• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR)

PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH

BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK

PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA )

Penulisan Hukum

( Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh

Venny Noviyanti

NIM.E0007237

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user ABSTRAK

VENNY NOVIYANTI, E0007237.2011. PELAKSANAAN PEMBERIAN

KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK

KONVENSIONAL DAN BANK UNIT SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah ( KPR ) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan apabila dilihat dari tujuannya termasuk penelitian hukum empiris atau sosiologis. Lokasi penelitian di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui Interview ( wawancara), Studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan. Analisis data yang digunakan tehnik analisis kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian memiliki perbedaan dalam hal perjanjian, jangka waktu, ketentuan biaya dan perhitungan bunga atau bagi hasil. Persamaan yang ada dalam kedua adalah syarat pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), jaminan, Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Flowchart pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sedangkan perbedaan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional adalah system perhitungan angsuran, dimana pada bank konvensional terkenal dengan system bunga. Sedangkan pada bank unit syariah lebih terkenal system angsuran dengan bagi hasil, dimana kedua belah pihak mengadakan perjanjian sesuai dengan akad Murabahah atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT). Selain itu, penelitian ini pun membahas tentang permasalahan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah yang dihadapin oleh Bank Permata, antara lain yaitu nasabah, masalah jaminan, terjadinya kredit macet.

Dengan demikian, dalam melakukan pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank kovensional dan bank unit syariah haruslah berdasarkan prinsip kehati-hatian karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuidasi, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha sesuai dengan prinsip kehati- hatian. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah adalah Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya wajib menerapkan prinsip kehati-hatian.

(6)

commit to user ABSTRACT

VENNY NOVIYANTI, E0007237. 2011. HOME LENDING OF OWNERSHIP (KPR) TO CONVENTIONAL BANK AND BANK UNITS UNDER ISLAMIC PRINCIPLES PRUDENTIAL (CASE STUDY PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

This study to determine the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks and Islamic banking units based on the principle of prudence. This research is a descriptive and when seen from the objectives including the legal or empirical sociological research. Research sites in PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Types of data used are primary data. Data collection techniques used is through the interview (interview), Study of literature in the form of legislation. Analysis of the data used techniques of qualitative analysis.

Based on this study obtained results that the implementation of House Ownership Loan (mortgage) in units of conventional banks and Islamic banks based on prudential principles differ in terms of the agreement, term, fee provisions and the calculation of interest or for the results. The equation is in second is the implementation of the requirements of House Ownership Loan (mortgage), security, implementation of House Ownership Loan (mortgage) and Flowchart implementation of House Ownership Loan (mortgage). While the differences in the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the conventional banks is the calculation of the installment system, where the conventional banks is famous for its system of interest. While the more famous bank sharia units with profit-sharing payments system, in which both parties entered into an agreement in accordance with the contract of Murabaha or Ijara contract Muntahiyah Bittamlik (IMBT). In addition, this study also discusses the problems of the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking unit of Bank Permata dihadapin by, among others, namely the customer, the problem of collateral, the credit crunch.

Thus, in making the implementation of House Ownership Loan (mortgage) on the banks Conventional and Islamic banking units should be based on the precautionary principle because it is based on Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan is the Bank must maintain bank soundness in accordance with the provisions of capital adequacy, asset quality, management quality, liquidity, profitability, solvency, and other aspects related to the business in accordance with the principle of prudence. Meanwhile, based on Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang unit syariah Banking and unit Islamic Sharia in conducting its business activities are required to apply the precautionary principle.

(7)

commit to user MOTTO

(8)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih

sayang serta rahmat dan hidayah-Nya tanpa henti dan tanpa diminta walaupun

terkadang penulislupa untuk bersyukur. Salawat serta salam juga senantiasa

tercurahkan kepada satu-satunya revolusioner terhebat dan abadi sepanjang zaman

Nabi Muhamad Saw semoga peneliti diberikan syafaatnya diakhir zaman dan

diizinkan menjadi umat yang dicintainya.

Penelitian hukum dengan judul PELAKSANAAN PEMBERIAN

KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA BANK KONVENSIONAL

DAN BANK UNIT USAHA SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP

KEHATI-HATIAN ( STUDI KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG

SURAKARTA ) ”ini merupakan penelitian pelaksanaan pemberian Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah jika

dikaitkan dengan prinsip kehati-hatian. Didalam penelitian ini membahas tentang

syarat-syarat, prosedur, jaminan, pelaksanaan KPR, persamaan dan perbedaan

antara pelaksanaan KPR konvensional dan pelaksanaan KPR unit usaha syariah

serta permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan

Kredit (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

Penelitian ini merupakan syarat yang harus ditempuh dalam

menyelesaikan studi guna melengkapi gelar kesarjanaan di bidang ilmu hukum di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Atas peran serta dan

bantuan dari berbagai pihak, penulisan dapat menyelesaikan proses penulisan

hukum ini. Kesempatan ini penulisan gunakan untuk mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. Dr Hartiwiningsih S.H,. M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

diadakannya penyusunan penulisan hukum ini.

2. Pujiyono, S. H, M. H selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan mengenai hukum perbankan konvensional dan

(9)

commit to user

hukum Indonesia dengan memperbaiki segala kekurangan penulisan dalam

penulisan skripsi ini.

3. Mohammad Adnan, S.H, M. Hum selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan mengenai hukum Unit Usaha Syariah dan

keadministrasian hukum Indonesia dengan memperbaiki segala

kekurangan penulisan dalam penulisan skripsi ini.

4. Edy Hardiyanto, S.H.,M.H selaku pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan nasehat dan membantu penulis selama kuliah.

