• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : LUFIA ULVA HUTAPEA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh : LUFIA ULVA HUTAPEA"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) DI PT SOCFINDO AEK PAMIENKE

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh :

LUFIA ULVA HUTAPEA

NIM : 160403038

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 2 1

No. Dok : FM-GKM-S1TI-FT-6-06-07; Tgl.Efektif : 09Juli 2018; Rev : 01; Halaman : 1 dari 1

(2)

SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) DI PT. SOCFINDO AEK PAMIENKE

TOGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-syarat Penulisan Tugas Sarjana

Oleh:

Lufia Ulva Hutapea NIM:

160403038

Disetujui Oleh:

Dosen Pernbimbing

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA MEDAN

2021

Dipindai dengan CamScanner

(3)

“SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA”

No. : 958/ UN5.2.1.4.1.4/KRK/2021

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa setelah melakukan :

 Evaluasi hasil Seminar DRAFT Tugas Sarjana

 Pemeriksaan terhadap perbaikan DRAFT Tugas Sarjana terhadap mahasiswa:

Nama : Lufia Ulva Hutapea

N I M : 160403038

Tempat dan tanggal lahir : Aek Pamingke, 28 Juli 1998

Judul Tugas Sarjana : Analisis Pengukuran Kinerja Green Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) Di PT.

SOCFINDO Aek Pamienke

menetapkan ketentuan-ketentuan berikut sebagai hasil evaluasi :

Dapat menerima perbaikan Tugas Sarjana Departemen Teknik Industri dan kepada penulisnya diizinkan untuk mengikuti Sidang Sarjana / Ujian Kolokium yang akan diadakan Departemen Teknik Industri FT USU.

(4)

No. Dok : FM-GKM-S1TI-FT-6-06-14 Rev : 01 Tgl. Efektif :09 Juli2018 Halaman : 1 dari 1

“KEPUTUSAN SIDANG SARJANA LENGKAP”

No. : 38/ UN5.2.1.4.1.4/KRK/2021

Pada hari ini Sidang Sarjana Lengkap Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara di Medan setelah mendengar, memperhatikan dan memperhitungkan hasil-hasil yang dicapai selama berlangsungnya Sidang Sarjana Lengkap Teknik Industri terhadap :

Nama : Lufia Ulva Hutapea

N I M : 160403038

Tempat dan Tanggal Lahir : Aek Pamingke, 28 Juli 1998

Judul Tugas Sarjana : Analisis Pengukuran Kinerja Green Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) Di PT.SOCFINDO Aek Pamienke

Pembimbing I : Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT Pembimbing II : ----

Memutuskan dan menetapkan nama yang tersebut diatas dinyatakan :

a. L U L U S, dengan hasil :  Cukup: C / C+  Baik: B / B+  Sangat Baik: A  Membuat Perbaikan  Tanpa Perbaikan  Suplemen

Yang bersangkutan dinyatakan sebagai Sarjana dalam bidang Teknik Industri, bila perbaikan (kalau ada) sudah selesai, maka Ijazah Sarjana Teknik akan dikeluarkan oleh Universitas Sumatera Utara bersama Fakultas Teknik USU, dan Transkrip Akademik selama mengikuti kuliah dan praktikum pada Fakultas Teknik akan dikeluarkan oleh Departemen Teknik Industri.

b. T I D A K L U L U S, dengan hasil : Kurang

Yang bersangkutan diwajibkan... ...

untuk dapat mengikuti sidang sarjana yang Kedua/Ketiga

Medan, 28 Juli 2021 PANITIA UJIAN SARJANA LENGKAP DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK USU

Panitera, Koordinator Pelaksana Sidang,

Buchari, ST, M. Kes Ir. Aulia Ishak, MT, PhD, IPM Penguji I, Penguji II Penguji III,

Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, MT, IPM Ir. Nurhayati, MT Dr. Ir. Juliza Hidayati, MT Mengetahui / Menyaksikan

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ir. Meilita Tryana Sembiring, MT, IPM Buchari, ST, M. Kes

(5)

memperhatikan isu lingkungan dan menerapkan aktivitas ramah lingkungan ke dalam konsep green supply chain. Perusahaan ini belum pernah melakukan pengukuran kinerja green supplay chain management. Sehingga perusahaan belum mengetahui ukuran kinerja dari konsep green supply chain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi pengukuran green supply chain management selain dapat mengetahui kinerja perusahaan dari segi green, perusahaan juga dapat meningkatkan perhatiannya terhadap lingkungan sehingga nantinya dapat meminimasi dampak negatif dari proses bisnis perusahaan itu sendiri. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Green SCOR untuk mengukur kinerja green supply chain management pada PT.SOCFINDO. Hasil dari penelitian ini diperoleh ukuran kinerja perusahaan dari segi green sebesar 82,82 artinya kinerja perusahaan masuk dalam kategori Good. Namun terdapat 7 KPI dari 16 KPI yang masuk dalam kategori merah yang artinya ketujuh KPI tersebut butuh perbaikan.

Perbaikan yang dapat dilakukan adalah melakukan audit 3 bulan sekali untuk penggunaan air, energy dan penggunaan bahan kimia sintetis, membuat pelatihan untuk karyawan baru, membentuk tim khusus dari karyawan untuk pengecekan pengadaan bahan baku, dan mengalokasikan pemindahan rumah karyawan yang tinggal disekitar pengumpulan limbah, dan perusahaan harus menargetkan waktu produksi seefisien mungkin.

Kata kunci: Green Supply Chain Management, Green SCOR, AHP

(6)

rubber plantations and the production of superior oil palm seeds. In the product manufacturing process, from the beginning to the end, environmental issues must be taken into account and implementing environmentally friendly activities into theconcept green supply chain. This company has never measured the performance of green supply chain management. So the company does not know the performance measure of the concept green supply chain. This study aims to analyze the measurement of green supply chain management in addition to knowing the company's performance in terms of green, the company can also increase its attention to the environment so that later it can minimize the negative impact of the company's business process itself. In this study, researchers used themodel Green SCORto measure the performance of green supply chain management at PT. SOCFINDO. The results of this study obtained that the company's performance measure in terms of green was 82.82, meaning that the company's performance was included in thecategory Good. However, there are 7 KPIs out of 16 KPIs that are included in the red category, which means that the 7 KPIs need improvement. Improvements that can be made are conducting audits every 3 months for the use of water, energy and the use of synthetic chemicals, conducting training for new employees, forming a special team of employees to check the procurement of raw materials, and allocating the relocation of employees who live around waste collection, and The company must target production time as efficiently as possible.

Keywords: Green Supply Chain Management, Green SCOR, AHP

(7)

rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas sarjana ini dengan baik. Laporan tugas sarjana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi Reguler S-1.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Socfin Indonesia (SOCFINDO) Aek Pamienke yang bergerak dalam bidang produksi Karet. Tugas Sarjana ini berjudul Analisis Kinerja Green Supply Chain Management Dengan Pendekatan Supply Chain Operations Reference (SCOR) Di PT SOCFINDO Aek Pamienke.

Besar harapan penulis penyusunan laporan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh sebab itu, penulis menerima secara terbuka setiap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan tulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENULIS

JULI 2021

(8)

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengenyam pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah memberikan nikmat kesehatan dan ilmu kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan dan pengerjaan laporan Tugas Sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika penulis tidak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Maruli Hutapea dan Ibunda Linda Sihombing yang tiada hentinya member dukungan penulis baik secara moril maupun materil dengan mendoakan penulis selama masa penelitian.

2. Ibu Dr.Ir.Meilita Tryana Sembiring, ST,MT,IPM sebagai Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Buchari, ST., M.Kes sebagai Sekretaris Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku Koordinator tugas sarjana yang telah memberi saran dan masukan untuk laporan tugas sarjana.

