• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

DAN MENGHASILKANKARAKTER SISWA SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Fisika

Program Pendidikan Fisika

Oleh:

Ifa Rifatul Mahmudah

0901970

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU PADA TEMA EFEK

PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP

Oleh

Ifa Rifatul Mahmudah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Ifa Rifatul Mahmudah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Drs. Taufik Ramlan Ramalis, M.Si

NIP.195904011986011001

PEMBIMBING II

Winny Liliawati, S.Pd, M.Si

NIP.197812182001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si

(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED PADA TEMA EFEK PENGGUNAAN ROKOK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGHASILKAN KARAKTER SISWA SMP

ABSTRAK

Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu, model pembelajaran terpadu merupakan salah satu implementasi yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, terutama pada jenjang SMP. Namun, hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa implementasi dari pembelajaran tematik-terpadu masih belum banyak diterapkan oleh pihak sekolah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran terpadu model webbed

pada tema efek penggunaan rokok yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan mengetahui profil karakter siswa SMP. Hasil belajar yang digunakan mengacu pada A new taxonomy for science education yang dikembangkan oleh McCormack. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest design. Sampel pada penelitian ini adalah salah satu kelas VIII SMP Negeri di Kota Bandung. Data penelitian diperoleh melalui tes soal terpadu, lembar observasi, lembar penilaian produk, dan tes dilema moral. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa di sekolah tersebut mengalami peningkatan dalam hasil belajar pada domain I (knowledge domain) dengan gain yang dinormalisasi sebesar 49% dengan kategori sedang. Adapun hasil belajar pada domain II (process of science domain) memiliki kategori cukup dengan persentase 69,95%, pada domain III (creativity domain) memiliki kategori cukup dengan persentase sebesar 67,34%, dan pada domain IV (attitudinal domain), diketahui sebanyak 87,63% siswa memiliki moral knowing dan 82,09% memiliki moral feeling. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan rokok dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menghasilkan karakter siswa SMP.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Karakter, Pembelajaran Terpadu Model Webbed.

ABSTRACT

In accordance with the mandate of the Minister of Education No. 22 of 2006 that the preparation of lesson plans must accommodate integrated learning, integrated learning model is one of the recommended implementation for application at all levels of education, especially at the junior level. However, preliminary studies indicate that the implementation of the thematic - integrated learning is still not widely adopted by the school. Therefore, the research carried out by applying the model of integrated learning webbed on the theme of the effects of tobacco use

that aims to improve student’s achievement and junior high school students know

(5)

eighth grade junior high school in Bandung. Data were obtained through integrated test questions, observation sheets, product sheets, and tests moral dilemma. The results obtained showed that the students in these schools have increased the learning outcomes in the first domain (domain knowledge) with a normalized gain of 49%, in the domain II (process of science domain) have enough categories with percentage 69.95%, the third domain (domain creativity) have enough categories with a percentage of 67.34%, and the domain IV (attitudinal domains), known as much as 87.63% of students have a moral knowing and 82.09% have a moral feeling. Based on the results obtained, it can be concluded that the application of integrated learning webbed models on the

theme of the effects of tobacco use to improve student’s acievement and generate

character junior high school students.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Masalah ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 10

A. Pembelajaran Terpadu Model Webbed ... 10

B. Hasil Belajar ... 17

C. Karakter ... 20

D. Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 22

E. Keterkaitan Pembelajaran Terpadu Model Webbed pada Tema Efek Penggunaan Rokok dengan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 23

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 28

D. Prosedur Penelitian ... 28

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Analisis data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Susan Loucks-Horsley ... 41

B. Hasil Belajar ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan amanat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 bahwa pengembangan kurikulum harus beragam dan terpadu.

Salah satu jenis pembelajaran terpadu adalah pembelajaran terpadu model

webbed yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan lintas disiplin ilmu ini

diikat oleh suatu tema. Pemilihan tema pun mempunyai andil besar, sesuai

dengan apa yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa kurikulum

dilaksanakan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber

belajar. Oleh karena itu perlu tema yang mengangkat fenomena lingkungan

sekitar sehingga siswa merasa dekat dengan pembelajaran yang diberikan.

Salah satu fenomena yang dapat diangkat adalah efek penggunaan rokok.

Rokok merupakan benda yang biasa dibakar dan menghasilkan asap putih.

