BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peranan pendidikan sangat penting untuk mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Pendidikan merupakan pondasi utama suatu bangsa untuk maju sehingga kita perlu mempersiapkannya dengan baik. Pada saat ini, kita perlu
melihat kembali praktik-praktik pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Banyak orang beranggapan bahwa pembelajaran di sekolah yaitu guru mengajar dan menyodorkan informasi dan pengetahuan kepada siswa. Lebih
parah lagi, siswa di tuntut untuk memperoleh nilai-nilai yang tinggi. Paradigma lama beranggapan bahwa pembelajaran adalah guru memberikan
pengetahuan kepada siswa yang pasif. Banyak guru menganggap paradigma lama ini sebagai satu-satunya alternatif. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan mengharapkan siswa Duduk, Diam, Catat, dan
Hafal (3DCH) serta mengadu siswa satu sama lain (Lie, 2007:3).
IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya.
Melalui pembelajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Untuk menilai keberhasilan pembelajaran
▸ Baca selengkapnya: contoh lembar pengesahan penelitian tindakan kelas
(2)diketahui dari nilai di atas KKM. Kriterian ketuntasan minimal setiap sekolah berbeda-beda sesuai dengan kemampuan siswa serta sarana dan
prasarana pembelajaran yang mendukung. Di SD XXX KKM yang ditetapkan adalah 64. Jadi, siswa dinyatakan tuntas dalam mempelajari IPS jika sudah menguasai kompetensi 64. Namun, di SD XXX tingkat
penguasaan materi IPS masih kurang yaitu 56% kurang menguasai materi tersebut. Hal ini, dapat dilihat dari rata-rata nilai yang masih di bawah KKM
yang telah ditetapkan oleh sekolah. Hal tersebut dikarenakan suasana pembelajaran dan metode yang disampaikan kurang menarik. Penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran dan metode yang menarik sehingga
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Untuk meningkatkan prestasi belajar IPS. Penulis akan menerapkan model
Cooperative Learning teknik Jigsaw. Penulis mengambil judul
”Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS Kelas V SD XXX Tahun Pelajaran
terserah”. Penulis mengharapkan dengan model Cooperative Learning
teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPS.
Apakah dengan penerapan model Cooperative Lerning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar Ilmu pengetahuan Sosial kelas V di SD
XXX tahun pelajaran terserah?
C. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw. Diharapkan dengan penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw
dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi pencapaian hasil belajar IPS yang optimal
D. Definisi
Supaya tidak terdapat kesalahan persepsi terhadap judul penelitian ini, maka definisi yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Model pembelajaran Cooperative Learning teknik jigsaw adalah teknik yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Lie, 2007:69).
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk lebih meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial IPS dengan penerapan model cooperative learning teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran
terserah.
F. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model Cooperative Learning Teknik Jigsaw
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD XXX tahun pelajaran tahun terserah.
G. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, merupakan pengalaman yang berharga dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model Cooperative
Learning Teknik jigsaw di kelas V SD XXX tahun pelajaran terserah.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan model
Cooperative Learning Teknik Jigsaw di kelas V SD XXX tahun
pelajaran terserah.
H. Batasan Masalah
yang disampaikan adalah mata pelajaran IPS tentang Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Prestasi Belajar
1. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu/tiap orang yang menjadi tanggung jawabnya. Belajar dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan akan pengalaman yang didapat dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Menurut Hilgard dalam Wens Tanlain (2007:6) bahwa ”belajar adalah suatu proses dan melalui proses itu terjadi pendidikan serta proses ini terjadi dalam diri anak sejak ia lahir”.
2. Prestasi Belajar
Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan atau dikerjakan).
Menurut Winkel (1991:162) “prestasi” adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai”. Jadi Prestasi Belajar adalah hasil yang telah dicapai
setelah seseorang melakukan kegiatan tertentu.
Lie (2007:28) mengatakan bahwa falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong adalah falsafah homo hominis socius. Falsafah
ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.
Model pembelajaran Cooperative Learning atau gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa bisa juga mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator. Suasana belajar Cooperative Learning dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian
psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh persaingan dan memisah-misahkan siswa ( Johnson & johnson, 1989 )
Roger dan David Johnson dalam Lie (2007:31) mengatakan bahwa
”tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, perlu diterapakan lima unsur pembelajaran
Cooperative Learning (Lie, 2007:31). yaitu :
Dalam pembelajaran Cooperative Learning pengajar perlu menciptakan suasana yang mendorong anak-anak merasa saling
membutuhkan satu sama lain. Pengajar dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif yaitu dengan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning siswa yang kurang
mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka juga memberi sumbangan. Justru mereka akan merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan nilai mereka.
Sebaliknya siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan
mereka.
b. Tanggung Jawab Perorangan
Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik, jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning. Kunci keberhasilan metode kerja
kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugas.