5. Ibu Dr.Ir. Juliza Hidayati, MT sebagai Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis, memberikan ilmu, dan memberikan saran dalam penyelesaian laporan tugas sarjana.

(9)

7. Seluruh Staf pegawai Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membantu segala urusan administrasi dan peminjaman buku di perpustakaan selama kegiatan perkuliahan dan penyelesaian tugas sarjana.

8. Keluarga terdekat penulis yaitu Abang Doli Hutapea, Elmo Hutapea, Sampriko Lubis, Kakak Elviria Hutapea, Kakak Ipar Ria Enjelina Saragih, Masta Butarbutar, Keponakan Ruben Hutapea, Naumy Hutapea, Athila Sun Sofia Lubis yang telah mendoakan dan memberi motivasi kepada penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

9. Keluarga terkasih penulis Bapak O. Manurung, Bapak P. Siahaan, kak indri manurung, yang telah memberi dukungan dan mendoakan penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

10. Teman terdekat penulis yaitu Parsaoran Nauli Siahaan yang selalu mendengarkan keluh kesah, memberi masukan dan dukungan, mendoakan dan menemani penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

11. Seluruh Staf dan karyawan di PT Socfin Indonesia (SOCFINDO) Aek Pamienke yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

12. Rekan Presidium HIMTI FT USU Periode 2018/2019 yaitu Agung Triono, Bagas Nainggolan, Asril Habib Panjaitan, Khairul Fahmi Sagala, Reza Agustian, Syarifah Yasmin, Sampang Manik, Anisa Hidayah Lubis, Rizky

(10)

13. Sahabat terbaik AKK / Mantan Reborn Jernita Nadeak, Afrianti Manik, Rosanna Dumenggan Samosir, Jhan Pranata Brahmana, Desmar Situmorang, Jefry Andi Sinaga, Satria Perwira Peranginangin yang telah memberikan semangat dan mendukung serta mendoakan penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

14. Sahabat Kerja Praktek “KP Asik” Rosanna Dumenggan Samosir, Sara Christin Br Ginting, Lamsihar Nyiur Santi Dongoran yang telah memberikan semangat dan mendukung serta mendoakan penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

15. Sahabat terkasih penulis Angel C Damanik, Dian Lawrena, Taufik Hidayat, yang telah memberikan semangat dan mendukung serta mendoakan penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

16. Adik-adik kost Yona Yandi, Hillary, Pebri, Lamria, nita, intan, Nany, tari yang telah memberikan semangat serta mendoakan penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

17. Rekan sedoping penulis, Yolanda Putri Syarifah, Desmar Situmorang, Bezaleel Gabriel Saragih, Gina Lathif yang telah memberikan masukan dan mendukung penulis selama penyelesaian Laporan Tugas Sarjana ini.

18. Sahabat-sahabat penulis di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik USU khusus nya teman-teman angkatan 2016 “FIERLAS” yang tidak dapat

(11)

penyelesaian tugas sarjana ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(12)

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-4 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-6

(13)

x

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1. Sejarah Perusahaan... II-1 2.2. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.3. Daerah Pemasaran ... II-3 2.4. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-3 2.5. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-5 2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja ... II-19 2.6. Proses Produksi ... II-20 2.6.1.Bahan yang Digunakan ... II-20 2.6.2.Uraian Proses Produksi ... II-23

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Supply Chain Management ... III-1 3.2. Green Supply Chain Management ... III-3 3.3. Pengukuran Kinerja ... III-5 3.4. Green Supply Chain Operation Reference ...

(Green SCOR) ... III-7 3.5. Analytical Hierarcy Process (AHP) ... III-10 3.6. Metode Sampling ... III-12

(14)

xi

BAB HALAMAN

3.7. Metode Pengumpulan Data ... III-15 3.8. Kuesioner ... III-18 3.9. Normalisasi Snorm de Boer ... III-19 3.10. Kajian Induktif ... III-20

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Objek Penelitian ... IV-1 4.4. Variabel Penelitian ... IV-2 4.5. Kerangka Konseptual ... IV-2 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-4 4.7. Prosedur Penelitian... IV-5 4.7.1. Prosedur Penelitian Proses Plan ... IV-7 4.7.2. Prosedur Penelitian Proses Source ... IV-7 4.7.3. Prosedur Penelitian Proses Make ... IV-8 4.7.4. Prosedur Penelitian Proses Deliver ... IV-9

(15)

xii

BAB HALAMAN

4.7.5. Prosedur Penelitian Proses Return ... IV-10 4.8. Pengolahan Data ... IV-11 4.9. Penyusunan Key Performance Indicator ...

Perusahaan... IV-13 4.9.1. Key Performance Indicator Perusahaan ... IV-14 4.10. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-19 4.11. Kesimpulan dan Saran... IV-19

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Kinerja Manajemen Rantai Pasok pada ...

PT Socfindo ... V-1 5.3. Perancangan Key Performance Indicators ... V-2 5.4. Perhitungan Pembobotan Snorm de Boer ... V-5 5.5. Analytical Hierarcy Proses (AHP) ... V-22 5.5.1. Pembobotan Proses ... V-22 5.5.2. Pembobotan Antar Atribut ... V-24

(16)

xiii

BAB HALAMAN

5.5.3. Pembobotan Indikator ... V-30

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 5.6. Normalisasi Snorm de Boer ... V-36 6.1. Analisis Hasil Hitungan Metrik Kinerja ...

SCOR ... VI-1 6.2. Analisis Proses Plan ... VI-2 6.3. Analisis Proses Source ... VI-2 6.4. Analisis Proses Make ... VI-3 6.5. Analisis Proses Deliver ... VI-5 6.6. Analisis Proses Return ... VI-5

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(17)

2.1. Pembagian Tugas dan Wewenang Pada ...

PT Socfindo Aek Pamienke ... II-5 2.2. Rincian Jumlah Pekerja PT Socfindo Aek Pamienke ... II-19 3.1. Skala Nilai Perbandingan Berpasangan ... III-11 3.2. Sistem Monitoring Indikator Kerja ... III-20 3.3. Penelitian Terdahulu ... III-22 4.1. KPI Pada Pengukuran Kinerja Green Supplay Chain ...

Management di PT Socfindo Aek Pamienke ... IV-15 4.2. KPI Pada Pengukuran Kinerja Green Supplay Chain ...

Management Berdasarkan Penelitian Terdahulu ... IV-17 5.1. Kecacatan Bahan Baku ... V-6 5.2. Kemasan Cacat ... V-7 5.3. Waktu Kedatangan Bahan Baku ... V-7 5.4. Konsumsi Listrik pada Mesin Produksi dan ...

Material Handling ... V-9 5.5. Rekapitulasi Penggunaan Energi... V-13 5.6. Penggunaan Air ... V-14 5.7. Hydroxylamine Ammonium Sulphate Used ... V-15 5.8. SMBS Used... V-16 5.9. Formid Acid Used ... V-16

(18)

xv

TABEL HALAMAN

5.10. Liquid Waste ... V-17 5.11. Solid Waste... V-18 5.12. Gas Waste ... V-19 5.13. Waktu Siklus Pembuatan Produk ... V-19 5.14. Perhitungan Deliver Cycle Time ... V-20 5.15. Rekapitulasi Skor Normalisasi KPI ...

