• Tidak ada hasil yang ditemukan

Walaupun berpenampilan kecil dan berat badan lebih rendah dari sapi Bali, berdasarkan keterangan dan pengalaman petani setempat, ternak ini tergotong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Walaupun berpenampilan kecil dan berat badan lebih rendah dari sapi Bali, berdasarkan keterangan dan pengalaman petani setempat, ternak ini tergotong"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER PRODUKTIVITAS SAN LOKAL PESISIR

Wirdahayati R .B ., Ratna A .D . Marak Ali dan Abdullah Bamualim

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat

ABSTRAK

Suatu survai monitoring telah dilakukan di Nagar! Surantih Kabupaten Pesisir Selatan untuk mengetahui kondisi dan dinamika populasi kelompok ternak, sosial ekonomi peternak serta potensi dan permasalahan usaha ternak sapi lokal Pesisir. Pengamatan meliputi aspek, produktivitas kelompok budidaya perkembang-biakan (breeding) dan penggemukan (fattening), kondisi sosfal ekonomi peternak dan daya dukung lahan penggembalaan . Pertumbuhan sap! induk Pesisir relatif stabil sepanjang tahun (sekitar 50 grlekorlhari), dengan penurunan bobot badan selama beberapa bulan kering (Agustus-Oktober) . Bobot lahir onak sapi Pesisir relatif soma dengan bobot lahir anak sapi Bali yaitu 14-15 kg/ekor. Persentase kelahiran anak sapi di kelompok yang dimonitor dalam bulan Juli-Desember 2005, cukup memada! yaitu 64%. Umur bunting pertama kali sekitar 30 bulan, sehingga umur beranak pertama adalah 39 bulan atau 3,3 tahun . Pertumbuhan sap! lokal Pesisir yang digemukkan sangat tergantung pada jenis dan jumlah pakan yang diberikan . Pertumbuhan ternak yang mendapat pakan tambahan sagu don dedak pad! sekitar 200 grlekorlhari, sedangkan sapi yang hanya dapat pakan tambahan dedak padi pertumbuhannya sekitar 75 grlekor/har! . Mat keuntungan selama satu periode penggemukan sapi Pesisir mencapai Rp 760 .000/ekor dengan RIC ratio sebesar 1,34 . Responden peternak yang diwawancarai mempunyai latar belakang pendidikan yang beragam mulai dart SD sampa! PT. Semua responden memiliki ternak sap!, namun 43% responden menyatakan sebagai petan! tanaman pangan dengan ternak, dan hanya 28% saja dart responden yang merupakan peternak murni . Rata-rata jumlah sapi yang dipelihara responden adalah 20 ekor/KK bervarias! dart 2-60 ekorl KK . Sekitar 64% responden memelihara ternak lebih dart 10 ekor, hampir 22% responden memelihara 5-10 ekor, sedang yang memelihara ternak kurang dart 5 ekor hanya 14,3%. Walaupun demikian, hanya sekitar 21% saJa dart responden yang memelihara sapi milik sendiri, dengan skala usaha ternak lebih dart 10 ekor, sisanya merupakan sistem gaduhan dengan skala kurang dart 10 ekor. Analisis ekonomi usaha penggemukan sapi secara intensif memperhitungkan blaya pembelian sap! bakalan, penyusutan kandang, pemberian pakan tambahan dan obat-obatan, ternyata dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp 600.000/ekorlsiklus dengan B/C = 1,22 . Siklus penggemukan sapi bervarfasi 6-11 bulan .

Kata kunci : Sapi lokal Pesisir, produktivitas, sosial ekonomi, kapasitas lahan penggembalaan .

PENDAHULUAN

x

abupaten Pesisir Setatan (Pesset) setuas 5 .749 km 2 merupakan satah satu kabupaten yang potensiat untuk pengembangan sapi di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) . Poputasi sapi potong yang ada di Kabupaten Pessel sekitar 114 . 470 ekor, atau sebanyak 20% dari total poputasi sapi potong di Sumbar yang didominasi oleh jenis sapi lokat Pesisir (Statistik Peternakan Propinsi Sumbar, 2002) . atistik Peternakan Propinsi Sumbar, 2002) .

