• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS YURIDIS ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN ANTARA PDAM TIRTANADI DENGAN PT. TIRTA LYONNAISE MEDAN TAHUN 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS YURIDIS ATAS PERJANJIAN KERJASAMA PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN ANTARA PDAM TIRTANADI DENGAN PT. TIRTA LYONNAISE MEDAN TAHUN 2000"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH

INDRA KURNIAWAN NASUTION 127005070/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH :

INDRA KURNIAWAN NASUTION 127005070/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Tan Kamello, S.H., M.S Anggota : 1. Prof. Dr. Suhaidi, S.H, M.H

2. Dr. Jelly Leviza, S.H, M.Hum 3. Prof. Dr. Hasim Purba, S.H,M.Hum 4. Dr. Dedi Harianto S.H, M.Hum

(5)

Suhaidi Jelly Leviza4

Seiring perkembangan zaman untuk menciptakan kapasitas produksi air bersih, investor asing berminat berinvestasi dan mendirikan perusahaan Joint Venture dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, yang diberi nama PT. Tirta Lyonnaise Medan. Untuk kerjasama pengusahaan dan penyediaan air bersih di kota medan oleh karena itu perlu diadakan penelitian mengenai Bagaimana bentuk Perjanjian Kerjasama tersebut, hambatannya dan Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam Perjanjian Kerjasama pengusahaan dan penyediaan air bersih di kota medan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian yaitu analisis terhadap hukum perjanjian, sifat penelitian yang di gunakan adalah deskripti fanalitis yakni dengan pengumpul data melalui studi dokumen dengan menggunakan analisis data kualitatif dengan menitik beratkan kepada bentuk dan hambatan perjanjian serta penyelesaian sengketa perjanjian.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada dasarnya Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan lahir dari asas kebebasan berkontrak sudah memenuhi ketentuan dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman modal, dalam melaksanakan perjanjian kerjasama terdapat beberapa hambatan yang terjadi ada yang Bersifat Yuridis seperti bidang perpajakan, bidang tenaga kerja, bersifat non yuridis seperti pungutan liar, cara penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama ini diatur dalam pasal 18 dengan di luar pengadilan melalui arbiterase dan pakar.

Kata Kunci : Perjanjian Kerjasama, Penyediaan Air Bersih, Penyelesaian Sengketa

1 Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara

2 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara

3 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara

4 Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatara Utara

(6)

Suhaidi Jelly Leviza4

Along with the development of the era to create clean water production capacity, foreign investors are interested to invest and establish a Joint Venture company with PDAM Tirtanadi, North Sumatra Province, which is named PT. Tirta Lyonnaise Medan. for the cooperation of water supply and supply in the city of Medan, therefore it is necessary to conduct a research on how the Cooperation Agreement forms, the obstacles and How to settle the dispute in the Cooperation Agreement and the provision of clean water in Medan

This research uses normative research type with the consideration that the starting point of the research is the analysis of the law of agreement, the nature of research in use is analytical descriptive that is by collecting data through document studies by using qualitative data analysis with emphasis on the form and obstacles of agreement and dispute settlement agreement

Based on the results of the research is known that basically Agreement of Cooperation of Water Supply Besih in Medan City Between PDAM Tirtanadi With PT. TirtaLyonnaise Medan was born from the principle of freedom of contract already meet the provisions in Article 1320 Civil Code and Law No.25 of 2007 on investment, in implementing the cooperation agreement there are several obstacles that occur there are juridical such as taxation, labor, non juridical such as illegal levies, the manner of dispute resolution in this cooperation agreement is set out in article 18 with out court through arbitrators and experts

Keywords: Cooperation Agreement, Water Supply, Dispute Settlemen

1Student of Master in Law, University of North Sumatra

2 Lecturer at faculty of Law, University of North Sumatra

3Lecturer at faculty of Law, Universitas of North Sumatra

4Lecturer at faculty of Law, Universitas of North Sumatra

(7)

berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dalam bentuk tesis ini. Tesis ini berjudul “Analisis Yuridis Atas Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan antara PDAM Tirtanadi dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan Tahun 2000”, yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh Magister Hukum pada Program studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Penulis telah berusaha mengarahkan segala kemampuan yang dimiliki dalam penulisan tesis ini. Akan tetapi penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari segala kekurangan dan mungkin masih dari kata sempurna. Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

(8)

pembimbing I penulis, yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini, bahkan nasehat, motivasi dan petuah hidup dalam menyelesaikan persoalan perkuliahan dan kehidupan.

6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Dosen pembimbing II penulis, yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini, bahkan nasehat, motivasi dan petuah hidup dalam menyelesaikan persoalan perkuliahan dan kehidupan.

7. Ibu Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum selaku Pembimbing III penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan memberikan masukan bagi penulis dalam pendalaman materi tesis.

8. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba, SH,M.Hum dan bapak Dr. Dedi Harianto, SH, M.Hum selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran yang membangun dalam penyusunan tesis ini.

9. Para staf pengajar dan Pegawai Administrasi Program Program Studi Ilmu Hukum Universitas Sumatara Utara.

Pada kesempatan ini juga perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan perasaan penuh penghargaan dan terima-kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan dan terima-kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada yang tercinta dan tersayang Ayah anda dan Ibunda atas doa dan bantuan baik material

(9)

semua pihak yang selalu memberikan dorongan semangat dan kasih sayang juga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

Semoga tulisan ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2018 Penulis

Indra Kurniawan Nasution

(10)

1. Nama : Indra Kurniawan Nasution 2. Tempat/Tanggal Lahir : Mayang, 17 September 1980 3. Agama/Jenis Kelamin : Islam/Laki-laki

4. Alamat Rumah : Jl Setia Budi No 33 Medan Helvetia 5. No Telp/E-mail : 081375401145,k.indra73@yahoo.co.id II. KELUARGA

Bapak : Bapak Syahril Nasution

Ibu : Ibu Sampir

Anak Ke : 4 dari 4 Bersaudara

Istri : Vitri Handayani

Anak : Ibni Salman Nasution

Atha Rafid Nasution III. PENDIDIKAN

SD : Mayang Kec.Bosar Maligas Kab. Simalungun

SLTP : Mayang Kec.Bosar Maligas Kab. Simalungun

STM Negeri : Kota Pematang siantar

Strata Satu(S1) : Fakultas Hukum Universitas Medan Area Medan

Strata Satu(S2) : Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Univeritas Sumatara Utara

IV. PEKERJAAN

Staf Administrasi di Universitas Medan Area

(11)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Keaslian Penelitian ... 19

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsional ... 21

1. Kerangka Teori ... 21

2. Kerangka Konsepsional ... 31

G. Metode Penelitian... 35

1. Jenis Penelitian ... 36

2. Sumber Data Penelitian ... 36

3. Teknik Pengumpulan Data ... 38

4. Analisis Data ... 39

BAB II. BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN ANTARA PDAM TIRTANADI DENGAN PT. TIRTA LYONNAISE MEDAN A. Pengertian Perjanjian………... 40

1. Jenis Perjanjian ... 55

2. Prestasi dan Wanprestasi Hukum Perjanjian ... 64

(12)