(Key Performance Indicators) ... V-21 5.16. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Proses ... V-22 5.17. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Proses ... V-22 5.18. Hasil Normalisasi Antar Proses ... V-23 5.19. Hasil Perhitungan Eugen Vector Antar Proses ... V-23 5.20. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Atribut ...

pada Proses Source ... V-24 5.21. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Atribut ...

pada Proses Source ... V-25 5.22. Hasil Normalisasi Antar Atribut Proses Source ... V-25 5.23. Hasil Perhitungan Eugen Vector Proses Source ... V-25 pada Proses Make ... V-26

(19)

xvi

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.24. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Atribut ...

pada Proses Make ... V-26 5.25. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Atribut ...

pada Proses Make ... V-27 5.26. Hasil Normalisasi Antar Atribut Proses Make ... V-27 5.27. Hasil Perhitungan Eugen Vector Proses Make ... V-27 5.28. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Atribut ...

pada Proses Deliver ... V-28 5.29. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Atribut ...

pada Proses Deliver ... V-28 5.30. Hasil Normalisasi Antar Atribut Proses Deliver ... V-29 5.31. Hasil Perhitungan Eugen Vector Proses Deliver ... V-29 5.32. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Atribut ...

pada Proses Source Atribut Reliability ... V-30 5.33. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Kriteria ...

pada Proses Source Atribut Reliability ... V-31

(20)

xvii

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.34. Hasil Normalisasi Pembobotan Antar Kriteria ...

Pada Proses Source Atribut Reliability ... V-31 5.35. Hasil Perhitungan Eugen Vector Antar Atribut ...

Reliability ... V-31 5.36. Matriks Perbandingan Berpasangan Antar Atribut ...

pada Proses Make Atribut Reliability ... V-32 5.37. Hasil Perhitungan Pembobotan Antar Kriteria ...

pada Proses Make Atribut Reliability ... V-33 5.38. Hasil Normalisasi Antar Kriteria Atribut Reliability ... V-34 5.39. Hasil Perhitungan Eugen Vector Antar Atribut ...

Reliability ... V-34 5.39. Normalisasi Snorm de Boer ... V-36

6.1. Pengelompokan KPI Berdasarkan Traffic Light ...

System ... VI-1

(21)

1.1. Penggunaan Energi Aktual dan Peraturan Menteri ... I-3 1.2. Penggunaan Air Aktual dan Peraturan Menteri ... I-3 2.1. Struktur Organisasi PT. Socfindo ... II-4 2.2. Lateks ... II-21 3.1. Ilustrasi Konseptual Supplay Chain ... III-2 3.2. Cakupan Supplay Chain Management ... III-3 3.3. Lima Proses Inti Supplay Chain Dalam Model SCOR ... III-8 4.1. Kerangka Konseptual ... IV-3 4.2. Block Diagram Penelitian... IV-6 4.3. Block Diagram Proses Plan ... IV-7 4.4. Block Diagram Proses Source ... IV-8 4.5. Block Diagram Proses Make ... IV-9 4.6. Block Diagram Proses Deliver ... IV-10 4.7. Block Diagram Proses Return ... IV-11

(22)

I-1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan lingkungan hidup saat ini menjadi salah satu perbincangan pelaku industri, hal ini dibuktikan dengan adanya tingkat kesadaran masyarakat akan produk yang ramah lingkungan. Dengan adanya tingkat kesadaran masyarakat akan produk yang ramah lingkungan kemudian mendorong para pelaku industri untuk menerapkan konsep peduli lingkungan ke dalam usaha mereka. Komponen, proses dan arus kekuatan informasi dibutuhkan untuk membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan secara bersamaan, karena itu ada pengaturan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran dalam hal melindungi lingkungan. Oleh sebab itu perusahaan saat ini tidak bisa mengabaikan isu lingkungan jika mereka ingin bertahan di pasar global.

Kementrian Perindustrian Indonesia mengeluarkan kriteria mengenai industri hijau. Industri hijau merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada peningkatan efisiensi melalui tindakan hemat dalam pemakaian bahan /material, air dan energy, penggunaan energi alternative, penggunaan material yang aman terhadap manusia dan lingkungan, dan penggunaan teknologi rendah karbon.

Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan produktivitas dan minimisasi limbah yang menekankan pendekatan bisnis guna memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan. Kementrian Perindustrian mengeluarkan

(23)

sumber daya alam, energi, air dan sumber daya manusia.

International Rubber Study Group (IRSG) adalah organisasi antar- pemerintah yang terdiri dari para pemangku kepentingan yang memproduksi dan mengkonsumsi karet. Sustainable Natural Rubber Initiative (SNR-i) telah dikembangkan di bawah kerangka IRSG sebagai proyek industri sukarela dan kolaboratif untuk memastikan bahwa industri karet dapat membangun praktik terbaiknya serta berkomunikasi di seluruh rantai pasok karet alam. Organisasi ini mendefinisikan lima kriteria penilaian untuk sistem verifikasi sukarela yang ditargetkan pada partisipasi pelaku industri karet. Lima kriteria untuk memenuhi Sustainable Natural Rubber Initiative (SNR-i) yaitu peningkatan produktivitas dan optimalisasi penggunaan zat kimia, peningkatan kualitas karet alam, hutan berkelanjutan, pengelolaan air, dan menghormati hak-hak tenaga kerja.

PT. SOCFINDO merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta produksi benih unggul kelapa sawit. PT.

Socfindo memiliki satu unit produksi yaitu pabrik crumb rubber PT. Socfindo Aek Pamienke yang memproduksi crumb rubber dengan spesifikasi SIR 3 CV 60, SIR 3 CV 50 dan SIR 10 dengan bahan baku yang diperoleh dari enam divisi perkebunan karet. PT. SOCFINDO memiliki beberapa tahapan produksi yaitu proses penerimaan lateks dari kebun, penentuan kadar DRC, pencampuran bahan kimia, proses koagulasi, penggilingan, pengeringan, pendinginan, pengujian kualitas bale melalui laboratorium, dan pengemasan.

(24)

kompleks, mulai dari kegiatan pengadaan, kegiatan manufaktur, kegiatan distribusi dan reverse logistic. Dalam proses pembuatan produk dari proses awal sampai akhir di PT. SOCFINDO Aek Pamienke harus memerhatikan isu lingkungan dan menerapkan aktivitas ramah lingkungan ke dalam konsep green supply chain. Dalam proses pembuatan produk di PT. SOCFINDO terdapat penggunaan air dan penggunaan energi yang berlebihan yang sangat berdampak terhadap lingkungan sekitar. Kementrian Perindustrian Indonesia membuat peraturan terkait penggunaan energi dan penggunaan air untuk proses produksi karet. Penggunaan energi menurut peraturan Menteri perindustrian Indonesia maksimum yaitu 175 kWh/ton dalam satu tahun. Untuk perbandingan penggunaan energi yang sesuai peraturan Kementrian perindustrian dan penggunaan energi di PT. SOCFINDO Aek Pamienke dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 1.1 Penggunaan Energi Peraturan Menteri dan PT.SOCFINDO Tahun 2020

945,000.00 950,000.00 955,000.00 960,000.00 965,000.00

Peraturan Menteri Tahun 2020

PT. SOCFINDO TAHUN 2020

kWh/ton

Penggunaan Energi

(25)

maksimum yaitu 175 kWh/ton dalam satu tahun, jika dihitung dengan proses produksi di PT. SOCFINDO Aek Pamienke selama satu tahun penggunaan energi menurut peraturan menteri seharusnya hanya 953.219,75 kWh/ton, namun kondisi aktual di PT. SOCFINDO Aek Pamienke menggunakan energi sebanyak 961.935,74 kWh/ton, jadi terdapat kelebihan konsumsi energi yaitu sebanyak 8.715,99 kWh/ton selama satu tahun.