Penampitan jenis sapi Pesisir lebih kecit dari sapi Bali dengan warna beragam, ada yang kekuningan, putih ke abu-abuan, kecoklatan dan ada yang menyerupai sapi Madura . Punuk dan gelambir tidak tertihat, sehingga sulit menentukan apakah jenis sapi Pesisir termasuk keturunan sapi Zebu yang adaptif di Sumatera (Sumatran Zebu) . Menurut Scheget dan Mutter (1810) yang diacu oleh Merkens (1926) sapi yang terdapat di pantai baratdaya Sumbar dan dataran tinggi sekitarnya mempunyai penampitan yang berbeda dari sapi yang ada di Putau Jawa, yaitu badannya lebih kecil dan pendek, kaki-kakinya lebih ramping dengan tampilan keseluruhan tubuh tampak lebih menarik . Sapi jantannya tidak kelihatan berpunuk atau punuknya kecit . Warna jantan dan betina kuning kemerahan dengan warna pantat dan kaki bagian bawah berwarna lebih terang dan keputih-putihan . Menurut Leurink (1923) yang juga dikemukakan oteh Merkens (1926) sapi jantan mempunyai bentuk kepata yang pendek dan leher lebar kokoh dan pendek, tanduknya juga pendek dan mengarah ketuar dengan warna butu coktat muda sampai coktat tua malahan ada yang berwarna hitam dengan warna lebih muda dan terang di sekitar mata, mulut dan bagian dalam kaki-kakinya serta perut bagian bawah .

Prosiding Peternakan 2006

(2)

Walaupun berpenampilan kecil dan berat badan lebih rendah dari sapi Bali, berdasarkan keterangan dan pengalaman petani setempat, ternak ini tergotong produktif dengan tingkat ketahiran 1 ekor anak/tahun, beradaptasi dengan kondisi daerah Pessel . dengan balk . Sesuai dengan pendapat Saladin (1983) yang membenarkan sebutan masayarakat setempat sebagai "jawi ratuih" atau "bantiang ratuih" (bahasa Minang :

jawi = bantiang = sapi ; ratuih = kecil

dan

banyak) yang berarti sapi yang jumlahnya banyak dan kecil-kecil . Temperamen sapi Pesisir umumnya jinak .

Pemasaran Sapi Pesisir menjangkau beberapa pasar ternak di kabupaten lainnya dan mengalami peningkatan di saat menjetang Hari Raya terutama Hari Raya Haji, saat umat Islam melakukan korban . Sapi Pesisir yang sudah dewasa dan memenuhi persyaratan sebagai hewan korban sangat digemari calon peserta pembayar korban ternak karena harganya yang retatif rendah sehubungan dengan bobot badannya yang juga relatif lebih rendah dibanding jenis sapi potong lainnya . Jenis sapi Simmentat misalnya untuk ukuran dewasa mempunyai berat hidup sekitar 400-500 kg yang dapat mencapai harga minimal 2-3 kati harga sapi Pesisir dewasa untuk hewan korban .

Dengan sistem pemeliharaan yang ekstensif dan dilepas bebas di lahan penggembalaan, penampilan produktivitas, kendala, karakteristik dan potensi sapi Pesisir belum didokumentasi dengan baik . Untuk mengetahui dukungan lahan penggembataan atam terhadap produktivitas sapi di Pessel pertu dilakukan suatu kajian kapasitas lahan penggembataan . Potensi pakan ternak, selain rumput lapangan, sebetulnya cukup mendukung pemetiharaan ternak secara semi-intensif, antara lain dengan memanfaatkan jerami padi yang tersedia setiap tahunnya, ditambah dengan timbah dan hasil ikutan tanaman pangan lainnya .

Makalah ini membahas hasit kegiatan mengenai sapi Pesisir yang dilaksanakan oLeh Batai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar . Kegiatan ini diawali dengan karakterisasi dan identifikasi sapi Pesisir terutama penampilan produktivitas serta kendala dan potensi yang ada, termasuk aspek sosiat ekonomi peternak. Diharapkan hasit kegiatan ini akan berguna dalam upaya memperbaiki dan mengembangkan sapi Pesisir,

MATERI DAN METODA PENGKAJIAN

Lokasi dan Materi Pengkajian

Monitoring Produktivitas Sapi Lokal Pesisir ini ditaksanakan di Kampung Pasir Panjang, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat, bulan Januari - Desember 2005 . Ternak sapi yang digunakan adalah mitik peternak setempat yang dibudidayakan (breeding) secara ekstensif, sedangkan untuk penggemukan diusahakan secara intensif (dikandangkan) . Kontribusi peternak dalam hat penyediaan ternak, sarana lainnya dan tenaga kerja dalam pemeliharaan ternaknya, sedangkan tenaga peneliti dan penyuluh dari BPTP merupakan sumber teknologi dan membimbing serta memberi petunjuk dalam pelaksanaan pengkajian .

Parameter Pengamatan

Pada tahap awal ditakukan pengumputan data sekunder dari dinas dinas terkait, kemudian dilakukan pengumpulan data primer menyangkut keadaan sosial-ekonomi peternak, pemilikan dan jumlah ternak, sistem pemeliharaan, ketersediaan dan sistem pemberian pakan yang ada, pemasaran ternak serta sistem usahatani penunjang melalui wawancara dengan pemilik ternak sampet yang dipilih secara purposive . Selanjutnya pengumpulan data primer produktivitas ketompok ternak yang di budidayakan

(breeding)

secara gembala lepas untuk mengetahui hat-hat berikut :

Berat lahir, pertumbuhan dan perubahan berat anak sapi

(3)

• Produksi pakan ternak menurut musim •

Data reproduksi meliputi ; persentase kebuntingan, tingkat kelahiran, umur beranak pertama, sistem perkawinan, ketersediaan dan kualitas pejantan dan serangan penyakit .