2. Klausula yang Menyebutkan Kewajiban PDAM ... 78

3. Tanggung Jawab Perusahaan BKAM dan PDAM ... 80

BAB III HAMBATAN PERJANJINAN KERJASAMA PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KOTA MEDAN ANTARA PDAM TIRTANADI DENGAN PT. TIRTA LYONNAISE MEDAN A. Hambatan yang Bersifat Yuridis ... 81

1. Hambatan dalam bidang perpajakan ... 81

2. Hambatan dalam bidang tenaga kerja ... 87

B. Hambatan yang Bersifat Non Yuridis ... 93

1. Pungutan Liar ... 93

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA YANG TERJADI ANTARA PT. TIRTA LYONNAISE MEDAN DENGAN PDAM TIRTANADI PROVINSI SUMATERA UTARA A. Bentuk Penyelesaian Sengketa ... 97

B. Cara Menyelesaikan Sengketa ... 98

C. Bentuk Penyelesain Sengketa Perjanjian PDAM Tirtanadi dan PT. Tirta Lyonnaise ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat mempengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai Negara yang ingin mencapai tujuannya yaitu mensejahterakan rakyatnya. Perkembangan globalisasi telah banyak mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia terutama dibidang hukum dan ekonomi. Dengan perkembangan demikian, pengusaha-pengusaha tentu memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan bisnis yang dikelola dengan baik. Di Indonesia sendiri, dengan berkembangnya dunia bisnis berdampak pula pada peningkatan ekonomi dan stabilitas negara sehingga kelak dapat menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan rakyat.1

Beberapa dasarwasa yang lalu sejak pembangunan barencana dimulai di Indonesia telah terjadi peningkatan kegiatan transaksional, baik yang di lakukan antar para pihak di dalam negeri maupun antar para pihak di dalam negeri dengan para rekanan bisnis di luar negeri. Keluasan dan karagaman sektor pembangunan berencana menjadi sebab munculnya perbagai macam kegiatan transaksi yang sebelumnya kurang atau tidak dikanal di Indonesia. Bersamaan dengan itu, akselerasi pembangunan berencana tidak jarang menyebabakan suatu kegiatan transaksi dilakukan dengan frenkuensi yang tinggi. Keseluruhan kondisi yang berkaitan transaksi pada umumnya dituangkan di dalam suatu perjanjian.

1Abdul Kadir Muhammad, 2002, Hukum perikatan,Citra Aditya Bakti, Bandung hlm 51

(14)

setidaknya ada empat fungsi hukum perjanjian bila dipandang dari sudut ekonomi yaitu:

1. Hukum perjanjian yang memuat masalah ganti rugi bila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau melanggar perjanjian akan memberikan “an essential check on opportunism in non simulataneous exchanges”dengan menjamin pihak yang satu, dalam pelaksanaan perjanjian,tidak berhadapan dengan risiko,daripada kerja sama dari pihak lainnya.

2. Fungsi ekonomi lainnya dari perjanjian bisnis adalah memakai para pihak given catagories of exchanges dengan seperangkat ketentuan perjanjian (dimana mareka bebas untuk menetukannya bila mareka mau) sehingga akan mengurangi transaction costs.

3. Hukum perjanjian berfungsi untuk mengurangi ketidakhati-hatian para pihak dengan memberikan tanggung jawab kepada pihak yang mengakibatkan karugian kepada pihak lainnya.

4. Fungsi hukum perjanjian dari sudut pandangan ekomomi adalah memformulasikan sepakatan katentuan yang merupakan alasan yang memanfaatkan pelaksanaan perjanjian sehingga dapat dilaksanakan efficient exchanges, tetapi tidak mendorong pelaksanaan inefficient exchengers yang tidak memenuhi criteria efsiensi pareto

Ekonomi adalah suatu studi tentang tingkah laku yang rasional dalam menghadapi kelangkaan (scarcity). Oleh karena itu, ekonomi dan hukum tidak dapat dipisahkan. Sistem hukum juga berhadapan dengan kelangkaan Jika semua

(15)

hal telah sepurna dan baik, maka mungkin tidak perlu lagi ada hukum dan negara hidup mungkin menjadi jenuh dan membosankan.

Globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi ,dalam arti subtansi berbagai Undang-Undang dan perjanjian menyebar melawati batas-batas negara.

Selama perkembangannya hampir setengah abad hukum perjanjian Indonesia mengalami perubahan, antara lain sebagai akibat dari keputusan badan legeslatif dan eksekutif serta pengaruh dari globalisasi. Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan mereka.Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban. Perjanjian sangat banyak dipergunakan orang dalam dunia bisnis, bahkan hampir semua kegiatan bisnis diawali oleh adanya perjanjian, meskipun perjanjian dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun.

Karena itu, memang tepat jika masalah perjanjian ini ditempatkan sebagai bagian dari hukum bisnis.2

Hukum perjajian masih menggunakan peraturan kolonial Belanda yang terdapat dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menganut sistem terbuka (open System),artinya bahwa pihak bebas mengadakan perjanjian dengan siapa pun, baik lisan maupaun tertulis. Disamping itu, diperlukan diperkenankan membuat perjanjian yang telah dikanal dalam Kitab Undang-Undang Hukum perdata maupun di luar Kitab Undang-Undang Hukum perdata. Perjanjian yang telah diatur dalam Kitab Undang-Udang perdata, seperti jual beli,tukar-menukar,sewa-

2. Munir Fuady, 2013, Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global, Bandung: Citra Aditya Bakti, hal. 9

(16)

menyewa,persekutuan perdata,hibah,penitipan barang,pinjam pakai, pinjam meminjam,pemberian kuasa,penanggung utang,perjanjian untung-untungan dan perdamaian. Di luar Kitab Udang-undang hukum perdata, kini telah berkembang berbagai perjanjian baru, seperti leasing,beli sewa franchise,surrogate,mother,production sharing,joint venture dan lain-lain. Walaupun perjanjian-perjanjian itu telah hidup dan berkembang dalam masyarakat,namun peraturan yang terbentuk undang-undang belum ada. Akibat dari tidak adanya kepastian hukum tentang perjanjian tesebut maka akan menimbulkan persolan dalam dunia perdagangan,terutama ketidakpastian bagi para pihak yang mengadakan perjanjian. Dalam kenyataannya salah satu pihak sering kali membuat perjanjian dalam bentuk standat,sedangkan pihak lainya akan menerima perjanjian tersebut karena kondisi sosial ekonomi mereka yang lemah. Untuk itu pada masa mendatang diperlukannya adanya Undang-undang tentang perjanjian yang bersifat nasional,yang menggantikan paraturan yang lama. Undang-undang tesebut juga memberikan kedudukan yang seimbang kepada para pihak dalam memenuhi hak dan kewajibannya.

Dasar-dasar dari hukum perjanjian nasional dalam kitab Undang-Undang hukum perdata. Karena itu Undang-Undang hukum perdata marupakan sumber utama dari suatu perjanjian. Disamping sumbernya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut yang menjadi sumber hukum perjanjian adalah sebagai berikut:

1. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur khusus untuk jenis perjanjian tertentu atau mengatur aspek tertentu dari perjanjian.

