• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaler, S.J. bagi karya katekese di lingkungan Santo Thomas Rasul, wilayah Santa Lucia, Kalirejo, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaler, S.J. bagi karya katekese di lingkungan Santo Thomas Rasul, wilayah Santa Lucia, Kalirejo, Paroki Santa Theresia Lisieux Boro, Banjarasri, Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BABTIST PRENNTHALER, S.J. BAGI KARYA KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO THOMAS RASUL, WILAYAH SANTA LUCIA, KALIREJO, PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX, BORO, BANJARASRI, KALIBAWANG, KULON PROGO, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik. Oleh: Betti Ria Wardani NIM: 151124031. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada: Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Bunda Maria Orang tua tercinta, Risma Situmorang dan Michael Purwanto Kakak dan adik saya, Chresensia Apriliana Endang Purwaningrum dan Fransiskus Asisi Welly Riskartiawanto Dosen dan teman-teman Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik angkatan 2015. Yang terkasih, Tarsisius Indra Prasetyo Yang selalu setia memberikan dukungan dan doa demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi dan studi.. iv.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO “ engucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1Tes 5:18). “Tutup mulut atas pelayanan yang telah anda berikan, tapi bicarakan pertolongan yang telah anda terima.” (Seneca). v.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Judul skripsi PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BABTIST PRENNTHALER, S.J. BAGI KARYA KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO THOMAS RASUL, WILAYAH SANTA LUCIA KALIREJO, PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX BORO, BANJARASRI, KALIBAWANG, KULON PROGO, YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta di Lingkungan Santo Thomas Rasul yang memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat kegiatan lingkungan, anak-anak dan pemuda jarang terlibat karena berbagai kesibukan mereka. Anak-anak dan kaum muda juga beranggapan bahwa katekese tidak cocok untuk mereka. Dengan demikian, umat yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan lingkungan adalah mereka yang sudah lanjut usia. Selain itu keadaan sosial dan ekonomi umat di masyarakat juga masih jauh dari sejahtera. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui karyakarya misi Romo Prennthaler, S.J. dan pengaruhnya bagi katekese di Lingkungan St. Thomas Rasul. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif deskriptif. Oleh karena itu, observasi dan wawancara dengan umat dan pengurus Lingkungan Santo Thomas Rasul telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilakukan untuk memperoleh gasan-gagasan mengenai karyakarya misi Romo Prennthaler, S.J. serta pemahaman mengenai katekese. Hasil akhir menunjukkan bahwa karya-karya misi Romo Prennthaler, S.J. masih berpengaruh bagi katekese yang diperlukan untuk semua umat tanpa terkecuali, terutama dalam bidang sosial dan ekonomi. Kata-kata Kunci: Karya misi Romo Prennthaler, S.J., katekese, katekese sosial.. viii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. This undergraduate thesis entitled THE ROLE OF THE MISSION WORKS OF FATHER JOHANNES BABTIST PRENNTHALER, S.J. FOR CATECHESIS AT SAINT THOMAS THE APOSTLE’S LINGKUNGAN, SAINT LUCY’S WILAYAH, KALIREJO REGION, SAINT THERESE LISIEUX’S PARISH, BORO, BANJARASRI, KALIBAWANG, KULON PROGO, YOGYAKARTA is chosen based on the facts: the youth and children are rarely involved in the catechesis, the youth also think that catechesis is not suitable for them, and only the elders are actively involved in the catechesis. Aside from all of this, the socioeconomics condition of the society at that place is still far from prosperous. The purpose of this undergraduate thesis is to find out the role of the mission works of Father Prennthaler, S.J. for the catechesis at Saint Thomas the Apostles’ Lingkungan. The method used in this research is descriptive qualitative. Therefore, observations and interviews with the people and the chairperson of St. Thomas the Apostle’s Lingkungan were carried out. In addition, literature studies were also conducted to obtain insights about the mission works of Father Prennthaler, S.J. and understanding of catechesis. The final result shows that the mission works of Father Prennthaler, S.J. still has influence on the catechesis at Saint Thomas the Apostle’s Lingkungan, especially catechesis which discusses the problems of humanity and society in the social and economic fields.. Keywords: The mission works of Father Prennthaler S.J., catechesis, social catechesis.. ix.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………...... ii. HALAMAN PENGESAHAN………………………………………......... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv. HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………. vi. PERSETUJUAN PUBLIKASI………………………………………….... vii. ABSTRAK………………………………………………………………... viii. ABSTRACT……………………………………………………................... ix. KATA PENGANTAR……………………………………………………. x. DAFTAR ISI…………………………………………………………….... xiii. DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………. xvii. BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………... 1. A. Latar Belakang Masalah………………………………………...... 1. B. Identifikasi Masalah…………………………………………….... 4. C. Batasan Masalah…………………………………………………. 5. D. Rumusan Masalah..………………………………………………. 5. E. Tujuan Penulisan Skripsi……………………………………….... 5. F. Manfaat Penulisan Skripsi……………………………………….. 5. G. Metode Penulisan Skripsi………………………………………... 6. H. Sistematika Penulisan Skripsi………………………………….... 7. BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………. 9. A. KAJIAN PUSTAKA……………………………………………. 9. xiii.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. Gambaran Umum Paroki Santa Theresia Lisieux, Boro……... 9. 2. Tujuan Romo J.B Prennthaler, S.J. dalam Menanamkan dan Mengembangkan Iman Kristiani……………………………... 11. 3. Motivasi Romo Prennthaler, S.J Melayani Keselamatan/Kesejahteraan Rakyat Miskin…………………. 13. 4. Karya Pelayanan Romo Prennthaler, S.J…………………….. 13. a. Karya Pastoral Bruder FIC……………………………….. 14. b. Karya Pelayanan Suster OSF……………………………... 16. 5. Pemahaman Mengenai Katekese…………………………….. 18. a. Pengertian Katekese………………………………………. 18. b. Tujuan Katekese………………………………………….. 18. c. Bentuk Katekese………………………………………….. 18. d. Katekese Sosial: Metode Katekese Umat Dengan Pendekatan Analisis Sosial………………………………. 19. 1) Katekese Sosial………………………………………. 19. 2) Pengertian Analisis Sosial……………………………. 21. 3) Makna Analisis Sosial………………………………. 21. B. Hasil Penelitian yang Relevan………………………………... 22. C. Fokus Penelitian………………………………………………. 22. BAB III. METODE PENELITIAN………………………………………. 23. A. Latar Belakang Penelitian…………………………………….. 23. B. Rumusan Permasalahan………………………………………. 24. C. Tujuan Penelitian……………………………………………... 24. D. Jenis Penelitian………………………………………….......... 24. E. Metode Penelitian……………………………………….......... 25. F. Pengumpulan Data……………………………………………. 25. xiv.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. G. Analisis Data…………………………………………….......... 26. H. Validasi Data…………………………………………….......... 27. I. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….... 27. J. Partisipan Penelitian…………………………………….......... 27. K. Fokus Penelitian………………………………………............. 27. L. Instrumen Penelitian…………………………………….......... 28. M. Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian…………………. 30. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….... 31. A. Deskripsi Data……………………………………………….... 31. B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………. 32. 1. Hasil Obeservasi………………………………………….. 32. 2. Hasil Wawancara Dengan Warga Lingkungan………….... 34. C. Peranan Karya Misi Romo Johannes Baptist Prennthaler S.J. bagi Karya Katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia Kalirejo, Paroki Santa Maria Lisieux Boro ………………………………………………………….. 41. D. Rangkuman………………………………………………….... 48. E. Contoh Katekese Sosial………………………………………. 51. BAB V. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………... 65. A. Simpulan…………………………………………………….... 65. B. Saran………………………………………………………….. 68. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 70. LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian. (1). Lampiran 2: Wawancara. (2). Lampiran 3: Teks Lagu “Kasih Yang Sempurna” xv. (30).

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 4: Teks Lagu “Tuhan Dikau Naungan Hidupku” MB 378. xvi. (31).

