SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
DisusunOleh:
ALDY PAMBUDI WICAKSONO 12808141064
PROGRAM STUDI MANAJEMEN - JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
v
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Al-Baqarah: 153)
“Hidup ini bagai skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati. Tapi semua akan selalu berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah.”
(Alitt Susanto)
" Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan tanpa visi hanyalah
membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia! "(Joel Arthur Barker)
" Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu, namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat mengejarnya "
vi
Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan untuk:
Kedua Orangtua, Keluarga, dan Saudara-Saudara saya
vii Oleh:
Aldy Pambudi Wicaksono NIM: 12808141064
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh: (1) Lingkungan kerja terhadap Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA. (2) Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA dan (3) Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT PERTAMINA.
Penelitian ini termasuk penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA yang berjumlah 119 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang telah diuji validitas (CFA) dan reliabilitasnya (Cronbach Alpha). Analisis regresi linier berganda digunakan untuk uji hipotesis penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Lingkungan Kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA dengan nilai beta (β) sebesar 0,208 dan p=0,023. Kontribusi lingkungan kerja untuk menjelaskan kinerja karyawan (∆R2) sebesar 0,043 atau 4,3%. (2) Stres Kerja memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA dengan nilai beta (β) sebesar 0,107 dan p=0,086. Kontribusi stres kerja untuk menjelaskan kinerja karyawan (∆R2) sebesar 0,011 atau 1,1%. (3) lingkungan kerja memiliki nilai beta (β) sebesar 0,243 dan p=0,009 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dan stres kerja dengan nilai beta (β) sebesar 0,160 dan p=0,086 berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Kontribusi lingkungan kerja dan stres kerja berpengaruh postif terhadap kinerja karyawan (∆R2) sebesar 0,066 atau 6,6%.
viii toward employee’s work performance in LPG Balongan Depot PT PERTAMINA (2) The work’s stress toward employee’s work performance in LPG BalonganDepot PT PERTAMINA and (3) The working environment and stress toward employee’s work performance in LPG Balongan Depot PT PERTAMINA. This research was associative causal research using quantitative approach. The sample in this research was all of the employees in LPG Balongan Depot PT PERTAMINA which amounts 119 people. The data collection was using questionnaire while the data analysis was done by using multiple regressions. The data was collected with questionnaire that its validity (CFA) and its reliability (Cronbach Alpha) have been tested. Multiple linier regression analysis was used to test the hypothesis in this research.
The result in this research shows that: (1) Working environment has positive influence and significant toward employee’s work performance in LPG Balongan Depot PT PERTAMINA with beta (β) 0,208 and p=0,023. The contribution of work’s environment to explain the employee’s work performance is (∆R2) 0,043 or 4,3%. (2) Work’s stress that has positive influence but not significant toward employee’s work performance in LPG Balongan Depot PT PERTAMINA which has beta (β) 0,107 and p=0,086. The contribution of work’s stress to explain the employee’s work performance is (∆R2) 0,011 or 1,1%. (3) Working environment with beta (β) 0,243 and p=0,009 has positive effect and significant toward employee’s work performance and work’s stress which has beta (β) 0,160 and p=0,086, it has positive effect toward employee’s work performance. The contribution of working environment and stress has positive effect toward employee’s work performance is (∆R2) 0,066 or 6,6%.
ix
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (PERSERO)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dr. Sugiharsono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
3. Setyabudi Indartono, Ph.D., Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Farlianto, S.E., MBA, dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan, masukan, serta motivasi kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Prof. Dr. Nahiyah Jaidi, M.Pd.,dosen Penguji yang telah memberikan
xi
KATA PENGANTAR...ix
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR GAMBAR...xiii
DAFTAR TABEL...xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi Masalah...5
C. Batasan Masalah...6
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian...6
F. Manfaat Penelitian...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...8
A. Landasan Teori...8
1. Kinerja Karyawan...8
2. Lingkungan Kerja ...15
3. Stres Kerja...19
B. Penelitian yang Relevan...21
C. Kerangka Pikir...23
D. Paradigma Penelitian...25
E. Hipotesis...25
BAB III METODEPENELITIAN...26
A. Desain Penelitian...26
B. Tempat dan Waktu Penelitian...26
C. Definisi Operasional Variabel...26
D. Populasi dan Sampel...30
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...43
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian...43
B. Hasil Penelitian...46
C. Pembahasan...57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...61
A. Kesimpulan...61
B. Keterbatasan Penelitian...62
C. Saran...62
DAFTAR PUSTAKA...65
xiv
3. Penyebab Rendahnya Kinerja Karyawan dari 15 Responden...3
4. Kisi-kisi Instrumen ...33
5. Nilai KMO dan Bartlett’s TestTahap 1...34
6. Rotated Component Matrix CFA Tahap 1...35
7. Nilai KMO dan Bartlett’s Test Tahap 2...36
8. Rotated Component Matrix CFA Tahap 2 ...37
9. Hasil Uji Reabilitas...38
10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan...46
11. Distribusi Frekuensi Lama Bekerja...47
12. KategorisasiKinerja Karyawan...48
13. Kategorisasi Lingkungan Kerja...49
14. Kategorisasi Stres Kerja...50
15. Hasil Uji Normalitas...52
16. Hasil Uji Linearitas...53
17. Hasil Uji Multikolinieritas...53
18. Rangkuman Hasil Analisis Regresi...54
xv
2. Data Validitas dan Reliabilitas ...72
3. Data Penelitian...76
4. Data Karakteristik Responden...80
5. Data Kategorisasi...83
6. Hasil Uji Validitas CFA ...88
7. Daftar Item Pertanyaan yang Lolos Uji CFA...89
8. Hasil Uji Reabilitas...90
9. Hasil Uji Karakteristik Responden...91
10.Hasil Uji Deskriptif...91
11.Rumus Perhitungan Kategorisasi ...92
12.Hasil Uji Kategorisasi ...93
13.Hasil Uji Normalitas...94
14.Hasil Uji Linieritas...94
15.Hasil Uji Multikolinieritas...95
16.Hasil Uji Regresi Berganda (1)...96
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan globalisasi ini banyak perusahaan yang dituntut untuk dapat memaksimalkan kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa perusahaan
harus mampu menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Dalam mengatasi hal tersebut sumber daya manusia
(SDM) adalah paling utama yang harus diperhatikan perkembangannya karena dengan adanya SDM yang baik dan profesional akan sangat membantu dalam memaksimalkan kinerja dalam suatu perusahaan.