(17)

2. Yurisprodensi, yaitu putusan-putusan hakim yang memutuskan perkara berkenaan dengan perjanjian.

3. Perjanjian internasional, baik bersifat bilateral atau multilateral, yang mengatur tentang aspek bisnis internasional.

4. Doktrin atau pendapat ahli yang telah dianut secara meluas.

5. Hukum adat di daerah tertentu sepanjang yang menyangkut dengan perjanjian-perjanjian tradisional bagi masyarakat pedesaan.3

Menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui peroses tawar-menawar pada umumnya perjanjian bisnis justru berawal dari perbedaan kepentingan yang dicoba dipertemukan melalui perjanjian tertulis. Melalui perjanjian perbedaan tersebut diakomodasi dan selanjutnya di bingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagaimana undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Meskipun hal tersebut R. Subekti menjelaskan.

Bahwa kita diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja (atau tentang apa saja) dan perjanjian itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti undang-undang. Atau dengan perkataan lain, dalam soal perjanjian, kita diperbolehkan membuat undang-undang bagi kita sendiri. Pasal-pasal dari hukum perjanjian hanya berlaku, apabila atau sekedar kita tidak mengadakan aturan-aturan

3. Ibid,10

(18)

sendiri dalam perjanjian-perjanjian yang kita adakan itu.4 Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Suatu perjanjian juga di namakan persetujuan karena dua pihak itu setuju untuk malakukan sesuatu dapat dikatakan bahwa perkataan (perjanjian dan persetujuan)itu adalah sama artinya

Hukum perjanjian menganut sistem terbuka dalam hukum Hukum perjanjian memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Sistem ini melahirkan prinsip kebebasan berkontrak (freedom of contract) yang membuka kesempatan kepada para pihak yang membuat perjanjian untuk menentukan hal-hal berikut ini.

1. Pilihan hukum (choice of law), dalam hal ini para pihak menentukan sendiridalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontraktersebut.

2. Pilihan forum (choice of forum), yakni para pihak menentukan sendiri dalamkontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketadi antara para pihak dalam kontrak tersebut

3. Pilihan domisili (choice of domicile), dalam hal ini masing-masing pihak melakukan penunjukan di manakah domisili hukum dari para pihak tersebut.5

4. R. Subekti. 2005. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, hal. 14.

5. Munir Fuady,, 2013, Op. Cit, hlm. 137

(19)

Penguasaan negara atas air dilakukan oleh BUMN/BUMD yang merupakan perusahaan negara/daerah yang mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik. Salah satu pelayanan publik yang dilakukan dan menjadi tanggung jawab pemerintah adalah menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan air yang bermutu tinggi bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak melalui penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). SPAM perlu dikembangkan karena air mempunyai karakteristik tersendiri , yaitu keberadaan air hanya ada di tempat tertentu padahal semua orang membutuhkannya. Oleh karena itu air perlu diolah dan didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan hidup semua orang.

Kerjasama antara BUMN/BUMD, dengan koperasi, badan usaha swasta, dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM dapat dilakukan baik dalam pembiayaan investasi pembangunan prasarana sumber daya air maupun penyediaan jasa pelayanan dan/atau pengoperasian sarana sumber daya air. Salah satu badan usaha milik daerah provinsi sumatera utara yang menunjang kebutuhan sosial dan ekonomi di sumatera utara adalah Perusahan Daerah Air Minum Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara PDAM Tirtanadi merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara dalam bidang pelayanan air minum Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah suatu perusahaan milik Pemerintah Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara. Dahulunya perusahaan ini bernama NV. Water Leiding Maatschappij Ajer Beresih yang merupakan milik pemerintah Hindia Belanda yang didirikan di Amsterdam pada tanggal 08 Sepetember 1905 yang berkantor pusat di Amsterdam negeri Belanda.

Dengan dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, maka

(20)

Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Menjadi “Perusahaan Daerah Sumatera Pengaliran Air Minum Tirtanadi”. Kemudian pada tahun 1979, maka perusahaan ini resmi menggunakan nama sekarang yaitu Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi di singkat dengan PDAM Tirtanadi yang terletak di Jl. Sisingamangaraja No. 1 Medan.

Pada tahun 1985 Peraturan Daerah ini disempurnakan dengan Peraturan Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara No.25 tahun 1985 tentang PDAM Tirtanadi Propinsi Daerah tingkat 1 Sumatera Utara.

Selanjutnya pada tahun 1991, diadakan perubahan pertama Peraturan Daerah No.25 tahun 1985 dengan Peraturan Daerah No.6 tahun 1991. Dalam peraturan ini, PDAM Tirtanadi disamping menangani air bersih juga mengelola air limbah.

Kemudian pada tahun 1999, dikeluarkan Peraturan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Tingkat 1 Sumatera Utara No.3 tahun 1999 tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara

Dalam upaya kesinambungan pembangunan nasional , salah satu cara yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah dengan memberi kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Penanaman modal dari investor asing ke negara-negara berkembang pada prinsipnya berkaitan dengan tiga fase yaitu ekonomi, politik dan hukum. Ketiga faktor tersebut mempunyai efek terhadap masuknya modal asing kesuatu negara. Keberhasilan suatu pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dari penanaman modal asing sebagai faktor penunjang dan turut menentukan pembangunan ekonomi, antara lain dapat menciptakan pekerjaan, terjadinya alih teknologi, memberikan masukan dari segi perpajakan dan pendapatan

(21)

negara dan daerah. Perusahaan Air Milik Daerah Sumatera Utara Tirtanadi sering mengalami kendala alam, alat-alat operasional juga sudah tidak layak pakai dan di sisi lainnya di bidang finansial Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi serta dibebani dengan tidak pernah mendapatkan subsidi dari pemerintah dan bahkan apabila Perusahaan mengalami keuntungan, Perusahaan diwajibkan untuk menyetor kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat pun terkendala karena perusahaan tidak memiliki dana cukup besar untuk merehabilitasi alat operasional serta untuk menjangkau daerah lainnya walaupun Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi tergolong kepada Perusahaan Daerah Air Minum yang sehat. Penanaman modal asing memegang peranan penting dalam dua hal. Pertama dalam rangka menunjang perekonomian Indonesia dan kedua, dalam rangka mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap hutang luar negeri.

Dengan adanya reformasi kebijakan sumber daya air di Indonesia, keterlibatan swasta disektor air semakin dipertegas. Sumber dana untuk setiap jenis pembiayaan dapat berupa :

a. Anggaran pemerintah, b. Anggaran swasta, dan/atau

c. Hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air.6

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal

6 Indonesia, Undang-Undang Sumber Daya Air, UU No.7 Tahun 2004.

(22)

untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal, baik dari dalam negeri, maupun dari luar negeri.

Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan didalam wilayah negara Republik Indonesia kecuali ditentukan oleh Undang-Undang penanaman modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan :

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas.

b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentun peraturan perundang-undangan.7 Undang-udang No.25 tahun 2007 tantang penanaman modal memberi kepastian hukum bagi perusahaan modal asing yang menanamkan modal di Indonesia.

Kepastian untuk dapat menjalankan pekerjaan dengan tenang jaminan kepastian akan keselamatan investasi yang di tanamkannya di Indonesia dari tindakan nasionalisasi yang sewenang-wenang.