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A.. Singkatan Kitab Suci. Kis. : Kisah Para Rasul. Mat. : Matius. Mrk. : Markus. Tim. : Timotius. Yoh. : Yohanes. B.. Singkatan Dokumen Gereja. CT : Cathecesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Suka Cita Injili, 24 Oktober 2013.. C. Singkatan-Singkatan Lain AMDG. : Ad Maiorem Dei Gloriam. APP. : Aksi Puasa Pembangunan. DKP KAS. : Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. Ed. : Editor. Pa. : Partisipan. Pe. : Penanya xvii.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Rm. : Romo. SD. : Sekolah Dasar. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. SMA. : Sekolah Menengah Atas. SMK. : Sekolah Menengah Kejuruan. St. : Santo/Santa. xviii.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Madya Utama (Ed.) (2018:vi) katekese (Yunani: katechein – menggemakan) mengacu pada pengajaran lisan untuk menyampaikan semua yang telah diterima di dalam dan melalui Yesus Kristus, yakni keselamatan Allah. Katekese juga diartikan sebagai tindakan “mengajarkan” Jalan Tuhan, yakni Yesus Kristus (Kis. 18:25). Sinode para Uskup sedunia pada 1977 memahami katekese sebagai kata-kata, kenangan, dan kesaksian yang berkisah tentang Allah yang melaksanakan karya penyelamatan-Nya melalui dan dalam diri Yesus Kristus. Sementara itu, Paus Yohanes Paulus II mengatajan bahwa “Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT, art. 18). Semua umat tanpa kenal usia membutuhkan katekese untuk perkembangan iman dan pembaruan hidupnya. Karena perkembangan iman berlangsung seumur hidup, umat juga membutuhkan katekese permanen yaitu pembinaan dan pendidikan iman yang juga berlangsung secara terus menerus. Dalam sinode para uskup 1977 yang mengambil tema anak-anak dan orang muda dituliskan bahwa mereka merupakan bagian utama untuk masa depan Gereja. Jika anak-anak dan.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. orang muda tidak peduli akan pentingnya katekese maka Kerajaan Allah belum terwujud. Seringkali mereka menganggap katekese hanya untuk orang-orang tua, tidak cocok untuk anak-anak dan orang muda. Mereka memahami bahwa katekese yang dibahas hanya melulu mengenai Kitab Suci, sehingga mereka tidak tertarik. Dengan demikian Gereja harus benar-benar memberi perhatian yang lebih bagi mereka. Tujuan pokok katekese adalah membantu umat agar semakin mengenali, mengasihi, dan mengikuti Yesus dalam kehidupan sehari-hari melalui pergulatan hidupnya. Tujuan utama katekese “bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk masuk dalam persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya” (CT, art. 5). Persekutuan yang mesra dengan Yesus memampukan umat untuk memiliki iman yang kokoh dan mendalam. Iman yang demikian ini menjadi inspirasi umat untuk memberikan kesaksian hidupnya di tengah-tengah kenyataan hidup sehari-hari melalui berbagai bentuk kepedulian dan pelayanan. Paroki St. Theresia Lisieux, Boro, terletak di kaki bukit Menoreh dan berdiri berkat kebaikan sang misionaris yang berkebangsaan Jerman, asal Tirol, Austria, yaitu Rm. Johannes Babtist Prennthaler, S.J. Romo Prennthaler memutuskan untuk tidak berkarya di Siria dan beliau memilih berkarya misi di pulau Jawa. Entah apa yang membuat Rm. Prennthaler sangat bersemangat untuk berkarya misi di pulau Jawa. Dalam perutusan misi yang dilakukan di pulau Jawa, khususnya di Perbukitan Menoreh, Rm. Prennthaler menemukan banyak sekali.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. tantangan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya, namun ia tetap bersemangat untuk melayani, karena beliau ingin umat di Paroki Boro sungguh dapat merasakan Kerajaan Allah dalam kehidupan mereka. Di puncak bukit itu juga lahir sebuah Stasi yang menjadi bukti cinta akan Kristus. Stasi kecil yang letaknya terpencil jauh dari keramaian kota itu bernama “Stasi Kalirejo.” Kalirejo hanyalah sebuah nama dusun yang berada di Wilayah Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam buku 90 Tahun Gereja Santa Theresia Lisieux Boro (2017:30) dikatakan bahwa Romo Johannes Baptist Prennthaler, S.J. merupakan perintis berkembangnya iman Katolik Wilayah Kalirejo. Beliau telah meletakkan dasar-dasar kehidupan umat beriman di Wilayah Kalirejo. Jalur-jalur perjalanan Rm. Prennthaler, S.J. yang sedemikian luas telah menggambarkan betapa luasnya iman Kristiani yang ditawarkan dan diberikan, juga menampakkan betapa gigihnya sang perintis dalam membumikan iman Kristiani itu. Namun dengan berjalannya waktu, banyak remaja, dan keluarga muda yang jarang terlibat dalam kegiatan Gereja maupun di Lingkungan karena setelah lulus dari SMK/SMA mereka bekerja di kota, sehingga waktu mereka banyak untuk melakukan pekerjaan. Mereka juga beranggapan bahwa katekese tidak cocok untuk mereka yang masih muda. Dalam Putranto dkk (Eds.) (2016:10) dikatakan bahwa Gereja menekankan keterlibatan dan partisipasi awam bersama hirerki Gereja dan para klerus dalam melaksanakan pewartaan Injil. Gereja jug.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. harus menyadari potensi besar yang dimiliki kaum awam dalam pertumbuhan Gereja. Katekese yang sering digunakan di Paroki Boro adalah model katekese mengenai Kitab Suci, pengalaman hidup, dan ajaran Gereja. Sama seperti katekese di Wilayah Kalirejo khususnya di Lingkungan Santo Thomas Rasul. Pertemuan yang diawali dengan bacaan Kitab Suci kemudian mengupas isi dan makna yang ada dalam Kitab Suci, lalu lebih mendalami katekese dengan saling bertukar pengalaman dan menyesuaikannya dengan ajaran Gereja. Dengan melihat situasi nyata yang terjadi di Paroki Boro yang penulis amati, khususnya umat di Wilayah Kalirejo dan atas karya-karya serta keteladanan Romo Prennthaler, maka penulis tergerak untuk memberikan sumbangan pemikiran demi semakin berkembangnya Katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul. Oleh karena itu penulis mengambil judul PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BABTIST PRENNTHALER, S.J. BAGI KARYA KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO THOMAS RASUL, WILAYAH SANTA LUCIA KALIREJO, PAROKI SANTA THERESIA LISIEUX, BORO, BANJARASRI, KALIBAWANG, KULON PROGO, YOGYAKARTA. B. Identifikasi Masalah 1.. Umat mengabaikan pentingnya katekese yang merupakan upaya dalam mengembangkan iman.. 2.. Remaja dan kaum muda tidak memahami bahwa katekese merupakan tanggung jawab semua umat tanpa melihat usia..

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. 3.. Umat, khususnya remaja, dan keluarga muda, jarang aktif di dalam kegiatan menggereja.. 4.. Keadaan sosial-ekonomi umat dan masyarakat di Kalirejo yang masih jauh dari sejahtera.. C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penyusunan skripsi ini adalah karya-karya Rm. Prennthaler, S.J. dan katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia, Kalirejo. D. Rumusan Masalah Bagaimana peranan karya-karya Romo Prennthaler, S.J. khususnya di bidang sosial ekonomi, bagi katekese umat di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia, Kalirejo? E. Tujuan Penulisan Skripsi Mengetahui peranan karya misi Romo Johannes Baptist Prennthaler, S.J. khususnya di bidang sosial ekonomi bagi Katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia, Kalirejo. F. Manfaat Penulisan Skripsi Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan tugas akhir yang berjudul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BABTIST PRENNTHALER, S.J. BAGI KARYA KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO THOMAS RASUL, WILAYAH SANTA. LUCIA,. KALIREJO,. PAROKI. SANTA.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. THERESIA LISIEUX, BORO, BANJARASRI, KALIBAWANG KULON PROGO, YOGYAKARTA” adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan pemahaman karya-karya Rm. Prennthaler, S.J. dan pengaruhnya terhadap kegiatan-kegiatan katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia, Kalirejo. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Gereja Pimpinan Paroki mengetahui peranan karya misi Rm. Prennthaler, S.J. dan apa saja pengaruhnya terhadap katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia, Kalirejo. b. Bagi Umat Umat mengetahui bahwa katekese yang dibutuhkan di lingkungan terutama adalah katekese sosial bagi hidup dan perkembangan iman Gereja sehingga Kerajaan Allah dapat terwujud. G. Metode Penulisan Skripsi Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni, dan juga dapat disebut dengan metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan (Sugiyono 2018:7)..

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut 1.. Bagian Awal Bagian awal penulisan skripsi terdiri atas halaman muka, lembar. pengesahan, kata pengantar, dan daftar isi. 2.. Bagian Isi Bagian isi terdiri dari lima bab yaitu pendahuluan, landasan teori, metode. penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup. Bab I merupakan pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi maslah, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II membicarakan landasan teori yang terdiri dari 3 bagian : Kajian pustaka mencakup gambaran umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro, tujuan JB. Prennthaler S.J. dalam menamankan dan mengembangkan iman Kristiani, motivasi Rm. Prennthaler S.j. bagi kesejahteraan rakyat miskin, karya pelayanan Rm Prenthaler S.j. dan pemahaman mengenai katekese. Hasil penelitian yang relevan menyebutkan sebuah skripsi yang ditulis oleh Agustinus Dwi Riyanto. Fokus penelitian dipusatkan pada karya misi Rm. Prennthaler dan dampaknya bagi katekese di Lingkungan St. Tomas Rasul Kalirejo.pembahasan Paroki Santa Theresia Lisieux, Boro, Romo Prennthaler, S.J. serta karya-karya Romo Prennthaler, pemahaman katekese, dan katekese sosial..

