• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung siswa tunagrahita dengan materi pengukuran panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung siswa tunagrahita dengan materi pengukuran panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta."

Copied!
189
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat Berhitung Siswa Tunagrahita Dengan Materi Pengukuran Panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.

Subjek penelitian ini adalah 3 siswa di SLB Marganingsih Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015, dan dilaksanakan selama tiga pertemuan. Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data terdiri dari: (1) Lembar pengamatan selama proses belajar mengajar di dalam kelas, (2) Lembar wawancara dengan guru setelah pelajaran berakhir, (3) Alat dokumentsi menggunakan handycam. Kemudian data ditranskipkan dan dianalisis menggunakan metode deskriftif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan hasil pengamatan secara keseluruhan dengan cara kualitatif.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan (1) Terdapat peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Siswa mau terlibat dalam pelajaran dengan mau mengerjakan soal yang diberikan. (3) Siswa mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peneliti selama pelajaran berlangsung walaupun malu-malu dengan cara lisan maupun verbal. (4) Minat berhitung siswa meningkat dengan menggunkakan alat peraga manik-manik. (5) Siswa tidak meninggalkan kelas saat pelajaran belangsung.

(2)

ABSTRACT

Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). The Effectiveness of Using the Device Aid to Increase a Calculate Interest For Mental Retarded Student’s With Subject Measuring The Length in SLB Marganingsih Yogyakarta. Mathematic Education Study Program. Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University.

The purpose of this research is to know: (1) How far the complicity of SLB C student in learning a mathematic subject which is comparing the length of an object and use a non standard measure device. (2) The changing of SLB C student’s interest in learn mathematic with comparing the length of an object and use a non standard measure device.

The subject of this research is 3 students from SLB Marganingsih Yogyakarta. The research was done in three meetings during February – March 2015. The instrument which this research used as a medium to collect the data consist of: (1) An observation sheet during lecturing process inside the classroom, (2) An interview sheet with the teacher after the lecturing process ends, (3) A documentation device using handy cam. Then, the data was transcript and analyzed using a descriptive qualitative method which is summarizing the result of whole observation in a qualitative way.

The research indicates that (1) There is an increasing in student’s learning interest using a visual aid in learning mathematic with a material comparing the length of an object and using a non standard measure device. (2) The students want to directly involve in this learning process with doing the exercise that has been given. (3) The students want to respond to the questions from the researcher during learning process is ongoing although they seem to feel shy with oral and verbal ways. (4) A calculate interest in student is increasing using the beads device. (5) None of the student left the classroom during the learning process is ongoing.

(3)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BERHITUNG SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MATERI PENGUKURAN PANJANG

DI SLB MARGANINGSIH YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Anastasia Christinika Susilo Putri NIM: 081414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BERHITUNG SISWA TUNAGRAHITA DENGAN MATERI PENGUKURAN PANJANG

DI SLB MARGANINGSIH YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Anastasia Christinika Susilo Putri NIM: 081414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Halaman Persembahan

“Semua akan indah pada waktunya” Kupersembahkan karya ini kepada :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, melindungi

serta mendengaran segala doa dan permohonan aku.

Orangtuaku Yulianti dan Fx. Brata Puji Susila yang dengan sabar

merawat, membesarkan, dan mendidik dengan kasih sayang.

Adikku Katriyani Maria Susilo dan Theresa Triyessy Susilo

yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupku.

Mbah Putri dan Mbah Kakung (alm) yang menjaga aku

dari kecil dengan sabar.

Keluarga besar yang di Wonosari dan Malinau.

Teman-teman dan sahabatku

Teman-teman P.Mat 08.

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). Efektivitas Penggunaan Alat Peraga untuk Meningkatkan Minat Berhitung Siswa Tunagrahita Dengan Materi Pengukuran Panjang di SLB Marganingsih Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.

Subjek penelitian ini adalah 3 siswa di SLB Marganingsih Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2015, dan dilaksanakan selama tiga pertemuan. Instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data terdiri dari: (1) Lembar pengamatan selama proses belajar mengajar di dalam kelas, (2) Lembar wawancara dengan guru setelah pelajaran berakhir, (3) Alat dokumentsi menggunakan handycam. Kemudian data ditranskipkan dan dianalisis menggunakan metode deskriftif kualitatif yaitu dengan menyimpulkan hasil pengamatan secara keseluruhan dengan cara kualitatif.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan (1) Terdapat peningkatan minat belajar siswa dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku. (2) Siswa mau terlibat dalam pelajaran dengan mau mengerjakan soal yang diberikan. (3) Siswa mau menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peneliti selama pelajaran berlangsung walaupun malu-malu dengan cara lisan maupun verbal. (4) Minat berhitung siswa meningkat dengan menggunkakan alat peraga manik-manik. (5) Siswa tidak meninggalkan kelas saat pelajaran belangsung.

(11)

viii ABSTRACT

Anastasia Christinika Susilo Putri (2015). The Effectiveness of Using the Device Aid to Increase a Calculate Interest For Mental Retarded Student’s With Subject Measuring The Length in SLB Marganingsih Yogyakarta. Mathematic Education Study Program. Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University.

The purpose of this research is to know: (1) How far the complicity of SLB C student in learning a mathematic subject which is comparing the length of an object and use a non standard measure device. (2) The changing of SLB C student’sinterest in learn mathematic with comparing the length of an object and use a non standard measure device.

The subject of this research is 3 students from SLB Marganingsih Yogyakarta. The research was done in three meetings during February – March 2015. The instrument which this research used as a medium to collect the data consist of: (1) An observation sheet during lecturing process inside the classroom, (2) An interview sheet with the teacher after the lecturing process ends, (3) A documentation device using handy cam. Then, the data was transcript and analyzed using a descriptive qualitative method which is summarizing the result of whole observation in a qualitative way.

The research indicates that (1) There is an increasing in student’s learning interest using a visual aid in learning mathematic with a material comparing the length of an object and using a non standard measure device. (2) The students want to directly involve in this learning process with doing the exercise that has been given. (3) The students want to respond to the questions from the researcher during learning process is ongoing although they seem to feel shy with oral and verbal ways. (4) A calculate interest in student is increasing using the beads device. (5) None of the student left the classroom during the learning process is ongoing.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan kasih karunia dan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguran dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak yang mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan selaku dosen pembimbing yang sudah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Andreas Seger Haryanto, S.Pd., selaku kepala sekolah yang telah memberikan kesempatan dan izin untuk melakukan penelitian.

3. Ibu MY. Dwi Kartnaningsih, S.Pd., selaku guru kelas 2 di SLB Marganingsih.

4. Yosa, Arif, dan Pandu, siswa di SLB Marganingsih.

5. Segenap dosen dan karyawan Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing, membantu serta memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

6. Kepada kedua orangtua penulis, Yulianti dan Fx. Brata Puji Susila, yang telah dengan sabar membimbing penulis.

7. Kedua adik penulis, Katriyani Maria Susilo dan Theresa Triyessy Susilo, yang selalu menjadi penyemangat.

(13)

x

9. Teman-teman seperjuangan yang telah mendukung penulis: Lusia Rina, Bernadeta Yunita, Irene Nia, Valentina Vika, Cicilia Kurniawati, dan Mbak Mareti.

10. Teman-teman kos Melati : Nana, Nika, Arin, Resti, mbak Elis, dan Putri. 11. Sahabat terbaik mbak Evi yang selalu mendengarkan cerita penulis baik

dalam suka maupun duka.

12. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan matematika.