5. Kedua orang tua penulis yang tidak bosan memberikan semangat belajar

dan selalu mendoakan penulis, semoga penulis bisa jadi sinar harapan

terbaik.

6. Kedua kakak Penulis yaitu Vivin Noviyani dan Vemmy Meiyansah yang

telah memberikan dukungan moril dan material kepada penulis

7. Teman-teman dan sahabat di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

dan yang telah mengikuti seminar proposal penulis yang banyak

memberikan masukannya terutama sahabatku ocnovicky prihasditya yang

banyak membantu dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

8. Teman- teman di Fortuna 2 ( Silmie, Fennty, Ike, Siwi, Rini, Godri, Nanik,

Intan, Desi, Dina dan lain-lain ) yang selalu ramai dan memberikan

semangat sepanjang hari, Tidak akan terlupakan.

Penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu masih

diperlukan perbaikan dan penulis sangat berterimakasih atas kritik dan sarannya.

Harapan penulis, penulisan hukum ini bisa bermanfaat bagi semuanya, penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 27 Juli 2011

(10)

commit to user

1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk legislasi ... 17

2. Tinjauan Tentang Bank Umum ... 19

c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit ... 25

d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit ... 29

e. Jenis-Jenis Kredit Perbankan ... 31

f. Perjanjian Kredit Bank ... 34

5. Tinjauan Tentang Pembiayaan Syariah ... 35

a. Pengertian Hukum Pembiayaan Bank Syariah ... 35

b. Unsur-Unsur Pembiayaan ... 36

c. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan ... 37

d. Asas, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ... 40

(11)

commit to user

f. Perjanjian Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah

(KPR) ... 43

6. Tinjauan Umum Tentang Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle) ... 44

7. Tinjauan Tentang Pemilikan Rumah (KPR) ... 46

a. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 46

b. Prinsip Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

c. Jenis-Jenis Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

d. Faktor-Faktor Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 47

B. Kerangka Pemikiran ... 49

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Pelaksanaan pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian yang terdapat pada Undang- Undang nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan dan Undang-Undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 52

a. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional dan Bank Unit Usaha Syariah ... 53

(1). Syarat-Syarat Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 54

(2). Bentuk-Bentuk Jaminan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 59

(3). Jenis-Jenis Kredit Pemilikan Rumah (KPR) .... 59

(4). Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 60

(5). Analisis Kredit Pemilikan Rumah ... 61

(6). Penggolongan Kredit Bank Dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 64

(7). Prosedur Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 65

b. Perbedaan Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah ... 67

(1). KPR Bank Konvensional ... 67

(2). KPR Bank Unit usaha syariah ... 68

(12)

commit to user

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian ... 70

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Berdasarkan Prinsip Kehati-Hatian Yang Terdapat Pada Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Dan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 70

2. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Konvensional Dan Bank Unit Usaha Syariah Di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ... 81

BAB IV : PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(13)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Model Analisis Interaktif ... 14

(14)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Pedoman Wawancara

Lampiran II Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR.

Lampiran III Formulir Aplikasi Kredit Konsumen

Lampiran IV Cara Menghitung Tabel Angsuran Kredit KPR Bank Konvesional.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan

merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Dalam tingkat kebutuhan,

rumah termasuk kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Terlebih bagi yang

sudah berkeluarga, rumah merupakan tempat bagi keluarga untuk berlindung,

beraktivitas, dan bersosialisasi di tengah lingkungannya.

Seiring dengan kemajuan jaman, jumlah penduduk semakin bertambah.

Akibatnya, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun

bertambah. Efek diatas juga berimbas pada bisnis properti. Tidak hanya

rumah baru, rumah yang telah di pakai sekian tahun dipakai pun dapat

dibisniskan. Hal ini dapat dimaklumi karena sifat gerak manusia yang

dinamis, setiap saat dapat berubah menurut selera dan kepentingan.

Akibatnya ada saja pemilik rumah yang berniat mengganti rumahnya.

Sebagai contoh, jumlah keluarga semakin banyak, sedangkan rumah tidak

dapat diperluas. Hal tersebut mendorong keluarga untuk mencari rumah yang

lebih luas. Contoh lain, pemilik rumah pindah kerja sehingga harus

meninggalkan rumah. Oleh karena rumah bersifat permanen sehingga tidak

dapat berpindah pindah, pemilik rumah tersebut mau tidak mau harus menjual

rumahnya. Walaupun kebutuhan tempat tinggal dapat dipenuhi dengan cara

mengontrak, tetapi cara ini bersifat sementara dan tidak selamanya terjamin

karena dibatasi oleh kepentingan pemilik rumah.

Pada saat ini tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan

harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Maka dari itu

perbankan membantu konsumen dalam memilih rumah yang dikehendaki dan

membantu konsumen dalam pembayaran rumah. Bagi konsumen yang

memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu

(16)

commit to user

pembayaran rumah melalui KPR terasa lebih ringan sebab dilakukan dengan

angsuran setiap bulannya dan juga suku bunga yang ditawarkan sesuai

dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan

pada pembelian rumah baru saja tetapi dapat digunakan juga untuk pembelian

rumah second / bekas.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat “ bank and financial institutions collect money and deposits from

all elements of society and invest these funds in loans, securities and various

other productive assets ” (William A Lovett, 1997 : 1). Dari ketentuan

tersebut dapat terlihat bahwa fungsi utama bank sebagai perantara pihak yang

memiliki kelebihan dana (surplus of founds) dengan pihak yang kekurangan

dan memerlukan dana.