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tuagas selanjutnya dalam kelompok dapat
dilaksanakan. Dalam teknik yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak jelas
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas
agar tidak menghambat yang lain.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk saling bertatap
muka, sehingga mereka dapat saling berdiskusi. Interaksi semacam ini memungkinkan anak-anak dapat saling menjadi sumber belajar. Anak anak
sering merasa lebih mudah belajar dengan teman sesamanya daripada belajar dari guru. Interaksi tatap muka memungkinkan terciptanya sumber belajar yang bervariasi, sehingga dapat mengoptimalkan pencapaian hasil
belajar.
Siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya
untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka. Proses komunikasi antar kelompok merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional anak
e. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih
efektif. waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar
terlibat dalam kegiatan pembelajaran Cooperative Learning.
Pengelolaan kelas Cooperative Learning menggunakan pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman). Kelompok heterogenitas
dapat dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama, sosio ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis.
sangat baik diterapkan dalam pembelajaran karena memberi kesempatan pada siswa untuk saling mengajar (peer teaching).
Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen, sehingga tujuan belajar Cooperative Learning tidak tercapai. Anggota setiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara
acak. Ada tiga macam teknik pengacakan menurut Triantoro dalam MUTU (1998:33) yang dapat digunakan. Ketiga teknik tersebut dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Sosiometri
Melalui metode ini guru dapat menentukan anak dari yang tergolong
paling disukai teman hingga paling tidak disukai oleh teman. Berdasarkan metode ini guru dapat menyusun kelompok belajar yang didalam tiap
kelompok ada anak yang tergolong banyak teman, anak biasa dan anak yang tidak memiliki teman.
2. Berdasarkan Kesamaan Nomor
Jika jumlah anak dalam kelas 20 dan ingin menciptakan 5 kelompok belajar yang masing-masing beranggotakan 4 anak misalnya, guru dapat
3. Menggunakan Teknik Acak Berstrata
Anak-anak dalam kelas terlebih dahulu dikelompokan secara
homogen. Setelah itu, secara acak anak diambil dari kelompok yang homogen tersebut dan dimasukkan kedalam kelompok belajar Cooperative Learning. Melalui teknik ini diharapkan dapat tercipata kelompok yang
anggotanya heterogen.
Dalam metode pembelajaran Cooperative Learning, penataan ruang
kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa melihat guru/papan tulis dengan jelas, bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam
jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi tidak menggangu kelompok yang lain dan guru bisa
menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain (Lie, 2007:52).
C. Model Cooperative Learning teknik Jigsaw
Teknik Jigsaw merupakan salah satu teknik dalam Cooperative learning yang bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
membantu siswa mengaktifkan latar belakang ini agar bahan pelajaran lebih bermakna. Siswa dapat bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
D. Hakikat IPS
1. Pengertian IPS
IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali”
para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kekompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga. IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia
sekelilingnya. Yang menjadi pokok kajian IPS adalah tentang hubungan antar manusia. IPS bukan hanya mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan yang berhubungan dengan manusia saja, melainkan juga tentang tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan (Dunfee and Sagl, 1966).
Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan
antarmanusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan berhadapan dengan kehidupan
penuh tantangan. Dapat dikatakan bahwa IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial (Depdikbud, 1991:5).
Jadi tujuan siswa mempelajari IPS adalah
1. Supaya para siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna
2. Supaya para siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3. Supaya para siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia
Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam hidupnya manusia harus mampu mengatasi rintangan-rintangan yang mungkin
timbul dari sekelilingnya maupun dari akibat hidup bersama. IPS melihat manusia dari berbagai sudut pandang. IPS melihat bagaimana manusia
2. Pengertian Pembelajaran IPS Terpadu
Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut dengan
pendekatan interdisipliner. Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Debdikbud, dalam Trianto, 2007:129). Salah satu cara yang dilakukan
dalam pembelajaran terpadu adalah memadukan Kompetensi Dasar. Pembelajaran terpadu memberikan pengalaman langsung pada siswa sehingga siswa dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan,
dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang dipelajari. Model pembelajaran terpadu melatih siswa untuk dapat menemukan sendiri
berbagai konsep yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pada pembelajaran terpadu dapat mengambil suatu
topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain. Tema
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Model penelitian Kemmis dan Mc Taggart dalam ari Kunto (2002:83) yakni perencanaan (planing), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting)
Model penelitiannya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Siklus I Siklus II
Gambar 1. Bagan langkah-langkah penelitian
A. Setting
1. Subjek penelitian
2. Objek penelitian Kelas V SD XXX
3. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD XXX, Tamantirto, Kasihan, Bantul.