Dengan adanya SDM yang baik maka kinerja yang dihasilkan akan mempengaruhi kemajuan perusahaan tersebut begitu juga sebaliknya jika
kinerja suatu perusahaan tidak baik maka akan menghambat kemajuan perusahaan. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu Mangkunegara, 2001).
Depot LPG Balongan PT Pertamina (Persero) berdiri pada tahun 1979 merupakan salah satu Fasilitas Filling Plant dari Unit Pemasaran Domestic Gas Region III JBB dengan area kerja Depot LPG Balongan, Terminal
LPG Eretan, dan Filling Plant RU VI Balongan. Depot dengan luas area 25.497,5 m2 atau ± 2,5 ha mempunyai tugas utama menjaga ketersediaan
Bandung, Semarang, dan Jakarta. Hal ini tentunya tidak lepas dari sumber daya manusia yang ada didalamnya atau karyawannya.Karena karyawan
merupakan komponen utama yang sangat penting yang mana karyawan tersebut dituntut untuk mampu bekerja dan bersaing serta berkinerja
tinggi.Untuk mencapai hal tersebut, Pertamina membutuhkan tenaga kerja yang ahli dan terampil untuk mencapai produktivitas yang tinggi.
Tabel 1 : Data Realisasi Refill Elpiji 12 KG s.d. Desember 2015
Sumber : Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (PERSERO)
Dari data realisasi refill Elpiji 12 KG dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2015, dapat dilihat bahwa penyaluran elpiji 12 KG
mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan menurunnya kinerja karyawan Depot LPG Balongan PT Pertamina.
695.256729.384
Realisasi Refill Elpiji 12 KG s.d Desember 2015
Januari Februari Maret April
Mei Juni Juli Agustus
Berdasarkan hasil wawancara dengan Supervisor Receiving, Engineering and Distribution serta Jr. Supervisor Sales and General Administration di
Depot LPG Balongan PT Pertamina, perusahaan tersebut mengalami permasalahan tentang kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan karyawan
kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan, karyawan merasa selalu dikejar waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya, lingkungan kerja yang kurang kondusif dan adanya tekanan dan intimidasi.
Tabel 2. Indikasi Rendahnya Kinerja Karyawan Depot LPG Balongan No. Indikasi Rendahnya Kinerja Karyawan
1. 2. 3. 4.
Karyawan kurang cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan.
Karyawan merasa dikejar waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.
Lingkungan kurang kondusif. Adanya tekanan dan intimidasi.
Sumber : Hasil wawancara Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (PERSERO)
Rendahnya kinerja karyawan di Depot LPG Balongan PT Pertamina dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Berdasarkan wawancara dengan 15 karyawan Depot LPG Balongan PT Pertamina, dapat diketahui bahwa penyebab rendahnya kinerja karyawan ditunjukkan pada:
Tabel 3. Penyebab rendahnya kinerja karyawan dari 15 reponden
Pra-survey yang dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2016.Responden adalah 15 karyawan yang melakukan tindakan yang
mengindikasikan penurunan kinerja. Setiap responden diberikan pertanyaan terbuka mengenai apa yang menyebabkan kinerja mereka
menurun. Masing-masing responden menyampaikan rata-rata 2 jawaban.Berdasarkan hasil tersebut, stres kerja menduduki posisi teratas dengan 9 jawaban. Kemudian lingkungan kerja menduduki posisi kedua
dengan 8 jawaban, diikuti beban kerja dengan 6 jawaban, konflik antar rekan kerja 4 jawaban dan jenis pekerjaan 3 jawaban.
Dari hasil pra-survey menunjukan bahwa stres kerja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan.Berdasarkan wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan bahwa karyawan mengaggap
beban yang diberikan berlebihan dan adanya tekanan dan intimidasi dari berbagai pihak. Karena stres merupakan suatu tekanan akibat bekerja juga
akan mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi fisik seseorang, dimana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerja tempat individu itu berada. Salah satu cara menanggulangi stres kerja adalah dengan cara
memotivasi diri sendiri untuk bisa tenang, mengendalikan perasaan, menghadapi masalah, dan menyelesaikan masalah dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu lingkungan kerja. Hal ini diindikasikan dengan kurang nyamannya ruang kerja seperti
nyaman akan meningkatkan kinerja kerja karyawan, sehingga mereka juga akan dapat bekerja dengan lebih baik, dengan begitu hasil yang diinginkan
oleh perusahaan akan tercapai dengan baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mencoba
mengkaji mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan, dengan mengambil variabel stres dan kondisi lingkungan kerja sebagai salah satu faktor yang dirasa memiliki pengaruh terhadap kinerja
karyawan.Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan
Kerja dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Pada
Karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (PERSERO)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil penelitian dan pra-survey yang telah saya lakukan di Depot LPG Balongan, maka masalah dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Standar target perusahaan yang dirasa karyawan terlalu tinggi
2. Adanya kesalahan yang mengakibatkan tidak tepat waktu dalam menyelesaikan pekerjaan
3. Lingkungan kerja yang kurang nyaman
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,
maka penulis membatasi masalah penelitian pada pengaruh lingkungan kerja dan stres kerja terhadap Kinerja karyawan di Depot LPG Balongan
PT Pertamina.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Depot LPG Balongan PT Pertamina?
2. Bagaimana pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada
Depot LPG Balongan PT Pertamina?
3. Bagaimana pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Depot LPG Balongan PT Pertamina?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Depot
LPG Balongan PT Pertamina
2. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Depot LPG
3. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Depot LPG Balongan PT Pertamina.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini mampu memberikan pengetahuan seberapa jauh pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap
Kinerja Karyawan pada Depot LPG Balongan PT Pertamina
2. Bagi instansi yang terkait, agar dijadikan evaluasi tentang determinasi hubungan Stres Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Depot LPG Balongan PT Pertamina.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Karyawan
a. Definisi Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan hal penting dalam meningkatkan
produktivitas karyawan tersebut.Dalam meningkatkan kinerja karyawan perusahaan harus dapat mengetahui faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja. Menurut Mangkunegara (2012:9) “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:34)
“kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. Dari beberapa pandangan mengenai
pengertian kinerja menurut para ahli, maka disimpulkan bahwa
kinerja karyawan adalah hasil kerja karyawan sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan pada
b. Karakteristik Kinerja
Menurut Mangkunegara (2001, h.68) bahwa karakterikstik orang
yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut: Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
Memiliki tujuan yang realistis.
