnya adalah menafsirkan dan menyimpulkan data untuk memproyeksikan sebuah draf model pembelajaran hasil penelitian yang sesuai untuk diimplementasikan. Prosedur ini diupayakan melalui kajian uiang pada semua paparan data yang diperoleh melalui setiap analisis dari proses penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, terdiri atas 7 (tujuh) bagian yaitu sebagai berikut: Bagian pertama memuat hasil penelitian dan pengumpulan data awal.

Bagian kedua menyajikan deskripsi perencanaan pembelajaran tentang pengembangan model CALL (Computer Assisted Language Learning).

Bagian ketiga mendeskripsikan mengenai pembuatan produk awal tentang pengembangan model CALL (Computer Assisted Language Learning) yang dapat meningkatkan kompetensi Vocabulary dalam pembelajaran speaking.

Bagian keempat mendeskripsikan mengenai hasil uji coba model secara terbatas yang dilakukan di MTsN Ciruas dan mencakup pandangan serta kegiatan siswa selama pembelajaran dengan metode CALL, pandangan dan kegiatan guru selama pembelajaran dengan metode CALL, faktor pendukung serta penghambat pembelajaran dengan metode CALL untuk meningkatkan kompetensi Vocabulary dalam pembelajaran speaking.

Bagian kelima mendeskripsikan mengenai perbaikan produk awal tentang pengembangan model CALL (Computer Assisted Language Learning) yang dapat meningkatkan kompetensi Vocabulary dalam pembelajaran speaking.

Bagian keenam mendeskripsikan mengenai hasil uji coba lapangan yang mencakup pandangan serta kegiatan siswa selama pembelajaran dengan metode CALL, pandangan dan kegiatan guru selama pembelajaran dengan metode CALL, faktor pendukung serta penghambat pembelajaran dengan metode CALL untuk meningkatkan kompetensi Vocabulary dalam pembelajaran speaking, yang dilakukan di tiga sekolah Kabupaten dan Kota Serang yaitu MTsN Cikeusal, MTsN Padarincang dan MTsN serang.

(17)

Bagian ketujuh mendeskripsikan tentang perbaikan produk oprasional model Computer Assisted Language Learning (CALL)

A. Hasil Penelitian dan Pengumpulan Data Awal 1. Deskripsi Subjek Penelitia

Penelrtian dilaksanakan di empat Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) yang berada di wilayah kabupaten dan kota Serang. MTs Negeri Ciruas Kabupaten Serang dipilih sebagai sekolah subjek penelrtian pada uji coba terbatas. Hal ini didasarkan pada pertimbangan tentang eksistensnya di dunia pendidikan selama 15 tahunan dan dinilai telah cukup dewasa untuk dapat berprestasi dibidang akademik maupun non akademik. Sebagai Madrasah yang pertama berdiri di daerah timur kabupaten Serang, saat ini telah dan sedang bergeliat untuk menmgkatkan prestasinya diberbagai bidang. Meskipun sekolah ini berada sekitar 10 km dari Kota Serang, cukup jauh dari Pusat Pemerintahan Privinsi Banten. Tepatnya di Jalan raya Ciptayasa Pontang No. 250 Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang. Dibidang akademik telah banyak mengantarkan para siswanya berhasil masuk ke SMA/MA favorit, baik melaluai ujian tulis maupun melalui jalur khusus. Saat ini sedang mengembangkan program rintisan School Model dengan bantuan pemerintah dimulai tahun pembelajaran 2009/2010.

Kegiatan ini juga dilakukan penelitian di tiga sekolah lain. Pada institusi pendidikan ini dilaksanakan uji coba lapangan (lebih luas), yaitu pertama di MTs Negeri Cikeusal Kabupaten Serang yang terletak di Jalan Raya Panosogan- Cikeusal, wilayah Kecamatan Cikeusal, berbatasan langsu ng dengan Kecamatan Petir. MTs Negeri Cikeusal pada awal berdirinya merapakan MTs Swasta yang mengalami penegrian tahun pelajaran 2005/2006. Meskipun usianya yang relatif muda, sekolah ini terus berbenah diri dan berupaya untuk mensejajarkan diri

(18)

dengan sekolah lain yang telah lebih dulu berkembang. Hasil akreditasi sekolah yang dilaksanakan pada Tahun 2008 berhasil menyamai kualitas MTs Negeri Ciruas secara umum dengan mendapat predikat B. Bersamaan dengan MTs Negeri Ciruas, pada Tahun Pelajaran 2009/2010 MTs Negeri Cikeusal juga mulai merintis Madrasah Standar Nasional untuk satu kelas di kelas VII dari 12 rombongan belajar yang ada.

Penelitian uji coba lebih luas kedua dilakukan di MTs Negeri Padarincang Kabupaten Serang yang memiliki jumlah rombongan pelajar cukup banyak, yaitu 30 kelas. Sekolah ini merupakan sasaran program pertama di Serang untuk Madrasah Katagori Model (MKM) yang mulai dicanangkan pada Tahun Pelajaran 2005/2006. Sekolah dengan luas lebih dari dua hektar ini, terletak di wilayah barat Kabupaten Serang di jalan Raya Ciomas-Padarincang, merupakan tempat yang nyaman sekali untuk berkembangnya sarana pendidikan dan kondisi yang kondusif untuk terselenggaranya proses pembelajaran. Berbagai prestasi telah banyak diraihnya, seperti prestasi dibidang seni, keagamaan, olah raga yang sering berjaya di even-even kegiatan siswa atau tumamen-tumamen terbuka lainnya. Dan tak ketinggalan pula prestasi akademiknya, dengan meluluskan para siswa berprestasinya di berbagai SMA/MA terkenal.

