DAN MENGHASILKANKARAKTER SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika
Program Pendidikan Fisika
Oleh:
Ifa Rifatul Mahmudah
0901970
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU PADA TEMA EFEK
PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
Oleh
Ifa Rifatul Mahmudah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ifa Rifatul Mahmudah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
PEMBIMBING I
Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si
NIP.195904011986011001
PEMBIMBING II
Winny Liliawati, S.Pd, M.Si
NIP.197812182001122001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Dr. Ida Kaniawati, M.Si
PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP
ABSTRAK
Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu, model pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, terutama pada jenjang SMP. Namun, hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa implementasi dari pembelajaran tematik-terpadu masih belum banyak diterapkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran terpadu model webbed
pada tema efek penggunaan rokok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan mengetahui profil karakter siswa SMP. Hasil belajar yang digunakan mengacu pada A new taxonomy for science education yang dikembangkan oleh McCormack. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Sampel pada penelitian ini adalah salah satu kelas VIII SMP Negeri di Kota Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes soal terpadu, lembar observasi, lembar penilaian produk, dan tes dilema moral. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa di sekolah tersebut mengalami peningkatan dalam hasil belajar pada domain I (knowledge domain) dengan gain yang dinormalisasi sebesar 49% dengan kategori sedang. Adapun hasil belajar pada domain II (process of science domain) memiliki kategori cukup dengan persentase 69,95%, pada domain III (creativity domain) memiliki kategori cukup dengan persentase sebesar 67,34%, dan pada domain IV (attitudinal domain), diketahui sebanyak 87,63% siswa memiliki moral knowing dan 82,09% memiliki moral feeling. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menghasilkan karakter siswa SMP.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Karakter, Pembelajaran Terpadu Model Webbed.
ABSTRACT
In accordance with the mandate of the Minister of Education No. 22 of 2006 that the preparation of lesson plans must accommodate integrated learning, integrated learning model is one of the recommended implementation for application at all levels of education, especially at the junior level. However, preliminary studies indicate that the implementation of the thematic - integrated learning is still not widely adopted by the school. Therefore, the research carried out by applying the model of integrated learning webbed on the theme of the effects of tobacco use
that aims to improve student’s achievement and junior high school students know
eighth grade junior high school in Bandung. Data were obtained through integrated test questions, observation sheets, product sheets, and tests moral dilemma. The results obtained showed that the students in these schools have increased the learning outcomes in the first domain (domain knowledge) with a normalized gain of 49%, in the domain II (process of science domain) have enough categories with percentage 69.95%, the third domain (domain creativity) have enough categories with a percentage of 67.34%, and the domain IV (attitudinal domains), known as much as 87.63% of students have a moral knowing and 82.09% have a moral feeling. Based on the results obtained, it can be concluded that the application of integrated learning webbed models on the
theme of the effects of tobacco use to improve student’s acievement and generate
character junior high school students.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Masalah ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10
A. Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... 10
B. Hasil Belajar ... 17
C. Karakter ... 20
D. Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 22
E. Keterkaitan Pembelajaran Terpadu Model Webbed pada Tema Efek Penggunaan Rokok dengan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27
A. Metode Penelitian ... 27
B. Desain Penelitian ... 27
C. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 28
D. Prosedur Penelitian ... 28
E. Instrumen Penelitian ... 34
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Analisis data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 41
B. Hasil Belajar ... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu.
Salah satu jenis pembelajaran terpadu adalah pembelajaran terpadu model
webbed yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan lintas disiplin ilmu ini
diikat oleh suatu tema. Pemilihan tema pun mempunyai andil besar, sesuai
dengan apa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa kurikulum
dilaksanakan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar. Oleh karena itu perlu tema yang mengangkat fenomena lingkungan
sekitar sehingga siswa merasa dekat dengan pembelajaran yang diberikan.
Salah satu fenomena yang dapat diangkat adalah efek penggunaan rokok.
Rokok merupakan benda yang biasa dibakar dan menghasilkan asap putih.
