• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

32 BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal Sebelum Tindakan

Penelitian dilaksanakan di kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta dengan subjek penelitiannya adalah 44 siswa kelas X MIPA 5. Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020, dan dimulai pada bulan November 2019. Tahap awal dilakukan observasi dan kegiatan pra-siklus terlebih dahulu untuk mengetahui profil awal siswa kelas X MIPA 5.

Kegiatan observasi ini dilakukan secara umum di dalam kelas terhadap pembelajaran biologi yang disampaikan guru kepada siswa X MIPA 5, selain itu diberikan tes keterampilan berpikir kreatif untuk mengetahui profil awal dari siswa X MIPA 5. Observasi awal yang sudah dilakukan selama beberapa pertemuan, muncul beberapa masalah di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran. Beberapa masalah yang muncul yakni, siswa cenderung diam dan pasif selama proses pembelajaran, gagasan-gagasan yang disampaikan siswa dalam penyelesaian masalah masih terbatas dan standart, siswa kurang antusias dalam mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan, selain itu siswa cenderung memerlukan waktu yang lama dalam menjawab pertanyaan yang diajukan guru, serta metode pembelajaran masih konvensional yaitu berupa ceramah.

Hasil observasi ini mengindikasikan bahwa permasalahan yang muncul dalam pembelajaran pada siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta, yakni keterampilan berpikir kreatif dari para siswa yang tergolong masih rendah.

Terdapat beberapa masalah yang menjadi penyebab terjadinya keterampilan berpikir kreatif siswa yang tergolong rendah, antara lain kurangnya partisipasi aktif dari siswa terhadap pembelajaran yang ada di dalam kelas. Selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas oleh guru mata pelajaran Biologi yang mengajar, commit to user

(2)

hanya terdapat seorang siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi bakteri. Observasi awal yang dilakukan pada tindakan pra-siklus juga tampak pertanyaan yang diberikan oleh guru yang mengajar di dalam kelas tidak mampu dijawab oleh siswa, hal ini menyebabkan guru harus kembali menerangkan submateri yang sudah dipelajari pada pertemuaan sebelumnya. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang rendah ini juga diperkuat dengan hasil tes pra-siklus.

Berdasarkan hasil jawaban siswa kelas X MIPA 5 pada tes pra-siklus dapat disimpulkan bahwa siswa hanya mampu menjawab soal tes pra-siklus keterampilan berpikir kreatif sebanyak tidak lebih dari 2 pertanyaan dari total 8 pertanyaan yang diberikan, sedangkan skor rata – rata yang diperoleh siswa dalam tes pra-siklus yaitu siswa memperoleh skor 8,4 dari skor maksimal yang bisa diperoleh 40. Hasil dari tes pra-siklus juga menunjukkan di beberapa soal ada siswa yang tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. Siswa tersebut adalah siswa dengan absen nomor 2, 7, 8, 9, 10, 13, 21, 24. Selain itu banyak siswa yang mengerjakan soal tes pra-siklus dengan jawaban tidak tepat, yakni siswa absen nomor 4, 5, 6, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 40, 41, 42, 43. Skor tes pra-siklus paling rendah yakni 0 didapatkan oleh siswa dengan absen nomor 4, 5, 6, 15, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 40, 41, 42, 43. Skor tertinggi sebesar 3 didapatkan oleh siswa absen nomor 11, 12, 18, 19, 34. Hasil jawaban tes pra-siklus yang didapatkan oleh siswa X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta menjadi bukti bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Hasil dari tes keterampilan berpikir kreatif pada pra-siklus disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Tes Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Pra-Siklus

Aspek Indikator Capaian

Persentase

Kategori Bepikir Lancar

(Fluency)

Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

Mempunyai banyak gagasan terhadap suatu permasalahan

25,5% Kurang Kreatif

commit to user

(3)

Lanjutan Tabel 4.1.

Berpikir Luwes (Flexibility)

Memberikan berbagai penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

Memberikan alternatif atau cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah

24,1% Kurang Kreatif

Berpikir Orisinal (Orisinality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, berbeda dari yang lain, dan jarang dikemukakan kebanyakan Orang

Membuat kombinasi yang tidak biasa dari suatu bagian atau elemen

17,5% Kurang Kreatif

Berpikir Rinci (Elaboration)

Mengembangkan atau

memperkaya sebuah produk maupun ide

Mampu menjelaskan secara detail mengenai suatu objek, ide, maupun situasi sehingga menjadi lebih menarik

19,6% Kurang Kreatif

rata – rata 21,7%

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta rata – rata hanya sebesar 21,7%. Data yang didapatkan selama pra-siklus berdasarkan pengkategorian yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2011) menunjukan bahwa hasil rata-rata capaian tersebut termasuk dalam kurang kreatif. Sedangkan untuk masuk ke kategori minimal cukup kreatif rata-rata capaian yang harus diperoleh yaitu sekitar 33% - 67%, dan 68% - 100%

untuk kategori kreatif. Secara lebih terperinci data yang didapat pada pra-siklus menunjukkan untuk capaian persentase aspek keterampilan berpikir kreatif termasuk juga dalam kategori yang kurang kreatif, yakni fluency 25,5%, flexibility 24,1%, originality 17,5%, dan elaboration 19,6%. Hasil dari tes pra-siklus keterampilan berpikir kreatif ini akan dijadikan sebagai dasar penelitian atau baseline untuk penentuan target capaian penelitian.

commit to user

(4)

Berdasarkan dari observasi awal dan hasil dari tes pra-siklus yang sudah dilakukan kepada 44 siswa X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta menunjukan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa masih tergolong masuk ke kategori kurang kreatif. Tentunya harus dilakukan tindakan kolaboratif antara guru mata pelajaran biologi dengan peneliti untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan, untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa yaitu Project Based Learning pada setiap siklus pembelajaran. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus pembelajaran dan diakhiri sampai target capaian terpenuhi.

Project Based Learning didasari pada penggunaan proyek dalam pembelajaran yang efektif memberikan kesempatan kepada siswa mengekspresikan diri dalam pembelajaran dan merangsang rasa ingin tahu terkait fenomena yang terjadi serta membantu dalam pengembangan keterampilan berpikir kreatif (Gencer & Gonen, 2015). Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui sintaks pembelajaran yang diterapkan sehingga diasumsikan bahwa model PjBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa (Utami dkk., 2015).

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning) Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan di dalam kelas dengan alokasi waktu sekitar 4 jam pembelajaran (4x45 menit) untuk materi Protista dengan sub topik protista mirip hewan. Siklus I menggunakan model pembelajaran Project Based Learning yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu Start With the Essential Question, Design a Plan for the Project, Create a Schedule, Monitor the Students and the Progress of The Project, Assess the Outcome, Evaluate the Experience (Hung et al., 2004).

commit to user

(5)

Tahap perencanaan untuk siklus I dimulai dengan melakukan identifikasi permasalahan yang muncul dan teramati selama observasi awal yang dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi kelas X dan peneliti, kemudian setelah dilakukan identifikasi permasalahan maka langkah selanjutnya adalah menganalisis permasalahan yang muncul sehingga dapat ditemukan inti masalah yang paling urgent untuk segera diselesaikan. Permasalahan yang paling urgent untuk segera diselesaikan berupa keterampilan berpikir kreatif siswa yang tergolong masih rendah atau kurang kreatif. Berdasarkan permasalahan yang urgent untuk segera diselesaikan tersebut maka peneliti dan guru berkolaborasi dalam menentukan solusi yang paling tepat dengan mempertimbangkan beberapa faktor, seperti faktor sarana dan prasarana, efisiensi waktu untuk menyelesaiakn masalah yang sudah terdentifikasi, dan materi yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian.