Data pertumbuhan dan konsumsi pakan ternak penggemukan dikumpulkan setiap bulan . Data yang terkumpul ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif untuk mendapatkan nilai rata-rata dari beberapa parameter yang damati . Disamping itu, dilakukan perhitungan analisa usahatani untuk mengukur keuntungan petani dalam memelihara sapi Pesisir .

Semua data dan informasi ini dapat dijadikan basis dalam menentukan tindakan manajemen yang sesuai untuk usaha pengembangan sapi lokal Pesisir . Pengumpulan data dan informasi ini diupayakan melatui suatu survai monitoring (pemantauan) produktivitas ternak dan sistem usahatani yang ada beserta gambaran sosial ekonomi peternaknya yang dilakukan setiap 3 bulan sekali . Pengumpulan data baik dikelompok pembiakan maupun penggemukan

dimaksudkan untuk memperoteh gambaran tentang produktivitas ternak yang ada . HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Pengkajian

Kabupaten Pessel membentang sepanjang pantai bagian barat Provinsi Sumbar, dengan Was sekitar 574 .899 ha dan elevasi yang cukup bervariasi dengan jumlah penduduk sebanyak 415 .124 orang . Dari jumlah usia angkatan kerja sebanyak 178 .532 orang hanya 82 .67% yang mempunyai pekerjaan (147 .593 orang), sisanya 30 .940 orang merupakan pengangguran atau sedang mencari pekerjaan . Sejumlah 58 .9% bekerja dalam bidang pertanian, 18 .3% mengusahakan sektor perdagangan, hotel dan restoran, 85% bergerak dalam sektor jasa dan sisanya sektor lainnya . Karena Kabupaten ini memiliki poputasi sapi potong terbanyak di Provinsi Sumbar, maka Pemda Sumbar telah mencanangkan kebijakannnya mnejadikan wilayah Pesisir Selatan sebagai salah satu kawasan pengembangan sapi potong .

Sistem Pemeliharaan dan Pemilikan Ternak Sapi

Pemeliharaan sapi umumnya secara ekstensif, yaitu ternak digembalakan secara bebas di beberapa kawasan persawahan tadah hujan dan lahan kosong, malahan banyak berkeliaran di sepanjang jalan raya dan pasar . Rata-rata pemitikan sapi Pesisir relatif tinggi, yaitu sekitar 14 ekor induk/KK (kisaran 10-20 ekor) dengan jumlah anak sebanyak 12 ekor (kisaran 8-15 ekor) . Informasi lainnya menunjukkan bahwa rata-rata pemitikan ternak sapi Pesisir sebesar 9 ekor/KK (dengan kisaran 2-24 ekor) . Kedua jenis informasi ini menggambarkan tingkat pemitikan ternak bagi sebagian peternak berkategorl besar, yakni mereka yang memiliki ternak > 4 ekor induk sapi per KK . Di masa mendatang, masih diperlukan studi kepemilikan ternak tebih lanjut secara komprehensif .

Tingkat Produktivitas Sapi Pesisir

Pertumbuhan

Berat lahir sapi lokal Pesisir rata-rata 14-15 kg/ekor, relatif sama dengan berat lahir anak sapi Bali yang diamati di Nusa Tenggara (Wirdahayati, 1994) . Rataan berat badan ternak sapi yang dipelihara secara ekstensif yang dimonitor di Jorong Pasir Panjang, Nagari Surantih, Kecamatan Sutera, disajikan dalam Tabet 1 . Pengamatan ini diambit dari dua orang petani dengan jumlah pemeliharaan berbeda, dimana Petani I memelihara sebanyak 15 ekor sapi dan Petani II memelihara 45 ekor sapi dari berbagal umur .

ProsidingPeternakan2006

(4)

Tabel 1 . Berat badan dewasa, muda dan anak sapi Pesisir di lokasi pengkajian pada petani l dan petani 11 (nilai dalam kg/ekor), tahun 2005 .

Keterangan : Jenis ternak dewasa hanya data untuk sapi betina, sedangkan sapi muda dan anak sapi merupakan campuran betina dan jantan .