Asap putih yang dihasilkan dapat masuk melewati alat pernafasan dengan

mekanisme yang berkaitan dengan konsep tekanan udara. Rokok merupakan

benda berbahaya karena zat kimia yang dikandungnya dapat menyebabkan

kerusakan biologis bagi pengguna, orang-orang disekitarnya, dan

lingkungan sekitar. Kerusakan biologis yang terjadi dapat terlihat pada

sistem pernafasan. Efek penggunaan rokok dapat dikaji dari beberapa

disiplin ilmu, yakni dari ilmu Kimia, ilmu Biologi, dan ilmu Fisika yang

tergolong ke dalam IPA dan IPS. Berbicara mengenai bahaya merokok,

jumlah pengguna rokok dari tahun ke tahun makin meningkat. Terkait

peningkatan jumlah pengguna rokok dan bahayanya, pada kasus

penggunaan rokok ini akan disajikan dalam bentuk soal cerita dan akan

dihubungkan dengan mata pelajaran matematika dengan penyelesaian model

matematika.

Pembelajaran terpadu model webbed akan lebih bermakna bila siswa

(9)

Suryosubroto (2009:134), guru perlu menciptakan kondisi yang kondusif

dan memfasilitasi tumbuhnya pengalaman yang bermakna. Oleh karena itu,

dalam memilih model pembelajaran pun sejatinya harus memfasilitasi siswa

belajar menemukan sendiri (kontruktivistis). Salah satu model pembelajaran

yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Susan Loucks-Horsley.

Adanya anjuran pembelajaran tematik-terpadu beserta manfaatnya belum

dapat dirasakan oleh salah satu SMP Negeri di Kota Bandung. Dari hasil

studi pendahuluan didapatkan fakta bahwa pembelajaran terpadu belum

diterapkan karena standar isi, yaitu standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang ada tidak mengarahkan menuju pembelajaran terpadu. Selain itu,

bahan ajar yang ada pun tidak mendukung untuk dilaksanakannya

pembelajaran terpadu. Faktor yang tidak kalah berpengaruh terhadap

keterlaksanaan pembelajaran terpadu di lapangan yaitu faktor internal guru

berupa kesiapan materi dari guru yang bersangkutan. Tidak banyak guru

yang mampu menguasai beberapa mata pelajaran sekaligus untuk diajarkan

secara terpadu sehingga saat terjun di lapangan, banyak mengalami kendala

terkait kesiapan materi. Hal ini bermula dari institusi yang mewadahi

mahasiswa calon pengajar. Beberapa institusi tersebut hanya membekali

mahasiswa calon guru untuk satu mata pelajaran saja. Contohnya saat di

bangku perkuliahan mahasiswa calon guru dipersiapkan untuk terjun ke

sekolah menengah dengan dibekali pengetahuan mengenai konsep Fisika

dan keprofesiannya saja, padahal khusus untuk sekolah menengah pertama,

tidak ada mata pelajaran Fisika, melainkan IPA. Dengan demikian, bekal

yang sudah diberikan di mata kuliah keprofesian tersebut tidak akan

bersinergi dengan kebutuhan di lapangan yaitu guru IPA yang terpadu.

Perlunya guru yang terpadu senada dengan apa yang terdapat dalam

Standards for science teacher preparation yang merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah harus memilliki kecenderungan interdisipliner pada IPA. (Wilujeng, Insih dkk, 2010:353)

Menurut salah seorang guru SMP Negeri di Kota Bandung, dengan

(10)

kesulitan dalam memahami materi. Khusus untuk mata pelajaran Fisika,

perlu waktu lama untuk memahami materi Fisika, apalagi dengan kendala

matematisnya. Dengan penerapan pembelajaran yang belum terpadu, hasil

belajar siswa masih tergolong rendah dalam IPA.

Untuk mengukur hasil belajar, Allan J. MacCormack dan Robert E Yager

mengembangkan a new taxonomy for science education” yang terdiri dari

lima ranah, yaitu knowledge domain, process of science domain, creativity

domain, attitudinal domain, and aplication and connection domain.

Berdasarkan taksonomi yang dikembangkan oleh Alan tersebut, terlihat

bahwa pengetahuan itu berhubungan dengan attitude. Hal ini mengingatkan

pepatah Mahatma Gandhi bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita

yaitu kekayaan tanpa kerja, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa

moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, ibadah tanpa pengorbanan,

dan politik tanpa prinsip, ternyata memang sesuai dengan krisis moral yang

terjadi saat ini. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan Dr. Martin

Luther King yang pernah berkata: “Intelligence plus character, that is the goal of true education.