Asap putih yang dihasilkan dapat masuk melewati alat pernafasan dengan
mekanisme yang berkaitan dengan konsep tekanan udara. Rokok merupakan
benda berbahaya karena zat kimia yang dikandungnya dapat menyebabkan
kerusakan biologis bagi pengguna, orang-orang disekitarnya, dan
lingkungan sekitar. Kerusakan biologis yang terjadi dapat terlihat pada
sistem pernafasan. Efek penggunaan rokok dapat dikaji dari beberapa
disiplin ilmu, yakni dari ilmu Kimia, ilmu Biologi, dan ilmu Fisika yang
tergolong ke dalam IPA dan IPS. Berbicara mengenai bahaya merokok,
jumlah pengguna rokok dari tahun ke tahun makin meningkat. Terkait
peningkatan jumlah pengguna rokok dan bahayanya, pada kasus
penggunaan rokok ini akan disajikan dalam bentuk soal cerita dan akan
dihubungkan dengan mata pelajaran matematika dengan penyelesaian model
matematika.
Pembelajaran terpadu model webbed akan lebih bermakna bila siswa
Suryosubroto (2009:134), guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif
dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna. Oleh karena itu,
dalam memilih model pembelajaran pun sejatinya harus memfasilitasi siswa
belajar menemukan sendiri (kontruktivistis). Salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Susan Loucks-Horsley.
Adanya anjuran pembelajaran tematik-terpadu beserta manfaatnya belum
dapat dirasakan oleh salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Dari hasil
studi pendahuluan didapatkan fakta bahwa pembelajaran terpadu belum
diterapkan karena standar isi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ada tidak mengarahkan menuju pembelajaran terpadu. Selain itu,
bahan ajar yang ada pun tidak mendukung untuk dilaksanakannya
pembelajaran terpadu. Faktor yang tidak kalah berpengaruh terhadap
keterlaksanaan pembelajaran terpadu di lapangan yaitu faktor internal guru
berupa kesiapan materi dari guru yang bersangkutan. Tidak banyak guru
yang mampu menguasai beberapa mata pelajaran sekaligus untuk diajarkan
secara terpadu sehingga saat terjun di lapangan, banyak mengalami kendala
terkait kesiapan materi. Hal ini bermula dari institusi yang mewadahi
mahasiswa calon pengajar. Beberapa institusi tersebut hanya membekali
mahasiswa calon guru untuk satu mata pelajaran saja. Contohnya saat di
bangku perkuliahan mahasiswa calon guru dipersiapkan untuk terjun ke
sekolah menengah dengan dibekali pengetahuan mengenai konsep Fisika
dan keprofesiannya saja, padahal khusus untuk sekolah menengah pertama,
tidak ada mata pelajaran Fisika, melainkan IPA. Dengan demikian, bekal
yang sudah diberikan di mata kuliah keprofesian tersebut tidak akan
bersinergi dengan kebutuhan di lapangan yaitu guru IPA yang terpadu.
Perlunya guru yang terpadu senada dengan apa yang terdapat dalam
Standards for science teacher preparation yang merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus memilliki kecenderungan interdisipliner pada IPA. (Wilujeng, Insih dkk, 2010:353)
Menurut salah seorang guru SMP Negeri di Kota Bandung, dengan
kesulitan dalam memahami materi. Khusus untuk mata pelajaran Fisika,
perlu waktu lama untuk memahami materi Fisika, apalagi dengan kendala
matematisnya. Dengan penerapan pembelajaran yang belum terpadu, hasil
belajar siswa masih tergolong rendah dalam IPA.
Untuk mengukur hasil belajar, Allan J. MacCormack dan Robert E Yager
mengembangkan a new taxonomy for science education” yang terdiri dari
lima ranah, yaitu knowledge domain, process of science domain, creativity
domain, attitudinal domain, and aplication and connection domain.
Berdasarkan taksonomi yang dikembangkan oleh Alan tersebut, terlihat
bahwa pengetahuan itu berhubungan dengan attitude. Hal ini mengingatkan
pepatah Mahatma Gandhi bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita
yaitu kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa
moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan,
dan politik tanpa prinsip, ternyata memang sesuai dengan krisis moral yang
terjadi saat ini. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Dr. Martin
Luther King yang pernah berkata: “Intelligence plus character, that is the goal of true education.