Penyusunan perangkat pembelajaran dan perangkat untuk penelitian menjadi akhir dari tahap perencanaan siklus I. Perangkat pembelajaran untuk pelaksanaan penelitian siklus I meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), media berupa air kolam, air sawah, dan air comberan, power point, serta poster Protista mirip hewan. Sedangkan yang disiapkan dalam penyusunan perangkat penelitian berupa soal tes keterampilan berpikir kreatif, lembar observasi keterlaksanaan sintaks, lembar observasi sikap, dan pedoman dalam wawancara.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) Siklus I 1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada Selasa 02 November 2019 dengan alokasi waktu yang digunakan 2x45 menit atau 2 jam pelajaran dengan dihadiri oleh 44 siswa. Tahap pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu start with the essential question, design a plan for the project, create a schedule, dan monitor the students and the progress of the project.

Diawal kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi dan motivasi yang dilakukan oleh guru dengen melakukan review materi pembelajaran commit to user

(6)

sebelumnya mengenai ciri-ciri bakteri. Kemudian guru menghubungkan materi sebelumnya dengan sub topik yang akan dipelajari, guru membimbing siswa mengemukakan ciri - ciri dari Protista mirip hewan.

Kegiatan inti merupakan kegiatan yang mengimplementasikan sintaks model PjBL selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan inti dimulai dengan tahap start with the essential question yang dilakukan dengan cara guru mengajak siswa mengamati berbadi jenis air, yaitu air kolam, air sawah, dan air comberan. Guru membimbing siswa menemukan fenomena yang ada di dalam air kolam, air sawah, dan air comberan dengan bantuan mikroskop. Tahap ini diakhiri dengan siswa mengajukan beberapa pertanyaan mendasar yang menjadi rumusan masalah dan pokok pembahasan dalam pembelajaran.

Setelah tahap start with the essential question kemudian dilanjutkan dengan design a plan for the project. Tahap ini diawali dengan guru membentuk beberapa kelompok dengan cara berhitung dari angka 1 sampai angka 6, siswa yang menyebutkan angka yang sama menjadi satu kelompok. Kelompok yang terbentuk bersifat heterogen dengan jumlah anggota per kelompok 7-8 siswa, sehingga dalam kelas X MIPA 5 dibentuk 6 kelompok. Kelompok 1 terdiri dari siswa dengan nomor absen 2, 15, 17, 26, 29, 30, 38, 44. Kelompok 2 terdiri dari siswa dengan nomor absen 3, 6, 10, 20, 23, 33, 39. Kelompok 3 terdiri dari siswa dengan nomor absen 9, 18, 21, 32, 35, 37, 40. Kelompok 4 terdiri dari siswa dengan nomor absen 4, 5, 13, 16, 34, 36, 41. Kelompok 5 terdiri dari siswa dengan nomor absen 1, 7, 8, 11, 14, 25, 27, 42. Kelompok 6 terdiri dari siswa dengan nomor absen 12, 19, 22, 24, 28, 31, 43. Beberapa manfaat dari dibentuknya beberapa kelompok kecil yaitu memberikan kesempatan untuk saling bertukar pikiran antar siswa sehingga merangsang dalam peningkatan semua aspek berpikir kreatif dan dapat memaksimalkan gagasan yang ada pada diri siswa serta memaksimalkan ide kreatif karena setiap anggota mendapat giliran untuk sharing dan berpendapat.

Setelah dibentuk menjadi 6 kelompok, selanjutnya guru memberikan bimbingan mengenai rumusan masalah yang harus diselesaikan serta guru commit to user

(7)

membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan arahan dengan meminta masing-masing kelompok mendiskusikan rumusan masalah nomor 1, 2, dan 3 serta untuk rumusan masalah nomor 4 merupakan tugas proyek pembuatan poster kelompok yang akan dipresentasikan pada pertemuan selanjutnya.

Proyek pembuatan poster merupakan proyek yang dikerjakan di luar jam kelas sehingga untuk pembuatan proyek masuk dalam tahap create a schedule.

Tahap ini diawali dengan masing-masing anggota kelompok membuat kesepakatan untuk jadwal pengerjaan proyek sehingga tidak mengganggu aktivitas lain siswa dan aktivitas belajar mengajar mata pelajaran lainnya. Create a schedule dapat membantu siswa dalam menyusun dan mengorganisir jadwal kegiatan proyek sehingga diharapkan dapat selesai tepat waktu. Setelah masing- masing kelompok berdiskusi maka guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan gambaran desain proyek yang sudah direncanakan sekaligus jadwal dari penyelesaian proyek tersebut.

Sintaks setelah create a schedule yaitu monitor the student and the progress of the project. Tahap ini dilakukan di luar jam pembelajaran yakni siswa mulai melaksanakan jadwal pengerjaan proyek yang sudah dibuat sebelumnya.

Guru memantau perkembangan pengerjaan proyek masing-masing kelompok dengan cara melalui logbook, dokumentasi, dan wawancara kepada siswa dari perwakilan kelompok.

Diakhir pertemuan pertama siklus I masing-masing perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mengenai gambaran desain proyek dan jadwal penyelesaian proyek. Guru mengarahkan dan mengingatkan agar semua kelompok menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan proyek dalam bentuk poster sehingga pada pertemuan selanjutnya sudah bisa dipresentasikan.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua siklus I terjadi pada tanggal pada 09 November 2019 dengan alokasi waktu 2x45 menit (2 Jam Pelajaran) dan siwa yang hadir sejumlah commit to user

(8)

44 siswa. Pertemuan kedua ini terdiri dari dua tahap pembelajaran, yaitu tahap pembelajaran assess the outcome dan evaluate the experience.

Kegiatan awal dimulai dengan guru melakukan apersepsi dan motivasi dengan cara guru menghadirkan contoh poster dari Protista mirip hewan. Siswa diminta memberikan pendapat dari contoh poster yang dibawa guru ke dalam kelas. Kemudian guru meminta siswa untuk mempersiapkan poster yang sudah dikerjakan oleh masing-masing kelompok untuk dipresentasikan ke depan kelas.

Presentasi ini dilakukan oleh perwakilan kelompok yang terdiri dari dua orang, untuk menghemat waktu karena total ada 6 kelompok yang harus mempresentasikan hasil poster tentang Protista mirip hewan.

Tahap selajutnya yaitu asses the outcome yang dilakukan dengan cara mempersilahkan siswa untuk mempresentasikan hasil poster dari kelompok masing-masing. Anggota kelompok lain memperhatikan dan menyimak serta memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok yang maju ke depan.

Terlihat selama proses presentasi anggota kelompok lain memberikan pertanyaan, yaitu siswa dengan nomor absen 22, 25, dan 33 serta ada anggota kelompok lain yang memberikan masukan untuk perbaikan poster, yaitu siswa dengan nomor absen 10, 21, 31, dan 33.

Evaluate the experience dilakukan dengan guru meminta siswa mengungkapkan pengalaman belajar selama proses penyelesaian proyek.

Pengalaman belajar dapat berupa kelebihan dan kekurangan mulai dari awal penentuan jadwal hingga tahap akhir proses penyelesaian proyek. Tahap ini beberapa anggota kelompok menungkapkan bahwa selama proses penyelesaian proyek banyak pengalaman yang menyenangkan dan sangat berbeda dengan pembelajaran di kelas yang selama ini dilakukan. Namun, siswa juga mengungkapkan kesulitan selama proses penyelesaian proyek, yaitu menepati jadwal yang sudah disepakati karena ada beberapa siswa yang kadang berhalangan hadir sehingga proses penyelesaian proyek tidak berjalan secara maksimal. Guru juga meminta siswa untuk memberikan saran terkait pembelajaran yang sudah berlangsung, seperti apa yang harus dilakukan agar commit to user

(9)

kedepanya kegiatan belajar mengajar dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.

Beberapa saran yang diberikan siswa antara lain guru harus lebih intensif dalam memantau perkembangan penyelesaian proyek dan membantu siswa jika mengalami kendala.