Penulis,

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PULIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

(15)

xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifiksi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Batasan Masalah... 4

F. Batasan Istilah ... 4

G. Manfaat Penelitian... 5

H. Sistematika Penulisan... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Hakikat Anak Tunagrahita ... 8

1. Pengertian dan Hakikat anak Tunagrahita ... 8

2. Karakteristik Anak Tunagrahita... 9

B. Masalah yang Dihadapi Anak Tunagrahita... 15

C. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak Tunagrahita ... 17

(16)

xiii

E. Minat Belajar Siswa ... 19

F. Pengukuran Panjang... 20

G. Alat Peraga ... 22

H. Kerangka Pikir ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian... 24

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 24

C. Jenis Data ... 24

D. Metode Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Analisis Data... 26

F. Instrumen Penelitian... 27

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 28

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 32

A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian ... 32

(17)

xiv

2. Observasi Sebelum Pembelajaran ... 33

3. Observasi Pada Waktu Pelajaran ... 36

a. Pertemuan Pertama... 36

b. Pembahasan Pertemuan Pertama ... 47

c. Pertemuan Kedua ... 48

d. Pembahasan Pertemuan Kedua ... 60

e. Perteman Ketiga ... 62

f. Pembahasan Pertemuan Ketiga ... 69

4. Pembahasan Pertemuan Pembelajaran Secara Keseluruhan ... 69

B. Pengambilan Data Wawancara ... 71

C. Penyajian Data Wawancara... 72

D. Analisis Wawancara... 74

E. Pengambilan Data Instrumen Saat Pelajaran di Kelas ... 74

F. Penyajian Data Berdasarkan Instrumen Penelitian ... 75

1. Hasil Observasi Pada Pertemuan Pertama ... 75

2. Pembahasan Hasil Observasi Pertemuan Pertama ... 77

(18)

xv

4. Pembahasan Hasil Observasi Pertemuan Kedua... 80

G. Hambatan-Hambatan yang Terjadi ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A. Kesimpulan ... 82

B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

4.1 Hasil Final Observasi S1 Pada Pertemuan Pertama ... 75

4.2 Hasil Final Observasi S2 Pada Pertemuan Pertama... 76

4.3 Hasil Final Observasi S3 Pada Pertemuan Pertama... 77

4.4 Hasil Final Observasi S1 Pada Pertemuan Kedua... 78

4.5 Hasil Final Observasi S2 Pada Pertemuan Kedua... 79

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 86

Lampiran A.2 : Materi pembelajaran pertemuan 1 ... 95

Lampiran A.3 : Materi pembelajaran pertemuan 2 ... 95

Lampiran B.1 : Soal-soal latihan pada pertemuan 1 ... 99

Lampiran B.2 : Soal-soal latihan pada pertemuan 2 ... 100

Lampiran B.3 : Soal-soal evaluasi pada pertemuan 3 ... 103

Lampiran B.4 : PR (Pekerjaan Rumah)... 107

Lampiran C.1 : Lembar jawab S1 pada pertemuan 1... 109

Lampiran C.2 : Lembar jawab S2 pada pertemuan 1... 110

Lampiran C.3 : Lembar jawab S3 pada pertemuan 1... 111

Lampiran D.1 : Lembar jawab PR S1 ... 112

Lampiran D.2 : Lembar jawab PR S2. ... 114

Lampiran D.3 : Lembar jawab PR S3. ... 116

Lampiran D.4 : Lembar jawab latihan 1 S1 pada petemuan 2 ... 118

Lampiran D.5 : Lembar jawab latihan 1 S2 pada petemuan 2 ... 119

Lampiran D.6 : Lembar jawab latihan 1 S3 pada petemuan 2 ... 120

Lampiran D.7 : Lembar jawab latihan 2 S1 pada petemuan 2 ... 121

(21)

xviii

Lampiran D.9 : Lembar jawab latihan 2 S3 pada petemuan 2 ... 125

Lampiran E.1 : Lembar jawab evaluasi latihan 1 S1 pada pertemuan 3 ... 127

Lampiran E.2 : Lembar jawab evaluasi latihan 1 S2 pada pertemuan 3 ... 129

Lampiran E.3 : Lembar jawab evaluasi latihan 2 S1 pada pertemuan 3 ... 131

Lampiran E.4 : Lembar jawab evaluasi latihan 2 S2 pada pertemuan 3 ... 133

Lampiran F.1 : Instrumen observasi S1 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan1 ... 135

Lampiran F.2 : Instrumen observasi S1 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 136

Lampiran F.3 : Instrumen observasi S1 oleh Evi pada pertemuan1 ... 137

Lampiran F.4 : Instrumen observasi S2 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan1 ... 138

Lampiran F.5 : Instrumen observasi S2 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 139

Lampiran F.6 : Instrumen observasi S2 oleh Evi pada pertemuan1 ... 140

Lampiran F.7 : Instrumen observasi S3 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan1 ... 141

Lampiran F.8 : Instrumen observasi S3 oleh Pebri pada pertemuan1 ... 142

Lampiran F.9 : Instrumen observasi S3 oleh Evi pada pertemuan1 ... 143

Lampiran G.1 : Instrumen observasi S1 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan2 ... 144

(22)

xix

Lampiran G.3 : Instrumen observasi S1 oleh Evi pada pertemuan 2... 146

Lampiran G.4 : Instrumen observasi S2 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan2 ... 147

Lampiran G.5 : Instrumen observasi S2 oleh Pebri pada pertemuan2 ... 148

Lampiran G.6 : Instrumen observasi S2 oleh Evi pada pertemuan2... 149

Lampiran G.7 : Instrumen observasi S3 oleh Katriyani M.S

pada pertemuan 2 ... 150

Lampiran G.8 : Instrumen observasi S3 oleh Pebri pada pertemuan 2 ... 151

Lampiran G.9 : Instrumen observasi S3 oleh Evi pada pertemuan 2... 152

Lampiran H : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada

pertemuan 1... 153

Lampiran I : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada

pertemuan 2... 155

Lampiran J : Gambar-gambar saat proses pembelajaran pada

(23)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan pada

pembelajaran di sekolah baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan

Tinggi, baik itu merupakan sekolah umum ataupun sekolah luar biasa,

bahkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan terus berkembang dalam

kehidupan bermasyarakat. Matematika itu sulit bagi sebagian besar siswa di

sekolah formal, apalagi siswa berkebutuhan kusus seperti siswa tunagrahita.

Nunung Apriyanto (2012:21) mengatakan anak tunagrahita adalah anak

yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata anak pada

umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan

lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam segala

bidang, dan itu sifatnya permanen. Rentang memori mereka pendek

terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak

dan pelik, sehingga membuat siswa tunagrahita kesulitan memahami konsep

yang sifatnya masih abstrak dan memerlukan penjelasan seperti konsep

matematika.

Dari pengertian di atas maka anak tunagrahita membutuhkan

penanganan yang khusus dalam pelajaran matematika. Untuk itu siswa

(24)

tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, kondisi, juga

kebutuhan peserta didik, karena pemilihan media pembelajaran secara tepat

dapat memberikan dampak positif terhadap tingkat prestasi belajar siswa.

Anak-anak tunagrahita di kelas II SLB Marganingsih selama ini

kurang menunjukkan minat terhadap pelajaran berhitung. Pembelajaran

berhitung yang dilakukan di SLB Marganingsih selama ini jarang

menggunakan media alat peraga. Oleh karena itu peneliti menggunakan

media alat peraga yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa

merasafamiliardengan alat peraga yang digunakan dan siswa menjadi cepat

memahami pelajaran yang diajarkan. Peneliti menggunakan alat peraga

untuk mengajarkan anak tunagrahita bagaimana cara membandingkan

panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat ukur panjang tak

baku. Kegiatan yang dilakukan peneliti juga sangat menyenangkan sehingga

siswa tidak bosan dengan materi yang diberikan.

Peneliti sangat berminat pada respon yang diberikan oleh siswa

tunagrahita ketika diajarkan tentang penggunaan alat peraga dalam

menyelesaikan perbandingan panjang dan pendek suatu benda serta

menggunakan alat ukur panjang tak baku. Peneliti akan bekerja sama

dengan guru agar dapat meningkatkan minat siswa SLB C Tunagrahita

dalam pembelajaran matematika dan diharapkan siswa dapat menyukai

(25)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Matematika sulit bagi sebagian besar siswa di sekolah formal, apalagi

siswa tunagrahita.