Uji coba lapangan (lebih luas) terakhir dilaksanakan di MTs Negeri Serang, yang berada di tengah kota Serang, tepatnya di Jalan Bayangkara.

Merupakan madrasah tertua di Serang. Hingga saat ini masih menjadi madrasah favorit dengan prestasi akademik paling unggul dibandingkan dengan semua madrasah yang ada di wilayah Serang dan sekitarnya.

Madrasah tersebut dirintis sebagai Madrasah Berstandar Unggul (RMBU) pada Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan menerapkan tint teaching di dikelas

(19)

yang memanfaatkan multimedia dan sumber belajar internet dalam pembelajarannya. Pada dasarnya hal ini semua didukung oleh sarana dan fasilitas yang memadai untuk terselenggaranya proses pendidikan (pembelajaran) yang maju, berkembang serta berkualhas. Setiap tahunnya mendidik siswa lebih dari 800 orang yang dibagi atas 25 rombongan reiajar.

Sebagian besar gurunya telah relatif lama berkiprah serta berpengalaman dibidang pendidikan dan pengajaran.

Para staff pengajar bahasa Inggris di madrasah-madrasah tempat penelitian ini terutama yang menjadi guru sebagi subjek penelitian, umumnya sebagai guru senior disekolah tersebut dan telah lama mengajar di jenjang MTs. Memiliki kualifikasi pendidikan S-l dan S-2 (Sarjana Pendidikan bahasa Inggris), dengan kompetensi didaktik akademik yang dapat diandalkan, selain keiengkapan fasilitas yang cukup memadai untuk memajukan potensi, kuaiitas pembelajaran maupun pengembangan bidang pendidikan. Untuk informasi lebih lengkap diperoleh dari angket yang disebarkan untuk enam orang guru bahasa Inggris, maka diperoleh latar

belakang responden di sekolah tempat penelitian yang secara umum digambarkan pada tabel 4.1 berikut:

(20)

Tabel 4.l

Latar Belakang Responden (Guru bahasa Inggris)

Guru Pendidikan Terakhir

Pemgalaman Mengajar Bahasa Inggris

Mengajar bahasa Inggris KlsVn

Sekolah

A S-2 6Tahun 3 Tahun MTs N Ciruas

B S-1 3Tahun 3 Tahun MTs N Ciruas

C S-1 6Tahun 5 Tahun MTs N Cikeusal

D S-1 8Tahun 6 Tahun MTs N Padarincang

E S-1 20 Tahun 10 Tahun MTs N Padarincang

F S-1 22 Tahun 22 Tahun MTs N Serang

Pada empat sekolah tempat uji coba terbatas dan uji coba lebih luas, masing-masing ditentukan satu rombongan belajar (40 siswa) kelas VII sebagai kelompok eksperimen, sehingga diperoleh populasi sebanyak 160 siswa. Untuk bahan perbandingan, pada sekolah tempat uji coba lebih mas, direkomendasikan juga masing-masing satu rombogan belajar sebagai kelompok kontrol. Akan tetapi berdasarkan pertimbangan homogenitas populasi, efektifitas, dan efesiensi, maka dari populasi sejumlah 160 siswa tersebut diambil lebih dari 50 % pupulasi, yaitu sebanyak 80 siswa sebagai responden angket penelitian, untuk keperluan pengambilan informasi dan pengoiahan data. Hal ini merujuk kepada teori sampling kuota dengan konsep non probability sampling (Riduan, 2004:61-65).

2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajarau Bahasa Inggris.

a. Pandasgaa dan Kegiataa Beiajar Siswa

Pandangan siswa terhadap pembelajaran bahasa Inggris,

(21)

ditunjukkan berdasarkan latar belakang motivasi serta minat untuk mengikuti proses kegiatan tersebut. Seperti terlihat pada table di bawah, bahwa minat siswa dalam beiajar bahasa Inggris yaitu mencapai 103 siswa yang menyukai pelajaran bahasa Inggris dari 114 siswa atau mencapai 90,35 %. Selebihnya yaitu 11 siswa atau 9,64 % yang tidak menyukai pelajaran bahasa Inggris.

TABEL 4.2

MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN BAHASA INGGRIS

NO VARIABEL/

INDIKATOR

ALTERNATIF JAWABAN

F %

1. Minat siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris

a. Ya b. Tidak

103 11

90,35 9,64

Jumlah 114

2. Alasan siswa menyukai mata pelajaran bahasa inggris

a. Pelajarannya menarik

b. Pembelajarannya menyenangkan c. Gurunya baik d. Merasa tertantang e. Bahasa inggris

banyak manfaatnya 10 17 10 5 41

12,05 20,48 12,05 6,02 49,40

Jumlah 83

3. Alasan tidak menyukai mata pelajaran bahasa inggris

a. Pelajarannya susah b. Banyak

menterjemahkan c. Pelajarannya

membosankan d. Gurunya galak e. Bahasa inggris tidak

ada manfaatnya

13 11 0 5 2

41.94 35,48 0

16,13 6,45

Jumlah 31

Dari 83 siswa yang menyukai terhadap mata pelajaran bahasa Inggris, alasan mereka bervariasi yaitu, 10 siswa atau 12.05 % menganggap bahwa

(22)

pelajarannya menarik, 17 siswa atau 20,48 % merasakan bahwa pembelajarannya menyenangkan, 10 siswa atau 12,05 % menilai gurunya baik, 5 siswa atau 6.02 % merasa tertantang dan 41 siswa atau 49,40 % berpendapat bahwa bahasa Inggris banyak manfaatnya.