Seiring perkembangan zaman untuk menciptakan kapasitas produksi air bersih, investor asing berminat berinvestasi (menanamkan modalnya) dengan lokasi di Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara, yaitu Suez Environment

7Republik Indonesia, Undang-Undang Penanaman Modal, UU No.25 Tahun 2007, I.N.R.I.

No.67 Tahun 2007.

(23)

Perancis (Grup Suez) yang mendirikan perusahaan Joint Venture dengan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, yang diberi nama PT. Tirta Lyonnaise Medan.

Komposisi kepemilikan saham, 85% Suez Environment dan 15% PDAM Tirtanadi dengan mendirikan Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPAB) dengan kapasitas produksi 500 liter/detik. Pemilihan lokasi di Kabupeten Deli Serdang adalah dekat dengan sumber air baku yaitu sungai Belumei di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada tanggal 18 Juli 2000, ditandatangani perjanjian kerjasama antara PT. Tirta Lyonnaise Medan dan PDAM Tirtanadi untuk kerjasama pengusahaan dan penyediaan air bersih di kota medan PT. Tirta Lyonnaise Medan perusahaan perseroan terbatas Indonesia yang sedang dalam proses pendirian, pada saat penandatanganan perjanjian yang berkantor di Uniplaza,East Tower lantai 4 Jl. Letjen MT haryono A-1 Medan didikan dibawah hukum Indonesia sehingga secara otomatis tunduk pada hukum Indonesia. Beberapa prinsip dasar yang harus di perhatikan dalam perjanjian yang lazim dibuat dalam transaksi bisnis internasional perlu mendapat perhatian penyusun perjanjian bisnis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kebebasan berkontak

Prinsip kebebasan perkontrak yang dianut hukum Indonesia (pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata diberlakukan secara luas dalam praktek hukum di Indonesia,bahwa prinsip ini menjadi begitu penting karena digunakan sebagai kata kunci dalam mengembangkan berbagai macam perjanjian yang sebelumnya tidak dikenal dalam system hukum dana prektek hukum di Indonesia. Misalnya perjanjian patungan (joint venture agreement), perjanjian

(24)

lisensi (licence agreement),perjanjian waralaba (franchising agreement),dan perjanjian bagi hasil (production sharing contract) jenis-jenis perjanjian tersebut baru dikenal luas setelah berlakunya UU no.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing yang mengundang masuknya investor ke Indonesia 2. Prinsip penawaran dan penerimaan

Prinsip ini lebih dikenal sebagai persesuaian kehendak di antara para pihak.Dalam sistem hukum Anglo Saxon, lembaga ini mirip dengan prinsip offer and acceptance.Terobosan yang banyak di buat kalangan bisnis di Indonesia adalah pembuatan MOU (Memorandum of Understanding). Sulit untuk menetukan apakah bentuk ini termasuk dalam perjanjian dalam hukum Indonesia karena banyak pihak yang menginginkan bentuk ini semata-mata sebagai dokumen yang memuat saling pengertian di antara para pihak sebelum perjanjian di buat. Didalam hukum Indonesia dikenal suatu prinsip bahwa perjanjian tidak hanya ditafsirkan dari apa yang tertulis, tetapi juga apa yang secara wajar dimaksudkan para pihak atau secara umum berlaku dalam masyarakat. Jadi jika suatu memorandum of Understanding mengisayaratkan terjadi suatu perjanjian,tanpa melihat judul dokumen, dokumen tersebut dianggap telah memuat perjanjian diantara para pihak tersebut.

3. Iktikad baik

Prinsip ini terkandung dalam setiap sistem hukum pihak yang melakukan suantu tindakan atau perbuatan dengan dasar iktikad baik, walaupun tidak disebutkan dapat menyakini bahwa tindakannya tersebut dilindungi hukum.

(25)

Meskipun demikian penyusun perjanjian yang baik jelas dan rinci daripada semata-mata mendasarkan diri pada prinsip iktikad baik tersebut.

4. Penggunaan Istilah

Penyusunan perjanjian yang baik akan sangat berhati-hati dalam menggunakan istilah. Istilah yang sudah berlaku dan jelas pengertiannya dalam hukum tertulis, hanya dapat digunakan dalam perjanjian sederhana, dan tunduk pada hukum Indonesia, serta menyakut pihak-pihak Indonesia. Namun dalam perjanjian Internasional, istilah,pengertian dan definisi harus dibuat berdasarkan pada bahan acuan hukum tertulis.

5. Peralihan Risiko

Di dalam sistem hukum Indinesia beralihannya risiko atas kerugian yang timbul marupakan suatu prinsip yang berlaku untuk jenis-jenis perjanjian tertentu seperti jual-beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, pinjam pakai,pemborongan,dan pemberian kuasa tanpa perlu memperjanjikannya dalam perjanjian bersangkutan, kecuali jika para pihak menginginkan paraturan paralihan risiko yang lain dari yang ditetapkan undang-undang.

Diluar perjanjian-perjanjian yang manurut undang-undang telah mengatur sendiri masalah peralihan risiko,pembuat perjanjian perlu melakukan pengaturan sendiri atas risiko yang mungkin timbul.

6. Ganti Rugi (Penalty)

Prinsip ganti rugi di dalam perjanjian selalu hadir dalam setiap hukum. Pihak- pihak yang dirugikan berhak menuntut ganti rugi atas tidak dipenuhi atau

(26)

dilanggarnya atau diabaikannya suatu ketentuan dalam perjanjian oleh pihak lainya. Penyusuns perjanjian harus memberikan pengertian dan batasan atas ganti rugi tersebut di dalam perjanjian yang baraspek transnasional karena prinsip ganti rugi dalam hukum Indonesia mungkin berbeda dengan prinsip ganti rugi dalam sistem hukum lain. Di Indonesia tidak di kenal adanya kerugian seperti consequentinal damages principleatau punitive damages principle yang sudah lazim dalam sitem hukum Anglo Saxon. Pencantuman istilah tersebut dalam suatu perjanjian akan dapat menimbulkan masalah apabila tidak dijelaskan secara rinci karena para pihak mungkin pada waktu pembuatan perjanjian memahami istilah tersebut dalam konteks yang berlainan.

7. Keadaan darurat (force majeure)

Setiap perjanjian harus memuat klausul keadaan darurat karena besar kemungkinan terdapat keadaan yang tidak dapat dibayangkan atau diperkirakan pada saat perjanjian tersebut ditandatangani. Pihak yang mengalami keadaan darurat harus memberitahukan terjadinya keadaan darurat tersebut kepada pihak lainnya sesgera mungkin. Kedua belah pihak harus mengadakan pertemuan untuk mengatasi akibat dari kesalahan darurat tesebut terhadap perjanjian.pihak yang melakukan wanprestasi karena keadaan darurat tidak dapat dikaitkan sanksi ganti kerugian. Pengetian keadaan darurat

adalah termasuk, tetapi tidak terbatas pada

perang,pemberontakan,invasi,bencanaalam,kebakaran,banjir,embargo,peledak

(27)

an larangan impor-ekspor,pemogokan,dan kesulitan perburuhan. Ada juga yang memasukkan inflation beyond the expected rate dan certain changer in government polic. Keadaan darurat yang dipandang modern adalah an occurrence beyond the control of the party affected, provided that such party could not reasonably have foreseen such occurrence at the time of entering into the contract or could not reasonably have avoided or overcame its consequences. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dari Rp2.300.00 menjadi Rp 15.000,00 persatu dollar waktu yang relative singkat dapat dikategorikan sebagai darurat (force majeure)

8. Perubahan perjanjian

Perjanjian-perjanjian bisnis internasional ada bersifat rigid di samping yang bersifat fleksibel. Dalam perjanjian yang bersifat fleksibel selalu di cantumkan renegotiation clause, terutama dalam perjanjian jangka panjang.