Akhir pertemuan kedua sebagai penutup maka guru meminta siswa menyimpulkan materi pembelajaran di kelas mengenai Protista mirip hewan menggunakan bahasa mereka sendiri, serta memberikan tugas kepada siswa untuk belajar materi berikutnya tentang Protista mirip tumbuhan. Sebelum diakhiri guru memberikan soal tes keterampilan berpikir kreatif siklus I dalam bentuk soal essay. Skor yang didapat siswa dari tes essay ini digunakan sebagai data utama keterampilan berpikir kreatif siklus I siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta.

c. Tahap Observasi (Observing) dan Evaluasi Tindakan Siklus I

Tahap ini dilakukan oleh tiga orang observer dengan teknik non tes dan teknik tes. Selama proses pembelajaran didalam kelas observer membantu untuk mengamati keterlaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan sintaks yang sudah disusun peneliti dengan masukan dari guru mata pelajaran biologi. Teknik non tes dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument seperti lembar observasi keterlaksaan sintaks. Lembar ini berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan tahap pembelajaran model Project Based Learning (PjBL), kemudian teknik non tes lainnya yaitu wawancara terhadap guru dan wawancara terhadap siswa, dan juga dilakukan dokumentasi. Sedangakan teknik tes dilakukan dengan cara guru memberikan beberapa soal tes keterampilan berpikir kreatif yang terdiri dari delapan soal dalam bentuk uraian. Soal uraian ini dikembangkan berdasarkan beberapa aspek dari keterampilan berpikir kreatif. Aspek berpikir kreatif terdiri dari fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Hasil tes keterampilan berpikir pada siklus I disajikan dalam Tabel 4.2.

commit to user

(10)

Tabel 4.2 Tabel Hasil Tes Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I

Aspek Indikator Capaian

Persentase

Kategori Bepikir

Lancar (Fluency)

Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

Mempunyai banyak gagasan terhadap suatu permasalahan

31,4% Kurang Kreatif

Berpikir Luwes (Flexibility)

Memberikan berbagai penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

Memberikan alternatif atau cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah

42,3% Cukup Kreatif

Berpikir Orisinal (Orisinality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, berbeda dari yang lain, dan jarang dikemukakan kebanyakan

Orang

Membuat kombinasi yang tidak biasa dari suatu bagian atau elemen

36,8% Cukup Kreatif

Berpikir Rinci

(Elaboration)

Mengembangkan atau memperkaya sebuah produk maupun ide

Mampu menjelaskan secara detail mengenai suatu objek, ide, maupun situasi sehingga menjadi lebih menarik

40,7% Cukup Kreatif

rata – rata 37,8%

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta meningkat dari yang sebelumnya 21,7% pada saat dilakukan prasiklus kemudian naik menjadi 37,8% pada saat dilakukan tes siklus I. Berdasarkan pengkatagorian yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2011) hasil pencapaian persentase kenaikan dari keterampilan berpikir kreatif masuk ke dalam kategori cukup kreatif. Artinya dari yang awalnya masuk ke kategori kurang kreatif menjadi masuk kategori cukup kreatif. Sedangkan untuk capaian persentase masing-masing aspek berpikir kreatif rata-rata juga mengalami kenaikan. Kenaikan terendah terdapat pada aspek fluency sebesar 31,4%, commit to user

(11)

sedangkan untuk kanaikan paling tinggi terdapat pada aspek flexibility sebesar 42,3%. Hasil tes keterampilan berpikir kreatif pada siklus I menunjukkan peningkatan dari yang kurang kreatif menjadi cukup kreatif, kecuali aspek fluency yang masih masuk kategori kurang kreatif.

Berdasarkan jawaban dari siswa jika dibandingkan dengan tes pra-siklus maka pada siklus I diketahui bahwa siswa kelas X MIPA 5 mengalami kenaikan keterampilan berpikir kreatif yg cukup signifikan. Beberapa siswa mampu mendapatkan skor 4 per satu soal yang dikerjakan dari totol skor maksimal 5.

Beberapa siswa yang mendapatkan skor 4, yaitu siswa dengan nomor absen 11, 15, 23, 27, dan 33. Namun, masih terdapat siswa yang tidak menjawab soal sehingga mendapatkan skor 0. Siswa yang mendapat skor 0, yaitu siswa dengan nomor absen 4, 9, 18, 29, 31, 37.

d. Tahap Refleksi (Relfecting)

Tahap refleksi dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran biologi.

Tahap refleksi dilakukan dengan cara mendiskusikan kekurangan selama proses pembelajaran selama siklus I berjalan, mulai dari sintaks start with the essential question, design a plan for the project, create a schedule, sampai monitor the students and the progress of the project, serta hasil tes soal uraian keterampilan berpikir kreatif siklus I. Kegiatan awal pada tahap refleksi yaitu dengan mendiskusikan keterlaksanaan sintaks Project Based Learning (PjBL) berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan sintaks. Berdasarkan hasil diskusi di tahap refleksi bisa disimpulkan bahwa lembar observasi keterlaksanaan sintaks menunjukkan hasil yang baik, tetapi terdapat beberapa kekeurangan. Kekurangan terjadi terutama di beberapa sintaks yang dilaksanakan, seperti pada kegiatan menentukan pertanyaan mendasar dan kegiatan monitoring siswa dalam penyelesaian proyek poster. Pertanyaan mendasar ini muncul saat siswa mengamati fenomena yang dihadirkan guru. Pertanyaan mendasar harus diamati siswa dengan menggunakan keseluruhan indra, namun pada pelaksanaanya siswa tidak menggunakan keseluruhan indra sehingga mempengaruhi pelaksanaan tahap start with the essential question tidak berjalan dengan baik. Sedangakan kegiatan commit to user

(12)

monitoring siswa dilakukan diluar jam pembelajaran, pada tahap ini guru memonitoring siswa dengan menggunakan beberapa cara, seperti pengumpulan logbook, mendokumentasikan kegiatan, dan teknik wawancara. Monitoring siswa sudah dilakukan dengan baik, namun beberapa siswa kesulitan menepati jadwal untuk penyelesaian proyek yang sudah direncanakan sebelumnya sehingga hasil pengerjaan proyek kurang maksimal.

Kegiatan selanjutnya pada tahap refleksi adalah menganalisis secara singkat hasil tes keterampilan berpikir kreatif siklus I. Hasil tes menunjukkan bahwa adanya kenaikan yang signifikan dari semua aspek berpikir kreatif dibandingkan dengan data pra-siklus. Namun, aspek fluency masih tergolong kurang kreatif dengan presentase 31,4%. Hasil tersebut disebabkan karena hampir seluruh siswa masih menjawab pertanyaan dengan jawaban yang ada dalam buku.

Buku yang digunakan siswa hanya buku pegangan wajib yang diberikan oleh sekolah, yakni Biologi 1 SMA Kelas X Kurikulum 2013 yang diterbitkan oleh Yudhistira. Selain siswa yang belum mampu berpikir out of the box, ditemukan juga permasalahan berupa kurang pandainya siswa mengatur waktu dalam mengerjakan soal tes siklus I sehingga siswa kehabisan waktu dalam mengerjakan. Karakelle (2009) mengatakan bahwa fluency merupakan elemen dasar dalam berpikir kreatif sehingga ketuntasan aspek tersebut mempengaruhi aspek lain.

