iv
ABSTRAK
Achmad Zahid F.M, 210110080048, 2013. Skripsi ini berjudul, Representasi Korupto Tiga Bersaudara dalam Sampul Majalah Tempo Edisi 17-23 Desember 2012. Pembimbing utama Drs. H. Dian Wardiana S, M.Si. dan pembimbing pendamping Pandan Yudhapramesti, S.Sos., MT. Jurusan Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, mitos, dan ideologi yang muncul dalam karikatur sampul Majalah Berita Mingguan Tempo “Tiga Mallarangeng”. Metode yang digunakan peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karikatur pada sampul Tempo edisi 17-23 Desember 2012 memiliki makna denotasi tiga sosok pria dengan wajah tersenyum sumringah, dan sedang berdiri di atas perahu yang di kanan-kirinya terdapat alat untuk memancing ikan. Dua dari tiga pria tersebut secara bersama-sama memegang gulungan uang 100 Dollar amerika berukuran raksasa. Satu pria lainnya mengangkat sebuah karung kecil warna cokelat berlambang mata uang poundsterling dan berposisi menjorok ke belakang dibanding dua pria lainnya. Karikatur ini berlatar hamparan air yang luas dan langit biru. Judul
karikatur ini adaah “Tiga Mallarangeng”.
Konotasi yang dihasilkan yaitu satu keluarga yang terdiri dari tiga kakak-beradik Andi, Rizal, dan Choel Mallarangeng yang gemar melakukan tindakan korupsi besar-besaran, dan saling bantu bahu-membahu satu sama lain dalam mewujudkan kegemarannya tersebut.
Sementara mitos yang muncul adalah keterlibatan dan perlibatan anggota keluarga atau golongan dalam memecahkan setiap masalah mengukuhkan bahwa mentalitas masyarakat Indonesia yang komunalistik, tidak hanya dalam hal positif, tapi juga dalam hal melanggar hukum. Sedangkan Pada tatanan konsep ideologi yang timbul dari bentuk mitos, maka ideologi yang terkandung adalah: ideologi kapitalisme.
Kesimpulan yang diperoleh, Tempo dalam karikatur sampulnya menampilkan kakak-beradik Tiga Mallarangeng yang sedang memegang hasil tangkapan berupa uang sebagai simbol kekompakan mereka dalam melakukan tindakan korupsi bersama dalam kasus skandal Hambalang.
v
ABSTRACT
Achmad Zahid F.M, 210110080048, 2013. The title of this research is The Three Corrupt Brothers Representations in Caricature of Tempo Weekly News Magazine Cover in 17th-23th December, 2012 Edition. The first lecturer counselor is Drs. H. Dian Wardiana S, M.Si. and Pandan Yudhapramesti, S.Sos., MT. as counterpart. Majoring in Jurnalism, Communication Faculty, Padjadjaran University, Bandung.
The aim of this research is to know the meaning donotation, connotation, myth, and ideology reach related to caricature of cover Tempo Weekly News Magazine Cover “Tiga Mallarangeng”. The method in this research is kualitative method, with Roland Barthes semiotic analysis technique. Data are collected through books reference and documentations.
The results show that the Tempo’s caricature cover in 17th-23th December, 2012 edition have denotation meaning the smiling three man that standing on boat with fishing tools all around. Two of that three man is holding a huge 100 dollar. And the other one is hanging a small brown bag with poundsterling logo and the position is more behind than two others. This caricature has a background of a blue sea and vast sky. The title of this caricature is “Tiga
Mallarangeng”.
The result connotation which produce is the family that consist three brothers Andi, Rizal, and Choel hobbies to corruption and helping one and others to make the hobbies came true.
Meanwhile the myth that came up is wrappeding family or group for resolving problems distinction that mentality of Indonesian is comunalistic people, not a just in positive case, but also in breaking the law. While the ideology that carried by shape of myth is capitalism.
The conclusion is Tempo’s caricature showing three Mallarangeng brothers while holding the money as the fishing catch is representation of solidarited symbol in corruption scandal at Hambalang.