Jelaslah bahwa pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting

dalam membentuk karakter seseorang. Namun, krisis moral yang terjadi saat

ini menyuguhkan fakta terbalik dari yang seharusnya. Tidak bisa menutup

mata, akhir-akhir ini krisis moral merupakan salah satu permasalahan yang

penyelesaiannya tidak kunjung usai. Terbukti di lapangan, banyak siswa

yang masih mencontek saat ulangan sebagai bukti ketidakpercayaan dan

ketidakjujuran, merokok di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dan

perkelahian antar pelajar.

Dari fakta-fakta ini, tugas besar bagi elemen pendidikan khususnya

sekolah dalam memperbaiki moral yang dikenal dengan pendidikan

karakter. Sekolah merupakan salah satu tahapan dari berbagai jenjang

pendidikan yang akan dilalui oleh seorang individu. Secara tersirat, sekolah

merupakan wadah sebuah bangsa yang akan menetaskan generasi

(11)

mudah untuk menyampaikan pendidikan karakter sebagai sebuah

pengetahuan tetapi dalam mengaktualisasikannya agar menjadi tata laku, itu

yang menjadi tantangan utamanya. Pendidikan karakter bukan tentang

bagaimana mengkonsumsi sebuah ilmu secara teori, tetapi pendidikan

karakter merupakan proses internalisasi dan aktualisasi. Hal ini senada

dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan

bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa”

Berdasarkan permasalahan mengenai pembelajaran terpadu yang belum

diterapkan, hasil belajar yang rendah serta karakter yang belum

berkembang, peneliti bermaksud menerapkan pembelajaran terpadu model

webbed pada tema efek penggunaan rokok untuk meningkatkan hasil belajar

dan menghasilkan profil karakter pada siswa SMP.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

pertanyaan yang menjadi inti dari penilitian, batasan masalah,

variabel-variabel penelitian serta definisi operasionalnya sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah

a. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa SMP setelah diterapkan

pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan

rokok?

1) Bagaimana peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge

domain)?

2) Bagaimana profil hasil belajar pada domain II (process of science

domain)?

3) Bagaimana profil hasil belajar pada domain III (creativity domain)?

b. Bagaimana profil karakter siswa SMP setelah diterapkan

pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan

(12)

2. Batasan Masalah

a. Hasil belajar berdasarkan a new taxonomy for science yang

dikembangkan Alan J. McCormack dan Robert E. Yager (1989)

yang terdiri dari lima domain. Namun, pada penelitian ini akan

dibatasi hanya empat domain, yakni knowledge domain, process of

science domain, dan creativity domain yang dibahas pada bagian

hasil belajar, dan attitudinal domain yang dibahas khusus pada

bagian profil karakter.

b. Karakter yang dimunculkan adalah karakter menurut Thomas

Lickona yang terdiri dari moral knowing, moral feeling, dan moral

action. Namun pada penelitian ini karakter yang dimunculkan hanya

moral knowing dan moral feeling.

3. Variabel Penelitian

Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pembelajaran terpadu model webbed sebagai variabel bebas serta

peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa sebagai variabel

terikat.

4. Definisi Operasional

a. Pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek penggunaan

rokok.

Pembelajaran terpadu model webbed merupakan pembelajaran

yang mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu dalam suatu tema

tertentu. Dalam pembelajaran terpadu ini, peneliti

mengintegrasikan beberapa mata mata pelajaran yakni IPA (Kimia,

Fisika, dan Biologi), IPS, dan Matematika dalam satu tema untuk

mengkaji efek penggunaan rokok. Rokok dan efek penggunaannya

merupakan masalah yang kompleks, yakni tidak hanya melibatkan

satu aspek saja, misalnya aspek kimiawi mengenai zat-zat

berbahaya yang dikandungnya. Namun, efek dari penggunaannya

itu sendiri dapat menjalar ke aspek-aspek lain, yaitu aspek biologis

(13)

terdiri dari Kimia, Biologi, dan Fisika, peneliti pun

mengintegrasikan IPA dengan mata pelajaran Matematika yang

berkaitan dengan model matematika.

Pada pelaksanaannya, peneliti menjalankan pembelajaran

terpadu menggunakan model Susan Loucks-Horsley. Untuk

mengetahui keterlaksanaan pembelajaran model Susan

Loucks-Horsley, diukur dengan lembar observasi.

b. Peningkatan Hasil Belajar

Hasil belajar yang diukur meliputi 4 domain menurut a new

taxonomy for science education. Peningkatan yang dilihat hanya

pada domain I (knowledge domain) sedangkan pada domain

lainnya, hanya dilihat profilnya saja.