Setiap orang tentu ingin memiliki rumah sendiri. Hidup mandiri dan

bebas membina rumah tangga, sekaramg ini sudah menjadi kebutuhan setiap

orang. Misalkan untuk memiliki rumah akan tetapi mempunyai kendala

dalam kondisi keuangan, sekarang telah ada solusinya, yaitu melalui

bank-bank yang memberikan berbagai keleluasaan:

a. Bebas memilih lokasi di lingkungan Real Estate / Non Real Estate, dan

kondisi bangunan baik baru atau secondary;

b. Untuk berbagai macam tujuan: membeli rumah, ruko, apartemen atau

untuk pembangunan rumah dan renovasi;

c. Uang muka lebih ringan dan maksimum pembiayaan lebih besar;

d. Jangka waktu lebih panjang sampai dengan 20 tahun;

e. Dapatkan fleksibilitas membayar cicilan ekstra serta menarik kembali

pinjaman, tanpa proses ulang dan jaminan tambahan.

(17)

commit to user

konsumen memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh bank. KPR di setiap bank memiliki syarat-syarat, prosedur, jenis dan bentuk yang berbeda antar bank konvensional dengan bank syariah.

Pada awal tahun 2007, industri KPR subprima di Amerika memasuki suatu masa yang disebut "masa kehancuran KPR subprima". Tingginya angka

penyitaan jaminan KPR subprimer ini telah menyebabkan lebih dari 24

perusahaan pemberi pinjaman KPR subprima mengalami kepailitan, salah

satunya adalah perusahaan terkemuka yaitu New Century Financial

Corporation, yang merupakan perusahaan KPR subprima terbesar kedua di

Amerika (Gretchen Morgenson: 2007). Kehancuran dari

perusahaan-perusahaan KPR subprima ini telah mengakibatkan harga pasar saham

berbasis Real estate investment trust senilai 6.5 triliun USD jatuh dan

membawa pengaruh meluas terhadap bursa saham Amerika serta ekonomi

secara keseluruhan. “ The crisis has affected the general economy. Credit

conditions have tightened for all types of loans since the subprime crisis

started nearly a year ago. The biggest danger to the economy is that, to

preserve their regulatory capital ratios, banks will cut off the flow of credit,

causing a decline in lending to companies and consumers “ (Crouhy, Jarrow

and Turnbull, 2007 : 3). Krisis ini masih berlanjut terus dan telah

mendapatkan perhatian serius dari media masa di Amerika serta pembuat

undang-undang pada awal tahun 2007.

Beberapa peneliti atas kasus hancurnya industri subprima ini

melemparkan kesalahan semuanya ini terhadap praktik "lintah darat" dari

debitur subprima dan kurang efektifnya pengawasan pemerintah. Peneliti lain menyalahkan pialang KPR yang dikendalikan oleh debitur guna memperoleh

KPR yang sebenarnya tidak layak, para penilai kredit yang menaikkan nilai

transaksi rumah dan investor bursa saham Wall Street yang tidak melakukan

verifikasi atas kelayakan hutang yang menjadi aset dasar pada Efek Beragun

aset subprima. Debitur subprima juga dikecam atas perbuatannya menanda

(18)

commit to user

Banyak laporan atas krisis yang mencatat bahwa jatuhnya harga rumah

sejak tahun 2005 turut berperan penting dalam kejatuhan industri KPR

subprimer ini. Pada waktu harga rumah mengalami kenaikan sejak tahun

2000 hingga 2005, debitur yang memiliki kesulitan dalam pembayaran

hutangnya padahal debitur memiliki kekayaan berupa rumah, maka mereka

mengambil jalan pintas dengan cara pembiayaan kembali (refinance) atau

menjual rumah mereka. Namun sewaktu harga rumah jatuh pada banyak

negara bagian di Amerika maka strategi ini menjadi kurang bermanfaat lagi

bagi para debitur subprima.

Beberapa pakar industri menyatakan bahwa krisi ini akan makin

memburuk. Lou Ranieri dari Salomon Brothers, memperingatkan bahwa

penemu / pencetus pasar efek beragun aset pada tahun 1970-an, telah

memperingatkan tentang akibat dikemudian hari atas gagal bayarnya KPR.

Seorang pengacara hak konsumen, Irv Ackelsberg meramalkan dalam

testimoni kepada Komite Perbankan Senat Amerika bahwa 5 juta penyitaan

akan terjadi pada beberapa tahun kemudian disebabkan oleh suku bunga KPR

subprimer yang diberikan pada tahun 2004 dan 2005 akan naik sesuai dengan

syarat kredit yang disepakati yaitu kenaikan dari suku bunga tetap setelah

periode 2 tahun. Other experts have raised concerns that the crisis may

spread to the so-called Alternative-A (Alt-A) mortgage sektor, which makes

loans to borrowers with better credit than subprime borrowers at not quite

prime rates (Fleckenstein, Bill, 2007).

Beberapa ekonom termasuk Ketua Federal Reserve Board Alan

Greenspan, menyatakan keprihatinannya bahwa krisis KPR subprima ini akan

membawa dampak pada industri perumahan dan bahkan pada keseluruhan

ekonomi Amerika. Pada keadaan ini, antisipasi gagal bayar pada pada KPR

subprimer dan diperketatnya standar kredit merupakan faktor gabungan yang

menurunkan nilai rumah dan membuat pemilik rumah merasa kekayaannya

menyusut sehingga akhirnya mereka akan menurunkan secara bertahap

belanja mereka yang akan mempelemah ekonomi. Edward Leamer seorang

(19)

commit to user

sebab kebanyakan pemilik rumah tidak akan mau menjual rumahnya tetapi

menurut perkiraannya harga rumah akan tetap stabil atau agak tertekan untuk

3 atau 4 tahun kedepan.

Dengan terungkapnya krisi dan prediksi akan penguatan mulai

meningkat, beberapa pembuat undang-undang dari Partai Demokratik seperti

Senator Charles Schumer, Robert Menendez dan Sherrod Brown

menyarankan bahwa pemerintah Amerika harus menawarkan pembiayaan

untuk mengatasi debitur bermasalah tersebut kehilangan rumahnya. Beberapa

ekonom mengecam proposal penalangan hutang tersebut dengan mengatakan

bahwa hal itu dapat berpengaruh dari terjadinya lebih banyak lagi kasus gagal

bayar ataupun mendorong dilakukannya lebih banyak lagi pinjaman berisiko

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kredit_subprima).

Dalam rangka mendukung sustainability perkembangan KPR dengan

tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian di dalam penyaluran KPR oleh

bank, dirasakan perlu untuk mengembangkan pasar sekunder KPR melalui

sekuritisasi. Dalam rangka mendukung kelancaran proses sekuritisasi KPR,

dipandang perlu untuk mewajibkan bank membakukan beberapa proses

administrasi KPR sejak tahap awal (originasi KPR) yang dicantumkan di

dalam Standard Operating Procedure (SOP) KPR bank. Sehubungan dengan

hal tersebut, ditetapkan pengaturan sebagaimana tercakup di dalam Surat

Edaran No. 12/38/DPNP yang pada dasarnya merupakan acuan bagi bank

untuk menyusun SOP KPR.

Pengaturan sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP

ditujukan bagi Bank Umum penyelenggara KPR. Pengaturan di dalam Surat

Edaran tersebut yang mewajibkan bank untuk memiliki SOP dalam rangka

penyaluran KPR yang memuat pembakuan beberapa proses administrasi KPR

juga dimaksudkan untuk mendorong bank menyalurkan KPR secara

transparan yang pada giliran berikutnya akan membantu pengembangan pasar

sekunder KPR yang sehat.

Bank penyelenggara KPR wajib untuk menyalurkan KPR secara

(20)

commit to user

KPR akan membantu bank untuk menyalurkan KPR secara berhati-hati dan

memperhatikan aspek transparansi yang pada giliran berikutnya akan

mendorong terdapatnya KPR yang berkualitas. Dengan demikian, pengaturan

sebagaimana terdapat pada Surat Edaran No. 12/38/DPNP berlaku bagi

bank-bank penyelenggara KPR (Surat Edaran No. 12/38/DPNP, 2010).

Berdasarkan beberapa pertimbangan diatas maka peneliti berpendapat

bahwa hal-hal tersebut di atas cukup menarik untuk di bahas lebih lanjut yaitu

mengenai aspek-aspek yang penting yang terkait dengan kredit perbankan.

Dan untuk itulah penulis mengangkatnya dalam suatu skripsi dengan judul :

“ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH

(KPR) PADA BANK KONVENSIONAL DAN BANK UNIT USAHA

SYARIAH BERDASARKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN ( STUDI

KASUS PT BANK PERMATA Tbk CABANG SURAKARTA ) ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul yang peneliti ambil, maka terdapat beberapa rumusan

permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR)

pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan prinsip

kehati-hatian yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah di PT Bank Permata Tbk Cabang Surakarta ?

2. Permasalahan apa saja yang dihadapkan Bank Permata Tbk cabang

Surakarta dalam pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank unit usaha syariah?

C. Tujuan penelitian

Suatu penelitian supaya terarah serta mengenai sasarannya, maka harus

mempunyai tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

(21)

commit to user

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

berdasarkan prinsip kehati-hatian.

b) Untuk Mengetahui permasalahan yang dihadapin Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta

2. Tujuan Subyektif

a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam memperluas

pemahaman arti pentingnya ilmu hukum dalam teori dan praktek,

khususnya Hukum Perbankan.

b) Untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap guna

penyusunan penulisan hukum ( skripsi ) sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teoritis

dan praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, khususnya

hukum perbankan.

2. Manfaat Praktis

a) Untuk Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha syariah

b) Untuk Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan pemberian

kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank

unit usaha syariah

c) Bagi Pribadi Lebih memahami dan menambah pengetahuan tentang

hukum perbankan.

(22)

commit to user

(1) Meningkatkan peran dan fungsi pelayanan bank konvesional dan

bank unit usaha syariah kepada masyarakat.

(2) Memberikan kemudahan dalam pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) kepada rnasyarakat.

e) Bagi Masyarakat

(1) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah

(2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada Bank Konvensional

dan bank unit usaha syariah dalam pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) .

(3) Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membedakan

pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) antara

bank konvensional dan bank unit usaha syariah.

E. Metode Penelitian

Istilah “Metodologi” berasal dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”,

namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan

kemungkinan kemungkinan sebagai berikut:

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian

2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur (Soerjono Soekanto,

2010 : 5).

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu,

sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti tidak

adanya hal-hal yang bertentangan dengan kerangka tertentu. Penelitian

hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk

(23)

commit to user

menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang

mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan

suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala

bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2010 : 42-43).

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan

masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna

mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya

dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian

dalam penulisan hukum ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah

jenis penelitian hukum empiris atau “ sosiologis “. Pada penelitian

hukum empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data skunder,

kemudian dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap

masyarakat” (Soerjono Sukanto, 2010 : 52).

Penelitian ini mengkaji mengenai dasar hukum pelaksanaan

pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan

bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Hasil

penelitian di dapatkan peneliti melalui suatu proses wawancara (

interview ) yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan

mengenai pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada

bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta. Untuk memperoleh kebenaran fakta dalam

pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank syariah yang didukung dengan menelaah

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan syariah dan studi

kepustakaan, maka penelitian ini adalah penelitian hukum empiris.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Soerjono

(24)

commit to user

untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau

gejala-gejala lainnya. Maksud dari penelitian deskriptif adalah terutama

untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam

memperkuat teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010 : 10). Penelitian

ini memberikan gambaran yang lengkap mengenai apa yang menjadi

dasar yang digunakan pada bank konvensional dan bank unit usaha

syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dalam pelaksanaan

pemberian kredit.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian penulisan hukum ini adalah Bank Permata

dan Bank Bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang

Surakarta. Lokasi tersebut dipilih karena Bank Permata merupakan bank

konvensional dan bank unit usaha syariah, sehingga berkaitan dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

4. Jenis Data

Secara umum, di dalam penelitian biasanya dibedakan antara data

yang diperoleh secara langsung dari masyarakat ( data empiris ) dan dari

bahan-bahan pustaka. Data yang diperoleh secara langsung dari

masyarakat dinamakan data primer, sedangkan yang dipeoleh dari

bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder ( Soerjono Soekanto,

2010 : 51 ). Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Data primer merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh

secara langsung melalui penelitian lapangan atau di lokasi

penelitian. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dari

sejumlah fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung

melalui penelitian lapangan. Dalam penelitian ini, data primer

berupa hasil wawancara dengan kepala bank konvensional dan bank

unit usaha syariah di Bank Permata Tbk Cabang Surakarta serta

nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di

(25)

commit to user b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh secara

langsung dari lapangan, melainkan diperoleh dari studi kepustakaan,

yang terdiri Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/3/PBI/2006

tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional

Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh

Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No. 12/38/DPNP tentang

Bank Umum penyelenggara KPR, Jurnal Internasional, Jurnal

Nasional, buku-buku, dokumen, bahan-bahan kepustakaan dan

sumber tertulis lainnya.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Sumber Data Primer

Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada

hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dan nasabah debitur yang mengetahui dan

memiliki pengalaman mengenai obyek penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer,

yaitu peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti penulis, antara lain Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia

(26)

commit to user

Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan

Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional, Surat Edaran No.

12/38/DPNP tentang Bank Umum penyelenggara KPR, bahan

hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal Nasional dan jurnal

Internasional di bidang hukum yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti mengenai pelaksanaan pemberian kredit

pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian.

6. Teknik Pengumpulan Data

a. Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan cara memperoleh data dengan cara

melakukan tanya jawab secara mendalam dengan sumber data

primer, yaitu Kepala Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan

nasabah debitur yang mengajukan Kredit pemilikan Rumah (KPR) di

Bank Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan teknik wawancara

mendalam ini akan mengungkap pengalaman dan pengetahuan

ekspilisit dari Bank Permata Tbk Cabang Surakarta dan nasabah

debitur yang mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta. Dengan ini penulis membuat

responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi

atau data, untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya

terutama yang berkaitan dengan apa yang menjadi dasar hukum bagi

bank konvensional dan bank unit usaha syariah di Bank Permata Tbk

Cabang Surakarta dalam pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) tersebut.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder,

yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan

(27)

commit to user

kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan penulis dalam penelitian

ini adalah ”analisis kualitatif” yaitu suatu cara penelitian yang

menggunakan dan menghasilkan data secara deskriptif analisis. Artinya

apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga

perilaku yang nyata yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh

( Soerjono Soekanto, 2010 : 250 ). Jadi dalam hal ini proses

pengumpulan data dan analisa data dilakukan secara bersamaan. Teknik

analisa data meliputi tiga tahapan, yaitu mereduksi data, menyajikan

data, dan menarik kesimpulan dengan verifikasinya. Diantaranya

tahap-tahap tersebut dilakukan pembentukan siklus sehingga data yang

terkumpul direduksi lalu ditarik sebuah kesimpulan/konklusi.

Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan dari

data-data sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat dilakukan.

b. Penyajian Data

Merupakan suatu rangkaian informasi, deskripsi dalam bentuk

narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat

dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah

sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.

c. Kesimpulan dan Verifikasi

Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif melukan

pencatatan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi atau pernyataan, alur

sebab akibat dan proporsi. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi

selama penelitian berlangsung. ( HB. Sutopo, 2002 : 97 ).

Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif

(28)

commit to user

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

(H.B. Sutopo . 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif)

Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data

Peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data

harus disusun pada waktu Peneliti sudah memperoleh unit data dari sejumlah

unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah

berakhir, Peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan

verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi

maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena

kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka Peneliti dapat

kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk

mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (

HB. Sutopo, 2002 : 95 – 96).

F. Sistematika Skripsi

Guna memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi skripsi,

maka penulis memberikan sistematika skripsi yang secara garis besar berguna

untuk pembaca. Sistematika skripsi ini menjadi 4 ( empat bab ), dan isi

masing-masing bab secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut : Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ verifikasi

Sajian Data Pengumpulan

(29)

commit to user

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini memaparkan tentang latar belakang

dilakukannya pelaksanaan pemberian kredit pemilikan

rumah (KPR) pada bank konvensional dan bank unit

usaha syariah berdasarkan prinsip kehati-hatian di Bank

Permata Tbk Cabang Surakarta. Bab ini juga memaparkan

perrumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas kajian pustaka berkaitan

dengan judul dan masalah yang diteliti yang memberikan

landasan teori serta diuraikan mengenai kerangka

pemikiran. Kajian Pustaka ini terdiri dari ,tinjauan tentang

kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank konvensional

dan tinjauan tentang kredit pemilikan rumah (KPR) pada

bank unit usaha syariah. Selain itu, untuk memudahkan

pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga

disertai dengan kerangka pikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian berupa pelaksanaan

pemberian kredit pemilikan rumah (KPR) pada bank

konvensional dan bank unit usaha syariah berdasarkan

prinsip kehati-hatian di Bank Permata Tbk cabang

Surakarta Hasil penelitian merupakan jawaban atas

masalah yang di rumuskan peneliti pada awal penelitian

yakni pelaksanaan pemberian kredit pemilikan rumah

(KPR) pada bank konvensional dan bank unit usaha

(30)

commit to user

BAB IV : PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan

dan saran-saran mengenai permasalahan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

(31)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Imlementasi Produk Legislasi

Dalam pembahasan ini penulis dengan sengaja menggunakan istilah

”implementation” yang artinya pelaksanaan, implementasi. Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” Implentasi” artinya pelaksanaan;

penerapan (KBBI, 2008 : 548).

Pengertian implementasi adalah sebagai proses yang melibatkan

sejumlah sumber-sumber yang di dalamnya termasuk manusia, dana,

kemajuan, organisasi, baik oleh pemerintah maupun swasta. Dalam

penelitian ini, implementasi dimaksudkan ialah proses pelaksanaan atau

penerapan suatu aturan baik itu berupa Undang-Undang atau produk

hukum lainya yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas untuk itu dan

berlaku dalam suatu komunitas masyarakat, lembaga maupun instansi.

Menurut Lawrence M. Friendman, sistem hukum adalah suatu pokok

bahasan ilmu pengetahuan sosial tetapi bukan merupakan ilmu

pengetahuan sosial tersendiri bahkan bukan merupakan ilmu pengetahuan

sama sekali. Ciri apapun yang melekat pada sistem hukum, ciri tersebut

sama dengan yang ada pada sistem atau proses manapun. Pertama adalah

input adalah lembaran-lembaran kertas dan kepingan perilaku yang

mengerakan proses hukum, para pihak yang berpekara tidak bisa

mendekati pengadilan secara informal; mereka harus melakukan langkah

formal tertentu, seperti mengajukan gugatan perkara jenis tertentu.

Dalam pengadilan, hal-hal itu berwujud surat gugatan, petisi, atau

mengajukan perkara. Ada ratusan peraturan yang membahas tentang

bentuk input ini; semua peraturan ini merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari hukum barat modern. Common law Inggris (commom

law) terutama mengembangkan banyak isinya dari peraturan-peraturan

(32)

commit to user

adalah suatu putusan atau ketetapan, terkadang pengadilan juga

mengeluarkan peraturan umum. Pengadilan bisa membuat keputusan

tertentu untuk penggugat dan tergugat atau mencari kesepakatan tertentu.

Yang menjadi inti dari sistem adalah caranya mengubah input menjadi

ouput.

Struktur dan substansi adalah komponen-komponen riil dari sebuah

sistem. Jelas bahwa struktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata

dari sistem hukum. Substansi (peraturan-peraturan) adalah elemen

lainnya. Ketika seseorang pengamat mencoba untuk menjelaskan sebuah

sistem hukum secara menyilang, kemungkinan ia akan berbicara tentang

dua elemen ini. Struktur sebuah sistem adalah kerangka badannya; ia

adalah bentuk permanennya, tubuh institusional dari sistem tersebut,

tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir dalam

batas-batasnya. Struktur sebuah sistem yudisial terbayang ketika kita

berbicara tentang jumlah para hakim, yurisdiksi pengadilan, bagaimana

pengadilan yang lebih tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah,

dan orang-orang yang terkait dengan berbagai jenis pengadilan.

Sementara substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan

bagaimana institusi-institusi itu harus berperilaku.

Kekuatan-kekuatan sosial terus-menerus menggerakan hukum,

merusak di sini, memperbaharui di sana; menghidupkan di sini,

mematikan di sana; memilih bagian mana dari ”hukum” yang akan

beroperasi, bagian mana yang tidak,; memintas dan melewati apa yang

muncul; perubahan-perubahan apa yang akan terjadi secara terbuka atau

diam-diam. Karena tidak ada lagi isilah lain yang lebih tepat lagi, kita

bisa namakan sebagian dari kekuatan-kekuatan ini sebagai kultur hukum.

Kultur hukum adalah elemen sikap dan nilai seseorang. Istilah ” kekuatan

sosial” itu sendiri merupakan abstraksi; namun begitu,

kekuatan-kekuatan demikian tidak secara langgsung mengerakan sistem hukum.

(33)

commit to user

tuntutan-tuntutan; semua ini kadang menjangkau dan kadang tidak

menjangkau proses hukum karena bergantung pada kulturnya.

Suatu sistem hukum dalam operasi aktualnya merupakan sebuah

organisme kompleks dimana struktur, substansi, dan kultur berinteraksi

( lawrence M. Friedman, 2009 : 12-19 )

2. Tinjauan Tentang Bank Umum

a. Pengertian Bank Umum

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, Bank umum adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan atau bardasarkan prinsip

syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas

pembayaran.Bank umum merupakan bank yang bertugas

memberikan melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani

segenap lapisan masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga

lainnya ( Kasmir, 2008 : 5).

Sifat jasa yang diberikan oleh bank umum adalah umum, dalam

arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula

dengan wilayah operasinya dapat dilakukan diseluruh wilayah. Bank

umum juga sering disebut bak komersial. Kegiatan bank umum

bersifat luas, artinya produk yang ditawarkan oleh bank umum

sangat beragam, hal ini disebabkan bank umum mempunyai

kebebasan untuk menentukan produk dan jasanya. Dalam

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengenai bentuk

hukum dari bank umum diatur dalam Pasal 21 yaitu dapat berbentuk

perusahaan persero (persero), Perusahaan Daerah, Koperasi atau

Perseroan Terbatas. Bentuk hukum yang banyak dipakai oleh bank

umum adalah Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan lebih

memudahkan dalam mempelancar dan memperluas usaha. Bentuk

bank umum seperti ini dapat manjual saham-sahamnya di bursa efek,

sehingga akan memperkuat jumlah dana yang masuk dan masyarakat

(34)

commit to user

mempunyai tingkat kesehatan yang baik. Karena sasaran operasional

bank adalah masyarakat umum dari berbagai lapisan ( Kasmir, 2008

: 33 ).

b. Kegiatan-Kegiatan Bank Umum

Kegiatan bank umum terdapat dalam Pasal 6 dan Pasal 7

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang-Undang-Undang

nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yang isi Pasalnya sebagai

berikut :

Usaha bank umum meliputi :

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito,tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

2) Memberikan kredit

3) Menerbitkan surat pengakuan hutang

4) Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :

a) Surat-surat wesel termasuk yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

b) Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud;

c) Kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan perintah; d) Sertifikat bank Indonesia;

e) Obligasi;

f) Surat dagang berjangka waktu sampai dangan 1 (satu) tahun;

g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 (satu) tahun;

5) memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah;

6) Menempatkan dana pada peminjam dari atau meminjamkan dana kepada bank lain dengan mengunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel tunjuk, cek atau sarana lainnya;

7) Menerima pembayaran dari tagihan atau surat berharga dan melakukan dengan atau antar pihak ketiga;

8) Menyediahkan tempat untuk menyimpan barang dansurat berharga;

(35)

commit to user

10) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat pada bursa efek;

11) Ditiadakan

12) Melakukan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;

13) Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapakan oleh bank Indonesia;

14) Melakukan kegiatan lain yang lazim oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undang yang berlaku.

Dalam Pasal 7 yang lebih lanjut ditambahkan usaha-usaha Bank

Umum sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan Bank Indoneia;

2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau

perusahaan di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal

ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring

penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

3) Melaksanakan kegiatan penyertaan modal sementara untuk

mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus menarik

kembali pernyataannya dengan memenuhi ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia;

4) Bertindak sebagai pendiri dana pension dan pengurus dana

pension sesuai dengan ketentuan undang-undang ini dan

peraturan perundang-undang yang berlaku.

Sementara Pasal 8 ayat (2) disebutkan :

“Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman kreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan

(36)

commit to user

a) Melaksanakan penyertaan modal, kecuali sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7 huruf b dan c;

b) Melaksanakan usaha perasuransian;

c) Melaksanakan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 dan 7.

3. Tinjauan Tentang Unit Usaha Syariah

a. Unit Usaha Syariah

Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat pada Pasal 1

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit

Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari

kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari

suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor

induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit usaha

syariah.

b. Kegiatan Unit Usaha Syariah

Kegiatan Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 19 ayat (2)

dan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah isi Pasalnya sebagai berikut :

Usaha bank Unit Usaha Syariah meliputi :

1) Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

2) Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

3) Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad

mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

4) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad

salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan

(37)

commit to user

5) Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

6) Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarahmuntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 7) Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah

atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 8) Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah;

9) Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah,

mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;

10) Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;

11) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah;

12) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah;

13) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;

14) Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan

15) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 20 ayat (2) yang isi Pasalnya sebagai berikut :

usaha-usaha Bank Unit Usaha Syariah sebagai berikut:

1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; 2) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal;

3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya; 4) Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan

(38)

commit to user

menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah. 5) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi

ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Tinjauan Tentang Kredit

a. Pengertian Kredit

Kata ” kredit ” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang

berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah

kepercayaan yang diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain

dan percaya bahwa penerima kredit tersebut (debitor) akan melunasi

segala sesuatu yang telah disepakati bersama.

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan, yang isi Pasalnya sebagai berikut :

“kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk lebih melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga”.

b. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh lembaga kredit mempunyai

unsur-unsur sebagai berikut :

1) Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan dari si pemberi kredit bahwa

prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau

jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu

tertentu dimasa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan

oleh bank, dimana sebelumnya juga dilakukan penelitian

penyelidikan tentang nasabah balk secara interen maupun dari

eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu

(39)

commit to user 2) Jangka Waktu

Waktu adalah suatu masa yang memisahkan antara

pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima

pada masa yang akan datang. Setiap kredit yang diberikan

memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup

masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau

jangka panjang.

3) Tingkat Risiko (degree of risk)

Risiko adalah semakin lama kredit diberikan semakin tinggi

pula tingkat risikonya. Adanya suatu tenggang waktu

pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya

pelunasan kredit sehingga menimbulkan macetnya pemberian

kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar risikonya,

semakin pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,

baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh

risiko yang tidak sengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau

bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan

lainnya.

4) Prestasi atau Obyek Kredit

Obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi

juga dapat dalam bentuk barang atau jasa. Merupakan

keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga

dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas

jasanya ditentukan dengan bagi hasil. (Thomas Suyatno,dkk

dalam hermansyah, 2005 : 58-59)

c. Prinsip Dasar Pemberian Kredit

Kriteria penilaian umum dan harus dilakukan oleh bank untuk

(40)

commit to user

dilakukan dengan analisis prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital,

Condition dan Colleteral) dan 7 P (Personality, Party, Purpose,

Prospect, Payment, Profitability, Protection) (Jamal Wiwoho, 2011 :

95-98).

a. Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau

watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar

harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari

calon debitur dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik

yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat

pribadi seperti : cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya,

keadaan keluarga, hoby dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini

dapat dijadikan suatu ukuran tentang “kemauan” nasabah untuk

membayar.

b. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan

nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat

kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini

dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman

selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat

“kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.

c. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak,

dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan rugi

laba) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari

segi likuiditas dan solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

Analisis kapital juga harus menganalisis dari sumber mana saja

modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang

digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan,

(41)

commit to user

d. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi

ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi

untuk masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek

bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki

prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut

bermasalah relatif kecil.

e. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah naik

yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendakya

melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus

diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka

jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat

mungkin.

Selanjutnya dalam penilaian suatu kredit dapat pula dilakukan

dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut :

a. Personality

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah

lakunya sehari-hari maupun kepribadiaannya masa lalu.

Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku

dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan

menyelesaikannya.

b. Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu

atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas

serta karakternya. Nasabah yang digolongkan ke dalam

golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang bebeda dari

bank.

(42)

commit to user

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,

termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan

pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan.

Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif,

produktif dan lain-lain.

d. Prospect

Menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang

menguntungkan atau tidak atau dengan kata lain mempunyai

prospek atau sebaliknya. Hal ini peting mengingat jika suatu

fasilitas kredit tanpa mempunyai prospek, bukan hanya pemberi

kredit yang rugi akan tetapi juga nasabah.

e. Payment

Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit

yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk

pengembilian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan

debitur maka maka semakin baik. Sehingga jika salah satu

usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

f. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana mengukur kemampuan

nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke

periode, apakah akan tetap sama atau semakin meningkat,

apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

g. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang

diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga kredit yang

diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang diberikan oleh

debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan

asuransi.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit di atas, pada

dasarnya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur

(43)

commit to user a. Prinsip Kepercayaan

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemberian kredit oleh

bank kepada nasabah debitor selalu didasarkan kepada

kepercayaan.

b. Prinsip kehati-hatian (prudential principle)

Bank dalam menjalankan kegetian usahanya, termasuk

pemberian kredit kepada nasabah debitor harus selalu

berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian

(Hermansyah, 2005 : 65).

d. Asas, Tujuan, Dan Fungsi Kredit

Asas perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam

ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan yang mengemukakan bahwa “perbankan Indonesia dalam

melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati–hatian”. Yang dimaksud dengan

demokrasi ekonomi ialah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila

dan Undang menjalankan kegiatan usahanya wajib menjalankan

tugas dan wewenangnya masing–masing secara cermat, teliti dan

professional, sehingga memperoleh kepercayaan dari masyarakat.

Selain itu, bank dalam membuat kebijaksanaan dan menjalankan

kegiatan usahanya, harus selalu mematuhi seluruh peraturan

perundang–undangan yang berlaku secara konsisten, dengan didasari

oleh itikad baik.

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka

ragam sesuai dengan harkatnya, selalu meningkat. Sedangkan

kemampuan manusia mempunyai suatu batasan tertentu,

memaksakan seseorang untuk berusaha memperoleh bantuan

permodalan untuk pemenuhan hasrat dan cita-citanya guna

peningkatan usaha dan peningkatan daya guna sesuatu barang/jasa.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan

(44)

commit to user

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna uang

Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung

meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang

memerlukan, untuk mrningkatkan produksi atau untuk

meningkatkan usahanya. Para pemilik uang/modal dapat

menyimpan uangnya pada lembaga-lambaga keuangan. Uang

tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada

perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat

menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel

maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping

itu, kredit perbankan yang ditarik secara tunai dapat pula

meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas

uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dan peredaran barang

Para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi

barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi

meningkat, apabila para pengusaha tersebut mendapatkan kredit.

Disamping itu, kredit dapat pula meningkatkan peredaran

barang, baik melalui penjualan secara kredit maupun membeli

barangbarang dari satu tempat dan menjualnya ketempat lain.

Pembelian tersebut uangnya berasal dari kredit. Hal ini juga

berarti bahwa kredit tersebut dapat pula meningkatkan manfaat

suatu barang.

4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan

diarahkan pada usaha-usaha antara lain :

a) Pengendalian inflasi

b) Peningkatan ekspor, dan

Gambar

Gambar 2 Kerangka Pemikiran  ............................................................
Gambar 1. Model Analisis  Interaktif
Gambar 2. Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

• Perjanjian Kerja sama antara Dirjen Binfar dan Alkes dengan Dinkes Kota Pekalongan nomor HK.05.01/05/1048/2013 nomor 842.2/2761 tentang Pelaksanaan Pembangunan Pusat Ekstrak

• Bila suatu K/L memerlukan tambahan pagu untuk reformasi birokrasi & remunerasi, perlu terlebih dahulu mendapat persetujuan Badan Anggaran DPR. Kebijakan dan alokasi anggaran

Karena nilai probabilitas dari variabel NPL, yakni 0,584, lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap KUR

The researchs aim is to describe of dynamics that happened in institution process of returning nagari in kanagarian Sitiung, (2) to describe involvement of

Dengan tahapan kerja yang terdiri atas kegiatan menginput data dari faktor-faktor yang diketahui, menampilkan hasil keluaran/output dalam bentuk tabel listview yang terurut

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal

Langkah yang pertama dan utama dari proyek ini adalah penggunaan istilah (bahasa) Arab (Islam) dalam berbagai cabang ilmu. Karena menurut penggunaan istilah-istilah Islam akan

Hasi penelitian ini adalah penggunaan bahasa alay yang dilakukan remaja Surabaya di media sosial facebook adalah ekspresi diri mereka ke dalam dunia luar agar lebih