• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI Kompetisi Intr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI Kompetisi Intr"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik

Pada Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI DASAR

Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik Pada Tumbuhan

Nama : Sara Fadlah Iq

NIM : 1110095000031

Kelompok : 1 (satu)

Semester : 3/A

Asisten Dosen : Angga Restiadi Nugraha

Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2011

Tanggal Dikumpul : 2 November 2011

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

1.1 Latar belakang

Organisme hidup di dalam suatu ekosistem yang didalamnya saling berinteraksi antar satu spesies dengan spesies lain. Interaksi tersebut dapat berupa interaksi positif yang saling menguntungkan dapat juga interaksi negatif seperti kompetisi. Kompetisi tumbuhan dalam suatu spesies mampu di liat pada jarak antar tumbuhan, di mana sebenarnya persaingan yang paling keras terjadi antara tumbuhan yang sama spesiesnya, sehingga tegakan besar dari sepesies tunggal sangat jarang di temukan di alam. Persaingan antar tumbuhan yang sejenis ini mempengaruhi pertumbuhannya karena pada umumnya bersifat merugikan.

Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi, baik inter maupun intraspesies. Penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman tersebut dan secara nyata akan berpengaruh terhadap jumlah cabang, luas permukaan daun dan pertumbuhan tanaman. Mengingat pentingnya mengengetahui jarak tanaman ideal untuk pertumbuhan tanaman, maka dilakukan penelitian tentang kompetisi yang terjadi pada tanaman yang sejenis maupun berbedaspesies.

Kacang hijau dan jagung merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Akan tetapi, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kacang hijau dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kacang hijau dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itulah percobaan ini dilakukan sehingga dapat diketahui pengaruh kompetisi terhadap pertumbuhan kacang hijau (Vigna radiata) dan jagung (Zea mays).

1.2 Tujuan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tumbuhan

Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respons tanaman sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan,2007).

2.2 Hubungan atau Interaksi Sesama Tanaman

(4)

 Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli.

 Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati.

 Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dap[at mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan,2007).

2.3 Kompetisi

Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).

(5)

hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) .Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua , yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau exploitative competition ), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain.

2.4 Persaingan Dalam Komunitas

Dalam artian yang luas persaingan ditunjukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Persaingan ini dapat terjadi antara indifidu yang sejenis ataupun antara individu yang berbeda jenis. Persaingan yang terjadi antara individu yang sejenis disebut dengan persaingan intraspesifik sedangkan persaingan yang terjadi antara individu yang berbeda jenisnya disebut sebagai persaingan interspesifik.

Persaingan yang terjadi antara organisme-organisme tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan hidupnya, dalam hal ini bersifat merugikan (Odum, 1971). Setiap organisme yang berinteraksi akan di rugikan jika sumber daya alam menjadi terbatas jumlahnya. Yang jadi penyebab terjadinya persaingan antara lain makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain – lain (Setiadi, 1989). Faktor-fator intraspesifik merupakan mekanisme interaksi dari dalam individu organisme yang turut mengendalikan kelimpahan populasi. Pada hakikatnya mekanisme intraspesifik yang di maksud merupakan perubahan biologi yang berlangsung dari waktu ke waktu (Wirakusumah, 2003).

Harter (1961), mengatakan bahwa persaingan intraspesifik di gunakan untuk menggambarkan adanya persaingan antar individu-individu tanaman yang sejenis. Persaingan intraspesifik terdiri atas :

1 Persaingan aktivitas

2 Persaingan sumber daya alam

(6)

1. Perbedaan unsur hara

2. Perbedaan sebab – sebab kematian

3. Kepekaan terhadap berbagai senyawa racun

4. Kepekaan terhadap faktor – faktor yang mengendalikan sama dan pada waktu yang berbeda.

Beberapa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu :

1. Jenis tanaman

Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, system perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki system perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Bentuk daun yang lebar pada daun talas menyebabkan laju transpirasi yang tinggi sehingga bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Namun persaingan yang terjadi karena factor penyebaran tanaman sangat dipengaruhi factor-faktor lingkungan lain seperti suhu, cahaya, oksigen, dan air.

4. Waktu

(7)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di ilakukan pada hari Rabu, 12 oktober 2011 selama 21 hari.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain skop, garpu tanah, polybag 17 x 25 cm, penggaris, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain biji jagung, biji kacang hijau, tanah gembur, dan pupuk kandang,

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Tahap persiapan

Cara kerja pada praktikum ini pertama dipilih tanah subur dan dicampurkan dengan pupuk kandang. Tanah dimasukan kedalam polybag. Biji jagung dan kacang hijau ditanam dalam polybag yang telah disediakan baik secara terpisah maupun bersamaan dengan pola kerapatan tertentu. Dilakukan pengukuran faktor fisik diantaranya pH tanah, suhu tanah, kelembaban udara, intensitas cahaya, temperatur udara dan kelembaban tanah.