Data Tabel 1 memperlihatkan pertumbuhan sapi induk jauh lebih rendah dari pada sapi muda dan anak sapi . Hat ini mungkin disebabkan pada umumnya sapi induk mengalami stres melahirkan dan laktasi selama musim kemarau dari bulan Juli sampai November yakni pada periode kekurangan pakan selama musim kemarau . Data tersebut juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara petani I dan II dengan jumlah pemeliharaan yang berbeda . ReproduksiTernak

Pada kelompok ternak induk yang dimonitor pada bulan Juli-Desember 2005 tercatat sebanyak 7 dari 11 ekor induk (atau 64%) melahirkan anak . Data ini menggambarkan bahwa persentase kelahiran sapi Pesisir cukup memadai . Persentase kelahiran anak dalam setahun bisa jadi lebih tinggi . Hat ini akan terlihat setelah satu tahun pengamatan .

Wawancara dengan petani mengungkapkan bahwa pada umumnya induk sapi dapat dikawinkan lagi sekitar 3 bulan setelah melahirkan . Umur bunting pertama kali sekitar 30 bulan dan umur beranak pertama kali sekitar 39 butan atau 3,3 tahun . Namun perlu pembuktian lebih lanjut melalui studi biologis yang lebih akurat .

Perkawinan ternak umumnya secara kawin atam di lapangan penggembataan dengan resiko kawin dalam (in breeding) . Masalah utama adatah langkanya pejantan yang memenuhi syarat sebagai bibit . Untuk bibit pejantan hanya mengandalkan sapi jantan yang ada di lapangan yang belum terjual dengan penampitan yang relatif kecil .

Penggemukan Ternak Jan tan

Monitoring kelompok penggemukan sapi dilakukan pada tiga kelompok ternak milik petani yang dipelihara di kandang . Usaha penggemukan umumnyai untuk persiapan pemasaran bulan Haji (Hari Raya Qurban) . Masing-masing petani memberikan pakan yang berbeda . Kelompok penggemukan pertama dengan harga beti R p .2 .000 .000-2 .500 .000/ekor dengan kisaran umur antara 2-3 tahun dijuat dengan harga Rp .3 .500 .000-4 .000 .000/ekor , dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan . Pakan yang diberikan hanya rumput alam ditambah dedak sebanyak 2 kg/ekor/hari . Kelompok kedua dengan harga beli berkisar antara Rp .1 .750 .000-2 .700 .000 dengan berat bervariasi sekitar 60-130 kg/ekor . Ternak yang diamati di kelompok ketiga berasal dari kelompok hasil breeding sendiri .

Pertambahan bobot badan ternak dan jenis pakan yang diberikan oleh masing-masing petani disajikan dalam Tabel 3 . Data terdahutu (Rafti Munir et al ., 2003) tentang

pertumbuhan ternak yang diperoleh selama empat bulan pengkajian, dengan sistem pemberian 75% hijauan (50% rumput + 25% tanaman jagung) dan 25% silase jerami padi, memperlihatkan pertumbuhan bobot sapi sebesar 0,53 kg/ekor/hari, lebih tinggi daripada

Kelas ternak• Waktu pengamatan

Juli Agustus Sept Okt Nov Des

Petani 1 : -Dewasa (5-7 thn) 167,5 - 175 167,5 -Muda (2-3 tahun) 102,5 - 125 - - 132,5 -Anak (1 tahun) 92,5 - 108 - 125,5 -Anak (6 bulan) 49,0 - 66,5 - 80,0 Petani 2 : -Dewasa 163,5 161,5 159,7 162 162,5 170,5 -Muda 126,5 130,0 133,0 133,5. 135,0 138,5 -Anak (1 tahun) 84,0 - 86,0 88,5 90,0 107,5 -Anak (6 bulan) 36,0 - 49,5 54,0 - 71,0

(5)

atau dipelihara dengan cara petani hanya menghasilkan penambahan bobot sapi yang jauh lebih rendah (0,17 kg/ekor/hari) . Rendahnya pertumbuhan tersebut karena kualitas dan kuantitas hijauan yang diperoleh sapi lepas jauh lebih rendah disamping tidak diberikan konsentrat (Bamualim

et al .,

2004) .

Tabel 3 . Keragaan berat badan ternak, Jumlah pakan yang diberikan dan pertumbuhan pada tiga kelompok penggemukan sapi lokal Pesisir .

Keterngan : n = sumber ternak yang dipelihara ; Sumber : Data primer BPTP Sumbar, 2005 .

Daya Tampung Lapangan Penggembalaan

Rumput lapangan merupakan sumber hijauan utama sapi Pesisir . Untuk menduga daya dukung padang penggembalaan alam yang dimanfaatkan untuk lahan penggembalaan umum, dilakukan pengukuran kapasitas tumbuh hijauan menggunakan sistem kubus . Lahan seluas 1 m2 dipagar, sehingga ternak tidak dapat memakan hijauan yang tumbuh didalamnya . Setiap periode tiga bulan rumput yang tumbuh didalamnya dipotong, ditimbang dan disortir menurut jenis hijauan (jerlis- rumput alam, legum atau gulma) . Kemudian produksi per 1 m2 dikonversikan ke dalam luasan per hektar, sehingga produksi hijauan datam masa tiga bulan dapat diketahui . Kebutuhan hijauan ternak sapi Pesisir dewasa yang mempunyai berat tertinggi saat ini 200 kg, diperkirakan sebesar 10% dari berat hidup yaitu 20 kg . Jumlah ternak yang dapat ditampung lahan penggembalaan untuk merumput dapat diperkirakan dengan membandingkan produksi hijauan per hektar per hari dengan jumlah kebutuhan ternak per ekor per had . Hasil pengukuran produksi hijauan yang dipagar dalam beberapa kubus disajikan dalam Tabel 4 .

