• Tidak ada hasil yang ditemukan

P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "P U T U S A N. Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA""

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

P U T U S A N

Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr.

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA"

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada Tingkat Pertama dengan Acara Biasa telah memutuskan dengan pertimbangan- pertimbangan seperti di bawah ini, dalam perkara antara : --- N a m a : BORIS SIHOTANG. --- Kewarganegaraan : Indonesia. --- Tempat Tinggal : Jalan Teratai RT.002 RW.001 Kelurahan Pulau

Karam, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru. --- Pekerjaan : Anggota BA Polres Rokan Hulu. ---

Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus No.

020/FM&P/VI/2016 tanggal 1 Juni 2016 memberikan kuasa kepada : --- 1. EKA WANTI, S.H. --- 2. YUTA PRATAMA, S.H. --- 3. DWI CIPTA AMALIA NINGSIH, S.H. --- 4. DONY PRANANDA, S.H. --- 5. M. HIRSANDY SURGANA, S.H., M.H. --- Kesemuanya kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat dan Konsultan Hukum pada Kantor LAW FIRM “FERY MAHENDRA & PARTNERS” yang beralamat di Komplek Perkantoran Taman Melia Blok C No. 14 Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru;--- Selanjutnya disebut sebagai……….... PENGGUGAT;

(2)

M E L A W A N :

Nama Jabatan : KEPALA KEPOLISIAN DAERAH RIAU;--- Tempat Kedudukan : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru Riau;-- Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 Juni 2016 memberikan kuasa kepada :--- 1. Nama : RUSLI, S.H.;--- Pangkat/NIP. : KOMPOL/60100151;--- Jabatan/Kesatuan : Kasubbid Bankum Bidkum

Polda Riau;--- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru;--- 2. Nama : DARVIUS, S.H., M.H.;--- Pangkat/NIP. : KOMPOL/63110627;--- Jabatan/Kesatuan : Advokat Muda I Bidkum

Polda Riau;--- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru;--- 3. Nama : NERWAN, S.H., M.H.;--- Pangkat/NIP. : Pembina/19680819 199603

1 002;--- Jabatan/Kesatuan : Kasubbid Sunluhkum Bidkum Polda Riau;--- Alamat : Jalan Jenderal Sudirman No. 235 Pekanbaru;--- Selanjutnya disebut sebagai……..…… TERGUGAT;

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru tersebut, --- Telah membaca : ---

(3)

1. Surat Gugatan Penggugat tanggal 15 Juni 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 15 Juni 2016, dibawah Register Perkara Nomor : 26/G/2016/PTUN-Pbr;

2. Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; --- 3. Surat Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor :

26/G/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penunjukan Panitera Pengganti; --- 4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru Nomor : 26/PEN-PP/2016/PTUN.Pbr, tanggal 16 Juni 2016 tentang Penetapan Hari Pemeriksaan Persiapan; --- 5. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara

Pekanbaru Nomor : 26/PEN-HS/2016/PTUN.Pbr tanggal 21 Juli 2016 tentang Penetapan Hari Sidang; --- 6. Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru Nomor : 26/PEN-MH/2016/PTUN.Pbr, tanggal 29 Juli 2016 tentang Penggantian Penunjukan Susunan Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini; --- 7. Berkas perkara, surat-surat bukti yang diajukan dipersidangan dalam

sengketa ini; --- TENTANG DUDUK SENGKETA

Bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tanggal 15 Juni 2016 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru pada tanggal 15 Juni 2016 dan telah diperbaiki pada tanggal 21 Juli 2016 Penggugat telah menggugat Tergugat dengan mengemukakan

(4)

dasar/dalil-dalil sebagai berikut: --- OBYEK SENGKETA--- Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu; --- I. TENTANG TENGGAT WAKTU---

A. Bahwa Surat Keputusan Tergugat Nomor : Kep/33/l/2016, tertanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU baru diterima Penggugat pada tanggal 18 Maret 2016. karena pada sidang KKEP Penggugat tidak pernah dipanggil secara patut sehingga Penggugat tidak mengetahui jalannya persidangan hingga hasil persidangan, dan pada saat Tergugat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : Kep/33/l/2016 tanggal 21 Januari 2016 tersebut Tergugat juga tidak langsung memberitahukan kepada Penggugat secara patut dan sah sebagaimana diatur oleh Undang-undang, padahal Penggugat mengetahui keberadaan Tergugat secara pasti tetapi Tergugat dengan sengaja mengulur-ulur waktu agar Penggugat kembali kehilangan haknya untuk membela diri, barulah tanggal 18 Maret 2016 Penggugat mengetahui adanya surat keputusan tersebut yang diberikan oleh Bripda Yogi; --- B. Bahwa dengan demikian pengajuan gugatan oleh Penggugat atas

penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat

(5)

AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu masih dalam tenggang waktu yang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku untuk itu, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi sebagai berikut “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata usaha negara”; --- II. KEPENTINGAN PENGGUGAT--- 1. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat (Kepala Kepolisian Daerah Riau) di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, karena Tergugat berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan juga Tergugat selaku Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara telah mengeluarkan/ menerbitkan Surat Keputusan Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu; --- 2. Bahwa Surat Keputusan a quo yang diterbitkan oleh Tergugat adalah merupakan Surat Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang secara hukum telah bersifat konkrit individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum Perdata, sehingga telah memenuhi Pasal 1 angka 9 Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang berbunyi : ---

“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha

(6)

Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum perdata”;--- Bersifat konkrit sebab obyek sengketa dapat dilihat dengan nyata, tidak abstrak, berwujud dan tertentu; --- Bersifat individual sebab obyek sengketa jelas dan tegas ditujukan kepada Penggugat dan bukan kepada umum; --- Bersifat final sebab obyek sengketa a quo merupakan suatu keputusan akhir yang tidak memerlukan persetujuan lagi instansi atasan ataupun instansi lainnya dengan menyatakan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri terhadap Penggugat; --- Menimbulkan akibat hukum sebab obyek sengketa mengakibatkan Penggugat telah kehilangan pekerjaan yang merupakan sumber utama dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan baik primer maupun skunder; --- 3. Bahwa tindakan Tergugat yang telah menerbitkan / mengeluarkan Surat Keputusan No.: Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu (objek sengketa a quo) mengakibatkan kepentingan Penggugat sangat dirugikan yaitu antara lain : ---

- Hilangnya pekerjaan sehingga terhentinya pembayaran gaji Penggugat;--- - Hilangnya kesempatan untuk berkarier yang lebih tinggi di instansi Kepolisian Negara Republik Indonesia;---

(7)

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

Penggugat mempunyai kepentingan untuk mengajukan gugatan atas terbitnya Surat Keputusan a quo tersebut; --- III. PERMOHONAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN --- Bahwa keputusan TERGUGAT telah nyata : --- a. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku: ---

 PP No.1 Tahun 2003, tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara RI; ---

 PP No. 2 Tahun 2003, tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara RI; --- b. Dalam mengeluarkan keputusannya, TERGUGAT telah menggunakan wewenangnya yang berakibat dapat mengakhiri dan mematikan kehidupan ekonomi keluarga yang selama ini telah dibina dengan baik oleh PENGGUGAT sebagai Anggota Polri; --- c. Bahwa sesuai Pasal 53 ayat 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menjelaskan : ---

“Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan gati rugi dan/atau rehabilitasi”;--

(8)

Dengan penjelasan pasal tersebut Penggugat menuntut agar Tergugat membayarkan gaji Penggugat yang selama ini tertahan dengan rincian : --- - Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa

pendapatan per bulan Rp. 4.269.500,- (empat juta dua ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) selama 16 (enam belas) bulan terhitung sejak bulan Agustus 2014 hingga saat dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp. 68.312.000,- (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah); --- - Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya didapat berupa pendapatan per bulan Rp. 4.269.500,- (empat juta delapan ratus ribu rupiah) selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU sampai dengan saat ini, yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp. 25.617.000,- (dua puluh lima juta enam ratus tujuh belas ribu rupiah); --- Permohonan ini sesungguhnya telah didasarkan atas tindakan kesalahan Tergugat yang pada faktanya telah tidak memberikan penghasilan (gaji pokok dan tunjangan) kepada Penggugat pada