Sedangkan dari 31 siswa yang tidak menyukai peiajaran bahasa Inggris beralasan bahwa pelajarannya susah sebanyak 13 orang atau 41,94 %, tak seorangpun yang menyatakan pelajarannya membosankan, banyak menterjemahkan sebanyak 11 siswa atau 35,48 %, gurunya galak sebanyak 5 siswa atau 16,13 % dan yang menganggap bahwa pelajaran bahasa Inggris tidak ada manfaatnya sebanyak 2 siswaatau 6,45 %.

Untuk mengetahui cara belajar siswa dan metode yang digunakanguru dari 114 siswa bisa dilihat pada table berikut

TABEL 4.3

METODE YANG DIGUNAKAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

NO VARIABEL/ ALTERNATIF F %

INDIKATOR JAWABAN

1. Cara belajar yang a. Diterjemahkan 34 29,82 paling sering b. Dihafalkan 51 44,74 digunakan dalam c. Dipraktekkan 8 7,01 mata peiajaran d. Diulang-ulang 7 6,14

bahasa inggris e. Dibuat catatan 14 12,28

Jumlah 114

2. Metode yang paling a. Ceramah 5 4,38

sering digunakan b. Diskusi 8 7,01

guru anda dalam c. Siswa aktif 6 5,26 pembelajaran bahasa d. Bermain peran 14, 12,28

inggris e. Banyak metode 81 71,05

Jumlah 114

Terdapat variasi cara belajar bahasa Inggris para siswa yaitu sebanvak 34 siswa (29,82 % ) dengan eara menteriebmahkan, 51 siswa (44,74 % )

(23)

menghapalkan , 8 siswa (7,01 % ) mempraktekan, 7 siswa (6,14 % ) mengulang- ulang dan sebanyak 14 siswa (12,28 % ) dengan cara membuat catatan.

Dari 114 siswa menilai metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Inggris yaitu terdapat 5 siswa (4,38 % ) yang menjawab bahwa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah ceramah sedangkan yang lainnya, 8 siswa (7,01 %) menjawab diskusi, 6 siswa (5,26 % ) menjawab siswa aktif, 14 siswa (12,28 % ) bermain peran sedangkan sisanya sebanyak 81 siswa (71,05%) menjawab banyak metode ( bervariasi).

Adapun pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bahasa Inggris bisa dilihat pada table berikut

TABEL 4.4

PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PEMBELAJARAN

NO VARIABEL/

INDIKATOR

ALTERNATIF JAWABAN F %

1. Siswa dapat mengikuti materi pembelajaran bahasa inggris yang diajarkan

a. Ya, selalu b. Kadang-kadang c. tidak

110 0 4

96,49 0 3,50

Jumlah 114

2. Alasan siswa dapat mengikuti mated pelajaran

a. guru menggunakan media pembeiajaran b. guru menjelaskan dengan

baik

c. materinya mudah d. pembelajarannya

menarik

19 14 15 25

26,02 19,17 20,54 34,24

Jumlah 73

(24)

3. Alasan siswa tidak dapat memahami pelajaran

a. guru tidak menjelaskan b. guru tidak menggunakan

media pembeiajaran c. materi sulit

d. guru tidak memberikan pekerjaan rumah

11 16 10 4

26,83 39,02 24,39 9,75

Jumlah 41

4. Upaya yang siswa lakukan untuk dapat mengikuti materi pelajaran

a. Mengerjakan latihan b. Membuat ringkasan c. Mencari sumber lain d. Bekerjasama dengan

teman

60 20 23 11

52,63 17,54 20,18 9,64

Jumlah 114

Dari 114 siswa hanya 110 siswa (96,49 % ) yang menyatakan

bahwa mereka dapat mengikuti materi pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan, tidak ada siswa yang kadang-kadang dapat mengikuti pelajaran bahasa Inggris dan 4 siswa (3,50 % ) menyatakan tidak dapat mengikuti materi pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan

Dari sebanyak 73 siswa yang menyatakan bahwa mereka dapat mengikuti materi pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan ternyata memiliki alasan yaitu : guru menggunakan media pembeiajaran sebanyak 19 siswa (26,02 %) dan sebanyak 14 siswa (19,17 %) menyatakan alasan bahwa guru menjelaskan dengan baik. Sedang sebanyak 15 siswa (20,54 %) yang memberi alasan bahwa materinya mudah dan sebanyak 25 siswa (34,24 %) menyatakan bahwa pembelajarannya menarik.

Siswa yang kadang - kadang dan tidak dapat mengikuti pelajaran bahasa Inggris mempunyai alasan yang berbeda beda. Sebanyak 11 siswa (26,83 %) menyatakan bahwa guru tidak menjelaskan dan 16 siswa (39,02% ) memberikan alasan bahwa guru tidak menggunakan media pembelajaran, 10 siswa (24,39 %) menganggap bahwa materi pelajaran bahasa Inggris sulit untuk dipahami dan

(25)

sebanyak 4 siswa (9,75 %) menyatakan guru tidak memberi pekerjaan rumah.