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk
merealisasi tujuannya.
Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam
seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
Menurut Handoko (2001: 193) banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja antara lain:
Motivasi
Motivasi merupakan keadaan pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.Memotivasi orang adalah menunjukkan arah tertentu
kepada mereka dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk memastikan bahwa mereka sampai kesuatu tujuan.
individu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan.Sedangkan menurut Maslow (Gibson,
Ivancevich dan Donelly, 2002: 97) motivasi ialah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat
kebutuhan yang paling rendah adalah Kebutuhan fisiologis dan tingkat yang tertinggi ialah kebutuhan akan perwujudan diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1) Fisiologi: Kebutuhan akan makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari rasa sakit.
2) Keselamatan dan keamanan (safety and security): Kebutuhan akan kebebasan dari ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan.
3) Rasa memiliki (belongingness), sosial, dan cinta: Kebutuhan akan teman, afiliasi, interaksi dan cinta.
4) Harga diri (esteems): Kebutuhan akan penghargaan diri dan penghargaan dari orang lain.
5) Perwujudan diri (self actualizatiton): Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi.
Kepuasan Kerja
Menurut Robbins (2002) bahwa kepuasan kerja adalah suatu
diyakini yang seharusnva diterima.Sedangkan menurut Vroom (2002) menjelaskan bahwa kepuasan kerja dapat mengarahkan
kepada sikap positif terhadap kemajuan suatu pekerjaan. Kepuasan kerja yang tinggi atau baik akan membuat karyawan
semakin meningkatkan prestasi kerja atau organisasi sehingga karyawan terkomitmen organisasi dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang dan yang lebih penting lagi kepuasan kerja yang
tinggi akan memperbesar kemungkinan tercapainya prestasi kerja yang tinggi dan komitmen organisasi yang tinggi pula. Karyawan
yang tidak merasa puas terhadap pekerjaanya, cenderung akan melakukan atau penghindar diri dari situasi-situasi pekerjaan baik yang bersifat fisik maupun psikologis.
Tingkat Stres
Gibson et al (dalam Yulianti, 2000: 9) mengemukakan bahwa
tingkat stres kerja dikonseptulisasi dari beberapa titik pandang, yaitu tingkat stres sebagai stimulus, tingkat stres sebagai respon
dan tingkat stres sebagai stimulus-respon.Tingkat stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang meniiik beratkan pada
lingkungan.
Definisi stimulus memandang tingkat stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan tanggapan
dengan respon individu.Pendekatan stimulus respon mendefinisikan tingkat stres sebagai konsekuensi dari interaksi
antara stimulus lingkungan dengan respon individu.Tingkat stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan
tingkat stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.Tingkat stres bisa dipandang sebagai
kondisi kejiwaan yang merupakan manifestasi upaya penyesuaian antara individu dengan berbagai tindakan, situasi, dan kejadian
yang menuntut respon pada individu tersebut.Jadi tingkat stres dianggap sebagai reaksi terhadap suatu situasi dan bukan situasi itu sendiri.
Tingkat stres dalam nuansa negatif sering digambarkan sebagai kondisi tertekan karena adanya perbedaan antara harapan dengan
kenyataan.Sumber tingkat stres ditempat kerja langsung mempengaruhi aktivitas pribadi yang tidak berkaitan dengan kerja.
Secara garis besar penyebab tingkat stres dikelompokkan menjadi dua, yaitu on the job dan off the job (Handoko, 2001: 45) yang bersumber pada konflik-konflik seperti permasalahan keluarga, isolasi sosial, perubahan teknologi, ketakutan pemutusan kerja,
wujud pemberdayaan dan pengembangan tim kerja pada karyawan, konflik peran, konflik harapan, perasaan frustrasi atas
beban pengurusan anggota keluarga yang lanjut usia dan anak-anak, dan sistem kompensasi yang diberikan pada karyawan juga
berpotensi menimbulkan tingkat stres. Stres dapat mempengaruhi prestasi kerja, semakin stres kerja maka semakin rendah prestasi kerja.
Kondisi Fisik Pekerjaan
Manajemen yang baik adalah manajemen yang memikirkan
bagaimana tentang lingkungan kerja yang baik dan
menyenangkan karena sangat dibutuhkan oleh tenaga
kerjanya.Lingkungan kerja diduga mempunyai pengaruh kuat
dalam pembentukan perilaku karyawan.Lingkungan kerja
memiliki kedudukan penting dalam lingkungan pengendalian
manajemen terpadu yang unsur-unsurnya adalah tenaga kerja, alat
kerja, kondisi kerja, pimpinan perusahaan, dan pola kebijakan
(Martoyo, 2002).
Secara umum lingkungan kerja dalam suatu organisasi atau
perusahaan di mana para karyawan melaksanakan tugas dan pekerjaannya.Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam
mempunyai peranan penting untuk kelancaran proses produksi karena lingkungan kerja yang baik tidak hanya dapat memuaskan
karyawan dalam melaksanakan tugas, tetapi juga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan
Sistem Kompensasi
Handoko (2001) mengatakan sistem kompensasi adalah segala
sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.Sedangkan menurut Dessler (2002) mengemukakan bahwa sistem kompensasi merupakan salah satu bentuk
pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan kompensasi merupakan segala bentuk imbalan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan dan diterima oleh para karyawan atas kerja yang telah dilakukan Desain Pekerjaan
Desain pekerjaan adalah variasi dari suatu pekerjaan bagi seorang
karyawan Aspek ekonomis adalah aspek-aspek dari dalam diri karyawan.(Handoko, 2001: 193) dan aspek teknis, adalah adalah
aspek dari dalam diri karyawan yang mempengaruhi karyawan dalam bekerja, (Handoko, 2001: 193).Desain pekerjaan
d. Indikator Kinerja
Menurut Riordandalam Christi, dkk (2010: 92), indikator dalam
kinerja adalah:
a. Deskripsi Pekerjaan
Pernyataan tertulis yang menjelaskan tentang tanggung jawab yangharus dilaksanakan dari suatu pekerjaan tertentu.
b. Kuantitas Pekerjaan
Seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam periode waktu yang telah ditentukan.
c. Ketepatan Waktu
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran pegawai dalam mengerjakannya sesuai dengan waktu yang ditentukan.
d. Kualitas Pekerjaan
Setiap pegawai dalam mampu mengenal dan manyelesaikan
masalah yang relevan serta memiliki sikap kerja yang positif di tempat kerja.