Jelaslah bahwa pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting
dalam membentuk karakter seseorang. Namun, krisis moral yang terjadi saat
ini menyuguhkan fakta terbalik dari yang seharusnya. Tidak bisa menutup
mata, akhir-akhir ini krisis moral merupakan salah satu permasalahan yang
penyelesaiannya tidak kunjung usai. Terbukti di lapangan, banyak siswa
yang masih mencontek saat ulangan sebagai bukti ketidakpercayaan dan
ketidakjujuran, merokok di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dan
perkelahian antar pelajar.
Dari fakta-fakta ini, tugas besar bagi elemen pendidikan khususnya
sekolah dalam memperbaiki moral yang dikenal dengan pendidikan
karakter. Sekolah merupakan salah satu tahapan dari berbagai jenjang
pendidikan yang akan dilalui oleh seorang individu. Secara tersirat, sekolah
merupakan wadah sebuah bangsa yang akan menetaskan generasi
mudah untuk menyampaikan pendidikan karakter sebagai sebuah
pengetahuan tetapi dalam mengaktualisasikannya agar menjadi tata laku, itu
yang menjadi tantangan utamanya. Pendidikan karakter bukan tentang
bagaimana mengkonsumsi sebuah ilmu secara teori, tetapi pendidikan
karakter merupakan proses internalisasi dan aktualisasi. Hal ini senada
dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan
bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”
Berdasarkan permasalahan mengenai pembelajaran terpadu yang belum
diterapkan, hasil belajar yang rendah serta karakter yang belum
berkembang, peneliti bermaksud menerapkan pembelajaran terpadu model
webbed pada tema efek penggunaan rokok untuk meningkatkan hasil belajar
dan menghasilkan profil karakter pada siswa SMP.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
pertanyaan yang menjadi inti dari penilitian, batasan masalah,
variabel-variabel penelitian serta definisi operasionalnya sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
a. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa SMP setelah diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan
rokok?
1) Bagaimana peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge
domain)?
2) Bagaimana profil hasil belajar pada domain II (process of science
domain)?
3) Bagaimana profil hasil belajar pada domain III (creativity domain)?
b. Bagaimana profil karakter siswa SMP setelah diterapkan
pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan
2. Batasan Masalah
a. Hasil belajar berdasarkan a new taxonomy for science yang
dikembangkan Alan J. McCormack dan Robert E. Yager (1989)
yang terdiri dari lima domain. Namun, pada penelitian ini akan
dibatasi hanya empat domain, yakni knowledge domain, process of
science domain, dan creativity domain yang dibahas pada bagian
hasil belajar, dan attitudinal domain yang dibahas khusus pada
bagian profil karakter.
b. Karakter yang dimunculkan adalah karakter menurut Thomas
Lickona yang terdiri dari moral knowing, moral feeling, dan moral
action. Namun pada penelitian ini karakter yang dimunculkan hanya
moral knowing dan moral feeling.
3. Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
pembelajaran terpadu model webbed sebagai variabel bebas serta
peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa sebagai variabel
terikat.
4. Definisi Operasional
a. Pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan
rokok.
Pembelajaran terpadu model webbed merupakan pembelajaran
yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu dalam suatu tema
tertentu. Dalam pembelajaran terpadu ini, peneliti
mengintegrasikan beberapa mata mata pelajaran yakni IPA (Kimia,
Fisika, dan Biologi), IPS, dan Matematika dalam satu tema untuk
mengkaji efek penggunaan rokok. Rokok dan efek penggunaannya
merupakan masalah yang kompleks, yakni tidak hanya melibatkan
satu aspek saja, misalnya aspek kimiawi mengenai zat-zat
berbahaya yang dikandungnya. Namun, efek dari penggunaannya
itu sendiri dapat menjalar ke aspek-aspek lain, yaitu aspek biologis
terdiri dari Kimia, Biologi, dan Fisika, peneliti pun
mengintegrasikan IPA dengan mata pelajaran Matematika yang
berkaitan dengan model matematika.
