• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENITIPAN ANAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT MEDAN JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PERJANJIAN PENITIPAN ANAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT MEDAN JURNAL"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh :

FITRAH WALIDAH HARAHAP 140200562

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 8

(2)
(3)

Panti Asuhan adalah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau penitipan anak anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya. Suatu lembaga tentunya memiliki tahap dalam memberikan pelayanan tersebut. Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan yang menjadi lokasi penelitian, melaksanakannya dengan dua tahap yaitu tahap pendahuluan dan tahap pelaksanaan perjanjian. Dalam Buku III Bab XI Pasal 1694 KUH Perdata mengatur tentang

“penitipan”, dan adapun hubungan Pasal ini terhadap perjanjian penitipan anak adalah bahwa setiap orang yang menitipkan anaknya di Panti Asuhan tersebut mendapatkan perlindungan dan pengawasan yang baik selama dalam penitipan tanpa adanya suatu kekurangan ataupun kecelakaan, baik dalam segi fisik dan mental yang dialami anak selama penitipan, sehingga orangtua ingin mengambil anak mereka tidak terjadi sesuatu pada anak mereka dan juga terkait dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, maka Panti Asuhan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan memberikan persyaratan kepada pihak orangtua yang menitipkan anaknya.

Masalah pokok yang dikaji adalah bagaimana perjanjian penitipan anak, hak dan kewajiban yang di jalankan oleh para pihak dan anak yang dititipkan serta penyelesaian jika terjadi wanprestasi perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Dairul Aitam Aceh Sepakat Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, Sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif. Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan tersebut.

Hasil dari penelitian “Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak Di Panti Asuhan Yayasan Dairul Aitam Aceh Sepakat Medan adalah bahwa dilaksanakannya perjanjian tersebut dengan tahap pendahuluan dan tahap pelaksanaan dengan memperhatikan hak dan kewajiban antara para pihak dan anak dan jika ada wanpresti yang terjadi, penyelesaian/jalan keluar untuk kepentingan anak diselesaikan dengan cara kekeluargaan sesuai maksud dan tujuan didirikannya Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

Kata Kunci : Perjanjian, Penitipan Anak, Panti Asuhan

Fitrah WalidahHarahap*), Mahasiswi

Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum**), DosenPembimbing I Dra. Zakiah, M.Pd***), DosenPembimbing II

(4)

An orphanage is a social welfare institution that has the responsibility to provide social welfare services to neglected children, provide replacement services or child care in meeting physical, mental and social needs of foster children so that they have broad, appropriate and adequate opportunities for their personality development . An institution certainly has a stage in providing these services. The Orphanage Foundation Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, which is the location of the research, carried out it in two stages, namely the preliminary stage and the implementation phase of the agreement. In Book III Chapter XI Article 1694 the Civil Code regulates "safekeeping", and as for the relationship of this Article to the agreement on child care is that every person who entrusts his child to the orphanage receives good protection and supervision while in custody without any shortcomings or accidents , both in physical and mental aspects experienced by children during custody, so parents want to take their children nothing happens to their child and also related to Article 4 of Law Number 35 of 2014 concerning Amendments to Law Number 23 of 2002 concerning Protection Children, the Darul Aitam Aceh Sepakat Orphanage Medan provides conditions to the parents who leave their children.

The main problem studied is how the child care agreement, the rights and obligations that are carried out by the parties and children are entrusted and the settlement if there is a default child care agreement at the Orphanage of the Dairul Aitam Aceh Sepakat Foundation in Medan. This type of research is normative legal research, the nature of descriptive research. The data collection technique used is library research (library research and field research), with qualitative methods.The aim of the study was to find out how the procedures for implementing child care agreements at the Darul Aitam Aceh Sepakat Medan Foundation Orphanage.

The results of the research "The implementation of the Child Care Agreement at the Orphanage in the Medan Sepakat Dairul Aitam Foundation Medan is that the agreement is carried out with the preliminary stage and implementation phase by taking into account the rights and obligations between the parties and children and if there is a default, settlement / solution for the interests of the child are settled by means of family in accordance with the purpose and purpose of the establishment of the Orphanage of the Darul Aitam Aceh Sepakat Foundation.

Keywords: Agreement, Child Care, Orphanage Fitrah WalidahHarahap *), Student

Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum **), Advisor Lecturer I Dra. Zakiah, M.Pd ***), Advisor II

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapatkan perlindungan baik dari orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu tidak ada setiap manusia atau pihak lain yang boleh merampas hak atas hidup dan merdeka tersebut.1

Bila anak itu masih dalam kandungan orang tua dan orang tua tersebut selalu berusaha untuk mengugurkan anaknya dalam kandungannya, maka orang tua tersebut akan di proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang melanggar hukum tersebut.2

Anak sebagai makhluk individu dan sosial sangat berhak mendapat pendidikan yang layak dan sesuai dengn kebutuhan dan kemampuannya seperti yang tercantum dalam amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) Pasal 28 B ayat (2) yang diyatakan, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dijaga dan dilindungi, karena dalam diri anak melekat harkat dan martabat sebagai seorang manusia yang harus di junjung

1 Abdussalam dan Adri Desasfuryanto, Hukum Perlindungan Anak (dengan dilengkapi Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak Pidana Anak), Jakarta, PTIK, 2014, hlm 21.

2Ibid.

(6)

tinggi, karena anak merupakan harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya.3

Indonesia pada tahun 1990 telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (selanjutnya disebut KHA) melalui Keppres 36/1990 pada tanggal 25 Agustus 1990 di mana substansi inti dari KHA adalah adanya hak asasi yang dimiliki anak dan ada tanggung jawab Negara maupun pemerintah, masyarakat, dan orang tua untuk kepentingan terbaik bagi anak agar meningkatnya efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak secara optimal. Lalu KHA diperkuat dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 perubahan atas Undang-Undang No 23 tahun 2002mengenai Perlindungan Anak yang mengatur tentang Hak dan Kewajiban Anak, serta kewajiban dan tanggug jawab negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua. Di samping itu juga diatur tentang kuasa asuh, penitipan anak, pengasuhan dan pengangkatan anak, serta penyelenggaraan perlindungan.4

Usia dini merupakan masa awal yang paling penting dan mendasar dalamrentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai periode penting dan fundamental dalam kehidupan anak sebelumnya hingga periode akhir perkembangan anak. Salah satu periode yang menandaiciri – ciri masa usia dini adalah the Golden Ages atau periode keemas an bagi anak.5

3 Meilan Lestari, Hak Anak Untuk Mendapatkan Perlindungan Berdasarkan Peraturan Perundang - Undangan UIR Law Review Volume 01, Nomor 02, Oktober 2017, hlm 184

4Mulia Astutik, Kebijakan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak, Jakarta, P3KS Press, 2013, hlm 1.