2. Lingkungan Kerja
a. Definisi Lingkungan Kerja
Menurut Anorogo dan Widiyanti (1993) lingkungan kerja adalah
segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang
dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang dibebankan (Nitisemito 1996).
b. Faktor yang mempengaruhi Lingkungan Kerja
Menurut Soedarmayanti (2001 : 21) bahwa faktor–faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya lingkungan kerja adalah sebagai
berikut:
Penerangan/Cahaya
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran bekerja.Oleh sebab
itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada
akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat
yaitu cahaya langsung, cahaya setengah langsung, cahaya tidak langsung dan cahaya setengah tidak langsung.
Suhu Udara
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup
bercampur dengan gas atau bau–bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Rasa sejuk dan segar dalam bekerja akan
membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
Suara Bising
Salah satu populasi yang cukup menyibukkan para pakar untuk
mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut daat mengganggu
ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan
yang serius bisa menyebabkan kematian.Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan engan
efisien sehingga kinerja meningkat. Keamanan Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya
keberadaannya.Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas
c. Indikator Lingkungan Kerja
Menurut Nitisemito (1996) menyatakan bahwa lingkungan kerja
diukur melalui indikator sebagai berikut: Suasana kerja
Setiap karyawan selalu menginginkan suasan kerja yang menyenangkan, suasana kerja yang nyaman itu meliputi cahaya/
penerangan yang jelas, suara yang tidak bising dan tenang, keamanan di dalam bekerja.
Besarnya kompensasi yang diberikan perusahaan tidak akan
berpengaruh secara optimal jika suasana kerja kurang kondusif. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedarmayanti (2001;46) bahwa
penerangan, tingkat kebisingan (ketenangan) dan suhu ruangan sebagai indikator dari lingkungan kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja karyawan.
Hubungan dengan rekan kerja
Hal ini dimaksudkan hubungan dengan rekan kerja harmonis dan
tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan kerja.Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam
suatu organisasi adalah adanya hubungan yang harminis diantra rekan kerja.Hubungan rekan kerjayang harmonis dan
Tersedianya fasilitas kerja
Hal ini dimaksudakan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/ mutahir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan
salah satu penunjang proses kelancaran dalam bekerja.
3. Stres Kerja
a. Definisi Stres Kerja
Menurut Prabu (2003 : 93), stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaannya. Menurut Gibson dkk (2002), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai
oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologi yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan
psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Menurut Anoraga (2001 : 108), stres kerja adalah suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam. Setiap aspek di pekerjaan dapat menjadi pembangkit stres.Tenaga kerja yang menentukan sejauh mana situasi yang dihadapi merupakan situasi stres atau tidak.
hasil interaksi di tempat lain, di rumah, di sekolah, di perkumpulan, dan sebagainya - Sunyoto, (2001 : 380).
Menurut Philip L (dikutip Jacinta L, 2002), menyatakan bahwa seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika:
Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak oraganisasi atau
perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak
hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja.
Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga
individu.
Oleh karenanya diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak
untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut.
b. Indikator Stres Kerja
Sedangkan menurut Igor S (1997;248), Indikasi Stres Kerja adalah: Intimidasi dan tekanan dari rekan sekerja, pimpinan perusahaan
dan klien.
Perbedaan antara tuntutan dan sumber daya yang ada untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban. Ketidakcocokan dengan pekerjaan.
Pekerjaan yang berbahaya, membuat frustasi, membosankan atau
Faktor- faktor yang diterapkan oleh diri sendiri seperti target dan
harapan yang tidak realistis, kritik dan dukungan terhadap diri sendiri.
Menurut Igor S (1997;249) menyatakan bahwa ada beberapa gejala-
gejala dari stres kerja, yaitu sebagai berikut: Menolak perubahan.
Produktivitas dan efisiensi yang berkurang.
Kehilangan motivasi, ingatan, perhatian, tenggang rasa dan
pengendalian.
Kurang tidur, kehilangan nafsu makan dan menurunnya nafsu
seks tidak menyukai tempat bekerja dan orang- orang yang
bekerja bersama
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang menyangkut stres kerja dan kondisi lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan menunjukkan hasil yang beraneka macam
sebagaimana berikut:
1. Septianto (2010) yang yang berjudul Pengaruh Lingkungan Kerja dan
Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT Pataya Raya Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial lingkungan kerja dan stres kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
> α = 0,05 dan variabel stress kerja mempunyai t hitung sebesar – 1,385
dengan p value 0,173 > α = 0,05. Secara simultan variabel lingkungan kerja dan stres kerja berpengaruh terhadap kinerja sebesar 8,40 %.
2. Siregar (2009) dengan judul Perilaku Stres Kerja dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan PT Sucofindo Medan”. Penelitian dengan analisa
korelasi product moment Pearson’s ini menghasilkan kesimpulan bahwa stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan dengan nilai
korelasi sebesar 0,737 dan koefisien determinasi sebesar 54,32 %.
3. Saputra (2014) dengan judul PENGARUH STRES DAN KONDISI FISIK
LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN CV. DAYA BUDAYA CORPORATION YOGYAKARTA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja dan kondisi fisik lingkungan
kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestai kerja karyawan. Penelitian dengan responden sejumlah 109 orang ini menujukkan hasil uji
F dihitung sebesar 34,860 dengan signifikansi 0,000 dan koefisien korelasi 0.630.
4. Gaffar (2012) dengan judul “Pengaruh Stres Terhadap Kinerja Karyawan
pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Kantor Wilayah X Makassar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individual dan organisasi stres
kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan sebesar 76,5%. Faktor yang paling berpengaruh signifikan terhadap kinerja
C. Kerangka Pikir
1. Pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Lingkungan kerja yang kondusif dan representatif akan memberi pengaruh terhadap kinerja karyawan. Karyawan yang bekerja dalam
ruangan yang nyaman, memiliki sarana untuk menyelesaikan tugas dalam kondisi yang baik dan didukung dengan kelompok yang selalu bekerjasama dalam bekerja serta saling menghormati sesama kelompok,
maka karyawan akan merasa betah untuk bekerja sehingga kinerjanya dapat optimal. Sebaliknya, bila karyawan di lingkungan kerja yang kotor,
tanpa adanya sarana yang memadai dan hubungan tidak harmonis dengan kelompok kerja, maka karyawan tidak mendapat kenyamanan dalam bekerja sehingga kinerja yang dihasilkannya tidak optimal.
2. Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Stres kerja dapat membantu atau merusak kinerja karyawan, tergantung
seberapa besar tingkat stres itu. Pada saat stres rendah atau tidak ada pekerja pada umumnya bekerja pada tingkat prestasi yang dicapai pada saat itu.Jadi tidak ada dorongan untuk berprestasi lebih dari yang
dilakukan selama ini. Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan.Akibatnya pada
diri karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu prestasi kerja.
beberapa point penting, antara lain bila tidak ada stres, tantangan-tantangan kerja juga tidak ada, dan kinerja cenderung rendah. Sejalan
dengan meningkatnya stres, kinerja cenderung naik, karena stres membantu karyawan untuk mengerahkan segala sumberdaya dalam
memenuhi berbagai persyaratan atau kebutuhan pekerja. Bila stres telah mencapai “puncak”, yang dicerminkan kemampuan pelaksanaan kerja
harian karyawan, maka stress tambahan akan cenderung tidak
menghasilkan perbaikan prestasi kerja. Akhirnya, bila stres menjadi terlalu besar, kinerjaakan mulai menurun, karena stres mengganggu
pelaksanaan pekerjaan. Karyawan kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya, menjadi tidak mampu untuk mengambil keputusan-keputusan dan perilakunya menjadi tidak teratur.
Akibat paling ekstrim, adalah kinerja menjadi nol, karena karyawan menjadi sakit atau tidak kuat bekerja lagi, putus asa, keluar atau “melarikan diri” dari pekerjaan dan mungkin diberhentikan.
3. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan
Untuk meningkatkan kinerja karyawan, perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan karyawan baik itu dari pemberian gaji, pemberian beban
tugas yang tidak menimbulkan tekanan yang berlebih pada karyawan agar tidak menimbulkan stres pada karyawan.Disamping itu, karyawan
pekerjaan dan membuat karyawan merasa betah dalam bekerja serta meningkatkan gairah bekerja sehingga akan meningkatkan kinerja
karyawan tersebut.
D. Paradigma Penelitian
Keterangan:
H1 : Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan H2 : Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan
H3 : Pengaruh secara simultan lingkungan kerja dan stres kerja terhadap kinerja karyawan
E. Hipotesis Penelitian
Sesuai kerangka pikir diatas, maka peneliti mengajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:
H1: Lingkungan Kerja (X1) berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan(Y).
H2 : Stres Kerja (X2) berpengaruh positif terhadap Kinerja Karyawan (Y). H3 : Lingkungan Kerja (X1) dan Stres Kerja (X2) secara bersama- sama
berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan (Y). Lingkungan Kerja
(X1)
Stres Kerja (X2)
Kinerja Karyawan (Y) H2
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih (Umar,
2005: 30). Penelitian ini menjelaskan hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi dari variabel-variabel yang akan diteliti. Menggunakan
pendekatan kuantitatif karena data yang akan digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dinyatakan dengan angka atau skala numerik (Kuncoro, 2003: 124). Penelitian ini menganalisis pengaruh stres dan
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero). Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Juni
2016 sampai dengan selesai.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Pengertian kinerja karyawan (Y) adalah hasil kerja karyawan sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan pada
periode waktu tertentu. Sehingga variabel dependen disini adalah pencapaian tujuan atau target dari Depot LPG Balongan PT
PERTAMINA yang telah ditentukan pada periode tertentu. Menurut Riordan, dkk (2005) dalam Christi, dkk (2010: 92), indikator dalam kinerja adalah:
a. Deskripsi Pekerjaan
Pernyataan tertulis yang menjelaskan tentang tanggung jawab yang
harus dilaksanakan dari suatu pekerjaan tertentu. b. Kuantitas Pekerjaan
Seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dalam periode waktu
yang telah ditentukan. c. Ketepatan Waktu
Suatu jenis pekerjaan tertentu menuntut kehadiran pegawai dalam mengerjakannya sesuai dengan waktu yang ditentukan.
d. Kualitas Pekerjaan
Setiap pegawai dalam mampu mengenal dan manyelesaikan masalah yang relevan serta memiliki sikap kerja yang positif di tempat kerja.
2. Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain.
operasional dari masing-masing variabel independen dalam penelitian ini adalah:
a. Lingkungan Kerja (X1)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para
pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas – tugas yang dibebankan. Lingkungan kerja yang dimaksud disini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar tempat kerja
pegawai, baik itu bersifat fisik maupun non-fisik yang dapat mendukung kinerja karyawan di Depot LPG Balongan PT
PERTAMINA. Menurut Nitisemito (1996) menyatakan bahwa lingkungan kerja diukur melalui indikator sebagai berikut:
1) Suasana kerja
Setiap karyawan selalu menginginkan suasan kerja yang menyenangkan, suasana kerja yang nyaman itu meliputi cahaya/
penerangan yang jelas, suara yang tidak bising dan tenang, keamanan di dalam bekerja.
Besarnya kompensasi yang diberikan perusahaan tidak akan
perpengaruh secara optimal jika suasana kerja kurang kondusif. 2) Hubungan dengan rekan kerja
Hal ini dimaksudkan hubungan dengan rekan kerja harmonis dan tanpa ada saling intrik diantara sesama rekan kerja.Salah
diantra rekan kerja.Hubungan rekan kerja yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja karyawan. 3) Tersedianya fasilitas kerja
Hal ini dimaksudakan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja lengkap/ mutahir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan
salah satu penunjang proses kelancaran dalam bekerja. b. Stres Kerja (X2)
Stres Kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Stres Kerja yang dimaksud disini yaitu kondisi yang membuat karyawan Depot
LPG Balongan PT PERTAMINA merasa tertekan akan pekerjaannya yang mempengaruhi kinerjanya. Menurut Igor S (1997;248),
Indikator Stres Kerja adalah: 1) Intimidasi dan tekanan.
Di Depot LPG Balongan PT PERTAMINA sering ditemukan
intimidasi dan tekanan dari rekan kerja, pimpinan, klien maupun dari lingkungan sekitar.
3) Ketidakcocokan dengan pekerjaan
Di Depot LPG Balongan PT Pertamina, karyawan tidak ditempatkan sesuai dengan keahliannya. Akibatnya karyawan
harus belajar sambil melakukan pekerjaan tersebut.