Berdasarkan hasil dari tahap reflesi yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kreatif telah meningkat dari kurang kreatif menjadi cukup kreatif. Rata-rata capaian persentase ini naik dari yang awalnya 21,7% pada tahap pra-siklus menjadi sebesar 37,8% pada siklus I. Namun, keterampilan berpikir kreatif aspek fluency masih masuk ke dalam kategori kurang kreatif sehingga perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai dasar perbaikan tindakan siklus II. Temuan permasalahan siklus I dan saran perbaikan siklus II secara rinci disajikan dalam Tabel 4.3.

commit to user

(13)

Tabel 4.3 Temuan Permasalahan Siklus I dan Saran Perbaikan Siklus II

Permasalahan Saran Perbaikan

Pada tahap start with the essential question siswa tidak mengamati fenomena dengan menggunakan keseluruhan indra sehingga memengaruhi kelancaran berpendapat

Guru mengarahkan agar setiap mengamati fenomena menggunakan keseluruhan indra yang dimiliki

Beberapa siswa sulit menepati jadwal penyelesaian proyek sehingga hasil proyek dirasa kurang maksimal

Siswa menjaga koordinasi antar anggota kelompok sebaik mungkin, Guru lebih intensif memantau perkembangan proyek siswa melalui ketua kelompok

Sebagian besar siswa belum mampu berpikir out of the box sehingga jawaban hanya mengacu pada temuan dalam bacaan soal tes

Guru mengarahkan siswa agar mampu berpikir diluar bacaan dalam soal tes dan berpandangan luas terhadap suatu fenomena atau permasalahan.

Beberapa siswa belum bisa membagi waktu pengerjakan soal tes dengan baik sehingga kehabisan waktu dan tidak tepat menjawab soal tes

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila menemui hal yang tidak dimengerti pada soal tes dan mengingatkan untuk menggunakan waktu sebaik mungkin.

3. Siklus II a. Tahap Perencanaan (Planning) Siklus II

Tahap perencanaan siklus II dikembangkan dari temuan-temuan masalah yang ada pada siklus I. Pengembangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga diharapkan keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat.

Perbaikan yang dilakukan berfokus pada beberapa hal, antara lain membimbing siswa untuk menggunakan seluruh indra dalam mengamati fenomena yang ada, lebih intensif dalam melakukan monitoring kepada kelompok untuk penyelesaian proyek, membimbing siswa untuk mencari jawaban yang out of the box sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya.

Selanjutnya peneliti mengomunikasikan dan mendiskusikan perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian dengan memperhatikan permasalahan-commit to user

(14)

permasalahan yang ditemui selama siklus I kepada guru mata pelajaran biologi.

Perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan meliputi Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran berupa berbagai jenis Protista mirip tumbuhan dan poster dari Protista mirip tumbuhan, dan power point untuk presentasi. Sedangkan perangkat penelitian yang sudah dikembangkan meliputi soal tes keterampilan berpikir kreatif, lembar obsevasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran, lembar observasi sikap kreatif siswa, dan pedoman wawancara.

b. Tahap Pelaksanaan (Acting) Siklus II 1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 November 2019.

Pertemuan pertama siklus II alokasi waktu 2x45 menit (2 Jam Pertemuan) dan dihadiri oleh 44 siswa. Tahap pembelajaran yang dilakukan selama siklus II pertemuan pertama yaitu start with the essential question, design a plan for the project, create a schedule, dan monitor the students and the progress of the project.

Diawal guru memberikan apersepsi dan motivasi dengan melakukan review materi pembelajaran sebelumnya yaitu mengenai Protista mirip hewan.

Guru meminta siswa untuk mengamati fenomena yang dibawa oleh guru dan mengarahkan siswa pada ciri-ciri dari Protista mirip tumbuhan. Beberapa siswa mengungkap jawaban tentang ciri-ciri Protista mirip tumbuhan, yaitu tubuh Protista mirip tumbuhan makroskopis berbeda dengan Protista mirip hewan yang mikroskopis, bentuknya seperti tumbuhan yang terdiri dari akar, batang, dan daun.

Kegiatan inti pembelajaran dilakukan dengan menerapkan model Project Based Learning (PjBL). Guru meminta siswa untuk berkelompok seperti kelompok awal pada siklus I. Kemudian dimulai dengan sintaks start with the essential question dengan meminta siswa mengamati dengan lebih teliti dan menggunakan seluruh indra dalam mengamati fenomena yang dibawa oleh guru.

Adanya fenomena yang dibawa guru berupa berbagai jenis Protista mirip tumbuhan bertujuan untuk merasangsang siswa untuk merumuskan pertanyaan-commit to user

(15)

pertanyaan mendasar. Kemudian guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok dan mengarahkan siswa untuk mendiskusikan terkait pertanyaan mendasar yang sudah dirumuskan yaitu ciri-ciri dari Protista mirip tumbuhan, merencanakan proyek poster Protista mirip tumbuhan, dan menyusun jadwal penyelesaian proyek.

Tahap design a plan for the project banyak anggota kelompok yang memberikan gagasan dan usul terhadap proyek yang akan dikerjakan, sedangkan sebagian siswa lain berusaha mencari informasi dari buku dan dari internet. Guru berperan dalam mengawal dan memantau jalannya pengerjaan Lembar Kerja Siswa dan proyek yang sedang disusun oleh siswa, guru berkeliling ke semua kelompok untuk mengetahui perkembangan dari masing-masing kelompok dan menanyakan apakah terdapat kendala selama penyusunan rancangan proyek pembuatan poster.

Setelah siswa menentukan rancangan proyek maka selanjutnya adalah menentukan jadwal penyelesaian proyek (create a schedule). Perencanaan ini disusun dengan kesepakatan dari semua anggota kelompok dan tidak menggangu aktivitas lain terutama aktivitas pembelajaran yang lainnya. Guru mengarahkan siswa membuat jadwal yang paling sesuai sehingga semua anggota kelompok dapat hadir untuk meyelesaiakan proyek yang sudah direncanakan.

Tahap setelah create a schedule, yakni tahap monitor the students and the progress of the project. Pelaksanaan dari sintaks ini disesuaikan dengan jawal penyelesaian proyek oleh masing-masing kelompok dan dilakukan diluar jam pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan pemantauan terhadap setiap perkembangan proyek melalui berbagai media seperti, logbook, dokumentasi, dan melakukan komunikasi intensif dengan perwakilan kelompok.

Pertemuan pertama ditutup oleh presentasi masing-masing kelompok terkait desain proyek dan jadwal penyelesaian proyek. Guru memberikan arahan kepada para siswa untuk mengerjakan proyek sesuai dengan jadwal yang

commit to user

(16)

disepakati agar di pertemuan selanjutnya bisa dilakukan presentasi oleh semua kelompok.

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua siklus II dilaksanakan tanggal 17 November 2019.

Pertemuan kedua menggunakan alokasi waktu 2x45 menit (2 Jam Pelajaran).

Siswa yang hadir pada pertemuan kedua sebanyak 44 siswa. Tahap pembelajaran yang yang dilaksanakan yaitu assess the outcome dan evaluate the experience.

Guru melakukan motivasi dan apersepsi dengan membawa contoh poster Protista mirip tumbuhan. Guru mengarahkan siswa mengamati poster yang dibawa guru dan meminta siswa untuk mengemukakan pendapat mengenai poster tersebut. Kemudian masuk ke tahap selanjutnya yaitu sintaks asses the outcome dimana setiap kelompok mempresentasikan hasil proyeknya kedepan kelas. Guru meminta siswa memperhatikan presentasi dari kelompok lain dan memberikan masukan, gagasan serta pertanyaan kepada kelompok yang maju kedepan.

Pertanyaan yang muncul banyak yang berkaitan dengan ciri-ciri serta bagian- bagian dari Protista mirip tumbuhan. Sebagai reward diakhir presentasi guru memberikan apresiasi kepada kelompok terbaik dengan memberikan susu kotak.

Sintaks evaluate the experience dilakukan dengan meminta siswa mengungkapkan pengalaman dan perasaan selama menyelesaiakan proyek. Setiap kelompok menceritakan pengalaman ketika menyelesaikan proyek, banyak hal menarik yang terjadi seperti mengerjakan proyek di salah satu rumah siswa, mengerjakan proyek tapi di taman. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa dengan mengerjakan proyek yang sudah dijadwalkan bersama teman-teman kelompok, dia bisa lebih disiplin karena setiap anggota kelompok dituntut harus datang tepat waktu.