5Nani Susilowati, Memahami Pendidikan Usia Dini, Medan, FISIP Universitas Sumatera Utara, 2010, hlm 2

(7)

Panti Asuhan merupakan suatu lembaga kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti atau penitipan anak anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat serta memadai bagi perkembangan kepribadin anak yang di titipkan di panti asuhan agar dapat menjadi anak yang berpendidikan layaknya anak anak yang mampu mendapatkan pendidikan.6

Usaha kesejahteraan anak merupakan usaha kesejahteraan sosial yang bertujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak, terutama terpenuhinya kebutuhan pokok anak, baik itu hak dan kewajiban anak. Usaha kesejahteraan anak ini menyangkut usaha pemeliharaan, penyantunan, pembinaan, pengembangan dan rehabilitasi yang dilaksanakan dalam bentuk asuhan, bantuan, dan pelayanan sosial. Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaan ada atau tidak adanya bentuk dukungan dari keluarga. Hal ini dapat dilihat bila dukungan keluarga yang sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil dan apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang

dapat menganggu psikologis anak.7

Seiring dengan modernisasi terutama dikota-kota besar khususnyaMedan sebagai Kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya yang padat penduduknya antara lain ditandai dengan bergesernya peran dan fungsi keluarga

6Muhammad Sidik, Buku Panduan Sidang dan Materi Rapat Kerja Nasional,Batam, Fornas LKSA-PSAA Press, 2017, hlm7.

7Aziz Alimul Hidayat, Pengantar Keperawatan Anak ,Jakarta, Salemba Merdeka, 2005, hlm 1.

(8)

dalam membentuk pertumbuhan dan perkembangan anak, banyaknya wanita atau ibu yang tidak hanya berfungsi sebagai pendamping suami dan pengasuh anak dalam keluarga, tetapi juga berfungsi sebagai pencarian nafkah telah memadai adanya perubahan fungsi dan peran ibu dalam membesarkan anak. Beberapa alasan seorang ibubekerja antara lain, karena faktor ekonomi, untuk mengisi kebosanan dan kesepian dirumah keinginan untuk berteman, mengejar karier, mengejar status dan lain sebagainya.

Anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa seharusnya mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak keluarga terutama perhatian ibu dan ayah.

Sayangnya tidak semua orang tuadapat mendidik anaknya sendiri, karena berbagai alasan. Semakin meningkatnya jumlah orang tua yang bekerja diluar rumah membuat fungsi keluarga sebagai tempat untuk mendidik anak semakin berkurang. Disinilah peran sebuah lembaga yang bergerak dalam usaha penitipan anak Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medansalah satu bidang usahanya adalah usaha atau pelayanan jasa penitipan anak dalam membantu para orang tua untuk mengasuh anak mereka dalam jangka waktu tertentu atau yang telah ditentukan. Dalam kegiatan usahanya para orang tua melakukan perjanjian menitipkan anaknya untuk melakukan pengawasan selama dalam penitipan.

Tempat penitipan anak ialah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai penganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya, karena bekerja atau sebab lain.

(9)

Perjanjian yang dilakukan antara pihak orang tua dan pihak Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan ialah pihak orang tua menitipkan anaknya dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan persyaratan yang telah disepakati oleh keduabelah pihak. Bentuk perjanjian tersebut yaitu pihak Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh SepakatMedan melakukan pengawasan terhadap anak yang dititipkan dengan ketentuan pihak orang tua yang menitipkan anaknya tanpa memberikan bayaran atas jasa kepada pihak Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, dalam melakukan pengawasan terhadap anaknya tersebut.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa Setiap anak berhak untuk dapat hidup, berkembang dan berpartisipasisecara sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.8Sehingga dalam perjanjian penitipan anak yang dilakukan pihak Panti Asuhan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan memberikan persyaratan kepada pihak orang tua yang menitipkan anaknya.

Menurut Buku III Bab X1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) mengatur tentang penitipan dalam Pasal 1694 disebutkan bahwa penitipan adalah terjadi, apabila seseorang menerima sesuatu barang dari orang lain dengat syarat bahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya. Menurut Pasal 1694 KUHPerdata,

8Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Pasal 4

(10)

dapat diartikan bahwa titip adalah perjanjian antara seseorang yang menitipkan atau menyerahkan suatu barang kepada orang lain (penerima titipan) dengan syarat agar orang lain itu menyimpannya dan mengembalikannya dalam keadaan asli kepada yang menitipkannya (pemberi titipan).9

Adapun hubungannya antara Pasal 1694 KUHPerdata dengan perjanjian penitipan anak yaitu bahwa setiap orang tua yang menitipkan anaknya di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan mendapatkan perlindungan dan pengawasan yang baik selama dalam penitipan tanpa adanya suatu kekurangan ataupun kecelakaan, baik dalam segi fisik maupun segi mental yang dialami anak selamapenitipan, sehingga saat orang tua ingin mengambil anak mereka tidak terjadi sesuatu pada anak mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak Di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

B. Permasalahan

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah penulis uraikan diatas kemudian dirumuskan kedalam beberapa point rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimanakah perjanjian penitipan anak yang dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan?

9R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Pradnya Paramita, Jakarta,2003, hlm 221

(11)

2. Bagaimanakah hak dan kewajiban yang harus di jalankan para pihak dan anak yang dititipkan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan?

3. Bagaimanakah penyelesaian wanprestasi perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penulisan hukum ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui perjanjian penitipan anak yang dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban yang harus di jalankan para pihak dan anak yang dititipkan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

3. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian digunakan sebagai sumbangsih pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan, baik secara umum maupun khusus, lebih spesifik padabidang hukum perdata berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

(12)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan/saran kepada pemangku kepentingan (stakeholder) maupun pihak-pihak yang berkaitan pelaksanaan perjanjian penitipan anak.

E. Metode Penulisan 1. Jenis penelitian

Guna membahas permasalahan skripsi ini penulis menggunakan penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif merupakan pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan dengan objek penelitian. Yuridis empiris merupakan cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan (wawancara).10

Penelitian yuridis empiris, yaitu dari hasil pengumpulan dan penemuan data maupun informasi melalui studi pada Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan. Metode penelitian yuridis empiris dilakukan dengan

10 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 112

(13)

wawancara kepada Sarwani A Gani Sarong, selaku Sekretaris Umum Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

2. Sifat penelitian

Jenis penilitian yang digunakan merupakan penelitian hukum yang bersifat deskriptif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk mendeskrpisikan atau menggambarkan tentang suatu peristiwa yang lebih luas dan umum.

3. Sumber data

Sumber data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, antara lain sebagai berikut:

a. Data primer merupakan data yang bersumber dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan yaitu baik dari responden maupun informan. Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan melakukan wawancara langsung terhadap pihak terkait yaitu kepada Sarwani A Gani Sarong, selaku Sekretaris Umum Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

b. Data sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan bersumber dari data-data yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan-bahan hukum. Adapun data sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini, antara lain:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(14)

3) Permensos Nomor 30 tahun 2011 tentang Standart Nasional Pengasuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

4) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

c. Bahan hukum tersier yang penulis gunakan berupa kamus hukum dan ensiklopedia.

4. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Studi kepustakaan (library research) yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematika buku-buku, peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel dan sumber lainnya yang berkaitan dengan Sarwani A Gani Sarong, selaku Sekretaris Umum Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

b. Studi lapangan (field reseacrh) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung turun kelapangan. Perolehan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan Sarwani A Gani Sarong, selaku Sekretaris Umum Panti AsuhanYayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

5. Analisis data

Analisis data merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan dalam setiap penelitian. Tahap ini penulis harus melakukan pemilahan data-data yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakikatnya merupakan kegiatan untuk

(15)

mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.11

Data pada skripsi ini dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah proses kegiatan yang meliputi, mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan mensintesiskan data selanjutnya memaknai setiap kategori data, mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan, dan memaparkan temuan-temuan dalam bentuk deskripsi naratif yang dapat dimengerti dan dipahami oleh orang lain. Analisis data kualitatif merupakan metode untuk mendapatkan data yang mendalam dan suatu data yang mengandung makna dan dilakukan pada objek yang alamiah.12 Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut terus hingga pada tahap analisis. Setelah dilakukan analisis secara kualitatif kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistimatis.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa judul Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak Di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, sudah pernah dilakukan, namun penelitian berbeda tempat dan waktu serta permasalahan yang dibahas, beberapa judul yang telah pernah dilakukan antara lain :

Anita Anjaswari Harahap. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2017, dengan judul penelitian Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak

11Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2008, hlm. 251- 252.

12 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta, 2009, hlm. 123.

(16)

(Studi Di Yayasan Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Medan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Konstruksi hukum Perjanjian Penitipan Anak di Yayasan Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Medan, digolongkan sebagai perjanjian penitipan barang ataukah perjanjian melakukan jasa tertentu

2. Bentuk pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak di Yayasan Panti Asuhan Ade Irma Suryani Nasution Medan.

3. Penyelesaian apabila terjadinya wanprestasi terhadap perjanjian penitipan anak tersebut.

Pandu Fadi Andri, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (2011), dengan judul penelitian Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Dan Tanggung Jawab hukum terhadap pelaksanaan penitipan bayi dan anak pada penitipan bayi dan anakAn Nisa Surakarta. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

1. Bentuk proses dan isi perjanjian penitipan bayi dan anak serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian penitipan bayi dan anak.

2. Bentuk proses dan isi perjanjian penitipan bayi dan anak serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian penitipan bayi dan anak

Nia Herdiyana Susenoning Tyas. Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (2015), dengan judul penelitian Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak Di Kota Yogyakarta (Studi Kasus Pada Taman Penitipan Anak Seri Derma Dan

(17)

Taman Penitipan Anak Beringharjo). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Konstruksi hukum Perjanjian Penitipan Anak di Kota Yogyakarta.

2. Apakah dapat dikonstruksikan sebagai perjanjian Penitipan Barang ataukah Perjanjian Jasa Penitipan Anak

3. Apabila terjadi wanprestasi di Tempat Penitipan Anak tersebut bagaimana cara penyelesaiannya.

Anisha Febriyani. Universitas Gajah Mada (2015), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Konsumen Dalam Perjanjian Penitipan Anak (Studi Kasus Taman Penitipan Anak Tunggadewi Sleman, Yogyakarta). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Perjanjian Penitipan Anak di TPA Tunggadewi, Sleman, Yogyakarta

2. Upaya penyelesaian sengketa konsumen yang ditempuh oleh TPA Tunggadewidan orang tua anakselaku konsumen jasa penitipan anakyang mengalami kerugian

Dengan demikian, jika dilihat kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademi.

G. Sistematika Penulisan

Sitematika penyusunan skripsi ini tertuang dalam 5 (lima) bab yang tersusun dalam bab-bab, yang mana satu sama lain saling berkaitan, dan di setiap bab terdiri dari sub-sub bab. Agar dapat memberikan gambaran mengenai skripsi

(18)

ini nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran secara garis besar sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal penulisan skripsi yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II PERJANJIAN PENITIPAN ANAK YANG DILAKUKAN DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT MEDAN

Bab ini berisikan tinjauan umum tentang perjanjian, yang terdiri ataspengertian perjanjian, asas – asas perjanjian, subjek dan objek perjanjian, syarat sahnya perjanjian, bentuk – bentuk perjanjian.

Tinjauan umum tentang penitipan, yang terdiri dari pengertian penitipan, syarat sahnya penitipan, asas – asas penitipan, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian penitipan anak. Tinjauan umum tentang perlindungan anak, yang terdiri dari pengertian perlindungan anak, ketentuan hukum perlindungan anak, perlakuan terhadap kebutuhan dan hak hak anak.Tinjauan umum tentang Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

Perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam

(19)

Aceh Sepakat Medan, yang terdiri atas syarat sah perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT MEDAN

Bab ini berisikan Hak dan Kewajiban pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan. Hak dan Kewajiban Orang Tua atau Wali Anak yang dititipkan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan. Hak dan Kewajiban anak yang dititipkan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI PERJANJIAN PENITIPAN ANAK DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH

SEPAKAT MEDAN

Bab ini membahas mengenai wanprestasi. Penyelesaian wanprestasi perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, dikemukakan kesimpulan dan saran yang didapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(20)

16 BAB II

PERJANJIAN PENITIPAN ANAK YANG DILAKUKAN DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT

MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian

Istilah perjanjian sering disebut juga dengan persetujuan, yang berasal dari bahasa Belanda yakni overeenkomst.13Menurut Pasal 1313 menyebutkan bahwa

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih lainnya”.

Bahwa dalam ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata dinyatakan bahwa perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan dirinya terhadap orang lain.

Dalam hal ini dari suatu perjanjian lahir kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang (pihak) kepada satu atau lebih orang (pihak) lainnya yang berhak atas suatu prestasi tersebut.

Menurut Abdul Kadir Muhammad definisi perjanjian dalam Pasal 1313 kurang lengkap dan memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1. Rumusan tersebut hanya cocok unhtuk perjanjian sepihak karena kata mengikatkan‟ hanya datang dari salah satu pihak

2. Definisi tersebut terlalu luas, karena tidak disebutkan mengikatkan diri terbatas dalam lapangan hukum harta kekayaan, sehingga dapat pula mencakup perjanjian perkawinan dalam lapangan hukum keluarga;

13Leli Joko Suryono, Pokok-pokok Perjanjian Indonesia, Yogyakarta, LP3M UMY, 2014, hlm. 43

(21)

3. Tanpa menyebut tujuan, sehingga tidak jelas untuk apa para pihak mengikatkan diri. Sehingga dari kekurangan-kekurangan tersebut, beliau melengkapi definisi perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan hukum harta kekayaan.14

Subekti mengatakan bahwa perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.15

Menurut Ahmadi Miru, perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu, kontrak dan perjanjian mempunyai makna yang sama karena dalam B.W. hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang-undang atau yang secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut: “Perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang, perikatan yang bersumber dari undang- undang dibagi dua,yaitu dari undang-undang saja dan dari undang-undang karena perbuatan manusia. Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia dapat dibagi dua, yaitu perbuatan yang sesuai hukum dan perbuatan yang melanggar hukum.”16

14Muhammad, Abdulkadir ,Hukum Pengangkutan Niaga, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2013, hlm. 80-81

15R. Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 2008, hlm 8

16Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta, Rajawali Pers, 2017, hlm. 1

(22)

2. Asas-Asas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Asas konsensualisme

Pada mulanya, suatu perjanjian atau kesepakatan harus ditegaskan dengan sumpah, namun pada abad ke-13 pandangan tersebut telah dihapus oleh gereja kemudian terbentuklah paham bahwa dengan adanya kata sepakat di antara para pihak, suatu perjanjian sudah memiliki kekuatan mengikat.

Asas ini dapat dinyatakan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang mensyaratkan adanya kesepakatan sebagai syarat sahnya suatu perjanjian, meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa terhadap asas konsensualisme terdapat pengecualian, yaitu dalam perjanjian riil dan perjanjian formil yang mensyaratkan adanya penyerahan atau memenuhi bentuk tertentu yang disyaratkan oleh undang-undang.17

b. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan salah satu asas yang sangat penting dalam hukum perjanjian. Kebebasan berkontrak ini oleh sebagian sarjana hukum biasanya didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata Menentukan bahwa: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

17Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariata, (Bandung, Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 29

(23)

Apabila dicermati Pasal 1338 ayat (1) di atas, pada kalimat “semua perjanjian yang dibuat secara sah” menunjukkan adanya pokok (asas) kebebasan berkontrak yang terkandung di dalamnya.18

c. Asas kepastian hukum (Pacta Sunt Servanda)

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga dengan asas kepastian hukum.

berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang dinyatakan “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”19

d. Asas itikad baik (bonafides)

Asas itikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan tentang itikad baik ini dinyatakan dalam Pasal 1338 ayat (3). Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian terdapat suatu kewajiban untuk mengadakan penyelidikan dalam batas-batas yang wajar terhadap pihak lawan sebelum menandatangani perjanjian atau masing-

18Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW, Jakarta, Raja Grafindo Persada, Edisi kesatu Cetakan kelima, 2013, hlm. 78.

1919Salim H.S., Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak), (Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hlm 9.

(24)

masing harus menaruh perhatian yang cukup dalam menutup perjanjian yang berkaitan dengan itikad baik.20

3. Subjek dan Objek Perjanjian

Setiap perjanjian terdapat 2 (dua) macam subjek yaitu pertama seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban kewajiban untuk sesuatu dan kedua seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat hak yang mendapat hak atas pelaksanaan kewajiban itu.21

a. Subjek perjanjian penitipan anak

Pada dasarnya perjanjian penitipan anak merupakan perbuatan hukum. Subjek dari perbuatan hukum adalah Subjek Hukum. Subjek Hukum terdiri dari manusia dan badan hukum. Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang atau badan hukum dapat menjadi subjek dalam perjanjian penitipan anak yaitu sebagai yayasan dan orang tua si anak, dengan syarat yang bersangkutan telah ditentukan.

b. Objek perjanjian penitipan anak

Objek dalam penitipan anak adalah anak yang telah berumur di atas 6 tahun 4. Syarat Sahnya Perjanjian

Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya, perjanjian tersebut akan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Oleh karena itu, agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh undang-undang, haruslah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-

20Ahmadi Miru, Op.Cit, hlm. 5

21Ridwan Khairandy, Pokok-Pokok Hukum Dagang, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Press, 2014, hlm. 13.

(25)

undang.Syarat sah perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut :

1) Kesepakatan22 2) Kecakapan23 3) Suatu hal tertentu24

4) Suatu sebab yang halal.25 5. Bentuk-Bentuk Perjanjian

Menurut Salim H.S, perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perjanjian tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan dan hanya berdasarkan kesepakatan dan kepercayaan diantara para pihak yang melakukan perjanjian.26

B. Tinjauan Umum Tentang Penitipan 1. Pengertian Penitipan

Dalam suatu perjanjian timbal balik para pihak mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal, maka yang menjadi tujuan para pihak dalam perjanjian adalah pemenuhan prestasi dengan itikad baik. Para pihak yang terikat dalam perjanjian mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Hak dapat dinikmati apabila para pihak yang terikat dalam perjanjian telah melaksanakan prestasinya.

22Ahmadi Miru,Op.Cit., hlm 14

23Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 183-184

24Salim H.S (2), Op.Cit, hlm 24

25Subekti, Op. Cit., hlm. 19

26Salim HS., Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,Op.Cit hlm. 42.

(26)

Prestasi menurut Pasal 1234 KUHPerdata yaitu berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

Penitipan merupakan bentuk keterwakilan seseorang secara khusus dalam penjagaan kekayaan. Definisi lain, penitipan adalah sebuah akad yang mengandung keterwakilan seseorang dalam penjagaan sesuatu berupa hak milik atau barang yang dihormati dan boleh dikuasai dengan prosedur tertentu.27Itikad baik diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata yaitu“ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.28

Adapun yang menjadi hak dan kewajiban yang dimiliki anak dan orangtua anak adalah sebagai berikut :

1. Anak berhak mendapatkan perawatan dari Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan;

2. Orang tua si anak menarik kembali anak yang dititipkan sekalipun belum habis waktu perjanjiannya;

3. Orang tua si anak berkewajiban memberi uang jasa kepada Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan sepanjang uang jasa tersebut ditentukan di dalam perjanjian.

27http://dinulqoyim.com/hukum-islam/bab-penitipan-barang/penitipan-barang- wadiah/diakses tanggal 1 Mei 2018

28 R. Surbekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).cet ke-35, Jakarta, Pradnya Paramita, 2004, hlm 342

(27)

Adapun yang menjadi hak dan kewajiban Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan adalah sebagai berikut :

a. Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan berhak memperoleh uang jasa dari penitipaan anak sepanjang uang jasa tersebut diperjanjikan.

b. Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan mempunyai hak retensi yaitu hak menahan anak yang ada ditangannya sampai perjanjian selesai.

c. Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan berkewajiban merawat dan menjaga anak tersebut selama dalam perjanjiaan.

Berdasarkan penjelasan di atas tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya perjanjian penitipan barang adalah hal hal yang lumrah dan telah mendapat pengaturan dasar dalam KUHPerdata.

2. Syarat Sahnya Penitipan

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian pertama diatas, bahwa KUHPerdata Buku III terdiri dari XVIII titel, yaitu titel I sampai titel IV mengatur hukum perjanjian secara umum. Sedangkan titel V sampai titel XVIII dimana tiap titel mengatur perjanjian tertentu (secara khusus) dan hal ini berhubungan dengan peraturan umum tadi.

Salah satu dari perjanjian yang diatur secara khusus yang akan diuraikan penulis adalah mengenai perjanjian tertentu/ khusus pada title XI Buku III (Pasal 1694sampai denganPasal 1739 KUHPerdata) yaitu mengenai Penitipan Barang.

Menurut Pasal 1694 KUHPerdata penitipan barang adalah terjadi, apabila seorang menerima barang dari orang lain dengan kewajiban untuk menyimpan barang itu

(28)

dan dikemudian hari mengembalikan barang itu sewujud seperti semula (“in natura”).

3. Asas – Asas Penitipan

a. Asas kepribadian (personality) 29

b. Asas kepercayaan (vertrouwensbeginsel)

4. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Penitipan

Ketentuan mengenai hak dan kewajiban para pihak diatur dalam KUHPerdata. Mengenai hak dan kewajiban penerima titipan diatur dalam Pasal 1706 dan 1707 KUHPerdata.

C. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Anak 1. Pengertian Perlindungan Anak

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpatisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat 2).

Bahwa hukum perlindungan anak diatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan pertimbangan sebagai berikut :

29Ibid, hlm 59

(29)

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia.

b. Bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

c. Bahwa anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

d. Bahwa agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa deskriminasi.

e. Bahwa untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya.

f. Bahwa berbagai undang-undang hanya mengatur hal-hal tertentu mengenai anak dan secara khusus belum mengatur keseluruhan aspek yang berkaitan dengan perlindungan anak.

(30)

g. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a,b,c,d, e dan f perlu ditetapkan undang-undang tentang perlindungan anak.30

Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak Arif Gosita sebagaimana dikutip Maidin Gultom mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.31

Perlindungan anak dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu perlindungan anak yang bersifat yuridis yang meliputi perlindungan dalam bidang hukum politik dan dalam bidang hukum keperdataan, perlindungaan anak yang bersifat non yuridis, meliputi perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehataan dan pendidikan.

Berdasarkan Konvensi Hak Anak yang kemudian diadopsi dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, ada empat “Prinsip Umum Perlindungan Anak” yang harus menjadi dasar bagi setiap negara dalam menyelenggarakan perlindungan anak, yaitu :

a. Prinsip nondiskriminasi

b. Prinsip kepentingan terbaik bagi anak (best interest of the child)32

30 Mohammad Taufik Makarao, dkk, Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta, Rineka Cipta, 2013, hlm 104-105

31 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, Refika Aditama, 2014, hlm 40

32Ibid, hlm 56

(31)

c. Prinsip Hak Hidup, Kelangsungan Hidup dan Perkembangan (the Right to Life, Survival and Development)33

d. Prinsip Penghargaan terhadap Pendapat Anak (Respect for the Views of the Child)34

2. Ketentuan Hukum Perlindungan Anak

Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi (fundamental right and freedoms of children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak mencakup yang sangat luas.35

Berangkat dari pembatasan di atas, maka lingkup perlindungan hukum bagi anak-anak mencakup :

a. Perlindungan terhadap kebebasan anak;

b. Perlindungan terhadap hak asasi anak;

c. Perlindungan hukum terhadap semua kepentingan anak yang berkaitan dengan kesejahteraan.36

3. Perlakuan Terhadap Kebutuhan dan Hak – Hak Anak

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak, hak-hak anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak-hak anak, antara lain.

a) Hak untuk kelangsungan hidup (the right to survival) b) Hak terhadap perlindungan (protection rights)

33Ibid, hlm 58

34Ibid, hlm 59

35 Wahyudi, Hukum Perlindungan Anak, Bandung, Mandar Maju, 2009, hlm 1

36Ibid

(32)

c) Hak untuk tumbuh kembang (development rights) d) Hak untuk berpartisipasi (participation rights)37

D. Tinjauan Umum Tentang Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, didirikan pada tanggal 1 Muharram 1400 H atau 21 November 1979 M, yang mendirikan ini adalah tetua adat di Medan yang memiliki cita-cita setelah pensiun bisa menjadi orang yang berguna dan bermanfaat untuk orang lain, makanya didirikanlah panti Asuhan ini. Setelah itu bapak (tetua) itu mengungkapkan idenya pada teman- temannya tersebut. Cara mendirikannya itu ya patunganlah yakan, yang bantu dan menyiapkan dananya, itulah caranya sampai meminta sumbangan kemana-mana sama orang Aceh yang ada di Medan ini lalu berdirilah yayasan ini. Merintis- merintislah sampai selesai dan masuklah anak-anak kemari tahun 80 dan kebetulan itu waktu anak-anak masuk ini bangunannya belum siap semualah ya baru satu-satulah yang siap bangunannya. Tapi karena bapak semangat kali jadi ada anak diterimalah tapi di tempatkan dirumahnyalah karena belum siap dan kebetulan rumahnya dekat sama panti asuhan ini, lalu beberapa bulan dirumahnya barulah pindah kemari, ya begitulah sejarahnya.

Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh SepakatMedan Akte notaris : nomor 2 tahun 2014

Didirikan pada : Tanggal 02 september 2014

37Mohammad Joni, dkk, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1999, hlm 53

(33)

SK Menkumham : Nomor AHU 05540.50.10 2014 Pada : Tanggal 05 September 2014

Alamat : Jl. Medan Area Selatan no. 333a Kel. Sukaramai 1 Kecamatan Medan Area Medan 2016

Telp : 061-7362106

Struktur Pengurus Penyantunan Yatim Piatu Darul Aitam Aceh Sepakat Medan Didirikan pada tanggal : I Muharram 1400 H/21 November 1979 M

(1) Akte Notaris No. 184 Tgl. 28 Februari 1980

(2) SK. Gubernur KDH TK-1 Sumatera Utara No. 466.3/1114 Tgl. 21 Februari 1987

(3) Akte Notaris No. 01 Tgl. 3 Maret 2001 (4) Akte Notaris No. 09 Tgl. 11 November 2014 (5) Akte Notaris No. 10 Tgl. 11 November 2014 (6) SK. Menkumham RI No. AHU-09080.50.10.2014

(7) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Medan No. 466.3/3417/DSTKM/2014 (I) Ketua Pembina : (1) H.M. Daud Ibrahim

Anggota : (2) H. Fauzi Hasballah (3) Drs. H. Teuku Razali (4) Masdani Ms., SH., MH

(5) Prof. Dr. H. Abdullah Jamil., M.Si (6) H. Arbie Abdul Gani

(7) H. Mahyuddin AR

(8) Suriadin Noernikmat., ST., MM

(34)

(9) H. Leman Pahlevi Sulaiman (10)Drs. Zulkarnain., M., AP (II) Ketua Umum : (1) Drs. Teuku Asby Hasan

Wakil Ketua : (2) M. Lidan., SE Wakil Ketua : (3) Hj. Salmiah Saleh (III) Sekretaris Umum : (1) Sarwadi A. Gani Sarong

Wakil Sekretaris : (2) Drs. Hasanuddin Wakil Sekretaris : (3) M. Riza Djoli., SE (IV) Bendahara Umum : (1) Husni Isa., SE

Wakil Bendahara : (2) Dra. Sumiati (V) Pengawas : (1) H. Bachtiar Yahya

(2) Ir. H. Abdullah Dadeh (3) Saidul Alam

(4) Teuku Jamil

(5) H. Syamaun Ahmad (6) Syaman Adami (7) Muhammad Nur., BA (A) Keadaan Anak Asuh

Jenis Kelamin

Usia

Jumlah 0-6

Tahun

7-13 Tahun

14-17 Tahun

18-21 Tahun

Dewasa

Laki-Laki - 32 14 - - 46

Perempuan 1 18 13 2 - 34

Jumlah 1 50 27 2 - 80

(A) Golongan Sosial

(35)

Golongan Sosial Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

Yatim 13 6 19

Piatu - 2 2

Yatim piatu - 1 1

Fakir Miskin 33 25 58

Jumlah 46 34 80

(B) Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 Belum Sekolah - 1 1

2 SD/Ibtidaiyah 16 10 26

3 SMP/MTS 28 12 40

4 SMK - 7 7

5 SMA/ALIYAH 2 4 6

Jumlah 46 34 80

(C) Sumber Dana

(1) Subsidi Dari Dinas Sosial : - Orang

(2) Yayasan Darma : - Orang

(3) Dari Masyarakat : Ada Orang (D) Penyaluran Anak Dewasa

(1) Sebagai Pegawai/ABRI : - Orang (2) Sebagai Karyawan : - Orang (3) Belum Disalurkan : - Orang (E) Kapasitas

(1) Luas Areal Tanah : 20X100 Meter2 (2) Luas Bangunan : 540 Meter2 (3) Jumlah Kamar : 17 Buah (4) Daya Tampung :-Orang

(36)

Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam juga memiliki visi, misi dan tujuan dalam membangun dan mendirikan Yayasan social. Adapun visi, misi, dan tujuan Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medanyaitu :

 Visi : Mencetak generasi yang berkualitas dan bermartabat berdasarkan Iman dan Taqwa

 Misi : (1) Menganyomi, melayani, dan menyantuni anak asuh secara

`rutin;

(2) Meningkatkan pemahaman dan pengalaman ajaran agama secara luas dan benar;

(3) Menumbuh kembangkan kreatifitas anak asuh melaluipembinaan keterampilan;

(4) Meningkatkan kedisiplinan bagi seluruh warga panti asuhan.

 Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan bagi anak-anak yang kurang mampu

agar bisa mandiri dan berkiprah di masyarakat sebagaimana layaknya kehidupan orang yang bekecukupan dalam nuansa yang islami.

E. Perjanjian Penitipan Anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

1. Syarat sah Perjanjian Penitipan Anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Awal mula adanya pelaksanaan perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, agar si anak yang dititipkan di Panti

(37)

Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan tidak terlalu semenah – semenah dan agar dapat mengikuti aturan yang ada serta berlaku di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.Serta apabila ada anak yang melanggar peraturan yang ada dan berlaku di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, sehingga para pihak pengurus dan pengasuh yang ada di Panti dapat menghukum atau memberikan sanksi kepada anak yang telah melanggar aturan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan dan orang tua atau wali anak tersebut tidak dapat memberikan sanksi kepada pihak panti apabila hukuman atau sanksi tersebut bersifat mengajar dan membrikan didikan atau memberikan efek jerah kepada anak tersebut.

Adapun syarat sah dalam perjanjian penitipan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan yaitu antara lain :

a) Mengisi identitas calon anak asuh terdiri dari :

 Nama lengkap

 Nama panggilan

 Tempat, tanggal lahir

 Suku / bangsa

 Agama

 Urutan kelahiran

 Pendidikan terakhir

 Kegemaran / hobby

 Alamat

(38)

b) Mengisi identitas orang tua terdiri dari :

 Nama

 Tempat, tanggal lahir

 Suku / bangsa

 Agama

 Pendidikan terakhir

 Kondisi ( masih ada atau meninggal )

 Pekerjaan

 Pernghasilan perbulan

 Pernikahan ke

 Status pernikahan ( masih atau bercerai )

 Kartu identitas / KTP

c) Mengisi identitas wali atau keluarga pengganti terdiri :

 Nama lengkap

 Tempat, tanggal lahir

 Suku / bangsa

 Agama

 Hubungan kelayan

 Pendidikan terakhir

 Pekerjaan

 Pengasilan perbulan

 Jumlah tanggungan

 Alamat

(39)

 Nomor telepon

 Kartu identitas / KTP

d) Fotocopy akte kelahiran anak e) Pas foto kelayan anak asuh f) Buku rapor atau ijazah anak g) Kartu keluarga anak

h) KTP Ibu atau Ayah anak i) KTP wali anak

j) Mengisi surat pernyataan

Persyaratan tersebut harus dilengkapi pada saat mengajukan permohonan untuk masuk pada panti asuhan. Selanjutnya persyaratan tersebut yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi pihak panti asuhan untuk memutuskan menerima atau tidak anak tersebut untuk masuk pada Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

Terpenuhinya persyaratan tersebut maka secara sah anak tersebut diterima dan dapat di bina atau di bombing oleh para pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

2. Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Pelaksanaan perjanjian penitipan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan, dibuat secara bertahap, sebagai acuan dalam pelaksanaan penitipan anak. Adapun tahapan tersebut antara lain:

(40)

1. Tahap awal yaitu penitipan, antara lain

a. Surat keterangan setempat, Kepala Lorong (Keplor) atau Kepala Dusun.

b. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani.

c. Persetujuan orang tua/wali yang meliputi perjanjian penitipaan anak dan pernyataan wali orang tua/wali anak asuh

2. Tahap pembinaan/ pengasuhan meliputi program untuk:

a. Pemenuhan kebutuhan fisik, berupa pemenuhan kebutuhan sehari-hari anak-anak panti seperti makan sehari-hari anak panti, pakaian, dan perlengkapan mandi. .

b. Pemberian pendidikan bagi setiap anak panti, berupa pemenuhan kebutuhan pendidikan pada anak panti mulai dari SD sampai SMA.

Disamping itu, pihak panti juga memberikan kesempatan kepada anak panti yang ingin melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi. Pihak panti juga menyediakan perlengkapan bagi anak panti seperti seragam sekolah, buku-buku, dan tas sekolah.

c. Pemberian nilai-nilai dan tata cara hidup bermasyarakat

3. Tahap pembinaan kemandirian, berupa pembinaan keterampilan yang diberikan kepada anak-anak panti, sehingga mampu menciptakan dan membentuk anak yang dapat hidup secara mandiri dikemudian hari atau pada masa-masa yang akan datang. Pemberian pembinaan keterampilan ini diserahkan sepenuhnya kepada anak panti, sehingga mereka memilih keterampilan sesuai dengan keinginan anak asuh.

(41)

Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan adalah Panti Asuhan yang tidak merawat dan mengurus bayi, akan tetapi, khusus untuk penitipan anak-anak yang sudah tidak mempunyai orangtua atau tempat tinggal, maka pengurus Panti Asuhan akan terus merawat mereka sampai tamat SMA atau telah berusia 18 tahun. Tetapi, biasanya setelah berusia 18 tahun, anak tersebut tetap akan tinggal di Panti Asuhan karena tidak tahu akan pergi kemana. Mereka akan membantu pengurus panti untuk mengurus adik-adik yang ada di Panti Asuhan sambil bekerja mencari uang agar dapat hidup mandiri dan tidak bergantung lagi terhadap Panti Asuhan.

Penitipan anak itu dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis atau tidak tertulis, berbentuk tertulis semua. Apakah ada batasan usia anak bagi yang ingin menitipkan anak disini Ada, batasan minimalnya dari SD atau PAUD atau TK dan maksimalnya SMA dan kecuali dia berprestasi dan kuliah bisa tinggal disini lalu membantu disini untuk mengurusi adik-adiknya. Apakah biaya anak-anak disini dibiayai pribadi oleh anggota pengurus seluruhnya atau bagaimana Pak? Dibiayai oleh pengurus kalau masalah ongkos dan sekolah, tapi kalau untuk makan sehari- harinya kita mendapat bantuan dari orang-orang.

Pelaksanaan penitipan anak oleh Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan hanya terbatassampai pada batas anak menjadi dewasa atau oleh Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medandibatasi sampai anak menyelesaikan pendidikan pada bangku SMA, hal inibukan berarti kurangnya tanggung jawab dari pihak panti asuhan, tetapi setelahanak mencapai batasan usia tertentu atau sudah

(42)

menyelesaikan pendidikanformalnya maka anak dianggap telah dewasa dan mampu untuk melindungi dirinya sendiri.

Meskipun kekuasaan panti asuhan telah berakhir setelah anak dewasa hal ini tidak berarti panti asuhan dapat menelantarkan mereka begitu saja. Bagi anak- anak yang masuk panti asuhan, karena dititipkan orang tuanya akibat dari kesulitan ekonomi, maka setelah dewasa mereka akan dikembalikan kepada orang tua dengan penyerahan seperti pada saat masuk panti asuhan. Lain halnya bagi anak yang benar-benar tidak mempunyai orang tua, mereka akan disalurkan pada lapangan kerja yang tersedia berdasarkan relasi panti asuhan dari pihak lain sampai akhirnya mereka mempunyai penghasilan sendiri untuk menghidupi dirinya dan bisa keluar dari panti asuhan.

Disamping itu bagi anak yang dianggap memiliki kemampuan kecerdasan yang lebih dan jika ada pihak yang bersedia membiayai pendidikannya maka anak tersebut dapat tetap tinggal di panti asuhan dan meneruskan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi, tetapi hasil penelitian menujukan bahwa Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan selama ini belum pernah menerima anak asuh yang berstatus terlantar dan benar-benar tidak diketahui orang tua maupun kerabatnya.

Terkait berakhirnya penitipan anak selain yang dijelaskan tersebut di atas Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan mempunyai kebijakan sendiri antara lain:

1. Bila anak asuh tersebut merusak nama baik panti asuhan.

2. Anak asuh tersebut tingkah lakunya selalu melawan apa yang dilaksanakan pihak panti asuhan demi kebaikan diri anak asuh.

3. Anak asuh yang tingkah lakunya tidak bisa dirubah menuju kearah positif.

(43)

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

DI PANTI ASUHAN YAYASAN DARUL AITAM ACEH SEPAKAT MEDAN

A. Hak dan Kewajiban Pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi serta dijalankan dengan sebaik mungkin dan tidak boleh dilanggar maupun tidak boleh tidak dilaksanakan.

Hak dan kewajiban para pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam ini bersifat social, dimana para pengurus panti melakukan tugasnya dengan suka rela tanpa adanya imbalan gaji atas pekerjaan yang telah dilakukan para pengurus panti. Para pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan mendidik, mengasuh dan mengajarkan pembelajaran yang bermanfaat untuk masa depan anak dengan keikhlasan hati dan dengan dorongan kemauan sendiri tanpa adanya paksaan.

Hak Pengurus Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan terdiri dari :

a) Memberikan peringatan pada anak asuhnya yang tidak menaati peraturan.

b) Memberikan hukuman pada anak asuh yang melanggar tata tertib panti asuhan atau yang berkelakuan buruk.

(44)

c) Menetapkan peraturan pada anak asuhnya.

Kewajiban Pengurus Panti Asuhan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan terdiri dari :

a) Memberikan pendidikan formal dan non formal dalam hal ini sekolah dan madrasah diniyyah untuk membekali kehidupan anak asuhnya kelak.

b) Memberikan bekal ketrampilan untuk menunjang kehidupan anak asuh di masa mendatang.

c) Memenuhi kebutuhan anak asuh dalam hal sandang, pangan dan tempat tinggal.

d) Memberikan rasa aman dan kasih sayang.

e) Berperan sebagai pengganti orang tua sehingga panti asuhan seolah- olah dapat menjadi orang tua kandung yang mempersiapkan anak-anak asuhnya menjadi anak yang mampu mandiri dan bertanggung jawab baik dari segi ekonomi, sosial maupun mental.

f) Memberikan landasan hidup beragama yang menjadikan dasar dalam kehidupan anak-anak asuhnya agar menjadi anak yang bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa.

Adapun upaya yang dilaksanakan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan sebagai wali daripada anak asuhnya adalah sebagai berikut :

(45)

1) Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan berperan sebagai pengganti orang tua untuk sementara bagi anak-anak yang ditempatkan di panti asuhan, dan bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak mereka.

2) Dalam hal serah terima antara orang tua atau wali dari anak asuh kepada panti asuhan tidak ada penguatan maupun penunjukan dari pengadilan.

3) Pihak panti asuhan melaksanakan perwalian terhadap diri anak asuh saja dan tidak mempermasalahkan tentang harta kekayaan daripada anak asuh, di karenakan tidak adanya anak asuh diYayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan berstatus yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya dan juga perwalian yang dilakukan hanya bersifat sementara.

4) Menyediakan fasilitas yang mendukung perkembangan anak asuh dalam perawatan dan pendidikan yang lebih memadai dari segi SDM nya.

5) Memantau perkembangan dan tingkah laku anak asuh baik di luar maupun di dalam asrama.

6) Memberikan pendidikan agama untuk bekal hidupnya dan bertemu Tuhannya.

7) Memperhatikan kemampuan pengasuh dan pengurusnya dalam melaksanakan tugas sebagai wali dari anak asuh.

8) Memberi pendidikan formal untuk masa depan anak asuh.

9) Melakukan reunifikasi untuk kasus anak yang mengalami keterpisahan dari keluarganya.

10) Pihak panti mempunyai relasi dengan pihak di luar lembaga (guru, teman dari sekolah, dan lingkungan sekitar).

(46)

B. Hak dan Kewajiban Orang Tua atau Wali Anak yang di Titipakan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Orang tua atau wali anak yang menitipkan anaknya di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan juga memiliki hak dan kewajibannya sebagaimana para pengurus panti yang memiliki hak dan kewajibannya juga. Para orang tua atau wali anak juga harus memenuhi serta menjalankan hak dan kewajiban yang telah di perjanjikan dan disetujui.

Hak orang tua atau wali anak yang menitipkan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan terdiri dari :

a) Menjenguk anak di panti asuhan

b) Dapat menghubungi anak melalui telepon panti dengan waktu yang ditentukan

c) Mendapat jaminan bahwa anak akan dirawat dan dipelihara dengan baik dan penuhkasih sayang

d) Boleh memberikan bantuan baik tenaga maupun materi kepada panti asuhan untuk perawatan anak-anak asuh

e) Menjadi wali atas anak jika terjadi perkawinan terhadap anak pada saat masih tinggal di panti asuhan.

Kewajiban orang tua atau wali anak yang menitipkan anak di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan terdiri dari :

a) Memenuhi persyaratan pendaftaran dan penyerahan anak kepada Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

(47)

b) Memenuhi panggilan dari pihak panti asuhan jika sewaktu-waktu ada suatu hal yang terjadi mengenai anak

c) Siap menerima anak kembali ketika penitipan anak oleh panti asuhan telah berakhir, ataupun penitipan anak diberhentikan oleh pihak panti asuhan.

Dengan adanya hak dan kewajibanorang tua ataupun wali yang menyerahkan anak tersebut, diharapkan para pihak dapat melaksanakan dan menjalankan segala sesuatu yang telah menjadi hak dan kewajibannya agar perwalian yang dilakukan oleh panti asuhan dapat berjalan dengan lancar, teratur sesuai dengan aturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.

C. Hak dan Kewajiban Anak yang di Titipkan di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan

Anak yang di titipkan atau di asuh di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat juga memiliki hak dan kewajiban untuk dapat menertibkan dan mengajarkan kedisiplinan, kebaikan serta membiasakan anak – anak asuh tersebut mengikuti segala peraturan yang ada serta beraku di Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan.

Hak Anak Asuh Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan antara lain :

a) Kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dalam suatu musyawarah dalam panti asuhan.

(48)

b) Mendapatkan perlakuan yang sama antara anak yang satu dengan yang lain dalam panti asuhan.

c) Mendapatkan pendidikan khususnya pendidikan formal atau sekolah.

d) Mendapatkan kasih sayang dari pengurus maupun pengasuh panti asuhan.

e) Mendapatkan kehidupan dan pengurusan yang baik dari panti asuhan.

Kewajiban Anak asuh Panti Asuhan Yayasan Darul Aitam Aceh Sepakat Medan terdiri dari :

a) Menghormati para pengasuh.

b) Hidup rukun dengan para penghuni panti asuhan yang lain dengan saling menghargai dan menyayangi.

c) Menaati segala peraturan yang ada yang berlaku pada panti asuhan.

d) Melakukan tugas yang menjadi kewajibannya dalam panti asuhan.

e) Mengikuti segala kegiatan dalam panti asuhan dan masyarakat sekitar.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Panti Asuhan yang bersedia menampung anak-anak terlantar tersebut, dimana fasilitas yang diberikan

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada Panti Asuhan Yayasan Sayap Ibu Cabang Yogyakarta, khususnya di Panti Balita terlantar, mengenai pola pembinaan anak dalam

Ditinjau dari Hukum Islam apabila terjadi perjanjian penyerahan anak antara orangtua kandung yang beragama Islam dengan Panti Asuhan Anak Yatim Muhammadiyah Cabang

Kegiatan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tambatan Hati Subang meliputi pembinaan fisik, pelayanan mental, bimbingan sosial dan pembinaan keterampilan, semua bertujuan

Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan perjanjian penyerahan anak asuh yang dilakukan kepada Panti Asuhan Anak Yatim Muhammadiyah Cabang Gandapura Bireuen dilakukan melalui

a) Penguasaan keterampilan Micorsoft Office Bagi siswa Panti Asuhan Yayasan Adonai Cinta Anak Nusantara (YACAN) Namorambe diharapkan dapat membantu

Dalam tahap ini, kami bersepakat dalam menentukan strategi program yang akan kami berikan kepada anak-anak di Panti Asuhan Anak Gembira untuk meningkatkan pengetahuan, minat belajar

Di Sumatera Barat dilihat secara umum lembaga panti asuhan memiliki masalah terhadap pembinaan anak-anak asuh seperti anak asuh yang selalu melanggar peraturan, tidak menjaga kebersihan