Selanjutnya dalam table diatas dikemukakan upaya siswa untuk dapat mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Cara mereka untuk dapat mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Sebanyak 60 siswa (52,63 %) dengan mengerjakan soal-soal latihan, 20 siswa ( 17,54 % ) dengan membuat ringkasan, 23 siswa ( 20,18 % ) dengan mencari sumber lain dan sisanya sebanyak 11 siswa ( 9,64 % ) bekerjasama dengan orang lain,

b. Pengganaan Media Dalam Pembelajaran

Dalam hal penggunaan media pengajaran oleh guru tergambar dalam table berikut:

Tabel 4.5

PENGGUNAAN MEDIA OLEH GURU

NO VARIABEL/

INDIKATOR

ALTERNATIF JAWABAN

F %

1. Guru anda dalam pembelajaran bahasa inggris selalu

menggunakan media pembelajaran atau alat peraga

a. Tidak b. Jarang c. Sering d. Ya, selalu

40 47 20 7

35,09 41,23 17,54 6,14

Jumlah 114

2. Jenis media yang sering digunakan

a. Gambar b. Benda nyata c. Alat peraga d. Computer

56 14 16 28

49,12 12,28 14,01 24,56

Jumlah 114

3. Ketersediaan laboratorium disekolah

a. Ya b. Tidak

114 0

100 0

Jumlah 114

4. Penggunaan media computer dalam pembelajaran

a. Tidak b. Jarang c. Sering d. Ya, selalu

87 24 2 1

76,32 21,05 1,75 0.87

Jumlah 114

(26)

Terdapat 40 siswa (35,09 % ) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris tidak menggunakan media pembelajaran atau alat peraga, selebihnya sebanyak 47 siswa (41,23 % ) mengatakan jarang, 20 siswa (17,54 % ) menyatakan sering dan sisanya sebanyak 7 siswa ( 6.14 % ) menyatakan bahwa guru selalu menggunakan media pembelajaran atau alat peraga dalam pembelajaran.

Adapun mengenai jenis media yang digunakan sebanyak 56 siswa (49,12 % ) menyatakan bahwa jenis media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah gambar, benda nyata dinyatakaa oleh 14 siswa (12,28 % ), alat peraga dinyatakan oleh 16 siswa (14.01% ), dan sebanyak 28 siswa (24,56 %) yang menyatakan bahwa komputer digunakan dalam pembelajaran bahasa inggris.

Sebagai kelanjutan dari data jenis media yang paling sering digunakan semua siswa dari 114 orang menyatakan bahwa tersedia laboratorium komputer disekolah mereka.

Selanjutnya mengenai penggunaan komputer tersebut dalam pembelajaran, sebanyak 87 siswa (76^32 % ) menyatakan bahwa tidak pernah menggunakan komputer dalam pembelajaran bahasaInggris, selebihnya sebanyak 24 siswa (21,05 % ) menyatakan jarang, sebanyak 2 siswa (1,75 %) menyatakan sering dan sebanyak 1 siswa (0,87 %) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran bahasa Inggris selalu menggunakan komputer.

Sebagai factor pendukung mengenai pembelajaran dengan menggunakan komputer sebagai media, disajikan data ketersediaan komputer di rumah siswa yang nantinya akan membantu ketarampilan siswa dalam mengoperasikan komputer.

Seperti (terlihat dalam table berikut).

(27)

Tabel 4.6

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

NO VARIABEL/

INDIKATOR

ALTERNATIF JAWABAN

F %

1. Ketersediaan computer dirumah

a. Ya b. Tidak

28 86

24,56 75,44

Jumlah 114

2. Kemampuan siswa menggunakan komputer

a. Ya b. Tidak

91 23

79,82 20,18

Jumlah 114

Sebanyak 28 siswa (24,56 %) memiliki komputer dirumah sedangkan sisanya sebanyak 86 siswa (75,44 %) tidak memiliki komputer dirumah.

Dengan adanya pelajaran komputer di sekolahnya meskipun kebanyakan para siswa pada umumnya mereka tidak memiliki komputer tetapi dapat mengoperasikan komputer. Hal ini sesuai dengan data bahwa sebanyak 91 (79,82%) siswa dapat menggunakan komputer sedangkan selebihnya sebanyak 23 siswa (20,18 %) tidakdapat menggunakan komputer.

c. Implemeirtasi Peadekataa PembelajaraB CALL.

Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pendekatan

pembelajaran CALL pada pembelajaran bahasa Inggris yang berlangsung selama ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.7

IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COMPUTER ASSISTED LANGUAGE LEARNING ( CALL )

DALAM PEMBELAJARAN

NO VARIABEL/

INDIKATOR

ALTERNATIF JAWABAN F %

1. Upaya guru agar siswa memahami pelajaran

a. Mengulang

b. Mengerjakan latihan c. Bertanya pada teman d. Membaca buku e. Mencarisumberlain

84 13 3 12 2

73,68 11,40 2,63 10,53 1,75

Jumlah 114

(28)

2. Yang dilakukan guru, bila siswa telah memahami mated pelajaran

a. Member tugas tambahan b. Mengulang pelajaran c. Mengerjakan latihan d. Guru tidak

memperdulikan e. Mencari sumber lain

19 13 82 0 0

16,67 11,40 71,93 0 0

Jumlah 114

3. Urutan pemberian materi pelajaran

a. Tidak menentu

b. Sesuai dengan buku teks c. Sesuai dengan

kemampuan siswa d. Sesuai kehendak guru

10 74 22 8

8,77 64,91 19,30 7,01

Jumlah 114

4. Cara yang digunakan guru agar tujuan pembelajaran tercapai

a. Materi diurai menjadi bagian kecil

b. Materi disampaikan satu paket

c. Sesuai kehendak guru

38 44 32

33,33 38,60 28,07

Jumlah 114

5. Ketika siswa belum berhasil menguasai materi pelajaran

a. Dibiarkan saja

b. Langsung mempelajari materi baru

c. Diberikan remedial d. Diberikan teguran

1 10 95 8

0,87 8,77 83,33 7,01

Jumlah 114

6. Yang dilakukan guru untuk memberikan materi baru

a. Siswa harus menguasai materi sebelumnya b. Siswa tidak harus

menguasai materi sebelumnya

c. Langsung mempelajari materi baru

105 5 4

92,11 4,38 3,50

Jumlah 114

7. Pelaksanaan evaluasi hasil belajar

a. Tidak b. Jarang c. selalu d. Sering

1 47 19 47

0,87 41,23 16,67 41,23

Jumlah 114

8. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris

a. Sangat baik b. Baik c. Cukup d. Kurang

9 53 50 2

7,89 46,49 43,86 1,75

Jumlah 114

Hasil pemantauan implementasi pembelajaran CALL menurut pemyataan

(29)

