commit to user
PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)
PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH
BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK
PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )
Penulisan Hukum
( Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
Venny Noviyanti
NIM.E0007237
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user ABSTRAK
VENNY NOVIYANTI, E0007237.2011. PELAKSANAAN PEMBERIAN
KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK
KONVENSIONAL DAN BANK UNIT SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau sosiologis. Lokasi penelitian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui Interview ( wawancara), Studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan tehnik analisis kualitatif.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian memiliki perbedaan dalam hal perjanjian, jangka waktu, ketentuan biaya dan perhitungan bunga atau bagi hasil. Persamaan yang ada dalam kedua adalah syarat pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jaminan, Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Flowchart pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan perbedaan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional adalah system perhitungan angsuran, dimana pada bank konvensional terkenal dengan system bunga. Sedangkan pada bank unit syariah lebih terkenal system angsuran dengan bagi hasil, dimana kedua belah pihak mengadakan perjanjian sesuai dengan akad Murabahah atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Selain itu, penelitian ini pun membahas tentang permasalahan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah yang dihadapin oleh Bank Permata, antara lain yaitu nasabah, masalah jaminan, terjadinya kredit macet.
Dengan demikian, dalam melakukan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah haruslah berdasarkan prinsip kehati-hatian karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.
commit to user ABSTRACT
VENNY NOVIYANTI, E0007237. 2011. HOME LENDING OF OWNERSHIP (KPR) TO CONVENTIONAL BANK AND BANK UNITS UNDER ISLAMIC PRINCIPLES PRUDENTIAL (CASE STUDY PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
This study to determine the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks and Islamic banking units based on the principle of prudence. This research is a descriptive and when seen from the objectives including the legal or empirical sociological research. Research sites in PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Types of data used are primary data. Data collection techniques used is through the interview (interview), Study of literature in the form of legislation. Analysis of the data used techniques of qualitative analysis.
Based on this study obtained results that the implementation of House Ownership Loan (mortgage) in units of conventional banks and Islamic banks based on prudential principles differ in terms of the agreement, term, fee provisions and the calculation of interest or for the results. The equation is in second is the implementation of the requirements of House Ownership Loan (mortgage), security, implementation of House Ownership Loan (mortgage) and Flowchart implementation of House Ownership Loan (mortgage). While the differences in the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks is the calculation of the installment system, where the conventional banks is famous for its system of interest. While the more famous bank sharia units with profit-sharing payments system, in which both parties entered into an agreement in accordance with the contract of Murabaha or Ijara contract Muntahiyah Bittamlik (IMBT). In addition, this study also discusses the problems of the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking unit of Bank Permata dihadapin by, among others, namely the customer, the problem of collateral, the credit crunch.
Thus, in making the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking units should be based on the precautionary principle because it is based on Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan is the Bank must maintain bank soundness in accordance with the provisions of capital adequacy, asset quality, management quality, liquidity, profitability, solvency, and other aspects related to the business in accordance with the principle of prudence. Meanwhile, based on Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah Banking and unit Islamic Sharia in conducting its business activities are required to apply the precautionary principle.
commit to user MOTTO
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih
sayang serta rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti dan tanpa diminta walaupun
terkadang penulislupa untuk bersyukur. Salawat serta salam juga senantiasa
tercurahkan kepada satu-satunya revolusioner terhebat dan abadi sepanjang zaman
Nabi Muhamad Saw semoga peneliti diberikan syafaatnya diakhir zaman dan
diizinkan menjadi umat yang dicintainya.
Penelitian hukum dengan judul “ PELAKSANAAN PEMBERIAN
KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL
DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP
KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG
SURAKARTA ) ”ini merupakan penelitian pelaksanaan pemberian Kredit
Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah jika
dikaitkan dengan prinsip kehati-hatian. Didalam penelitian ini membahas tentang
syarat-syarat, prosedur, jaminan, pelaksanaan KPR, persamaan dan perbedaan
antara pelaksanaan KPR konvensional dan pelaksanaan KPR unit usaha syariah
serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan
Kredit (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah.
Penelitian ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan studi guna melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atas peran serta dan
bantuan dari berbagai pihak, penulisan dapat menyelesaikan proses penulisan
hukum ini. Kesempatan ini penulisan gunakan untuk mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Prof. Dr Hartiwiningsih S.H,. M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
diadakannya penyusunan penulisan hukum ini.