Tabel 4 . Produksi hijauan dan estimasi daya dukungnya terhadap ternak sapi yang digembalakan (ekorlha) di padang penggembalaan dl lokasi pengkajlan .

Sumber : Data primer BPTP Sumbar, tahun 2005 .

Dari label 4 terlihat bahwa produksi hijauan yang paling tinggi diperoleh dari kubus no 2, yaitu 3,5 kg/M2 yang dapat dikonversikan menjadi 35 .000 kg/ha dalam waktu 95 hari . Sehingga rata-rata produksinya adalah 368 kg/ha/hari . Apabila kebutuhan seekor ternak sapi Pesisir dewasa adalah 20 kg/ekor/hari, maka lahan penggembalaan dirnana kubus ini berada bisa menampung 18 ekor sapi dewasa . Namun rataan estimasi kapasitas tampung ternak sapi di lokasi pengkajian sejumlah 6 ekor/ha, suatu nilal yang cukup tinggi dibanding daerah lain di Indonesia .

Sedangkan jenis hijauan, nama Lokat dan nama Latin, rumput alarn yang terdapat di lokasi pengka jian disa jikan dalam label 5 .

Prosiding Peternakan 2006 1 8 1 Kelompok Rataan BB awal (kg/ekor) Rataan BB akhir (kg/ekor) Pertumbuhan (kg/ekor) Pertumbuhan (gr/ek/hari)

Pakan yang diberikan (kg/ekor/hari) I (n = 20) 149 173 24 235 Rumput alam -10 Dedak -1,4 Sagu = 2,2 Batang pisang = 1,2 11 (n = 8) 167,8 178 10,2 185 Rumput alam = 10 Dedak - 2 III (n = 3) 143 165,3 22,7 385 Rumput alam = 18,6

Dedak = 1,9 Sagu = 2,7 Kubus Produksi hijauan (gr /m 2 ) Produksi hijauan (kg/ha/3 bulan) Produksi hijauan (kg/ha/hari)

Estimasi kapasitas tampung sapi (ekor) 1 750 7 .500 79 3,9 2 3 .500 35 .000 368 18,4 3 190 1 .900 20 1,0 4 180 1 .800 19 0,9 Rataan 1 .150 11 .500 121,5 6,1

(6)

Tabel 5 . Jenis hijauan (nama lokal dan nama latin) yang dominan dan sporadis serta estimasi kandungan protein, fosfor (P) dan sulfur (S) di lokasi pengkajian.

Dalam Tabel 5, juga menyatakan nilai gizi (kandungan protein, fosfor dan sulfur) dari berbagai jenis hijauan tersebut . Kandungan gizi hijauan yang terdapat di lokasi pengkajian, seperti yang disajikan pada Tabel 5, memperlihatkan bahwa nilai gizinya hanya cukup untuk mendukung pertumbuhan ternak yang minimal . Jadi apabila pakan yang dikonsumsi hanya bergantung pada rumput alam maka dipertukan pakan tambahan yang mendukung pertumbuhan yang optimal dan ekonomis .

Sejauh ini pemberian pakan tambahan hanya pada sapi yang digemukkan berupa sagu dan dedak padi . Namun bila ditinjau dari kebutuhan pertumbuhan ternak yang digemukkan, maka kedua jenis pakan tambahan -tersebut merupakan sumber karbohidrat (energi), sehingga terlihat bahwa pertambahan bobot badan (PBB)-nya relatif masih rendah .

Terlihat bahwa yang menjadi faktor pembatas adalah kekurangan protein . Upaya pemberian tambahan asupan protein pada ternak penggemukan dapat diperoleh dari tanaman legum, yang ironisnya masih sangat jarang ditemui di lapangan . Oleh karena itu prioritas pengembangan pakan ternak di lokasi pengkajian adatah mengembangkan tanaman pakan sumber protein seperti tanaman leguminose .

Aspek Sosial Ekonomi Responden

Profil Petani Koperator

(i) Deskripsi Responden

Jumlah responden sebanyak 14 orang dengan pendidikan dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi . Semua responden memiliki ternak sapi tetapi berdasarkan jumlah waktu yang digunakan, maka tidak semua responden mempunyai pekerjaan utama dalam usaha peternakan . Sekitar 43% responden adalah petani tanaman pangan dengan ternak, hanya sekitar 28% saja dari responden yang merupakan peternak murni . Sisanya merupakan peternak-nelayan, peternak-tukang dan peternak - lain lain (Tabel 6) . Karena sebagian besar responden bukan peternak murni, tetapi mempunyai pekerjaan lain, sehingga waktu yang digunakan untuk usaha peternakan tidak optimal dalam pemeliharaan ternak .

Tabel 6 . Jenis usaha responden di Kampung Pasir Man Panjang, Surantih, tahun 2005.

Jenis pekerjaan Persentase

Peternak - tanaman pangan 42,9

Petemak murni 28,6

Peternak - tukang 7,1

Peternak - nelayan 14,3

Peternak - lain-lain 7,1

Jumlah 100

Nama lokal Nama Latin Kandungan gizi (%)

Protein Fosfor (P) Sulfur (S) Hiiauan Utama :

1 . Rumput Agam Fimbristylis albovlridis 8,3 0,12 0,46 2 . Rumput Pahit Axonopus compressus 9,3 0,13 0,53 3 . Rumput Bulek Eleocharfs ochrostachys 10,5 0,14 0,78 Hiiauan Sooradis :

1 . Rumput Kerinci Brachlarla platyphylla 8,6 0,11 0,75 2 . Rumput Sawik Eleusina lndica

-3 . Rumput Udang Paspalum secrobiculatum 8,8 0,11 0,73

4. Rumput Pahit Joho Andropogon pertusus -

-5 . Rumput Paro-paro Hiiauan/Pakan Lain :

Cyperus sanguinolentus

1 . Campuran rumput - 10,3 0,16 0,66

2 . Batang Pisang Musa spp 3,9 0,12 0,37

(7)

Jumlah anggota keluarga responden rata-rata adalah 5 orang, jumlah anggota keluarga maksimal adalah 8 orang dan minimal 2 orang . Anggota keluarga ini umumnya berperan dalam kegiatan usaha peternakan, pertanian tanaman pangan, dan warung . Sedangkan pada kegiatan pertukangan dan PNS memerlukan keahlian khusus sehingga anggota keluarga terutama anak tidak bisa berperan .

(ii)

Pemilikan Ternak Sapi

Jumlah rata-rata sapi yang dipelihara responden adalah 20 ekor/KK dengan jumlah minimal sebanyak 2 ekor/KK dan maksimal sebanyak 60 ekor/KK . Sekitar 64% responden memiliki ternak Lebih dari 10 ekor, hampir 22% responden memelihara jumlah ternak 5-10 ekor/KK . Sedangkan responden yang mememelihara ternak kurang dari 5 ekor hanya sebanyak 14,3% (Tabel 7) . Walupun demikian, hanya sekitar 21% saja dari responden yang memelihara sapi milik sendiri biasanya usaha peternakan dengan skala Lebih dari 10 ekor, sisanya merupakan sistem gaduhan (pemeliharaan ternak orang lain dengan pembagian hasil separuh dari keuntungan yang diperoleh) terutama usaha peternakan skala kurang dari 10 ekor .

(iii)

Pendapatan Responden

Semua responden adalah peternak, tetapi mereka mempunyai sumber pendapatan lain dengan siklus usaha Lebih cepat dari usaha peternakan . Yang terbanyak di antaranya adalah usahatani tanaman pangan, nelayan, warung, dan tukang . Penjualan ternak dilakukan se-waktu waktu petani memerlukan uang . Petani koperator yang dimonitor, menjual ternaknya sebanyak 5 ekor . Dua induk, dua anak betina dan satu jantan .

Hanya sekitar 36% saja dari peternak yang melakukan penjualan ternak selama satu tahun terakhir, sisanya tidak ada metakukan penjualan ternak selama satu tahun terakhir . Dari sini tertihat bahwa fungsi usaha peternakan tebih banyak ditujukan sebagai tabungan dan akan digunakan untuk kebutuhan mendesak dengan jumlah yang Lebih besar . Sedangkan kebutuhan sehari-hari dipenuhi dengan usaha setain peternakan seperti usahatani tanaman pangan, warung, nelayan, dan pegawai negeri .

Pendapatan responden berkisar dari Rp 875 .000 sampai Rp 40 juta/tahun . Namun demikian hampir 43% responden berpenghasilan antara Rp 1-5 juta/tahun . Sedangkan yang berpenghasitan lebih dari Rp 10 juta/tahun sekitar sekitar 36%, terutama peternak dengan skata usaha Lebih dari 10 ekor dan umumnya mereka memiliki ternaknya sendiri

(Tabel 8) .

Walaupun banyak responden yang tidak menjual ternak dalam satu tahun terakhir, namun kontribusi ternak terhadap pendapatan adalah yang terbesar (47%), kemudian diikuti oleh tanaman pangan (33%) . Sedangkan dari penghasilan usaha warung, tukang dan lainnya

Prosiding Peternakan 2006

1 8 3 Tabel 7 . Jumlah pemeliharaan sapi oleh responden di Hagari Surantih,

tahun

2005 .

Jumlah pemeliharaan (ekor) Persentase

Kurang dari 5 ekor Antara 5-10 ekor

Lebih dari 10 ekor

14,3 21,4 64,3

Jumlah 100

Tabel 8 . Distribusi frekuensi pendapatan responden di Nogari Surantih, tahun 2005.

Pendapatan Persentase

Kurang dari Rp 1 juta 7,1

Antara Rp 1- 4,9 juta 42,9

Antara Rp 5- 9,9 juta 14,3

Di atas Rp 10 juta 35,7

(8)

hanya memberikan kontribusi terhadap pendapatan sekitar 20% (Tabel 9) . Namun curahan tenaga kerja terhadap usaha peternakan relatif kecil dibandingkan dengan usaha-usaha lainnya .

Kematian ternak relatif minim dimana selama kegiatan pengkajian ini hanya seekor anak sapi berumur dua minggu yang mati, disamping itu seekor anak yang baru berusia 2 minggu hitang .

Tabel 9 . Kontribusi jenis usaha/pekerjaan terhadap pendaptan responden di Nagari Surantih, 2005 . Jenis usaha/pekerjaan Persentase Peternakan 47 Tanaman pangan 33 Lainnya 20 Jumlah 100 Analisa Usahatani Penggemukan Sapi Pesisir

Umumnya sapi Pesisir dipelihara secara ekstensif, dimana ternak dipelihara secara berkelompok, digembatakan di padang penggembalaan, dan tempat terbuka lainnya . Namun demikian ada juga peternak yang memelihara secara intensif, terutama untuk penggemukkan . Satu siklus penggemukan bekisar selama 6-11 bulan . Sapi Pesisir disukai untuk kurban karena ukuran tubuhnya yang lebih kecil, sehingga harganya juga lebih rendah, namun demikian memenuhi syarat digunakan untuk kurban . Akibatnya pada bulan Zulhijah tahun Hijriah permintaan terhadap sapi Pesisir meningkat terutama menjetang Hari Raya Haji .

Analisis ekonomi penggemukan sapi yang dipelihara secara intensif memperhitungkan biaya pemberian sapi bakalan, penyusutan kandang, pemberian pakan tambahan dan obat-obatan, ternyata dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp 600 .000/ekor/siklus dengan nilai B/C = 1,22 (Tabet 10) .

Keterangan

*) Per siklus = 6-11 bulan ; **) Hanya pakan tambahan yang dihitung biayanya ; ***) Merupakan biaya tenaga kerja ketuarga .

KESIMPULAN

1 . Sapi Pesisir merupakan sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Provinsi Sumbar . Populasi sapi Pesisir diperkirakan sekitar 20% dari total jumlah sapi di Sumbar . Sapi Pesisir pada umumnya dipelihara secara bebas dan masih sangat sedikit perhatian peternak dalam pemeliharaannya . Selain itu, sapi Pesisir merupakan ternak yang poputer untuk kebutuhan hewan kurban pada hari raya Idul Adha dan sebagai salah satu bentuk investasi yang dapat diuangkan sewaktu kepertuan mendesak .

2 . Survai monitoring ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi terkini dan akurat tentang data produktivitas dan kendala ternak sapi Lokal Pesisir yang mendominasi

Tabel 10 . Analisis ekonomi usaha penggemukan sapi Pesisir/ekor/siklus *), tahun 2005.

Biaya dan penerimaan Jumlah (Rp .)

A . Penjualan seekor sapi 3 .300 .000

B . Pembiayaan 1 . Biaya Tetap

Penyusutan kandang 200 .000

2 . Biaya variabet

Beli sapi bakatan 2000 .000

Pakan (**) 200 .000 Obat-obatan 50 .000 Tenaga kerja (***) 250 .000 3 . Biaya Total 2 .700 .000 C . Keuntungan 600 .000 B/C 1,22

(9)

populasi sapi di Kabupaten Pesisir, hat ini penting untuk menjadi landasan pemikiran tentang perencanaan peningkatan produkitivitas jenis sapi ini ke depan .

3 . Pengamatan awal mengindikasikan bahwa penampilan sapi lokat Pesisir yang dilepas bebas di tempat penggembalaan umum relatif kecil-kecil sebagai akibat rendahnya pertumbuhan ternak . Hat ini karena rendahnya kapasitas dan dukungan pakan yang disediakan dari padang penggembalan umum .

4 . Rataan berat badan dan pertumbuhan sapi jantan yang dikandangkan secara intensif untuk digemukkan, masih kurang memadai . Hat ini karena pemberian pakan tambahan berupa sagu dan dedak adatah sumber karbohidrat (enersi), sehingga masih kekurangan protein untuk mendukung pertumbuhan yang optimal .

5 . Sekitar 43% responden adatah petani tanaman pangan dengan ternak, hanya sekitar 28% saja dari responden yang merupakan peternak murni . Sisanya merupakan peternak-nelayan, peternak-tukang dan peternak PNS .

6 . Jumlah rata-rata sapi yang dipelihara responden adalah 20 ekor/KK dengan jumlah minimal sebanyak 2 ekor/KK dan maksimal sebanyak 60 ekor/KK . Sekitar 64% responden memiliki ternak lebih dari 10 ekor, hampir 22% responden memelihara jumlah ternak 5-10 ekor/KK . Responden yang mememelihara ternak kurang dari 5 ekor hanya sebanyak 14,3% . Watupun demikian, hanya sekitar 21% saja dari responden yang memelihara sapi milik sendiri biasanya usaha peternakan dengan skala lebih dari 10 ekor, sisanya merupakan sistem gaduhan terutama usaha peternakan skala kurang dari 10 ekor .

7 . Pendapatan responden berkisar dari Rp 875 .000 sampai Rp 40 juta/tahun . Namun demikian hampir 43% responden berpenghasitan antara Rp 1-5 juta/tahun . Sedangkan yang berpenghasilan lebih dari Rp 10 juta/tahun sekitar sekitar 36% . Peternak yang berpenghasilan di atas Rp 10 juta/tahun adatah peternak dengan skala usaha lebih dari 10 ekor dan memiliki ternaknya sendiri . Kontribusi terhadap pendapatan yang terbesar adalah berasal dari ternak (47%), kemudian diikuti oleh tanaman pangan (33%), dan dari usaha lainnya (warung, tukang dll) hanya memberikan kontribusi sekitar 20%) . Namun curahan tenaga kerja terhadap usaha peternakan relatif kecil dibandingkan dengan usaha-usaha lainnya .

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2000 dan 2002 . Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat . Bamualim, A ., Wirdahayati R.B . dan Mursal Boer . 2004 . Status dan peranan sap! lokal

pesisir di Sumatera Barat . Disampaikan dalam Seminar Kelembagaan Usahatani Tanaman -Ternak di Denpasar . Tanggal 30 November - 2 Desember 2004 . PAATP Pusat, Badan Litbang Pertanian .

Merkens, J . 1926 . De Paarden-En Runderteelt in Nederlandsch-Indie . Department Van Landbouw, Nijverheid en Handel . Landsdrukkerij-Weltevreden .

Rusfidra, A . 2005 . Quo Vadis Sapi Pesisir . Makalah e-mail 20/10/2005 pada Website Universitas Bung Hatta .

Saladin, R . 1983 . Penampilan sifat-sifat produks! don reproduksi Sapi Lokal Pesisir Selatan di Porpinsi Sumatera Barat . Disertasi . Fakultas Pasca Sarjana Linstitut Pertanian Bogor . Wirdahayati . R .Bakry 1994 . Reproductive characteristics and productivity of Bali and Ongole

cattle in Nusa Tenggara, Indonesia . PhD . Thesis . Depatment of Farm Ainmal Medicine and Production . The University of Queensland, Brisbane, Australia .

Wirdahayati R .B., A . Pohan, A . Bamualim, Masniah, D . Kana Hau, C . Liem, A . Ila, S . Ratnawati ., Petrus Jedo . 2001 . Sistem Usaha Pertanian (SUP) Berbasis sap! Potong di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang . Proyek ARMP II, BPTP Naibonat .

Prosiding Peternakan 2006

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukkan bahwa akar yang direstorasi dengan pasak cor perorang menunjukkan kekuatan fraktur lebih tinggi daripada gigi yang direstorasi dengan

Untuk mengaplikasikan metode hermeneutika dalam kajiannya terhadap al-Qur’an terlebih dahulu Abu Zaid menurunkan kedudukan teks al-Qur’an dari teks wahyu menjadi teks

Nama L/P Tempat, Tgl Lahir Alamat Kec Kab No Telephone/ HP 1 Doni Santoso L Tapin 7 Juli 1990 Jl... Rantau Kiwa

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N

Hasil karakteristik input–output, data pembangkit dan pembebanan dijadikan masukan proses optimasi biaya pembangkitan menggunakan metode dynamic genetic

Di dalam proses pengolahan makanan TIDAK terdapat tahap yang dapat membunuh mikroorganisme berbahaya atau mencegah / menghilangkan bahaya kimia / fisik.. Makanan yang mengandung bahan

Dalam penelitian ini, dilakukan analisa secara analitis, numerik dan eksperimen model SPAR (skala 1:125) di laboratorium Hidrodinamika ITS dalam kondisi free floating

Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan suatu simulasi dari beberapa