siswa diperoleh data bahwa sebanyak 84 siswa (73,68 % ) menyatakan bahwa usaha yang dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan dalam belajar dengan cara mengulang, 13 siswa (11,40 %) menyatakan dengan cara mengerjakan latihan, 3 siswa (2,63 %) menyatakan dengan bertanya pada teman, 12 siswa (10,53 %) disuruh membaca buku dan selebihnya sebanyak 2 siswa (1,75 %) diminta untuk mencari sumber lain.

Sebanyak 19 siswa (16,67 % ) menyatakan bahwa yang dilakukan guru ketika siswa telah memahami pelajaran adalah memberi tugas tambahan, 13 siswa (11,40 %) mengulang pelajaran, 82 siswa (71,93 % ) mengerjakan latihan, tidak ada siswa yang menyatakan guru tidak memperdulikan dan mencari sumber lain.

Mengenai urutan materi pelajaran yang diberikan guru menurut penilaian siswa (dinyatakan dalam table di atas bahwa guru dalam memberikan materi pelajaran sebanyak 10 siswa (8,77 % ) menganggap tidak menentu, 74 siswa (64,91 % ) sesuai dengan buku teks, 22 siswa (19,30 % ) menyatakan sesuai dengan kemampuan siswa dan sisanya sebanyak 8 siswa (7,01 %) menyatakan sesuai dengan kehendak guru.

Pada table di atas juga memberi gambaran bagaimana penyajian materi pelajaran yang digunakan guru dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Sebanyak 38 siswa (33,33 % ) menyatakan bahwa materi pelajaran diurut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, 44 siswa (38,60 % ) menyatakan bahwa materi disampaikan satu paket dan selebihnya sebanyak 32 siswa (28,07

% ) menyatakan sesuai dengan kehendak guru.

Data mengenai bagaimana pelaksanaan remedial menurut pengamatan

(30)

siswa menyatakan bahwa apabila belum berhasil menguasai materi pelajaran yang satu, sebanyak 1 siswa (0,87 % ) menyatakan guru membiarkan saja, sebanyak 10 siswa (8,77 % ) menyatakan guru langsung pada materi bam, 95 siswa (83,33 % ) guru memberikan remedial dan sisanya sebanyak 8 siswa (7,01 % ) guru memberi teguran.

Adapun mengenai ketuntasan belajar siswa, untuk mempelajari materi baru sebanyak 105 siswa (92,11 %) menyatakan siswa harus menguasai materi sebelumnya, sebanyak 5 siswa (4,38 %) menyatakan bahwa siswa tidak diharuskan menguasai materi sebelummiya dan selebihnya sebanyak 4 siswa (3,50 %) menyatakan langsung mempelajari materi baru.

Evaluasi merupakan hal yang harus diperhatikan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan belajar siswa. Data di atas menggambarkan bagaimana evaluasi yang berlangsung pada mata pelajaran bahasa Inggris.

Sebanyak 1 siswa (0,87 %) menyatakan tidak melakukan evaluasi, 47 siswa (41,23 %) menyatakan jarang, 19 siswa (16,67 %) menyatakan selalu melakukan evaluasi dan sisanya sebanyak 47 siswa (41,23 %) yang menyatakan bahwa guru sering melakukan evaluasi.

Berdasarkan pengamatan siswa sendiri mereka menilai hasil belajar bahasa Inggris mereka selama ini terlihat bahwa sebanyak 9 siswa (7,89 %) menganggap sangat baik, 53 siswa (46,49 %) menyatakan baik, sebanyak 50 siswa (43,86 %) mengganggap cukup dan selebihnya sebanyak 2 siswa (1,75

%) menyatakan bahwa mereka masih kurang.

3. Pandangan dan Kegiataa Guru dalam Pembelajaran.

Guru merupakan komponen sentral dalam kegiatan pendidikan.

(31)

Peranannya menjadi penentu utama untuk terselenggaranya proses pembelajaran. Dengan demikian sangatlah beralasan apabila dikatakan bahwa guru adalah implementer pengajaran dan pendidikan. Bahkan disebutkan juga guru merupakan kurikulum pendidikan yang sebenamya (the real curriculum). Terkait dengan dengan eksistensmya terhadap kegiatan pembelajaran, guru mempunyai tujuan maupun pandangan tersendiri dalam melaksanakan aktivitasnya. Pada tabel berikut, sekilas tergambar tentang tujuan serta pandangannya terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik, teratama berkenaan dengan kegiatan pembelajaran dikelas.

a. Pembelajaran Bahasa Inggris

Berdasarkan wawancara dengan enam orang guru responden terlihat data mengenai pembuatan rencana pelajaran Berdasarkan hasil wawancara dmyatakan bahwa sebanyak enam orang guru membuat rencana pelajaran dan tidak ada seorang gurupun yang tidak membuat rencana pelajaran.