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Bab III menyajikan metode penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, pengumpulan data, analisis data, validasi data, partisipan penelitian, fokus penelitian, penyajian dan pembahasan hasil penelitian. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang mencakup deskripsi data, peranan karya misi Romo Johannes Babtist S.J. bagi karya katekese di Lingkungan St Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia Kalirejo, Paroki St. Theresia Lisieux Boro, rangkuman, dan contoh katekese sosial. Bab V merupakan penutup yang terdiri dari simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dari keseluruhan skripsi dan memberikan saran untuk mengembangkan iman yang mendalam dan tangguh, semakin mengenali, mengasihi, mengikuti Yesus, dan dapat meneladani Romo Prennthaler. 3. Bagian Akhir Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka yang digunakan untuk kajian pustaka serta memecahkan permasalahan dan sebagai bukti pelengkap penyusunan skripsi..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Gambaran Umum Paroki St. Theresia Lisieux Boro Dalam 90 Tahun Gereja Boro (2017:7-8) dituliskan bahwa Paroki St. Theresia Lisieux, Boro, merupakan Gereja yang berdiri di lereng Bukit Menoreh yang berlokasi di Desa Boro, Kecamatan Kalibawang. Berkat jerih payah para misionaris terbukti mampu menumbuhkan komunitas jemaat Katolik yang sekarang mencapai 6.130 orang. Masuknya agama Katolik ke wilayah Boro diawali dengan hadirnya Rm. F. van Lith, S.J. sebagai perintis Misi Gereja Katolik di Jawa. Pewartaan Injil Yesus Kristus yang dilakukan oleh Rm. van Lith, S.J. telah menumbuhkan iman kepercayaan dan niat 4 orang umat Katolik di wilayah Kalibawang untuk menerima sakramen babtis pada 20 Mei 1904. Mereka adalah Bapak Yokanan Soerawidjaya, Bapak Loekas Soeratirto, Bapak Markoes Soekadrana, dan Bapak Barnabas Sarikrama. Empat orang yang telah dibabtis ini secara aktif mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah dan mengajak banyak umat untuk beriman kepada Yesus Kristus di wilayah Kalibawang dan sekitarnya, sehingga pada 14 Desember 1904 Rm. van Lith, S.J. dengan penuh sukacita membabtis sebanyak 171 orang untuk menjadi bagian dari Gereja Katolik di Sendang Sono (sekarang dikenal sebagai Goa Maria Lourdes Sendang Sono)..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Dengan berkembangnya iman Katolik di wilayah Kalibawang yang begitu pesat, maka pada 1914 Pimpinan Misi mengutus Rm. L. Groenewegen, S.J. untuk mendirikan Sekolah Rakyat yang berfungsi sebagai tempat belajar sederhana sekaligus gereja, tempat untuk merayakan Ekaristi pada hari Minggu di wilayah Plasa, Paroki Mendut. Lima tahun kemudian, wilayah Kalibawang sudah memiliki Stasi dan beberapa anak Stasi, termasuk Boro. Karena jumlah umat Katolik di Kalibawang semakin bertambah banyak, Rm. Johannes Babtist Pennthaler, S.J. yang bertugas melayani umat di Paroki Mendut, memberi perhatian lebih dengan secara teratur mengadakan kunjungan di Wilayah Boro. Pada 1927 Rm. Prennthaler, S.J. mengadakan perayaan Ekaristi di Boro dengan jumlah umat lima orang. Hal ini yang kemudian dicatat sebagai cikal bakal kehidupan menggereja dan dijadikan tahun kelahiran Paroki Boro. Pada saat peringatan 25 tahun Pembabtisan di Sendang Sono, ketika dimulainya pembangunan Goa Maria Lourdes, Rm. Prennthaler, S.J. juga mengupayakan adanya lonceng-lonceng di setiap desa di Boro untuk membangun kebiasaan Doa Angelus – Devosi kepada Bunda Maria. Seiring dengan berjalannya waktu, semangat kasih dan pelayanan Rm. Prennthaler, S.J. di Perbukitan Menoreh kian tumbuh dan cinta beliau pada umatnya ditunjukkan dengan keputusan untuk tinggal di wilayah Boro pada 24 April 1930. Misi pewartaan dan penyebaran agama Katolik yang dilakukan oleh Rm. Prennthaler, S.J. bersama para katekis membuahkan hasil. Pada akhir 1930 jumlah umat di wilayah Kalibawang mencapai sekitar 1.360 orang. Hal ini membuat Rm. Pernnthaler, S.J. berusaha untuk segera membangun gereja dan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. pada 31 Agustus 1931 telah diresmikan oleh Rm. Jos van Baal, S.J. dengan nama Santa Theresia Lisieux (Theresia dari Kanak-Kanak Yesus). Setelah jumlah umat Katolik di Paroki Boro semakin bertambah, misi Gereja juga dikembangkan oleh Romo Prennthaler, S.J. untuk menyejahterakan seluruh umat. Dengan didukung para Bruder FIC dan para Suster OSF, Romo Prennthaler, S.J. mulai membangun sarana-prasarana. Dalam bidang pendidikan dengan mendirikan Taman KanakKanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama. Dalam bidang sosial dengan membangun Panti Asuhan. Dalam bidang kesehatan dengan membangun Rumah Sakit. Dan dalam bidang ekonomi dengan membangun pabrik tenun tradisional dan pabrik sabun. Seiring berjalannya waktu, Paroki Boro semakin berkembang. Pada 1936 Rm. Prennthaler, S.J. dipindah untuk bertugas di Rawaseneng. Pada 1942 atau 6 tahun kemudian Rm. Johannes Babtist Prennthaler, S.J. kembali berkarya di Paroki St. Theresia Lisieux Boro. Kegemaran Rm. Prennthaler, S.J. berjalan kaki ke Lingkungan-Lingkungan untuk mewartakan Kabar Gembira Injil di sekitar Perbukitan Menoreh membuat beliau dikenal sebagai Rasul Agung Pejalan Kaki. Namun perjalanan tersebut menimbulkan rasa kelelahan dan melemahnya daya tahan tubuh sehingga beliau akhirnya wafat pada 28 April 1946 dan dimakamkan di Boro. 2. Tujuan Romo J.B. Prennthaler, Mengembangkan Iman Kristiani. S.J.. dalam. Menanamkan. dan. Menurut Hardawiryana (2002:65) semboyan hidup sehari-hari menurut spiritualitas Ignasian ialah “Ad Maiorem Dei Gloriam”, disingkat A.M.D.G.,.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. yang mempunyai arti demi makin besarnya kemuliaan Allah. Kadang secara konkret ditambahkan “et pro salute animarum”, artinya demi keselamatan jiwajiwa. Pasti semboyan itu selalu berkumandang dari lubuk suara hati Romo Prennthaler. Pewartaan iman Kristiani dapat menyentuh hati rakyat Jawa. Dari pemantauan yang dilakukan sekitar tahun 1945 menunjukkan bahwa di Jawa Tengah sedang berkembang umat Katolik, yang jiwa semangatnya tampak lestari dan mantab menanggulangi revolusi dan perang. Berkat bimbingan para misionaris dalam negeri maupun luar negeri sekelompok umat penuh keyakinan menghayati serta memberikan kesaksian akan iman mereka, sementara menjunjung tinggi aspirasi-aspirasi mereka. Menurut Hardawiryana (2002:66) tujuan utama seluruh karya missioner Romo Prennthaler, melalui segala ranah kegiatannya, adalah mengentaskan rakyat yang miskin dan juga yang masih jauh dari sejahtera lahir-batin agar mereka mengimani, menyadari, dan menyakini karya kemurahan hati Allah Bapa, yang “begitu besar kasih-Nya akan dunia ini, sehingga Ia telah mengurniakan PutraNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Menurut Hardawiryana (2002:67) pada 1930 Romo Prennthaler, S.J. mengintensifkan gerakan bersama untuk mempribumikan iman Kristiani di tengah rakyat Jawa, khususnya di Boro/Banjarasri untuk mendukung pertambahan jumlah umat dengan adanya kurang lebih seratus umat katekumen, anak-anak sekolah tidak dihitung, dengan melontarkan gagasan membelikan seperangkat gamelan yang lumayan baik. Guru-guru menampilkan sikap antusias, apalagi.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. gamelan tersebut sudah dapat digunakan pada Hari Raya Natal, guna menyebarluaskan seluruh proses inkulturasi iman secara populer. 3.. Motivasi Romo Prennthaler, S.J. melayani keselamatan/Kesejahteraan Rakyat Miskin Menurut Hardawiryana (2002:70-71) pada dasarnya semua surat Romo. Prennthaler ditulis bermotivasikan semboyan Yesuit “A.M.D.G.” (Ad Maioram Dei Gloriam). Itupun untuk mendukung seluruh Misi, jadi sedikitpun tanpa kepentingan atau keuntungan sendiri. Motivasi Romo Pennthaler yang begitu konkret, yaitu menyayangi Kanak-kanak Yesus yang miskin dan terbaring di palungan. Alasannya karena “Apapun yang demi nama-Ku kaubuat bagi anakanak kecil ini, itu kaubuat bagi-Ku”. Sebenarnya yang mendesak sekali bukan hanya pendidikan melalui persekolahan, tetapi juga pelayanan kesehatan di kalangan rakyat yang kurang mampu, yang masih serba terbelakang. Kondisi fisik anak-anak, terutama mereka yang bersekolah dan tinggal di asrama para Suster di Mendut menampilkan betapa kurangnya kasejahteraan bagi anak-anak tersebut. Romo Prennthaler menilai bahwa karya misi tidak hanya mengenai pengajaran saja melainkan harus bekerja sama dengan para katekis dan pelayan kesehatan. 