ABSTRAK
Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat Berhitung Siswa Tunagrahita Dengan Materi Pengukuran Panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.
Subjek penelitian ini adalah 3 siswa di SLB Marganingsih Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015, dan dilaksanakan selama tiga pertemuan. Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data terdiri dari: (1) Lembar pengamatan selama proses belajar mengajar di dalam kelas, (2) Lembar wawancara dengan guru setelah pelajaran berakhir, (3) Alat dokumentsi menggunakan handycam. Kemudian data ditranskipkan dan dianalisis menggunakan metode deskriftif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan hasil pengamatan secara keseluruhan dengan cara kualitatif.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan (1) Terdapat peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Siswa mau terlibat dalam pelajaran dengan mau mengerjakan soal yang diberikan. (3) Siswa mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peneliti selama pelajaran berlangsung walaupun malu-malu dengan cara lisan maupun verbal. (4) Minat berhitung siswa meningkat dengan menggunkakan alat peraga manik-manik. (5) Siswa tidak meninggalkan kelas saat pelajaran belangsung.
ABSTRACT
Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). The Effectiveness of Using the Device Aid to Increase a Calculate Interest For Mental Retarded Student’s With Subject Measuring The Length in SLB Marganingsih Yogyakarta. Mathematic Education Study Program. Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University.
The purpose of this research is to know: (1) How far the complicity of SLB C student in learning a mathematic subject which is comparing the length of an object and use a non standard measure device. (2) The changing of SLB C student’s interest in learn mathematic with comparing the length of an object and use a non standard measure device.
The subject of this research is 3 students from SLB Marganingsih Yogyakarta. The research was done in three meetings during February – March 2015. The instrument which this research used as a medium to collect the data consist of: (1) An observation sheet during lecturing process inside the classroom, (2) An interview sheet with the teacher after the lecturing process ends, (3) A documentation device using handy cam. Then, the data was transcript and analyzed using a descriptive qualitative method which is summarizing the result of whole observation in a qualitative way.
The research indicates that (1) There is an increasing in student’s learning interest using a visual aid in learning mathematic with a material comparing the length of an object and using a non standard measure device. (2) The students want to directly involve in this learning process with doing the exercise that has been given. (3) The students want to respond to the questions from the researcher during learning process is ongoing although they seem to feel shy with oral and verbal ways. (4) A calculate interest in student is increasing using the beads device. (5) None of the student left the classroom during the learning process is ongoing.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BERHITUNG SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MATERI PENGUKURAN PANJANG
DI SLB MARGANINGSIH YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Anastasia Christinika Susilo Putri NIM: 081414057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BERHITUNG SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MATERI PENGUKURAN PANJANG
DI SLB MARGANINGSIH YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Anastasia Christinika Susilo Putri NIM: 081414057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Persembahan
“Semua akan indah pada waktunya” Kupersembahkan karya ini kepada :
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, melindungi
serta mendengaran segala doa dan permohonan aku.
Orangtuaku Yulianti dan Fx. Brata Puji Susila yang dengan sabar
merawat, membesarkan, dan mendidik dengan kasih sayang.
Adikku Katriyani Maria Susilo dan Theresa Triyessy Susilo
yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.
Mbah Putri dan Mbah Kakung (alm) yang menjaga aku
dari kecil dengan sabar.
Keluarga besar yang di Wonosari dan Malinau.
Teman-teman dan sahabatku
Teman-teman P.Mat 08.
vii ABSTRAK
Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat Berhitung Siswa Tunagrahita Dengan Materi Pengukuran Panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.
Subjek penelitian ini adalah 3 siswa di SLB Marganingsih Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015, dan dilaksanakan selama tiga pertemuan. Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data terdiri dari: (1) Lembar pengamatan selama proses belajar mengajar di dalam kelas, (2) Lembar wawancara dengan guru setelah pelajaran berakhir, (3) Alat dokumentsi menggunakan handycam. Kemudian data ditranskipkan dan dianalisis menggunakan metode deskriftif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan hasil pengamatan secara keseluruhan dengan cara kualitatif.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan (1) Terdapat peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Siswa mau terlibat dalam pelajaran dengan mau mengerjakan soal yang diberikan. (3) Siswa mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peneliti selama pelajaran berlangsung walaupun malu-malu dengan cara lisan maupun verbal. (4) Minat berhitung siswa meningkat dengan menggunkakan alat peraga manik-manik. (5) Siswa tidak meninggalkan kelas saat pelajaran belangsung.
viii ABSTRACT
Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). The Effectiveness of Using the Device Aid to Increase a Calculate Interest For Mental Retarded Student’s With Subject Measuring The Length in SLB Marganingsih Yogyakarta. Mathematic Education Study Program. Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University.
The purpose of this research is to know: (1) How far the complicity of SLB C student in learning a mathematic subject which is comparing the length of an object and use a non standard measure device. (2) The changing of SLB C student’sinterest in learn mathematic with comparing the length of an object and use a non standard measure device.
The subject of this research is 3 students from SLB Marganingsih Yogyakarta. The research was done in three meetings during February – March 2015. The instrument which this research used as a medium to collect the data consist of: (1) An observation sheet during lecturing process inside the classroom, (2) An interview sheet with the teacher after the lecturing process ends, (3) A documentation device using handy cam. Then, the data was transcript and analyzed using a descriptive qualitative method which is summarizing the result of whole observation in a qualitative way.
The research indicates that (1) There is an increasing in student’s learning interest using a visual aid in learning mathematic with a material comparing the length of an object and using a non standard measure device. (2) The students want to directly involve in this learning process with doing the exercise that has been given. (3) The students want to respond to the questions from the researcher during learning process is ongoing although they seem to feel shy with oral and verbal ways. (4) A calculate interest in student is increasing using the beads device. (5) None of the student left the classroom during the learning process is ongoing.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan kasih karunia dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak yang mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Andreas Seger Haryanto, S.Pd., selaku kepala sekolah yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk melakukan penelitian.
3. Ibu MY. Dwi Kartnaningsih, S.Pd., selaku guru kelas 2 di SLB Marganingsih.
4. Yosa, Arif, dan Pandu, siswa di SLB Marganingsih.
5. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
6. Kepada kedua orangtua penulis, Yulianti dan Fx. Brata Puji Susila, yang telah dengan sabar membimbing penulis.
7. Kedua adik penulis, Katriyani Maria Susilo dan Theresa Triyessy Susilo, yang selalu menjadi penyemangat.
x
9. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung penulis: Lusia Rina, Bernadeta Yunita, Irene Nia, Valentina Vika, Cicilia Kurniawati, dan Mbak Mareti.
10. Teman-teman kos Melati : Nana, Nika, Arin, Resti, mbak Elis, dan Putri. 11. Sahabat terbaik mbak Evi yang selalu mendengarkan cerita penulis baik
dalam suka maupun duka.
12. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan matematika.
Penulis,
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifiksi Masalah ... 3
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Batasan Masalah... 4
F. Batasan Istilah ... 4
G. Manfaat Penelitian... 5
H. Sistematika Penulisan... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Hakikat Anak Tunagrahita ... 8
1. Pengertian dan Hakikat anak Tunagrahita ... 8
2. Karakteristik Anak Tunagrahita... 9
B. Masalah yang Dihadapi Anak Tunagrahita... 15
C. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak Tunagrahita ... 17
xiii
E. Minat Belajar Siswa ... 19
F. Pengukuran Panjang... 20
G. Alat Peraga ... 22
H. Kerangka Pikir ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian... 24
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 24
C. Jenis Data ... 24
D. Metode Pengumpulan Data ... 25
E. Teknik Analisis Data... 26
F. Instrumen Penelitian... 27
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 28
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32
A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian ... 32
xiv
2. Observasi Sebelum Pembelajaran ... 33
3. Observasi Pada Waktu Pelajaran ... 36
a. Pertemuan Pertama... 36
b. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 47
c. Pertemuan Kedua ... 48
d. Pembahasan Pertemuan Kedua ... 60
e. Perteman Ketiga ... 62
f. Pembahasan Pertemuan Ketiga ... 69
4. Pembahasan Pertemuan Pembelajaran Secara Keseluruhan ... 69
B. Pengambilan Data Wawancara ... 71
C. Penyajian Data Wawancara... 72
D. Analisis Wawancara... 74
E. Pengambilan Data Instrumen Saat Pelajaran di Kelas ... 74
F. Penyajian Data Berdasarkan Instrumen Penelitian ... 75
1. Hasil Observasi Pada Pertemuan Pertama ... 75
2. Pembahasan Hasil Observasi Pertemuan Pertama ... 77
xv
4. Pembahasan Hasil Observasi Pertemuan Kedua... 80
G. Hambatan-Hambatan yang Terjadi ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84
xvi
DAFTAR TABEL
4.1 Hasil Final Observasi S1 Pada Pertemuan Pertama ... 75
4.2 Hasil Final Observasi S2 Pada Pertemuan Pertama... 76
4.3 Hasil Final Observasi S3 Pada Pertemuan Pertama... 77
4.4 Hasil Final Observasi S1 Pada Pertemuan Kedua... 78
4.5 Hasil Final Observasi S2 Pada Pertemuan Kedua... 79
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 86
Lampiran A.2 : Materi pembelajaran pertemuan 1 ... 95
Lampiran A.3 : Materi pembelajaran pertemuan 2 ... 95
Lampiran B.1 : Soal-soal latihan pada pertemuan 1 ... 99
Lampiran B.2 : Soal-soal latihan pada pertemuan 2 ... 100
Lampiran B.3 : Soal-soal evaluasi pada pertemuan 3 ... 103
Lampiran B.4 : PR (Pekerjaan Rumah)... 107
Lampiran C.1 : Lembar jawab S1 pada pertemuan 1... 109
Lampiran C.2 : Lembar jawab S2 pada pertemuan 1... 110
Lampiran C.3 : Lembar jawab S3 pada pertemuan 1... 111
Lampiran D.1 : Lembar jawab PR S1 ... 112
Lampiran D.2 : Lembar jawab PR S2. ... 114
Lampiran D.3 : Lembar jawab PR S3. ... 116
Lampiran D.4 : Lembar jawab latihan 1 S1 pada petemuan 2 ... 118
Lampiran D.5 : Lembar jawab latihan 1 S2 pada petemuan 2 ... 119
Lampiran D.6 : Lembar jawab latihan 1 S3 pada petemuan 2 ... 120
Lampiran D.7 : Lembar jawab latihan 2 S1 pada petemuan 2 ... 121
xviii
Lampiran D.9 : Lembar jawab latihan 2 S3 pada petemuan 2 ... 125
Lampiran E.1 : Lembar jawab evaluasi latihan 1 S1 pada pertemuan 3 ... 127
Lampiran E.2 : Lembar jawab evaluasi latihan 1 S2 pada pertemuan 3 ... 129
Lampiran E.3 : Lembar jawab evaluasi latihan 2 S1 pada pertemuan 3 ... 131
Lampiran E.4 : Lembar jawab evaluasi latihan 2 S2 pada pertemuan 3 ... 133
Lampiran F.1 : Instrumen observasi S1 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan1 ... 135
Lampiran F.2 : Instrumen observasi S1 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 136
Lampiran F.3 : Instrumen observasi S1 oleh Evi pada pertemuan1 ... 137
Lampiran F.4 : Instrumen observasi S2 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan1 ... 138
Lampiran F.5 : Instrumen observasi S2 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 139
Lampiran F.6 : Instrumen observasi S2 oleh Evi pada pertemuan1 ... 140
Lampiran F.7 : Instrumen observasi S3 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan1 ... 141
Lampiran F.8 : Instrumen observasi S3 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 142
Lampiran F.9 : Instrumen observasi S3 oleh Evi pada pertemuan1 ... 143
Lampiran G.1 : Instrumen observasi S1 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan2 ... 144
xix
Lampiran G.3 : Instrumen observasi S1 oleh Evi pada pertemuan 2... 146
Lampiran G.4 : Instrumen observasi S2 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan2 ... 147
Lampiran G.5 : Instrumen observasi S2 oleh Pebri pada pertemuan2 ... 148
Lampiran G.6 : Instrumen observasi S2 oleh Evi pada pertemuan2... 149
Lampiran G.7 : Instrumen observasi S3 oleh Katriyani M.S
pada pertemuan 2 ... 150
Lampiran G.8 : Instrumen observasi S3 oleh Pebri pada pertemuan 2 ... 151
Lampiran G.9 : Instrumen observasi S3 oleh Evi pada pertemuan 2... 152
Lampiran H : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada
pertemuan 1... 153
Lampiran I : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada
pertemuan 2... 155
Lampiran J : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan pada
pembelajaran di sekolah baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan
Tinggi, baik itu merupakan sekolah umum ataupun sekolah luar biasa,
bahkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan terus berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat. Matematika itu sulit bagi sebagian besar siswa di
sekolah formal, apalagi siswa berkebutuhan kusus seperti siswa tunagrahita.
Nunung Apriyanto (2012:21) mengatakan anak tunagrahita adalah anak
yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada
umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan
lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam segala
bidang, dan itu sifatnya permanen. Rentang memori mereka pendek
terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak
dan pelik, sehingga membuat siswa tunagrahita kesulitan memahami konsep
yang sifatnya masih abstrak dan memerlukan penjelasan seperti konsep
matematika.
Dari pengertian di atas maka anak tunagrahita membutuhkan
penanganan yang khusus dalam pelajaran matematika. Untuk itu siswa
tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, kondisi, juga
kebutuhan peserta didik, karena pemilihan media pembelajaran secara tepat
dapat memberikan dampak positif terhadap tingkat prestasi belajar siswa.
Anak-anak tunagrahita di kelas II SLB Marganingsih selama ini
kurang menunjukkan minat terhadap pelajaran berhitung. Pembelajaran
berhitung yang dilakukan di SLB Marganingsih selama ini jarang
menggunakan media alat peraga. Oleh karena itu peneliti menggunakan
media alat peraga yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
merasafamiliardengan alat peraga yang digunakan dan siswa menjadi cepat
memahami pelajaran yang diajarkan. Peneliti menggunakan alat peraga
untuk mengajarkan anak tunagrahita bagaimana cara membandingkan
panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak
baku. Kegiatan yang dilakukan peneliti juga sangat menyenangkan sehingga
siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan.
Peneliti sangat berminat pada respon yang diberikan oleh siswa
tunagrahita ketika diajarkan tentang penggunaan alat peraga dalam
menyelesaikan perbandingan panjang dan pendek suatu benda serta
menggunakan alat ukur panjang tak baku. Peneliti akan bekerja sama
dengan guru agar dapat meningkatkan minat siswa SLB C Tunagrahita
dalam pembelajaran matematika dan diharapkan siswa dapat menyukai
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Matematika sulit bagi sebagian besar siswa di sekolah formal, apalagi
siswa tunagrahita.
2. Anak tunagrahita membutuhkan penanganan yang khusus dalam
pelajaran matematika.
3. Rentang memori anak tunagrahita pendek, terutama yang berhubungan
dengan akademik.
4. Siswa tunagrahita kurang dapat berfikir secara abstrak dan pelik,
sehingga memerlukan penjelasan seperti konsep matematika.
5. Minat berhitung siswa tunagrahita di kelas II SLB Marganingsih
kurang.
6. Media alat peraga jarang digunakan guru di SLB Marganingsih.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti:
1. Bagaimana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika
dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta
menggunakan alat ukur panjang tak baku?
2. Apakah penggunaan alat peraga dalam pelajaran matematika dengan
menggunakan alat ukur panjang tak baku meningkatkan minat siswa
SLB C dalam pelajaran matematika?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran
matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu
benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.
2. Mengetahui perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran
matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu
benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.
E. Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah masalah yang berhubungan
dengan efektivitas siswa menggunakan alat peraga dengan materi
membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat
ukur panjang tak baku sehingga minat pada siswa SLB Marganingsih
terhadap matematika meningkat.
F. Batasan Istilah
1. Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti keberhasilan,
yang berarti keberhasilan dalam penggunaan alat peraga untuk
2. Minat berhitung adalah ketertarikan siswa pada pelajaran berhitung,
sehingga siswa menjadi senang dan tertarik pada pelajaran berhitung
dengan menggunakan alat peraga.
3. Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai
hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya.
Mereka mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya
permanen, rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan
dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik (Nunung
Apriyanto, 2012:21).
4. Alat peraga matematika merupakan suatu perangkat pendukung
pembelajaran matematika agar mengurangi keabstrakan dengan
menggunakan model-model benda kongkret.
G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa
Dengan mengetahui minat siswa SLB C pada pembelajaran
matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu
benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku, mahasiswa dapat
memperluas pengetahuan, dan menggunakannya dalam pembelajaran
2. Bagi Guru dan Sekolah Luar Biasa
Penelitian ini dapat digunakan untuk guru maupun pihak
sekolah luar biasa untuk meningkatkan minat siswa tunagrahita
terhadap matematika sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik
dengan menggunakan alat peraga panjang.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
informasi dan masukan mengenai pendidikan matematika untuk siswa
SLB terutama anak tunagrahita.
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
batasan masalah, batasan istilah, dan manfaat penelitian.
Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi deskripsi teori-teori yang
melandasi penyusunan skripsi ini, dan juga menjelaskan kerangka pikir.
Bab III Metode Penelitan. Dalam bab ini akan dijelaskan jenis
penelitian yang digunakan, subjek dan objek penelitian, jenis data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, dan prosedur
pelaksanaan penelitian.
Bab IV Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini
akan diuraikan tentang persiapan penelitian, observasi pada waktu
saat pelajaran. Bab ini akan membahas proses pembelajaran, hasil
wawancara, dan instrumen observasi yang akan melihat efektivitas
penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung siswa
tunagrahita.
Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini akan berisi kesimpulan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Anak Tunagrahita
1. Pengertian dan Klasifikasi Anak Tunagrahita
Dalam Nunung Apriyanto (2012:21) anak tunagrahita adalah
anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata
anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam
segala bidang, dan itu sifatnya permanen, rentang memori mereka
pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat
berpikir abstrak dan pelik. Dalam Tin Suharmini (2007:56) pengertian
tentang anak tunagrahita yang dikemukakan para ahli pada prinsipnya
sama, yaitu anak tunagrahita adalah anak yang mengalami
keterbelakangan mental. Santrock (ahli bahasa Achmad Chusairi dan
Juda Damanik, 2002) mengatakan Mental retardation atau tunagrahita
adalah keadaan kemampuan yang terbatas, IQ nya rendah, di bawah 70
dan mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari.
Klasifikasi anak tunagrahita yang digunakan di Indonesia saat
ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 dalam Wardani dkk (2008:6.8)
adalah tunagrahita ringan IQ-nya 50-70, tunagrahita sedang IQ-nya
Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran dalam
Nunung Apriyanto (2012:31) adalah sebagai berikut:
a. Educable (mampu-didik) merupakan, anak pada kelompok ini
masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan
anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.
b. Trainable (mampu-latih) merupakan, anak yang mempunyai
kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri,
penyesuaian sosial sangat terbatas, dan kemampuannya untuk
mendapat pendidikan secara akademik kurang.
c. Custodia(mampu-rawat) merupakan, anak yang diberikan latihan
terus menerus dan kusus. Dapat melatih anak tentang dasar-dasar
cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat
komunikatif.
2. Karakterisik Anak Tunagrahita
Ada dua karakteristik yang menonjol dari anak tunagrahita yaitu :
a. Karakteristik Umum
Depdiknas (2003) dalam Nunung Apriyanto (2012)
mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu
penampilan fisik tak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri
sesuai usianya, perkembangan bicara/bahasanya terlambat, kurang
perhatian pada lingkungan, koordinasi geraknya kurang dan
Ketunagrahitaan merupakan suatu kondisi yang dalam
perkembangan kecerdasannya memiliki banyak hambatan, ada
beberapa karakteristik umum yang dapat kita pelajari, adaptasi
dari Astati (2001:5) dalam Nunung Apriyanto (2012) sebagai
berikut:
1) Kecerdasan
Kapasitas belajar anak terbelakang sangat terbatas.
Terlebih lagi kapasitas mengenai hal-hal abstrak. Mereka
lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning)
daripada dengan pengertian. Dari hari ke hari dibuatnya
kesalahan-kesalahan yang sama. Perkembangan mentalnya
mencapai puncak yang masih muda.
2) Sosial
Dalam pergaulan, mereka tidak dapat mengurus,
memelihara, dan memimpin dirinya sendiri. Waktu masih
muda selalu dibantu, setelah dewasa kepentingan
ekonominya bergantung dengan orang lain, dan mereka
mudah terpelosok ke dalam tingkah laku yang tidak baik.
3) Fungsi-fungsi mental lain
Mereka mengalami kesukaran memusatkan
perhatian. Minatnya sedikit dan cepat beralih perhatian,
pelupa, sukar membuat asosiasi-asosiasi, sukar membuat
4) Dorongan dan emosi
Anak yang terbelakang hampir-hampir tidak
memperhatikan dorongan untuk mempertahankan dirinya.
Kehidupan dan penghayatannya terbatas.
5) Kepribadian
Anak tunagrahita jarang mempunyai kepribadian
yang dinamis, menawan, berwibawa, dan berpandangan
luas. Kepribadian mereka umumnya mudah goyah.
6) Organisme
Baik struktur tubuh maupun fungsi organismenya,
anak tunagrahita pada umumnya kurang dari anak normal.
Sikap dan geraknya kurang sigap. Mereka juga kurang
mampu melihat persamaan dan perbedaan.
b. Karakteristik Khusus
Wardani, dkk (2008:6.21) mengemukakan karakteristik
anak tunagrahita menurut ketunagrahitaannya sebagai berikut:
1) Karateristik Tunagrahita Ringan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang
seusianya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis,
dan berhitung sederhana. Kecerdasannya berkembang
dengan kecepatan antara setengah dan tiga perempat
kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda.
hanya memerlukan semi-skilled. Pada usia dewasa
kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12
tahun.
2) Karateristik Tunagrahita Sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa
mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Namun mereka
masih memiliki potensi untuk mengurus dirinya sendiri dan
dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih
berkawan, mengikuti kegiatan, dan menghargai hak milik
orang lain. Sampai batas tertentu mereka selalu
membutuhkan pengawasan/pemeliharaan dan bantuan orang
lain. Setelah dewasa kecerdasan mereka tidak lebih dari
anak normal 6 tahun.
3) Karateristik Tunagrahita Berat dan Sangat Berat
Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang
hidupnya akan selalu bergantung pada pertolongan dan
bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri
sendiri dan tidak dapat membedakan bahaya dan bukan
bahaya. Mereka juga tidak dapat bicara, kalaupun bicara
hanya mampu mengucapkan kata-kata atau memberi tanda
sederhana saja. Kecerdasannya walaupun mencapai usia
dewasa berkisar seperti anak normal usia paling tinggi 4
c. Karateristik atau Ciri-Ciri pada Masa Perkembangan
Dalam Wadani dkk (2008:6.22) beberapa ciri yang
dapat dijadikan indikator adanya kecurigaan berbeda dengan anak
pada umumnya menurut Triman Prasadio (1982) adalah sebagai
berikut:
1) Masa Bayi
Walaupun masa ini sulit untuk segera membedakan
tetapi para ahli mengemukakan bahwa ciri-ciri bayi
tunagarahita adalah: tampak mengantuk saja, apatis, tidak
pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis terus
menerus, terlambat duduk, bicara, dan berjalan.
2) Masa Kanak-kanak
Pada masa ini anak tunagrahita sedang lebih
mudah dkenali dari pada anak tunagrahita ringan. Karena
anak tunagrahita sedang mulai memperlihatkan ciri-ciri
klinis seperti mongoloid, kepala besar, kepala kecil, dan
lain-lain. Sedangkan anak yang tunagrahita ringan
memperlihatkan ciri-ciri: sukar memulai dan melanjutkan
sesuatu, mengerjakan selalu berulang-ulang tetapi tidak ada
variasi, penglihatan tampak kosong, melamun, ekspresi
muka tanpa ada pengertian. Selanjutnya tunagrahita ringan
(yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri: mereaksi cepat tetapi
pintar, pemusatan perhatian sedikit, hiperaktif, bermain
dengan tangannya sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan
terlebih dahulu.
3) Masa Sekolah
Ciri-ciri yang dimunculkan saat masuk masa
sekolah adalah:
• Adanya kesulitan belajar hampir pada semua mata
pelajaran (membaca, menulis, dan berhitung). • Prestasi yang kurang.
• Kebiasaan kerja tidak baik.
• Perhatian yang mudah beralih.
• Kemampuan motorik yang kurang.
• Perkembangan bahasa yang jelek.
• Kesulitan menyesuaikan diri.
4) Masa Puber
Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama
halnya dengan remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang
normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadiannya
di bawah usianya. Akibatnya sulit bergaul dan
mengendalikan diri.
Dapat kita simpulkan bahwa anak yang lamban
dalam mempelajari hal-hal baru, kemampuan bicaranya
dirinya sendiri, cacat fisik dan perkembangan gerak, dan
tingkah laku yang kurang wajar merupakan beberapa
karakteristik anak tunagrahita.
B. Masalah yang Dihadapi Anak Tunagrahita
Perkembangan fungsi intelektual anak tunagrahita yang rendah dan
disertai dengan perkembangan perilaku adaptif yang rendah pula akan
berakibat langsung pada kehidupan mereka sehari-hari, sehingga ia banyak
mengalami kesulitan dalam hidupnya. Masalah-masalah yang dihadapi
tersebut secara umum dikemukakan oleh Rochyadi (2005) dalam Nunung
Apriyanto (2012:49).
1. Masalah Belajar
Aktivitas belajar berkaitan langsung dengan kemampuan
kecerdasan. Di dalam kegiatan sekurang-kurangnya dibutuhkan
kemampuan mengingat dan kemampuan untuk memahami serta
kemampuan untuk mencari hubungan sebab akibat. Keadaan seperti itu
sulit dilakukan oleh anak tunagrahita karena mengalami kesulitan untuk
berpikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang
bersifat kongkret. Melihat masalah belajar yang dialami anak
tunagrahita tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di
dalam pembelajaran mereka, yaitu: a) bahan yang diajarkan perlu
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil dan ditata secara berurutan,
secara berulang-ulang, c) kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam
situasi yang kongkret, d) berikan dorongan untuk apapun yang sedang
mereka pelajari, e) ciptakan suasana belajar yang menyenangkan
dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal, f) gunakan
alat peraga dengan mengkongkretkan konsep.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memahami dan
mengartikan norma lingkungan. Oleh karena itu mereka sering
melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma lingkungan tempat
tinggal. Keganjilan tingkah laku yang tidak sesuai dengan normatif
lingkungan berkaitan dengan kesulitan memahami dan mengartikan
norma, sedangkan keganjilan tingkah laku lainnya berkaitan dengan
ketidaksesuaian antara perilaku yang ditampilkan dengan
perkembangan umur.
3. Gangguan Bicara dan Bahasa
Anak tunagrahita mengalami gangguan bicara dibandingkan
dengan anak normal sehingga mengalami kesulitan dalam
mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar. Hal yang lebih serius
dari gangguan bicara adalah gangguan dalam bahasa dimana seorang
anak mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan
kosakata serta kesulitan dalam memahami aturan sintaksis dari bahasa
4. Masalah Kepribadian
Anak tunagrahita memiliki ciri kepribadian yang khas, berbeda
dari anak-anak pada umumnya. Perbedaan ciri kepribadian ini berkaitan
erat dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Kepribadian
seseorang dibentuk oleh factor organik seperti predisposisi genetik,
disfungsi otak dan faktor-faktor lingkungan seperti pengalaman pada
masa kecil dan oleh lingkungan masyarakat secara umum.
C. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak Tunagrahita
Hambatan yang esensial dari anak tunagrahita adalah
keterbatasannya dalam kecerdasan, yang selanjutnya hambatan ini dapat
menimbulkan berbagai permasalahan dalam Nunung Apriyanto (2012:91).
1. Masalah kesulitan belajar
Masalah kesulitan belajar merupakan masalah yang nyata pada
anak tunagrahita., ini disebabkan keterbatasan mereka dalam berpikir.
Kesulitan belajar pada anak tunagrahita nampak nyata ketika
berhadapan dengan bidang pengajaran akademik di sekolah, seperti
berhitung, membaca, atau pelajaran lain yang memerlukan pemikiran.
Tetapi bukan berarti mereka tidak dapat belajar, mereka dapat belajar
tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
untuk mengatasi kesulitan belajar ini guru harus kreatif menciptakan
kondisi supaya anak mau untuk belajar, selain itu materi
2. Masalah penyesuaian diri
Penyesuaian diri ada kaitannya dengan perilaku adaptif.
Perilaku adaptif digambarkan sebagai kefektifan individu dalam
memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial yang
diharapkan dari umurnya dan kultur setempat, dengan kata lain bahwa
perilaku adaptif seorang anak berkaitan dengan kemampuannya kultur
atau norma lingkungan setempat disadari atau tidak masalah perilaku
adaptif atau masalah penyesuaian diri ada kaitannya dengan sikap dan
pola asuh orang tua serta perlakuan dari orang-orang di lingkungannya.
Oleh karena itu perlakuan orang tua akan memberi warna pada pola
perilaku anak tunagrahita. Ketika orang tua mau menerima anak apa
adanya maka orang tua akan berusaha untuk memahami kekurangan
anak dan memperlakukan mereka seperti anak-anak lainnya yang tidak
tunagahita.
3. Masalah gangguan kepribadian dan emosi
Anak-anak tunagrahita memiliki dasar psikologis, sosial, dan
emosi yang sama dengan anak-anak yang bukan tunagrahita. Tetapi
mereka mengalami keunikan dalam berhubungan dengan lingkungan
sekitar, yang mana mereka kurang mampu untuk mengatasinya, mereka
sering mengembangkan pola-pola perilaku yang kurang produktif
D. Kegiatan Belajar Efektif
John L. Marks (1988:11) mengartikan belajar adalah apa yang
dilakukan murid, bukan apa yang dilakukan guru untuk murid. Proses ini
akan berhasil jika digunakan alat-alat pengajaran yang sesuai dan murid
diarahkan pada kegiatan yang diperlukan pada saat yang tepat. Pengajaran
yang efektif perlu mencipakan suasana yang menunjang belajar, serta
kegiatan-kegitan dalam rangka proses belajar itu sendiri. Agar perencanaan
dan pelaksanaannya berhasil, guru harus memahami proses belajar itu
sendiri serta kondisi-kondisi bagaimana agar proses itu dapat berlangsung.
Satu kesimpulan yang penting adalah kondisi belajar berhubungan dengan
hasil yang diharapkan.
Alat peraga yang akan digunakan peneliti diharapkan dapat mampu
mengefektifkan pelajaran sehingga hasil yang diharapkan tercapai dan siswa
tidak bosan dalam mempelajari matematika dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
E. Minat belajar siswa
Minat adalah suatu ketertarikan seseorang terhadap suatu objek
tertentu yang bersifat relatif menetap sehingga orang tersebut merasa senang
dan tertarik terhadap suatu objek tertentu (Sendari, 2008 : 24). Sedangkan
menurut Muhibbin Syah (2005 : 136) minat yang dipakai oleh siswa dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi
ia akan memusatkan perhatian dan memungkinkan siawa tadi belajar lebih
giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dapat
membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang
terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang sama dengan kiat
membangun sikap positif.
Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan
siswa terhadap suatu bidang studi tertentu sehingga perhatiannya terhadap
materi tersebut lebih banyak daripada siswa lainnya. Sehingga dengan
muncul minat dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita diharapkan
mampu untuk memusatkan perhatian dan lebih giat untuk mencapai prestasi
yang diinginkan.
F. Pengukuran Panjang
Bermula dari kehidupan sehari-hari yang paling sederhana
misalnya mengukur panjang meja, buku, papan tulis, dan benda lainnya.
Pengukuran yang diajarkan pada sekolah dasar akan digunakan untuk bekal
belajar pada jenjang lebih tinggi. Kemampuan untuk mengukur yang
dipelajari dan dikuasai dapat membangun berpikir kritis sehingga dapat
membantu siswa mengatasi masalah di kehidupan sehari-hari. Secara umum
pengukuran dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan untuk
mengetahui besaran suatu objek. Secara matematis pengukuran merupakan
Hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut ukuran dari objek
tersebut.
Materi pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar meliputi
pengukuran panjang, pengukuran waktu, dan pengukuran berat. Pembatasan
materi pada penelitian ini adalah pengukuran panjang karena materi ini
berkaitan dengan panjang dan geometri. Ada beberapa sub materi yang
berhubungan antara pengukuran panjang dengan bilangan yaitu: membilang
loncat, penjumlahan, pengurangan, meletakkan bilangan, lebih besar dari,
lebih kecil dari. Sedangkan kaitan pengukuran panjang dengan geometri
adalah pengukuran merupakan dasar karena dalam mempelajari geometri
dilakukan banyak pengukuran, misalnya pengukuran panjang suatu persgi,
pengukuran keliling persegi, dan sebagainya. Di sekolah luar biasa materi
pelajaran yang berkaitan dengan geometri dan pengukuran hanya sampai
pada menggunakan alat ukur panjang sehingga peneliti menggunakan materi
kelas 2 yang kompetensi dasarnya yaitu menggunakan alat ukur panjang
tidak baku serta membandingkan dua benda, agar siswa tuagrahita dapat
menggunakannya dalam kehidupan sehari hari.
Dalam Sukarman dkk (1981:37) untuk mengajarkan pengertian
pengukuran panjang, siswa harus sudah siap dengan konsep kualitas
(bilangan) sebab sesungguhnya bila kita mengukur suatu objek berarti kita
membandingkan panjang suatu objek dengan satuan ukuran. Maka peneliti
dapat mengerti tentang menggunakan alat ukur panjang dengan contoh yang
kongkret.
G. Alat peraga
Alat peraga merupakan hal yang mutlak harus digunakan guru
untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran agar pelajaran menjadi menarik
dan minat siswa terhadap pelajaran terutama pelajaran matematika. Menurut
Nana Sudjana (1989:99) alat peraga dalam mengajar memegang peran
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang
efektif.
Ada enam fungsi dan nilai alat peraga yang disampaikan Nana
Sudjaja (1989 : 99) yaitu:
1. Penggunaan alat peraga bukan merupakan fungsi tambahan tetapi
sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang
efektif.
2. Guru harus mengembangkan alat peraga karena merupakan bagian
yang integral dari keseluruhan situasi belajar.
3. Alat peraga dalalam pembelajaran harus mengandung pengertian
bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan
bahan pelajaran.
5. Penggunaan alat peraga dalam pelajaran lebih diutamakan untuk
mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa
menangkap pengertian dari guru.
6. Penggunaan alat peraga akan mencapai hasil belajar yang tahan
lama di ingatan siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.
Dari fungsi-fungsi di atas maka sangatlah penting penggunaan alat
peraga apalagi pada anak SLB C agar meningkatkan minat dalam belajar
matematika pada materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda
serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.
H. Kerangka Pikir
Pembelajaran matematika menggunakan alat peraga diharapkan
mampu membuat siswa tunagrahita terlibat aktif dalam pelajaran.
Keterlibatan siswa dapat dilihat dari kemauan siswa untuk merespon
pertanyaan peneliti, mengerjakan soal yang diberikan peneliti dan mampu
untuk menggunakan alat peraga dengan tepat. Minat berhitung matematika
juga tampak dari antusias siswa untuk maju ke depan kelas dan mengerjakan
soal dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Dengan demikian
proses belajar mengajar di dalam kelas akan efektif dan siswa merasa
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini
tertuju pada pemecahan masalah pada masa sekarang sehingga
fenomena-fenomena yang ada akan terungkap kebenarannya. Semua data akan diolah
secara deskriptif dan kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah
yang ada. Pada penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena dalam proses belajar mengajar pada
sisiwa SLB C.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa tunagrahita mampu-didik kelas 2
SLB Marganingsih, objek penelitian ini adalah efektivitas penggunaan alat
peraga untuk meningkatkan minat berhitung pada siswa SLB.
C. Jenis Data
Data yang diperoleh adalah data primer karena merupakan data
yang didapat/dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari
sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli/data baru yang
mengumpulkannya secara langsung. Cara yang digunakan oleh peneliti
adalah dengan observasi dan menggunakan rekaman video, selanjutnya akan
dirangkum dalam bentuk kalimat atau kata.
D. Metode Pengumpulan Data
Peneliti memperoleh data menggunakan beberapa metode, yaitu:
1. Obervasi
Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan
mengamati proses belajar mengajar. Peneliti mengamati bagaimana
keterlibatan siswa dalam proses belajar matematika, peneliti juga
mencatat proses belajar mengajar dari awal hingga akhir pelajaran.
Observasi yang dilakukan peneliti bersumber dari Marshall (1995)
dalam Sugiyono (2013:64) yang menyatakan bahwa melalui observasi,
peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada guru kelas II SLB Marganingsih.
Hasil wawancara dapat memperkuat apakah siswa di kelas sudah
terlibat dalam proses belajar mengajar.
3. Latihan soal siswa
Latihan soal yang akan digunakan untuk mendapatkan data
mengenai perubahan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
Perubahan minat dapat dilihat dari respon siswa saat mengerjakan soal
4. Dokumentasi Video dan Suara
Dalam penelitian ini peneliti membuat dokumentasi berupa
video, rekaman suara, serta hasil pekerjaan siswa. Rekaman dan foto
diambil saat pembelajaran dan wawancara terhadap guru. Hasil
rekaman video akan digunakan untuk melihat keterlibatan siswa selama
pelajaran berlangsung dengan menggunakan alat peraga.
E. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data dapat dilakukan dengan
tahapan-tahapan seperti berikut:
1. Rangkuman Hasil Observasi
Data observasi dengan menggunakan instrumen akan
disebarkan kepada observer. Data hasil observasi akan dirangkum dan
dianalisis untuk melihat peningkatan minat siswa terhadap pelajaran
matematika.
2. Transkripsi Video
Setelah diperoleh hasil rekaman video yang di dalamnya berisi
proses belajar mengajar siswa SLB, peneliti melihat berulang-ulang
untuk menemukan apakah keefektivitasan menggunaan alat peraga
dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
Kemudian untuk meningkatkan validitas, peneliti melakukan
sehingga data-data dapat digunakan untuk menunjukkan adanya minat
dalam belajar matematika.
Data mengenai minat siswa dalam pelajaran matematika
menggunakan alat peraga didapat dengan cara menganaliasis hasil
deskripsi dari hasil rekaman video. Data dari pertemuan-pertemuan
akan dianalisis secara deskriptif per pertemuan, dan pada akhirnya akan
dianalisis secara keseluruhan sehingga akan memperoleh data yang
akan digunakan untuk membandingkan dan melihat minat siswa dalam
pelajaran matematika menggunakan alat peraga.
3. Rangkuman Hasil Wawancara
Wawancara akan dilakukan oleh peneliti agar pertanyaan yang
diajukan dapat berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam kelas.
Berdasarkan hasil wawancara dapat digunakan oleh peneliti untuk
menunjang analisa observasi dan data rekaman video saat
pembelajaran, peneliti juga dapat melihat efektivitas penggunakan alat
peraga sehingga minat siswa SLB terhadap pelajaran matematika
semakin meningkat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mendapatkan data
terdiri dari tiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Lembar observasi digunakan untuk mencatat proses belajar
siswa. Lembar instrumen pengamatan meliputi: Siswa merasa senang
saat belajar matematika dengan mengikuti pelajaran dengan baik,
memahami pelajaran yang diberikan, dan termotivasi untuk melakukan
kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga sehingga minat siswa
terhadap matematika meningkat.
2. Lembar Wawancara Guru
Wawancara akan dilakukan pada guru setiap kali proses
pembelajaran berakhir. Tujuan dari wawancara adalah mendapatkan
data yang berkaitan dengan kegiatan belajar, kesulitan yang dialami
siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Wawancara akan
dilakukan kepada guru kelas di SLB Marganingsih.
3. Dokumentasi
Dokumentasi akan berbentuk rekaman video, foto, rekaman
suara, serta arsip-arsip pekerjaan siswa. Foto dan rekaman video dibuat
saat pelajaran berlangsung, sedangkan rekaman suara dibuat saat
melakukan wawancara. Dokumentasi yang diperoleh dapat digunakan
sebagai dasar bagi peneliti untuk membuat kesimpulan dalam
penyusunan skripsi.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan
b. Bertemu dengan guru kelas II SLB Marganingsih.
c. Bertemu dengan guru untuk membicarakan rencana penelitian dan
materi yang akan digunakan.
d. Observasi ke dalam kelas dengan melihat dan membantu proses
belajar mengajar di kelas serta mempelajari karakteristik siswa
SLB C.
e. Berdiskusi bersama guru mengenai pembagian tugas dan
penggunaan alat peraga.
f. Meminta surat ijin kepada Universitas Sanata Dharma untuk
melaksanakan penelitian di SLB.
2. Rencana Kegiatan
Dalam penelitian ini peneliti dibantu guru untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas dan juga membantu dalam berkomunikasi serta
menafsirkan jawaban yang diberikan siswa karena peneliti dihadapkan
pada kendala komunikasi dengan siswa SLB C. Rencana kegiatan yang
dilakukan adalah:
a. Membuat RPP
b. Membuat alat peraga menarik bagi siswa
c. Melakukan evaluasi setelah pembelajaran
d. Mengetahui keefektivan alat peraga dengan mengamati tingkah
laku dan melihat respon serta reaksi selama pelajaran berlangsung.
3. Bahan dan Cara Menggunakan Alat Peraga
1) Manik-manik dari kayu.
2) Senar.
3) Benda-benda yang ada di dalam kelas.
b. Cara kerja
1) Pertemuan ke-1 digunakan untuk meronce dan membandingkan
ukuran panjang roncean dengan teman • Siswa diberi manik-manik berwarna.
• Siswa diminta meronce manik-manik yang telah dibagi
pada senar.
• Setelah meronce siswa diminta untuk mengukur lingkar
pergelangan tangan dengan menggunakan hasil ronce
mereka. Setelah itu siswa diminta untuk membandingkan
hasil yang telah mereka ukur dengan teman yang lainnya
dan mengutarakan ide mereka.
• Dengan cara yang sama siswa diminta mengukur panjang
benda yang ada di dalam kelas misal panjang buku,
panjang pensil, panjang tempat pensil, dan lain-lain
dengan menggunakan roncean mereka. Setelah itu siswa
diminta untuk membandingkan hasil yang telah mereka
ukur dengan teman yang lainnya dan mengutarakan ide
mereka.
2) Pertemuan ke-2 digunakan untuk menggunakan alat ukur tak
• Siswa menggunakan jengkal untuk mengukur meja dan
papan tulis untuk mengenal pengukuran panjang
menggunakan alat ukur tak baku dan membandingkan
dengan teman yang lain.
• Siswa menggunakan pensil masing-masing untuk
mengukur lebar kursi dan buku untuk mengenal
pengukuran panjang menggunakan alat ukur tak baku dan
membandingkan dengan teman yang lain.
3) Pertemuan ke-3 digunakan untuk menggunakan mengevaluasi
dengan memberikan soal-soal latihan:
• Siswa dibagikan soal dengan materi yang telah diajarkan
pada pertemuan satu dan dua.
• Dari hasil evaluasi tersebut peneliti mencontohkan
manfaat penggunaan alat peraga tak baku dalam
32
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SLB Marganingsih dengan alamat
Jalan Raya Tajem, Kregan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta. Pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti di sekolah
ini adalah penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung
siswa dalam pelajaran matematika. Tiga siswa akan membantu peneliti
dalam proses belajar mengajar di kelas.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan alat peraga serta pengajar dalam proses belajar yang
dibantu oleh guru. Peneliti mengambil materi pengukuran dan
penggunaan alat ukur panjang, agar para siswa mampu mengukur dan
membedakan panjang dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan
penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan memperoleh hasil penelitian lalu dianalisis. Observasi
sebelum pembelajaran dilakukan sebanyak empat kali. Observasi
sebelum pelajaran dilakukan untuk lebih dekat dengan siswa yang ada
di sekolah juga bertanya tentang RPP yang dibuat agar sejalan dengan
peneliti mengetahui apa saja kendala siswa saat dalam pelajaran dan
peneliti dapat mengenal siswa yang akan membantu dalam penelitian.
2. Observasi Sebelum Pembelajaran
Pada observasi pertama tanggal 16 Februari 2015 peneliti
mendatangi SLB Marganingsih dengan alamat Jalan Raya Tajem,
Kregan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta untuk melihat
keadaan sekolah. Sekolah ini terdiri dari beberapa jenjang pendidikan
yaitu SDLB, SLPLB, dan SMALB dan sekolah ini terletak jauh dari
jalan raya oleh karena itu siswa menjadi tenang dan nyaman dalam
proses belajar. Siswa yang berada di sekolah ini sangat ramah terhadap
guru, siswa lain, dan juga terhadap peneliti. Keadaan siswa antar
jenjang pendidikan sangat ramah, mereka bermain bersama tanpa ada
perbedaan, saling membantu bila ada siswa yang dalam kesulitan,
contohnya saat ada siswa yang kesehariannya memakai kursi roda
banyak siswa yang siap membantu mendorong kursi roda tanpa diminta
pertolongannya. Namun tak dipungkiri ada beberapa siswa yang
tiba-tiba menangis, mengamuk, menendang, dan memukul.
Pada observasi kedua 17 Februari 2015 peneliti mengikuti
proses belajar mengajar dengan materi penjumlahan kurang dari 10.
Peneliti melihat guru yang mengajar sangatlah sabar, apabila siswa
belum mengerti guru membimbing siswa tersebut sampai bisa. Peneliti
mengajar, peneliti melihat siswa sangat lamban menerima informasi
dari luar, peneliti berulang kali membantu mengerjakan tugas mereka.
Siswa kurang berkonsentrasi saat ada siswa lainnya yang nakal dan
ribut. Jadi guru dan peneliti dituntut kesabaran dalam membimbing
siswa SLB.
Tanggal 6 Maret 2015 peneliti menanyakan tentang RPP yang
telah dibuat kepada guru kelas. Guru memberi masukan kepada peneliti
apa yang kurang dari RPP yang dibuat. Materi juga ditanyakan peneliti
kepada guru agar dapat sesuai dengan pelajaran di SLB. Tanggal 16
Maret 2015 peneliti datang ke sekolah untuk menanyakan jadwal
penelitian, dan menanyakan soal-soal yang akan digunakan. Di sini
guru menyarankan agarfont sizedibesarkan sedikit agar siswa nyaman
untuk membaca soal yang diberikan.
Melalui beberapa observasi, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa anak-anak SLB C Marganingsih kelas II tidak diajari
keseluruhan materi dan kurikulum yang biasanya diajarkan di SD kelas
II pada umumnya, karena anak tunagrahita mempunyai kemampuan
yang kurang dalam mengingat dan mengikuti pelajaran. Jadi sangatlah
cocok apabila SLB C menggunakan alat peraga dan gambar yang nyata
dalam pembelajaran terutama pelajaran matematika. Pada dasarnya
siswa SLB menyukai matematika dibandingkan dengan pelajaran lain.
S1 adalah siswa yang ramah dan selalu menyapa apabila bertemu
dengan orang baru. S1 sangat cerewet apapun akan ditanyakan
bahkan pertanyaan tersebut akan diulang-ulang. Kemampuan
motoriknya sangat kurang dari teman lainnya dan susah diatur.
Tetapi kemampuan mengejanya bagus dibandingkan dengan
teman-teman yang lainnya.
S2 adalah siswa yang dewasa, dia dapat ngemong teman yang
lainnya dan menurut dengan apa yang diminta guru. Berhitung
adalah hobinya, sehingga S2 senang sekali dengan pelajaran
matematika. Dan sangat antusias dalam pelajaran matematika
apalagi dengan menggunakan alat peraga.
S3, siswa ini sudah dua bulan tidak mengikuti pelajaran di sekolah.
Guru lalu membujuk S3 untuk berangkat sekolah dengan janji akan
diajak piknik oleh guru dan teman-teman. Dalam pelajaran, tulisan
S3 paling bagus dan rapi, tetapi S3 harus dibimbing bila menulis
karena sudah lama tidak belajar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajar di
SLB antara lain:
Bahasa yang digunakan harus sederhana, kongkret, dan mudah
dipahami oleh siswa.
Pengajar tidak boleh pilih kasih, semua siswa harus diperhatikan.
Sabar adalah sifat yang harus ada bila menghadapi anak SLB yang
Pengajar harus bertatap muka dengan siswa, agar interaksi berjalan
dengan baik.
3. Observasi Pada Waktu Pembelajaran. a. Pertemuan pertama.
Observasi selasa 17 Maret 2015
P : Peneliti Siswa 1 : S1 G : Guru Siswa 2 : S2 Siswa 3 : S3
Sebelum pelajaran guru menyampaikan maksud kedatangan peneliti ke sekolah kepada siswa.
G : Jadi nanti anak-anak nurut sama mbak Putri ya! P : Belajar bersama mbak Putri.
S1+S2+S3 : Ya (sambil mengangguk). G : Bu guru di sini.
P : Bu guru juga ikut sama sama ya, kita mulai. G : Yuk boleh dimulai mbak Putri.
P : Ini sekarang kita mau belajar tentang mengukur. Di sini mbak Putri punya tempat, ada isinya, apa ya isinya? (sambil mengambil manik-manik dalam wadah).
S2 : Tidak tahu (memperhatikan wadah yang dibawa peneliti). P : Ini apa ya isinya. Namanya apa ini.
Tahu?(sambil menunjukkan kepada semua siswa).
S2 : Tidak tahu (menggelengkan kepala).
P : Ini namanya manik-manik. Manik-manik yang seringdibuat gelang. Tahu? Tahu? Pernah lihat? (sambil memperagakan gelang di pergelangan tangan).
G : Tahu pernah lihat? Pernah buat gelang? (S1, S2, dan S3 mengangguk)
P : Sekarang kita membuat gelang dari manik-manik. Mbak Putri bagikan senarnya.
(Peneliti membagikan senar kepada setiap siswa) P : Coba sekarang kita masukkan manik-manik ke dalam
senarnya.
(Sambil mencontohkan kepada siswa, lalu siswa meroce manik dengan dibantu oleh peneliti dan guru, S1 harus dibantu oleh guru dengan cara dibujuk dan agak disentak agar mau memasukkan senar ke lubang manik-manik. S3 dan S2 dapat meronce sendiri dengan baik). (Setelah meronce siswa dibagikan lembar soal).
(Mengerjakan soal nomor 1).
Pensilnya mana? (bertanya kepada S3 dan S2).
G : Nama! Sini nama ditulis! (sambil menunjuk kertas S2). Mas S3 bisa? (sambil mengeja untuk S3).
P : Sini namanya S3 (sambil mengeja nama S3). G : Bisa?
P : S3 (mengeja untuk S3). (Lalu S3 mulai menulis di kertas).
P : Sekarang dihitung manik-manik gelangnya berapa Jumlahnya? (mendekat ke S2 dan S3).
G : Tuh punya S2 berapa? Punya S2 jumlahnya berapa? P : Ini punya S2 berapa jumlahnya? Coba dihitung!
(menunjuk ke manik-manik yang dibuat S2). G : Ayo mas S1 dicoba yuk, ini dicoba lagi, tanganmu
besar!(berbicara kepada S1) ini belum cukup (dipergelangan tangan S1 lalu guru membimbing S1 yang meronce karena tangan S1 kaku).
P : Coba dihitung (berbicara ke S2).
S2 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas (membilang sambil menunjuk manik-manik).
P : Ya bagus, berapa tadi hasilnya? S2 : Dua belas.
P : Ditulis jumlahnya di sini (sambil menunjuk soal). S2 : Ya (menulis jawaban pada kertas soal).
P : S3 mana tadi gelangnya?
S3 : Ini (sambil menunjukkan gelang yang telah dibuat).
P : Ohya yang ini. Coba kita hitung berapa ya manik-maniknya? S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan
(sambil menunjuk manik-manik satu persatu tetapi salah membilang).
P : Terus? Yang ini? (menunjuk manik yang belum dihitung) Coba diulangi lagi, ayo.
S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan (tangan S3 menunjuk manik-manik lebih dulu sebelum mulai mengucapkan perhitungannya).
P : Salah, coba kita hitung sama sama yuk! (sambil menunjuk manik-manik dan berhitung bersama-sama)
S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan,sepuluh.
P : Ok sepuluh. Jadi manik-maniknya berapa? S3 : Sepuluh (mengucap dengan suara pelan).
P : Ya bagus. Ditulis di sini. (sambil membimbing menulis angka“10” pada kertas jawaban).
G : Bilang sama mbak Putri sana! “PunyaS1 sudah
mbak Putri” (guru berbicara kepada S1). S1 : Punya S1 sudah mbak Putri.
P : Ohya, sekarang dihitung.
S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas (membilang sambil menunjuk manik-manik).
P : Pintar (memberi pujian kepada S1). G : Punyanya mas S2 berapa?
P : Punyanya mas S2 berapa manik-maniknya? Berapa tadi?(S2 tersenyum sambil mukanya disembunyikan karena malu).
G : Malu mbak (memberitahu peneliti). Dua belas. S2 : Dua belas.
G : Sama seperti mas S1.
P : Kalau punyanya S3 tadi berapa?
G : Tangannya kecil (maksudnya: tangannya S3 kecil). S3 : Sepuluh (berucap dengan malu-malu).
P : Sekarang yang buat gelang paling besar siapa? (maksudnya: paling banyak manik-maniknya). G : Yang paling banyak siapa? (bertanya kepada semua). P : Yang paling banyak manik-maniknya! S1 banyak gak?
Sama S2? punya S2 berapa? G : S1 dua belas. Punya S2 berapa? P : Punya S2 berapa?
S2 : Sama (maksudnya sama dengan S1). P + G : Ya.
P : Kalau punya S3?
G : Berapa? Tadi S3 berapa?
S3 : Sepuluh (malu-malu mengucapkannya).
P : Ya sepuluh. Berarti pergelangan tangannya S3 lebih kecil dari pada S2 dan S1 (peneliti menjelaskan kepada siswa tentang lebih besar lebih kecil, setelah itu peneliti lanjut ke soal berikutnya).
(Mengerjakan soal nomor 2).
P : Terus sekarang yang kedua kita mengukur pensil. Mbak Putri punya pensil. Kita mengukur pensil menggunakan manik-manik yang tadi (membagikan pensil ke semua siswa).
P : Apakah panjang manik-manik ini sama dengan panjang Pensil ini? (meletakkan manik-manik berdampingan dengan pensil).
(S2 dan S3 memperhatikan peneliti mendampingkan pensil dan manik-manik).
P : Bagaimana tadi? Panjangnya pensil seberapa?
(maksudnya:banyaknya manik-manik yang dibuat S2). Coba ditunjuk! Dari sini sampai sini (menunjuk manik-manik yang dibuat S2).
(S2 memperhatikan peneliti dengan malu-malu).
P : Ini sama tidak dengan panjang pensilnya dengan
S2 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh (membilang dengan pelan dengan vokal kurang jelas dan menunjuk manik-manik satu persatu).
P : Ya betul, ditulis di kertas jawaban.
P : Bagaimana S3? (menghampiri S3 yang sedang meronce). Coba kita hitung berapa manik-maniknya S3?
S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh (mengucap sangat pelan dengan menunjuk manik-manik satu per satu). P : Kita tulis di sini (menunjuk kertas soal tetapi S3
menulisangka “7” kurang bisa maka dibantu oleh S2 mengajarkan menulis angka” 7”).
G : Coba dihitung manik-manik S1 (sambil memegang tangan S1 dan membimbing menghitung manik- manik). S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan,sembilan
(menghitung tetapi salah).
G : Coba ulang menghitungnya! (guru beberapa kali meminta S1 untuk menghitung lagi).
S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan,sepuluh (membilang sambil menunjuk manik-manik).
G : Ya betul, jadi manik-manik S1 ada? S1 : Sepuluh.
G : Sepuluh apa namanya? S1 : Sepuluh pensil.
G : Pensilnya cuma satu. Sepuluhnya apa? Coba tanya sama S2? S2 : Gak tahu (S2 menggelengkan kepala).
P : Ini apa namanya? (peneliti sambil menunjuk manik-manik). G : Ini namanya manik-manik. Diingat dalam otak ya.
S1 + S2 : Manik-manik (mengulang kata “manik-manik”).
G : Ditulis jumlah manik-maniknya di sini! (menunjuk kertas S1).
P : Sudah menghitungnya? (bertanya kepada semua siswa). G : Sudah? Tuh ditanya sama mbak Putri.
S1+S2+S3 : Sudah.
P : S1 panjang manik-maniknya jumlahnya berapa? S1 : Sepuluh.
P : Punyanya tadi S2 berapa? S2 : Sepuluh.
P : Punyanya S3?
S3 : Tujuh (awalnya lupa tapi diingatkan oleh peneliti dan siswa lainnya)
P : Jadi panjang pensilnya S3 sama panjang pensilnya S2 sama atau tidak?
S2+ S3 : Sama.
P : Kalau sama S1 panjangan mana? Panjangan punyanya S1 atau S2? Tadi S1 berapa?
G : Panjang manik-manik berapa tadi? (bertanya kepada S1). S1 : Sepuluh.
S2 : Tujuh.
P : Berarti lebih tinggian punya S1 atau S2? S2 : S1.
P : Jadi pensil S1 lebih tinggi daripada pensil S2 dan S3.
(Mengerjakan soal nomor 3)
P : Sekaran