Terdapat variasi mengenai tujuan pembelajaran bahasa Inggris, tiga orang guru menyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Inggris untuk dapat berkomunikasi, satu orang guru menyatakan bahwa tujuannya untuk dapat berpikir kreatif dan dua orang guru menyatakan untuk dapat menjawab soal dengan benar. Tidak ada guru yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran untuk mengingat pelajaran dan mengingat konsep dan prinsip.

Untuk mengetahuai metode yang digunakan guru bisa diperoleh data bahwa sebanyak tiga orang guru menyatakan bahwa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah siswa aktif, dua orang guru menyatakan ketrampilan proses dan seJebihnya sebanyak satu orang guru menyatakan

(32)

bahwa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah diskusi.

Tidak ada guru yang menyatakan bahwa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah ceramah dan bervariasi.

Terdapat variasi upaya yang diiakukan guru untuk menambab pemahaman siswa. Sebanyak dua orang guru benipaya supaya siswa mudah memahami pelajaran dengan memberi latihan soal dan pekerjaan siswa, satu orang guru memberikan remedial dan tiga orang guru dengan cara memberikan siswa kesempatan untuk mencari sendiri. Tidak ada guru yang menjadikan siswa yang mampu menjadi tutor sebaya sebagai upaya yang diiakukan agar siswa mudah memahami pelajaran

b. Penggunaan Media dalam Pembelajaran

Untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran oleh guru didapat data, sebanyak dua orang guru menggunakan media pembelajaran dan selebihnya empat orang guru kadang - kadang menggunakan media pembelajaran, jadi tidak ada guru yang tidak menggunakan media pembelajaran.

Meskipun disediakan beberapa pilihan tetapi dari keenam guru menyatakan bahwa mereka menggunakan media pembelajaran sebab media dapat membantu siswa memahami konsep, tidak ada yang menyatakan bahwa menggunakan media merupakan tuntutan kurikulum, sudah kebiasaan dan mengharuskan ada dalam rencana pembelajaran.

Selanjutnya para guru menggunakan jenis media yang bervariasi.

Sebanyak satu orang guru menggunakan alat peraga, satu orang guru yang menggunakan benda nyata dan selebihnya yaitu sebanyak tiga orang guru menggunakan gambar dalam pembelajaran bahasa Inggris, dan satu orang

(33)

guru yang mengunakan komputer sebagai media dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Untuk mempertegas pernyataan diatas berikut data mengenai pengukuran komputer untuk pembelajaran. Sebanyak Hma orang guru menyatakan tidak menggunakan komputer untuk pembelajaran, selebihnya satu orang guru menyatakan kadang-kadang menggunakan komputer berarti tidak ada guru yang menggunakan komputer untuk pembelajaran bahasa Inggris.

Adapun alasan mengapa mereka tidak menggunakan media komputer dalam pembelajaran diketahui bahwa, sebanyak satu orang guru tidak bisa menggunakan komputer, empat orang guru menyatakan mahal dan satu orang guru menyatakan merepotkan. Semua guru menganggap bahwa penggunakaan komputer ada manfaatnya.

Sebagai faktor penunjang dan penghambat dalam penggunaan media komputer dalam pembelajaran bahasa Inggris diperoleh data mengenai ketersediaan komputer di sekolah tempat guru mengajar. Sebanyak enam orang guru menyatakan bahwa ketersediaan komputer masih kurang. Sebagai factor pendukung lain kemampuan guru menggunakan komputer dapat menunjang pada tercapainya tujuan pembelajaran.

Sebanyak lima orang guru menyatakan dapat menggunakan komputer dan selebihnya yaitu sebanyak satu orang guru tidak dapat menggunakan komputer dalam pembelajaran.

c Implementasi Pendekatan Pembelajaran Bahasa Inggris

Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pembelajaran bahasa Inggris yang berlangsung selama ini dengan responden guru dapat diperoleh data

(34)

melalui wawancara.

Dapat diketahui bahwa upaya guru agar siswa dapat memahami materi pelajaran sebanyak satu orang guru menyunih siswa untuk mengulang di rumah, satu orang guru menyuruh siswa untuk menghapal, satu orang guru menyuruh siswa untuk bertanya pada teman, satu orang guru menyuruh siswa untuk membaca buku dan selebihnya sebanyak dua orang guru menyuruh siswa untuk mencari sumber lain.

Dalam hal pengayaan, dapat diketahui bahwa sebanyak satu orang guru memberi tugas tambahan, satu orang guru menyuruh mengulang pelajaran, satu orang guru menyuruh siswa mengerjakan latihan dan selebihnya sebanyak satu orang guru, meminta siswa mencari sumber lain. Terdapat variasi bagaimana urutan materi pelajaran yang diberikan oleh guru, sebanyak satu orang guru menyatakan tidak menentu dan selebihnya yaitu sebanyak lima orang guru memberikan materi sesuai dengan urutan buku teks dan tidak ada guru yang memberikan urutan materi pelajaran yang menyesuaikan dengan kemampuan siswa.

Adapun bagaimana tentang cara yang digunakan guru supaya tujuan pembelajaran tercapai dapat diketahui bahwa sebanyak satu orang guru mengurai materi kedalam satuan kecil, empat orang guru menyampaikan materi secara garis besar dan selebihnya sebanyak satu orang guru menyampaikan materi setiap satu tema.

Dalam hal pelaksanaan remedial berdasarkan pengalaman guru, diketabui bahwa sebanyak tiga orang guru memberikan materi baru, satu orang guru memberikan remedial kepada yang kurang, dua orang guru memberikan

(35)

peringatan pada siswa yang kurang dan tidak ada yang menyatakan mengulang materi tersebut.