Pada pelaksanaannya, peneliti menjalankan pembelajaran
terpadu menggunakan model Susan Loucks-Horsley. Untuk
mengetahui keterlaksanaan pembelajaran model Susan
Loucks-Horsley, diukur dengan lembar observasi.
b. Peningkatan Hasil Belajar
Hasil belajar yang diukur meliputi 4 domain menurut a new
taxonomy for science education. Peningkatan yang dilihat hanya
pada domain I (knowledge domain) sedangkan pada domain
lainnya, hanya dilihat profilnya saja.
1) Knowledge domain
Knowledge domain berkaitan dengan pengetahuan siswa
yang terukur melalui tes konsep berupa 20 soal pilihan ganda
pada saat pretest dan posttest. Pretest dan posttest diberikan
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Dari hasil pretest
dan posttest ini, peneliti menghitung gain skor. Nilai gain yang
didapat ini dikelompokkan berdasarkan kategori yang
dikemukakan oleh Hake (1998).
2) Process of science domain
Process of science domain berkaitan dengan sikap ilmiah
yang terukur melalui Lembar Observasi.
3) Creativity domain
Creativity domain berkaitan dengan kemampuan
menciptakan. Dalam domain ini, siswa dituntut untuk
membuat produk berupa poster yang berkaitan dengan efek
penggunaan rokok.
c. Profil Karakter
Karakter berkaitan dengan domain IV yakni attitudinal domain.
moral. Tes dilema moral adalah tes studi kasus yang dapat
mengukur moral feeling dan moral knowing siswa. Pada prosesnya,
siswa diberikan teks berupa suatu permasalahan berikut
pertanyaannya. Untuk menilai tes dilema moral, peneliti
menilainya secara deskriptif, yakni dengan melihat kecenderungan
jawaban siswa ke arah mana, apakah sudah mengandung moral
knowin dan moral feeling atau salah satunya, atau bahkan belum
terlihat ketiga moral tersebut. Jumlah siswa yang menjawab akan
dipersentasekan sehingga akan terlihat berapa persen moral
knowing dan moral feeling yang sudah terlihat dalam diri siswa.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatkan hasil belajar siswa
SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema
efek penggunaan rokok.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang profil karakter siswa SMP setelah
diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek
penggunaan rokok.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat dari segi teori
Penelitian ini akan menambah daftar penelitian mengenai penerapan
pembelajaran terpadu. Pada penelitian, implikasi dari pembelajaran
terpadu dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa menurut
Taksonomi untuk Pendidikan Sains, yang didalamnya terdapat ranah
pengetahuan, proses sains, produk, dan karakter.
2. Manfaat dari segi kebijakan
Dari studi pustaka yang telah dilakukan, didapat bahwa penerapan
Penerapan ini rupanya belum terlihat di lapangan. Artinya kebijakan
pemerintah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006
belum terlaksana di beberapa jenjang SMP. Untuk itulah, semoga
penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana
penerapan pembelajaran terpadu di jenjang SMP. Selain itu, penelitian ini
akan bermanfaat dalam memenuhi tuntutan kurikulum terbaru 2013.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari empat BAB dengan rincian sebagai berikut:
BAB I berisi pembahasan mengenai dasar dilakukannya penelitian terkait masalah yang terjadi di lapangan yaitu pembelajaran terpadu yang belum
sepenuhnya dilaksanakan di SMP, hasil belajar siswa yang masih rendah
dalam IPA, serta krisis moral yang masih sering terjadi di lapangan. Dari
masalah-masalah tersebut, kemudian diperoleh variabel penelitian yang
akan digunakan, yakni pembelajaran terpadu, hasil belajar serta karakter.
BAB II berisi teori yang menjadi landasan dilakukannya penelitian yaitu
mengenai definisi serta prinsip pembelajaran terpadu model webbed, sintaks
model pembelajaran Susan Loucks-Horsley, keterkaitan pembelajaran
terpadu model webbed dengan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley,
hasil belajar menurut a new taxonomy for science education, serta definisi
dan komponen karakter menurut Lickona.
BAB III berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penilitian ini
yakni metode, desain penelitian, instrumen, teknik pengumpulan data, dan
analisis data yang didapatkan.
BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian. Dalam BAB ini disajikan
bagaimana peningkatan hasil belajar serta profil karakter siswa setelah
diterapkan pembelajaran terpadu model webbed.
BAB V berisi kesimpulan yang didapat penulis dari rangkaian penelitian
yang telah dilakukan serta beberapa saran yang berguna untuk peneliti
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan treatment berupa
pembelajaran terpadu model webbed untuk memperoleh gambaran tentang
peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa. Namun, dalam penelitian
menyisihkan beberapa faktor, seperti kondisi intelektual siswa dan motivasi
belajar siswa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest.
Pada penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah pemberian tes
berupa pretest 20 soal terpadu pilihan ganda kemudian akan diberi treatment
yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan perangkat pembelajaran
model pembelajaran Susan Loucks-Horsley. Setelah treatment selesai
diberikan, sampel akan diberi posttest berupa 20 soal terpadu pilihan ganda
dan 1 soal tes dilema moral. Pola desain one group pretest posttest dapat
terlihat pada gambar 3.1.
O1 X O2
Gambar 3.1
Pola desain penelitian one group pretest posttest
Stanley and Campbell (1963)
Keterangan:
O1: tes yang diberikan sebelum dilakukan treatment (pretest).
X : treatment yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan
perangkat pembelajaran model Susan Loucks Horsley.
C. Lokasi Dan Sampel
Subjek populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu
SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel penelitian dilakukan pada
salah satu kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.
1. Studi Pendahuluan
a. Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan ini, peneliti mengkaji adanya tuntutan
pembelajaran terpadu yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006. Kemudian peneliti mengkaji pembelajaran
terpadu itu seperti apa, bagaimana karakteristik dan
prinsip-prinsipnya. Setelah mengetahui pembelajaran terpadu, peneliti
mencari alat untuk mengukur hasil belajar yang cocok dengan
pembelajaran terpadu itu sendiri, yakni taksonomi untuk pendidikan
sains, yang mana hasil belajar itu tidak hanya terdiri dari
pengetahuan saja, tetapi berhubungan dengan karakter. Berkaitan
dengan karakter, peneliti melakukan studi kepustakaan mengenai
karakter menurut Lickona.
b. Studi Lapangan
Dalam studi lapangan ini, peneliti mencari tahu keterlaksanaan
pembelajaran terpadu di SMP, hasil belajar, dan krisis moral siswa
SMP.
2. Perancangan Perangkat
a. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Diawali dari penetapan tema yaitu efek penggunaan rokok,
peneliti kemudian mengkaji SK dan KD beberapa mata pelajaran
SMP kelas VIII untuk mengaitkannya dengan tema yang diangkat.
Hasil dari pengkajian diperoleh beberapa KD yang berkaitan yaitu:
1) Mata pelajaran Kimia
KD 4.4 Mendeskripsikan sifat/ pengaruh zat adiktif dan
psikotoprika.
2) Mata pelajaran Biologi
KD 1.5 Mendeskripsikan sistem pernafasan pada manusia dan
hubungannya dengan kesehatan.
KD 5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mata pelajaran Matematika
KD 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.
KD 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel
dan penafsirannya
5) Mata pelajaran IPS
KD 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan
penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan
b. Draft Perangkat Pembelajaran
Dalam tahap ini, peneliti membuat RPP untuk proses
pembelajaran, RPP terdiri dari tiga kali pertemuan. Kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan instrumen, yang terdiri dari 20 soal
terpadu pilihan ganda untuk mengukur domain I (knowledge
domain), tiga soal tes dilema moral untuk mengukur domain IV
(attitudinal domain), lembar penilaian produk untuk mengukur
domain III (creativity domain), lembar kerja siswa, lembar observasi
untuk menilai domain II (process of science), dan lembar observasi
untuk mengukur keterlaksanaan model Susan Loucks-Horsley
3. Pengujian Perangkat
a. Tujuh instrumen yang telah dibuat melewati proses judgment oleh
para ahli yang kemudian mengalami beberapa revisi dan sampai
pada tahap uji coba di lapangan.
b. Sebagai tindak lanjut dari proses uji coba, peneliti menganalisis hasil
uji coba dengan melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan
daya pembeda dari soal-soal yang telah diujikan.
1) Analisis Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
jika instrumen tersebut mengukur yang hendak diukur
(Arikunto, 2011: 65). Nilai validitas dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X : skor tiap butir soal
Y : skor total tiap butir soal
N : jumlah siswa
Tabel 3.1
Nilai korelasi dan interpretasi validitas (Arikunto, 2011: 75)
Nilai rxy Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
2) Analisis Realibilitas Instrumen
Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang
diperoleh orang yang sama jika dites dengan instrumen yang
sama pada waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk
mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah dengan
menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam
menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah
tes dan dicobakan satu kali. Realibilitas tes dapat dihitung
dengan persamaan:
⁄ ⁄
⁄ ⁄
Keterangan:
⁄ ⁄ : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Nilai r11 Interpretasi
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
3) Tingkat Kesukaran
Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 207), tingkat kesukaran
adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu
soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Rumus mencari indeks kesukaran:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2011: 208)
Tabel 3.3
Indeks Kesukaran (Arikunto, 2011: 210)
Nilai p Kategori
0,00 – 0,30 Sukar
0,30 – 0,70 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan abtara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang Tabel 3.2
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. (Arikunto, Suharsimi. 2011: 211).
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2011: 213-214)
Tabel 3.4
Klasifikasi Daya Pembeda (Arikunto, 2011: 218)
D Kategori
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik sekali
Negatif
Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya
c. Melakukan pretest pada tanggal 17 Mei 2013 untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar dan karakter yang dibangun siswa sebelum
diberikan perlakuan terhadap objek penelitian.
d. Melakukan pembelajaran fisika secara terpadu dengan menggunakan
model webbed sebanyak tiga kali pertemuan, yakni pertemuan
pertama pada tanggal 24 Mei 2013 dan pertemuan kedua dan ketiga
pada tangggal 30 Mei 2013.
e. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas
siswa dan keterlaksanaan model yang digunakan guru.
f. Melakukan posttest pada tanggal 31 Mei 2013 untuk mengukur
penguasaan konsep dan karakter yang dibangun siswa setelah diberi
perlakuan.
g. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest serta
menganalisis instrumen tes lainnya, seperti data dari lembar
observasi.
h. Membandingkan hasil analisis data sebelum diberi perlakuan dan
setelah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas penerapan
model webbed yang digunakan pada sampel atau kelas tersebut.
i. Menarik kesimpulan penelitian
E. Instrumen Penelitian
1. Kemampuan terpadu
Kemampuan terpadu berkaitan dengan domain pengetahuan pada
domain I. Tes kemampuan terpadu ini bertujuan untuk melihat
pengetahuan siswa terkait materi terpadu efek penggunaan rokok.
2. Kemampuan proses sains
Kemampuan proses sains berkaitan dengan domain II. Proses sains
yang diukur merupakan proses sains dasar yang terlihat di setiap
pertemuan selama pembelajaran.
Kemampuan kreatifitas berkaitan dengan domain III. Kemampuan
kreatifitas yang diukur merupakan kemampuan membuat produk yang
tidak hanya menguji kreatifitas tetapi pengetahuan terkait tema efek
penggunaan rokok yang telah dipelajari.
4. Karakter
Karakter berkaitan dengan domain IV. Karakter yang dimaksud pada
penelitian ini mencakup bagaimana respon siswa terkait permasalahan
mengenai efek penggunaan rokok yang disajikan dalam soal.
5. Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini mencakup
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa
(LKS).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes soal terpadu
Tes soal terpadu adalah tes pilihan ganda yang dimaksudkan untuk
mengukur hasil belajar pada domain I (knowledge domain) sebelum
diterapkan model pembelajaran webbed (pretest) dan setelah diterapkan
model pembelajaran webbed (posttest). Soal yang diberikan berjumlah 20
soal.
2. Tes dilema moral
Tes dilema moral yang dimaksudkan untuk memunculkan domain IV
(attitudinal domain) sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran profil
karakter siswa yang muncul setelah diterapkan model pembelajaran
webbed.
3. Lembar observasi proses sains
Kemampuan proses sains (domain II) diukur menggunakan lembar
observasi. Penilaian yang dilakukan sebanyak tiga kali di setiap proses
pembelajaran.
Kemampuan kreatifitas (domain III) diukur menggunakan lembar
penilaian produk. Penilaian dilakukan di luar proses pembelajaran.
5. Lembar observasi keterlaksanaan model
Keterlaksanaan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley akan
diukur menggunakan lembar observasi.
G. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan terhadap data skor tes soal terpadu pretest dan
posttest, tes dilema moral, produk, lembar observasi process of science serta
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Susan Louck-Horsley.
1. Soal Terpadu (Domain I)
Soal terpadu yang diberikan pada penelitian terlebih dahulu melalui
proses uji coba. Berikut disajikan analisis hasil uji coba dalam tabel 3.5.
No. Soal
Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran
Keterangan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi
1 0,45 Cukup 0 Jelek 1 Mudah Digunakan
Dari 26 butir soal yang diujicobakan, terdapat 6 soal yang tidak
digunakan, yaitu soal no 3, 4, 14, 17, 19, dqn 26. Soal-soal ini tidak
digunakan karena tidak valid sehingga jumlah soal yang digunakan untuk
uji instrumen saat pretest dan posttest hanya berjumlah 20 butir soal.
Dua puluh soal yang telah dipilih merupakan soal yang digunakan
untuk pretest dan posttest. Untuk pengolahan data skor pilihan ganda
diolah menggunakan analisis kuantitatif dengan cara menghitung gain
yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan
skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh
siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain
maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
a. Menghitung gain skor pretest dan skor posttest.
Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
1
b. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain
yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.
1
c. Menentukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk seluruh
siswa.
d. Menentukan kriteria efektivitas model pembelajaran berdasarkan
kriteria yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.6
Kriteria gain menurut Hake (1998)
<g> Kriteria
2. Lembar Observasi proses sains (Domain II)
Pengolahan data process of science dilakukan dengan mengubah skor
yang diperoleh setiap kelompok ke dalam kategori berdasarkan
Mundilarto (2012:68)
Tabel 3.7
Kategori Process of Science
No. Rentang Skor Kategori
1 11-21 Kurang
siswa akan diubah ke nilai dengan persamaan
Nilai yang didapat dikategorikan berdasarkan kategori dalam Mardiah
(2011:62)
Tabel 3.8 Kategori Nilai Produk
Interval Kategori nilai Keterangan
85-100 A Baik sekali
75-84 B Baik
60-74 C Cukup
40-59 D Kurang
0-39 E Kurang sekali
4. Tes Dilema Moral (Domain IV)
Setelah siswa diberi soal tes dilema moral, peneliti mendapatkan
jawaban siswa yang bermacam-macam. Kemudian peneliti menganalisis
jawaban siswa dengan melihat aspek-aspek dalam moral knowing dan
moral feeling. Setelah itu jumlah siswa yang menjawab dipersentasekan
sesuai persamaan 3.8 sehingga didapat persentase semua aspek karakter
yang telah dimiliki oleh siswa.
∑ ∑
5. Keterlaksanaan model
Pengolahan lembar observasi keterlaksanaan model diolah dengan
menghitung persentase keterlaksanaan sesuai persamaan 3.9. Kemudian
persentase yang didapat dikategorikan ke dalan kriteria keterlaksanaan
menurut Mundilarto (2012:68)sesuai tabel 3.9.
Tabel 3.9
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran
% Keterlaksanaan Model Kriteria
0-32 Kurang
33-65 Cukup
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa rangkaian penyelesaian skripsi yang dimulai dengan studi
literatur dan studi lapangan, kajian pustaka, pelaksanaan penelitian hingga proses
pengolahan data, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang akan
bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran di lapangan serta penelitian-penelitian
selanjutnya.
A.Kesimpulan
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek
penggunaan rokok, ada peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge
domain) serta diperoleh profil karakter siswa.
1. Hasil Belajar
a. Pada domain I, terdapat peningkatan hasil belajar dengan gain yang
dinormalisasi sebesar 0,49 yang berkategori sedang. Hal ini
menandakan bahwa ada penerapan pembelajaran terpadu model webbed
dapat dirasakan manfaatnya walapun beberapa siswa masih lemah
dalam soal fakta yang berkaitan dengan mata pelajaran Matematika.
b. Pada domain II, profil proses sains siswa sudah agak terlihat. Beberapa
aspek proses sains seperti membuat prediksi, menyusun alat, melakukan
pengamatan, dan presentasi sudah terlihat dengan aspek paling tinggi
yaitu melakukan presentasi dan aspek paling rendah yaitu penyusunan
alat. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 30,78 dengan kategori cukup.
c. Pada domain III, profil kreatifitas siswa dalam pembuatan produk
berupa poster sains sudah terlihat. Rata-rata nilai yang didapat adalah
23,57 dengan kategori cukup. Salah satu hal yang membuat domain ini
belum maksimal adalah penguasaan konsep siswa pada domain I yang
2. Profil Karakter
Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed, beberapa aspek
karakter siswa sudah muncul. Karakter moral knowing yang muncul
sebesar 87,63% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek kesadaran moral
dan pemikiran moral dengan persentase 96,29% dan aspek paling rendah
adalah aspek penentuan perspektif dengan persentase sebesar 66,67%.
Sedangkan persentase moral feeling adalah 82, 09% dengan aspek paling
tinggi yaitu aspek hati nurani dengan persentase 100% dan aspek paling
rendah adalah aspek kerendahan hati dengan persentase 51,85%.
B.Saran
1. Supaya materi pembelajaran yang diterima siswa utuh, kegiatan
penyampaian dalam pembelajaran harus lebih kreatif lagi. Salah satu yang
harus ditekankan adalah bagaimana penyampaian yang lebih efektif dalam
mata pelajaran Matematika supaya siswa tidak menghafal cara pengerjaan
satu jenis soal tetapi siswa dapat memahami berbagai macam soal.
2. Hal yang seringkali ditemui dalam diri siswa saat proses eksperimen adalah
malas memahami Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan sehingga
kegiatan banyak terulur. Untuk itu, diperlukan cara untuk menekankan
siswa dalam memahami LKS atau dengan membuat LKS yang lebih mudah
dipahami siswa tingkat SMP.
3. Saat pembuatan produk, pastikan peneliti menyampaikan dengan jelas
kriteria penilaian produk sehingga produk yang dihasilkan akan maksimal
dan tidak keluar dari kriteria yang telah disepakati.
4. Karakter yang muncul dalam penelitian ini masih belum maksimal. Oleh
karena itu diperlukan aktifitas dalam setiap sintaks model pembelajaran
yang lebih membangkitkan karakter siswa. Selain itu, instrumen yang
digunakan untuk mengukur karakter harus lebih dikembangkan sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ajie, W.S. (2012). Penerapan Metode Science Literacy (SLC) untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Membangun Karakter Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Cameron, J.R, Skofronik, J.G, dan Grant, R.M. (2006). Fisika Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto.
Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.
Hake, R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. 61, (1), 65.
Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.
Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press.
Lickona, T. (2012). Educating for character. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Marzuki. (2012). Pendidikan Karakter dan Pengintegrasiannya dalam Pembelajaran. Makalah pada Seminar dan Lokakarya, Kediri.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pembangunan karakter bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: tidak diterbitkan.
Sahlan, A. dan Prasetyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-undang No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
Wilujeng, I., Setiawan, A., dan Liliasari. (2010). “Kompetensi IPA Terpadu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. (3), 353.
Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.