2. Anak tunagrahita membutuhkan penanganan yang khusus dalam

pelajaran matematika.

3. Rentang memori anak tunagrahita pendek, terutama yang berhubungan

dengan akademik.

4. Siswa tunagrahita kurang dapat berfikir secara abstrak dan pelik,

sehingga memerlukan penjelasan seperti konsep matematika.

5. Minat berhitung siswa tunagrahita di kelas II SLB Marganingsih

kurang.

6. Media alat peraga jarang digunakan guru di SLB Marganingsih.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti:

1. Bagaimana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran matematika

dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta

menggunakan alat ukur panjang tak baku?

2. Apakah penggunaan alat peraga dalam pelajaran matematika dengan

(26)

menggunakan alat ukur panjang tak baku meningkatkan minat siswa

SLB C dalam pelajaran matematika?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui sejauh mana keterlibatan siswa SLB C dalam pembelajaran

matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu

benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.

2. Mengetahui perubahan minat siswa SLB C dalam pelajaran

matematika, dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu

benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.

E. Batasan Masalah

Batasan dalam penelitian ini adalah masalah yang berhubungan

dengan efektivitas siswa menggunakan alat peraga dengan materi

membandingkan panjang dan pendek suatu benda serta menggunakan alat

ukur panjang tak baku sehingga minat pada siswa SLB Marganingsih

terhadap matematika meningkat.

F. Batasan Istilah

1. Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti keberhasilan,

yang berarti keberhasilan dalam penggunaan alat peraga untuk

(27)

2. Minat berhitung adalah ketertarikan siswa pada pelajaran berhitung,

sehingga siswa menjadi senang dan tertarik pada pelajaran berhitung

dengan menggunakan alat peraga.

3. Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki

kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai

hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya.

Mereka mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya

permanen, rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan

dengan akademik, kurang dapat berpikir abstrak dan pelik (Nunung

Apriyanto, 2012:21).

4. Alat peraga matematika merupakan suatu perangkat pendukung

pembelajaran matematika agar mengurangi keabstrakan dengan

menggunakan model-model benda kongkret.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa

Dengan mengetahui minat siswa SLB C pada pembelajaran

matematika dengan materi membandingkan panjang dan pendek suatu

benda serta menggunakan alat ukur panjang tak baku, mahasiswa dapat

memperluas pengetahuan, dan menggunakannya dalam pembelajaran

(28)

2. Bagi Guru dan Sekolah Luar Biasa

Penelitian ini dapat digunakan untuk guru maupun pihak

sekolah luar biasa untuk meningkatkan minat siswa tunagrahita

terhadap matematika sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih baik

dengan menggunakan alat peraga panjang.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah

informasi dan masukan mengenai pendidikan matematika untuk siswa

SLB terutama anak tunagrahita.

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar

belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

batasan masalah, batasan istilah, dan manfaat penelitian.

Bab II Landasan Teori. Bab ini berisi deskripsi teori-teori yang

melandasi penyusunan skripsi ini, dan juga menjelaskan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitan. Dalam bab ini akan dijelaskan jenis

penelitian yang digunakan, subjek dan objek penelitian, jenis data, metode

pengumpulan data, teknik analisis data, instrumen penelitian, dan prosedur

pelaksanaan penelitian.

Bab IV Pelaksanaan Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini

akan diuraikan tentang persiapan penelitian, observasi pada waktu

(29)

saat pelajaran. Bab ini akan membahas proses pembelajaran, hasil

wawancara, dan instrumen observasi yang akan melihat efektivitas

penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung siswa

tunagrahita.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini akan berisi kesimpulan

(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Anak Tunagrahita

1. Pengertian dan Klasifikasi Anak Tunagrahita

Dalam Nunung Apriyanto (2012:21) anak tunagrahita adalah

anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan di bawah rata-rata

anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri

dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam

segala bidang, dan itu sifatnya permanen, rentang memori mereka

pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat

berpikir abstrak dan pelik. Dalam Tin Suharmini (2007:56) pengertian

tentang anak tunagrahita yang dikemukakan para ahli pada prinsipnya

sama, yaitu anak tunagrahita adalah anak yang mengalami

keterbelakangan mental. Santrock (ahli bahasa Achmad Chusairi dan

Juda Damanik, 2002) mengatakan Mental retardation atau tunagrahita

adalah keadaan kemampuan yang terbatas, IQ nya rendah, di bawah 70

dan mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan

sehari-hari.

Klasifikasi anak tunagrahita yang digunakan di Indonesia saat

ini sesuai dengan PP 72 Tahun 1991 dalam Wardani dkk (2008:6.8)

adalah tunagrahita ringan IQ-nya 50-70, tunagrahita sedang IQ-nya

(31)

Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran dalam

Nunung Apriyanto (2012:31) adalah sebagai berikut:

a. Educable (mampu-didik) merupakan, anak pada kelompok ini

masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan

anak reguler pada kelas 5 sekolah dasar.

b. Trainable (mampu-latih) merupakan, anak yang mempunyai

kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri,

penyesuaian sosial sangat terbatas, dan kemampuannya untuk

mendapat pendidikan secara akademik kurang.

c. Custodia(mampu-rawat) merupakan, anak yang diberikan latihan

terus menerus dan kusus. Dapat melatih anak tentang dasar-dasar

cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat

komunikatif.

2. Karakterisik Anak Tunagrahita

Ada dua karakteristik yang menonjol dari anak tunagrahita yaitu :

a. Karakteristik Umum

Depdiknas (2003) dalam Nunung Apriyanto (2012)

mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu

penampilan fisik tak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri

sesuai usianya, perkembangan bicara/bahasanya terlambat, kurang

perhatian pada lingkungan, koordinasi geraknya kurang dan

(32)

Ketunagrahitaan merupakan suatu kondisi yang dalam

perkembangan kecerdasannya memiliki banyak hambatan, ada

beberapa karakteristik umum yang dapat kita pelajari, adaptasi

dari Astati (2001:5) dalam Nunung Apriyanto (2012) sebagai

berikut:

1) Kecerdasan

Kapasitas belajar anak terbelakang sangat terbatas.

Terlebih lagi kapasitas mengenai hal-hal abstrak. Mereka

lebih banyak belajar dengan membeo (rote learning)

daripada dengan pengertian. Dari hari ke hari dibuatnya

kesalahan-kesalahan yang sama. Perkembangan mentalnya

mencapai puncak yang masih muda.

2) Sosial

Dalam pergaulan, mereka tidak dapat mengurus,

memelihara, dan memimpin dirinya sendiri. Waktu masih

muda selalu dibantu, setelah dewasa kepentingan

ekonominya bergantung dengan orang lain, dan mereka

mudah terpelosok ke dalam tingkah laku yang tidak baik.

3) Fungsi-fungsi mental lain

Mereka mengalami kesukaran memusatkan

perhatian. Minatnya sedikit dan cepat beralih perhatian,

pelupa, sukar membuat asosiasi-asosiasi, sukar membuat

(33)

4) Dorongan dan emosi

Anak yang terbelakang hampir-hampir tidak

memperhatikan dorongan untuk mempertahankan dirinya.

Kehidupan dan penghayatannya terbatas.

5) Kepribadian

Anak tunagrahita jarang mempunyai kepribadian

yang dinamis, menawan, berwibawa, dan berpandangan

luas. Kepribadian mereka umumnya mudah goyah.

6) Organisme

Baik struktur tubuh maupun fungsi organismenya,

anak tunagrahita pada umumnya kurang dari anak normal.

Sikap dan geraknya kurang sigap. Mereka juga kurang

mampu melihat persamaan dan perbedaan.

b. Karakteristik Khusus

Wardani, dkk (2008:6.21) mengemukakan karakteristik

anak tunagrahita menurut ketunagrahitaannya sebagai berikut:

1) Karateristik Tunagrahita Ringan

Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang

seusianya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis,

dan berhitung sederhana. Kecerdasannya berkembang

dengan kecepatan antara setengah dan tiga perempat

kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda.

(34)

hanya memerlukan semi-skilled. Pada usia dewasa

kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12

tahun.

2) Karateristik Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa

mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Namun mereka

masih memiliki potensi untuk mengurus dirinya sendiri dan

dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih

berkawan, mengikuti kegiatan, dan menghargai hak milik

orang lain. Sampai batas tertentu mereka selalu

membutuhkan pengawasan/pemeliharaan dan bantuan orang

lain. Setelah dewasa kecerdasan mereka tidak lebih dari

anak normal 6 tahun.

3) Karateristik Tunagrahita Berat dan Sangat Berat

Anak tunagrahita berat dan sangat berat sepanjang

hidupnya akan selalu bergantung pada pertolongan dan

bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri

sendiri dan tidak dapat membedakan bahaya dan bukan

bahaya. Mereka juga tidak dapat bicara, kalaupun bicara

hanya mampu mengucapkan kata-kata atau memberi tanda

sederhana saja. Kecerdasannya walaupun mencapai usia

dewasa berkisar seperti anak normal usia paling tinggi 4

(35)

c. Karateristik atau Ciri-Ciri pada Masa Perkembangan

Dalam Wadani dkk (2008:6.22) beberapa ciri yang

dapat dijadikan indikator adanya kecurigaan berbeda dengan anak

pada umumnya menurut Triman Prasadio (1982) adalah sebagai

berikut:

1) Masa Bayi

Walaupun masa ini sulit untuk segera membedakan

tetapi para ahli mengemukakan bahwa ciri-ciri bayi

tunagarahita adalah: tampak mengantuk saja, apatis, tidak

pernah sadar, jarang menangis, kalau menangis terus

menerus, terlambat duduk, bicara, dan berjalan.

2) Masa Kanak-kanak

Pada masa ini anak tunagrahita sedang lebih

mudah dkenali dari pada anak tunagrahita ringan. Karena

anak tunagrahita sedang mulai memperlihatkan ciri-ciri

klinis seperti mongoloid, kepala besar, kepala kecil, dan

lain-lain. Sedangkan anak yang tunagrahita ringan

memperlihatkan ciri-ciri: sukar memulai dan melanjutkan

sesuatu, mengerjakan selalu berulang-ulang tetapi tidak ada

variasi, penglihatan tampak kosong, melamun, ekspresi

muka tanpa ada pengertian. Selanjutnya tunagrahita ringan

(yang cepat) memperlihatkan ciri-ciri: mereaksi cepat tetapi

(36)

pintar, pemusatan perhatian sedikit, hiperaktif, bermain

dengan tangannya sendiri, cepat bergerak tanpa dipikirkan

terlebih dahulu.

3) Masa Sekolah

Ciri-ciri yang dimunculkan saat masuk masa

sekolah adalah:

• Adanya kesulitan belajar hampir pada semua mata

pelajaran (membaca, menulis, dan berhitung). • Prestasi yang kurang.

• Kebiasaan kerja tidak baik.

• Perhatian yang mudah beralih.

• Kemampuan motorik yang kurang.

• Perkembangan bahasa yang jelek.

• Kesulitan menyesuaikan diri.

4) Masa Puber

Perubahan yang dimiliki remaja tunagrahita sama

halnya dengan remaja biasa. Pertumbuhan fisik berkembang

normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadiannya

di bawah usianya. Akibatnya sulit bergaul dan

mengendalikan diri.

Dapat kita simpulkan bahwa anak yang lamban

dalam mempelajari hal-hal baru, kemampuan bicaranya

(37)

dirinya sendiri, cacat fisik dan perkembangan gerak, dan

tingkah laku yang kurang wajar merupakan beberapa

karakteristik anak tunagrahita.

B. Masalah yang Dihadapi Anak Tunagrahita

Perkembangan fungsi intelektual anak tunagrahita yang rendah dan

disertai dengan perkembangan perilaku adaptif yang rendah pula akan

berakibat langsung pada kehidupan mereka sehari-hari, sehingga ia banyak

mengalami kesulitan dalam hidupnya. Masalah-masalah yang dihadapi

tersebut secara umum dikemukakan oleh Rochyadi (2005) dalam Nunung

Apriyanto (2012:49).

1. Masalah Belajar

Aktivitas belajar berkaitan langsung dengan kemampuan

kecerdasan. Di dalam kegiatan sekurang-kurangnya dibutuhkan

kemampuan mengingat dan kemampuan untuk memahami serta

kemampuan untuk mencari hubungan sebab akibat. Keadaan seperti itu

sulit dilakukan oleh anak tunagrahita karena mengalami kesulitan untuk

berpikir secara abstrak, belajar apapun harus terkait dengan objek yang

bersifat kongkret. Melihat masalah belajar yang dialami anak

tunagrahita tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di

dalam pembelajaran mereka, yaitu: a) bahan yang diajarkan perlu

dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil dan ditata secara berurutan,

(38)

secara berulang-ulang, c) kegiatan belajar hendaknya dilakukan dalam

situasi yang kongkret, d) berikan dorongan untuk apapun yang sedang

mereka pelajari, e) ciptakan suasana belajar yang menyenangkan

dengan menghindari kegiatan belajar yang terlalu formal, f) gunakan

alat peraga dengan mengkongkretkan konsep.

2. Masalah Penyesuaian Diri

Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam memahami dan

mengartikan norma lingkungan. Oleh karena itu mereka sering

melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan norma lingkungan tempat

tinggal. Keganjilan tingkah laku yang tidak sesuai dengan normatif

lingkungan berkaitan dengan kesulitan memahami dan mengartikan

norma, sedangkan keganjilan tingkah laku lainnya berkaitan dengan

ketidaksesuaian antara perilaku yang ditampilkan dengan

perkembangan umur.

3. Gangguan Bicara dan Bahasa

Anak tunagrahita mengalami gangguan bicara dibandingkan

dengan anak normal sehingga mengalami kesulitan dalam

mengartikulasikan bunyi bahasa dengan benar. Hal yang lebih serius

dari gangguan bicara adalah gangguan dalam bahasa dimana seorang

anak mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan

kosakata serta kesulitan dalam memahami aturan sintaksis dari bahasa

(39)

4. Masalah Kepribadian

Anak tunagrahita memiliki ciri kepribadian yang khas, berbeda

dari anak-anak pada umumnya. Perbedaan ciri kepribadian ini berkaitan

erat dengan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Kepribadian

seseorang dibentuk oleh factor organik seperti predisposisi genetik,

disfungsi otak dan faktor-faktor lingkungan seperti pengalaman pada

masa kecil dan oleh lingkungan masyarakat secara umum.

C. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak Tunagrahita

Hambatan yang esensial dari anak tunagrahita adalah

keterbatasannya dalam kecerdasan, yang selanjutnya hambatan ini dapat

menimbulkan berbagai permasalahan dalam Nunung Apriyanto (2012:91).

1. Masalah kesulitan belajar

Masalah kesulitan belajar merupakan masalah yang nyata pada

anak tunagrahita., ini disebabkan keterbatasan mereka dalam berpikir.

Kesulitan belajar pada anak tunagrahita nampak nyata ketika

berhadapan dengan bidang pengajaran akademik di sekolah, seperti

berhitung, membaca, atau pelajaran lain yang memerlukan pemikiran.

Tetapi bukan berarti mereka tidak dapat belajar, mereka dapat belajar

tapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

untuk mengatasi kesulitan belajar ini guru harus kreatif menciptakan

kondisi supaya anak mau untuk belajar, selain itu materi

(40)

2. Masalah penyesuaian diri

Penyesuaian diri ada kaitannya dengan perilaku adaptif.

Perilaku adaptif digambarkan sebagai kefektifan individu dalam

memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial yang

diharapkan dari umurnya dan kultur setempat, dengan kata lain bahwa

perilaku adaptif seorang anak berkaitan dengan kemampuannya kultur

atau norma lingkungan setempat disadari atau tidak masalah perilaku

adaptif atau masalah penyesuaian diri ada kaitannya dengan sikap dan

pola asuh orang tua serta perlakuan dari orang-orang di lingkungannya.

Oleh karena itu perlakuan orang tua akan memberi warna pada pola

perilaku anak tunagrahita. Ketika orang tua mau menerima anak apa

adanya maka orang tua akan berusaha untuk memahami kekurangan

anak dan memperlakukan mereka seperti anak-anak lainnya yang tidak

tunagahita.

3. Masalah gangguan kepribadian dan emosi

Anak-anak tunagrahita memiliki dasar psikologis, sosial, dan

emosi yang sama dengan anak-anak yang bukan tunagrahita. Tetapi

mereka mengalami keunikan dalam berhubungan dengan lingkungan

sekitar, yang mana mereka kurang mampu untuk mengatasinya, mereka

sering mengembangkan pola-pola perilaku yang kurang produktif

(41)

D. Kegiatan Belajar Efektif

John L. Marks (1988:11) mengartikan belajar adalah apa yang

dilakukan murid, bukan apa yang dilakukan guru untuk murid. Proses ini

akan berhasil jika digunakan alat-alat pengajaran yang sesuai dan murid

diarahkan pada kegiatan yang diperlukan pada saat yang tepat. Pengajaran

yang efektif perlu mencipakan suasana yang menunjang belajar, serta

kegiatan-kegitan dalam rangka proses belajar itu sendiri. Agar perencanaan

dan pelaksanaannya berhasil, guru harus memahami proses belajar itu

sendiri serta kondisi-kondisi bagaimana agar proses itu dapat berlangsung.

Satu kesimpulan yang penting adalah kondisi belajar berhubungan dengan

hasil yang diharapkan.

Alat peraga yang akan digunakan peneliti diharapkan dapat mampu

mengefektifkan pelajaran sehingga hasil yang diharapkan tercapai dan siswa

tidak bosan dalam mempelajari matematika dan dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

E. Minat belajar siswa

Minat adalah suatu ketertarikan seseorang terhadap suatu objek

tertentu yang bersifat relatif menetap sehingga orang tersebut merasa senang

dan tertarik terhadap suatu objek tertentu (Sendari, 2008 : 24). Sedangkan

menurut Muhibbin Syah (2005 : 136) minat yang dipakai oleh siswa dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi

(42)

ia akan memusatkan perhatian dan memungkinkan siawa tadi belajar lebih

giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dapat

membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang

terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang sama dengan kiat

membangun sikap positif.

Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat adalah ketertarikan

siswa terhadap suatu bidang studi tertentu sehingga perhatiannya terhadap

materi tersebut lebih banyak daripada siswa lainnya. Sehingga dengan

muncul minat dalam pembelajaran matematika anak tunagrahita diharapkan

mampu untuk memusatkan perhatian dan lebih giat untuk mencapai prestasi

yang diinginkan.

F. Pengukuran Panjang

Bermula dari kehidupan sehari-hari yang paling sederhana

misalnya mengukur panjang meja, buku, papan tulis, dan benda lainnya.

Pengukuran yang diajarkan pada sekolah dasar akan digunakan untuk bekal

belajar pada jenjang lebih tinggi. Kemampuan untuk mengukur yang

dipelajari dan dikuasai dapat membangun berpikir kritis sehingga dapat

membantu siswa mengatasi masalah di kehidupan sehari-hari. Secara umum

pengukuran dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang dilakukan untuk

mengetahui besaran suatu objek. Secara matematis pengukuran merupakan

(43)

Hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut ukuran dari objek

tersebut.

Materi pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar meliputi

pengukuran panjang, pengukuran waktu, dan pengukuran berat. Pembatasan

materi pada penelitian ini adalah pengukuran panjang karena materi ini

berkaitan dengan panjang dan geometri. Ada beberapa sub materi yang

berhubungan antara pengukuran panjang dengan bilangan yaitu: membilang

loncat, penjumlahan, pengurangan, meletakkan bilangan, lebih besar dari,

lebih kecil dari. Sedangkan kaitan pengukuran panjang dengan geometri

adalah pengukuran merupakan dasar karena dalam mempelajari geometri

dilakukan banyak pengukuran, misalnya pengukuran panjang suatu persgi,

pengukuran keliling persegi, dan sebagainya. Di sekolah luar biasa materi

pelajaran yang berkaitan dengan geometri dan pengukuran hanya sampai

pada menggunakan alat ukur panjang sehingga peneliti menggunakan materi

kelas 2 yang kompetensi dasarnya yaitu menggunakan alat ukur panjang

tidak baku serta membandingkan dua benda, agar siswa tuagrahita dapat

menggunakannya dalam kehidupan sehari hari.

Dalam Sukarman dkk (1981:37) untuk mengajarkan pengertian

pengukuran panjang, siswa harus sudah siap dengan konsep kualitas

(bilangan) sebab sesungguhnya bila kita mengukur suatu objek berarti kita

membandingkan panjang suatu objek dengan satuan ukuran. Maka peneliti

(44)

dapat mengerti tentang menggunakan alat ukur panjang dengan contoh yang

kongkret.

G. Alat peraga

Alat peraga merupakan hal yang mutlak harus digunakan guru

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran agar pelajaran menjadi menarik

dan minat siswa terhadap pelajaran terutama pelajaran matematika. Menurut

Nana Sudjana (1989:99) alat peraga dalam mengajar memegang peran

penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang

efektif.

Ada enam fungsi dan nilai alat peraga yang disampaikan Nana

Sudjaja (1989 : 99) yaitu:

1. Penggunaan alat peraga bukan merupakan fungsi tambahan tetapi

sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar-mengajar yang

efektif.

2. Guru harus mengembangkan alat peraga karena merupakan bagian

yang integral dari keseluruhan situasi belajar.

3. Alat peraga dalalam pembelajaran harus mengandung pengertian

bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan

bahan pelajaran.

(45)

5. Penggunaan alat peraga dalam pelajaran lebih diutamakan untuk

mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa

menangkap pengertian dari guru.

6. Penggunaan alat peraga akan mencapai hasil belajar yang tahan

lama di ingatan siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi.

Dari fungsi-fungsi di atas maka sangatlah penting penggunaan alat

peraga apalagi pada anak SLB C agar meningkatkan minat dalam belajar

matematika pada materi membandingkan panjang dan pendek suatu benda

serta menggunakan alat ukur panjang tak baku.

H. Kerangka Pikir

Pembelajaran matematika menggunakan alat peraga diharapkan

mampu membuat siswa tunagrahita terlibat aktif dalam pelajaran.

Keterlibatan siswa dapat dilihat dari kemauan siswa untuk merespon

pertanyaan peneliti, mengerjakan soal yang diberikan peneliti dan mampu

untuk menggunakan alat peraga dengan tepat. Minat berhitung matematika

juga tampak dari antusias siswa untuk maju ke depan kelas dan mengerjakan

soal dengan menggunakan alat peraga manik-manik. Dengan demikian

proses belajar mengajar di dalam kelas akan efektif dan siswa merasa

(46)

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, karena penelitian ini

tertuju pada pemecahan masalah pada masa sekarang sehingga

fenomena-fenomena yang ada akan terungkap kebenarannya. Semua data akan diolah

secara deskriptif dan kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah

yang ada. Pada penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan dan

menggambarkan fenomena-fenomena dalam proses belajar mengajar pada

sisiwa SLB C.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa tunagrahita mampu-didik kelas 2

SLB Marganingsih, objek penelitian ini adalah efektivitas penggunaan alat

peraga untuk meningkatkan minat berhitung pada siswa SLB.

C. Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data primer karena merupakan data

yang didapat/dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari

sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli/data baru yang

(47)

mengumpulkannya secara langsung. Cara yang digunakan oleh peneliti

adalah dengan observasi dan menggunakan rekaman video, selanjutnya akan

dirangkum dalam bentuk kalimat atau kata.

D. Metode Pengumpulan Data

Peneliti memperoleh data menggunakan beberapa metode, yaitu:

1. Obervasi

Observasi merupakan kegiatan mengumpulkan data dengan

mengamati proses belajar mengajar. Peneliti mengamati bagaimana

keterlibatan siswa dalam proses belajar matematika, peneliti juga

mencatat proses belajar mengajar dari awal hingga akhir pelajaran.

Observasi yang dilakukan peneliti bersumber dari Marshall (1995)

dalam Sugiyono (2013:64) yang menyatakan bahwa melalui observasi,

peneliti belajar tentang prilaku dan makna dari prilaku tersebut.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan pada guru kelas II SLB Marganingsih.

Hasil wawancara dapat memperkuat apakah siswa di kelas sudah

terlibat dalam proses belajar mengajar.

3. Latihan soal siswa

Latihan soal yang akan digunakan untuk mendapatkan data

mengenai perubahan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

Perubahan minat dapat dilihat dari respon siswa saat mengerjakan soal

(48)

4. Dokumentasi Video dan Suara

Dalam penelitian ini peneliti membuat dokumentasi berupa

video, rekaman suara, serta hasil pekerjaan siswa. Rekaman dan foto

diambil saat pembelajaran dan wawancara terhadap guru. Hasil

rekaman video akan digunakan untuk melihat keterlibatan siswa selama

pelajaran berlangsung dengan menggunakan alat peraga.

E. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data dapat dilakukan dengan

tahapan-tahapan seperti berikut:

1. Rangkuman Hasil Observasi

Data observasi dengan menggunakan instrumen akan

disebarkan kepada observer. Data hasil observasi akan dirangkum dan

dianalisis untuk melihat peningkatan minat siswa terhadap pelajaran

matematika.

2. Transkripsi Video

Setelah diperoleh hasil rekaman video yang di dalamnya berisi

proses belajar mengajar siswa SLB, peneliti melihat berulang-ulang

untuk menemukan apakah keefektivitasan menggunaan alat peraga

dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.

Kemudian untuk meningkatkan validitas, peneliti melakukan

(49)

sehingga data-data dapat digunakan untuk menunjukkan adanya minat

dalam belajar matematika.

Data mengenai minat siswa dalam pelajaran matematika

menggunakan alat peraga didapat dengan cara menganaliasis hasil

deskripsi dari hasil rekaman video. Data dari pertemuan-pertemuan

akan dianalisis secara deskriptif per pertemuan, dan pada akhirnya akan

dianalisis secara keseluruhan sehingga akan memperoleh data yang

akan digunakan untuk membandingkan dan melihat minat siswa dalam

pelajaran matematika menggunakan alat peraga.

3. Rangkuman Hasil Wawancara

Wawancara akan dilakukan oleh peneliti agar pertanyaan yang

diajukan dapat berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dapat digunakan oleh peneliti untuk

menunjang analisa observasi dan data rekaman video saat

pembelajaran, peneliti juga dapat melihat efektivitas penggunakan alat

peraga sehingga minat siswa SLB terhadap pelajaran matematika

semakin meningkat.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan untuk mendapatkan data

terdiri dari tiga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

(50)

Lembar observasi digunakan untuk mencatat proses belajar

siswa. Lembar instrumen pengamatan meliputi: Siswa merasa senang

saat belajar matematika dengan mengikuti pelajaran dengan baik,

memahami pelajaran yang diberikan, dan termotivasi untuk melakukan

kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga sehingga minat siswa

terhadap matematika meningkat.

2. Lembar Wawancara Guru

Wawancara akan dilakukan pada guru setiap kali proses

pembelajaran berakhir. Tujuan dari wawancara adalah mendapatkan

data yang berkaitan dengan kegiatan belajar, kesulitan yang dialami

siswa, dan respon siswa terhadap pembelajaran. Wawancara akan

dilakukan kepada guru kelas di SLB Marganingsih.

3. Dokumentasi

Dokumentasi akan berbentuk rekaman video, foto, rekaman

suara, serta arsip-arsip pekerjaan siswa. Foto dan rekaman video dibuat

saat pelajaran berlangsung, sedangkan rekaman suara dibuat saat

melakukan wawancara. Dokumentasi yang diperoleh dapat digunakan

sebagai dasar bagi peneliti untuk membuat kesimpulan dalam

penyusunan skripsi.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan

(51)

b. Bertemu dengan guru kelas II SLB Marganingsih.

c. Bertemu dengan guru untuk membicarakan rencana penelitian dan

materi yang akan digunakan.

d. Observasi ke dalam kelas dengan melihat dan membantu proses

belajar mengajar di kelas serta mempelajari karakteristik siswa

SLB C.

e. Berdiskusi bersama guru mengenai pembagian tugas dan

penggunaan alat peraga.

f. Meminta surat ijin kepada Universitas Sanata Dharma untuk

melaksanakan penelitian di SLB.

2. Rencana Kegiatan

Dalam penelitian ini peneliti dibantu guru untuk melaksanakan

pembelajaran di kelas dan juga membantu dalam berkomunikasi serta

menafsirkan jawaban yang diberikan siswa karena peneliti dihadapkan

pada kendala komunikasi dengan siswa SLB C. Rencana kegiatan yang

dilakukan adalah:

a. Membuat RPP

b. Membuat alat peraga menarik bagi siswa

c. Melakukan evaluasi setelah pembelajaran

d. Mengetahui keefektivan alat peraga dengan mengamati tingkah

laku dan melihat respon serta reaksi selama pelajaran berlangsung.

3. Bahan dan Cara Menggunakan Alat Peraga

(52)

1) Manik-manik dari kayu.

2) Senar.

3) Benda-benda yang ada di dalam kelas.

b. Cara kerja

1) Pertemuan ke-1 digunakan untuk meronce dan membandingkan

ukuran panjang roncean dengan teman • Siswa diberi manik-manik berwarna.

• Siswa diminta meronce manik-manik yang telah dibagi

pada senar.

• Setelah meronce siswa diminta untuk mengukur lingkar

pergelangan tangan dengan menggunakan hasil ronce

mereka. Setelah itu siswa diminta untuk membandingkan

hasil yang telah mereka ukur dengan teman yang lainnya

dan mengutarakan ide mereka.

• Dengan cara yang sama siswa diminta mengukur panjang

benda yang ada di dalam kelas misal panjang buku,

panjang pensil, panjang tempat pensil, dan lain-lain

dengan menggunakan roncean mereka. Setelah itu siswa

diminta untuk membandingkan hasil yang telah mereka

ukur dengan teman yang lainnya dan mengutarakan ide

mereka.

2) Pertemuan ke-2 digunakan untuk menggunakan alat ukur tak

(53)

• Siswa menggunakan jengkal untuk mengukur meja dan

papan tulis untuk mengenal pengukuran panjang

menggunakan alat ukur tak baku dan membandingkan

dengan teman yang lain.

• Siswa menggunakan pensil masing-masing untuk

mengukur lebar kursi dan buku untuk mengenal

pengukuran panjang menggunakan alat ukur tak baku dan

membandingkan dengan teman yang lain.

3) Pertemuan ke-3 digunakan untuk menggunakan mengevaluasi

dengan memberikan soal-soal latihan:

• Siswa dibagikan soal dengan materi yang telah diajarkan

pada pertemuan satu dan dua.

• Dari hasil evaluasi tersebut peneliti mencontohkan

manfaat penggunaan alat peraga tak baku dalam

(54)

32

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SLB Marganingsih dengan alamat

Jalan Raya Tajem, Kregan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman,

Yogyakarta. Pembelajaran yang akan dilaksanakan peneliti di sekolah

ini adalah penggunaan alat peraga untuk meningkatkan minat berhitung

siswa dalam pelajaran matematika. Tiga siswa akan membantu peneliti

dalam proses belajar mengajar di kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai fasilitator yang

menyediakan alat peraga serta pengajar dalam proses belajar yang

dibantu oleh guru. Peneliti mengambil materi pengukuran dan

penggunaan alat ukur panjang, agar para siswa mampu mengukur dan

membedakan panjang dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan

penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan dimulai dari persiapan,

pelaksanaan, dan memperoleh hasil penelitian lalu dianalisis. Observasi

sebelum pembelajaran dilakukan sebanyak empat kali. Observasi

sebelum pelajaran dilakukan untuk lebih dekat dengan siswa yang ada

di sekolah juga bertanya tentang RPP yang dibuat agar sejalan dengan

(55)

peneliti mengetahui apa saja kendala siswa saat dalam pelajaran dan

peneliti dapat mengenal siswa yang akan membantu dalam penelitian.

2. Observasi Sebelum Pembelajaran

Pada observasi pertama tanggal 16 Februari 2015 peneliti

mendatangi SLB Marganingsih dengan alamat Jalan Raya Tajem,

Kregan, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta untuk melihat

keadaan sekolah. Sekolah ini terdiri dari beberapa jenjang pendidikan

yaitu SDLB, SLPLB, dan SMALB dan sekolah ini terletak jauh dari

jalan raya oleh karena itu siswa menjadi tenang dan nyaman dalam

proses belajar. Siswa yang berada di sekolah ini sangat ramah terhadap

guru, siswa lain, dan juga terhadap peneliti. Keadaan siswa antar

jenjang pendidikan sangat ramah, mereka bermain bersama tanpa ada

perbedaan, saling membantu bila ada siswa yang dalam kesulitan,

contohnya saat ada siswa yang kesehariannya memakai kursi roda

banyak siswa yang siap membantu mendorong kursi roda tanpa diminta

pertolongannya. Namun tak dipungkiri ada beberapa siswa yang

tiba-tiba menangis, mengamuk, menendang, dan memukul.

Pada observasi kedua 17 Februari 2015 peneliti mengikuti

proses belajar mengajar dengan materi penjumlahan kurang dari 10.

Peneliti melihat guru yang mengajar sangatlah sabar, apabila siswa

belum mengerti guru membimbing siswa tersebut sampai bisa. Peneliti

(56)

mengajar, peneliti melihat siswa sangat lamban menerima informasi

dari luar, peneliti berulang kali membantu mengerjakan tugas mereka.

Siswa kurang berkonsentrasi saat ada siswa lainnya yang nakal dan

ribut. Jadi guru dan peneliti dituntut kesabaran dalam membimbing

siswa SLB.

Tanggal 6 Maret 2015 peneliti menanyakan tentang RPP yang

telah dibuat kepada guru kelas. Guru memberi masukan kepada peneliti

apa yang kurang dari RPP yang dibuat. Materi juga ditanyakan peneliti

kepada guru agar dapat sesuai dengan pelajaran di SLB. Tanggal 16

Maret 2015 peneliti datang ke sekolah untuk menanyakan jadwal

penelitian, dan menanyakan soal-soal yang akan digunakan. Di sini

guru menyarankan agarfont sizedibesarkan sedikit agar siswa nyaman

untuk membaca soal yang diberikan.

Melalui beberapa observasi, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa anak-anak SLB C Marganingsih kelas II tidak diajari

keseluruhan materi dan kurikulum yang biasanya diajarkan di SD kelas

II pada umumnya, karena anak tunagrahita mempunyai kemampuan

yang kurang dalam mengingat dan mengikuti pelajaran. Jadi sangatlah

cocok apabila SLB C menggunakan alat peraga dan gambar yang nyata

dalam pembelajaran terutama pelajaran matematika. Pada dasarnya

siswa SLB menyukai matematika dibandingkan dengan pelajaran lain.

(57)

 S1 adalah siswa yang ramah dan selalu menyapa apabila bertemu

dengan orang baru. S1 sangat cerewet apapun akan ditanyakan

bahkan pertanyaan tersebut akan diulang-ulang. Kemampuan

motoriknya sangat kurang dari teman lainnya dan susah diatur.

Tetapi kemampuan mengejanya bagus dibandingkan dengan

teman-teman yang lainnya.

 S2 adalah siswa yang dewasa, dia dapat ngemong teman yang

lainnya dan menurut dengan apa yang diminta guru. Berhitung

adalah hobinya, sehingga S2 senang sekali dengan pelajaran

matematika. Dan sangat antusias dalam pelajaran matematika

apalagi dengan menggunakan alat peraga.

 S3, siswa ini sudah dua bulan tidak mengikuti pelajaran di sekolah.

Guru lalu membujuk S3 untuk berangkat sekolah dengan janji akan

diajak piknik oleh guru dan teman-teman. Dalam pelajaran, tulisan

S3 paling bagus dan rapi, tetapi S3 harus dibimbing bila menulis

karena sudah lama tidak belajar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajar di

SLB antara lain:

 Bahasa yang digunakan harus sederhana, kongkret, dan mudah

dipahami oleh siswa.

 Pengajar tidak boleh pilih kasih, semua siswa harus diperhatikan.

 Sabar adalah sifat yang harus ada bila menghadapi anak SLB yang

(58)

 Pengajar harus bertatap muka dengan siswa, agar interaksi berjalan

dengan baik.

3. Observasi Pada Waktu Pembelajaran. a. Pertemuan pertama.

Observasi selasa 17 Maret 2015

P : Peneliti Siswa 1 : S1 G : Guru Siswa 2 : S2 Siswa 3 : S3

Sebelum pelajaran guru menyampaikan maksud kedatangan peneliti ke sekolah kepada siswa.

G : Jadi nanti anak-anak nurut sama mbak Putri ya! P : Belajar bersama mbak Putri.

S1+S2+S3 : Ya (sambil mengangguk). G : Bu guru di sini.

P : Bu guru juga ikut sama sama ya, kita mulai. G : Yuk boleh dimulai mbak Putri.

P : Ini sekarang kita mau belajar tentang mengukur. Di sini mbak Putri punya tempat, ada isinya, apa ya isinya? (sambil mengambil manik-manik dalam wadah).

S2 : Tidak tahu (memperhatikan wadah yang dibawa peneliti). P : Ini apa ya isinya. Namanya apa ini.

Tahu?(sambil menunjukkan kepada semua siswa).

S2 : Tidak tahu (menggelengkan kepala).

P : Ini namanya manik-manik. Manik-manik yang seringdibuat gelang. Tahu? Tahu? Pernah lihat? (sambil memperagakan gelang di pergelangan tangan).

G : Tahu pernah lihat? Pernah buat gelang? (S1, S2, dan S3 mengangguk)

P : Sekarang kita membuat gelang dari manik-manik. Mbak Putri bagikan senarnya.

(Peneliti membagikan senar kepada setiap siswa) P : Coba sekarang kita masukkan manik-manik ke dalam

senarnya.

(Sambil mencontohkan kepada siswa, lalu siswa meroce manik dengan dibantu oleh peneliti dan guru, S1 harus dibantu oleh guru dengan cara dibujuk dan agak disentak agar mau memasukkan senar ke lubang manik-manik. S3 dan S2 dapat meronce sendiri dengan baik). (Setelah meronce siswa dibagikan lembar soal).

(Mengerjakan soal nomor 1).

(59)

Pensilnya mana? (bertanya kepada S3 dan S2).

G : Nama! Sini nama ditulis! (sambil menunjuk kertas S2). Mas S3 bisa? (sambil mengeja untuk S3).

P : Sini namanya S3 (sambil mengeja nama S3). G : Bisa?

P : S3 (mengeja untuk S3). (Lalu S3 mulai menulis di kertas).

P : Sekarang dihitung manik-manik gelangnya berapa Jumlahnya? (mendekat ke S2 dan S3).

G : Tuh punya S2 berapa? Punya S2 jumlahnya berapa? P : Ini punya S2 berapa jumlahnya? Coba dihitung!

(menunjuk ke manik-manik yang dibuat S2). G : Ayo mas S1 dicoba yuk, ini dicoba lagi, tanganmu

besar!(berbicara kepada S1) ini belum cukup (dipergelangan tangan S1 lalu guru membimbing S1 yang meronce karena tangan S1 kaku).

P : Coba dihitung (berbicara ke S2).

S2 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas (membilang sambil menunjuk manik-manik).

P : Ya bagus, berapa tadi hasilnya? S2 : Dua belas.

P : Ditulis jumlahnya di sini (sambil menunjuk soal). S2 : Ya (menulis jawaban pada kertas soal).

P : S3 mana tadi gelangnya?

S3 : Ini (sambil menunjukkan gelang yang telah dibuat).

P : Ohya yang ini. Coba kita hitung berapa ya manik-maniknya? S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan

(sambil menunjuk manik-manik satu persatu tetapi salah membilang).

P : Terus? Yang ini? (menunjuk manik yang belum dihitung) Coba diulangi lagi, ayo.

S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan (tangan S3 menunjuk manik-manik lebih dulu sebelum mulai mengucapkan perhitungannya).

P : Salah, coba kita hitung sama sama yuk! (sambil menunjuk manik-manik dan berhitung bersama-sama)

S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan,sepuluh.

P : Ok sepuluh. Jadi manik-maniknya berapa? S3 : Sepuluh (mengucap dengan suara pelan).

P : Ya bagus. Ditulis di sini. (sambil membimbing menulis angka“10” pada kertas jawaban).

G : Bilang sama mbak Putri sana! “PunyaS1 sudah

mbak Putri” (guru berbicara kepada S1). S1 : Punya S1 sudah mbak Putri.

P : Ohya, sekarang dihitung.

(60)

S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas (membilang sambil menunjuk manik-manik).

P : Pintar (memberi pujian kepada S1). G : Punyanya mas S2 berapa?

P : Punyanya mas S2 berapa manik-maniknya? Berapa tadi?(S2 tersenyum sambil mukanya disembunyikan karena malu).

G : Malu mbak (memberitahu peneliti). Dua belas. S2 : Dua belas.

G : Sama seperti mas S1.

P : Kalau punyanya S3 tadi berapa?

G : Tangannya kecil (maksudnya: tangannya S3 kecil). S3 : Sepuluh (berucap dengan malu-malu).

P : Sekarang yang buat gelang paling besar siapa? (maksudnya: paling banyak manik-maniknya). G : Yang paling banyak siapa? (bertanya kepada semua). P : Yang paling banyak manik-maniknya! S1 banyak gak?

Sama S2? punya S2 berapa? G : S1 dua belas. Punya S2 berapa? P : Punya S2 berapa?

S2 : Sama (maksudnya sama dengan S1). P + G : Ya.

P : Kalau punya S3?

G : Berapa? Tadi S3 berapa?

S3 : Sepuluh (malu-malu mengucapkannya).

P : Ya sepuluh. Berarti pergelangan tangannya S3 lebih kecil dari pada S2 dan S1 (peneliti menjelaskan kepada siswa tentang lebih besar lebih kecil, setelah itu peneliti lanjut ke soal berikutnya).

(Mengerjakan soal nomor 2).

P : Terus sekarang yang kedua kita mengukur pensil. Mbak Putri punya pensil. Kita mengukur pensil menggunakan manik-manik yang tadi (membagikan pensil ke semua siswa).

P : Apakah panjang manik-manik ini sama dengan panjang Pensil ini? (meletakkan manik-manik berdampingan dengan pensil).

(S2 dan S3 memperhatikan peneliti mendampingkan pensil dan manik-manik).

P : Bagaimana tadi? Panjangnya pensil seberapa?

(maksudnya:banyaknya manik-manik yang dibuat S2). Coba ditunjuk! Dari sini sampai sini (menunjuk manik-manik yang dibuat S2).

(S2 memperhatikan peneliti dengan malu-malu).

P : Ini sama tidak dengan panjang pensilnya dengan

(61)

S2 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh (membilang dengan pelan dengan vokal kurang jelas dan menunjuk manik-manik satu persatu).

P : Ya betul, ditulis di kertas jawaban.

P : Bagaimana S3? (menghampiri S3 yang sedang meronce). Coba kita hitung berapa manik-maniknya S3?

S3 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh (mengucap sangat pelan dengan menunjuk manik-manik satu per satu). P : Kita tulis di sini (menunjuk kertas soal tetapi S3

menulisangka “7” kurang bisa maka dibantu oleh S2 mengajarkan menulis angka” 7”).

G : Coba dihitung manik-manik S1 (sambil memegang tangan S1 dan membimbing menghitung manik- manik). S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan,sembilan

(menghitung tetapi salah).

G : Coba ulang menghitungnya! (guru beberapa kali meminta S1 untuk menghitung lagi).

S1 : Satu, dua, tiga, empat, lima,enam, tujuh, delapan, sembilan,sepuluh (membilang sambil menunjuk manik-manik).

G : Ya betul, jadi manik-manik S1 ada? S1 : Sepuluh.

G : Sepuluh apa namanya? S1 : Sepuluh pensil.

G : Pensilnya cuma satu. Sepuluhnya apa? Coba tanya sama S2? S2 : Gak tahu (S2 menggelengkan kepala).

P : Ini apa namanya? (peneliti sambil menunjuk manik-manik). G : Ini namanya manik-manik. Diingat dalam otak ya.

S1 + S2 : Manik-manik (mengulang kata “manik-manik”).

G : Ditulis jumlah manik-maniknya di sini! (menunjuk kertas S1).

P : Sudah menghitungnya? (bertanya kepada semua siswa). G : Sudah? Tuh ditanya sama mbak Putri.

S1+S2+S3 : Sudah.

P : S1 panjang manik-maniknya jumlahnya berapa? S1 : Sepuluh.

P : Punyanya tadi S2 berapa? S2 : Sepuluh.

P : Punyanya S3?

S3 : Tujuh (awalnya lupa tapi diingatkan oleh peneliti dan siswa lainnya)

P : Jadi panjang pensilnya S3 sama panjang pensilnya S2 sama atau tidak?

S2+ S3 : Sama.

P : Kalau sama S1 panjangan mana? Panjangan punyanya S1 atau S2? Tadi S1 berapa?

G : Panjang manik-manik berapa tadi? (bertanya kepada S1). S1 : Sepuluh.

(62)

S2 : Tujuh.

P : Berarti lebih tinggian punya S1 atau S2? S2 : S1.

P : Jadi pensil S1 lebih tinggi daripada pensil S2 dan S3.

(Mengerjakan soal nomor 3)

P : Sekaran

Gambar

gambar manik-manik soal nomor 1): Bagaimana menulis empat belas? (bertanya kepada S2danS3
Gambar yang dibawah kain itu apa?
gambar bolanya. Jadi harus terfokus, berbeda dengan
Tabel 4.1 Hasil Final Observasi S1 Pada Pertemuan Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Combes dan Nimmo.1983.Propaganda Baru Kediktatoran Perundingan Dalam Politik Masa Kini.Bandung.PT Remaja Rosdakarya • Jill Steans dan Lloyd Pettiford.1966.International

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN MEDIA GAMBAR DAN TEKNIK TRANSFORMASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan variabel

GAYA HIDUP SEHAT DENGAN OLAHRAGA...

Tunjangan Jabatan Struktural adalah tunjangan jabatan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil, Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Anggota Tentara Nasional

Menurut Djajasudarma (1999: 6) pada dasarnya kata itu memiliki makna kognitif (denotatif, deskriptif), makna konotatif, dan makna emotif. Kata dengan makna kognitif.. digunakan

masalah pokok pada Kantor Camat Ilir Barat II Palembang yaitu, “Bagaimana membuat Rancang Bangun Website Informasi Kependudukan pada Kantor Camat Ilir Barat

This indicates the negative effect from the increasing debt tend to be neutralized when the com pany con trolled by family. the negative affect o f increasing debt is