1) Knowledge domain

Knowledge domain berkaitan dengan pengetahuan siswa

yang terukur melalui tes konsep berupa 20 soal pilihan ganda

pada saat pretest dan posttest. Pretest dan posttest diberikan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Dari hasil pretest

dan posttest ini, peneliti menghitung gain skor. Nilai gain yang

didapat ini dikelompokkan berdasarkan kategori yang

dikemukakan oleh Hake (1998).

2) Process of science domain

Process of science domain berkaitan dengan sikap ilmiah

yang terukur melalui Lembar Observasi.

3) Creativity domain

Creativity domain berkaitan dengan kemampuan

menciptakan. Dalam domain ini, siswa dituntut untuk

membuat produk berupa poster yang berkaitan dengan efek

penggunaan rokok.

c. Profil Karakter

Karakter berkaitan dengan domain IV yakni attitudinal domain.

(14)

moral. Tes dilema moral adalah tes studi kasus yang dapat

mengukur moral feeling dan moral knowing siswa. Pada prosesnya,

siswa diberikan teks berupa suatu permasalahan berikut

pertanyaannya. Untuk menilai tes dilema moral, peneliti

menilainya secara deskriptif, yakni dengan melihat kecenderungan

jawaban siswa ke arah mana, apakah sudah mengandung moral

knowin dan moral feeling atau salah satunya, atau bahkan belum

terlihat ketiga moral tersebut. Jumlah siswa yang menjawab akan

dipersentasekan sehingga akan terlihat berapa persen moral

knowing dan moral feeling yang sudah terlihat dalam diri siswa.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang peningkatkan hasil belajar siswa

SMP setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema

efek penggunaan rokok.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang profil karakter siswa SMP setelah

diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek

penggunaan rokok.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat dari segi teori

Penelitian ini akan menambah daftar penelitian mengenai penerapan

pembelajaran terpadu. Pada penelitian, implikasi dari pembelajaran

terpadu dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa menurut

Taksonomi untuk Pendidikan Sains, yang didalamnya terdapat ranah

pengetahuan, proses sains, produk, dan karakter.

2. Manfaat dari segi kebijakan

Dari studi pustaka yang telah dilakukan, didapat bahwa penerapan

(15)

Penerapan ini rupanya belum terlihat di lapangan. Artinya kebijakan

pemerintah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006

belum terlaksana di beberapa jenjang SMP. Untuk itulah, semoga

penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana

penerapan pembelajaran terpadu di jenjang SMP. Selain itu, penelitian ini

akan bermanfaat dalam memenuhi tuntutan kurikulum terbaru 2013.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari empat BAB dengan rincian sebagai berikut:

BAB I berisi pembahasan mengenai dasar dilakukannya penelitian terkait masalah yang terjadi di lapangan yaitu pembelajaran terpadu yang belum

sepenuhnya dilaksanakan di SMP, hasil belajar siswa yang masih rendah

dalam IPA, serta krisis moral yang masih sering terjadi di lapangan. Dari

masalah-masalah tersebut, kemudian diperoleh variabel penelitian yang

akan digunakan, yakni pembelajaran terpadu, hasil belajar serta karakter.

BAB II berisi teori yang menjadi landasan dilakukannya penelitian yaitu

mengenai definisi serta prinsip pembelajaran terpadu model webbed, sintaks

model pembelajaran Susan Loucks-Horsley, keterkaitan pembelajaran

terpadu model webbed dengan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley,

hasil belajar menurut a new taxonomy for science education, serta definisi

dan komponen karakter menurut Lickona.

BAB III berisi metodologi penelitian yang digunakan dalam penilitian ini

yakni metode, desain penelitian, instrumen, teknik pengumpulan data, dan

analisis data yang didapatkan.

BAB IV berisi pembahasan hasil penelitian. Dalam BAB ini disajikan

bagaimana peningkatan hasil belajar serta profil karakter siswa setelah

diterapkan pembelajaran terpadu model webbed.

BAB V berisi kesimpulan yang didapat penulis dari rangkaian penelitian

yang telah dilakukan serta beberapa saran yang berguna untuk peneliti

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberikan treatment berupa

pembelajaran terpadu model webbed untuk memperoleh gambaran tentang

peningkatan hasil belajar dan profil karakter siswa. Namun, dalam penelitian

menyisihkan beberapa faktor, seperti kondisi intelektual siswa dan motivasi

belajar siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretest posttest.