4. Karya Pelayanan Romo Prennthaler, S.J. Ucapan rasa syukur yang tak terhingga terlantun kepada Allah karena Ia telah mengutus salah satu Rasul Agungnya, Romo JB. Prennthaler S.J., ke tengah- tengah umat Katolik di Perbukitan Menoreh. Sampai sekarang buahbuah pastoral terus bertumbuh dan berkembang. Hal itu dapat dilihat antara lain dalam. Karya. Pastoral. para. Bruder. FIC. dan. para. suster. OSF.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. a. Karya Pastoral Bruder FIC Dalam Jejak Langkah Sang Rasul Agung (2018:6) Kehadiran Kongregasi Bruder FIC di tengah-tengah umat paroki Boro tidak lepas dari pelayanan Misi Gereja yang dirintis Romo Prennthaler. Karena beliau memerlukan tenaga pelayan yang lebih banyak, Romo Prennthaler bahkan rela pergi ke Eropa pada 1935 untuk meminta izin langsung dari Dewan Pimpinan Pusat Bruder FIC di Maastricht. Romo Prennthaler akhirnya bertemu dengan Br. Christianus (Pemimpin Bruder FIC). Br. Christianus berjanji akan mendirikan Rumah Bruder di Boro, dan hal itu terwujud pada 1937. Usaha Romo Prennthaler akhirnya terwujud. Pemberkatan sekaligus peletakan batu pertama pembangunan Rumah Bruder FIC di Boro dilakukan oleh Romo C. Teppema S.J. Sebuah Rumah Bruder FIC dengan fasilitas yang sederhana selesai dibangun pada 7 Agustus 1938 dan diresmikan oleh Mgr. Willekens. Setelah pembangunan itu banyak bruder yang datang ke Boro untuk mengembangkan karya pelayanan misi Gereja Katolik. Berikut ini beberapa tempat pelayanan yang sampai sekarang masih dikelola oleh para Bruder FIC di paroki. 1) Panti Asuhan Sancta Maria Boro (Karya Bidang Sosial) Pada awal berdirinya Panti Asuhan Sancta Maria dikelola oleh seorang guru bernama Bapak Martodiharjo. Setelah para Bruder FIC mulai menempati Rumah Bruder di Boro, Romo Prennthaler mengajukan permohonan agar para Bruder mau mengelola Panti Asuhan tersebut. Tujuan utama didirikannya Panti Asuhan Sancta Maria adalah membantu, mendidik, dan memupuk kemandirian.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. anak yatim piatu, serta anak terlantar. Dengan mengutamakan pertolongan kepada anak-anak yang terlantar, para Bruder ingin memberdayakan kaum lemah, miskin, berkekurangan, dan tersingkir agar bisa mengalami cinta kasih dan pembebasan dari penderitaan [Budi Kurniawan (Ed), 2018:6-7]. 2) SD dan SMP Yayasan Pangudi Luhur (Karya Bidang Pendidikan) Pada 1928 gedung Sekolah Rakyat selesai dibangun dan kemudian dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar. Tepat 28 tahun kemudian, pada 1956 Yayasan Kanisius menyerahkan Sekolah Rakyat kepada Yayasan Pangudi Luhur milik para bruder FIC. Di bawah pengelolaan para Bruder FIC, Sekolah Rakyat itu terus berkembang dan berubah menjadi Sekolah Dasar dengan pendidikan 6 tahun. Kelanjutan misi Gereja di bidang pendidikan yang dirintis Romo Prennthaler bersama para Bruder FIC diwujudkan dengan membangun SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang yang didirikan oleh Br. Otto de Bruins pada 1 Agustus 1955 [Budi Kurniawan (Ed), 2018:8]. 3) Pertenunan Sancta Maria Boro dan Usaha Bersama Tenun Mumbul (Karya Bidang Ekonomi) Budi Kurniawan (Ed.) (2018:9-10) mengatakan bahwa dalam rangka memajukan perekonomian di paroki Boro, Romo Prennthaler bersama kongregasi Bruder FIC membangun usaha pertenunan dan pabrik sabun pada 1950. Untuk memulai usaha tersebut, Kongregasi mengutus Br. Josue untuk mengikuti kursus kilat alat tenun mesin. Sekembalinya ke Boro, Br. Josue harus menyesuaikan dan mengamati lagi bagaimana cara kerja tenun di Boro karena alat tenun yang ada adalah alat tenun tradisional bukan alat tenun mesin. Kekhasan produksi tenun di.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. Boro adalah motif kotak-kotaknya yang biasa digunakan sejumlah sekolah swasta untuk seragam sekolah. b. Karya Pelayanan Suster OSF Dalam Jejak Langkah Sang Rasul Agung (2018:10) dituliskan bahwa selain para Bruder FIC, komunitas lain yang berkarya di paroki Boro adalah para suster Fransiskanes (Ordo Santo Fransiskus) dari Semarang, Jawa Tengah. Para Suster memulai karya pelayanan pada 15 Desember 1930. Sesampainya di Boro, mereka menilai bahwa pelayanan kesehatan sangat diperlukan di Boro. Di kemudian hari, para suster OSF membangun sekolah di bawah naungan Yayasan Marsudirini, Panti Asuhan Brayat Pinuji, dan Panti Wreda (Panti Jompo) Santa Monika. 1) Rumah Sakit Santo Yusup Boro (Karya Bidang Kesehatan) Dalam Budi Kurniawan (2018:11) dikatakan bahwa rumah Sakit Sustersuster OSF yang dibangun pada 15 Desember 1930 diberi nama Rumah Sakit Santo Yusup, Boro. Rumah Sakit ini semakin ramai karena pelayanan yang baik. Rumah Sakit ini juga memberikan pengobatan secara gratis bagi pasien yang benar-benar berkerurangan dan tidak memiliki dana untuk membayar biaya pengobatan. Rumah Sakit Santo Yusup Boro dipimpin oleh dr. Clara selaku Direktur Utama bersama Sr. Antoanet, OSF. Meski jumlah pasien yang sudah tidak banyak seperti dulu, namun rumah sakit ini masih aktif melayani pasien sampai sekarang..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. 2) Panti Asuhan Brayat Pinuji Boro (Karya Bidang Sosial) Pada 1932 Sr. Aufrida, OSF dan Romo Prennthaler memiliki ide menyediakan membutuhkan. tempat. khusus. perawatan. bagi. kesehatan. anak-anak dan. perempuan. pendidikan.. yang. Mereka. sangat akhirnya. menciptakan sebuah Panti Asuhan yang bernama Panti Asuhan Brayat Pinuji sebagai. tempat. untuk. menampung. anak-anak. terlantar. sekaligus. menyekolahkannya hingga tamat SD. Di kemudian hari banyak donatur yang menyumbangkan keperluankeperluan anak-anak tersebut: bantuan dana, pakaian, alat tulis, keperluan sekolah, dan bahan makanan. Seiring berjalannya waktu, karena banyak donatur yang menyumbangkan berbagai keperluan anak-anak tersebut, maka Panti Asuhan dapat menyekolahkan hingga tamat SMP dan SMA/SMK. Bahkan banyak dari anak-anak panti tersebut yang berprestasi dan berkelakuan baik juga diberi kesempatan untuk kuliah [Budi Kurniawan (Ed), 2018:12]. 3) TK Santa Theresia Boro dan SD Marsudirini Boro (Karya Bidang Pendidikan) Kehadiran TK Santa Theresia sangat membantu orangtua dalam mendidik dan memberi tambahan pengetahuan dasar ilmu pengetahuan, ilmu sosial, moral kehidupan sehari-hari dan moral agama anak. Demi kelanjutan pendidikan setelah Taman Kanak-kanak, pada 19 Februari 1931 Sr. M. Dominika, OSF juga mendirikan Volkschool (Sekolah Dasar yang hanya berlangsung selama 3 tahun) di Kanoman Dekso, Vervolschool (Sekolah Dasar yang berlangsung selama kelas 5) Putra di Samigaluh, dan di Boro (termasuk SD Marsudirini Boro) [Budi.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. Kurniawan (Ed), 2018:13-14]. 5. Pemahaman Mengenai Katekese a.. Pengertian Katekese Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan Injil yang diamanatkan oleh. Yesus Kristus (Mat 28:19-20; Mrk 16:15). Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, khususnya menyangkut ajaran Katolik yang pada umumnya diberikan secara sistematis, yang bermaksud mengantar pendengar memasuki kepenuhan hidup secara Katolik (CT 18). Katekese yang otentik seluruhnya berpusat pada Kristus (CT 5). b.. Tujuan Katekese Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman. yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua (CT, art. 20). c.. Bentuk Katekese. Menurut Marinus Telaumbanua (2005:5) katekese dapat dibedakan menjadi tiga bentuk: 1). Bentuk Praktis. Bentuk ini mengarahkan peserta katekese untuk giat dan rajin dalam mempraktekkan kehidupan agamanya, seperti rajin beribadah, rajin berdoa, mengikuti Perayaan Ekaristi, mengenal masa-masa liturgis, segala sarana dan peralatannya..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. 2). Bentuk Historis. Bentuk ini memperdalam pengenalan umat akan penyelamatan yang dilakukan Allah, yang ada dalam Perjanjian Lama dan dalam Perjanjian Baru. 3). Bentuk Sistematis. Bentuk ini menyajikan kepada umat ajaran teologis dan ajaran dogmatis yang tersusun secara sistematis, singkat, dan padat. d. Katekese Sosial Sebagai Katekese Umat dengan Pendekatan Analisis Sosial 1) Katekese Sosial Menurut Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:182-184) Gereja semula merupakan situasi sosiologis dalam perkembangannya Gereja menjadi persekutuan umat beriman di sini Yesus menjadi Gereja sebagai persekutuan umat beriman. Dalam Gereja tersebut terdapat komunikasi, kesaksian, dan gerakan yang didasarkan pada iman Yesus Kristus. Di sini Yesus menjadi pusat kehidupan Gereja dan keprihatinan pokok karya-Nya akan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah simbol relasional antara Allah dan manusia; artinya, Allah hadir memberikan diri-nya untuk menyelamatkan manusia dan manusia mengalami suasana yang diterima oleh Allah. Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja demi keselamatan manusia, khususnya bagi orang yang sangat menderita. Kerajaan Allah menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Melalui kegiatan Pastoralnya Gereja mewujudkan kesatuannya dengan Yesus Kristus dengan persaudaraan, pewartaan, perayaan, dan pelayanan. Dengan.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. cara itu semua diharapkan agar tercipta suatu dunia dan masyarakat yang lebih manusiawi, lebih adil, dan merdeka Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:183). Gambaran Kerajaan Allah seperti di atas memerlukan Katekese Sosial, yaitu suatu usaha berkatekese yang berpangkal pada pengalaman dan membantu penghayatan iman dalam konteks itu. Katekese Sosial sangat diperlukan karena penghayatan iman Kristiani selalu terjadi dalam situasi konkret. Katekese sosial harus mempunyai tiga ciri penting. Ciri yang pertama terbuka terhadap analisis hidup nyata dari Gereja dan masyarakat, agar penghayatan iman sungguh terbuka dalam realitas hidup nyata. Kedua, mampu bekerja sama dalam lintas bidang ilmu pengetahuan lain agar hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ketiga, mampu berdialog dengan tradisi Kristiani, yakni tradisi yang dilandaskan pada Yesus Kristus dan segala sesuatu yang menampilkan iman akan Yesus Kristus. Maka, apa yang disampaikan melalui Katekese Sosial bukan hanya mengenai ibadat, sakramen, dan segi-segi adikodrati, melainkan juga suatu cara memandang dan bersikap menyeluruh yang menjangkau semua segi kehidupan, terutama kehidupan dalam masyarakat dengan segala penderitaan, strukturstrukturnya, dan kehidupan sosial dalam suatu lingkungan. Pemahaman seperti itu mempunyai konsekuensi tidak menerima penderitaan orang lain sejauh hal itu dapat dicegah: segala ketidakadilan, perkosaan, eksploitasi alam, penindasan, dan proses-proses masyarakat yang bertentangan dengan martabat manusia Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:183-184)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Katekese sosial perlu terbuka dan bersikap kritis terhadap ketidakadilan yang terjadi disekeliling kita. Karenanya, katekese sosial membutuhkan Analisis Sosial. 2) Pengertian Analisis Sosial Menurut Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:184-185) Analisis Sosial (Ansos) adalah suatu usaha mempelajari struktur sosial yang ada, mendalami mengenai institusi ekonomi, politik, agama, budaya, dan keluarga sehingga kita tahu sejauh mana dan bagaimana institusi-institusi tersebut menyebabkan ketidakadilan sosial. Dengan mempelajari institusi-institusi tersebut, kita akan mampu melihat masalah sosial yang ada dalam konteksnya yang lebih luas. Jika kita berhasil melihat suatu masalah sosial yang hendak kita pecahkan dalam konteks, maka kita juga dapat menemukan aksi yang lebih tepat, yang diharapkan dapat menyembuhkan penyebab terdalam dari masalah tersebut. Dengan melihat uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ansos adalah suatu usaha yang merupakan bagian penting untuk menegakkan keadilan sosial. 3) Makna Analisis Sosial Menurut Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:185-186) dalam suatu karya katekese Ansos hanyalah alat bantu. Sebagai instrumen atau alat bantu Ansos biasanya diawali dengan observasi. Dalam observasi gejala dan akar masalahnya harus dibedakan. Perbedaannya tergantung pada visi seseorang. Melalui Ansos, kita berjumpa dengan berbagai macam permasalahan sosial. Oleh karena itu, perlu disederhanakan dengan melakukan langkah-langkah kecil yang.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. berpengaruh dalam mengambil keputusan. Melalui Ansos kita akan menemukan nilai-nilai tertentu dalam masyarakat dan kemungkinan dapat terbebaskan dari belenggu masalah. B. Hasil Penelitian yang Relevan Sejauh pengamatan penulis penelitian yang relevan dengan tema skripsi yang penulis buat adalah Skripsi yang telah ditulis oleh Agustinus Dwi Riyanto dengan judul “PERANAN KARYA MISI ROMO JOHANNES BAPTIST PRENNTHALER SJ TERHADAP UMAT PAROKI St. THERESIA LISIEUX PAROKI BORO, KOLUN PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM RELEVANSINYA MENGEMBANGKAN. IMAN. YANG CERDAS,. TANGGUH, DAN MSSIONER DI ZAMAN SEKARANG.” Skripsi ini berisi mengenai Formasio Iman berjenjang dan berkelanjutan sabagai upaya untuk membantu umat mengembangkan iman yang cerdas, tangguh, dan misioner.. C. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada karya-karya misi Romo Prennthaler untuk karya dan kegiatan katekese umat di Lingkungan Santo Thomas Rasul, wilayah St. Lucia, Kalirejo..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. BAB III METODE PENELITIAN. A. Latar Belakang Penelitian Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen. Pada umumnya katekese diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT 18). Tujuan khas katekese ialah mengembangkan iman dan dari hari ke hari semakin mekar menuju kepenuhannya serta semakin memantapkan hidup umat Kristen dari yang muda maupun yang tua (CT 20). Menurut Banyu Dewa dalam Madya Utama (Ed.) (2018:198) ketekese zaman sekarang tidak cukup hanya mengembangkan iman dan moralitas individual. Katekese juga perlu membangun komunitas alternatif yang humanis dan provetis. Katekese perlu membantu umat mengembangkan iman yang semakin terlibat dalam membangun masyarakat yang terbebas dari kekerasan dan ketidakadilan. Situasi masyarakat di Lingkungan Santo Thomas Rasul masih diwarnai oleh kehidupan sosial ekonomi yang jauh dari sejahtera padahal Romo Prennthaler di dalam karyanya sangat gigih dalam memerangi kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan bagi umat dan warga masyarakat yang dilayaninya sebagai tanda datangnya Kerajaan Allah. Berdasarkan situasi tersebut penulis.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. terdorong untuk mengadakan penelitian tentang peran karya Romo Prennthaler bagi karya katekese di Lingkungan St. Thomas Rasul. Dengan upaya ini penulis berharap bahwa umat di Lingkungan St. Thomas Rasul akan semakin terlibat dalam proses katekese yang menyadarkan mereka untuk mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-tengah lingkungan mereka. B. Rumusan Permasalahan Bagaimana peranan karya misi Romo Prennthaler, S.J. bagi katekese umat di Lingkungan dalam menghadapi situasi sosial ekonomi umat di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia, Kalirejo? C. Tujuan Penelitian a.. Mengetahui peranan karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaller, S.J. bagi katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia, Kalirejo dalam menghadapi permasalahan sosial ekonomi.. b.. Membantu umat untuk memperoleh pemahaman tentang Katekese Sosial.. D. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Peneliti menekankan peranan karya misi Rm. Prennthaler dan perkembangan iman umat melalui observasi, wawancara, dan pengumpulan data atau dokumendokumen yang resmi. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengungkap karya-karya Rm. Prennthaler dan upaya untuk mengembangkan.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. iman umat di Lingkunngan St. Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia, Kalirejo, serta pengaruhnya bagi katekese di Lingkungan tersebut sekarang. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) Sugiyono (2018:8). F. Pengumpulan Data Dalam Sugiyono (2018:224) dikatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah untuk mengumpulkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Berikut ini adalah cara/metode pengumpulan data penelitian: 1. Observasi Menurut Sugiyono (2018:226) observasi adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Dengan observasi fakta mengenai kenyataan dunia dapat diperoleh, dan melalui observasi penulis dapat menemukan informasi dan data-data yang diperlukan lebih lengkap, karena dengan teknik observasi penulis dapat bertemu dan bertanya secara langsung kepada orang atau narasumber. 2.. Wawancara Menurut Sugiono (2018:231) wawancara merupakan pertemuan dua orang. untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari para partisipan secara lebih mendalam. 