(9)

saat masih dalam proses pemeriksaan di propam jauh sebelum dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016 sampai dengan saat ini yang jika ditotalkan adalah sejumlah Rp. 93.929.000,- (Sembilan puluh tiga juta Sembilan ratus dua puluh sembilan ribu rupiah);- d. TERGUGAT tidak mempertimbangkan semua alasan pembenar dan semua kepentingan PENGGUGAT dalam mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu, yaitu : ----

 TERGUGAT tidak mempertimbangkan semua fakta-fakta yang telah disampaikan PENGGUGAT sebagai alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukumnya terkait perkara in casu; ---

 TERGUGAT tidak mempertimbangkan masa depan PENGGUGAT sebagai anggota polri ; ---

 TERGUGAT tidak mempertimbangkan kepentingan keluarga PENGGUGAT yang selama ini telah bergantung hidup kepada dirinya sebagai penunjang karier PENGGUGAT sebagai anggota Polri; --- Maka berdasarkan Pasal 67 ayat 2 dan 3 Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 : --- Ayat (2) yang berbunyi : --- Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan,

(10)

sampai ada putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; --- Ayat (3) yang berbunyi : --- Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2) dapat diajukan sekaligus dalam gugatan dan dapat diputus terlebih dahulu dari pokok sengketanya”; --- Bahwa karena alasan yang mendesak Kami mohon kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru dan/ atau Hakim Majelis yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan penggugat ini, untuk mengeluarkan penetapan penundaan pelaksanaan atas surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU, dengan alasan sebagai berikut : --- a. Untuk mendapatkan gaji/ atau tunjangan keluarga, tidak dapat dinikmati Penggugat beserta keluarga dikarenakan Penggugat telah diberhentikan oleh Tergugat; --- b. Agar Penggugat tidak terlalu lama tertundanya mengikuti

pendidikan, penundaan kenaikan gaji berkala, dan penundaan kenaikan pangkat; --- c. Untuk menghindari hilangnya pekerjaan Penggugat sebagai anggota Polri dan tulang punggung untuk menafkahi keluarga;--- Bahwa menurut pakar sosiologi Indonesia, Soerjono Soekanto dalam bukunya, Kamus Sosiologi dijelaskan bahwa konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain atau proses pencapaian tujuan dengan

(11)

cara melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan norma dan nilai yang berlaku;--- Soerjono Soekanto juga menjelaskan penyebab konflik dalam masyarakat karena tiga hal sebagai berikut : ---

a. Perbedaan antar individu karena perasaan, pendirian, dan pendapat; --- b. Bentrokan Kepentingan, baik ekonomi maupun politik; --- c. Perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengubah nilai sosial sehingga menimbulkan perbedaan pendirian; --- Bahwa dengan diterbitkannya surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU dapat mengabitkan terjadinya konflik sosial yang tentunya juga merupakan salah satu syarat penundaaan keputusan tata usaha negara sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintaan : ---

Keputusan yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali jika berpotensi menimbulkan : --- a. kerugian negara;--- b. kerusakan lingkungan hidup; dan/atau--- c. konflik sosial; --- Bahwa berdasarkan uraian dan fakta hukum tersebut di atas, maka sudah cukup alasan Majelis Hakim mengeluarkan penetapan penundaan pelaksanaan surat keputusan yang diterbitkan Tergugat, sesuai dengan Pasal 67 ayat 4 butir a Undang-Undang No. 9

(12)

Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perbubahan Kedua Atas Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu : --- Permohonan Penundaan : ---

“dapat dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat dirugikan jika keputusan Tata Usaha Negara yang di gugat itu tetap dilaksanakan; --

IV. ALASAN DAN DASAR GUGATAN--- 1. Bahwa Penggugat adalah Anggota POLRI yang diangkat

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia No. Pol : Skep/537/VI/1996, Tanggal 17 Juni 1996 dan telah dinyatakan lulus Pendidikan Pertama Bintara Polri Tahun Ajaran 1995/1996 di SPN Pekanbaru dan di tempatkan di POLDA Riau dengan riwayat kedinasan: --- - Ba Polresta Pekanbaru Polda Riau Pada tahun 1997; --- - Anggota Samapta Polresta Pekanbaru dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1998; --- - Anggota Satuan Reskrim Polresta Pekanbaru pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2012;--- - Anggota Satuan Sabhara Polres Rokan Hulu pada tahun 2012

sampai 2014; --- 2. Bahwa pada tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 Penggugat mengalami sakit (dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter) karena kelelahan sehingga mengharuskan Penggugat untuk beristirahat; ---

(13)

3. Bahwa pada tanggal 21 Juli 2014 sampai dengan 30 Juli 2014 Penggugat mendapat kabar bahwa ibu Penggugat sedang sakit sehingga Penggugat harus berangkat ke Medan untuk melihat dan membawa ibunya yang sedang sakit keras untuk berobat ke Rumah Sakit Elizabet Medan;--- 4. Bahwa pada tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan 5 Agustus 2014 Penggugat mengalami sakit kembali (dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter) sehingga mengharuskan Penggugat untuk beristirahat; --- 5. Bahwa pada tanggal 15 Agustus 2014 terdapat Laporan Polisi Nomor : LP.A/28/VIII/2014 Propam Polres Rohul, dimana Penggugat diduga melanggar ketentuan Pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri, karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut- turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; --- 6. Bahwa dengan adanya Laporan Polisi tersebut Tergugat mengalami proses penegakan hukum secara tidak fair dan mengandung banyak cacat formil / menyalahi aturan dari penegakan hukum itu sendiri; --- 7. Bahwa sesuai dengan Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang menyatakan : ---

Pasal 1 angka 11 : ---

“Pemeriksaan Pendahuluan Komisi Kode Etik Polri (selanjutnya disingkat KKEP) adalah serangkaian tindakan

(14)

pemeriksa untuk melakukan audit investigasi, pemeriksaan dan pemberkasan perkara guna mencari serta mengumpulkan fakta dan/atau bukti yang dengan fakta dan/atau bukti itu membuat terang tentang terjadinya dugaan Pelanggaran KEPP dan menemukan pelanggarnya”; --- Pasal 32 ayai (1): ---

“audit investigasi dilaksanakan oleh akreditor berdasarkan surat perintah” ;--- Pasal 32 ayat (6) ---

“hasil audit investigasi ditindaklanjuti dengan pelaksanaan gelar yang diikuti oleh fungsi inspektorat pengawasan, fungsi SDM, fungsi hukum, dan fungsi propam (wabprof, provos, dan paminal) untuk dapat atau tidak dilakukan pemeriksaan;--

Namun dalam proses penegakan hukum terhadap Penggugat tim penyidik dari Sie Propam Polres Rokan Hulu dalam melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Kode Etik Profesi Polri (selanjutnya disingkat KEPP) atas nama Penggugat tidak ada melakukan audit investigasi terlebih dahulu sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 30, 31, dan Pasal 32 Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, hal tersebut tentu merupakan cacat formil dari suatu aturan yang harusnya dijalankan dalam proses penegakan hukum terhadap Penggugat; --- 8. Bahwa sesuai dengan Pasal 50 ayat (3) Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menyatakan : ---

(15)

“Waktu dan tempat pelaksanaan Sidang KKEP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan secara tertulis oleh Sekretaris pada Sekretariat KKEP fungsi Wabprof paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan sidang, kepada: --- a.Terduga Pelanggar; --- b.Penuntut; dan--- c.Pendamping;--- Namun dalam perkara a quo Penggugat (terduga pelanggar) tidak pernah menerima pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 50 ayat (3), karenanya Penggugat menjadi kehilangan hak- hak yang seharusnya didapatkan dan telah diberikan oleh Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pasal 74, hal ini tentu sangat merugikan Penggugat dan melanggar prosedural yang tentu saja menjadikan putusan sidang KEPP atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU tersebut dapat dikatakan secara formil merupakan cacat hukum; --- 9. Bahwa apabila menyangkut masalah PTDH penunjukan pendamping wajib dilakukan oleh KKEP Polres Rokan Hulu. Supaya terciptanya keberimbangan antara hak dan kewajiban dari Penggugat (terduga pelanggar) selama proses persidangan berlangsung. Namun jika pendamping tidak sedikitpun melakukan perkerjaannya (pembelaan) terhadap kepentingan Penggugat (terduga pelanggar), untuk apa dilakukan penunjukan terhadap pendamping yang hanya dijadikan syarat formil berlangsungnya proses persidangan KEPP di Polres Rokan Hulu, namun

(16)

sebenarnya proses persidangan tersebut jauh dari rasa keadilan, yang mana dalam proses tersebut pendamping tidak berbuat apa- apa dan tidak melakukan apapun selama proses persidangan KEPP, hal ini dapat dilihat dan dibuktikan bahwa dalam PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang tidak memuat tentang “MATERI PEMBELAAN”. Dimana “MATERI PEMBELAAN” adalah suatu yang wajib dalam putusan sidang KKEP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 Perkap No. 19 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sehingga PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang “Cacat Hukum”; --- 10. Bahwa melihat PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang, tidak ada poin terhadap faktor faktor yang meringankan terhadap Penggugat (terduga pelanggar) sehingga terduga pelanggar berdasarkan penilaian pejabat yang berwenang telah memberikan penilaian terhadap terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG “TIDAK LAYAK DIPERTAHANKAN MENJADI ANGGOTA POLRI”. Bahwa kami Penggugat tidak sependapat dengan penilaian yang diberikan oleh pejabat yang berwenang, karena pejabat yang berwenang tidak ada/ tidak pernah memperhatikan serta mempertimbangkan sama sekali tentang jasa jasa Penggugat (terduga pelanggar) dalam mengungkapkan kasus kasus di jajaran Polres Rokan Hulu; ---

(17)

11. Bahwa untuk Majelis Hakim ketahui Penggugat adalah anggota polisi yang sudah 20 (dua puluh) tahun mengabdi kepada negara dengan sangat giat bekerja dan memiliki banyak prestasi serta sering mendapatkan piagam penghargaan baik dari Kapolda Riau maupun Kapolresta Pekanbaru, bahkan saat bertugas di Polres Rokan Hulu pun Penggugat sering mengungkap kejahatan yang salah satunya penangkapan terhadap pencurian (Pasal 365 KUHP) dengan menggunakan senjata api dengan pelaku sebanyak 9 orang sekitar Bulan Desember 2013 dan penangkapan lainnya di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru sekira bulan Februari 2014.

Dan Penggugat sampai saat gugatan ini tidak pernah sekalipun di laporkan melanggar ketentuan pidana dan tidak pernah di hukum atas kesalahaan apapun; --- 12. Bahwa Penggugat selama 12 tahun bertugas di Satuan Reserse

Kriminal Polresta Pekanbaru tidak pernah di wajibkan untuk melakukan apel, hal ini merupakan kebijakan dari kepala satuan karena tidak mungkin menyamakan cara kerja anggota lapangan (buser) dengan penyidik di kantor yang setiap hari hadir dan melakukan absensi dikantor, hal tersebut sudah menjadi kebiasaan bagi diri Penggugat sebagai anggota lapangan karena telah di lakukan selama 12 tahun. Selanjutnya pada saat pindah tugas ke Polres Rokan Hulu dengan satuan kerja yang sama Penggugat di wajibkan untuk apel, hal ini tentu saja membuat Penggugat merasa sangat kesulitan dan tidak biasa untuk melakukannya, karena bagaimana mungkin seorang anggota lapangan yang dalam mengungkap suatu perkara harus melakukan pendalaman dilapangan yang jaraknya sangat jauh dari kantor dan kadang

(18)

memerlukan waktu berhari hari bahkan minggu masih harus dituntut untuk hadir ke kantor hanya untuk melakukan absensi; --- 13. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas menyatakan tidak

pernah melanggar ketentuan Pasal 14 ayat 1 huruf (a) PPRI Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut-turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; --- 14. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Ayat 1 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi : --- (1) Cuti sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b diberikan kepada Pegawai dengan ketentuan: ---

a. menderita sakit selama 3 (tiga) sampai dengan 6 (enam) hari yang dibuktikan dengan surat keterangan istirahat dari dokter, diberikan Cuti paling lama 6 (enam) hari; --- b. apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari Pegawai yang bersangkutan masih sakit, harus dirujuk dengan surat keterangan dokter untuk pemeriksaan lanjutan dari rumah sakit Polri/rumah sakit umum;dan--- c. apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari secara terus-

menerus Pegawai yang bersangkutan masih sakit dan dirawat di rumah sakit, pejabat yang berwenang mengeluarkan keputusan Cuti sakit berdasarkan surat keterangan dokter yang merawat; ---

(19)

(2) Keputusan Cuti sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali 6 (enam) bulan; --- (3) Apabila setelah 1(satu) tahun 6 (enam) bulan dinyatakan belum

sembuh, Cuti sakit dapat diperpanjang untuk jangka waktu 6 (enam) bulan berikutnya, dan dapat diperpanjang setiap 6 (enam) bulan sekali sampai dengan paling lama 3 (tiga) tahun; --- (4) Apabila setelah 3 (tiga) tahun dinyatakan belum sembuh, dilaksanakan evaluasi kesehatan oleh tim penguji kesehatan yang dipimpin oleh : --- a. Kapusdokkes Polri, untuk Pegawai golongan Perwira Tinggi (Pati); --- b. Kapusdokkes Polri, untuk Pegawai golongan Perwira

Menengah (Pamen) sampai dengan Brigadir Polri dan PNS Polri yang bertugas di Mabes Polri;dan--- c. Kabiddokkes Polda, untuk Pegawai golongan Pamen sampai

dengan Brigadir Polri dan PNS Polri yang bertugas pada satuan kewilayahan; --- (5) Dalam hal hasil evaluasi kesehatan menyatakan bahwa yang bersangkutan belum sembuh, dapat diusulkan untuk diberhentikan dengan hormat dari dinas Polri;--- (6) Format keputusan Cuti sakit tercantum dalam lampiran “A” yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini; --- Bahwa sesuai dengan aturan Pasal di atas, dalam hal ini Penggugat mengalami 2 (dua) kali sakit yang dapat di buktikan dengan surat keterangan dokter yaitu dari tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 dan dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai dengan 5 Agustus

(20)

2014, hal ini tentu sangat sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1 tersebut dimana ketidakhadiran Tergugat dalam menjalankan tugas tidak dapat di golongkan sebagai meninggalkan tugasnya secara tidak sah, karena sedang dalam keadaan sakit (cuti sakit). Semua hal ini di butuhkan Penggugat dikarenakan Penggugat yang seharusnya diberi jam istirahat yang cukup namun tidak di berikan oleh Polres Rokan Hulu, dimana Penggugat selalu diminta untuk bertugas setiap saat dan tidak diberi libur bahkan pada sedang menjalankan ajaran agamanya; --- 15. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 Ayat 1 Huruf (A) Peraturan

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berbunyi : ---

“cuti karena alasan penting sebagaimana di maksud dalam pasal 4 huruf G di berikan kepada pegawai dalam hal : a.

Suami/istri, anak/menantu, orang tua kandung/tiri, atau mertua sakit keras atau meninggal dunia”; --- Bahwa berdasarkan peraturan tersebut di atas jelas tidak dapat di katakan Penggugat meninggalkan tugasnya secara tidak sah, karena Penggugat mempunyai hak untuk mengambil cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf G Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mana pada Tanggal 21 Juli 2014 sampai dengan 30 Juli 2014 Penggugat pergi melihat dan membawa ibunya yang sedang sakit keras berobat ke rumah sakit Elizabet Medan; ---

(21)

16. Bahwa dalam Pasal 30 Ayat 2 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan: ---

“permohonan cuti sakit dan cuti karna alasan penting sebagaimana di maksud pasal 29 diajukan sesuai kebutuhan”; --- kata-kata sesuai kebutuhan yang terncantum dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa syarat administrasi dan tata cara pengusulan cuti sakit dan cuti karena alasan penting bisa di ajukan kapanpun; --- 17. Bahwa unsur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf (a) PPRI Nomor 1

Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri karena telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 hari kerja secara berturut-turut terhitung mulai tanggal 2 Juni 2014 sampai dengan 30 Agustus 2014 yaitu selama 63 (enam puluh tiga) hari kerja; --- Bahwa terhadap hal tersebut Penggugat secara tegas menolak dan tidak dapat diterima karena sudah terputus dan tidak tergolong berturut-turut sesuai yang dituduhkan, karena Penggugat dalam keadaan sakit, serta Penggugat membawa dan melihat orang tuanya yang sakit keras berobat ke Medan sebagaimana dijelaskan dalam pointer nomor 10 dan 11 diatas, dan oleh karenanya hal tersebut tidak dapat di golongkan sebagai meninggalkan tugas secara tidak sah sebagaimana di atur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemberian Cuti Dan Izin Di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia; ---

(22)

18. Bahwa berdasarkan uraian uraian diatas maka sepantasnyalah Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk menyatakan PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 dan PUTUSAN SIDANG BANDING KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor: PUT BANDING/17/XII/2015/KOM BANDING Tanggal 15 Desember 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang “Cacat Hukum”

dan untuk selanjutnya dapat dinyatakan batal demi hukum; --- 19. Bahwa dengan dinyatakannya PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE

ETIK POLRI Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP Tanggal 17 September 2015 dan PUTUSAN SIDANG BANDING KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT BANDING/17/XII/2015/KOM BANDING Tanggal 15 Desember 2015 terhadap Aipda Boris Sihotang “Cacat Hukum” dan batal demi hukum, maka dasar keluarnya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU tidak berdasarkan dan beralasan hukum, karenanya harus dinyatakan batal demi hukum; --- 20. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 98 ayat (1) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat agar pemeriksaan dalam perkara ini dilakukan dengan acara cepat, dengan alasan agar perkara ini tidak semakin berlarut-larut mengingat Penggugat harus menghidupi keluarganya; ---

(23)

Berdasarkan fakta – fakta dan uraian tersebut diatas, Penggugat mohon agar Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru, melalui Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo berkenan memutuskan dengan amar putusan sebagai berikut : --- A. DALAM PENANGGUHAN PELAKSANAAN : ---

1. Mengabulkan permohonan penangguhan pelaksanaan yang dimohonkan Penggugat; --- 2. Menguatkan Permohonan Penangguhan Pelaksanaan Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu sampai ada Putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap; --- 3. Memerintahkan kepada Tergugat agar membayarkan gaji

Penggugat yang selama ini tertahan dengan rincian: --- - Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa pendapatan per bulan Rp. 4.269.500,- (empat juta dua ratus enam puluh sembilan ribu lima ratus rupiah) selama 16 (enam belas) bulan terhitung sejak bulan Agustus 2014 hingga saat dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp. 68.312.000,- (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah); ---

(24)

- Gaji pokok dan tunjangan yang seharusnya di dapat berupa pendapatan per bulan Rp. 4.269.500,- (empat juta delapan ratus ribu rupiah) selama 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkannya Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA POLRES ROKAN HULU sampai dengan saat ini, yang mana jika dijumlahkan adalah sejumlah Rp. 25.617.000,- (dua puluh lima juta enam ratus tujuh belas ribu rupiah); --- B. DALAM POKOK PERKARA : --- 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ; --- 2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Kepala

Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu ; --- 3. Memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan

Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor : Kep/33/l/2016, Tanggal 21 Januari 2016, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Polri, atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP 76080037, Kesatuan BA Polres Rokan Hulu ; --- 4. Memerintahkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi nama baik

Penggugat dalam kedudukan harkat dan martabat Penggugat seperti keadaan semula ; --- 5. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara hingga keputusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap; ---

(25)

Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah mengajukan Jawaban pada persidangan tanggal 4 Agustus 2016, dan mengemukakan hal-hal sebagai berikut: --- Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang dikemukakan oleh Penggugat, kecuali yang dengan tegas dan jelas diakui oleh Tergugat : --- 1. Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat terhadap Penggugat (BORIS SIHOTANG) telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku di institusi Kepolisian Republik Indonesia yaitu Peraturan Peraturan Pemerintah RI No. 1 Tahun 2003, Peraturan Kapolri No. 19 Tahun 2012 dan Peraturan Kapolri lainya yang berkaitan perkara yang bersangkutan, berdasarkan fakta-fakta hukum sebagai berikut : ---

a. Adanya Laporan Polisi Nomor: LP.A /28/ VIII / 2014 / Propam tanggal 15 Agustus 2014 a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG tidak melaksanakan kewajibannya masuk dinas lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja berturut – turut secara tidak sah tanpa izin pimpinan dari tanggal 2 Juni 2014 s/d 30 Agustus 2014 sebagaimana bukti Absensi Polres Rohul; --- b. Bahwa berdasarkan Laporan Polisi tersebut, selanjutnya Unit P3D/

Provost Polres Rokan Hulu melakukan pemeriksaan dengan mengumpulkan bukti-bukti yaitu keterangan saksi-saksi, bukti petunjuk dan bukti surat serta keterangan terduga pelanggar yang kemudian menjadi berkas perkara pelanggaran No. Pol : BP/35/XI/2014/Propam tanggal 10 Nopember 2014; --- c. Bahwa dari hasil pemberkasan tersebut Propam Polres Rokan

Hulu melimpahkan berkas perkara tersebut kepada Ankum Penggugat, selanjutnya Ankum terperiksa (Kapolres)

(26)

memerintahkan kepada Kanit P3D untuk meminta saran dan pendapat hukum kepada pembinaan fungsi hukum Polda Riau guna mendapatkan saran pendapat hukum terhadap penyelesaian perkara Penggugat BORIS SIHOTANG; --- d. Bahwa berdasarkan surat permintaan saran pendapat hukum Polres Rokan Hulu Bidang Hukum Polda Riau telah memberikan saran pendapat hukum an. AIPDA BORIS SIHOTANG Nomor : R/713/XIII/2014/Bidkum tanggal 12 Desember 2014 yang intinya perbuatan terperiksa secara yuridis telah memenuhi unsur Pasal 14 ayat (1) huruf a PP RI No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri yaitu anggota Polri diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian RI apabila meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut-turut; --- Berdasarkan saran pendapat hukum fungsi pembinaan hukum Polda Riau dan analisa berkas perkara, Kasi Propam Polres Rokan Hulu mengusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk memeriksa dan menyidangkan AIPDA BORIS SIHOTANG ke Kapolres Rokan Hulu surat nomor: R/26/VIII/2015/Propam tanggal 21 Agustus 2015 dan atas usulan tersebut maka terbitlah surat Keputusan Kapolres Rokan Hulu Nomor : Kep/27VIII/2015 tanggal 24 Agustus 2015 tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk menyidangkan kasus AIPDA BORIS SIHOTANG; --- e. Bahwa setelah dibentuknya susunan sidang Komisi Kode Etik

maka pada tanggal 17 Desember 2015 telah dilaksankan sidang Komisi Kode Etik Profesi Polri Polres Rokan Hulu yang dihadiri oleh terduga pelanggar dimana dalam proses persidangan telah

(27)

didengar keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti lainnya, kemudian Pejabat Komisi Kode Etik Polri berkesimpulan Aipda Boris Sihotang telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 Tahun 2003 yaitu telah meninggalkan tugasnya secara tidak sah dalam waktu lebih dari 30 (tiga puluh) hari kerja secara berturut- turut terhitung sejak tanggal 2 Juni 2014 sampai 14 Agustus 2014 atau selama 65 (enam puluh lima) hari kerja; --- Bahwa terperiksa juga sudah beberapa kali melakukan pelanggaran disiplin tidak masuk dinas di Polres Rokan Hulu antara lain : --- 1) pada bulan mei 2013 telah meninggalkan tugas selama 15 hari

kerja, secara berturut-turut dari tanggal 2 Mei 2013 sampai 31 Mei 2013 pimpinan masih memberikan kesempatan kepada AIPDA BORIS SIHOTANG untuk berubah; --- 2) Pada Juni 2013 tidak masuk dinas selama 18 (delapan belas) hari kerja; --- Masih diberikan kesempatan lagi;--- 3) Pada bulan Juli 2013 tidak masuk dinas selama 14 (lima belas) hari kerja; --- masih diberikan kesempatan terakhir kalinya; --- 4) Bahwa berdasarkan pelanggaran tersebut Penggugat telah

disidangkan dalam sidang disiplin anggota Polri dan telah mendapat surat keputusan penjatuhan hukuman disiplin (SKHD) dengan putusan nomor : Skep/02/I/2014 tanggal 23 Januari 2014; ---

(28)

5) Bahwa karena Penggugat AIPDA BORIS SIHOTANG sudah sering melakukan pelanggaran disiplin, maka yang bersangkutan dilakukan pembinaan oleh ankum (kapolres Rokan Hulu) dan ditempatkan dalam pleton Khusus yang didalamnya ada anggota Polri lain yang melakukan pelanggaran disiplin untuk memudahkan pengawasan, namun Penggugat tetap melakukan pelanggaran disiplin yaitu tidak masuk dinas dari tanggal 2 Juni 2014 s/d 30 Agustus 2014;--- 6) Bahwa setelah adanya putusan sidang Komisi Kode Etik

terhadap terperiksa AIPDA BORIS SIHOTANG (Penggugat) Nomor : PUT.KKEP/05/IX/2015/KKEP tanggal 17 Desember 2015, dengan sanksi bersifat administratif berupa : REKOMENDASI PTDH selanjutnya pejabat Komisi Kode Etik Polri memberikan saran pertimbangan kepada pejabat pembentuk komisi kode etik Polri tentang Pemberhentian tidak dengan hormat an. AIPDA BORIS SIHOTANG dan selanjutnya Kapolres Rokan Hulu selaku ankum terduga pelanggar mengusulkan ke Kapolda Riau untuk diterbitkan surat keputusan pemberhentian tidak dengan hormat a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG; --- 7) Bahwa Kapolda Riau setelah menerima usulan dari Kapolres Rokan Hulu selaku ankum terperiksa dan berkas lainnya selanjutnya Kapolda Riau menerbitkan Surat Keputusan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG Nomor: Kep/33/I/2016 tanggal 21 Januari 2016, hal ini sesuai dengan surat keputusan Kapolri No. Pol.: Kep / 74 / XI / 2003 tanggal 11 Nopember 2003 yang pada intinya

(29)

menyatakan wewenang Kapolri di delegasikan kepada Kapolda Riau tentang pengakhiran dinas anggota Polri yang berpangkat Aiptu kebawah yang sifatnya (PTDH); --- 8) Bahwa terhadap putusan komisi kode etik profesi Polri Polres

Rokan Hulu Penggugat AIPDA BORIS SIHOTANG telah mengajukan permohonan banding kepada Kapolda Riau pada tanggal 6 Januari 2016 dan Komisi banding Polda Riau telah pula memberikan putusan Nomor : PUT.

BANDING/17/XII/2015/KOM.BANDING dengan bunyi putusan menolak permohonan banding AIPDA BORIS SIHOTANG; --- 2. Bahwa menanggapi dalil Penggugat dalam gugatannya yang menyatakan Penggugat menuntut agar Tergugat membayar gaji Penggugat yang selama ini tertahan dari bulan Agustus 2014 sampai tanggal 21 Januari 2016 atau lebih kurang 6 (enam) bulan dengan jumlah uang Rp. 68 .312.000 (enam puluh delapan juta tiga ratus dua belas ribu rupiah) : --- Bahwa dalil Penggugat tersebut tidaklah beralasan hukum karena Penggugat berdasarkan absensi Polres Rokan Hulu telah tidak masuk dinas /desersi lebih dari 30 (tiga puluh) hari secara berturut-turut maka berdasarkan surat Keputusan Kapolri No. Pol:

Skep/1665/XI/2001/XI/2001 tanggal 30 Nopember 2001, anggota Polri yang melakukan Desersi gajinya dapat diberhentikan sementara atas perintah Kasatker, dan pemberhentian gaji tersebut bukan menjadi obyek atau prasyarat dalam pelaksanaan sidang komisi kode etik Polri atau pun Pemberhentian anggota Polri melainkan suatu bentuk pembinaan dari atasan/ankum agar Negara tidak dirugikan karena memberikan gaji kepada anggota polri yang tidak melaksanakan

(30)

tugasnya namun Penggugat tetap melakukan pelanggaran dan tidak menimbulkan efek jera sehingga penegakan dan kepastian hukum harus ditegakkan demi rasa keadilan; --- 3. Bahwa Penggugat juga perlu memahami dalam sengketa tata usaha Negara tidak mengenal gugatan ganti rugi atau perdata, karena bukan merupakan obyek ataupun kewenangan untuk mengadilinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara jo Undang-undang nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan pertama jo Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara; --- 4. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan keputusan tata usaha Negara yang sudah ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya kecuali jika berpotensi menimblkan kerugian Negara, kerusakan lingkungan hidup dan konflik sosial. Bahwa dalil dan pendapat Penggugat tersebut sangatlah keliru dan tidak memahami maksud dari Undang-Undang tersebut karena keputusan (beshikking) yang dimaksud adalah keputusan yang berakibat hukum terhadap kepentingan orang banyak bukan kepentingan hukum individu/person, Justru dengan diberikan gaji kepada Penggugat Negara dirugikan dan menimbulkan konflik sosial sesama anggota Polri yang rajin melaksanakan kewajibannya disamakan dengan yang malas; --- 5. Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan tidak masuk sakit yaitu

pada tanggal 30 Juni 2014 sampai dengan 2 Juli 2014 terus pada tanggal 21 Juli 2014 sampai tanggal 30 Juli 2014 pergi ke Medan menjenguk ibunya yang sakit dan sepulangnya Penggugat sakit lagi dari tanggal 1 Agustus 2014 sampai 5 Agustus 2014; ---

(31)

Bahwa dalil dan alasan Penggugat tersebut sangatlah mengada-ada dan mencari alasan pada hal pada saat sidang komisi kode etik sudah diperiksa secara materil, dan Penggugat berdinas seolah olah tidak punya aturan yang mengaturnya sudah berulang kali karena seorang anggota Polri dalam pelaksanaan tugasnya diberikan kesempatan untuk izin maupun cuti harus melalui mekanisme yang diatur dalam Perkap Nomor 11 Tahun 2015 tentang Tentang Tata Cara Pemberian Cuit Dan Izin Dilingkungan Kepolisian Negara RI, bukan Perkap Nomor 13 Tahun 2012 sebagaimana yang didalilkan Penggugat dan yang bersangkutan tidak ada meminta izin secara resmi kepada pimpinan Polres Rokan Hulu ataupun atasan lansung dan Penggugat sudah sering tidak masuk dinas tanpa izin pimpinan; --- 6. Bahwa adanya dalil Penggugat yang menyatakan dalam penegakan perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Penggugat tidak ada dilakukan Audit Investigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 11 Perkap Nomor 11 Tahun 2012 tentang SOTK komisi kode etik profesi Polri; --- Bahwa Penggugat tidak memahami secara jelas yang dimaksud dengan audit investigasi dan pelanggaran mana yang harus dilakukan audit Investigasi jika perkaranya sudah jelas kontruksi hukumnya tidak perlu dilakukan audit investigasi termasuk pelanggaran yang dilakukan oleh AIPDA BORIS SIHOTANG adalah pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 Tentang Pemberhentian Anggota Polri yaitu tidak masuk dinas berdasarkan absensi (sangat jelas dan mudah dibuktikan) bukan pelanggaran terhadap Pasal Kode etik Profesi Polri ( Perkap Nomor 14 Tahun 2011) yang masih harus ditentukan apakah perbuatan yang dilakukan AIPDA BORIS