4. Waktu Penelitian
Kegiatan Jan Feb Mar April Mei Juni
Mengumpulkan proposal V
Mengumpulkan data V
Menghitung data V
Melakukan tindakan V
Mengolah data V
B. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
a. Membuat instrument pembelajaran 1) Menyusun RPP
2) Membuat LKS
3) Membuat lembar pengamatan
b. Membuat instrument penilaian
1) Membuat lembar pengamatan
c. Menyiapkan media pembelajaran 2. Rencana Tindakan Setiap siklus
a. Siklus 1
a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan dipelajari dengan Tanya jawab tentang menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative
Learning teknik jigsaw
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 8 siswa
(setiap anggota kelompok mendapat nomor 1-8)
Kel 1 Kel 2 Kel 3
b) Siswa mendapatkan materi dari guru tentang teks bacaan
dan soal.
c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1 kelompok ahli
(siswa dengan nomor yang sama bergabung membentuk kelompok ahli)
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
6 7 8
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok ahli :
Kel Ahli 1 Kel Ahli 2 Kel Ahli 3 Kel Ahli 4
Kel Ahli 5 Kel Ahli 6 Kel Ahli 7 Kel Ahli 8
Keterangan:
Kelompok ahli 1 : sekutu tiba di Indonesia
Kelompok ahli 2 : insiden Bendera di Surabaya
Kelompok ahli 3 : Pertempuran 5 hari di Semarang
Kelompok ahli 4 : Palagan Ambarawa
Kelompok ahli 5 : Pertempuran Medan Area
Kelompok ahli 6 : Pertempuran Surabaya
Kelompok ahli 7 : Bandung Lautan Api
Kelompok ahli 8 : Puputan Margarana
d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing. e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal.
Siswa 1 1 1
Siswa 2 2 2
Siswa 3 3 3
Siswa 4 4 4
Siswa 5 5 5
Siswa 6 6 6
Siswa 7 7 7
f) Dengan diskusi dalam satu kelompok asal, siswa mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan.
g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok.
h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang benar.
i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat menyelesaikan tepat waktu.
3) Penutup
Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil belajar siklus I
4) Observasi
Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai
pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar pengamatan.
5) Refleksi
Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian
khusus selama proses pembelajaran.
1) Kegiatan awal
a) Memberikan apersepai mengenai materi yang akan
dipelajari dengan tanya jawab tentang menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
b) Guru memberikan pengarahan tentang Cooperative Learning teknik jigsaw
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan inti
a) Guru membagi kelas menjadi kelompok heterogen, satu
kelas dibagi menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa.
(Setiap siswa mendapatkan no yaitu nomor 1, 2, 3, 4) Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5
b) Siswa mendapatkan materi dari guru tentang teks bacaan dan soal.
c) Siswa dengan materi yang sama bergabung menjadi 1
kelompok ahli (Siswa yang mendapat nomor sama Siswa
1 2 3 4
Siswa 1 2 3 4
Siswa 1 2 3 4
Siswa 1 2 3 4
berkumpul membentuk kelompok ahli dengan materi yang sama)
Kelompok ahli:
Kel Ahli 1 Kel Ahli 2 Kel Ahli 3 Kel Ahli 4
Kelompok Ahli 1 : Ir. Soekarno
Kelompok ahli 2 : Drs. Moh. Hatta
Kelompok ahli 3: S.S. Hamengku Buwono IX
Kelompok ahli 4 : Jendral Sudirman
d) Setiap siswa kembali ke kelompoknya masing-masing.
e) Siswa melakukan diskusi di dalam kelompok asal. f) Dengan diskusi dalam satu kelompok asal, siswa
mendapatkan jawaban soal yang telah dibagikan. g) Siswa mempresentasikan hasil dari kelompok.
h) Siswa diberi penguatan dengan diberikan jawaban yang
benar.
i) Siswa mendapatkan penghargaan yang dapat
menyelesaikan tepat waktu. Siswa
1 1 1 1 1
Siswa 2 2 2 2 2
Siswa 3 3 3 3 3
3) Penutup
Guru membuat rangkuman materi dan memberikan tes hasil
belajar siklus II
4) Observasi
Peneliti dibantu oleh satu orang guru yang bertindak sebagai
pengamat pembelajaran dengan cara mengobservasi kegiatan siswa selama proses pembelajaran dan mengisi lembar
pengamatan.
5) Refleksi
Peneliti mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian
khusus selama proses pembelajaran.
C. Pengumpulan Data
1. Peubah
Prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran 2. Indikator
Menyebutkan usaha mempertahankan kemerdekaan
Menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan
Menjelaskan jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
3. Data
Skor hasil ulangan siklus 1 & 2
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan proses pembelajaran pada siklus I dan
siklus II
5. Instrumen
Soal ulangan
D. Indikator Keberhasilan
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) mata pelajaran IPS yang harus dikuasai siswa kelas IV SD XXX adalah 64. Indikator keberhasilan yang
digunakan pada Siklus I penelitian tindakan kelas ini adalah 65% dan diharapkan pada siklus II akan naik menjadi 75 % dengan asumsi dari 19 siswa, 15 siswa mendapatkan nilai di atas 65. Sedangkan nilai ulangan siswa
Rumus : (%) x100% N
n
n (n:skor perolehan, N:skor maksimal yang