Pada penelitian ini, tahap pertama yang dilakukan adalah pemberian tes

berupa pretest 20 soal terpadu pilihan ganda kemudian akan diberi treatment

yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan perangkat pembelajaran

model pembelajaran Susan Loucks-Horsley. Setelah treatment selesai

diberikan, sampel akan diberi posttest berupa 20 soal terpadu pilihan ganda

dan 1 soal tes dilema moral. Pola desain one group pretest posttest dapat

terlihat pada gambar 3.1.

O1 X O2

Gambar 3.1

Pola desain penelitian one group pretest posttest

Stanley and Campbell (1963)

Keterangan:

O1: tes yang diberikan sebelum dilakukan treatment (pretest).

X : treatment yaitu pembelajaran terpadu model webbed dengan

perangkat pembelajaran model Susan Loucks Horsley.

(17)

C. Lokasi Dan Sampel

Subjek populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu

SMP Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel penelitian dilakukan pada

salah satu kelas VIII di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung.

(18)

1. Studi Pendahuluan

a. Studi Kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini, peneliti mengkaji adanya tuntutan

pembelajaran terpadu yakni Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 Tahun 2006. Kemudian peneliti mengkaji pembelajaran

terpadu itu seperti apa, bagaimana karakteristik dan

prinsip-prinsipnya. Setelah mengetahui pembelajaran terpadu, peneliti

mencari alat untuk mengukur hasil belajar yang cocok dengan

pembelajaran terpadu itu sendiri, yakni taksonomi untuk pendidikan

sains, yang mana hasil belajar itu tidak hanya terdiri dari

pengetahuan saja, tetapi berhubungan dengan karakter. Berkaitan

dengan karakter, peneliti melakukan studi kepustakaan mengenai

karakter menurut Lickona.

b. Studi Lapangan

Dalam studi lapangan ini, peneliti mencari tahu keterlaksanaan

pembelajaran terpadu di SMP, hasil belajar, dan krisis moral siswa

SMP.

2. Perancangan Perangkat

a. Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

Diawali dari penetapan tema yaitu efek penggunaan rokok,

peneliti kemudian mengkaji SK dan KD beberapa mata pelajaran

SMP kelas VIII untuk mengaitkannya dengan tema yang diangkat.

Hasil dari pengkajian diperoleh beberapa KD yang berkaitan yaitu:

1) Mata pelajaran Kimia

KD 4.4 Mendeskripsikan sifat/ pengaruh zat adiktif dan

psikotoprika.

2) Mata pelajaran Biologi

KD 1.5 Mendeskripsikan sistem pernafasan pada manusia dan

hubungannya dengan kesehatan.

(19)

KD 5.5 Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas

serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mata pelajaran Matematika

KD 2.2 Membuat model matematika dari masalah yang

berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel.

KD 2.3 Menyelesaikan model matematika dari masalah yang

berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel

dan penafsirannya

5) Mata pelajaran IPS

KD 1.3 Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan

penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan

b. Draft Perangkat Pembelajaran

Dalam tahap ini, peneliti membuat RPP untuk proses

pembelajaran, RPP terdiri dari tiga kali pertemuan. Kemudian

dilanjutkan dengan pembuatan instrumen, yang terdiri dari 20 soal

terpadu pilihan ganda untuk mengukur domain I (knowledge

domain), tiga soal tes dilema moral untuk mengukur domain IV

(attitudinal domain), lembar penilaian produk untuk mengukur

domain III (creativity domain), lembar kerja siswa, lembar observasi

untuk menilai domain II (process of science), dan lembar observasi

untuk mengukur keterlaksanaan model Susan Loucks-Horsley

3. Pengujian Perangkat

a. Tujuh instrumen yang telah dibuat melewati proses judgment oleh

para ahli yang kemudian mengalami beberapa revisi dan sampai

pada tahap uji coba di lapangan.

b. Sebagai tindak lanjut dari proses uji coba, peneliti menganalisis hasil

uji coba dengan melihat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan

daya pembeda dari soal-soal yang telah diujikan.

1) Analisis Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

(20)

jika instrumen tersebut mengukur yang hendak diukur

(Arikunto, 2011: 65). Nilai validitas dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X : skor tiap butir soal

Y : skor total tiap butir soal

N : jumlah siswa

Tabel 3.1

Nilai korelasi dan interpretasi validitas (Arikunto, 2011: 75)

Nilai rxy Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

2) Analisis Realibilitas Instrumen

Realibilitas didefinisikan sebagai kestabilan hasil yang

diperoleh orang yang sama jika dites dengan instrumen yang

sama pada waktu yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk

mengukur tingkat relibilitas suatu instrumen adalah dengan

menggunakan metoda belah dua (split half method). Dalam

menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah

tes dan dicobakan satu kali. Realibilitas tes dapat dihitung

dengan persamaan:

Keterangan:

(21)

⁄ ⁄ : korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Nilai r11 Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,80 Tinggi

0,40 – 0,60 Cukup

0,20 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Sangat rendah

3) Tingkat Kesukaran

Menurut Suharsimi Arikunto (2011: 207), tingkat kesukaran

adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu

soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang

tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Rumus mencari indeks kesukaran:

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

(Arikunto, 2011: 208)

Tabel 3.3

Indeks Kesukaran (Arikunto, 2011: 210)

Nilai p Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan abtara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang Tabel 3.2

(22)

menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, disingkat D. (Arikunto, Suharsimi. 2011: 211).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2011: 213-214)

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda (Arikunto, 2011: 218)

D Kategori

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

Negatif

Semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya

(23)

c. Melakukan pretest pada tanggal 17 Mei 2013 untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar dan karakter yang dibangun siswa sebelum

diberikan perlakuan terhadap objek penelitian.

d. Melakukan pembelajaran fisika secara terpadu dengan menggunakan

model webbed sebanyak tiga kali pertemuan, yakni pertemuan

pertama pada tanggal 24 Mei 2013 dan pertemuan kedua dan ketiga

pada tangggal 30 Mei 2013.

e. Pada saat pelaksanaan pembelajaran, observer mengamati aktivitas

siswa dan keterlaksanaan model yang digunakan guru.

f. Melakukan posttest pada tanggal 31 Mei 2013 untuk mengukur

penguasaan konsep dan karakter yang dibangun siswa setelah diberi

perlakuan.

g. Melakukan pengolahan data hasil pretest dan posttest serta

menganalisis instrumen tes lainnya, seperti data dari lembar

observasi.

h. Membandingkan hasil analisis data sebelum diberi perlakuan dan

setelah diberi perlakuan untuk mengetahui efektivitas penerapan

model webbed yang digunakan pada sampel atau kelas tersebut.

i. Menarik kesimpulan penelitian

E. Instrumen Penelitian

1. Kemampuan terpadu

Kemampuan terpadu berkaitan dengan domain pengetahuan pada

domain I. Tes kemampuan terpadu ini bertujuan untuk melihat

pengetahuan siswa terkait materi terpadu efek penggunaan rokok.

2. Kemampuan proses sains

Kemampuan proses sains berkaitan dengan domain II. Proses sains

yang diukur merupakan proses sains dasar yang terlihat di setiap

pertemuan selama pembelajaran.

(24)

Kemampuan kreatifitas berkaitan dengan domain III. Kemampuan

kreatifitas yang diukur merupakan kemampuan membuat produk yang

tidak hanya menguji kreatifitas tetapi pengetahuan terkait tema efek

penggunaan rokok yang telah dipelajari.

4. Karakter

Karakter berkaitan dengan domain IV. Karakter yang dimaksud pada

penelitian ini mencakup bagaimana respon siswa terkait permasalahan

mengenai efek penggunaan rokok yang disajikan dalam soal.

5. Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini mencakup

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa

(LKS).

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes soal terpadu

Tes soal terpadu adalah tes pilihan ganda yang dimaksudkan untuk

mengukur hasil belajar pada domain I (knowledge domain) sebelum

diterapkan model pembelajaran webbed (pretest) dan setelah diterapkan

model pembelajaran webbed (posttest). Soal yang diberikan berjumlah 20

soal.

2. Tes dilema moral

Tes dilema moral yang dimaksudkan untuk memunculkan domain IV

(attitudinal domain) sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran profil

karakter siswa yang muncul setelah diterapkan model pembelajaran

webbed.

3. Lembar observasi proses sains

Kemampuan proses sains (domain II) diukur menggunakan lembar

observasi. Penilaian yang dilakukan sebanyak tiga kali di setiap proses

pembelajaran.

(25)

Kemampuan kreatifitas (domain III) diukur menggunakan lembar

penilaian produk. Penilaian dilakukan di luar proses pembelajaran.

5. Lembar observasi keterlaksanaan model

Keterlaksanaan model pembelajaran Susan Loucks-Horsley akan

diukur menggunakan lembar observasi.

G. Analisis Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data skor tes soal terpadu pretest dan

posttest, tes dilema moral, produk, lembar observasi process of science serta

lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Susan Louck-Horsley.

1. Soal Terpadu (Domain I)

Soal terpadu yang diberikan pada penelitian terlebih dahulu melalui

proses uji coba. Berikut disajikan analisis hasil uji coba dalam tabel 3.5.

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Taraf Kesukaran

Keterangan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,45 Cukup 0 Jelek 1 Mudah Digunakan

(26)

Dari 26 butir soal yang diujicobakan, terdapat 6 soal yang tidak

digunakan, yaitu soal no 3, 4, 14, 17, 19, dqn 26. Soal-soal ini tidak

digunakan karena tidak valid sehingga jumlah soal yang digunakan untuk

uji instrumen saat pretest dan posttest hanya berjumlah 20 butir soal.

Dua puluh soal yang telah dipilih merupakan soal yang digunakan

untuk pretest dan posttest. Untuk pengolahan data skor pilihan ganda

diolah menggunakan analisis kuantitatif dengan cara menghitung gain

yang dinormalisasikan yaitu perbandingan dari skor gain aktual dengan

skor gain maksimum. Skor gain aktual yaitu skor gain yang diperoleh

siswa dari selisih skor tes awal dan skor tes akhir sedangkan skor gain

maksimum adalah skor gain tertinggi yang mungkin diperoleh siswa.

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung gain skor pretest dan skor posttest.

Gain adalah selisih antara skor pretest dan skor posttest. Gain

dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

1

b. Menghitung gain yang dinormalisasi untuk setiap siswa.

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain

yang diperoleh siswa dan dirumuskan sebagai berikut.

(27)

1

c. Menentukan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk seluruh

siswa.

d. Menentukan kriteria efektivitas model pembelajaran berdasarkan

kriteria yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Kriteria gain menurut Hake (1998)

<g> Kriteria

2. Lembar Observasi proses sains (Domain II)

Pengolahan data process of science dilakukan dengan mengubah skor

yang diperoleh setiap kelompok ke dalam kategori berdasarkan

Mundilarto (2012:68)

Tabel 3.7

Kategori Process of Science

No. Rentang Skor Kategori

1 11-21 Kurang

siswa akan diubah ke nilai dengan persamaan

(28)

Nilai yang didapat dikategorikan berdasarkan kategori dalam Mardiah

(2011:62)

Tabel 3.8 Kategori Nilai Produk

Interval Kategori nilai Keterangan

85-100 A Baik sekali

75-84 B Baik

60-74 C Cukup

40-59 D Kurang

0-39 E Kurang sekali

4. Tes Dilema Moral (Domain IV)

Setelah siswa diberi soal tes dilema moral, peneliti mendapatkan

jawaban siswa yang bermacam-macam. Kemudian peneliti menganalisis

jawaban siswa dengan melihat aspek-aspek dalam moral knowing dan

moral feeling. Setelah itu jumlah siswa yang menjawab dipersentasekan

sesuai persamaan 3.8 sehingga didapat persentase semua aspek karakter

yang telah dimiliki oleh siswa.

5. Keterlaksanaan model

Pengolahan lembar observasi keterlaksanaan model diolah dengan

menghitung persentase keterlaksanaan sesuai persamaan 3.9. Kemudian

persentase yang didapat dikategorikan ke dalan kriteria keterlaksanaan

menurut Mundilarto (2012:68)sesuai tabel 3.9.

(29)

Tabel 3.9

Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran

% Keterlaksanaan Model Kriteria

0-32 Kurang

33-65 Cukup

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari beberapa rangkaian penyelesaian skripsi yang dimulai dengan studi

literatur dan studi lapangan, kajian pustaka, pelaksanaan penelitian hingga proses

pengolahan data, maka dapat diperoleh kesimpulan dan saran yang akan

bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran di lapangan serta penelitian-penelitian

selanjutnya.

A.Kesimpulan

Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed pada tema efek

penggunaan rokok, ada peningkatan hasil belajar pada domain I (knowledge

domain) serta diperoleh profil karakter siswa.

1. Hasil Belajar

a. Pada domain I, terdapat peningkatan hasil belajar dengan gain yang

dinormalisasi sebesar 0,49 yang berkategori sedang. Hal ini

menandakan bahwa ada penerapan pembelajaran terpadu model webbed

dapat dirasakan manfaatnya walapun beberapa siswa masih lemah

dalam soal fakta yang berkaitan dengan mata pelajaran Matematika.

b. Pada domain II, profil proses sains siswa sudah agak terlihat. Beberapa

aspek proses sains seperti membuat prediksi, menyusun alat, melakukan

pengamatan, dan presentasi sudah terlihat dengan aspek paling tinggi

yaitu melakukan presentasi dan aspek paling rendah yaitu penyusunan

alat. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 30,78 dengan kategori cukup.

c. Pada domain III, profil kreatifitas siswa dalam pembuatan produk

berupa poster sains sudah terlihat. Rata-rata nilai yang didapat adalah

23,57 dengan kategori cukup. Salah satu hal yang membuat domain ini

belum maksimal adalah penguasaan konsep siswa pada domain I yang

(31)

2. Profil Karakter

Setelah diterapkan pembelajaran terpadu model webbed, beberapa aspek

karakter siswa sudah muncul. Karakter moral knowing yang muncul

sebesar 87,63% dengan aspek paling tinggi yaitu aspek kesadaran moral

dan pemikiran moral dengan persentase 96,29% dan aspek paling rendah

adalah aspek penentuan perspektif dengan persentase sebesar 66,67%.

Sedangkan persentase moral feeling adalah 82, 09% dengan aspek paling

tinggi yaitu aspek hati nurani dengan persentase 100% dan aspek paling

rendah adalah aspek kerendahan hati dengan persentase 51,85%.

B.Saran

1. Supaya materi pembelajaran yang diterima siswa utuh, kegiatan

penyampaian dalam pembelajaran harus lebih kreatif lagi. Salah satu yang

harus ditekankan adalah bagaimana penyampaian yang lebih efektif dalam

mata pelajaran Matematika supaya siswa tidak menghafal cara pengerjaan

satu jenis soal tetapi siswa dapat memahami berbagai macam soal.

2. Hal yang seringkali ditemui dalam diri siswa saat proses eksperimen adalah

malas memahami Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan sehingga

kegiatan banyak terulur. Untuk itu, diperlukan cara untuk menekankan

siswa dalam memahami LKS atau dengan membuat LKS yang lebih mudah

dipahami siswa tingkat SMP.

3. Saat pembuatan produk, pastikan peneliti menyampaikan dengan jelas

kriteria penilaian produk sehingga produk yang dihasilkan akan maksimal

dan tidak keluar dari kriteria yang telah disepakati.

4. Karakter yang muncul dalam penelitian ini masih belum maksimal. Oleh

karena itu diperlukan aktifitas dalam setiap sintaks model pembelajaran

yang lebih membangkitkan karakter siswa. Selain itu, instrumen yang

digunakan untuk mengukur karakter harus lebih dikembangkan sehingga

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ajie, W.S. (2012). Penerapan Metode Science Literacy (SLC) untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Membangun Karakter Siswa SMP. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Cameron, J.R, Skofronik, J.G, dan Grant, R.M. (2006). Fisika Tubuh Manusia edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto.

Campbell, D. dan Julian C.S. (1963). Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Chicago: Ran Mc. Nally Publishing.

Hake, R. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. 61, (1), 65.

Kurniawan, D. (2011). Pembelajaran Terpadu. Bandung: Pustaka Cendekia Utama.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press.

Lickona, T. (2012). Educating for character. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mardiah. (2011). Penerapan Model Proyek Respons Kreatif Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Menulis Poster. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Marzuki. (2012). Pendidikan Karakter dan Pengintegrasiannya dalam Pembelajaran. Makalah pada Seminar dan Lokakarya, Kediri.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan. (2011). Pembangunan karakter bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65. (2013). Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: tidak diterbitkan.

Sahlan, A. dan Prasetyo, A.T. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

(33)

Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Undang-undang No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Wilujeng, I., Setiawan, A., dan Liliasari. (2010). “Kompetensi IPA Terpadu Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Mahasiswa S-1 Pendidikan IPA”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. (3), 353.

Zuchdi, D. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: UNY Press.

Gambar

Gambar 3.1 one group pretest posttest
Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian
Nilai korelasi dan interpretasi validitas (Arikunto, 2011: 75) Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. © Mochammad Ali

Gambaran pelaksanaan model pembelajaran nondirective untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan kepercayaan diri peserta didik ..... Mochammad Ali

Pada perpustakaan sistem informasi manajemen rentan terkena masalah dikarenakan sub sistem yang kompleks dalam menyajikan informasi langsung kepada pengguna, maka dari itu

Untuk menganalisis representasi kimia yang ditampilkan oleh guru dalam mengkonstruksi pemahaman siswa pada materi larutan penyangga. Pedoman

[r]

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 pasal 43 ayat 5 kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikan buku teks pelajaran dinilai oleh BSNP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Kualitas Produk dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Samsung Galaxy pada Mahasiswa Universitas Sumatera

Dengan adanya pembuatan sistem ini dapat memberikan suatu kemudahan dalam pemrosesan data, dapat mengefisienkan penggunaan waktu, dan dapat memperkecil kemungkinan adanya