3.. Studi Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen. dapat berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2018:240). Tujuan dari studi dokumen adalah agar penulis dapat mengambil arsip tersebut dan menggunakannya dalam rangka penelitiannya. G. Analisis Data Menurut Sugiyono (2014:334) teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang telah diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari. Setelah itu membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. Analisis data akan dimulai setelah data yang diperoleh dari proses wawancara, observasi, dan studi dokumen telah dikumpulkan. Kemudian akan dibaca, dipelajari, ditelaah, dan dipahami, dan dilanjutkan dengan proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. H. Validasi Data Menurut Sugiono (2018:267) validitas data merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti; dengan demikian, data yang valid adalah data yang “yang tidak berbeda” antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Validasi data dibedakan menjadi dua macam, yaitu validasi internal dan validasi eksternal. Validasi internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, sedangkan validasi eksternal berkenaan dengan derajad akurasi hasil penelitian sehingga dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. I.. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lingkungan Santo Thomas Rasul di Wilayah. St. Lucia, Kalirejo, dan penelitian tersebut dilaksanakan pada Januari 2020. J. Partisipan Penelitian Partisipan penelitian ini adalah umat di Lingkungan Santo Thomas Rasul. Penulis mengambil partisipan penelitian 6 umat berusia lanjut, 6 orang dewasa, dan 2 orang pengurus Lingkungan. K. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah peranan karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaler S.J. bagi karya katekese..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. L. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dalam melakukan wawancara adalah pertanyaanpertanyaan semi terstruktur yang dihasilkan dari kisi-kisi wawancara berikut: Kisi-kisi Wawancara No. Fokus. Aspek Yang Diungkap. 1. Peran karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaler, S.J. a) Karya-karya Romo Johannes Babtist Prennthaler S.J yang masih dirasakan oleh umat.. 2. Peranan karya misi Romo Johannes Babtist Prennthaler, S.J terhadap Katekese di Lingkungan St. Thomas Rasul, Wilayah St. Lucia, Kalirejo. a) Keiikutsertaanan dalam kegiatankegiatan katekese. b) Dampak dari kegiatan-kegiatan katekese yang diikuti. c) Cara agar iman semakin berkembang menjadi mendalam dan tangguh. d) Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk perkembangan seluruh umat. e) Sasaran dalam kegiatan-kegiatan katekese. f) Faktor-faktor yang menghambat atau kesulitan. g) Pokok-pokok bahasan yang dibicarakan dalam kegiatan katekese tersebut.. Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang diturunkan dari kisi-kisi wawancara yang akan penulis gunakan untuk melakukan wawancara. 1.. Apakah Bapak/Ibu/Saudara-saudari mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan seperti a) Sembahyangan/doa rutin di Lingkungan? b) Sarasehan di masa Prapaskah?.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. c) Sarasehan di masa Adven? 2.. Menurut Bapak/Ibu/Saudara-saudari apakah dampak dari kegiatan-kegiatan yang disebutkan pada nomor 1 bagi kehidupan Bapak/Ibu/Saudara-i?. 3.. Menurut Bapak/Ibu/Saudara-saudari apa saja yang perlu dilakukan agar iman semakin berkembang menjadi lebih mendalam dan tangguh?. 4.. Menurut Bapak/Ibu/Saudara-saudari apakah kegiatan-kegiatan yang disebutkan pada nomor 1 diperlukan untuk perkembangan iman seluruh umat? Jelaskan dengan singkat.. 5.. Siapa sajakah yang perlu terlibat dalam kegiatan-kegiatan: a) Sembahyangan/doa rutin di Lingkungan? b) Sarasehan di masa prapaskah? c) Sarasehan di masa Adven?. 6.. Kesulitan-kesulitan apa yang Bapak/Ibu/Saudara-saudari alami dalam mengikuti kagiatan-kegiatan a) Sembahyangan/doa rutin di Lingkungan? b) Sarasehan di masa prapaskah? c) Sarasehan di masa Adven?. 7.. Apakah bidang pendidikan, sosial, kesehatan, dan ekonomi dibicarakan dalam sembahyangan maupun sarasehan? Jelaskan dengan singkat!.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. 8.. Sejauh mana karya-karya Rm Johannes Babtist Prennthaler, S.J. (pendirian Sekolah, Panti Asuhan, Panti Jompo, Rumah Sakit, dan Pabrik Tenun serta Sabun) masih dirasakan oleh umat sampai sekarang dalam bidang pendidikan, sosial, kesehatan, dan ekonomi? Jelaskan dengan singkat!. M. Penyajian dan Pembahasan Hasil Penelitian Bagian ini akan memaparkan deskripsi data, pembahasan hasil penelitian, peranan karya misi Rm. J.B. Prennthaler, S.J. di Lingkungan St. Thomas Rasul, rangkuman, ditambah dengan Contoh Katekese Sosial. Ini semua akan diisajikan secara rinci dalam Bab IV..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Dalam bab ini akan dikemukakan data penelitian tentang karya Rm. Prennthaler, S.J. dan pengaruhnya bagi karya katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Paroki Santa Theresia Lixieux, Boro, Yogyakarta. Data yang dianalisis adalah karya-karya dan peninggalan Rm. Prennthaler, S.J. serta pengaruhnya dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Lingkungan tersebut. Selain itu penulis juga akan memberikan contoh Katekese Sosial pada bagian akhir bab ini. Data pertama diperoleh dari literatur yang berbicara tentang peranan karya misi yang dilakukan Rm. Prennthaler, S.J. serta literatur tentang katekese. Data yang kedua berasal dari 14 partisipan ketika peneliti melakukan wawancara dan mencari informasi untuk melengkapi data. Menurut Hardawiryana (2002:71-84) mencari data mengenai peranan karya misi Rm. Prennthaler, S.J dan kegiatankegiatan Lingkungan itu penting, karena kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan oleh umat, sehingga umat semakin berkembang imannya. Ketika iman umat berkembang mereka dapat memahami dan mengerti iman yang dianutnya serta semakin dapat terlibat dalam kehidupan masyarakat. Penulis menemukan bahwa dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan jarang sekali kaum muda ikut teribat karena kesibukan-kesibukan mereka: ada yang sekolah dan bekerja di luar daerahnya atau di kota. Selain itu metode yang.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. digunakan dalam pendalaman iman dan pertemuan yang terus-menerus berpusat pada prodiakon atau pemimpin juga merupakan salah satu alasan mengapa kaum muda jarang terlibat. Penulis juga menemukan bahwa pengurus Lingkungan bersama umat juga saling bekerja sama agar pemuda ikut ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan. Dengan dukungan dan ajakan segenap pengurus Lingkungan serta umat diharapkan bahwa kaum muda sadar akan pentingnya mengikuti kegiatankegiatan Lingkungan, karena tanpa kegiatan-kegiatan tersebut iman tidak dapat tumbuh dan berkembang. B. Pembahasan Hasil Penelitian Penulis melakukan penelitian dengan melakukan observasi dan wawancara dengan umat di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santo Lucia, Kalirejo. Observasi dilaksanakan pada 6 Oktober 2019 dan wawancara pada 13, 15, 16, dan 17 Januari 2020. Waktu pelaksaaan wawancara menyesuaikan waktu luang partisipan, yaitu mulai dari siang hari sampai sore hari. 1. Hasil Observasi Penulis melakukan observasi pada 6 Oktober 2019 dengan dibimbing oleh pengurus Lingkungan Santo Thomas Rasul, Kalirejo: bapak NW yang berusia 45 tahun. Dengan melakukan observasi, penulis lebih mengetahui latar belakang dan permasalahan yang terjadi di Lingkungan Santo Thomas Rasul. Selain melakukan wawancara dengan ketua Lingkungan penulis juga menghadiri sembahyangan dan pertemuan sosial ekonomi, masing-masing satu.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. kali. Dalam sembahyangan Lingkungan tersebut umat yang hadir di dalam kegiatan kurang lebih 16 orang dari keseluruhan warga yang berjumlah 35 orang; terdiri dari orang tua, kakek, nenek, dan seorang balita. Pembahasan dalam kegiatan Lingkungan mengenai Kitab Suci dan dikaitkan dengan kehidupan. Proses yang terjadi dalam kegiatan katekese adalah pemandu memimpin, membacakan, dan memberikan peneguhan mengenai Kitab Suci yang dibacakan, dan kegiatan Lingkungan dilaksanakan berpusat pada pemandu serta tidak adanya sharing antarumat, sehingga membuat umat tidak tertarik pada kegiatan Lingkungan. Dalam pertemuan sosial ekonomi jumlah umat yang hadir adalah 13 orang dari 35 keseluruhan warga Lingkungan, terdiri dari orang tua, kakek, dan nenek. Pembahasan dalam pertemuan sosial ekonomi tersebut mengenai arisan, pengumuman-pengumuman dari Paroki, berziarah, dan mengenai menjenguk orang sakit jika terdapat umat yang sakit. Proses pertemuan tersebut terdiri dari, Ketua Lingkungan memberikan informasi yang ada di Paroki ataupun Wilayah dan dilanjutkan dengan arisan. Permasalahan lainnya adalah kurangnya kesadaran remaja dan keluarga muda untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan karena kesibukan mereka masing-masing. Mereka yang sudah lulus SMA/SMK merantau ke kota-kota untuk bekerja, dan remaja yang masih bersekolah kebanyakan tinggal di asrama yang letaknya jauh dari rumah. Remaja yang tidak merantau dan mereka yang bersekolah di daerah sendiri juga tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan katekese.