Sebagai penutup diakhri dengan meminta siswa menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang sudah dilakukan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri sekaligus untuk menjawab pertanyaan mendasar yang sudah

commit to user

(17)

dirumuskan diawal pembelajaran. Sebelum ditutup guru memberikan soal uraian sebagai soal tes keterampilan berpikir kreatif siklus II.

c. Tahap Observasi (Observing) Tindakan Siklus II

Kegiatan obeservasi dilakukan oleh tiga orang observer dengan menggunakan teknik non tes dan tes. Selama kegiatan observasi dilakukan juga kegiatan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran. Teknik non tes dilakukan dengan beberapa perangkat, yaitu lembar observasi keterlaksanaan sintaks yang digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan sintaks- sintaks yang dijalankan selama proses pembelajaran sehingga diketahui apakah sudah berjalan dengan baik. Kemudian perangkat lainnya berupa dokumentasi untuk memantau penyelesian proyek masing-masing kelompok, dan juga dilakukan wawancara. Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal tes dalam bentuk soal uraian yang terdiri dari semua aspek keterampilan berpikir kreatif yang terdiri dari fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Hasil tes keterampilan berpikir pada siklus II disajikan dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Tabel Hasil Tes Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II

Aspek Indikator Capaian

Persentase

Kategori Bepikir Lancar

(Fluency)

Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan

Mempunyai banyak gagasan terhadap suatu permasalahan

76,8% Cukup Kreatif

Berpikir Luwes (Flexibility)

Memberikan berbagai penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah

Memberikan alternatif atau cara yang berbeda untuk menyelesaikan masalah

53,6% Cukup Kreatif

Berpikir Orisinal (Orisinality)

Memberikan jawaban yang tidak lazim, berbeda dari yang lain, dan jarang dikemukakan kebanyakan Orang

Membuat kombinasi yang tidak biasa dari suatu bagian atau elemen

49,8% Cukup Kreatif

commit to user

(18)

Lanjutan Tabel 4.4 Berpikir Rinci (Elaboration)

Mengembangkan atau

memperkaya sebuah produk maupun ide

Mampu menjelaskan secara detail mengenai suatu objek, ide, maupun situasi sehingga menjadi lebih menarik

58,6% Cukup Kreatif

rata – rata 59,7%

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata persentase keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta mengalami kenaikan yang signifikan pada siklus II. Data pada siklus II jika dibandingkan siklus I kenaikan pada siklus II sebesar 21,7% yaitu yang awalnya 37,8% pada siklus I, kemudian naik menjadi 59,7% pada siklus II. Berdasarkan pengkategorian oleh Rahayu et al.

(2011) hasil capaian persentase keterampilan berpikir kreatif tersebut masuk ke dalam kategori cukup kreatif. Kategori cukup kreatif masuk pada pesentase interval antara 33%-67%. Sedangkan untuk persentase semua aspek berpikir kreatif pada siklus II mengalami kenaikan, misal untuk aspek fluency mengalami kenaikan yang paling besar menjadi sebesar 76,8%, aspek terbesar kedua yaitu aspek elaboration dengan persentase 58,6%, untuk aspek flexibility persentase sebesar 53,6% dan aspek originality mengalami kenaikan menjadi sebesar 49,8%.

Berdasarkan dari hasil jawaban siswa dapat dilihat beberapa siswa sudah mampu menjawab dengan skor maksimal 5. Skor maksimal 5 didapatkan oleh beberapa siswa dengan absen nomor 9, 10, 12, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29. Sedangkan untuk skor terendah 1 didapatkan oleh siswa dengan absen nomor 2, 10, 12, 15 26, 28, 32. Hasil tes menunjukkan peningkatan yang signifikan karena tidak ada siswa yang mendapatkan skor 0, sehingga dapat dikatakan siswa sudah fokus dengan soal dan manajemen waktu pengerjaan soal sudah berjalan dengan baik. Kesimpulan yang bisa diambil bahwa rata-rata siswa

commit to user

(19)

sudah mampu menjawab 4 soal dengan benar dari total 8 soal yang diberikan sengan rata-rata skor 23,8.

d. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi pada siklus II dilakukan dengan mendiskusikan keterlaksanaan sintaks, merekap hasil penilaian siswa dengan guru mata pelajaran biologi. Selama tahap refleksi terdapat banyak peningkatan yang terjadi, baik dari segi hasil nilai siswa dan keterlaksanaan sintaks yang pada siklus I banyak ditemukan kendala dan kesulitan. Kegiatan mengamati fenomena yang dihadirkan oleh guru, siswa sudah mampu menggunakan semua indra sehingga siswa mampu menentukan pertanyaan mendasar dengan baik. Tahap monitoring the students and the progress of project berjalan dengan baik karena monitoring yang dilakukan guru bejalan efektif, Guru aktif menanyakan perkembangan proyek siswa dan tidak ada siswa yang izin selama penyelesaian proyek. Tahap evaluate the experience guru mampu mengarahkan siswa dengan baik untuk mengungkapkan pendapat terhadap proses pembelajaran dan siswa juga mampu mengungkapkan pengalaman selama proses penyelesaian proyek. Sebagai bentuk penghargaan diakhir siswa diberikan penghargaan berupa susu kotak untuk kelompok terbaik.

Siklus II menunjukkan hasil yang baik dikarenakan ada peningkatan yang signifikan pada semua aspek berpikir kreatif. Peningkatan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan data hasil pra-siklus dan data hasil di siklus I. Hasil pra- siklus semua aspek berpikir kreatif masuk ke kategori kurang kreatif, sedangkan di siklus I hanya aspek fluency yang masih masuk kategori kurang kreatif, sedangkan untuk aspek flexibility, originality, dan elaboration sudah masuk kategori cukup kreatif, dan di siklus II aspek fluency masuk ke kategori kreatif, sedangkan aspek flexibility, originality, dan elaboration masuk kategori cukup kreatif. Berdasarkan hasil jawaban siswa maka target penelitian sudah tercapai, ini terjadi karena terdapat perbaikan-perbaikan yang dilakukan selama tahap observasi sehingga peroses pembelajaran dan keterlaksanaan sintaks berjalan dengan baik. Hasil tersebut sudah memenuhi target penelitiaan karena terjadi commit to user

(20)

peningkatan persentase keterampilan berpikir kreatif dari <33% (kurang kreatif) menjadi 33%-67% (cukup kreatif) sehingga penelitian dapat dihentikan.

B. PERBANDINGAN HASIL TINDAKAN ANTAR SIKLUS 1. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Setiap Aspek

Perbandingan capaian rata-rata keterampilan berpikir kreatif setiap aspek pada Pra-Siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Perbandingan Capaian Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kreatif Setiap Aspek Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa semua aspek keterampilan berpikir kreatif, yaitu fluency, flexibility, originality, elaboration mengalami peningkatan pada setiap tahapan, mulai dari pra-siklus, siklus I, dan siklus II.

Aspek fluency pada pra-siklus sebesar 25,5% mengalami peningkatan menjadi 31,4% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 76,8% pada siklus II. Aspek flexibility pada pra-siklus sebesar 24,1% mengalami peningkatan menjadi 42,3%

pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 53,6% pada siklus II. Aspek originality pada pra-siklus sebesar 17,5% mengalami peningkatan menjadi 36,8% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 49,8% pada siklus II. Aspek elaboration pada pra- siklus sebesar 19,6% mengalami peningkatan menjadi 40,7% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 58,6% pada siklus II. commit to user

(21)

Hasil persentase setiapa aspek keterampilan berpikir kreatif yang diperoleh pada setiap tahapan siklus maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan pengkategorian yang dilakukan oleh Rahayu et al. (2011) aspek keterampilan berpikir kreatif fluency siswa X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta termasuk dalam kategori kreatif. Sedangkan untuk aspek flexibility, originality, dan elaboration termasuk dalam kategori cukup kreatif. Karakelle (2009) menyatakan bahwa aspek fluency merupakan basic keterampilan bepikir kreatif sehingga memiliki tingkat kesukaran paling rendah daripada aspek keterampilan berpikir kreatif lainnya.

e. Perbandingan Persentase Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif dari Pra-Siklus ke Siklus I

Terjadi kenaikan yang cukup signifikan pada siklus I jika dibandingkan tahap pra-siklus. Beberapa aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami kenaikan dari yang kurang kreatif menjadi cukup kreatif. Kenaikan persentase keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Capaian Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif dari Pra-Siklus Ke Siklus I

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa semua aspek berpikir kreatif mengalami peningkatan pada siklus I jika dibandingkan dengan pra-siklus.

Hampir semua aspek berpikir kreatif mengalami peningkatan dari yang awalnya kurang kreatif menjadi cukup kreatif, kecuali untuk aspek fluency yang masih

Aspek Pra-Siklus Siklus I Peningkatan Keterangan Berpikir lancar

(Fluency)

25,5% 31,4% 5,9% Belum

Tercapai Berpikir fleksibel

(Flexibility)

24,1% 42,3% 18,2% Tercapai

Berpikir orisinil (Oroginality)

17,5% 36,8% 19,3% Tercapai

Berpikir merinci (Elaboration)

19,6% 40,7% 21,1% Tercapai

commit to user

(22)

masuk kategori kurang kreatif walaupun secara presentase mengalami kenaikan.

Aspek keterampilan berpikir kreatif flexibility, originality, dan elaboration telah mencapai target penelitian, sedangkan aspek keterampilan berpikir kreatif fluency masih belum mencapai target penelitian karena masih masuk kategori kurang kreatif. Aspek fluency belum memenuhi target sehingga penelitian berlanjut ke siklus II.

f. Perbandingan Persentase Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif dari Siklus I ke Siklus II

Capaian persentase aspek keterampilan berpikir kreatif dari siklus I menuju siklus II mengalami peningkatan yang bervariasi. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Perbandingan Persentase Capaian Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif dari Siklus I Ke Siklus II

Aspek Siklus I Siklus II Peningkatan Keterangan Berpikir lancar

(Fluency)

31,4% 76,8% 45,4% Tercapai

Berpikir fleksibel (Flexibility)

42,3% 53,6% 11,3% Tercapai

Berpikir orisinil (Oroginality)

36,8% 49,8% 13% Tercapai

Berpikir merinci (Elaboration)

40,7% 58,6% 17,9% Tercapai

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa semua aspek berpikir kreatif mengalami peningkatan. Aspek fluency mengalami peningkatan persentase 45,4%

dari persentase di siklus I sebesar 31,4% menjadi 76,8%. Aspek flexibility mengalami peningkatan sebesar 11,3% dari persentase di siklus I sebesar 42,3%

menjadi 53,6%. Aspek originality mengalami peningkatan sebesar 13% dari persentase di siklus I sebesar 36,8% menjadi 49,8%. Aspek elaboration mengalami peningkatan sebesar 17,9% dari persentase di siklus I sebesar 40,7%

menjadi 58,6%. Peningkatan terbesar terjadi pada aspek fluency, sedangkan peningkatan terendah terjadi pada aspek flexibility.

commit to user

(23)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa masing-masing aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan yang bervariasi.

Peningkatan aspek keterampilan berpikir kreatif dari siklus I ke siklus II berkisar antara 11,3%-45,4%. Aspek fluency meningkat sebesar 45,4%, aspek flexibility meningkat sebesar 11,3%, aspek originality meningkat sebesar 13%, dan aspek elaboration meningkat sebesar 17,9%. Aspek dengan peningkatan tertinggi dialami oleh aspek fluency, sedangkan aspek dengan peningkatan terendah dialami oleh aspek flexibility. Total peningkatan persentase aspek keterampilan berpikir kreatif dapat diketahui dengan membandingkan hasil pra-siklus dengan siklus II.

g. Peningkatan Total Keterampilan Berpikir Kreatif Masing-Masing Aspek Pada Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II.

Peningkatan persentase masing-masing aspek keterampilan berpikir kreatif pada setiap siklus penelitian berbeda. Data tersebut disajikan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Peningkatan Persentase Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Hasil Tes

Aspek Pra-

Siklus Ke Siklus I

Siklus I Ke Siklus

II

Total Peningkatan

Target (%)

Keterangan

Berpikir lancar (Fluency)

5,9% 45,4% 51,3% ≥33-67 Tercapai

Berpikir fleksibel (Flexibility)

18,2% 11,3% 29,5% ≥33-67 Tercapai

Berpikir orisinil (Oroginality)

19,3% 13% 32,3% ≥33-67 Tercapai

Berpikir merinci (Elaboration)

21,1% 17,9% 39% ≥33-67 Tercapai

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa semua aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan. Setiap siklus yang terjadi bisa disimpulkan bahwa proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat disimpulkan dari hasil jawaban siswa yang selalu mengalami kenaikan pada setiap siklus.

Peningkatan paling tinggi terjadi pada aspek fluency dengan persentase sebesar commit to user

(24)

51,3%. Peningkatan paling tinggi kedua yakni aspek elaboration dengan persentase sebesar 39%. Peningkatan paling tinggi selanjutnya adalah aspek originality dengan persentase sebesar 32,3%. Sedangkan peningkatan paling rendah yakni aspek flexibility dengan persentase sebesar 29,5%.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil akhir peningkatan semua aspek berpikir kreatif telah memenuhi target penelitian sehingga penelitian dapat dihentikan sampai pada siklus II.

h. Perbandingan Keterampilan Berpikir Kreatif Masing-Masing Siswa pada Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Perbandingan keterampilan berpikir kreatif masing-masing siswa berdasarkan hasil tes dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Perbandingan Keterampilan Berpikir Kreatif Masing-Masing Siswa Pada Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan Hasil Tes

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa keterampilan berpikir kreatif masing-masing siswa telah mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada setiap tahapan siklus, mulai dari pra-siklus hingga siklus II. Siswa dengan hasil tertinggi diperoleh absen nomor 17 dan absen nomor 44 yang pada siklus II memperoleh persentase sebesar 75%, sedangkan siswa dengan hasil terendah diperoleh absen nomor 7 yang pada siklus II memperoleh persentase 45%.

commit to user

(25)

i. Capaian Persentase Rata-Rata Keterampilan Berpikir Kreatif Setiap Siklus Penelitian

Perbandingan rata-rata keterampilan berpikir kreatif setiap siklus penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Perbandingan Persentase Rata-rata Keterampilan Berpikir Kreatif Setiap Siklus Penelitian

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa X MIPA 5 mengalami kenaikan. Tahap pra-siklus capaian rata-rata kelas hanya 21,7%, persentase ini masuk ke dalam kategori kurang kreatif. Tahap siklus I persentase keterampilan berpikir kreatif naik menjadi rata-rata 37,8%, persentase ini masuk ke dalam kategori cukup kreatif. Sedangkan tahap siklus II keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari yang pada siklus I hanya sebesar 37,8% kemudian naik menjadi 59,7% pada siklus II yang masuk dalam kategori cukup kreatif. Tindakan selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning telah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dari yang kurang kreatif menjadi cukup kreatif. Pada siklus II hasil yang didapat belum mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif menjadi kategori kreatif, tetapi tindakan pada siklus II telah meningkatkan persentase keterampilan berpikir kreatif dari 37,8% menjadi 59,7%.

commit to user

(26)

C. PEMBAHASAN

1. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Melalui Model Project Based Learning