2. Pujiyono, S. H, M. H selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan mengenai hukum perbankan konvensional dan
commit to user
hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Mohammad Adnan, S.H, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan mengenai hukum Unit Usaha Syariah dan
keadministrasian hukum Indonesia dengan memperbaiki segala
kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.
4. Edy Hardiyanto, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan nasehat dan membantu penulis selama kuliah.
5. Kedua orang tua penulis yang tidak bosan memberikan semangat belajar
dan selalu mendoakan penulis, semoga penulis bisa jadi sinar harapan
terbaik.
6. Kedua kakak Penulis yaitu Vivin Noviyani dan Vemmy Meiyansah yang
telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis
7. Teman-teman dan sahabat di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
dan yang telah mengikuti seminar proposal penulis yang banyak
memberikan masukannya terutama sahabatku ocnovicky prihasditya yang
banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.
8. Teman- teman di Fortuna 2 ( Silmie, Fennty, Ike, Siwi, Rini, Godri, Nanik,
Intan, Desi, Dina dan lain-lain ) yang selalu ramai dan memberikan
semangat sepanjang hari, Tidak akan terlupakan.
Penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih
diperlukan perbaikan dan penulis sangat berterimakasih atas kritik dan sarannya.
Harapan penulis, penulisan hukum ini bisa bermanfaat bagi semuanya, penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 27 Juli 2011
commit to user
1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk legislasi ... 17
2. Tinjauan Tentang Bank Umum ... 19
c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit ... 25
d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit ... 29
e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan ... 31
f. Perjanjian Kredit Bank ... 34
5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah ... 35
a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah ... 35
b. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 36
c. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan ... 37
d. Asas, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 40
commit to user
f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) ... 43
6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ... 44
7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR) ... 46
a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 46
b. Prinsip Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47
c. Jenis-Jenis Pemilikan Rumah (KPR) ... 47
d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47
B. Kerangka Pemikiran ... 49
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Hasil Penelitian ... 52
1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 52
a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional dan Bank Unit Usaha Syariah ... 53
(1). Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 54
(2). Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 59
(3). Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .... 59
(4). Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 60
(5). Analisis Kredit Pemilikan Rumah ... 61
(6). Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 64
(7). Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 65
b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah ... 67
(1). KPR Bank Konvensional ... 67
(2). KPR Bank Unit usaha syariah ... 68
commit to user
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 70
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 70
2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 81
BAB IV : PENUTUP ... 85
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Analisis Interaktif ... 14
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pedoman Wawancara
Lampiran II Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR.
Lampiran III Formulir Aplikasi Kredit Konsumen
Lampiran IV Cara Menghitung Tabel Angsuran Kredit KPR Bank Konvesional.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan
merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Dalam tingkat kebutuhan,
rumah termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Terlebih bagi yang
sudah berkeluarga, rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk berlindung,
beraktivitas, dan bersosialisasi di tengah lingkungannya.
Seiring dengan kemajuan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah.
Akibatnya, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun
bertambah. Efek diatas juga berimbas pada bisnis properti. Tidak hanya
rumah baru, rumah yang telah di pakai sekian tahun dipakai pun dapat
dibisniskan. Hal ini dapat dimaklumi karena sifat gerak manusia yang
dinamis, setiap saat dapat berubah menurut selera dan kepentingan.
Akibatnya ada saja pemilik rumah yang berniat mengganti rumahnya.
Sebagai contoh, jumlah keluarga semakin banyak, sedangkan rumah tidak
dapat diperluas. Hal tersebut mendorong keluarga untuk mencari rumah yang
lebih luas. Contoh lain, pemilik rumah pindah kerja sehingga harus
meninggalkan rumah. Oleh karena rumah bersifat permanen sehingga tidak
dapat berpindah pindah, pemilik rumah tersebut mau tidak mau harus menjual
rumahnya. Walaupun kebutuhan tempat tinggal dapat dipenuhi dengan cara
mengontrak, tetapi cara ini bersifat sementara dan tidak selamanya terjamin
karena dibatasi oleh kepentingan pemilik rumah.
Pada saat ini tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan
harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Maka dari itu
perbankan membantu konsumen dalam memilih rumah yang dikehendaki dan
membantu konsumen dalam pembayaran rumah. Bagi konsumen yang
memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu
commit to user
pembayaran rumah melalui KPR terasa lebih ringan sebab dilakukan dengan
angsuran setiap bulannya dan juga suku bunga yang ditawarkan sesuai
dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan
pada pembelian rumah baru saja tetapi dapat digunakan juga untuk pembelian
rumah second / bekas.