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. di Lingkungan, dan masih banyak umat di Lingkungan tersebut yang hidup masih jauh dari kata sejahtera. Ketua Lingkungan juga mengatakan bahwa ia selalu melibatkan kaum muda yang merantau di Kota jika kembali ke Lingkungannya, dan saat bertepatan dengan kegiatan-kegiatan seperti Ulang Tahun Lingkungan, Natal, dan Paskah. Ternyata kurang dari separuh orang muda yang mau terlibat. 2. Hasil Wawancara dengan Warga Lingkungan Wawancara dilakukan terhadap empat belas partisipan: tiga belas orang warga Lingkungan di Santo Thomas Rasul dan seorang pengurus Lingkungan. Wawancara dilakukan dengan partisipan Pa1 (Bapak TM yang berumur 85 tahun), Pa2 (Bapak MS yang berumur 80 tahun), Pa3 (Bapak SR yang berumur 40 tahun), Pa4 (Bapak HP yang berumur 77 tahun), Pa5 (Bapak WN yang berumur 60 tahun), Pa6 (Bapak SK yang berumur 60 tahun), Pa7 (Bapak NW yang berumur 45 tahun ini merupakan ketua Lingkungan Santo Thomas Rasul), Pa8 (Bapak WS yang berumur 58 tahun), Pa9 (Bapak WST yang berumur 53 tahun), Pa10 (Ibu SK yang berumur 54 tahun), Pa11 (Ibu SL yang berumur 46 tahun), Pa12 (Bapak DY yang berumur 46 tahun), Pa13 (Bapak SW yang berumur 59 tahun), dan Pa14 (Bapak HJ yang berumur 70 tahun). Berikut akan disajikan delapan hal yang merupakan hasil wawancara penulis dengan para partisipan..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. a. Keterlibatan Dalam Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Ada beragam jawaban mengenai umat yang mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan. Dari empat belas partisipan delapan partisipan mengatakan selalu mengikuti, tiga partisipan mengikuti jika tidak ada kegiatan-kegiatan desa seperti kendurènan, arisan, dan sholawatan yang dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan Lingkungan. Dua partisipan mengatakan kadang-kadang, dan satu orang mengatakan tidak pernah mengikuti. Kegiatan-kegiatan yang mereka ikuti antara lain sembahyangan rutin dalam bentuk mendengarkan dan memahami Kitab Suci yang diadakan sekali dalam sebulan, sarasehan pada masa Prapaskah, dan sarasehan pada masa Adven yang berisi mengenai ajaran-ajaran Yesus Kristus dan saling berbagi melalui sharing pengalaman-pengalaman iman dalam kehidupan di Lingkungan maupun di masyarakat. b. Dampak Mengikuti Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Berbagai jawaban diberikan oleh partisipan ketika penulis bertanya mengenai dampak dari mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan. Dari empat belas partisipan, lima partisipan mengatakan dapat semakin mendalami iman, yakin serta percaya kepada Allah untuk mengikuti ajaran-ajaran Yesus Kristus. Tiga partisipan mengatakan menjadi lebih mengerti perkembangan dan informasiinformasi yang ada dan terjadi di Lingkungan, Wilayah atau di Paroki. Tiga partisipan menjadi lebih semangat dalam menjalani kehidupan. Dua partisipan mengatakan dapat berkumpul dan berinteraksi dengan keluarga-keluarga lain, dan satu partisipan mengatakan dapat merasakan kedamaian hidup dan merasa tentram serta dapat berpasrah diri..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. c. Yang Perlu Dilakukan Agar Iman Semakin Berkembang Menjadi Lebih Mendalam dan Tangguh Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, dari empat belas partisipan, tujuh partisipan mengungkapkan bahwa yang perlu dilakukan adalah berkumpul untuk mendengarkan Sabda Allah dan saling bertukar pendapat mengenai Sabda Allah. Tiga Partisipan mengungkapkan bahwa yang diperlukan adalah rajin/rutin mendengarkan Sabda Allah, dua partisipan mengungkapkan dengan mengarahkan anak-anak yang jarang mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan. Dan dua partisipan mengungkapkan saling bersosialisasi dan berinteraksi dengan orangorang yang berkeyakinan lain, agar tidak merasakan sendiri ketika sedang berkumpul dengan mereka/orang-orang yang beragama lain. Pentingnya iman mendalam dan tangguh juga ditekankan oleh Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang (DKP KAS) (2011:18). Beriman mendalam dan tangguh berarti memiliki pengetahuan yang benar mengenai pokok-pokok iman kristiani, mampu menghayati imannya dalam budaya setempat dan memiliki pengalaman rohani dan sosial. Dengan kata lain, dapat berelasi dengan Allah dan semakin tergerak untuk terlibat dalam hidup bermasyarakat dan menggereja. Memiliki pengetahuan mengenai pokok-pokok iman Kristiani merupakan hal yang penting untuk dapat membentuk diri sebagai umat beriman mendalam, karena dengan mengerti pokok-pokok iman Kristiani orang mendapatkan landasan kognitif yang kokoh untuk menerima misteri iman dan mengembangkannya dalam kehidupan. Aspek kognitif ini menjadi tuntunan setiap orang beriman.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. Katolik secara cerdas dan bertanggung jawab. Mengetahui pokok-pokok iman Kristiani berarti memahami dan mendalami ajaran-ajaran dasar Gereja Katolik menyangkut pengakuan iman, perayaan misteri Kristen, hidup dalam Kristus, dan doa Kristiani. Pokok-pokok tersebut dilengkapi dengan ajaran-ajaran moral dan sosial Gereja serta tradisi-tradisi iman. Perlu dipelajari juga isu-isu pengetahuan iman yang krusial dan kontekstual. Khususnya untuk kalangan kaum muda, perkara-perkara iman harus benar-benar diperhatikan. Dengan demikian umat Kristiani dibantu untuk dapat mempertanggungjawabkan imannya terhadap dirinya sendiri dan orang lain (DKP KAS, 2011:18-19). Menurut DKP KAS (2011:19) beriman mendalam berarti juga dapat menghayati imannya dalam kebuyaan setempat. Iman Kristiani diterima oleh orang yang hidup dalam kebudayaan tertentu. Inilah proses inkulturasi yang seharusnya terjadi di masyarakat. Inkulturasi harus sungguh dimengerti dalam jiwa religiositas. Inkulturasi tidak hanya diperlukan dalam bidang liturgi, tetapi inkulturasi juga perlu dijalankan pula di bidang-bidang gerejawi yang lain, bahkan dalam ranah refleksi teologis. Dalam proses berinkulturasi, Gereja perlu berdialog dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada sehingga sungguh-sungguh dapat mengenali nilai-nilai yang terdapat di dalam setiap kebudayaan. Dengan demikian, Gereja belajar dan diperbarui oleh budaya, sekaligus memperbarui kebudayaan dengan kekuatan injil. Pengalaman mistik-politik juga merupakan hal paling mendasar yang harus dimiliki jika seseorang ingin beriman mendalam..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. d. Kegiatan-Kegiatan Lingkungan yang Diperlukan untuk Perkembangan Iman Seluruh Umat Dari wawancara yang penulis lakukan, tujuh partisipan mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan Lingkungan sarasehan di masa APP, sarasehan di masa Adven dan pendalaman iman/sembahyangan diperlukan untuk perkembangan iman seluruh umat. Tiga partisipan mengatakan bahwa kegiatan Lingkungan sarasehan di masa APP, sarasehan di masa Adven dan pendalaman iman/sembahyangan merupakan sarana untuk menjalin kebersamaan dengan sesama umat dan orangorang yang berbeda agama serta meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama. Tiga pertisipan mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan Lingkungan merupakan salah satu cara untuk berkumpul dan mendalami Sabda Allah dan wawasan yang terdapat di Kitab Suci, sedangkan satu partisipan lainnya mengatakan untuk saling berbagi pengalaman hidup. e. Yang Perlu Terlibat Dalam Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, dari empat belas partisipan, tiga belas partisipan mengatakan bahwa yang seharusnya terlibat dalam kegiatankegiatan Lingkungan adalah semua umat tanpa terkecuali: anak-anak, remaja, kaum muda, orang tua bahkan kakek dan nenek. Satu partisipan mengatakan bahwa dikarenakan banyak umat yang sudah lanjut usia (lansia), mereka mengalami kesulitan untuk menghadiri kegiatan Lingkungan apabila kegiatan Lingkungan tersebut dilaksanakan pada malam hari atau turun hujan..