Penerapan model Project Based Learning (PjBL) yang dilakukan pada penelitian di kelas X MIPA 5 terbukti mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dari kurang kreatif menjadi cukup kreatif. Kesimpulan ini diambil dari data hasil tes mulai dari pra-siklus, siklus I, dan siklus II. Pada pra- siklus rata-rata persentase keterampilan berpikir kreatif siswa sebesar 21,7%

dengan rincian aspek fluency sebesar 25,5%, aspek flexibility sebesar 24,1%, aspek originality 17,5%, dan aspek elaboration 19,6%, sedangkan pada siklus I rata-rata persentase keterampilan berpikir kreatif meningkat menjadi 37,8%

dengan rincian aspek fluency meningkat sebesar 31,4%, aspek flexibility sebesar 42,3%, aspek originality 36,8%, dan aspek elaboration 40,7%, dan rata-rata persentase kenaikan terbesar terjadi pada siklus II sebesar 59,7% dengan rincian aspek fluency meningkat sebesar 76,8%, aspek flexibility sebesar 53,6%, aspek originality 49,8%, dan aspek elaboration 58,6%. Menurut Mrayyan (2016) keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan kepada siswa dengan menghindari pembelajaran yang bersifat konvensional dan menerapkan pembelajaran modern dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Model PjBL berpotensi meningkatkan keterampilan berpikir kreatif melalui serangkaian tahap pembelajarannya. PjBL juga memiliki karakter khusus yang mampu mengakomodasi keterampilan berpikir kreatif karena menekankan pada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran (student centered) dan memberikan kepercayaan kepada siswa untuk mengekspresikan gagasan melalui penyelesaian proyek (Mrayyan, 2016). Hseih, Lou, dan Shih (2013) menyatakan bahwa PJBL mampu memberdayakan keterampilan berpikir kreatif melalui penyampaian ide dan pemecahan fenomena maupun permasalahan.

Tahap start with the essential question memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan terhadap fenomena maupun permasalahan terbuka

commit to user

(27)

sehingga memunculkan pertanyaan yang dapat diselesaikan siswa pada akhir pembelajaran. Tahap ini mampu melatih aspek fluency dan flexibility siswa.

Tahap design a plan for the project dapat melatihkan aspek elaboration dan aspek originality siswa. Aspek elaboration dapat dikembangkan dengan kegiatan siswa untuk merancang penyelesaian proyek dan membuat jadwal penyelesaian sehingga proyek dapat diselesaikan tepat waktu. Sedangkan untuk aspek originality dapat dikembangkan dengan siswa mengemukakan dan memberikan ide maupun gagasan dari proyek yang akan dirancang oleh masing- masing kelompok.

Tahap create a schedule mengarahkan siswa untuk mengatur waktu penyelesaian proyek sehingga proyek dapat diselesaiakan tepat waktu. Jika kelompok tidak menjalankan tahap create a schedule dengan baik maka proyek tidak akan dapat dipresentasikan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Keterampilan bekerjasama diperlukan untuk menunjang keberhasilan proyek, kelompok yang bekerjasama dengan baik mampu menciptakan suasana diskusi yang menarik sehingga berdampak positif terhadap keaktifan siswa (Utami dkk., 2015).

Tahap monitor the students and the progress of the project dilakukan dengan menggunakan beberapa media, seperti logbook, dokumentasi, serta melakukan wawancara kepada siswa. Siswa diminta membuat logbook perkembangan proyek dan mendokumentasikan kegiatan penyelesaian proyek.

Loogbook berisi jadwal, rancangan, dan tempat proyek dikerjakan, sedangkan untuk dokumentasi bisa dalam bentuk foto maupun video.

Tahap assess the outcome dapat melatih aspek flexibility, originality, dan elaboration siswa. Aspek flexibility muncul dari pemikiran siswa yang beragam dan berbeda-beda dalam merancang proyek dan menyelesaiakn pada tahap masalah. Aspek originality berkembang karena setiap kelompok dapat mempresentasikan dengan cara yang unik hasil dari proyek yang sudah

commit to user

(28)

dikerjakan. Aspek elaboration muncul dari pengamatan sebuah fenomena yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah hasil proyek.

Tahap evaluate the experience mampu mengembangkan aspek fluency siswa. Aspek fluency berkembang karena siswa berani mengungkapkan pengalaman selama penyelesaian proyek, gagasan dan ide yang disampaikan siswa. Disini guru sebagai fasilitator yang mengarahkan sehingga apabila terdapat konsep yang kurang benar guru dapat membenarkan.

Penerapan Project Based Learning (PjBL) pada penelitian telah mampu meningkatkan ketarmpilan berpikir kreatif siswa, namun masih terdapat kendala, yaitu siswa tidak menggunakan semua indera untuk mengamati fenonema yang dihadirkan oleh guru. Perlu dilakukan perbaikan agar hasil akhir proses penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Perbaikan dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk mengamati fenomena menggunakan keseluruhan indra yang dimiliki. Hal ini dilakukan agar siswa lancar dalam mengemukakan gagasan dan menghemat waktu pembelajaran.

Selanjutnya guru lebih optimal dalam melakukan pemantauan proyek siswa agar proyek dapat diselesaikan tepat waktu. Pemantauan bertujuan agar anggota kelompok dapat berkomunikasi dengan baik serta memastikan proses penyelesaian proyek berjalan dengan lancar. Diakhir guru memberikan reward kepada kelompok dengan penampilan terbaik yang bertujuan menimbulkan susasana kompetitif sehingga masing-masing kelompok berusaha membawakan proyeknya dengan semaksimal mungkin.

2. Aspek-Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif terdiri dari aspek berpikir lancar (fluency), berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinil (originality), dan berpikir merinci (elaboration) Torrance (Munandar; 2009). Penelitian menunjukkan kenaikan yang berbeda pada setiap aspek keterampilan berpikir kreatif, berikut uraian pembahasan masing-masing aspek tersebut:

commit to user

(29)

a. Berpikir Lancar (fluency)

Berpikir lancar adalah aspek keterampilan berpikir kreatif yang paling rendah jika dibandingkan dengan aspek lainnya. Hasil dari siklus I menunjukkan kenaikan jika dibandingkan pada tahap pra-siklus, pencapaian pada siklus I sebesar 31,4% jika dibandingkan pada tahap pra-siklus sebesar 25,5%.

Peningkatan persentase pada siklus I merupakan akibat dari penerapan Project Based Learning (PjBL) yang memberikan kebebesan untuk siswa berpikir dan mengemukakan gagasan serta ide yang dimiliki. Akan tetapi, percapaian pada siklus I untuk aspek berpikir lancar belum memenuhi target penelitian, karena aspek berpikir lancar siswa masih masuk kategori kurang kreatif. Hal ini karena jawaban siswa masih mengacu pada buku pegangan dari sekolah, buku yang digunakan siswa yakni buku Biologi 1 SMA Kelas X Kurikulum 2013. Siswa belum bisa mengembangkan gagasan serta ide dan masih belum bisa berpikir out of the box.

Hasil tes aspek fluency siklus I menunjukkan peningkatan menjadi 31,4%

dengan kategori kurang kreatif terhadap pra-siklus sebesar 25,5%. Peningkatan pada siklus I merupakan akibat dari penerapan model PjBL yang memberikan kepercayaan kepada siswa untuk berpikir dan berani mengukapkan gagasan baru.

Akan tetapi, capaian tersebut belum memenuhi target penelitian karena siswa belum mampu berpikir out of the box dari fenomena yang diangkat dalam soal tes sehingga jawaban siswa hanya mengacu pada bacaan soal. Kemudian dilanjutkan penelitian siklus II karena pada siklus I aspek berpikir lancar belum memenuhi target penelitian. Adapun hasil tes aspek fluency siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 76,8% dengan masuk kategori kreatif. Refleksi terhadap kekurangan selama proses pembelajaran di siklus I yang dilakukan antara peneliti dan guru menjadi faktor utama peningkatan aspek berpikir lancar atau fluency.