4) Pekerjaan yang berbahaya, membuat frustasi, membosankan atau berulang- ulang
5) Beban kerja lebih.
Karyawan mendapatkan beban kerja lebih, yang membuat
prestasi dan kinerja karyawan kurang maksimal. 6) Target dan harapan tidak realistis
D. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2005: 80), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Penelitian ini merupakan penelitian populasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Depot LPG Balongan PT Pertamina berjumlah 119 orang yang semuanya akan
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
angket/kuesioner. Angket/Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui penyebaran pertanyaan yang disusun dalam satu kumpulan kepada
responden.Bentuk kuesioner bersifat tertutup yaitu responden diberi alternatif pilihan jawaban pada setiap pertanyaan. Seluruh variabel akan diukur menggunakan skala likert yang dimodifikasi dengan menghilangkan jawaban
yang di tengah yaitu ragu-ragu, menjadi skala 1 sampai 4 (Hadi, 1991). Dikonversi dalam 4 pilihan angka dengan nilai:
1= Sangat tidak setuju
2= Tidak setuju
3= Setuju
4= Sangat setuju
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel lingkungan kerja, stres kerja dan kinerja karyawan dalam bentuk angket.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian sebelumnya. Angket yang disajikan berisi 3 indikator untuk lingkungan kerja
(X1) dengan total pernyataan yang akan diajukan sejumlah 6 butir pernyataan. Sumber veriabel lingkungan kerja diadopsi dari Markus Doddy (2013) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Sumber Daya Manusia, Prasaran
Medan”. Contoh butir pernyataannya adalah “Lingkungan kerja yang kondusif sangat mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan”.
Kemudian untuk variabel stres kerja (X2) memiliki 5 indikator dan total butir pernyataan sebanyak 15 pernyataan. Angket untuk variabel stres kerja
diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Septianto (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja
Karyawan PT. Pataya Raya Semarang”. Contoh butir pertanyaan untuk
variabel stres kerja adalah “Pengaruh Lingkungan Kerja dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Pataya Raya Semarang”.
Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen
Variabel Indikator Item Pertanyaan
Lingkungan Kerja kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan kuisioner
mampu mengunkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat
ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi atau arti sebenarnya yang diukur.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
Confirmatory Faktor Analysis (CFA).Confirmatory FaktorAnalysis (CFA) adalah analisis faktor untuk menguji unidimensionalitas atau
apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Dengan demikian tujuan CFA adalah
variabel penelitian yang ada atau dengan kata lain indikator-indikator tersebut merupakan kesatuan atau unidimensionalitas. Analisis CFA akan
mengelompokkan masing-masing indikator kedalam beberapa faktor. Indikator dikatakan sebagai bagian dari variabel apabila mempunyai nilai
signifikansi < 0,05.
Tabel 5. Nilai KMOdan Bartlett's Test Tahap 1
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,445
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 2556,830
Df 325
Sig. ,000
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) kurang dari 0,50 yaitu sebesar 0,445. Hal ini menunjukkan bahwa data yang ada belum layak untuk dilakukan faktor analisis, sedangkan pada hasil uji Bartlett's Test of Sphericity diperoleh taraf signifikansi 0,000, yang artinya bahwa antar variabel
terjadi korelasi (signifikansi < 0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah
memenuhi kriteria.
Selanjutnya pada tabel berikut ini menunjukkan bahwa sebagian item
pernyataan pada masing-masing variabel mengelompok menjadi satu, dengan nilai loading factor di atas 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur yang mengukur satu
Tabel 6. Rotated Component
Setelah dilakukan uji vailditas dengan CFA tahap 1 dapat diketahui bahwa
masih terdapat beberapa item yang dinyatakan tidak valid. Item lingkungan kerja 1 dan lingkungan kerja 2 dinyatakan gugur karena
memiliki nilai loading factor dibawah 0,50. Item stres 2, stres 3, stres 4, stres 5, stres 6, stres 7, stres 8, stres 13 dinyatakan gugur karena memiliki
5 gugur karena memiliki nilai loading factor dibawah 0,50. Pada variabel lingkungan kerja terdapat indikator yang tidak terwakili (gugur) yaitu
suasana kerja tetapi indikator tersebut dapat terwakili dengan item lingkungan kerja 6 “Perlengkapan kerja yang ada dibagian tempat saya bekerja telah membantu pelaksanaan tugas-tugas”. Lalu pada variabel stres
kerja ada indikator yang tidak terwakili (gugur) yaitu ketidakcocokkan dengan pekerjaan dan pekerjaan yang berbahaya. Ketidakcocokkan dengan
pekerjaan dapat terwakili dengan item kinerja 2 yaitu “Saya memahami tugas dan tanggung jawab yang diberikan”. Sedangkan indikator pekerjaan berbahaya dapat terwakili dengan item stres kerja 11 yaitu “Tuntutan
pekerjaan yang memberatkan sering membuat saya frustasi”.
Berdasarkan hasil uji CFA tahap 1 dengan adanya item yang dinyatakan
gugur, maka item-item tersebut dinyatakan gugur dan tidak dipakai dalam penelitian selanjutnya. Jumlah item pertanyaan yang dinyatakan gugur
yaitu sebanyak 11 butir pertanyaan dari 26 butir item keseluruhan sehingga pertanyaan yang digunakan sebanyak 15 butir. Berikut hasil Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) dan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) tahap kedua.
Tabel 7. Nilai KMO dan Bartlett's Test tahap 2
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,616 Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square 925,153
Df 78
Sig. ,000
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa nilai Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) lebih besar dari 0,50 yaitu sebesar 0,616. Sehingga dapat dinyatakan bahwa data yang ada layak untuk dilakukan faktor analisis. Sedangkan pada hasil uji Bartlett's Test of Sphericity diperoleh taraf signifikansi 0,000, yang artinya bahwa antar variabel terjadi korelasi (signifikansi <0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut
karena telah memenuhi kriteria. Selanjutnya pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa semua item pernyataan pada masing-masing variabel
mengelompok menjadi satu, dengan nilai loading factor di atas 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur yang mengukur satu konstruk yang sama dan dapat memprediksi apa
yang seharusnya diprediksi.
Kemudian setelah dilakukan uji CFA tahap 2 diketahui hasil bahwa semua
pernyataan telah mengelompok sesuai dengan indikatornya dan diketahui pula seluruh item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai loadingfactor di atas 0,50.