Perlakuan guru terhadap siswa ketika akan menyampaikan materi baru sebanyak satu orang guru mengharuskan siswa menguasai materi sebelumnya, empat orang guru mengharuskan siswa mempelajari materi sebelumnya dan selebihnya satu orang guru mengharuskan siswa mempelajari materi baru.

Data tentang pelaksanaan evaluasi hasil belajar menyatakan bahwa sebanyak dua orang guru jarang melaksanakan evaluasi, dua orang guru sering melaksanakan evaluasi dan selebihnya dua orang guru selalu melaksanakan evaluasi.

Berikutnya adalah data tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris menurut penilaian guru. Berdasarkan data, sebanyak satu orang guru menyatakan baik, dua orang guru menyatakan cukup dan tiga orang guru menyatakan kurang hasil evaluasi belajar bahasa Inggris.

4. Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi model CALL telafa tersedia, yaitu PC Pentium 4 dengan RAM 1 GB dan harddisk 80 GB serta dilengkapi dengan scarmer dan printer. Sedangkan perangkat lunak sistem adalah Windows XP Professional dengan authoring tool Macromedia Flash MX 2004 Professional. Untuk membuat video yang memperiihatkan gerakan kursor menggunakan Camtasia 2.0 trial version yang diperoleh dari www.techsmith.com. Perangkat lunak pendukung iaimrya yang diperoleh dari internet sebagai trial version adalah Adobe Flash CS3, Adobe Photoshop CS2 dan Power Director.

(36)

5. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk membuat produk terdiri dari illustrator animator, video editor, progammer multimedia dan multimedia designer.

Dalam penelitian ini diperlukan sumber daya manusia dari luar, karena peneliti tidak dapat melakukan semua pekerjaan tersebut. Setelah memperoleh informasi pada penelitian dan pengumpulan data awal pengembangan model Computer Assisted Language Learning (CALL.)

B. Perencanaan Pembelajaran

Pada perencanaan pembelajaran ini peneliti membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang akan diberikan kepada siswa. Berkenaan dengan format rencana pembelajaran dan penyajiannya, melalui pengamatan dan studi dokumenter pada beberapa sekolah, diperoleh bahwa bentuk format rencana pembelajaran agak beragam. Sebagian besar guru sudah menggunakan format renpel sesuai dengan tuntutan kurikulum (kurikulum berbasis kompetensi) secara lengkap, sebagian lain hanya menyajikan komponen-komponen pentingnya saja, namun ada juga guru yang menggunakan format lain.

Walaupun ada variasi kelengkapan dan urutan, unsur-unsur rencana pembelajaran berisi rumusan: kompetensi dasar, hasil belajar, materi ajar, indikator, pengalaman belajar, penilaian dan alat/sumber belajar. Langkah- langkah kegiatan pembelajaran diurut atas tiga kegiatan. yaitu kegiatan awal, inti dan akhir atau penutup.

(37)

C. Pembuatan Produk Awal

a. Koleksi Material

Koleksi material dapat dikerjakan paralel dengan tahap produksi. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti clip art image, animasi, audio, video dan Iain-lain yang diperlukan untuk tahap berikutnya. Jika materi yang dicari tidak ditemukan, maka harus dibuat menggunakan perangkat lunak yang sesuai.

b. Produksi

Tahap produksi merupakan tahap dimana seJuruh objek CALL dibuat.

Pembuatan aplikasi berdasarkan storyboard dan flowchart. Pada tahap produksi ini diperlukan authoring tool untuk membuat aplikasi CALL. Model CALL yang dibuat mempunyai banyak interaktif dan kompleks, sehingga authoring tool sederhana tidak dapat digunakan untuk menanganinya. Untuk mengatasinya adalah dengan pemrograman menggunakan Action Script yang merupakan bagian dari fitur dalam authoring Macromedia Flash.

(38)

METODOLOGI RISET & PENGEMBANGAN BORG & GALL

Bagan 4.1

Prosedural Tahapan Pengembangan Model CALL MULAI

PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA

AWAL

PERENCANAAN

PEMBUATAN PRODUK AWAL

EVALUASI TEMAN SEJAWAT

EVALUASI TEMAN SEJAWAT UJI

COBA AWAL

PERBAIKAN PRODUK AWAL

UJI COBA TERBATAS

PERBAIKAN PRODUK UJI

COBA AWAL

UJI COBA LUAS

PERBAIKAN PRODUKSI OPERASIONAL

EVALUASI

PRAKTISI HASIL

AKHIR

PRODUKSI CD ROOM

Prosedural Tahapan Pengembangan Model Computer Assited Language Learning (CALL)

(39)

c Pembuatan Video

Yang merekam gerakan kursor untuk tutorial dilakukan dengan merekam cara menjelaskan materi pelajaran dengan perangkat lunak Camtasia 2.0. Camtasia merekam gerakan kursor dan menyimpannya ke dalam format file AVI. Selanjutnya video dimasukkan ke dalamjile Flash dengan cara mengimpornya.

d. Implementasi dari desain

Desain digunakan sebagai pedoman pembuatan produk. Dengan storyboard dapat dibuat tampilan setiap scene, sedangkan struktur navigasi (Flowchart) digunakan untuk menentukan link antara satu scene dengan scene lainnya.

e. Distribusi

Model Computer Assisted Language Learning (CALL) dibuat terdiri dari banyak file dengan format dan ukuran berbeda, disimpan dalam CD-ROM. Pada tahap ini dibuat kemasan seperti label dan cover CD-ROM, seperti Gambar 1.