Klausul ini jangan dilihat sebagai jalan bagi salah satu pihak untuk lari dari kewajibannya, tetapi bagimana perjanjian tersebut dapat memberikan jaminan bahwa kedua belah pihak sama-sama mendapatkan keuntungan ketika situasi dan kondisi telah berubah dibandingkan pada saat ditandatanganinya perjanjian yang bersangkutan. Memasukkan klausul ini dalam perjanjian bisnis internasional dapat mengurangi timbulnya perselisihan karena memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyesuaikan perjanjian yang telah dibuat dengan yang baru.

9. Alasan pemutusan

(28)

Pemutusan suatu perjanjian timbal balik hanya dilakukan atas persetujuan bersama para di dalamnya. Persetujuan bersama para pihak di dalamnya.

Persetujuan dapat diberikan dalam persetujuan yang bersangkutan untuk hal- hal tententu. Penyusunan perjanjian yang tunduk pada hukum Indonesia wajib mengetahui bahwa tanpa adanya perjanjian demikian mengharuskan salah satu pihak yang mengingankan pemutusan perjanjian untuk memintah persetujuan pengadilan terlebih dahulu (lihat pasal 1266 KUH Perdata).

Dalam praktiknya penyusunan perjanjian selalu mencamtumkan bahwa para pihak setuju melepaskan pasal tesebut masih belum diuji sehingga membutuhkan suatu yurisprudensi.

10. Pilihan hukum

Untuk perjanjian yang mempunyai aspek transnasional, masalah pilihan hukum ini menjadi penting. Tidak semua pihak asing merasa comfortable bahwa perjanjiannya walaupun menyangkut Indonesia, diatur dan ditafsirkan menurut hukum Indonesia. Pilihan hukum asing untuk suatu perjanjian yang menyangkut Indosesia sah dan mengikat. Masalahnya bagi penyusun perjanjian adalah pilihan demikian praktis dan efektif.

11. Penyelesaian sengketa

Sebagian besar transaksi bisnis internasional memilih arbitrase luar negeri sebagai tempat penyelasaian sengketa dengan berbagai alasan. Jika penyelesaian sengketa yang timbul dari perjanjian tersebut dilakukan di hadapan badan peradilan di Indonesia, masalahnya adalah apakah badan

(29)

peradilan yang bersangkutan dianggap mampu. Kalau penyelesaian sengketa tersebut dilakukan di pengedilan di luar negeri. Apakah keputusan pengadilan asing dapat dilaksanakan di Indonesia. Sesuai dengan prinsip hukum acara yang berlaku di Indonesia, keputusan hakim asing tidak serta merta (otomatis) dapat dilaksanakan di Indonesia. Pengadilan di Indonesia hanya dapat menggunakan keputusan tersebut sebagai salah satu bahan atau bukti dalam memberikan keputusannya sendiri dalam suatu perkara baru yang dianjurkan ke hadapan pengadilan tersebut.8

Melihat pentingnya kajian hukum berdasarkan uraian di atas maka akan menarik untuk menelaah lebih jauh khususnya mengenai perjanjian tersebut dengan cara membahas dan menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul ”Analisis Yuridis Atas Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan”

8Syahmin Ak, Hukum dagang internasional dalam karangka studi analitis, 2007 Jakarta: PT Persada, hal. 331

(30)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan alasan-alasan tersebut di atas, maka penting untuk ditinjau secara yuridis permasalahan yang ada yaitu:

1. Bagaimana bentuk Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan ?

2. Bagaimana hambatan Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan?

3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT.

Tirta Lyonnaise Medan ? C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada latar belakang dan rumusan permasalahan, maka dapatdikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Perjanjian Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan 2. Untuk mengetahui hambatan perjanjian penyediaan air bersih di kota Medan

Antara PDAM Tirtanadi dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan

3. Untuk mengetahui cara penyelesaian sengketa Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Bersih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT.

Tirta Lyonnaise Medan

(31)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan sejumlah manfaat yang berguna baik secara teoritis dan peraktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis bermanfaat bagi kalangan akademisi sebagai bahan kajian penelitian dan pengkajian lebih lanjut serta menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang perjanjian kerjasama antara investor asing dan investor dalam negeri. Dapat bermanfaat untuk melengkapi bahan kepustakaan pada pengajaran hukum Perdata.

2. Secara praktis Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan ataupun pemikiran kepada pihak yang berkepentingan bagi pelaku bisnis lainnya agar lebih mengetahui dan memahami mengenai perjanjian antara pelaku bisnis untuk pembatasan risiko khususnya pada bidang yang sama dan bisa memberikan masukan, acuan, perbandingan atau referensi bagi semua pihak lainnya yang berkepentingan, serta biasa memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sama

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini memiliki keaslian dan tidak plagiat dari karya ilmiah pihak lain.Karena sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara Khususnya di Program Studi Magister Ilmu Hukum. Dari hasil pemeriksaan diperoleh beberapa judul tesis, antara lain:

(32)

1. Tesis atas nama Ahmad jabbar NPM 087005115, dengan judul Harmonisasi Pengaturan Badan pelaksana MIGAS Berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 2006 Tentang pemerintahan Aceh dengan undang-undang no.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas dan pengaruhnya terhadap kontrak kerjasama BPMIGAS dengan Pertamina EP

2. Tesis atas nama Kasmin Sidauruk NPM 002105037, Perlindungan hukum bagi Sub Kontraktor Dalam Pelaksanaan Perjanjian Pemborongan konstruksi sumber daya alam.

3. Selain itu juga perna ada penelitian yang di lakukan olehYulianti NMP 087011153 mahasiswa program magister kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Tinjauan Yuridis atas Kontrak Perjanjian Perbaikan Kapal Di PT. Sinbat Precast Teknindo Indonesia Di Pulau Batam penelitian yuliani memfokuskan hukum masing-masing negara dalam kontrak. Berdasarkan hasil penelusuran judul tesis diatas dapat disimpulkan bahwa judul dan permasalahan dalam penelitian ini dengan judul analisis yuridis atas perjanjian kerjasama penyediaan air bersih di kota Medan antara PDAM Tirtanadi dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan sama sekali belum pernah di lakukan penelitian dan permasalahan yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu penelitian ini baru pertama kali di lakukan, sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus di junjung tinggi yaitu kejujuran,rasional, objaktif, terbuka, dan sesuai pula dengan implikasi etis dari prosedur menemukan kebenaran ilmiah secara bertanggung jawab.

(33)

F. Kerangka Teori dan konsepsi 1. Kerangka Teori

Penelitian hukum mensyaratkan kerangka teori dan kerangka konsepsional sebagai suatu yang penting. Karangka teoritis mengulaikan segala sesuatu yang terdapat dalam teori sebagai suatu sistim “theori’ma” atau ajaran. Konseptual mengungkapkan beberapa konsep atau pengertian yang dipergunakan sebagai dasar penelitian.9

Dalam dunia ilmu, teori menempati kedudukan yang penting sebagai sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bias disatukan dan ditujukan kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberi penjelasan melalui cara mengorganisasi dan mensistematikan masalah yang dibicarakannya10

Agar dalam menetapkan landasan teori pada waktu diadakan penelitian ini tidak salah arah,sebelum diambil rumusan landasan teori sebagimana dikemukakan M.Solly Lubis bahwa landasan teori adalah “suatu kerangka pemikiran atau butir- butir pendapat,teori,tesis mengenai Sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang dijadikan masukan dalam membuat karangka berpikir dalam penulisan “11

9. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif:Suatu Tinjauan Singkat Jakarta RajaGrafindo Persada 2010 hlm 15

10. Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,Bandung CitraAditya Bakti 2006 hlm 253

11. M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian BandungMandar Maju,1994 hlm 80

(34)

Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu:

kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Ketiga unsur tersebut harus ada kompromi, harus mendapat perhatian secara proporsional seimbang.12 Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah mengusahakan kompromi secara proporsional seimbang antara ketiga unsur tersebut. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.

Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penoramaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas pulah penerapanya13. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumanya. Akan tetapi kepastian hukum mungkin sebaiknya tidak dianggap sebagai elemen yang mutlak ada setiap saat, tapi

12Bismar Siregar, 1983, Berbagai segi hukum dan perkembangannya dalam masyarakat, Alumni, Bandung, hlm. 22

13Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 1995, hlm. 22

(35)

sarana yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dengan memperhatikan asas manfaat dan efisiensi.

Dalam hubungan secara perdata, setiap subjek hukum dalam melakukan hubungan hukum melalui hukum kontrak juga memerlukan kepastian hukum.

Pembentuk undang-undang memberikan kepastiannya melalui pasal 1338 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Perjanjian yang berlaku sah adalah undang-undang bagi para subjek hukum yang melakukannya dengan itikad baik. Subjek hukum diberikan keleluasaan dalam memberikan kepastian bagi masing-masing subjek hukum yang terlibat dalam suatu perjanjian. Kedudukan yang sama rata dipresentasikan dalam bentuk itikad baik. Antar subjek hukum yang saling menghargai kedudukan masing-masing subjek hukum adalah perwujudan dari itikad baik.

Kepastian dalam melakukan perjanjian tidak hanya dari suatu akibat suatu perjanjian yang hendak diinginkan, akan tetapi juga pada substansi perjanjian itu sendiri. Pembentuk undang-undang juga mewajibkan kepastian dalam merumuskan suatu perjanjian. Pasal 1342 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa kata-kata yang digunakan juga harus jelas sehingga tidak dapat menyimpang dari penafsiran yang sudah dijelaskan. Oleh karena kontrak merupakan undang- undang bagi para subjek hukum maka segala sesuatu yang tertulis harus pasti diartikan oleh para subjek hukum. Jika suatu perjanjian tidak memberikan kepastian dalam hal isinya maka kedudukan subjek hukum yang lemah akan tidak terlindungi

(36)

dan menjadi tidak pasti. Itikad baik dan penafsiran tidak sepenuhnya menjamin kedudukan yang pasti para subjek hukum dalam suatu perjanjian. Menurut Rene Descrates, seorang filsuf dari Perancis, menyatakan bahwa kepastian hukum dapat diperoleh dari metode sanksi yang jelas. Sanksi yang akan diberlakukan bagi para subjek hukum yang terlibat dalam suatu perjanjian bersifat tetap dan tidak diragukan.

Sanksi diberikan bukan sebagai orientasi pada hasil yang akan dituju dari suatu perjanjian akan tetapi orientasi pada proses pelaksanaan perjanjian itu sendiri.

Teori Kepastian menekankan pada penafsiran dan sanksi yang jelas agar suatu kontrak dapat memberikan kedudukan yang sama antar subjek hukum yang terlibat.

Kepastian memberikan kejelasan dalam melakukan perbuatan hukum saat pelaksanaan perjanjian dalam bentuk prestas bahkan saat perjanjian tersebut wanprestasi.

Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum.14 Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Putusan hakim misalnya, sedapat mungkin merupakan resultant dari ketiganya. Sekalipun demikian, tetap ada yang berpendapat, bahwa di antara ketiga tujuan hukum tersebut, keadilan merupakan tujuan hukum

14Arief Sidharta , Meuwissen tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, 2007 Bandung, hal .10

(37)

yang paling penting, bahkan ada yang berpendapat, bahwa keadilan adalah tujuan hukum satu-satunya.

Pengertian keadilan adalah keseimbangan antara yang patut diperoleh pihak- pihak, baik berupa keuntungan maupun berupa kerugian. Dalam bahasa praktisnya, keadilan dapat diartikan sebagai memberikan hak yang setara dengan kapasitas seseorang atau pemberlakuan kepada tiap orang secara proporsional, tetapi juga bisa berarti memberi sama banyak kepada setiap orang apa yang menjadi jatahnya berdasarkan prinsip keseimbangan. Hukum tanpa keadilan tidaklah ada artinya sama sekali.

Dari sekian banyak para ahli hukum telah berpendapat tentang apa keadilan yang sesungguhnya serta dari literatur-literatur yang ada dapat memberikan kita gambaran mengenai arti adil. Adil atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain yang menyangkut hak dan kewajiban. Yaitu bagaimana pihak-pihak yang saling berhubungan mempertimbangkan haknya yang kemudian dihadapkan dengan kewjibanya. Disitulah berfungsi keadilan. Membicarakan keadilan tidak semuda yang kita bayangkan, karena keadilan bisa bersifat subjektif dan bisa individualistis, artinya tidak bisa disama ratakan. Karena adil bagi si A belum tentu adil oleh si B. Oleh karen itu untuk membahas rumusan keadilan yang lebih komprehensif, mungkin lebih obyaktif kalau dilakukan atau dibantu dengan pendekatan disiplin ilmu lain seperti filsafat, sosiologi dan lain-lain. Sedangkan kata- kata “rasa keadilan” merujuk kepada berbagai pertimbangan psikologis dan sosiologis

(38)

yang terjadi kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu terdakwa, korban, dan pihak lainnya. Rasa keadilan inilah yang memberikan hak “diskresi” kepada para penegak hukum untuk memutuskan “agak keluar” dari pasal-pasal yang ada dalam regulasi yang menjadi landasan hukum. Ini memang ada bahayanya, karena kewenangan ini bisa disalahgunakan oleh yang punya kewenangan, tetapi di sisi lain kewenangan ini perlu diberikan untuk menerapkan “rasa keadilan” tadi, karena bisa perangkat hukum yang ada ternyata belum memenuhi “rasa keadilan”.

Hukum adalah sejumlah rumusan pengetahuan yang ditetapkan untuk mengatur lalulintas perilaku manusia dapat berjalan lancar, tidak saling tubruk dan berkeadilan. Sebagaimana lazimnya pengetahuan, hukum tidak lahuir di ruang hampa. Ia lahir berpijak pada arus komunikasi manusia untuk mengantisipasi ataupun menjadi solusi atas terjadinya kemampatan yang disebabkan okleh potensi-potensi negatif yang ada pada manusia. Sebenarnya hukum itu untuk ditaati Bagaimanapun juga, tujuan penetapan hukum adalah untuk menciptakan keadilan. Oleh karena itu, hukum harus ditaati walaupun jelek dan tidak adil. Hukum bisa saja salah, tetapi sepanjang masih berlaku, hukum itu seharusnya diperhatikan dan dipatuhi. Kita tidak bisa membuat hukum ‘yang dianggap tidak adil’. Itu menjadi lebih baik dengan merusak hukum itu. Semua pelanggaran terhadap hukum itu menjatuhkan penghormatan pada hukum dan aturan itu sendiri. Kemamfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya mamfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jangan sampai penegakan hukum justru menimbulkan keresahan

(39)

masyrakat. 15Karena kalau kita berbicara tentang hukum kita cenderung hanya melihat pada peraturan perundang-undangan, yang terkadang aturan itu tidak sempurna adanya dan tidak aspiratif dengan kehidupan masyarakat. Sesuai dengan prinsip tersebut diatas, saya sangat tertarik membaca pernyataan Prof. Satjipto Raharjo, yang menyatakan bahwa : keadilan memang salah satu nilai utama, tetapi tetap disamping yang lain-lain, seperti kemanfaatan ( utility, doelmatigheid).16 Olehnya itu didalam penegakan hukum, perbandingan antara manfaat dengan pengorbanan harus proporsional.

Suatu hukum yang baik setidaknya harus memenuhi tiga hal pokok yang sangat prinsipil yang hendak dicapai, yaitu : Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan.

Setelah dilihat dan ditelaah dari ketiga sisi yang menunjang sebagai landasan dalam mencapai tujuan hukum yang diharapkan. Maka jelaslah ketiga hal tersebut berhubungan erat agar menjadikan hukum, baik dalam artian formil yang sempit maupun dalam arti materil yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh Undang- undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tetapi jika ketiga hal tersebut dikaitkan dengan kenyataan yang ada dalam kenyataanya sering sekali antara kepastian hukum

15Arief Sidharta, 2007, Meuwissen tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, hal. 22

16Bismar Siregar, 1983, Berbagai segi hukum dan perkembangannya dalam masyarakat, Alumni, Bandung, hal. 43

(40)

terjadi benturan dengan kemanfaatan, atau antara keadilan dengan kepastian hukum, antara keadilan terjadi benturan dengan kemanfaatan.

Sebagai contoh dalam kasus-kasus hukum tertentu, kalau hakim menginginkan keputusannya adil (menerut persepsi keadilan yang dianut oleh hukum tersebut tentunya) bagi si penggugat atau tergugat atau bagi si terdakwa, maka akibatnya sering merugikan kemanfaatan bagi masyarakat luas,sebaliknya kalau kemanfaatan masyarakat luas dipuaskan, perasaan keadilan bagi orang tertentu terpaksa dikorbankannya. Maka dari itu pertama-tama kita harus memprioritaskan keadilan barulah kemanfaatan dan terakhir adalah kepastian hukum. Idealnya diusahakan agar setiap putusan hukum, baik yang dilakukan oleh hakim, jaksa, pengacara maupun aparat hukum lainnya, seyogyanya ketiga nilai dasar hukum itu dapat diwujudkan secara bersama-sama, tetapi manakala tidak mungkin, maka haruslah diprioritaskan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.Selanjutnya di dalam prakteknya penegakan hukum dapat terjadi dilematik yang saling berbenturan antara ketiga unsur tujuan hukum diatas, dimana dengan pengutamaan “ kepastian hukum “ maka ada kemungkinan unsur-unsur lain diabaikan atau dikorbankan.

Demikian juga jika unsur “ kemanfaatan “ lebih diutamakan, maka kepastian hukum dan keadilan dapat dikorbankan. Jadi kesimpulanya dari ketiga unsur tujuan hukum tersebut diatas harus mendapat perhatian secara Proporsional yang seimbang.17

17Friedmann, W. Teori Dan Filsafat Hukum. (Legal Theory). Diterjemahkan oleh: Mohamad Arifin. Susunan I. Cetakan II. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. 1993, hal. 40

(41)

Hukum perjanjian sendiri tercantum dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18 Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 sampai dengan 1864 KUH Perdata. Adapun syarat mengenai sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:

a. Adanya kata sepakat

b. Kecakapan untuk membuat perjanjian c. Adanya suatu hal tertentu

d. Adanya sebab yang halal.

Asas dalam hukum perjanjian sudah menjadi umum dan harus di taati bagi yang membuat perjanjian dan berlaku bagi subjek hukum. Dalam hukum perjanjian juga dilandasi oleh beberapa asas, yaitu:18

1. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract)

Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan perjanjian kepada para pihak untuk:

a. Membuat atau tidak membuat perjanjian b. Mengadakan perjanjian dengan siapapun

18 .Stanley Lesaman, “Hukum Indonesia”, http: //hukum Indonesia laylay.blogspot.com/2012/02/asas-asas-perjanjian.html, Diakses tanggal 17 september 2016.

(42)

c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya, serta d. Menentukan bentuk perjanjiannya, baik lisan maupun tertulis.

2. Asas Konsensualisme (consensualism)

Asas ini dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata, yang mana menentukan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang berjanji untuk mengikatkan diri. Asas ini menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak saja.

3. Asas Kepastian Hukum (facta sunt servanda)

Asas ini merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas facta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati subtansi perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Maka daripada itu tidak diperbolehkan adanya suatu intervensi terhadap suatu subtansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang terkait di dalamnya.19

4. Asas Itikad Baik(good faith)

Asas ini tercantum dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, yang berbunyi:

19Ibid.

(43)

Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas ini menjelaskan bahwa para pihak yaitu pihak kreditur dan debitur diwajibkan untuk melaksanakan subtansi perjanjian berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.

5. Asas Kepribadian (pesrsonality)

Merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUH Perdata.

Dalam membuat suatu perjanjian, selain harus terpenuhinya syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata seperti tersebut diatas, di perlukan pula asas-asas yang melandasinya, maka dalam hal ini dipergunakan asas kebebasan berkontrak yang dapat dikaitkan dalam penilitian ini. Asas kebebasan berkontrak ini sendiri memberikan kesempatan bagi para pihak untuk sebebas- bebasnya menimbang dan mencantumkan hasil buah fikiran atau pendapat atau keinginan para pihak, yang kemudian dituangkan dalam suatu perjanjian dengan tetap mengindahkan undang-undang yang berlaku.

Kebebasan berkontrak memiliki kaitan dengan penyelesaian perselisihan yang timbul dari perjanjian. Artinya para pihak bebas memilih/menentukan cara mereka menyelesaikan sengketa tersebut.

(44)

Penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui pengadilan (litigasi) atau pun di luar pengadilan (non litigasi). Begitu pentingnya sengketa untuk diselesaikan secepat dan seefisien mungkin, agar tidak menimbulkan dampak yang lebih besar, maka pada kesempatan ini, penulis akan mengkaji lebih lanjut penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Menurut penulis, penyelesaian sengketa di luar pengadilan memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang telah memiliki sistemnya tersendiri

2. Kerangka Konsepsional

Konsepsional adalah salah satu bagian yang terpenting dari konsepsi yang diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan defenisi operasional. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus,yang ingin atau akan diteliti dan/atau diuraikan dalam karya ilmiah20. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu variabel-variabel pentingyang berhubungan dengan permasalahan yaitu:

a) Perjanjian memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat ahli yang satu dengan yang lain. Secara umum, perjanjian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.

20Sorjono Soekamto, Op Cit hlm 29

(45)

Sedangkan menurut M Yahya Harahap21, perjanjian atau verbintenis adalah suatu hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak yang lain untuk menunaikan prestasi. Unsur dari wujud pengertian perjanjian tersebut di atas adalah hubungan hukum yang menyangkut hukum harta kekayaan antara dua orang (person) atau lebih, yang memberikan hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.

Perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab dalam Buku III itu ada juga diatur perihal perhubungan- perhubungan hukum yang sama sekali tidak bersumber pada suatu persetujuan atau perjanjian, yaitu perihal perikatan yang timbul dari perbuatan yang melanggar hukum (onrechmatigedaat) dan perihal perikatan yang timbul dari pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan (zaak waarning). Tetapi, sebagian besar dari Buku III ditujukan kepada perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian, jadi berisi hukum perjanjian.22 Dasar hukum dari persetujuan adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat dengan sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Sedangkan sumber perikatan yang lahir karena undang-undang dapat dibagi dua

21Yahya Harahap. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Penerbit Alumni. 1986. hlm 6

22R. Subekti, 1998, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, hlm 101

(46)

pengertian yaitu undang-undang saja dan undang-undang karena perbuatan orang.

Karena undang-undang saja misalnya kewajiban atau hak orang tua terhadap anak, dan sebaliknya kewajiban anak terhadap orang tua apabila orang tua tidak berkemampuan.

Pasal 1320 Kitab Hukum Undang-Undang Hukum Perdata mengatur agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian adalah salah satu sumber perikatan, perjanjian melahirkan perikatan yang menciptakan kewajiban pada salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian”.23

b) Air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih

c) Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi perusahaan pemerintah daerah yang di dirikan menurut Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 25 tahun 1985 d) PT. Tirta Lyonnaise Medan Pada tanggal 27 Januari 1998, dibentuk suatu perusahaan dengan nama PT. Tirta Lyonnaise Indotama, yang merupakan usaha patungan dengan komposisi kepemilikan saham 70% Suez Environnement (Group

23Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Jakarta: Raja Grafindo, hlm. 91.

(47)

Suez) 15% PDAM Tirtanadi, dan 15% PT. Resupra Indotama. Sehubungan dengan terjadinya krisis keuangan pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2000, telah mengakibatkan salah satu pemegang saham yakni PT. Resupra Indotama tidak dapat melanjutkan kerjasamanya, sehingga 15% saham milik PT. Resupra Indotama itu diambil alih oleh Suez Environnement, sehingga berdirilah PT. Tirta Lyonnaise Medan pada tanggal 17 Mei 2000, dengan komposisi kepemilikan saham 85% milik Suez Environnement, dan 15% milik PDAM Tirtanadi

G. Metode Penelitian

Secara etimoogis metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau cara melakukan atau mengerjakan sesuatu pengertian ini diambil dari istilah metode yang berasal dari bahasa Yunani , “Methodos” yang artinya “ jalan menuju”. Bagi kepentingan Ilmu pengetahuan tertentu .secara khusus bagai ilmu-ilmu yang bersifat spekulatif, metose marupakan jalan menuju atau untuk memahami mengenai mengenai apa yang ada atau yang seharusnya ada, sedangkan bagi norma-norma yang maengatur mengatur perbuatan atau perumusan suatu norma/aturan sebagai pedoman hidup masyarakat

Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang di lakukan secara metodologi dan sistimatis. Metodelogi berarti menggunakan metode-metode yang bersifat ilmiah sedangkan sistimatis berarti sesuai pedoman atau aturan penelitian yang berlaku untuk karya ilmiah

(48)

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan tesis ini marupakan metode penelitian yuridis normatif , yakni titik tolak penelitian penelitian yang di fokuskan untuk mengkaji kaidah atau norma dalam hukum positif. Hal ini sesuai sebagimana pendapat Johny Ibrahim:

“sebagai konsekuensi pemilihan topik permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian yang objeknya adalah permasalahan hukum (sedangkan hukum adalah kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat),maka tipe penelitian yang di gunakan adalah penelitian yuridis normatif,yakni penelitian yang di fokuskan untuk megkaji penerapan kaidah maupun norma dalam hukum positif”24

Penelitian menggunakan tipe penelitian normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian yaitu analisis terhadap hukum perjanjian ,sifat penelitian yang di gunakan adalah deskriptif analitis, sebab penelitian ini menggambarkan dan melukiskan asas-asas atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Deskriptif maksudnya menggambarkan atau menelaah permasalahan hukum hal-hal yang berkaitan perjanjian PDAM Tirtanadi dengan PT.Tirta Lyonnaise Medan. Sedangkan analitis maksudnya data hasil penelitian diolah lebih dahulu, lalu di analitis, kemudian diuraikan secara cermat tentang Analisis Yuridis Atas Perjanjian Kerjasama Penyediaan Air Besih Di Kota Medan Antara PDAM Tirtanadi Dengan PT. Tirta Lyonnaise Medan

3. Sumber Data

Sumber data marupakan segala sesuatu yang dapat memeberikan informasi mengenai data. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni

24Johnny Ibrahim, Teori & metodologi Penelitian Hukum Normatif,Malang; Bayumedia Publishing,2006, hlm 295

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pertimbangan tersebut, pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat suatu aplikasi pencarian kamar pasien rawat inap. Pembuatan aplikasi ini menggunakan

9.Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kewajiban yang harus di laksanakan oleh..

Namun demikian, penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nur (2007) yang juga menemukan adanya pengaruh negatif dan signifikan dari kepemilikan manajerial

Ekor berita (end): Bagian ini berisi informasi tambahan yang kadang-kadang merupakan pengulangan atau penegasan kembali terhadap berita utama. Oleh karena itu bagian ini

Budidaya udang tersebut memungkinkan adanya penyebaran infeksi Taura Syndrome Virus pada jenis udang lokal yang juga banyak dibudidayakan di Indonesia, salah

9 Sehingga hal yang paling dapat dilakukan pada pasien wanita hamil dengan demam tifoid adalah perubahan perilaku hidup yaitu hidup bersih dan sehat.. Terdapat sepuluh

Ketahanan Nasional adalah merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di dalam

Nilai rata-rata tercepat dan total rata-rata cycle time bulan November pada unit. pengangkutan PT Mandiri Karya Makmur = 19,29 menit dan