3.3.2 Tahap penanaman

(8)

sitanam biji kacang hijau sesuai dengan pola kerapatan pada tabel 2. Pada perlakuan JK, ditanam biji jagung dan kacang dengan pola bergantian seperti pada tabel 3. Diberi label pada setiap polybag untuk menunjukan perlakuan kerapatan yang diberikan. Jarak masing-masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan. Semua tanaman disiram

Kode perlakuan Jumlah Lubang J Jumlah Lubang K Pola penanaman

(9)

3.3.3 Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengukur pertumbuhan tanaman secara berkala yaitu 3 hari sekali. Data yang didapat dicatat dan disusun berdasarkan hari atau tanggal pengamatannya hingga waktu panen tiba yaitu setelah sekitar satu bulan. Pada saat panen dilakukan pengukuran faktor fisik akhir seperti yang dilakukan di awal.

Tanaman yang dipanen dipisahkan setiap plot dan setiap jenisnya kemudian ditimbang berat basahnya dengan menggunakan timbangan, dicatat data yang diperoleh.

3.5. Analisi Data

Analisis data terhadap faktor fisik dilakukan dengan melakukan pengukuran faktor fisik sebelum tanam dan setelah panen dengan menggunakan alat-alat yang telah disediakan seperti luxmeter untuk mengukur intensitas cahaya, soil tester untuk mengukur pH tanah dan kelembaban tanah, termometer untuk mengukur suhu tanah , dan sling untuk mengukur kelembaban udara

Sedangkan untuk data hasil pengamatan terhadap tumbuhan disajikan dalam bentuk grafik. Grafik yang disajikan didapat dari hasil pengukuran yang dilakukan secara bertahap, hasil pengukuran di catat dalam bentuk tabel. Data yang di tulis dalam bentuk tabel berasal dari hasil pengukuran pertambahan tinggi tanaman selama kurang lebih 4 minggu. Pemanenan tanaman hanya dilakukan pada bagian tumbuhan diatas permukaan tanah(taruk).

Untuk pengukuran biomassa hasil panen dilakukan dengan menimbang setiap tanaman sesuai dengan perlakuan secara terpisah. Dan dihitung pula jumlah tanaman yang ada untuk menetukan rata-rata biomassa setiap spesies.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

(10)

Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-faktor yang mengukung pemutusan dormansi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya.

No Faktor fisik Awal Akhir

Faktor-faktor pada tabel diatas adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman biji jagung dan biji kacang hijau pada praktikum ini. Faktor-faktor tersebut diukur agar mengetahui keadaan makroklimat pada awal penanaman dan akhir penanaman. Dan selama pengamatan pertumbuhan tanaman, yang lebih dilihat adalah persaingan yang terjadi antara biji yang ditanam dalam 1 plot baik persaingan intaraspesifik ataupun persaing interspesifiknya.

Setelah dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau selama 3 minggu, dilakukan pemanenan dan penimbangan berat basah (biomassa total) dari masing-masing jenis dan masing-masing-masing-masing plot. Didapatkan biomassa rata-rata tanaman jagung dan kacang hijau sebagai berikut:

Grafik diatas

(11)

lebih besar dibandingkan dengan biomassa pada J4. Tetapi jika dilihat dari jumlah biji yang ditanam terdapat lebih banyak biji yang ditanam pada J4 dari pada J1, sehingga seharusnya biomassa lebih besar biomassa pada J4. Tetapi pada percobaan tersebut lebih besar J1. Hal ini disebabkan pada plot J4 terdapat tanaman yang layu sehingga menurunkan beras basah tanaman tersebut. Layunya tanaman pada J4 dapat dikarenakan oleh adanya kompetisi berupa perebutan unsure hara dan air dari tanah. Tanaman jagung pada plot J8 memiliki biomassa paling besar dibandingkan pada J1 J2 dan J4. Hal ini disebabkan dalam plot J8 ditanam biji dengan jumlah 8 sehingga otomatis memiliki biomassa yang paling besar. Namun pada dasarnya tanaman J8 mengalami kompetisi perebutan unsur hara dalam plot karena besar plot dan jumlah tanah yang disediakan sama dengan plot J1 J2 dan J4.

(12)

Grafik 2 diatas menunjukan biomassa pata tanaman kacang hijau yang ditaman oleh kelompok 4. Dapat terlihat bahwa pada K1 dan K2 tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Biomassa K1 sedikit lebih besar dibanding dengan biomassa K2. Hal ini disebabkan adanya tanaman yang layu pada K2 sehingga menurunkan biomassa tanaman tersebut. Sedangkan pada K4 dan K8 memiliki biomassa yang lebih tinggi dari pada K1 dan K2 karena jumlah tanaman yang ditanam lebih banyak yaitu pada K4 berjumlah 4, dan pada K8 berjumlah 8. Namun sebenarnya terjadi kompetisi diantara tanaman tersebut seperti perebutan unsur hara dan air dari tanah karena plot yang disediakan memiliki ukuran yang sama dengan K1 da K2, sedangkan pada K4 dan K8 memiliki kebutuhan yang lebih untuk menutrisi lebih banyak jumlah tanaman.

(13)

menyerap unsure hara lebih dulu dari pada jagung. Sedangkan jagung membutuhkan waktu lama dalam berkecambah.

(14)
(15)

Grafik 6 diatas adalah grafik yang menujukan interaksi yang terjadi antara tanaman jagung dan kacang hijau yang ditanam dalam plot yang sama yaitu JK1 dimana dalam 1 polybag ditanam 1 biji kacang dan 1 biji jagung, JK2 pada polybag ditanam 2 biji kacang dan dua biji jagung, dan JK4 pada polybag ditanam 4 biji kacang dan 4 biji jagung. Dari data yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa tanaman kacang hijau memiliki nilai rata-rata tinggi tanaman yang lebih besar daripada jagung. Hal ini dapat terjadi karena perkecambahan pada kacang hijau jauh lebih cepat daripada perkecambahan pada jagung. Sehingga kacang hijau mampu tumbuh lebih cepat dibanding dengan jagung.

Berdasarkan grafik di atas dapat terlihat beberapa tanaman yang pada hari ke 9 nilai rata-ratanya tinggi namun pada pengukuran berikutnya mengalami penurunan. Hal ini terjadi pada tanaman jagung, beberapa dari tanaman jagung mati pada hari ke 14. Matinya tanaman jagung ini membuktikan bahwa kacang hijau pada hari ke 14 tidak dapat bertahan hidup, hal ini dapat terjadi karena pada hari ke 14 dan sebelumnya tanaman kacang hijau telah tumbuh dengan baik dan mulai mengambil unsure hara dan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan dari dalam tanah maka menyebabkan jagung mengalami kekalahan dalam kompetisi. Selain itu juga dikarenakan kacang hijau mampu lebih dulu berkecambah sehingga lebih dulu menyerap sumber daya dari dalam tanah.

(16)

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang dilakukan terhadap tanaman jagung dan kacang hijau selama kurang lebih 21 hari maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pertumbuhan tanaman kacang hijau lebih cepat daripada tanaman jagung maka kacang hijau adalah pemenang dalam kompetisi intraspesifik dan interspesifik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan intraspesifik dan interspesifik adalah kepadatan atau jarak tanaman, luas lahan tanam, jenis tanaman, dan waktu lamanya tanaman hidup.

3. Semakin rapat jarak suatu tanaman maka pertumbuhannya akan semakin terhambat karena persaingan mendapatkan sumber daya atau unsur hara dari tanah semakin ketat. 4. Cepat atau lambatnya perkecambahan pada tanaman juga berpengaruh terhadap

menangnya suatu tanaman dalam berkompetisi.

5. Terjadinya kompetisi antar tanaman dapat menyebabkan tanaman mati

DAFTAR PUSTAKA

Irwan, Z.D.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara: Jakarta

Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press . Jakarta.

(17)

Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono, B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.

Setiadi, Dedi, Muhadiono, Ayip Yusron.1989. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU Ilmu

Hayat IPB: Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Pada geotropisme , kacang hijau ditanam pada areal sudut atau pinggir tanah , lalu beberapa hari kemudian dimiringkan , ini dimaksudkan agar kita mengetahui

 Tumbuhan dalam hal percobaan kali ini adalah kacang hijau yang tumbuh di daerah gelap Tumbuhan dalam hal percobaan kali ini adalah kacang hijau yang tumbuh di daerah gelap tumbuh

Pemupukan tanaman kacang hijau dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya pupuk disebar dan di campur dalam tanah dengan baik sebelum tanam atau pupuk diletakkan sedalam

Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis, seperti: (a) lebih tahan kekeringan, (b)

Dalam melakukan pengukuran terhadap tanaman biji kacang hijau diperlukan ketelitian agar data hasil pengamatan lebih akurat, yaitu dengan menggunakan alat pengukuran yang sama

Grafik pertumbuhan (cm) tanaman kacang hijau dan jagung yang diberi perlakuan ekstrak daun mindi dan akasia pada berbagai perbandingan (v/w). Perkecambahan tanaman kacang hijau

Tanaman kacang hijau yang diletakkan di tempat terang tumbuh lebih pendek karena hormon auksin ini akan terurai dan terhambat karena terkena cahaya dan rusak sehingga laju

N isbah setara lahan dan waktu (NSLW) pada pola pertanaman jagung tumpangsari kacang hijau kemudian disisip jagung saat tanaman jagung I berumur 60 atau 70 hari