Tabel 8. Rotated Component Matrix CFA Tahap 2
Component
1 2 3
lingk3 ,913
lingk4 ,560
lingk5 ,858
lingk6 ,534
str1 ,509
str10 ,702
str12 ,869
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh
hasil yang relatif sama. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali
pengukuran. Bila perbedaannya sangat besar maka hasilpengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel.Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas dan hanya pada pertanyaanpertanyaan yang telah
dianggap valid.Uji reliabilitas dalam peneltian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Cortina (dalam Fatah, 2015) membagi tingkatan
reliabilitas dengan kriteria alpha sebagai berikut: 1) 0,80-1,00 = Reliabilitas Baik
2) 0,60-0,79 = Reliabilitas Diterima
3) <0,60 = Reliabilitas Buruk
Hasil Uji Reliabilitas kuesioner disajikan pada tabel berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas
Variabel NilaiCronbach Alpha Keterangan
Lingkungan Kerja 0.398 Reliabilitas Buruk
Stres Kerja 0.676 Reliabilitas Diterima
Kinerja Karyawan 0.844 Reliabilitas Baik
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian. Dengan menggunakan statistic deskriptif maka dapat diketahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi,varian, maksimum, minimum (Ghozali, 2011: 19). Cara pengkategorian data
dibagi dalam 3 kategori dengan rumus sebagai berikut: a. Rendah = X < M – SD
b. Sedang = M – SD ≤ X < M + SD c. Tinggi = X ≥ M + SD
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan dilakukan
pengujian terjadinya penyimpangan terhadap asumsi klasik. Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan,yakni
Uji Normalitas, Uji Linieritas, dan Uji Multikolonieritas. a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal.Uji statistik sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan
data dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variabel, jika signifikan lebih besar dari alpha 5%, maka menunjukkan distribusi
data normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan bantuan program SPSS 23.00 for Windows.
b. Uji Linieritas
Uji liniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji
ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau belum (Ghozali, 2011).Uji liniearitas
dalam penelitian ini menggunakan Uji Linieritas Via Anova dengan bantuan program SPSS 23.00 for Windows. Uji ini digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila signifikasi ≥0,05.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Jika
ditemukan adanya multikolinieritas, maka koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga (Ghozali, 2006).
Salah satu metode untuk mendiagnosa adanya multicollinearity adalah dengan menganalisis nilai tolerance dan lawannya variance
independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi, karena VIF = 1/ Tolerance. Nilai cutoff yang dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10 (Ghozali,
2006 ).
I. Uji Hipotesis
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan, penulis
menggunakan metode regresi linier. Penulis akan menggunakan model regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara lingkungan kerja dan stres terhadap kinerja karyawan. Untuk mengetahui
besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu perubahan (variabel X) terhadap kejadian lainnya (variabel Y).
Analisis regresi (model keempat) menggunakan rumus persamaan regresi, yaitu:
Y = C + β1X1 + β2X2 + R Dimana:
Y = variabel dependen yaitu kinerja
X1 = variabel independen yaitu lingkungan kerja X2 = variabel independen yaitu stres
C = konstanta yang merupakan rata-rata nilai Y pada saat nilai X1 dan X2 sama dengan nol.
2. Uji Delta Koefesien Determinasi (∆R2)
Delta koefisien determinasi (ΔR2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel-variabel dependen.Penggunaan delta koefisien determinasi menghasilkan nilai yang relative kecil dari pada
nilai koefisien determinasi (R2).Nilai delta koefisien determinasi (ΔR2) yang kecil disebabkan adanya varians error yang semakin besar.Varians error menggambarkan variasi data secara langsung. Semakin besar
variasi data penelitian akan berdampak pada semakin besar varians error. Varians error muncul ketika rancangan kuesioner yang tidak reliabel,
teknik wawancara/pengumpulan data semuanya mempunyai kontribusi pada variasi data yang dihasilkan. Dengan demikian semakin besar nilai delta koefisien determinasi (ΔR2
), maka variabel independen mampu
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Deskripsi Perusahaan
Pertamina (dahulu bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara) adalah sebuah BUMN yang bertugas mengelola
penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Pertamina masuk urutan ke 122 dalam Fortune Global 500 pada tahun 2013.
Pertamina pernah mempunyai monopoli pendirian SPBU di Indonesia, namun monopoli tersebut telah dihapuskan pemerintah pada tahun 2001. Perusahaan ini juga mengoperasikan 7 kilang
minyak dengan kapasitas total 1.051,7 MBSD, pabrik petrokimia dengan kapasitas total 1.507.950 ton per tahun dan pabrik LPG dengan
kapasitas total 102,3 juta ton per tahun.
Pertamina adalah hasil gabungan dari perusahaan Pertamin dengan Permina yang didirikan pada tanggal 10 Desember 1957.
Penggabungan ini terjadi pada 1968. PT PERTAMINA (PERSERO) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak,SH No. 20
tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum & HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal
tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan
Pemerintah No. 45 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah N0. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 ”TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA
(PERTAMINA) MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN
(PERSERO)”. Sesuai akta pendiriannya, maksud dari Perusahaan
Perseroan adalah untuk menyelenggarkan usaha di bidang minyak dan
gas bumi, baik didalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.
Kegiatan Pertamina dalam menyelenggarakan usaha di bidang energi dan petrokimia, terbagi ke dalam sektor Hulu dan Hilir, serta ditunjang
oleh kegiatan anak-anak perusahaan dan perusahaan patungan.
Depot LPG Balongan PT. Pertamina (Persero) Indramayu berdiri pada tahun 1979 adalah salah satu Fasilitas Filling Plant dari Unit
Pemasaran Domestic Gas Region III JBB dengan area kerja Depot LPG Balongan, Terminal LPG Eretan, dan Filling Plant RU VI
Balongan.
Depot dengan luas area 25.497,5 m2 atau ± 2,5 ha mempunyai tugas
Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (PERSERO) Indramayu saat ini memiliki karyawan organik sebanyak 23 orang, karyawan
outsourcing 68 orang dan karyawan PT PATRA TRADING sebanyak 28 orang, dipimpin oleh Operation Head yakni Zulfahmi. Depot LPG
Balongan PT PERTAMINA (PERSERO) Indramayu siap memberikan pelayanan kepada Konsumen baik dari Agen maupun SP(P)BE di wilayah MOR (Marketing Operation Region) III.
2. Lokasi
Jalan Raya Balongan KM 08, Indramayu, Jawa Barat.