Menurut Kementrian perindustrian Indonesia Penggunaan air untuk proses produksi karet maksimum yaitu 35m3/ton dalam satu tahun. Perbandingan penggunaan air yang sesuai peraturan Kementrian perindustrian dan penggunaan air di PT. SOCFINDO Aek Pamienke dapat dilihat pada gambar berikut ini .

Gambar 1.2. Penggunaan Air Peraturan Menteri dan PT. SOCFINDO Tahun 2020

190,200,000 190,400,000 190,600,000 190,800,000 191,000,000 191,200,000 191,400,000

Peraturan Menteri Tahun 2020

PT. SOCFINDO TAHUN 2020

Kg

Penggunaan Air

(26)

maksimum pada proses produksi karet yaitu 35m3/ton produk, namun jika dihitung penggunaan air pada proses produksi di PT. SOCFINDO Aek Pamienke selama satu tahun menurut peraturan menteri sebesar 190.643.950 Kg, tetapi kondisi aktual penggunaan air selama satu tahun di PT. SOCFINDO Aek Pamienke sebesar 191.250.838 Kg. Terdapat perbedaan penggunaan air di PT.

SOCFINDO dan menurut peraturan Kementrian Perindustrian Indonesia.

Kelebihan penggunaan air di PT. SOCFINDO Aek Pamienke yaitu sebanyak 606.888 Kg selama satu tahun.

Permasalahan kelebihan penggunaan energi dan air sangat berpengaruh juga terhadap hasil limbah cair, limbah padat, dan limbah gas di PT. SOCFINDO Aek Pamienke, semakin banyak penggunaan energi dan air juga menghasilkan limbah yang banyak juga. Kondisi penggunaan energi dan penggunaan air ini sangat berpengaruh terhadap dampak lingkungan sekitar dan masyarakat yang tinggal disekitar PT. SOCFINDO Aek Pamienke, maka dari itu diperlukannya pengukuran kinerja perusahaan dari segi green, sehingga dapat diketahui ukuran kinerja dari segi green dan dapat diketahui perbaikan yang akan dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan aktivitas rantai pasok ramah lingkungan yang dapat diterapkan oleh perusahaan

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah penggunaan energi dan penggunaan air

(27)

yang dihasilkan lebih banyak sehingga menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar sehingga perlunya mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan konsep Green Supply Chain Management. Melalui konsep Green Supply Chain Management ini diharapkan dapat meningkatkan sebuah rantai pasok yang ramah lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi dampat negatif terhadap lingkungan dalam sistem industri.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai yang di dapat perusahaan dari pengukuran kinerja Green Supply Chain Management dengan menggunakan model Green SCOR.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ukuran kinerja rantai pasok dari segi green pada perusahaan.

2. Mengetahui indikator yang membutuhkan perbaikan setelah dilakukan pengukuran kinerja Green Supply Chain Management dengan metode Green SCOR.

3. Memberikan saran untuk mendukung upaya perbaikan pada indikator yang belum mencapai target perusahaan sehingga terjadi peningkatan kinerja rantai pasok pada PT.SOCFINDO.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(28)

Penelitian ini bermanfaat supaya mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah dan dari laboratorium ke dalam lingkungan industri secara nyata dalam menganalisa dan mengevaluasi setiap permasalahan yang terjadi sebelum memasuki dunia kerja.

2. Manfaat bagi perusahaan.

Dapat menjadi solusi atau usulan bagi perusahaan dalam meningkatkan kinerja Supply Chain perusahaan dengan pendekatan Green Supply Chain Management.

3. Bagi Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

Untuk memperkenalkan Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara kepada perusahaan terkait dan untuk menambah literature perpustakaan Teknik Industri.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Proses produksi berjalan dengan normal

2. Tidak ada perubahan proses produksi saat penelitian berlangsung

Batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data perusahaan yang diukur diambil pada kurun waktu 1 periode terakhir pada periode bulan Januari 2020 – Desember 2020.

(29)

mengimplementasi secara langsung di PT. SOCFINDO

3. Metode yang digunakan untuk meningkatkan supply chain perusahaan adalah Green SCOR.

4. Penelitian tidak menampilkan data keuangan perusahaan.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan dari tugas sarjana akan disajikan dalam Bab I hingga Bab VII. Sistematika penulisan tugas sarjana dapat di lihat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian

“Analisis Pengukuran Kinerja Green Supply Chain Management Menggunakan Model Green SCOR di PT SOCFINDO” rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan laporan.

BAB II Gambaran Umum Perusahaan memaparkan secara singkat tentang Sejarah Perusahaan, Ruang Lingkup Bidang Usaha, Lokasi Perusahaan, Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab.

BAB III Landasan Teori menyajikan dasar teori dan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian.Teori yang digunakan meliputi teori buku dan jurnal penelitian

BAB IV Metodologi Penelitian mengemukakan tentang urutan langkah- langkah dalam pemecahan masalah dan penjelasan tentang metode yang digunakan.Metodologi penelitian yang digunakan dalam

(30)

Penelitian, Objek Penelitian, Kerangka Konseptual, Variabel Penelitian, Sumber Data, Metode Pengumpulan Data, Blok Diagram Prosedur Penelitian, dan Metode Pengolahan Data.

BAB V Pengumpulan dan Pengolahan Data diuraikan data-data yang dikumpulkan peneliti yang berhubungan dengan pemecahan permasalahan penelitian, baik data primer maupun data sekunder.

Data yang sudah di kumpulkan di olah dengan menggunakan Green Score.

BAB VI Analisis dan Diskusi diuraikan analisis terhadap hasil dari pengolahan data dan diskusi terhadap pemecahan masalah dalam penelitian.

BAB VII Kesimpulan dan Saran menguraikan kesimpulan yang diperoleh dari diskusi pemecahan masalah, serta saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan dan pengembangan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(31)
(32)

II-1 2.1. Sejarah Perusahaan

PT. SOCFIN INDONESIA (SOCFINDO) merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, serta produksi benih unggul kelapa sawit yang berdiri pada tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan berdasarkan Akte Notaris William Leo No.45 tanggal 07 Desember 1930.

Pada tahun 1965 berdasarkan penetapan Presiden No. 6 Tahun 1965 tentang penempatan semua perusahaan asing di indonesia yang tidak bersifat domestik di bawah penguasaan pemerintah republik indonesia, maka PT. SOCFIN INDONESIA dialihkan di bawah pengawasan pemerintah Indonesia.

Pada tahun 1966 diadakan serah terima surat hak milik perusahaan oleh pimpinan PT. Socfindo Medan SA Kepada Pemerintah RI sesuai naskah serah terima Tanggal 11 Januari 1960 No.1/Dept/66 dan dasar penjualan perkebunan dan harta PT. Socfindo Medan SA tersebut.

Setelah dikeluarkan Undang-undang nomor 1 tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing, pada tanggal 29 April 1968 dicapai sebuah kesepakatan antara pemerintah Republik Indonesia (Diwakilkan Menteri Perkebunan) dengan Plantation Nort Sumatera SA (pemilik saham PT. Socfindo SA) untuk mendirikan sebuah perusahaan perkebunan dengan nama PT. Socfin Indonesia

(33)

(SOCFINDO) dimana kepemilikan 60% saham perusahaan dimiliki Plantation Nord Sumatrayang merupakan perusahaan perkebunan asal Belgia dan 40%

saham perusahaan dimiliki Republik Indonesia

Pada tanggal 13 Desember 2001, sejalan dengan privatisasi beberapa BUMN oleh pemerintah Republik Indonesia, telah terjadi perubahan kepemilikan saham PT. Socfindo menjadi 90% saham Plantation Nord Sumatra dan 10%

saham pemerintah Republik Indonesia di bawah kementerian BUMN.