(40)

D. UjiCobaAwal

1. Perencanaan dan Pengembangan Model a) Dasar Pengembangan Model

Heinich dalam AECT (1977:90) menggambarkan pola instuksional modifikasi dari Moms dengan menggabungkan pembelajaran tradisional dengan pola guru dengan media, karena menurutnya keputusan digunakan dan tidak digunakannya media tergantung kepada guru, sehingga pola instruksional terbagi menjadi tiga pola seperti pada diagram berikut.

Bagan 4.2

A Model of Paradigm of Instruksional Management (Heinich dalam AECT, 1977:90)

Cirruculum Planning (Strategi)

Mediated Teacher

Classroom Teacher Mediated

Teacher

Student Mediated

Teacher

(41)

Pada pola pertama (IX komunikasi antara guru dengan siswa dibantu alat peraga.

Dengan alat peraga diharapkan gangguan yang dapat menghambat proses komunikasi dapat ditekan bahkan dihilangkan tetapi kedudukan guru masih memegang peran yang dominan.

Kurikuium disampaikan kcpada siswa melalui guru dengan bantuan alat-alat bantu tertentu.

Dalam pola ini guru aktif menyampaikan isi kurikuium, murid menerima apa yang disampaikan kepadanya. Dalam menyampaikan isi pelajaran guru menggunakan buku teks, papan tulis, peta, alat-alat peraga, alat-alat audiovisual.

Dalam pola kedua (2), guru bukan satu-satunya sumber pesan atau sumber belajar. Peranan dan tanggung jawab gura dalam proses belajar tidak lagi dominan, sebab siswa dapat memperoleh informasi dari sumber lain yaitu dengan cara memanfaatkan media yang ada dan telah dirancang. Dalam pola ini telah terjadi perbedaan peranan guru sebagai pengelola kegiatan belajar dengan media pengajaran sebagai sumber belajar.

Pola ketiga (3), siswa hanya belajar dari media saja. Sumber belajar tidak lagi

dari guru melainkan peranan media sekaligus sebagai guru. Dalam praktek tidak dijumpai pengajaran yang ekstrim, sebab pola pengajaran tersebut saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Kurikuium sampai kepada siswa melalui media saja, dalam hal ini murid belajar atas kemauan dan keaktifan sendiri. Bantuan guru hampir tidak diperlukan lagi. Pola ini hanya bisa terlaksana kalau faktor-faktor yang ada dalam diri siswa {internal conditions) telah cukup untuk bekal penerimaan pengetahuan baru.

(42)

b) Model Pembelajaran Dengan Menggunakan Computer Assisted Language Learning (CALL)

Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Proses interaksi dalam pembelajaran dapat berlangsungdalam beberapa pola pembelajaran, yaitu kurikulum-guru-siswa, kurikukum-guru+media-siswa, kurikulum-guru-media-siswa dankurikulum-media-siswa.

Sebagai wujud dari proses pengembangan media pembelajarandengan menggunakan CALL tergambar dalam skema berikut

Bagan 4.3

Model Pembelajaran Dengan Menggunakan Computer Assisted Language Learning (CALL)

c) Mekanisme Pengembangan Model

Berdasarkan pada perilaku awal siswa bahwa media yang dikembangkan akan mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa Madrasah Tsanawiyah khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris kelas VII. Dasar Pertimbangan ini

Dertimated Behavioral Objective

Computer Asissted Language Learning (CALL)

1. Flowchart 2. storyboard

Student Need Assesment

Analisys

Learning Proses

Language Abilities Content

Fasilitas Strategi

Teacher

Gambar

Tabel    di    bawah    ini    menyajikan    data  mengenai    bagaimana menurut  pendapat  siswa  setelah  pembelajaran  dengan  menggunakan Computer Assisted Language Learning (CALL) yang telah dilaksanakan.
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  terdapat  selisih  rata-rata  pasangan  nilai  dari  sampei  tersebut  3,45405  dengan  simpangan  baku  14,00316
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  terdapat  rata-rata  selisih  pada  pasangan  nilai  dari  sampel  tersebut  yaitu  -3,84912  dengan  simpangan  baku  12,43692
Tabel uji t yang dihasilkan dari pengolahan data pretest dua  kelompok independent tersebut adalah sebagai berikut:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karakter adalah suatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup.Ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu penting menurut Lickona yaitu:

Teori modernisasi dapat dipakai untuk menjelaskan pemikir- an dan gerakan modernisasi (tajdid) yang terjadi di dunia Islam. Modernisasi Islam di Indonesia secara historis tidak

Sebab, yang sesuai dengan ajaran sunnah adalah agar suami menceraikan isteri satu kali talak (Muḥammad bin Ṣāliḥ al-„Uṡaimīn, 2016: 413). Dalil yang berhubungan dengan hal

!""93%.. Pemerinta+ ber+arap melalui kegiatan PIK Remaja akan membantu mengatasi permasala+an remaja 1ang sangat kompleks% )erbagai data menunjukkan ba+4a penerapan

Komponen Utama berupa Elemen Arsitektur rumah tinggal di Kawasan Pecinan Semarang, yang membentuk dan mempengaruhi makna simbolisasi, terdiri dari fenomena fisik

Skripsi ini berjudul Kinerja Anggota Dewan Perempuan di Kota Medan dalam menjalankan Fungsi Legislasi untuk memperperjuangkan kepentingan Perempuan tahun 2009-2011.. Tujuan

Penelitian hukum normatif dijelaskan oleh Peter Mahmud Marzuki dengan melihat pada tujuannya yaitu: “… menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum

The Fed menyatakan komitmennya untuk mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif dengan suku bunga mendekati level nol hingga inflasi naik menjadi 2% (17/2).. Pelemahan