Tahap dalam model Project Based Learning yang mampu melatih aspek berpikir lancar atau fluency yakni start with the essential question, monitor the students and the progress of project, dan evaluate the experience (Utami dkk., 2015). Ketiga tahap Project Based Learning tersebut mambantu siswa commit to user

(30)

merumuskan pertanyaan mendasar, menyampaikan banyak gagasan maupun ide, dan memberikan solusi atau jawaban atas pertayaan mendasar yang dikembangkan berdasarkan permasalahan.

b. Berpikir Luwes (flexibility)

Menurut Munandar (2009) berpikir luwes (flexibility) merupakan aspek yang ditandai dengan keragaman gagasan, pertanyaan, jawaban, maupun solusi atas suatu permasalahan. Hasil dari siklus I menunjukkan kenaikan jika dibandingkan pada tahap pra-siklus, pencapaian pada siklus I sebesar 42,3% jika dibandingkan pada tahap pra-siklus sebesar 24,1%. Pencapaian tersebut telah memenuhi target penelitian yang diakibatkan dari penerapan model Project Based Learning (PjBL). Sedangkan untuk hasil siklus II, persentase yang didapatkan sebesar 53,6% yang masuk ke kategori cukup kreatif. Peningkatan pada siklus II merupakan dampak dari tahap refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran biologi yang mengampu, siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk bertanya hal yang tidak diketahui dan guru selalu mengingatkan siswa untuk menggunakan waktu sebaik mungkin.

Tahap sintaks dalam model Project Based Learning (PjBL) terbukti mampu melatih siswa untuk mengembangkan aspek flexibility. Sintaks dalam PjBL yang mampu melatih aspek flexibility yakni start with the essential question dan assess the outcome (Utami dkk., 2015). Menghadirkan sebuah fenomena atau permasalahan pada tahap start with the essential question dapat membimbing siswa untuk melakukan penafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang siswa tangkap dalam proses pembelajaran sehingga aspek flexibility siswa dapat terlatih. Sintaks Project Based Learning yaitu asses the outcome melatih aspek flexibility dengan melalui hasil pemikiran antar siswa yang terimplementasi dalam bentuk proyek pembuatan poster.

c. Berpikir Orisinal (originality)

Berpikir Orisinal (originality) merupakan aspek berpikir kreatif dengan tingkat kesukaran tertinggi kedua yang menekankan pada kegiatan menghasilkan ungkapan-ungkapan baru atau unik hasil dari kombinasi unsur sebelumnya commit to user

(31)

(Munandar, 2009; Siswono, 2007). Hasil dari siklus I menunjukkan kenaikan jika dibandingkan pada tahap pra-siklus, pencapaian pada siklus I sebesar 36,8% jika dibandingkan pada tahap pra-siklus sebesar 17,5%. Berdasarkan hasil persentase yang didapatkan pada siklus I maka sudah memenuhi target penelitian. Faktor utama yang menyebabkan tercapaian target penelitian karena setiap siswa sudah mampu mengkombinasikan ide-ide antar anggota kelompoknya yang telah disampaikan pada tahap design a plan for the project. Setiap kelompok berhasil untuk mengemas presentasi hasil proyek yang sudah dikerjakan sebelumnya sesuai dengan ciri khas oleh masing-masing kelompok. Proses pembelajaran yang demikian, sejalan dengan pendapat Sumarni (2015) yang mengatakan bahwa originality identik dengan kombinasi ide atau elemen yang telah ada sebelumnya menjadi hal baru. Sedangkan untuk hasil tes aspek originality atau berpikir orisinal pada siklus II didapatkan hasil peningkatan persentase menjadi 49,8%.

Peningkatan ini terjadi disebabkan karena pengaruh perbaikan pada aspek fluency, dimana aspek fluency merupakan basic dari keterampilan berpikir kreatif.

Sintaks dari model Project Based Learning (PjBL) yang mampu melatih aspek originality atau berpikir orisinal yakni design a plan for the project dan assess the outcome (Utami dkk., 2015). Pada tahap design a plan for the project siswa dituntut untuk mampu mampu mengkombinasikan ide maupun gagasan sehingga dapat melatih aspek originality. Asses the outcome dapat meningkatkan aspek originality melalui presentasi yang dilakukan oleh kelompok, setiap kelompok memiliki cara yang berbeda dalam melakukan presentasi sehingga menghadirkan penampilan baru yang berbeda dari umumnya.

d. Berpikir Merinci (elaboration)

Berpikir Merinci (elaboration) merupakan aspek berpikir kreatif dengan tingkat kesukaran tertinggi yang menekankan pada pengembangan gagasan melalui langkah-langkah maupun kegiatan- kegiatan yang jelas dan terperinci (Munandar, 2009; Siswono, 2007). Hasil dari siklus I menunjukkan kenaikan jika dibandingkan pada tahap pra-siklus, pencapaian pada siklus I sebesar 40,7% jika dibandingkan pada tahap pra-siklus sebesar 19,6%. Berdasarkan hasil yang commit to user

(32)

diperoleh pada siklus I menunjukkan bahwa aspek elaboration sudah memenuhi ketercapaian target penelitian. Design a plan for the project dan assess the outcome mampu melatih siswa untuk membuat dan merancang proyek dari pertanyaan mendasar yang sudah disusun, hal ini yang meningkatkan aspek elaboration pada keterampilan berpikir kreatif. Hasil tes aspek elaboration siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 58,6%, peningkatan ini disebabkan salah satunya karena meningkatnya aspek fluency. Karakelle (2009) mengatakan bahwa fluency merupakan elemen dasar keterampilan berpikir kreatif sehingga perbaikan pada aspek tersebut memengaruhi aspek flexibility, originality, dan elaboration.

Sintaks model Project Based Learning (PjBL) yang mampu melatih aspek elaboration yakni design a plan for the project dan assess the outcome (Utami et al., 2015). Sintaks design a plan for the project melatih aspek elaboration dengan cara membimbing siswa membuat rancangan proyek baik pada siklus I dan siklus II beserta dengan jadwal pelaksanaanya. Sintaks assess the outcome melatih aspek elaboration melalui hasil proyek yang sudah dirancang oleh masing-masing kelompok. Proyek yang dirancang merupakan hasil pengamatan secara rinci dari fenomena-fenomena dan permasalahan terbuka yang ditemukan pada tahap awal proses pembelajaran untuk menemukan jawaban dan solusi.

Berdasarkan pembahasan diketahui bahwa masing-masing aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami kenaikan pada setiap siklus penelitian sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran biologi dengan menerapkan model Project Based Learning mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X MIPA 5 SMA Batik 1 Surakarta.

commit to user

Gambar

Tabel 4.1 Tabel Hasil Tes Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Pra-Siklus
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kreatif siswa kelas X  MIPA  5  SMA  Batik  1  Surakarta  rata  –  rata  hanya  sebesar  21,7%
Tabel 4.2 Tabel Hasil Tes Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I
Tabel 4.3 Temuan Permasalahan Siklus I dan Saran Perbaikan Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Era globalisasi merupakan sebuah era yang bergantung pada kemajuan teknologi akibat dari adanya perkembangan zaman (Pebriana et al., 2018). Perkembangan teknologi

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Elemen penyusun lanskap yang ada pada setting yang berlandaskan teori lanskap yang membagi elemen lanskap menjadi 3 (Burton, 1995) yaitu bentang alam, vegetasi

Berdasarkan koefisien korelasi setiap butir pernyataan terhadap skor totalnya, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pernyataan adalah valid untuk dijadikan alat

Pengabdian masyarakat yang dilakukan di desa Batuyang dengan program “meningkatkan Kesejahteraan Perekonomian Masyarakata Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE)”

Perseroan mengajukan usul kepada RUPST untuk menyetujui Laporan Tahunan Perseroan Tahun 2020 termasuk didalamnya Laporan Pengawasan Dewan Komisaris, Laporan Direksi mengenai