3. Visi dan Misi Perusahaan
VISI:
“Menjadi Pemasar LPG & Produk Turunannya Kelas Dunia”
MISI:
“Menjalankan Usaha LPG & Produk Turunannya Yang Meliputi
Penerimaan, Penimbunan, Pendistribusian, dan Pemasaran Yang
Terintegrasi Berdasarkan Prinsip-Prinsip Komersial Yang Kuat”
“Mempertahankan Posisi Sebagai Market Leader Bisnis LPG &
Produk Turunannya Dalam Negeri”
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Deskriptif
a. Analisis Karakteristik Responden
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Data ini untuk mengetahui proporsi tingkat pendidikan karyawan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Sumber : Data primer yang diolah 2016
Tabel 10merepresentasikan karakteristik responden
karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero) dilihat dari persentase tingkat pendidikan. Responden terbanyak adalah karyawan dengan tingkat pendidikan
SMA/SMK yaitu sebesar 64% dan sisanya dengan tingkat pendidikan D3 sebesar 26%, dan 10% merupakan karyawan
dengan tingkat pendidikan S1.
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 SD 0 0
2 SMP 0 0
3 SMA/SMK 76 64
4 D 3 31 26
5 S1 12 10
2) Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Data ini untuk mengetahui proporsi lama bekerja para
karyawan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karakteristik responden berdasarkan lama bekerja disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Lama Bekerja No lama bekerja Frekuensi Persentase
(%)
1 1-5 tahun 13 10,9 %
2 6-10 tahun 34 28,5 %
3 11-15 tahun 42 35,3 %
4 15-20 tahun 23 19,3 %
5 Diatas 20 tahun 7 5,8 %
Total 119 100,0 %
Sumber : Data primer yang diolah 2016
Tabel 11 merepresentasikan karakteristik responden karyawan Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero)
dilihat dari periode lama bekerja. Berdasarkan jawaban responden telah bekerja selama 1 hingga 5 tahun dengan
persentase sebesar 10,9%. Kemudian 28,5% responden telah bekerja selama 6 hingga 10 tahun. Mayoritaskaryawan telah bekerja selama 11 hingga 15 tahun sebesar 35,3% .
Kemudian 19,3% responden telah bekerja selama 15 hingga 20 tahun dan 5,8% responden telah bekerja selama lebih
b. Analisis Karakteristik Variabel
Analisis karakteristik variabel ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran jawaban responden terhadap variabel. Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah kinerja karyawan (Y),
lingkungan kerja (X1), dan stres kinerja (X2). 1) Kinerja Karyawan
Hasil deskriptif pada variabel ini memiliki nilai minimum
sebesar 11 dan maksimum sebesar 16 dengan mean sebesar 12,6975dan standar deviasi sebesar 1,39948. Selanjutnya
data kinerja karyawan dikategorikan dengan menggunakan skor rata-rata (M) dan simpangan baku (SD). Jumlah butir pertanyaan untuk variabel kinerja karyawan sebanyak 4
pertanyaan yang masing-masing mempunyai skor 1, 2, 3, 4. Kategorisasi untuk variabel kinerja karyawan terdapat pada
tabel berikut ini:
Tabel 12. Kategorisasi Kinerja Karyawan
No Kategorisasi Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi X ≥ 14,09 20 16,81 %
2 Sedang 11,29≤ X <14,09 90 75,63 %
3 Rendah X <11,29 9 7,56 %
Total 119 100,00 %
Sumber : Data primer yang diolah 2016
Dari tabel 12dapat dikatakan bahwa mayoritas
16,81% dan kategori rendah ada 7,56%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang bekerja di Depot
LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero) memberikan penilaian Kinerja Karyawan dengan kategori sedang.
2) Lingkungan Kerja
Hasil deskriptif pada variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 12 dan maksimum sebesar 16 dengan mean sebesar 13,6639 dan standar deviasi sebesar 1,16646. Selanjutnya data lingkungan kerja dikategorikan dengan menggunakan
skor rata-rata (M) dan simpangan baku (SD). Jumlah butir pertanyaan untuk variabel lingkugan kerja sebanyak 4 pertanyaan yang masing-masing mempunyai skor 1, 2, 3, 4.
Kategorisasi untuk variabel lingkungan kerja terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Kategorisasi Lingkungan Kerja
No Kategorisasi Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi X ≥ 14,83 27 22,69 %
2 Sedang 12,49 ≤ X < 14,83 66 55,46 %
3 Rendah X <12,49 26 21,85 %
Total 119 100,00 %
Sumber : Data primer yang diolah 2016
Dari tabel 13 dapat dikatakan bahwa mayoritas karyawan
tingkat lingkungan kerjanya dalam kategori sedang yaitu ada 55,46%. Sedangkan untuk kategori tinggi yaitu ada 22,69% dan kategori rendah ada 21,85%. Dapat
di Depot LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero) memberikan penilaian Lingkungan Kerja dengan kategori
sedang. 3) Stres Kerja
Hasil deskriptif pada variabel ini memiliki nilai minimum sebesar 6 dan maksimum sebesar 16dengan mean sebesar 10,0924 dan standar deviasi sebesar 1,54586. Selanjutnya
data penilaian kinerja dikategorikan dengan menggunakan skor rata-rata (M) dan simpangan baku (SD). Jumlah butir
pertanyaan untuk variabel penilaian kinerja sebanyak 4 pertanyaan yang masing-masing mempunyai skor 1, 2, 3, 4. Kategorisasi untuk variabel stres kerja terdapat pada tabel
berikut ini:
Tabel 14. KategorisasiStres Kerja
No Kategorisasi Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi X ≥ 11,63 13 10,92 %
2 Sedang 8,54 ≤ X <11,63 91 76,47 %
3 Rendah X <8,54 15 12,61 %
Total 119 100,00 %
Sumber : Data primer yang diolah 2016
Dari tabel 14 dapat dikatakan bahwa mayoritas karyawanpenilaian stres kerja dalam kategori sedang yaitu
LPG Balongan PT PERTAMINA (Persero) memberikan penilaian Stres Kerja dengan kategori sedang.
2. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Pengujian prasyarat analisis dilakukan sebelum pengujian hipotesis
yang meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji multikolineritas. Uji Prasyarat Analisis menggunakan IBM SPSS Statistic 23.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011 : 160), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk masing – masing variabel. Hipotesis yang digunakan adalah
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal