LAPORAN PRAKTIKUM
KOMPETISI ANTAR KOMPONEN PENYUSUN DALAM
AGROEKOSISTEM
Oleh :
Golongan N/Kelompok 2B 1. Ahmad Rofiqi (171510501123) 2. Fauziatuz Zahro (171510501084)
3. Angelia Rachma Firdausy (171510501152)
LABORATURIUM HORTIKULTURA PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER
2017
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu tatanan penting dalam alam. Ekosistem juga merupakan sustu kondisi dimana lingkungan dengan komponen biotik dan abiotik saling bekerjasama sehingga menghasilkan sebuah aliran energi yang di dalamnya terjadi sususnan trofik dan daur materi. Ekosistem memiliki unsur-unsur penyusun yang memeliki peranan penting. Ekosistem juga memiliki unsur penyusun biotik berupa organisme atau varietas yang tumbuh di lahan ekosistem tersebut.
Organisme dan varietas yang tumbuh ini melakukan suatu kegiatan sebagai penunjang hidupnya. Kegiatan ini disebut dengan interaksi. Interaksi merupakan suatu hubungan antara dua organime atau lebih. Interaksi yang terjadi dalam sebuah ekosistem diklasifikasikan menjadi dua, yaitu simbiosis dan kopetisi.
Simbiosis merupakan pola interaksi yang erat kaitannya antara dua organisme yang berlainan. Ragam simbiosis pun tersebar banyak, seperti mutualisme, parasitisme, netralisme, amensalisme, komensalisme dan sinekrosis.
Pola interaksi lainnya yaitu kompetisi. Kompetisi merupakan perebuatan sesuatu anatara dua organisme atau lebih. Kompetisi dalam ekosistem yang terjadi pada tanaman merupakan perebutan antara nutrien, air, unsur hara, dan intensitas penyinaran cahaya matahari. Semisal tanaman padi yang ternaung oleh gulma daun besar maka gulma tersebut berperan sebagai kompetitior dari tanaman padi dalam perebutan nutrien, air, unsur hara, dan intensitas penyinaran cahaya matahari. Oleh karena itu, diciptakan pestisida untuk membasmi gulma yaitu herbisida. Jika gulma berdaun lebar tumbuh menaungi tanaman utama maka bisa dipastikan tanaman utama tersebut akan kalah dalam kompetisi dan akan mengalami kematian.
1.2 Tujuan
- Mengetahui bentuk kompetisi antar komponen penyusun dalam suatu ekosistem.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik antara komponen biotik dan abiotik. Terdiri dari ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu alami dan buatan.
Ekosistem alami seperti laut, danau, dan pantai. Ekosistem buatan seperti agroekosistem. Ekosisistem merupakan struktur yang penting bagi keberlangsungan hidup organisme atau variestas yang hidup di dalam lahan ekosistem tertentu. Interaksi yang terjadi dalam ekosistem ada dua, yaitu kompetisi dan sismbiosis. Kompetisi dibagi menjadi dua, yaitu interspesifik dan intraspesisfik. Interspesifik adalah adalah kompetisi antar populasi, sedangkan intraspesifik adalah kompetisi antara dua popolasi atau lebih. Pola interaksi sismbiosis lebih ke hubungan antara dua organisme atau lebih dinilai dari menguntungkan atau tidaknya hubungan itu (Aryulina, 2004).
Kompetisi terjadi karena adanya perebutan beberapa hal yang sifatnya esensial bagi tanaman, seperti air, hara, dan cahaya matahari. Intensitas penyinaran cahaya matahari sangat memengaruhi tumbuh kembang tanaman.
Tanaman yang terkena penyinaran lebih banyak maka akan tumbuh besar dan segar, beda dengan tanaman yang memperoleh sedikit penyinaran. Berbeda juga antara tanaman yang ternaungi dengan tanaman yang tidak ternaung. (Parman, 2010)
Air merupakan salah satu unsur yang tidak bisa dilupakan juga. Tanpa air tanaman tidak akan bisa hidup. Air berfungsi dalam pertumbuhan tanaman dan sebagai pasokan unsur mineral. Tumbuhan akan layu dan berdiferesiasi jika kekurangan air. Begitu pula nutrien, nutrien merupakan hal penting yang tidak boleh dihilangkan peranannya. Nutrien sebagai salah satu jembatan bagi tumbuhan untuk terus bertahan hidup dan hidup normal. Nutrien juga mengandung beberapa unsur esensial yang sangat diperlukan oleh tanaman yang tidak dapat diproduksi oleh tanaman itu sendiri seperti methionine. (McElrone et al., 2013).
Iklim juga dapat memengaruhi pertumbuhan tanaman seperti tropis dan sub-tropis. Rata-rata tanmana yang tumbuh di iklim tropis memeiliki kualitas
yang bagus dikarenakan intensitas penyinaran matahri yang lebih lama dan lebih banyak daripada iklim sub-tropis. (Dattilo et al., 2013).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Agroekologi acara 2 “Kompetisi antar Komponen Penyusun dalam Agroekosistem” dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Oktober 2017 hingga 8 November 2017 pukul 16.10-17.50 WIB di Agrotechnopark Universitas Negeri jember.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
1. Tabel Pengamatan 2. Polibag
3. Penggaris 4. Sekop kecil 5. Kertas label
3.2.2 Bahan 1. Bibit jagung 2. Bibit bayam duri 3. Kompos
4. Tanah 10kg 5. Air
3.3 Pelaksanaan Praktikum
1. Mengunjungi salah satu petak pertanaman yang ada di kebun Agrotechnopark Kampus Universitas Jember.
2. Menyiapkan media tanam yang terdiri dari tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1.
3. Menanam komoditas pada media dengan ketentuan berikut
Kelompok
Perlakuan
Keterangan
Parameter pengamata
n
Waktu Tanaman
utama
Tanaman lain 1 Jagung 1
benih/pot
- Jagung ternaung Jagung terbuka Bayam duri ternaung Bayam duri terbuka
a.Tinggi tanaman b.Jumlah daun c. Panjang akar
a. Tiap minggu b. Tiap minggu c. Akhir pengamat an 2A Jagung 3
benih/ pot
-
2B Jagung 6 benih/pot
-
3A
Jagung 1 benih/ pot
Bayam duri 5 benih/pot 3B
Jagung 1 benih/ pot
Bayam duri 5 benih/pot 4
Jagung 1 benih/ pot
Bayam duri 5 benih/pot 4. Melakukan pengamatan dan analisis data.
3.4 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam kegiatan praktikum meliputi : 1. Tinggi tanaman
Pengukuran pada parameter tinggi tanaman dilakukan setiap 1 minggu sekali ketika jadwal pengamatan dengan cara tanaman diukur tingginya mulai dari pangkal batang hingga titik timbuh tanaman yang paling tinggi. Apabila tanaman lebih dari satu maka semua diukur dan dirata-rata kemudian dimasukka ke lembar pengamatan sebagai data.
2. Jumlah daun
Pengukuran pada parameter jumlah daun dilakukan setiap 1 minggu sekali ketika jadwal pengamatan dengan cara dihitung daun yang sehat dan utuh. Apabila tanaman lebih dari satu maka semua diukur dan dirata-rata kemudian dimasukka ke lembar pengamatan sebagai data.
3. Panjang akar
Pengukuran pada parameter panjang akar dilakukan pada akhir pengamatan ketika jadwal pengamatan dengan cara tanaman dicabut
kemudian diletakkan ditempat yang bersih dan permukaan yang datar.
Kemudian diukur panjangnya mulai dari pangkal batang hingga ujung akar.
Apabila tanaman lebih dari satu maka semua diukur dan dirata-rata kemudian dimasukka ke lembar pengamatan sebagai data.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Grafik 1. Tinggi Tanaman Jagung dengan Perbedaan Perlakuan.
0 100 200 300 400 500 600 700 800
minggu ke 1 minggu ke 2 minggu ke 3 minggu ke 4
1 jagung 5 bayam duri, jagung ditanam terlebih dahulu (tidak ternaung) 1 jagung 5 bayam duri, jagung ditanam terlebih dahulu (ternaung)
1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (tidak ternaung) 1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (ternaung) 1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (tidak ternaung)
1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (ternaung) 6 jagung (tidak ternaung)
6 jagung (ternaung) 3 jagung (Tidak ternaung) 3 jagung (ternaung) 1 jagung (tidak ternaung) 1 jagung (ternaung)
Grafik 2. Jumlah Daun Tanaman Jagung dengan Perbedaan Perlakuan.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
minggu ke 1 minggu ke 2 minggu ke 3 minggu ke 4
1 jagung 5 bayam duri, jagung ditanam terlebih dahulu (tidak ternaung) 1 jagung 5 bayam duri, jagung ditanam terlebih dahulu (ternaung)
1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (tidak ternaung) 1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (ternaung) 1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (tidak ternaung)
1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (ternaung) 6 jagung (tidak ternaung)
6 jagung (ternaung) 3 jagung (Tidak ternaung) 3 jagung (ternaung) 1 jagung (tidak ternaung) 1 jagung (ternaung)
Grafik 3. Panjang Akar Tanaman Jagung dengan Perbedaan Perlakuan
4.2 Pembahasan
Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar berbeda-beda pada setiap tanaman karena dipengaruhi oleh faktor genetik seperti jenis tanaman dan faktor lingkungan. Pertumbuhan tanaman jagung selalu mengalami peningkatan meskipun tanaman jagung ditanam dalam satu pot dengan bayam duri. Dari grafik 1 dan grafik 2 menunjukkan pertambahan ukuran tanaman disetiap minggunya, hal ini mengidentifikasi bahwa tanaman jagung akan
0 10 20 30 40 50 60 70 80
minggu ke 4 1 jagung (ternaung)
1 jagung (tidak ternaung) 3 jagung (ternaung) 3 jagung (Tidak ternaung) 6 jagung (ternaung) 6 jagung (tidak ternaung)
1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (ternaung) 1 jagung 5 bayam duri ditanam bersamaan (tidak ternaung)
1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (ternaung) 1 jagung 5 bayam duri, bayam duri ditanam terlebih dahulu (tidak ternaung)
memiliki peluang untuk terus tumbuh seiring bertambahnya umur meskipun terdapat kompetitor berupa bayam duri.
Jagung akan mengalami perlambatan pertumbuhan karena adanya kompetitor dalam memperebutkan nutrien tanah, sinar matahari, dan air. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Mokoginta (2016), adanya tanaman penyisipan diantara tanaman semusim akan merugikan petani karena adanya interaksi kompetisi antar tanaman. Jika jarak antar tanaman tersebut sempit, maka kompetisi akan tinggi tetapi jika jarak tanam antar tanamn diperluar maka tingkat kompetisi akan mengecil. Pertumbuhan jagung juga dipengaruhi oleh faktor suhu, pH, karbondioksida dan air.
Pada grafik 1, pertumbuhan tinggi tanaman ternaung lebih pesat. Menurut Aryulina (2006) hal tersebut terjadi karena ia tumbuh ditempat yang gelap akan tetapi jagung akan tumbuh dengan kondisi yang pucat dan kurus yang disebut etiolasi. Dari hasil pengamatan, tanaman terbuka memiliki diameter batang yang lebih besar sehingga tanaman jagung lebih kokok dan daunnya lebih hijau membuat proses fotosintesis berjalan dengan optimal. Setiap minggu pada tanaman jagung mengalami pertambahan tinggi batang dan panjang akar, tetapi pada parameter jumlah daun ada yang bertambah ada juga yang menurun karena terserang hama dan mengalami kekeringan sehingga daun mengering.
Pada pengamatan yang kami lakukan kompetisi antara tanaman jagung dan bayam duri mengenai perebutan nutrisi tanah tidak sengit karena tanaman jagung lebih mendominasi. Terbukti dari tumbuhnya jagung dengan subur sedangkan bayam duri mati pada minggu ke 3. Meskipun pada perlakuan tanaman bayam duri ditanam terlebih dahulu, tanaman jagung tetap mendominasi.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dalam suatu ekosistem selain terjadi proses simbiosis juga terdapat proses kompetisi.
2. Kompetisi merupakan sebuah persaingan yang ada pada makhluk hidup untuk memperebutkan sesuatu.
3. Kompetisi dapat terjadi antara satu atau beberapa jenis tanaman.
4. Kompetisi akan menghasilkan seleksi alam.
5.2 Saran
Praktikum kali ini membutuhkan waktu yang lama, hal itu membuat kebanyakan praktikan menyepelekan untuk tidak melakukan pengukuran pada setiap minggu. Oleh karena itu, seharusnya praktikan didampingi oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, D., C. Muslim, S. Manaf, dan E.W. Winarti. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Esis.
Aryulina, D., dkk. 2004. Biologi SMA X. Jakarta: Esis.
Dattilo, W, et al. 2013. Importance of Interaction Frequency in Analysis of Ant- Plant Networks in Tropical Environment. Tropical Ecology, 1(1): 1-4.
McElrone, A.J, et al. 2013. Water Uptake and Tansport in Vascular Plants. Nature Education Knowledge, 4(5): 1-12.
Mokoginta, M.M. 2016. Pengelolaan Agroforestry. Yogyakarta: Deepublish.
Parman. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Umbi Tanaman Lobak (Raphanus Sativus L)
. Anatomi dan Fisiologi, 17(2): 29-38.
LAMPIRAN
Dokumentasi
Literatur
Aryulina, D., C. Muslim, S. Manaf, dan E.W. Winarti. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. Jakarta: Esis.
Aryulina, D., dkk. 2004. Biologi SMA X. Jakarta: Esis.
McElrone, A.J, et al. 2013. Water Uptake and Tansport in Vascular Plants. Nature Education Knowledge, 4(5): 1-12.
Parman. 2010. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Produksi Umbi Tanaman Lobak (Raphanus Sativus L)
. Anatomi dan Fisiologi, 17(2): 29-38.
Dattilo, W, et al. 2013. Importance of Interaction Frequency in Analysis of Ant- Plant Networks in Tropical Environment. Tropical Ecology, 1(1): 1-4.