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat “ bank and financial institutions collect money and deposits from
all elements of society and invest these funds in loans, securities and various
other productive assets ” (William A Lovett, 1997 : 1). Dari ketentuan
tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang
memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan
dan memerlukan dana.
Setiap orang tentu ingin memiliki rumah sendiri. Hidup mandiri dan
bebas membina rumah tangga, sekaramg ini sudah menjadi kebutuhan setiap
orang. Misalkan untuk memiliki rumah akan tetapi mempunyai kendala
dalam kondisi keuangan, sekarang telah ada solusinya, yaitu melalui
bank-bank yang memberikan berbagai keleluasaan:
a. Bebas memilih lokasi di lingkungan Real Estate / Non Real Estate, dan
kondisi bangunan baik baru atau secondary;
b. Untuk berbagai macam tujuan: membeli rumah, ruko, apartemen atau
untuk pembangunan rumah dan renovasi;
c. Uang muka lebih ringan dan maksimum pembiayaan lebih besar;
d. Jangka waktu lebih panjang sampai dengan 20 tahun;
e. Dapatkan fleksibilitas membayar cicilan ekstra serta menarik kembali
pinjaman, tanpa proses ulang dan jaminan tambahan.
commit to user
konsumen memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. KPR di setiap bank memiliki syarat-syarat, prosedur, jenis dan bentuk yang berbeda antar bank konvensional dengan bank syariah.
Pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka
penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24
perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami kepailitan, salah
satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial
Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di
Amerika (Gretchen Morgenson: 2007). Kehancuran dari
perusahaan-perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham
berbasis Real estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan
membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi
secara keseluruhan. “ The crisis has affected the general economy. Credit
conditions have tightened for all types of loans since the subprime crisis
started nearly a year ago. The biggest danger to the economy is that, to
preserve their regulatory capital ratios, banks will cut off the flow of credit,
causing a decline in lending to companies and consumers “ (Crouhy, Jarrow
and Turnbull, 2007 : 3). Krisis ini masih berlanjut terus dan telah
mendapatkan perhatian serius dari media masa di Amerika serta pembuat
undang-undang pada awal tahun 2007.
Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini
melemparkan kesalahan semuanya ini terhadap praktik "lintah darat" dari
debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan pemerintah. Peneliti lain menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna memperoleh
KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai
transaksi rumah dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan
verifikasi atas kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun
aset subprima. Debitur subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda
commit to user
Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah
sejak tahun 2005 turut berperan penting dalam kejatuhan industri KPR
subprimer ini. Pada waktu harga rumah mengalami kenaikan sejak tahun
2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam pembayaran
hutangnya padahal debitur memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka
mengambil jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau
menjual rumah mereka. Namun sewaktu harga rumah jatuh pada banyak
negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi kurang bermanfaat lagi
bagi para debitur subprima.
Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin
memburuk. Lou Ranieri dari Salomon Brothers, memperingatkan bahwa
penemu / pencetus pasar efek beragun aset pada tahun 1970-an, telah
memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya KPR.
Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam
testimoni kepada Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan
akan terjadi pada beberapa tahun kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR
subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005 akan naik sesuai dengan
syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah
periode 2 tahun. Other experts have raised concerns that the crisis may
spread to the so-called Alternative-A (Alt-A) mortgage sektor, which makes
loans to borrowers with better credit than subprime borrowers at not quite
prime rates (Fleckenstein, Bill, 2007).
Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan
Greenspan, menyatakan keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan
membawa dampak pada industri perumahan dan bahkan pada keseluruhan
ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada pada KPR
subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang
menurunkan nilai rumah dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya
menyusut sehingga akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap
belanja mereka yang akan mempelemah ekonomi. Edward Leamer seorang
commit to user
sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi
menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk
3 atau 4 tahun kedepan.
Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai
meningkat, beberapa pembuat undang-undang dari Partai Demokratik seperti
Senator Charles Schumer, Robert Menendez dan Sherrod Brown
menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan pembiayaan
untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. Beberapa
ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan
bahwa hal itu dapat berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal
bayar ataupun mendorong dilakukannya lebih banyak lagi pinjaman berisiko
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima).