PT. Socfindo yang memiliki kantor pusat di Medan memiliki beberapa perkebunan yang tersebar di daerah Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darusalam. Untuk wilayah Sumatera Utara perkebunan PT. Socfindo terdiri dari Kebun Mata Pao, Kebun Bangun Bandar, Kebun Tanjung Maria, Kebun Tanah Bersih, Kebun Lima Puluh, Kebun Tanah Gambus, Kebun Aek Loba, Kebun Aek Paminke, Kebun Halimbe, Kebun Negeri Lima, Kebun PSBB (Pusat Seleksi Bangun Bandar). Untuk wilayah Nanggroe Aceh Darusalam terdiri dari Kebun Seunagan, Kebun Seumanyan, Kebun Lae Butar, Kebun Sei Liput.

2.2. Lokasi Perusahaan

PT. Socfindo Aek Pamienke berlokasi di desa Aek Pamienke Kelurahan Perkebunan Aek Pamienke, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

(34)

2.3. Daerah Pemasaran

Pemasaran produkcrumb rubber yang dihasilkan PT. Socfindo ditangani langsung oleh departemen pemasaran yang berada di kantor pusat PT. Socfindo yang terletak di Medan Sumatera Utara.

Produk crumb rubber yang dihasilkan PT. Socfindo dipasarkan ke dalam dan keluar negeri. Tujuan utama ekspor crumb rubber PT. Socfindo adalah perusahaan Michelin yang memiliki pabrik diberbagai negara di dunia. Sedangkan untuk pemesanan dalam negeri umumnya berasal dari Jawa Timur.

2.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi- posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

(35)

Sumber: PT. Socfindo Aek Pamienke

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Socfindo Aek Pamienke

(36)

2.5. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

PT. Socfin Indonesia Aek Pamienke membagi tugas dan tanggung jawab setiap jabatan seperti di bawah ini:

1. Pengurus

Pengurus merupakan pimpinan tertinggi yang ada di perusahaan dengan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menentukan kebijakan dan program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

b. Bertindak sebagai pengawas dan pengatur terhadap kinerja karyawan.

a. Tekniker (Kepala Pabrik)

Tekniker bertindak sebagai kepala pabrik yang membawahi beberapa divisi yang berhubungan secara langsung dengan keberlansungan kegiatan produksi.

b. Asisten Divisi

Asisten divisi mengepalai divisi yang tidak berkenaan dengan kegiatan produksi.

c. Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha mengepalai bagian administasi dan memiliki pertanggung jawaban terhadap pengurus.

(37)

d. Administrasi

Bagian administrasi bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen, mengawasi aliran dokumen seperti informasi penerimaan bahan, pengiriman, atau data produksi lainnya.

e. Gudang Material

Bagian gudang material bertanggung jawab dalam penerimaan dan penyimpanan bahan tambahan, bahan penolong ataupun kebutuhan pabrik lainnya.

f. Laboratorium

Laboratorium bertanggung jawab untuk pengujian kualitas dan melakukan penelitian terhadap pengembangan mutu produk.

g. Gudang Packing

Gudang Packing bertanggung jawab untuk pengepakan produk sebelum dikirim ke gudang lainnya.

h. Bengkel dan Workshop

Bengkel dan workshop bertugas untuk melakukan perbaikan ataupun maintenance terhadap mesin-mesin produksi.

i. Keamanan

Keamanan bertugas untuk melakukan menjaga keamanan selama aktivitas di pabrik berlangsung.

(38)

j. Produksi

Bagian produksi bertanggung jawab untuk mengolah bahan baku menjadi produk crumb rubber. Bagian produksi dikepalai oleh mandor yang bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi dan kinerja pekerja.

k. Gardu Induk

Gardu induk bertanggung jawab dalam penyaluran listrik yang ada di pabrik dan maintenance jika terjadi kerusakan pada mesin pembangkit listrik.

2.5.1. Jumlah Tenaga Kerja & Jam Kerja

PT. Socfindo Aek Pamienke memiliki 111 orang tenaga kerja yang ditempatkan di kantor dan lantai produksi. Berikut ini rincian jumlah pekerja PT.

Socfindo Aek Pamienke.

Tabel.2.2. Rincian Jumlah Pekerja PT. Socfindo Aek Pamienke

No. Departemen Jumlah

1 Pengurus 1

2 Asisten Divisi 1

3 Tekniker 1

4 Kepala Tata Usaha 1

5 Gudang Material 2

6 Administrasi Pabrik 6

7 Laboratorium 12

8 Gudang Packing 5

(39)

Tabel.2.2. Rincian Jumlah Pekerja PT. Socfindo Aek Pamienke (Lanjutan)

No. Departemen Jumlah

9 Bengkel dan Workshop 17

10 Keamanan 8

11 Produksi 41

12 Gardu Induk 3

13 Lain-lain 21

Total 111

Sumber: PT. Socfindo Aek Pamienke

Karyawan Pabrik PT. Socfindo Aek Pamienke bekerja selama 7 hari selama seminggu. Jam kerja dibagi menjadi dua shift yaitu sebagai berikut.

1. Shift 1, untuk hari Senin- Kamis, dan hari Sabtu- Minggu jam kerja dimulai pukul 06:00 WIB sampai 13:00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat jam kerja dimulai pukul 06:00 WIB hingga 11:00 WIB

2. Shift 2, untuk hari Senin- Kamis, dan hari Sabtu- Minggu jam kerja dimulai pukul 13:00 WIB sampai 20:00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat jam kerja dimulai pukul 11:00 WIB hingga 16:00 WIB.

2.6. Proses Produksi

2.6.1. Bahan yang Digunakan

Bahan baku merupakan bahan utama yang harus ada dalam suatu proses produksi. Tanpa bahan baku produk tidak akan dapat dibuat, karena proses produksi pada dasarnya merupakan proses yang mengubah bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Dilihat dari penggunaannya bahan baku merupakan bahan

(40)

yang paling banyak digunakan dalam proses pembuatan suatu produk. Berikut ini bahan baku yang digunakan dalam produksi crumb rubber di PT. Socfindo Aek Pamienke.

1. Lateks, lateks akan diolah menjadi crumb rubber SIR 3 CV 50 dan SIR 3 CV 60.

Berikut ini gambar lateks yang digunakan sebagai bahan baku.

Gambar 2.2. Lateks

2. Bahan Penolong

Bahan penolong merupakan bahan yang digunakan dalam proses produksi yang berfungsi untuk mempermudah proses produksi. Bahan penolong bukan merupakan bagian dari produk akhir. Berikut merupakan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi crumb rubber di PT. Socfindo Aek Pamienke.

a. Air

Air digunakan untuk mempermudah proses pencucian karet yang telah di koagulasi dan juga pencucian cup lump yang diperoleh dari kebun. Selain

(41)

itu air juga digunakan untuk mempermudah proses penggilingan karet didalam mesin.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan nilai tambah produk. Dalam penggunaannya bahan tambahan terlibat dalam proses produksi hanya saja penggunaannya relatif sedikit sehingga keberadaannya dapat tidak terlihat pada produk akhir. Berikut ini merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi crumb rubber di PT. Socfindo Aek Pamienke.

a. Hidroxylamine Neutral Sulfat (HNS) 10%

Penggunaan HNS untuk crumb rubber SIR 3 CV 60 sebanyak 1,2 – 1,5 Kgs/Ton Karet Kering,sedangkan untuk crumb rubber SIR 3 CV 50 digunakan sebanyak 1,5 – 1,8 Kgs/Ton Karet Kering.

b. Sodium Metabisulphite (SMBS) 2,5%

Penggunaan SMBS untuk pencampuran lateks sebanyak 0,3 – 0,5 Kg/

Ton Karet Kering.

c. Formic Acid2,5 %

Formic aciddigunakan sebanyak 3 – 3,3 Liter/ Ton Karet Kering.

(42)

2.6.2. Uraian Proses Produksi

Proses produksi crumb rubber dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan bahan baku yaitu proses produksi lateks dan cup lump. Berikut ini uraian proses produksi crumb rubber denganbahan bakul ateks di PT. Socfindo Aek Pamienke.

1. Proses Penerimaan lateks dari kebun

Lateksyang berasal dari kebun dibawa dengan menggunakan truk bertangki ke pabrik lalu langsung memasuki weighbridge untuk ditimbang.Selesai ditimbang truk langsung menuju ke bagian penerimaan.Setelah tiba dibagian penerimaan, tangki yang berisi lateks diukur volumenya oleh petugas.Setelah selesai diukur volumenya lateks yang berada dalam tangki kemudian dituangkan kedalam bulking tankyang berkapasitas 20.000 liter, dengan menggunakan bantuan talang.Sebelum masuk kedalam bulking tank, lateks disaring menggunakan saringan dengan dimensi 1 x 1 meter dan ukuran jaring 325 mesh

2. Proses penentuan kadar DRC

Kemudian diambil sampel lateks sebanyak satu (1)liter untuk diukur kadar Dry Rubber Content (DRC). Kadar DRC diukur menggunakan alat ukur yang disebut metrolak. Sebelum diukur dengan metrolak, lateks terlebih dahulu dicampurkan dengan air dengan perbandingan 2 liter air dan 1 liter lateks.Setelah dicampur dengan air, kemudian kadar DRC dapat diukur dengan menggunakan metrolak. Setelah diketahui kadar DRC lateks dari kebun, kemudian ditentukan kadar DRC sesuai kontrak atau permintaan dari konsumen

(43)

dengan cara mencampurkan lateks dengan air. Hal ini dikarenakan lateks yang berasal dari kebun memiliki kadar DRC yang cukup tinggi sehingga perlu diturunkan dengan cara mencampurkan lateks dengan air. Besarnya jumlah air yang ditambahkan untuk memperoleh kadar DRC yang diinginkan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Vc =DO Di ×Vo Keterangan:

Vc = Volume air yang ditambahkan Do = DRC awal lateks pada bulking tank Di = DRC lateks yang diinginkan

Vo = Volume lateks awal dalam bulking tank 3. Proses pencampuran bahan kimia

Setelah itu dicampurkan cairan HNS 10% dan SMBS 2,5% dengan jumlah sesuai dengan jenis crumb rubber yang akan di produksi baik SIR 3 CV 50 maupun SIR 3 CV 60. Proses pencampuran ini dilakukan di bulking tankdengan bantuan mesin mixer dalam setiap tangki terdapat 2 kincir mixer. Pengadukan dilakukan selama 5 – 10 menit.Setelah lateks selesai dicampurkan, lateks dialirkan ke dalam coagulation pits bersamaan dengan larutan formic acid 2,5% sebanyak 3 – 3,3 Liter/ Ton Karet Kering

(44)

4. Proses koagulasi

Di dalam coagulation pits lateks diaduk bolak-balik secara manual oleh dua orang pekerja. Setelah itu lateks dibiarkan dalam coagulation pits minimal selama 8 jam.

5. Proses penggilingan

Setelah diendapkan selama minimal 8 jam lateks yang telah mengeras dimasukkan kedalam mesin Mobile Crusher yang dilakukan oleh satu orang operator. Dalam proses ini ketebalan lateks yang akan keluar dari mesin mobile crusher sebesar 80-100 mm. Dari mesin mobile crusher lateks ditarik oleh petugas dengan bantuan alat gancu untuk dimasukkan ke dalam mesin Prebreaker. Setelah keluar dari mesin prebreaker lateks akan berubah menjadi crumb dengan diameter 25 mm. Dari mesin prebreaker, crumb langsung masuk ke dalam wash blending tank untuk dicuci di dalam aliran air yang berputar di dalam tangki. Crumb yang berada dalam tangki akan secara otomatis terangkut oleh konveyor dan dimasukkan mesin extruder. Terdapat tiga mesin extruder yang akan menggiling crumbhingga memiliki diameter 2,5 - 3,5 mm.

6. Proses pengeringan (Drying)

Dari mesin extruder, crumbdipindahkan ke mesin Mobile Hopper Vibrating Screen dengan menggunakan Tranfer Pump. Dari mesin Mobile Hopper Vibrating Screen, crumbakan langsung jatuh kedalam Box Dryer yang kemudian akan disusun oleh operator hingga box dryer penuh. Didalam box dryer terdapat

(45)

32 sekat.Setelah box dryer penuh, box dryer dipindahkan ke mesin Trolley Dryer dengan menggunakan troli.Setelah itu box dryer dimasukkan ke dalam mesintrolleydryer dengan temperatur 130oC – 134oC selama 16 – 17 menit untuk produk SIR 3 CV 60 dan temperatur 134oC - 138oC selama 15 – 16 menit untuk produk SIR 3 CV 50. Mesintrolleydryer memiliki kapasitas 11 box dryer dalam 1 kali siklus pengeringan.

7. Proses pendinginan

Jika crumb telah matang, maka mesin trolley dryerakan secara otomatis berbunyi, lalu box dryer akan keluar dari mesin trolley dryer. Crumb yang telah dikeringkan disebut dengan Bale. Setelah itu bale di keluarkan oleh petugas dengan bantuan gancu untuk didinginkan di meja pendinginan hingga suhu bale berada di bawah 50oC. Proses pendinginan ini dibantu oleh empat buah kipas angin.

8. Proses pengujian kualitas bale melalui laboratorium

Sebelum di uji laboratorium di periksa apakah bale memiliki white spotatau tidak. Bale yang memiliki white spotakan dipotong pada bagian white spot hingga tidak ada white spot yang tersisa. Jika white spot dalam bale memiliki jumlah yang cukup banyak, maka bale dimasukkan kembali kedalam mesin dryer.Setelah itu, sampel untuk uji laboratorium di ambil dari enam bale dengan nomor bale 6, 12, 18, 24, 30 dan 36 untuk pallet yang berisi 36 bale dan nomor bale 9, 18, 27, 36, 45 dan 54 untuk pallet yang berisi 54 bale. Ukuran sampel

(46)

yang diambil mengikuti Standard Nasional Indonesia (SNI) yaitu ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm yang di potong dari 2 sudut diagonal bale. Berat ukuran satu potongan sampel adalah 150 – 200 gram. Setelah itu sampel dibawa ke laboratorium untuk diuji kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, PRI, PO, kadar nitrogen, ASHT dan viscosity mooney.

9. Proses pengemasan

Setelah bale didinginkan, bale kemudian ditimbang hingga memiliki berat 35 kg/bale. Setelah ditimbang bale dimasukkan ke dalam mesin Balling Press untuk dipres. Setelah itu bale dikemas ke dalam kantong plastik polietylene sesuai dengan jenis plastik yang diinginkan konsumen dan telah diberi nomor bale, nomor pallet dan jenis crumb rubber. Terdapat dua jenis plastik kantong plastik yang tersedia yaitu plastik dengan ketebalan 0,035 mm dengan titik leleh 108oC dan kantong plastik dengan ketebalan 0,10 mm dan titik leleh 108oC. Setelah dibungkus dengan kantong plastik, bale dilewatkan ke mesin metal detector untuk melihat apakah bale terkontaminasi logam atau tidak. Jika bale terkontaminasi logam maka akan diperikas kembali bagian bale mana yang terdapat logam lalu bagian tersebut dipotong dan dibuang. Setelah itu bale disusun ke dalam pallet dengan menggunakan tipe susunan sesuai SNI sebagai berikut.Terdapat dua jenis pallet yang digunakan yaitu pallet yang terbuat dari kayu dan pallet yang terbuat dari besi.

(47)

III-1

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Supply Chain Management

Istilah supply chain managemeni ini pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber Supply chain management adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk mencapai integrasi berbagai organisasi yang lebih efektif dan efisien dari supplier hingga customer. Kemudian David Simchi (2000) berpendapat bahwa barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada saat yang tepat dan tempat yang tepat dengan tujuan mencapai cost dari sistem keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang di inginkan.

Sedangkan menurut Pujawan dan Mahendrawati (2010) dikatakan bahwa supply chain management merupakan jaringan dari beberapa perusahaan yang secara bersamaan bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk sampai ke customer. Perusahaan tersebut diantaranya supplier, pabrik, distributor, ritel, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistik.produk yang murah, berkualitas serta tepat guna yang kemudian menghasilkankeuntungan bagi perusahaan dapat dicapai apabila supply chain dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan. Adapun 3 aliran kegiatan yang harus sangat diperhatikan seperti yang ada di gambar 3.1.

(48)

Finansial : invoice, term pembayaran

Material : bahan baku, komponen, produk jadi Informasi : Kapasitas, status pengiriman, quotation

Finansial : Pembayar

Material : retur, recycle, repair

Informasi : Order, ramalan, RFQ/RFP

Sumber : (Pujawan, 2017)

Gambar 3.1. Ilustrasi Konseptual Supply Chain

Dan juga cakupan supply chain management agar pembahasannya tidak meluas meliputi beberapa hal yang sudah dicantumkan pada gambar 3.2.

(Pujawan, 2017).

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembangan Produk

Melakukan riset pasar, merancangan produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru.

Pengadaan

Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier Perencanaan dan Pengendalian

Demand Planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Produksi Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Distribusi

Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level pada tiap pusat distribusi

Sumber : (Pujawan, 2017)

Gambar 3.2. Cakupan Supply Chain Management

Supplier tier 1 Supplier tier 2 Manufacturer Distributor Ritel/Toko

(49)

3.2. Green Supply Chain Management

Green Supply Chain Management (Green SCM) merupakan konsep supply chain management secara umum dengan penambahan aspek green (lingkungan) di dalamnya. Penambahan aspek green (lingkungan), mangakibatkan adanya hubungan antara supply chain management dan lingkungan alam(Srivastava, 2007).

Abu Seman (2012) mangatakan bahwa pengintegrasian praktek pengelolaan lingkungan (green) ke dalam seluruh manajemen rantai pasokan (supply chain management) dalam mencapai green supply chain management dapat meningkatkan keuntungan bisnis dan tujuan pangsa pasar, serta dapat mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan. Kepedulian terhadap lingkungan bukan merupakan suatu pilihan melainkan suatu keharusan bagi semua anggota dalam supply chain management, pengelolaan supply chain yang ramah lingkungan dinyatakan sebagai gabungan aktivitas pembelian yang ramah lingkungan, aktivitas manufaktur dan pengelolaan material yang ramah lingkungan, aktivitas distribusi dan pemasaran yang ramah lingkungan. Selain itu tujuan dari pengelolaan supply chain yang ramah lingkungan agar pelaku sadar dan mempertimbangkan dampak lingkungan dari semua produk dan proses dalam rangka melindungi lingkungan alam.

Oleh karena itu Green SCM muncul sebagai konsep yang baru dengan menggabungkan pendekatan lingkungan yang sistematis ke dalam manajemen rantai pasokan.Ide ini muncul bertujuan untuk menghilangkan atau memimalkan

(50)

waste (energi, emisi, bahan kimia berbahaya dan limbah padat) terhadap lingkungan.(Beamon, 1999).

Menurut Srivastava (2007) Green supply chain management adalah suatu konsep mengintegrasikan pemikiran-pemikiran lingkungan ke dalam manajemen rantai pasok, yang termasuk desain produk, pengadaan dan pemilihan bahan baku, proses manufaktur, pengiriman produk akhir ke konsumen dan juga pengaturan alur produk setelah digunakan oleh konsumen yang dikelola dengan mempertimbangkan faktor keramahan terhadap lingkungan.

Menurut Chin, Tat, & Sulaiman (2015) Green supply chain management adalah sebuah konsep yang mengintergrasikan supply chain management dengan pemikiran lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi limbah, emisi, energi dan limbah padat.

Tujuan perusahaan menerapkan konsep green supply chain adalah meningkatkan kinerja lingkungan dan keuangan, namun lingkup Green SCM sangat luas termasuk pengelolaan lingkungan internal dan eksternal, pemulihan investasi dan eco-design. Selain itu penerapan konsep Green SCM selain juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan juga dapat meningkatkan efisiensi perusahaan dalam rantai pasokan serta dapat mengurangi pemaikaian sumber daya pada proses produksi terutama pengadaan bahan baku (Natalia & Astuario, 2015)

3.3. Pengukuran kinerja

Menurut Whiittaker di kutip dalam Vanany (2009), pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas

(51)

pengambilan keputusan dan akuntabilitas, dan juga digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran .

Merancang sistem pengukuran kinerja sebuah organisasi di butuhkan model yang mampu menggambarkan kinerja dari seluruh sistem organisasi, Key Performance Indicator (KPI) merupakan model yang di gunakan sebagai dasar dalam mengukur kinerja suatu perusahaan, KPI juga digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan organisasi (Saputra & Fithri, 2012).

3.4. Green Supply Chain Operation Reference (Green SCOR)

Salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja supply chain adalah Supply Chain Operation Reference (SCOR). SCOR mengukur aktivitas perusahaan dari hulu sampai kehilir secara komprehensif, model scor pada dasarnya mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu :business process reengineering, benchmarking, dan process measurement kedalam lima kerangka lintas fungsi dalam supply chain.

Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Pujawan, 2010):

1. Business process engineering.

pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang akan datang.

2. Benchmarking.

Kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis.Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja bestin class yang diperoleh.

(52)

3. Process Measurement.

Berfungsi untuk mengukur, mengendalikan dan memperbaiki proses- proses supply chain.

SCOR membagi proses-proses dalam supply chain menjadi 5 proses inti yaitu : Plan, Source, Make, Deliver dan Retrun seperti yang di tunjuk dalam gambar 3.3.

Pujawan (2010)

Gambar 3.3. Lima Proses Inti Supply Chain Dalam Model SCOR

Lima proses tersebut yaitu : 1. Plan.

Plan adalah proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan sebagai rencana untuk menentukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan meliputi proses menafsir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan.

2. Source.

Source adalah proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi

(53)

permintaan. Proses tersebut meliputi penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim oleh supplier, memilih supplier dan mengevaluasi supplier.

3. Make.

Make adalah proses untuk menstranfomasikan bahan baku menjadiproduk yang diinginkan oleh konsumen, proses make bisa dilakukan dengan dasar peramalan untuk memenuhi target ( make to stock) dan atas dasar pesanan (make to order).

4. Deliver.

Deliver adalah proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa, proses ini meliputi order management, transportasi, dan distribusi.

5. Return.

Return adalah proses pengembalian atau penerimaan kembali produk dengan berbagai alasan, proses ini meliputi pengembalian produk cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian.

SCOR memiliki tiga hirarki proses, hirarki tersebut menunjukan bahwa SCOR melakukan dekomposisi proses mulai dari yang umum hingga ke yang detail,tiga level tersebut adalah (Pujawan, 2010):

1. Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari 5 proses diatas ( plan, source, make, deliver, dan return).

(54)

2. Level 2 dikatakan sebagai configuration level dimana supply chain perusahaan di konfigurasi kan berdasarkan proses inti saat ini maupun yang diinginkan yang menggunakan beberapa dimensi umum yaitu :reliability, responsieness, flexibility, cost danassets.

3. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta relevansi.

3.5. Analytical Hierarcy Process (AHP)

Analytical Hierarcy Process (AHP) dikembangkan oleh Prof. Thomas L.

Saaty yang merupakan peneliti dari Universitas Pitsburg, Amerika Serikat. AHP digunakan sebagai metode untuk pengambilan keputusan yang dirancang dapat membantu pemecahan masalah yang sifatnya rumit dan tidak terstruktur serta memerlukan penyelarasan antara aspek kualitatif dan kuantitatif.

Kelebihan AHP yaitu dapat diandalkan karena tingginya tingkat redundansi pada perbandingan berpasangan sehingga membuat proses kebal dari kesalahan perbandingan, nilai pada perbandingan berpasangan didasarkan pada pengalaman, intuisi dan, data sebenarnya (Fernandes, Rodrigues, & Costa, 2015).

Prinsip dasar AHP adalah prinsip-prinsip berpikir analitis, yaitu prinsip yang mendasari logika manusia dalam menganalisa dan memecahkan suatu masalah yang dapat dibedakan dalam empat bagian yaitu:

(55)

1. Penyusunan Hirarki

Tahapan pertama pada AHP adalah merancang struktur hirarki dan membaginya menjadi beberapa tingkatan yang berbeda, seperti tujuan kemudian setiap tingkatan lebih lanjut diurai menjadi sub tingkatan seperti kriteria hingga tingkatan terendah dari hirarki (Chang, 2013).

2. Perbandingan kriteria

Setelah membuat struktur hirarki dari masalah, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan perbandingan berpasangan untuk menentukkan prioritas.

Pengambil keputusan menggunakan 9 skala nilai untuk memperkirakan skala prioritas. Caranya adalah dengan fokus pada dua kriteria pada satu waktu kemudian perbandingan akan terus dilakukan hingga semua kriteria telah dibandingkan satu sama lain dengan menggunakan skala nilai 1, 3, 5, 7 dan 9 serta skala nilai diantaranya 2, 4, 6, dan 8 (Chang, 2013).

Tabel 3.1 Skala Nilai Perbandingan Berpasangan

Nilai Keterangan

1 Kriteria i sama penting dengan kriteria j

3 Kriteria i sedikit lebih penting dengan kriteria j 5 Kriteria i jelas lebih penting dengan kriteria j

7 Kriteria i sangat jelas lebih penting dengan kriteria j 9 Kriteria i mutlak lebih penting dengan kriteria j

2,4,6,8 Apabila ragu — ragu antara dua nilai yang berdekatan Kebalikannya Jika kriteria i dibandingkan dengan kriteria j nilainya 3,

makakriteriajdibandingkandengankriteriainilainya1/3

Sumber :(Zhang,Tang,&Liao, 2015)

(56)

3. Perhitungan bobot prioritas

Setelah melakukan perbandingan berpasangan selanjutnya adalah dengan melakukan perhitungan bobot prioritas atau nilai eigen.

4. Perhitungan rasio konsistensi

Menghitung Rasio Konsistensi (Consistency Ratio). Apabila hasil rasio konsistensi lebih kecil dari 0,1 maka penilaian konsistensi matriks memenuhi persyaratan. Jika tidak maka harus dilakukan penilaian ulang dan pembuatan matriks penilaian baru.

3.6. Metode Sampling

Metode Sampling adalah metode pengumpulan data yang sangat popular karena memanfaatkannya yang demikian besar dalam penghematan sumberdaya waktu dan biaya dalam kegiatan pengumpulan data. Sampling serin dibandingkan dengan sensus yaitu metode pengumpulan data secara menyeluruh yaitu seluruh sumber data ditelusuri dan setiap elemen data yang dibutuhkan diambil (Sukaria Sinulingga,2015)

1. Random Sampling/Probability Sampling

Probability sampling (Rosnani, 2009) adalah metode pengambilan sampel dimana setiap elemen dari populasi diberi kesempatan yang untuk ditarik menjadi anggota dari sampel.Yang termasuk ke dalam teknik random sampling atau probability sampling yaitu:

(57)

a. Simple Random Sampling

Simple Random Sampling yang sering juga disebut unrestricted probability sampling. Setiap elemen dari populasi memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.

b. Stratified Random Sampling

Penarikan sampel menurut metode stratified random sampling merupakan perluasan sekaligus mengatasi kelemahan dari metode simple random sampling.

c. Cluster Sampling

Populasi pada kebanyakan kasus berada dalam keadaan seperti terkotak- kotak menunjukkan karakteristik yang berbeda. Misalnya suatu wilayah yang dihuni oleh penduduk yang bersifat multi-kultur.

d. Systmatic Sampling

Systmatic Sampling adalah suatu metode pengambilan sampel dengan cara menarik elemen setiap kelipatan ke-n dari populasi mulai dari urutan yang dipilih secara acak di antara nomor 1 hingga ke n.

2. Non random Sampling Atau Nonprobability Sampling

Menurut Narbuko dan Achmadi (1999), non random sampling atau nonprobability sampling adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa teknik sampling yang termasuk dalam golongan ini antaralain:

(58)

a. Convenience Sampling

Sampel ini merupakan desain yang nyaris tidak bisa diandalkan, tetapi biasanya paling murah dan paling cepat dilakukan. Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut.

b. Purposive Sampling

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu.Ada dua jenis sampel bertujuan yaitu judgement dan quota sampling.

1) Judgment Sampling

Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.Judgement sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.

2) Quota Sampling

Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.Teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulansaja.

c. Snowball Sampling atau Sampel Bola Salju

Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya.Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan

Gambar

Gambar 1.1 Penggunaan Energi Peraturan Menteri dan PT.SOCFINDO  Tahun 2020 945,000.00950,000.00955,000.00960,000.00965,000.00
Gambar 1.2. Penggunaan Air Peraturan Menteri dan PT. SOCFINDO  Tahun 2020 190,200,000190,400,000190,600,000190,800,000191,000,000191,200,000191,400,000
Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. Socfindo Aek Pamienke
Gambar 2.2. Lateks
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Menentukan jenis-jenis kriteria yang akan digunakan untuk penentu variabel perawatan kapal. 2) Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan

Menampilkan halaman perhitungan prioritas subkriteria pada kriteria (K4) berupa form dalam matriks perbandingan berpasangan beserta matriks nilai prioritas

Dengan asumsi tidak terdapat hubungan ketergantungan antar kriteria, didapatkan matriks perbandingan berpasangan kepentingan antar kriteria berdasarkan penilaian

Data-data hasil perbandingan berpasangan tersebut di rata-rata dan dimasukkan kedalam matriks perbandingan berpasangan pada setiap sub kriteria, kemudian diolah dengan menggunakan

Pembobotan untuk penentuan prioritas kepentingan atribut menggunakan perbandingan berpasangan dengan nilai konsistensi rasio (CR) 0,057 menunjukkan bahwa, dalam mengkonsumsi

menggunakan metode AHP dan TOPSIS meliputi penentuan matriks berbandingan berpasangan, normalisasi perbandingan berpasangan, perhitungan bobot prioritas kriteria,

perbandingan berpasangan dilakukan oleh bagian kurikulum. Nilai matriks perbandingan berpasangan pada kriteria di tunjukkan pada Tabel4, Tabel5 dan Tabel6, sementara Tabel

Sedangkan dalam penelitian ini untuk mendapatkan pembobotan kriteria dilakukan penilaian matriks perbandingan kriteria yang telah dinilai oleh 13 penilai, telah