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. f.. Faktor-Faktor Penghambat dalam Mengikuti Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, dari empat belas partisipan,. sembilan partisipan mengungkapkan bahwa penghambat dalam mengikuti kegiatan- kegiatan Lingkungan adalah medan yang sulit, apalagi ketika hujan, karena Lingkungan terletak di daerah pegunungan. Dua partisipan mengatakan jika pertemuan-pertemuan Desa/Dusun dilaksanakan secara bersamaan dengan kegiatan Lingkungan. Dua partisipan lain mengatakan tidak ada kesulitan yang dihadapi, sedangkan satu partisipan mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi adalah mengajak umat yang sulit untuk berkumpul.. g.. Hal-hal yang Dibicarakan Dalam Kegiatan Lingkungan Berbagai jawaban diberikan oleh partisipan. Dari empat belas partisipan. yang diwawancarai penulis, sebelas partisipan mengatakan bahwa bidang yang sering dibicarakan dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan adalah bidang sosial (menjenguk orang sakit, gotong royong, kerja bakti membersikan desa, membantu tetangga yang sedang kesusahan) dan bidang ekonomi. Satu partisipan mengatakan ketika kegiatan Lingkungan semua bidang dibahas. Satu partisipan lain mengatakan bahwa bidang pendidikan dan bidang kesehatan jarang sekali dibahas, sedangan satu partisipan lain mengatakan bahwa tidak ada bidang yang dibahas dalam kegiatan Lingkungan. Pentingnya pembahasan tentang bidang sosial dan bidang ekonomi sejalan dengan ajaran DKP (2011:21) agar Gereja ambil bagian secara aktif dalam.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. mewujudkan kesejahteraan umum. Mewujudkan kesejahteraan umum adalah tugas setiap orang dan seluruh komponen bangsa, serta kesejahteraan umum merupakan perjuangan bersama seluruh masyarakat. Umat Keuskupan Agung Semarang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan menjadi teman seperjalanan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, segenap umat Allah Keuskupan Agung Semarang mau ambil bagian secara aktif dengan menjadi pemrakarsa dan penggerak dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Keterlibatan secara aktif ini terwujud dalam kesediaan menyuarakan gagasan dan inspirasi, serta berinisiatif dan bertindak nyata bagi terselenggaranya kesejahteraan umum. Dalam dimensi sosial, politik dan ekonomi Gereja Keuskupan Agung Semarang dipanggil untuk membawa kebaikan Allah di dalam masyarakat. Gereja harus menyingkirkan segala sikap untuk mencari keuntungan, oportunis, mental korupsi baik dalam diri warganya maupun masyarakat. Disamping itu, Gereja harus berinisiatif menyelenggarakan perdamaian, penghormatan terhadap martabat manusia, menggerakkan keadilan dan solidaritas di tengah masyarakat. DKP KAS (2011:21) bahwa dimensi religius Gereja harus membawa sikap pluralistik dan inklusif. Warga gereja perlu mengembangkan pandanganpandangan positif tehadap umat beragama lain. Gereja juga harus menjalin hubungan dengan umat beragama lain dan siapapun yang hendak bersama-sama mewujudkan kesejahteraan umum. Jalinan-jalinan yang baik dan membawa damai harus diwujudkan bukan hanya di tingkat pemimpin agama, namun harus diwujudkan juga dalam kehidupan di masyarakat, di dusun, desa, RT/RW. Gereja.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. harus dapat membangun dirinya supaya dirasakan dan dialami masyarakat sebagai umat yang ramah, kritis, dapat dipercaya, dan tidak ditakuti. h.. Dampak Karya Rm. Prennthaler, S.J. bagi Kehidupan Umat Sekarang Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, dari empat belas partisipan,. dua belas partisipan mengungkapkan bahwa karya-karya Rm. Prennthaler, S.J. masih dirasakan sampai sekarang. Satu partisipan mengungkapkan bahwa untuk orang- orang seusia dia, karya-karya Rm. Prennthaler kurang dirasakan, namun jejak- jejaknya masih dapat mereka lihat. C. Peranan Karya Misi Romo Johannes Babtist Prennthaler, S.J. bagi Karya Katekese di Lingkungan Santo Thomas Rasul, Wilayah Santa Lucia Kalirejo, Paroki Santa Theresia Lisieux, Boro Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada bulan Januari 2020 terhadap 14 partisipan yang terdiri dari 2 pengurus Lingkungan, 2 keluarga muda, dan 10 keluarga yang umur pernikahannya sudah tua atau sudah menikah lama, ditemukan bahwa peranan karya misi Romo Prenthaler, S.J. bagi karya katekese di Wilayah Santa Lucia, Kalirejo, masih dirasakan. Hal itu terlihat dari unsurunsur berikut: a. Keterlibatan Umat dalam Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Keikutsertaan atau keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan ditemukan oleh penulis melalui wawancara dengan para partisipan di Lingkungan Santo Thomas Rasul. Partisipan Pa6 mengungkapkan jika tidak sedang sakit atau tidak ada suatu halangan ia selalu mengikuti kegiatan Lingkungan seperti sarasehan atau sembahyangan rutin. Pa11 juga mengatakan bahwa ia selalu.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 42. mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan jika tidak ada benturan dengan latihan koor di Paroki. Pa13 juga mengungkapkan bahwa selalu mengikuti kegiatankegiatan Lingkungan yang ada, karena beliau merupakan prodiakon. Partisipan Pa1 juga mengatakan ketika masih muda dan masih dapat berjalan seperti dulu selalu mengikuti, namun sekarang tidak. Partisipan Pa2, Pa4, Pa5, Pa7, Pa9, Pa10 dan Pa12 mengungkapkan bahwa mereka juga mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan. Namun tidak untuk partisipan Pa3 dan Pa14. Partisipan Pa3 tidak selalu mengikuti kegiatan Lingkungan karena masih harus menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan Pa14 tidak dapat selalu mengikuti kegiatan Lingkungan karena sudah tua dan rumah beliau yang jauh dari umat-umat yang lain, apalagi ketika sedang hujan dan tidak ada yang mengantarnya. Menurut Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang [DKP KAS (2016:30-31)], berdasarkan survei yang dilakukan untuk meneliti buah-buah pelaksanaan Ardas 2011-2015, kehadiran umat dalam kegiatan Lingkungan beragam. Untuk pertemuan Lingkungan, pertemuan APP, pendalaman Adven sekitar sepertiga dari ketua Lingkungan menyatakan bahwa kehadiran umat lebih dari 50%. Sementara itu untuk pertemuan pendalaman iman, Bulan Kitab Suci, dan Bulan Katekese Liturgi terdapat lebih dari 50% kehadiran. Dari data ini terlihat keterlibatan umat dalam kegiatan-kegiatan Lingkungan sudah baik. b. Dampak dari Mengikuti Kegiatan-Kegiatan Lingkungan Menurut Pa2 dan Pa13 dampak dari mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan adalah dapat berkumpul dan berelasi baik dengan orang-orang di sekitar tempat tinggal yang seiman maupun tidak seiman. Sementara itu Pa8 dan.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 43. Pa11 mengungkapkan. bahwa dampak dari. mengikuti. kegiatan-kegiatan. Lingkungan adalah dapat semakin mendalami iman. Partisipan Pa3, Pa7 dan Pa12 juga mengungkapkan bahwa dampak dari kegiatan-kegiatan Lingkungan yaitu iman dapat semakin berkembang dan mengetahui perkembangan atau informasiinformasi di gereja. Partisipan Pa1 dan Pa9 mengungkapkan dampak dari mengikuti kegiatan Lingkungan adalah merasakan ketentraman, kedamaian hidup, dan dapat berpasrah diri. Partisipan Pa4, Pa5, Pa9, dan Pa14 juga mengungkapkan bahwa dampak kegiatan-kegiatan Lingkungan yang diikuti adalah diberikan terang dan semakin semangat dalam menjalani hidup. Sedangkan Pa6 mengatakan bahwa dengan kegiatan-kegiatan Lingkungan dapat melaksanakan perintah Tuhan dalam kehidupan. c.. Yang Perlu Dilakukan agar Iman Semakin Berkembang Menjadi Lebih Mendalam dan Tangguh Yang perlu dilakukan agar Iman semakin berkembang menjadi lebih. mendalam dan tangguh, menurut Pa5, Pa6, Pa7, Pa8, Pa10, Pa11, Pa12, Pa13, Pa14 adalah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan Lingkungan seperti Pertemuan Lingkungan, Pertemuan APP, Pendalaman Adven, dan kegiatan-kegiatan yang setiap Minggu rutin diadakan, bukan hanya diadakan setiap 35 hari sekali (selapan, penanggalan Jawa) atau Pertemuan APP pada masa Pra-Paskah, dan Pendalaman Adven. Tujuannya adalah agar dapat menunjang kemajuan Lingkungan. atau. kemajuan. hidup. kemasyarakatan. dan. perkembangan-. perkembangan yang sedang terjadi. Partisipan Pa1 dan Pa2 mengungkapkan bahwa yang perlu dilakukan agar iman semakin berkembang menjadi lebih mendalam dan tangguh adalah berkumpul, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada bagian pendahuluan adalah: (1) guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti keseluruhan proses

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,