Dalam rangka mendukung sustainability perkembangan KPR dengan
tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian di dalam penyaluran KPR oleh
bank, dirasakan perlu untuk mengembangkan pasar sekunder KPR melalui
sekuritisasi. Dalam rangka mendukung kelancaran proses sekuritisasi KPR,
dipandang perlu untuk mewajibkan bank membakukan beberapa proses
administrasi KPR sejak tahap awal (originasi KPR) yang dicantumkan di
dalam Standard Operating Procedure (SOP) KPR bank. Sehubungan dengan
hal tersebut, ditetapkan pengaturan sebagaimana tercakup di dalam Surat
Edaran No. 12/38/DPNP yang pada dasarnya merupakan acuan bagi bank
untuk menyusun SOP KPR.
Pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP
ditujukan bagi Bank Umum penyelenggara KPR. Pengaturan di dalam Surat
Edaran tersebut yang mewajibkan bank untuk memiliki SOP dalam rangka
penyaluran KPR yang memuat pembakuan beberapa proses administrasi KPR
juga dimaksudkan untuk mendorong bank menyalurkan KPR secara
transparan yang pada giliran berikutnya akan membantu pengembangan pasar
sekunder KPR yang sehat.
Bank penyelenggara KPR wajib untuk menyalurkan KPR secara
commit to user
KPR akan membantu bank untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati dan
memperhatikan aspek transparansi yang pada giliran berikutnya akan
mendorong terdapatnya KPR yang berkualitas. Dengan demikian, pengaturan
sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP berlaku bagi
bank-bank penyelenggara KPR (Surat Edaran No. 12/38/DPNP, 2010).
Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka peneliti berpendapat
bahwa hal-hal tersebut di atas cukup menarik untuk di bahas lebih lanjut yaitu
mengenai aspek-aspek yang penting yang terkait dengan kredit perbankan.
Dan untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu skripsi dengan judul :
“ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH
(KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA
SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI
KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul yang peneliti ambil, maka terdapat beberapa rumusan
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)
pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip
kehati-hatian yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ?
2. Permasalahan apa saja yang dihadapkan Bank Permata Tbk cabang
Surakarta dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank unit usaha syariah?
C. Tujuan penelitian
Suatu penelitian supaya terarah serta mengenai sasarannya, maka harus
mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
commit to user
a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah
berdasarkan prinsip kehati-hatian.
b) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapin Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta
2. Tujuan Subyektif
a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas
pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek,
khususnya Hukum Perbankan.
b) Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna
penyusunan penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teoritis
dan praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya
hukum perbankan.
2. Manfaat Praktis
a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah
b) Untuk Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pemberian
kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank
unit usaha syariah
c) Bagi Pribadi Lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang
hukum perbankan.
commit to user
(1) Meningkatkan peran dan fungsi pelayanan bank konvesional dan
bank unit usaha syariah kepada masyarakat.
(2) Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) kepada rnasyarakat.
e) Bagi Masyarakat
(1) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah
(2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada Bank Konvensional
dan bank unit usaha syariah dalam pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) .
(3) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membedakan
pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) antara
bank konvensional dan bank unit usaha syariah.
E. Metode Penelitian
Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”,
namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan
kemungkinan kemungkinan sebagai berikut:
1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian
2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto,
2010 : 5).
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan
konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,
sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak
adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian
hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
commit to user
menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang
mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan
suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala
bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2010 : 42-43).
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan
masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya
dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian
dalam penulisan hukum ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah
jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian
hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data skunder,
kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap
masyarakat” (Soerjono Sukanto, 2010 : 52).
Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum pelaksanaan
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan
bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Hasil
penelitian di dapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara (
interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan
mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada
bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta. Untuk memperoleh kebenaran fakta dalam
pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank syariah yang didukung dengan menelaah
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dan studi
kepustakaan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono
commit to user
untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau
gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama
untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam
memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). Penelitian
ini memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang menjadi
dasar yang digunakan pada bank konvensional dan bank unit usaha
syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan
pemberian kredit.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Bank Permata
dan Bank Bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang
Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena Bank Permata merupakan bank
konvensional dan bank unit usaha syariah, sehingga berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
4. Jenis Data
Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data
yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari
bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang dipeoleh dari
bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto,
2010 : 51 ). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh
secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi
penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari
sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung
melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data primer
berupa hasil wawancara dengan kepala bank konvensional dan bank
unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta serta
nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di
commit to user b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara
langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan,
yang terdiri Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006
tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh
Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang
Bank Umum penyelenggara KPR, Jurnal Internasional, Jurnal
Nasional, buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan
sumber tertulis lainnya.
5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada
hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengetahui dan
memiliki pengalaman mengenai obyek penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer,
yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia
commit to user
Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan
Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No.
12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, bahan
hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal Nasional dan jurnal
Internasional di bidang hukum yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti mengenai pelaksanaan pemberian kredit
pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview (Wawancara)
Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara
melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data
primer, yaitu Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan
nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di
Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan teknik wawancara
mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan pengetahuan
ekspilisit dari Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah
debitur yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan ini penulis membuat
responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi
atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya
terutama yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar hukum bagi
bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk
Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) tersebut.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder,
yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan
commit to user
kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah ”analisis kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang
menggunakan dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga
perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh
( Soerjono Soekanto, 2010 : 250 ). Jadi dalam hal ini proses
pengumpulan data dan analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik
analisa data meliputi tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan
data, dan menarik kesimpulan dengan verifikasinya. Diantaranya
tahap-tahap tersebut dilakukan pembentukan siklus sehingga data yang
terkumpul direduksi lalu ditarik sebuah kesimpulan/konklusi.
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari
data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat
dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah
sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melukan
pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur
sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. ( HB. Sutopo, 2002 : 97 ).
Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif
commit to user
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)
Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data
Peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data
harus disusun pada waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah
unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah
berakhir, Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan
verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi
maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena
kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat
kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk
mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (
HB. Sutopo, 2002 : 95 – 96).
F. Sistematika Skripsi
Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi,
maka penulis memberikan sistematika skripsi yang secara garis besar berguna
untuk pembaca. Sistematika skripsi ini menjadi 4 ( empat bab ), dan isi
masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/ verifikasi
Sajian Data Pengumpulan
commit to user
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang
dilakukannya pelaksanaan pemberian kredit pemilikan
rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit
usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank
Permata Tbk Cabang Surakarta. Bab ini juga memaparkan
perrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan
hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan
dengan judul dan masalah yang diteliti yang memberikan
landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka
pemikiran. Kajian Pustaka ini terdiri dari ,tinjauan tentang
kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional
dan tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada
bank unit usaha syariah. Selain itu, untuk memudahkan
pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga
disertai dengan kerangka pikiran.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa pelaksanaan
pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank
konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan
prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk cabang
Surakarta Hasil penelitian merupakan jawaban atas
masalah yang di rumuskan peneliti pada awal penelitian
yakni pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah
(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha
commit to user
BAB IV : PENUTUP
Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan
dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk Legislasi
Dalam pembahasan ini penulis dengan sengaja menggunakan istilah
”implementation” yang artinya pelaksanaan, implementasi. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” Implentasi” artinya pelaksanaan;
penerapan (KBBI, 2008 : 548).
Pengertian implementasi adalah sebagai proses yang melibatkan
sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana,
kemajuan, organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam
penelitian ini, implementasi dimaksudkan ialah proses pelaksanaan atau
penerapan suatu aturan baik itu berupa Undang-Undang atau produk
hukum lainya yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas untuk itu dan
berlaku dalam suatu komunitas masyarakat, lembaga maupun instansi.
Menurut Lawrence M. Friendman, sistem hukum adalah suatu pokok
bahasan ilmu pengetahuan sosial tetapi bukan merupakan ilmu
pengetahuan sosial tersendiri bahkan bukan merupakan ilmu pengetahuan
sama sekali. Ciri apapun yang melekat pada sistem hukum, ciri tersebut
sama dengan yang ada pada sistem atau proses manapun. Pertama adalah
input adalah lembaran-lembaran kertas dan kepingan perilaku yang
mengerakan proses hukum, para pihak yang berpekara tidak bisa
mendekati pengadilan secara informal; mereka harus melakukan langkah
formal tertentu, seperti mengajukan gugatan perkara jenis tertentu.
Dalam pengadilan, hal-hal itu berwujud surat gugatan, petisi, atau
mengajukan perkara. Ada ratusan peraturan yang membahas tentang
bentuk input ini; semua peraturan ini merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hukum barat modern. Common law Inggris (commom
law) terutama mengembangkan banyak isinya dari peraturan-peraturan
commit to user
adalah suatu putusan atau ketetapan, terkadang pengadilan juga
mengeluarkan peraturan umum. Pengadilan bisa membuat keputusan
tertentu untuk penggugat dan tergugat atau mencari kesepakatan tertentu.
Yang menjadi inti dari sistem adalah caranya mengubah input menjadi
ouput.
Struktur dan substansi adalah komponen-komponen riil dari sebuah
sistem. Jelas bahwa struktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata
dari sistem hukum. Substansi (peraturan-peraturan) adalah elemen
lainnya. Ketika seseorang pengamat mencoba untuk menjelaskan sebuah
sistem hukum secara menyilang, kemungkinan ia akan berbicara tentang
dua elemen ini. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia
adalah bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut,
tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam
batas-batasnya. Struktur sebuah sistem yudisial terbayang ketika kita
berbicara tentang jumlah para hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana
pengadilan yang lebih tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah,
dan orang-orang yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan.
Sementara substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan
bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.
Kekuatan-kekuatan sosial terus-menerus menggerakan hukum,
merusak di sini, memperbaharui di sana; menghidupkan di sini,
mematikan di sana; memilih bagian mana dari ”hukum” yang akan
beroperasi, bagian mana yang tidak,; memintas dan melewati apa yang
muncul; perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara terbuka atau
diam-diam. Karena tidak ada lagi isilah lain yang lebih tepat lagi, kita
bisa namakan sebagian dari kekuatan-kekuatan ini sebagai kultur hukum.
Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai seseorang. Istilah ” kekuatan
sosial” itu sendiri merupakan abstraksi; namun begitu,
kekuatan-kekuatan demikian tidak secara langgsung mengerakan sistem hukum.
commit to user
tuntutan-tuntutan; semua ini kadang menjangkau dan kadang tidak
menjangkau proses hukum karena bergantung pada kulturnya.
Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah
organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi
( lawrence M. Friedman, 2009 : 12-19 )
2. Tinjauan Tentang Bank Umum
a. Pengertian Bank Umum
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan atau bardasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran.Bank umum merupakan bank yang bertugas
memberikan melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani
segenap lapisan masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga
lainnya ( Kasmir, 2008 : 5).
Sifat jasa yang diberikan oleh bank umum adalah umum, dalam
arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula
dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank
umum juga sering disebut bak komersial. Kegiatan bank umum
bersifat luas, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum
sangat beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai
kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Dalam
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengenai bentuk
hukum dari bank umum diatur dalam Pasal 21 yaitu dapat berbentuk
perusahaan persero (persero), Perusahaan Daerah, Koperasi atau
Perseroan Terbatas. Bentuk hukum yang banyak dipakai oleh bank
umum adalah Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan lebih
memudahkan dalam mempelancar dan memperluas usaha. Bentuk
bank umum seperti ini dapat manjual saham-sahamnya di bursa efek,
sehingga akan memperkuat jumlah dana yang masuk dan masyarakat
commit to user
mempunyai tingkat kesehatan yang baik. Karena sasaran operasional
bank adalah masyarakat umum dari berbagai lapisan ( Kasmir, 2008
: 33 ).
b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum
Kegiatan bank umum terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang-Undang-Undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang isi Pasalnya sebagai
berikut :
Usaha bank umum meliputi :
1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
2) Memberikan kredit
3) Menerbitkan surat pengakuan hutang
4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :
a) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;
b) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;
c) Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan perintah; d) Sertifikat bank Indonesia;
e) Obligasi;
f) Surat dagang berjangka waktu sampai dangan 1 (satu) tahun;
g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 (satu) tahun;
5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah;
6) Menempatkan dana pada peminjam dari atau meminjamkan dana kepada bank lain dengan mengunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;
7) Menerima pembayaran dari tagihan atau surat berharga dan melakukan dengan atau antar pihak ketiga;
8) Menyediahkan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;
commit to user
10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat pada bursa efek;
11) Ditiadakan
12) Melakukan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;
13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan oleh bank Indonesia;
14) Melakukan kegiatan lain yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.
Dalam Pasal 7 yang lebih lanjut ditambahkan usaha-usaha Bank
Umum sebagai berikut:
1) Melaksanakan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi
ketentuan yang ditetapkan Bank Indoneia;
2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau
perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal
ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring
penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
3) Melaksanakan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik
kembali pernyataannya dengan memenuhi ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
4) Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana
pension sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan
peraturan perundang-undang yang berlaku.
Sementara Pasal 8 ayat (2) disebutkan :
“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman kreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan
commit to user
a) Melaksanakan penyertaan modal, kecuali sebagaimana
dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan c;
b) Melaksanakan usaha perasuransian;
c) Melaksanakan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 dan 7.
3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah
a. Unit Usaha Syariah
Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat pada Pasal 1
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit
Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari
kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha
syariah.
b. Kegiatan Unit Usaha Syariah
Kegiatan Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 19 ayat (2)
dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah isi Pasalnya sebagai berikut :
Usaha bank Unit Usaha Syariah meliputi :
1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan
commit to user
5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarahmuntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah;
9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,
mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;
12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;
13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan
15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 20 ayat (2) yang isi Pasalnya sebagai berikut :
usaha-usaha Bank Unit Usaha Syariah sebagai berikut:
1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; 2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;
3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya; 4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan
commit to user
menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah. 5) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Tinjauan Tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Kata ” kredit ” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang
berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah
kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain
dan percaya bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi
segala sesuatu yang telah disepakati bersama.
Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yang isi Pasalnya sebagai berikut :
“kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk lebih melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga”.
b. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai
unsur-unsur sebagai berikut :
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau
jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu
tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan
oleh bank, dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian
penyelidikan tentang nasabah balk secara interen maupun dari
eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu
commit to user 2) Jangka Waktu
Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima
pada masa yang akan datang. Setiap kredit yang diberikan
memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup
masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau
jangka panjang.
3) Tingkat Risiko (degree of risk)
Risiko adalah semakin lama kredit diberikan semakin tinggi
pula tingkat risikonya. Adanya suatu tenggang waktu
pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya
pelunasan kredit sehingga menimbulkan macetnya pemberian
kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya,
semakin pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,
baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh
risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau
bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan
lainnya.
4) Prestasi atau Obyek Kredit
Obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Merupakan
keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang
kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga
dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas
jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Thomas Suyatno,dkk
dalam hermansyah, 2005 : 58-59)
c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit
Kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk
commit to user
dilakukan dengan analisis prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital,
Condition dan Colleteral) dan 7 P (Personality, Party, Purpose,
Prospect, Payment, Profitability, Protection) (Jamal Wiwoho, 2011 :
95-98).
a. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau
watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar
harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari
calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik
yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat
pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,
keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini
dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk
membayar.
b. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan
nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat
kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini
dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman
selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat
“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.
c. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak,
dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi
laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari
segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang
digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,
commit to user
d. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi
ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi
untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek
bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki
prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut
bermasalah relatif kecil.
e. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya
melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus
diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin.
Selanjutnya dalam penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan
dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut :
a. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah
lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya masa lalu.
Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku
dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan
menyelesaikannya.
b. Party
Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu
atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas
serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam
golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang bebeda dari
bank.
commit to user
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,
termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif,
produktif dan lain-lain.
d. Prospect
Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang
menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai
prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu
fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi
kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah.
e. Payment
Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit
yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk
pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan
debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu
usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan
nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke
periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat,
apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang
diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang
diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh
debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.
Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada
dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur
commit to user a. Prinsip Kepercayaan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh
bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada
kepercayaan.
b. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)
Bank dalam menjalankan kegetian usahanya, termasuk
pemberian kredit kepada nasabah debitor harus selalu
berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian
(Hermansyah, 2005 : 65).
d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit
Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam
ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan yang mengemukakan bahwa “perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud dengan
demokrasi ekonomi ialah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila
dan Undang menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan
tugas dan wewenangnya masing–masing secara cermat, teliti dan
professional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.
Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan
kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh peraturan
perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari
oleh itikad baik.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka
ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan
kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu,
memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan
permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna
peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan
commit to user
1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang
Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung
meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang
memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atau untuk
meningkatkan usahanya. Para pemilik uang/modal dapat
menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang
tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada
perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.
2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat
menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel
maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping
itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula
meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas
uang akan berkembang pula.
3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang
Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi
barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi
meningkat, apabila para pengusaha tersebut mendapatkan kredit.
Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran
barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli
barangbarang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain.
Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga
berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat
suatu barang.
4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan
diarahkan pada usaha-usaha antara lain :
a) Pengendalian inflasi
b) Peningkatan ekspor, dan