(32)

SIHOTANG dikatogorikan pelanggaran disiplin atau kode etik profesi Polri sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Kapolri Nomor : SE/

6/V/2014 Tanggal 22 Mei 2013 pada halaman 25 poin 2 dan 3 yang menyebutkan “apabila akreditor menyimpulkan atas laporan/pengaduan tersebut telah memenuhi persyaratan bukti permulaan yang cukup maka tahapan audit investigasi dapat dikecualikan atau dikesampingkan dan dapat ditindak lanjuti lansung ketahapan pemeriksaan pendahuluan “;--- 7. Bahwa Penggugat yang menyatakan tidak pernah diberitahukan secara

tertulis tentang tempat pelaksanaan sidang Komisi Kode etik profesi Polri sehingga kehilangan hak-haknya, adalah tidak benar karena Penggugat AIPDA BORIS SIHOTANG hadir dan mengikuti persidangan dan telah dipanggil secara patut sepagaimana surat panggilan nomor : S.pgl/144/VIII/2015/KKEP tanggal 24 Agustus 2015, S.pgl/266/VIII/2015/KKEP tanggal 27 Agustus 2015, S.pgl/264/IX/2015/KKEP tanggal 11 September 2015 sebagaimana bukti tanda terima penerimaan surat panggilan oleh AIPDA BORIS SIHOTANG, perlu Penggugat pahami menurut Perkap Nomor 19 Tahun 2012 tentang SOTK Komisi Kode Etik Profesi Polri panggilan sidang diberikan kepada satker terduga pelanggar untuk diteruskan kepada yang bersangkutan, biasanya dalam persidangan Ketua komisi sebelum ditutup persidangan mengingatkan kepada terduga pelanggar untuk datang pada sidang berikutnya tanpa dipanggil karena sudah merupakan pernyataan resmi dari komisi; --- 8. Bahwa mengenai adanya sinyalemen dari Penggugat yang menyatakan penunjukan pendamping tidak melakukan pekerjaannya kalau hanya sebagai syarat formil, hal tersebut seharusnya Penggugat yang pro aktif

(33)

dan bekerjasama dengan pendamping bukan merupakan kewajiban Tergugat; --- 9. Namun amanat dari Perkap Nomor 19 Tahun 2012 tentang SOTK Komisi Kode Etik Profesi Polri ditunjuk seorang pendamping yaitu AKP AL AMRAN, S.H. berdasarkan Surat Perintah Nomor : Sprin/414/VIII/2015 tanggal 25 Agustus 2015 dan keliru kalau pendamping tidak memberikan tanggapan pembelaan; --- 10. Bahwa pemberhentian tidak dengan hormat yang dilakukan oleh Tergugat (Kapolda Riau) terhadap AIPDA BORIS SIHOTANG dengan surat keputusan Nomor : kep/33/I/2016 tanggal 21 Januari 2016 sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang berlaku di Institusi Polri dan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik, dengan memperhatikan azas keseimbangan (Principle Of Proportionality) yaitu keseimbangan antara kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat terhadap norma-norma hukum positif yang berlaku di institusi Polri serta dan azas kepastian hukum sehingga anggota Polri yang lain tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga merusak TRIBRATA sebagai falsafah anggota Polri, dengan demikian pemberhentian tersebut telah dipertimbangkan demi kelangsungan Polri yang dicintai masyarakat bukan karena kepentingan individu; --- 11. Bahwa oleh karena Proses dan Prosedur terbitnya Surat Keputusan

Kapolda Riau telah sesuai dengan prosedur dan mekanisme aturan yang berlaku secara khusus dilingkungan Polri, maka permohonan penangguhan pelaksanaan Surat Keputusan pemberhentian tidak dengan hormat tersebut dapat dikesampingkan; ---

(34)

Berdasarkan alasan-alasan hukum tersebut diatas, Kami mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat yang menyidangkan perkara ini berkenan memutuskan sebagai berikut : ---

1. Menolak seluruh gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima; --- 2. Menyatakan surat keputusan Kapolda Riau Nomor : Kep/33/I/2016 tanggal 21 Januari 2016 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Dari Dinas Polri (PTDH) sebagaimana tercantum dalam lampiran 1 nomor urut 1 atas nama AIPDA BORIS SIHOTANG adalah sah menurut hukum; --- 3. Membebankan seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini kepada Penggugat; --- Bahwa atas Jawaban Tergugat tersebut, pihak Penggugat telah mengajukan Replik pada persidangan tanggal 18 Agustus 2016 dan atas Replik Penggugat, pihak Tergugat telah mengajukan Duplik pada persidangan tanggal 25 Agustus 2016 dan untuk mempersingkat uraian putusan maka Replik Penggugat serta Duplik Tergugat tidak diuraikan pada Putusan namun ditunjuk dalam Berita Acara Persidangan dalam perkara ini; ---

Bahwa untuk mempertahankan dalil-dalil gugatannya, Pihak Penggugat telah mengajukan bukti surat berupa fotokopi surat-surat yang telah diberi meterai cukup dan telah dilegalisir sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta masing-masing diberi tanda P-1 sampai dengan P-8, sebagai berikut: --- 1. Bukti P-1 : Fotokopi PETIKAN KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN

DAERAH RIAU Nomor: Kep/33/I/2016 tentang PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT DARI

(35)

DINAS POLRI, No. Urut 1. a.n. BORIS SIHOTANG, AIPDA NRP.76080037, JABATAN BA POLRES ROKAN HULU, tanggal 21 Januari 2016;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 2. Bukti P-2 : Fotokopi SURAT KETERANGAN SAKIT DARI PRAKTEK DOKTER UMUM, dr. NIMPAN KARO KARO, a.n. Boris Sihotang, tanggal 30 Juni 2014;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 3. Bukti P-3 : Fotokopi SURAT KETERANGAN SAKIT DARI PRAKTEK DOKTER UMUM, dr. NIMPAN KARO KARO, a.n. Boris Sihotang, tanggal 01 Agustus 2014;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 4. Bukti P-4 : Fotokopi Buku Ekspedisi;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 5. Bukti P-5 : Fotokopi Piagam Penghargaan NO.POL.:

SKEP/227/X/2004, a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal 26 Oktober 2004;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 6. Bukti P-6 : Fotokopi SURAT PENGHARGAAN NO.POL.:

SP/04/XII/2004 a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal 10 Desember 2004;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 7. Bukti P-7 : Fotokopi Piagam Penghargaan NO.POL.: SKEP/06/III/2006, a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal 25 Maret 2006;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- 8. Bukti P-8 : Fotokopi KWITANSI pembayaran obat-obatan atas nama Pasien RESDI NAINGGOLAN ;---

(36)

(Sesuai Dengan Aslinya);--- Bahwa untuk mempertahankan dalil-dalil sangkalannya, Pihak Tergugat telah mengajukan bukti surat berupa fotokopi surat-surat yang telah diberi meterai cukup dan telah dilegalisir sehingga dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah serta masing-masing diberi tanda T-1 sampai dengan T-29, sebagai berikut :--- 1. Bukti T-1 : Fotokopi PETIKAN KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN

DAERAH RIAU Nomor: Kep/33/I/2016 tentang PEMBERHENTIAN TIDAK DENGAN HORMAT DARI DINAS POLRI, No. Urut 1. a.n. BORIS SIHOTANG, AIPDA NRP.76080037, JABATAN BA POLRES ROKAN HULU, tanggal 21 Januari 2016;--- (Sesuai Dengan Aslinya); --- 1. Bukti T-2 : Fotokopi DAFTAR ABSEN PERSONIL POLRES ROKAN HULU YANG TK TERHITUNG MULAI TANGGAL 1 MEI S/D 31 MEI 2013 (REMUNERASI), tanggal 1 Juni 2013;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- lampiran : daftar absen personil polres rokan hulu yang tk terhitung mulai tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2013, tanggal 1 Juli 2013, daftar absen personil polres rokan hulu yang tk terhitung mulai 01 Juli s/d 31 Juli 2013, tanggal 1 Agustus 2013, Daftar absensi Sat Reserse Narkoba Polres Rokan Hulu Bulan Mei 2013, tanggal Juni 2013, Daftar absensi Sat Reserse Narkoba Polres Rokan Hulu Bulan Juni 2013, tanggal Juli 2013, Daftar absensi Sat Reserse Narkoba Polres Rokan Hulu Bulan Juli 2013, tanggal September 2013;---

(37)

3. Bukti T-3 : Fotokopi BERKAS PERKARA Nomor : BP/32/lX/2013/PROPAM, a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal September 2013; --- (Sesuai Dengan Asli);---

Lampiran : --- - Daftar Pemeriksaan Sementara a.n. Boris Sihotang, tanggal 29 Agustus 2013; --- - Daftar Isi Berkas, tanggal September 2013; --- - Laporan Polisi Nomor : LP.A/32/VIII/2013/Propam tanggal 29 Agustus 2013; --- - Surat Perintah Pemeriksaan, Nomor : SP.RIKSA/

/VIII/2013/PROPAM tanggal 29 Agustus 2013; --- - RESUME (Berita Acara Pendapat) tanggal 28 September 2013;--- - Berita Acara Pemeriksaan (Saksi), a.n. Abdul

Muhammad, tanggal 27 Agustus 2013; --- - Berita Acara Pemeriksaan (Terperiksa), a.n.

Syafaruddin, S.H., tanggal 30 Agustus 2013; --- - Berita Acara Pemeriksaan (Terperiksa), a.n. Boris

Sihotang, tanggal 29 Agustus 2013; --- 4. Bukti T-4 : Fotokopi SURAT KEPUTUSAN PENGHUKUMAN DISIPLIN Nomor : SKHD/4/ll/2014, a.n. Boris Sihotang, tanggal 07 Februari 2014;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 5. Bukti T-5 : Fotokopi REKAP ABSENSI SAT SABHARA POLRES

ROHUL BULAN MARET, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November dan Desember 2015;---

(38)

(Sesuai Dengan Asli);--- 6. Bukti T-6 : Fotokopi LAPORAN POLISI Nomor :

LP.A/28/Vlll/2014/Propam tanggal 15 Agustus 2015, pelapor ABDUL MUHAMMAD, Terlapor AIPDA BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 7. Bukti T-7 : Fotokopi SURAT PERINTAH PEMERIKSAAN Nomor:

SP.Riksa /28/VIII/2014/Propam, tanggal 15 Agustus 2014, terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 8. Bukti T-8 : Fotokopi NOTA DINAS Nomor :

ND/118/lX/2014/PROPAM, tanggal 02 September 2014;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 9. Bukti T-9 : Fotokopi PEMBERITAHUAN HAK TERDUGA

PELANGGAR DALAM PENUNJUKAN PENDAMPING KKEP, tanggal 15 Oktober 2014, terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 10. Bukti T-10 : Fotokopi BERITA ACARA PENOLAKAN DI DAMPINGI

OLEH PENDAMPING TERDUGA PELANGGAR, tanggal 15 Oktober 2014, terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 11. Bukti T-11 : Fotokopi BERITA ACARA PEMERIKSAAN (Saksi) tanggal

15 Agustus 2014 a.n. ABDUL MUHAMMAD;--- (Sesuai Dengan Asli);---

(39)

12. Bukti T-12 : Fotokopi BERITA ACARA PEMERIKSAAN (Saksi) tanggal 21 Oktober 2014 a.n. MULIA DARMA PUTRA;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 13. Bukti T-13 : Fotokopi BERITA ACARA PEMERIKSAAN (Saksi) tanggal

27 Oktober 2014 a.n. MURAHALIM HASIBUAN;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 14. Bukti T-14 : Foto copy BERITA ACARA PEMERIKSAAN (Terduga

Pelanggar) tanggal 15 Oktober 2014 atas nama BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 15. Bukti T-15 : Fotokopi NOTA DINAS KASI PROPAM POLRES ROKAN

HULU NOMOR : ND-76/IX/2015 tanggal September 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 16. Bukti T-16 : Fotokopi NOTA DINAS KASI PROPAM POLRES ROKAN

HULU NOMOR : ND-76/IX/2015 tanggal September 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 17. Bukti T-17 : Fotokopi surat Kabidkum kepada KAPOLRES ROHUL

Nomor : R/713/Xll/2014/Bidkum, tanggal 12 Desember 2014 Perihal Saran dan pendapat hukum terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG, Nrp 76080037, Ba Polres Rohul;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 18. Bukti T-18 : Fotokopi KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN RESOR

ROKAN HULU Nomor : Kep/27/VIll/2015 tentang PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK PROFESI POLRI

(40)

terduga pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG tanggal 24 Agustus 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 19. Bukti T-19 : Fotokopi SURAT PANGGILAN Nomor:

S.Pgl/226/Vlll/2015/KKEP, a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal 27 Agustus 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- lampiran tanda terima / relas panggilan tanggal Agustus 2015;--- 20. Bukti T-20 : Fotokopi SURAT PANGGILAN Nomor

:S.Pgl/144/VIII/2015/KKEP, a.n. BORIS SIHOTANG, tanggal 24 Agustus 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- lampiran : tanda terima / relas panggilan, tanggal 24 Agustus 2015;--- 21. Bukti T-21 : Fotokopi SURAT PANGGILAN Nomor :

S.Pgl/260/lX/2015/KKEP, a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG, tanggal 24 September 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- 22. Bukti T-22 : Fotokopi SURAT PANGGILAN Nomor : S.Pgl/264/lX/2015/KKEP, a.n. AIPDA BORIS SIHOTANG, tanggal 13 September 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- 23. Bukti T-23 : Fotokopi REKOMENDASI HASIL RAPAT KOMISI KODE ETIK POLRI ATAS PERKARA TERDUGA PELANGGAR AIPDA BORIS SIHOTANG NRP.76080037 JABATAN

(41)

SAAT INI BA POLRES ROKAN HULU, tanggal 23 Juli 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 24. Bukti T-24 : Fotokopi FOTO SIDANG KOMISI KODE ETIK

KEPOLISIAN (KKEP) TERDUGA PELANGGAR AIPDA BORIS SIHOTANG NRP. 76080037 JABATAN ANGGOTA SAT SABHARA POLRES ROHUL DI AULA POLRES ROKAN HULU, September 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- 25. Bukti T-25 : Fotokopi PUTUSAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI Nomor : PUT KKEP/05/IX/2015/KKEP, tanggal 17 September 2015 a.n. Terduga Pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 26. Bukti T-26 : Fotokopi Perihal : permohonan banding dan memori

banding atas nama AIPDA BORIS SIHOTANG kepada KAPOLDA RIAU (Selaku Pejabat Pembentuk Komisi Banding) Melalui Sekretariat KKEP, tanggal 5 September 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 27. Bukti T-27 : Fotokopi KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN DAERAH

RIAU Nomor: Kep/450/X/2015 tentang PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK PROFESI TINGKAT BANDING, tanggal 9 Oktober 2015;--- (Sesuai Dengan Asli);--- 28. Bukti T-28 : Fotokopi PUTUSAN SIDANG BANDING KOMISI KODE

ETIK PROFESI POLRI NOMOR : PUT

(42)

BANDING/17/XII/2015/KOM BANBING, Terduga Pelanggar AIPDA BORIS SIHOTANG, tanggal 15 Desember 2015;--- (Sesuai Dengan Fotokopi);--- 29. Bukti T-29 : Fotokopi DAFTAR ABSEN PERSONIL TIMSUS POLRES ROKAN HULU TANGGAL 02 S/D 30 JUNI 2014, tanggal 1 Juni 2013, DAFTAR ABSEN PERSONIL TIMSUS POLRES ROKAN HULU TANGGAL 06 S/D 30 JULI 2014, tanggal 1 Juni 2013 dan DAFTAR ABSEN PERSONIL TIMSUS POLRES ROKAN HULU TANGGAL 06 S/D 31 AGUSTUS 2014, tanggal 1 Juni 2013;--- (Sesuai Dengan Aslinya);--- Bahwa Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat tidak mengajukan saksi maupun ahli meskipun telah diberikan kesempatan untuk itu;--- Bahwa pada persidangan tanggal 29 September 2016, pihak Penggugat telah mengajukan Kesimpulan secara tertulis sedangkan Tergugat mengajukan kesimpulan secara lisan yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil jawabannya; ---

Bahwa selanjutnya Para Pihak menyatakan tidak mengajukan suatu apapun lagi dan mohon Putusan; ---

Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini maka segala sesuatu yang terjadi di persidangan sebagaimana termuat dalam Berita Acara Persidangan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan putusan ini. ---

---TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM--- Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana terurai pada duduk perkara di atas ;---

(43)

Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan dinyatakan batal atau tidak sah dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Riau Nomor: Kep/33/I/2016 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat dari Dinas Kepolisian Republik Indonesia, sebatas pada atas nama BORIS SIHOTANG, Pangkat AIPDA, NRP: 76080037 tertanggal 21 Januari 2016 (vide bukti P-1 = T-1) ;--- Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan jawabannya tertanggal 4 Agustus 2016 yang memuat jawaban dalam pokok perkara yang pada pokoknya menolak seluruh dalil- dalil yang dikemukakan Penggugat tanpa mengajukan eksepsi;--- Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat tersebut, Penggugat mengajukan Replik pada persidangan tanggal 18 Agustus 2016 yang pada pokoknya tetap pada dalil-dalil gugatannya dan Tergugat telah mengajukan Duplik tertanggal 25 Agustus 2016 yang pada pokoknya menyatakan tetap pada dalil-dalil jawabannya;---

Menimbang, bahwa dari jawab-menjawab antara Penggugat dengan Tergugat tersebut, yang menjadi pokok permasalahan dalam Perkara a quo yang harus diuji kebenarannya berdasarkan Pasal 53 Ayat (2) huruf a dan b Undang Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, adalah apakah penerbitan objek sengketa in litis oleh Tergugat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta sesuai dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) sehingga harus dipertahankan, atau sebaliknya telah bertentangan sehingga harus dinyatakan batal atau tidak sah, dengan menggunakan dasar pengujian (toetsingsgronden) yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur dari segi kewenangan, segi materiil/ substansial maupun

(44)

dari segi prosedural; --- Menimbang, bahwa dalam menguji pokok permalasahan dalam perkara a quo, Majelis Hakim akan mempedomani peraturan perundang- undangan dan kemudian akan menghubungkannya dengan fakta hukum yang diperoleh berdasar bukti-bukti yang relevan dengan perkara a quo;----

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim setelah memeriksa bukti-bukti surat dan keterangan Para Pihak dipersidangan diperoleh fakta hukum sebagai berikut:--- 1. Bahwa Penggugat adalah anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia yang berpangkat AIPDA dan terakhir bertugas di Polres ROKAN HULU (Vide : Pengakuan Penggugat dan Tergugat serta Bukti T-2, Bukti T-5 dan Bukti T-29);---

2. Bahwa Penggugat selama bertugas sebagai anggota polri telah memperoleh penghargaan berupa :---

a. Piagam Penghargaan Kapolda Riau No.POL. : SKEP/227/X/2004 tanggal 26 Oktober 2004 atas prestasi, dedikasi dan partisipasi serta pengabdian dalam melaksanakan tugas mengungkap dan menangkap pelaku curas yang menggunakan senjata api di wilayah Kodya Pekanbaru (Vide : Bukti P-5);--- b. Piagam Penghargaan Kaporesta Pekanbaru No.POL. :

SP/04/XII/2004 tanggal 10 Desember 2004 atas prestasi dalam mengungkap kasus mutilasi terhadap seorang mahasiswi UIR di Pekanbaru.(Vide : Bukti P-6);--- c. Piagam Penghargaan Kapoltabes Pekanbaru No.POL. :

SKEP/06/III/2006 tanggal 25 Maret 2006 atas prestasi, dedikasi dan

(45)

partisipasi serta pengabdian dalam melaksanakan tugas penangkapan tersangka kasus curas di wilayah hukum Poltabes Pekanbaru (Vide : Bukti P-7);--- 3. Bahwa Penggugat selama bertugas di Polres Rokan Hulu sering tidak

masuk dinas dengan “tanpa keterangan” yaitu pada tahun 2013 khususnya pada bulan Mei sebanyak 14 hari kerja, pada bulan Juni sebanyak 18 hari kerja dan pada bulan Juli sebanyak 15 hari kerja (Vide: Bukti T-2 dan BuktiT-3);---

4. Bahwa atas tindakan Penggugat yang sering tidak masuk dinas pada tahun 2013 (sebagaimana fakta hukum angka 3 tersebut di atas) maka Penggugat telah dijatuhi hukuman disiplin karena tidak mentaati peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku dan tidak masuk dinas tanpa izin pimpinan serta menghindar dari tanggung jawab dinas berdasarkan Surat Keputusan Penghukuman Disiplin Kapolres Rokan Hulu Nomor : SKDH/04/II/2014 tanggal 07 Februari 2014, berupa teguran tertulis, Penundaan mengikuti pendidikan selama 1 (satu) periode, dan penempatan dalam tempat khusus selama 21 hari (dua puluh satu) hari (Vide : Bukti T-3 dan Bukti T-4);---

5. Bahwa ternyata Penggugat kembali melakukan tindakan tidak masuk dinas tanpa keterangan pada tahun 2014 khususnya pada tanggal 2 Juni sampai dengan 30 Agustus 2014 (Vide : Bukti T-29);---

6. Bahwa Penggugat beralasan bahwa ia tidak masuk dinas karena sakit dan mengunjungi dan membawa ibunya yang sedang sakit keras ke rumah sakit di Kota Medan (Vide : Pengakuan Penggugat dalam Gugatannya);---

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa, terhadap ketidak hadiran Penggugat dan atau kuasanya di Persidangan Pemeriksan Persiapan ini yang telah di tetapkan pada tanggal 31 juli 2013

Menimbang bahwa berdasarkan fakta dan pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Tergugat dalam menerbitkan obyek sengketa a quo berupa Surat

Menimbang, bahwa objek sengketa a quo diterbitkan oleh Tergugat selaku Pejabat Tata Usaha Negara yang menjalankan urusan pemerintahan di bidang pertanahan yang

Menimbang, bahwa Tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan, Pemberhentian Kepala Desa yang berwenang secara tegas adalah Asisten Pemerintahan Kabupaten

Menimbang, bahwa selanjutnya yang menjadi permasalahan pokok dalam sengketa ini adalah Surat Keputusan Tergugat berupa Surat Perintah Pembayaran Penggantian Nilai

baik berupa Sertifikat Hak Milik atas nama Penggugat maupun Alas Hak berupa Akta Jual beli ataupun Surat Keterangan Tanah atas nama Penggugat sebagai tanda

Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang menurut Hakim Ketua sudah tepat dan benar ; --- Menimbang, bahwa menurut dalil-dalil gugatannya Penggugat dalam hal

Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut, Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Pekanbaru yang ditunjuk untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa