• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : NIKO TUA KIVANDO MANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : NIKO TUA KIVANDO MANIK"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIKO TUA KIVANDO MANIK 160200332

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Niko Tua Kivando Manik

NIM : 160200332

Judul Skripsi : Upaya Pemerintah Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura Ditinjau Dari Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan plagiarism atau duplikasi dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah hasil dari plagiarism atau duplikasi, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, Juli 2021

Niko Tua Kivando Manik NIM: 160200332

(4)

`

i ABSTRAK

Niko Tua Kivando Manik*

Mahmul Siregar **

Tri Murti Lubis ***

Skripsi ini membahas tentang upaya pemerintah dalam memudahkan penanaman modal asing pada sektor pertanian hortikultura melalui diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, sebagai usaha pemerintah guna meningkatkan penanaman modal di Indonesia dan meningkatkan usaha hortikultura nasional.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, tertier yang dikumpulkan melalui studi pustaka.

Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data normatif – kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan kegiatan usaha sektor hortikultura diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortkultura dan Penanaman modal asing sektor hortikultura sebelumnya termasuk kedalam Daftar Negatif Investasi yang tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, dimana saham penanaman modal asing pada sektor hortikultura hanya diperbolehkan maksimal mencapai 30%

dan penanam modal asing yang memiliki saham diatas 30% diwajibkan mendivestasikan sahamnya. Untuk mempermudah penanaman modal asing pada sektor hortikultura, Pemerintah melalui diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja menghapuskan ketentuan pembatasan penanaman modal asing sebesar 30% tersebut dan menghapuskan ketentuan yang mengharuskan divestasi saham bagi penanaman modal asing.

Kata Kunci : upaya pemerintah, penanaman modal asing, hortikultura

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya skripsi ini dengan judul “Upaya Pemerintah Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”. Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi tugas akhir dan bertujuan untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan, motivasi, semangat, arahan, bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan motivasi. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muryanto Amin, S Sos,M Si., selaku Rektor USU;

2. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum USU; dan Dosen Pembimbing II yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini

3. Ibu Dr. Agusmidah, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum USU;

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum USU;

(6)

`

iii

5. Bapak Dr. Mohammad Ekaputra, S.H.,M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum USU;

6. Almarhum Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., MH., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU; dan Dosen Pembimbing I yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini;

7. Ibu Tri Murti Lubis, S.H., M.H., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU dan Dosen Pembimbing II yang banyak membantu penulis dalam memberikan masukan, arahan-arahan serta bimbingan di dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini;

8. Bapak/Ibu Dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum USU;

9. Kedua orang tua penulis, ayahanda Tembok Manik dan Hendrita Br Munthe serta keluarga besar yang senantiasa memberi doa, dukungan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

10. Bapak/Ibu dan seluruh Staf Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing Penulis selama sepuluh semester perkuliahan yang dijalani Penulis;

11. Saudara-saudara Penulis, Kezia Kivani Manik dan Andreas Bernardo Manik yang selalu memberi dukungan dan doa sehingga Penulis bisa menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang ini;

(7)

iv

12. Saudara-Saudara sepupu yang kukasihi yang selalu menyemangati dalam susah dan senang: Christ Alvannij dan Gregory Sinurat;

13. Teman seperjuangan yang selalui ada saat susah dan senang: Frans, Ari, Adi, Gefri, Matthew, Armon ,Jonathan, Wendi, Fanta dan Andre;

14. Keluarga Manik yang menyemangati dan menasihati saat diperlukan: Bou Deo, Bou Lola, Lola, Samuel, Kevin, Gibran, Mozza, Natalia, Adumta dan Deo;

15. Teman-Teman seangkatan Grup D Fakultas Hukum USU 2016

16. Teman-Teman Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU angkatan 2016

17. Adek manis yang terkasih, Kasih Monica Ronauli Gratiavida Nainggolan, yang selalu menyemangati untuk menyelesaikan skripsi dalam satu bulan terakhir dan semoga menjadi salah satu orang paling berarti dalam perjalanan hidupku yang akan datang.

18. Jordan Peterson, sosok idola yang mempengaruhiku secara tidak langsung melaui buku dan video-videonya di youtube untuk menjadi bertanggung jawab dan mengerti arti kehidupan.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu.

Seperti kata peribahasa, tiada gading yang tak retak, begitu pula penelitian ini.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu,penulis berharap kepada pembaca agar memberikan kritik dikemudian hari skripsi ini

(8)

`

v

dapat diperbaiki dan disempurnakan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya ilmiah yang dapat digunakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang akan datang.

Medan, Juli 2021

Hormat Saya

Niko Tua Kivando Manik

160200332

(9)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Unit Usaha Budidaya Hortikultura...67 Tabel 2. Bidang Usaha Hortikultura...88 Tabel 3. Perbandingan DNI Indonesia dengan Berbagai Negara...96

(10)

`

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian... 14

E. Keaslian Penulisan ... 15

F. Tinjauan Kepustakaan ... 17

G. Metode Penelitian ... 22

H. Sistematika Penlisan ... 25

BAB II : PENANAMAN MODAL ASING DALAM PRESPEKTIF HUKUM DI INDONESIA... 27

A. Sejarah Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 27

B. Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia ... 36

C. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 42

D. Pokok-Pokok Pengaturan Kegiatan Penanaman Modal Asing Dalam Hukum Indonesia ... 49

(11)

viii

BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR

HORTIKULTURA SEBELUM DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG

NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA ... 64

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Penanaman Modal Sektor Hortikultura ... 64

B. Dasar Hukum Kegiatan Hortikultura di Indonesia... 69

C. Kebijakan Pemerintah Terkait Penanaman Modal Asing Pada Sektor Hortikultura 78 D. Ketentuan-Ketentuan dan Persyaratan Umum Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura ... 82

E. Ketentuan Divestasi Saham Asing Pada Kegiatan Usaha Hortikultura ... 91

BAB IV UPAYA PEMERINTAH MEMUDAHKAN PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR HORTIKULTURA MELALUI DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA ... 95

A. Latar Belakang UU Cipta Kerja terkait Bidang Penanaman Modal ... 95

B. Perubahan Pengaturan Penanaman Modal Asing dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja ... 101

C. Alasan Perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura Dengan Diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja ... 110

D. Dampak Perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura Dengan Diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja terhadap Kemudahan Penanaman Modal Sektor Holtikultura 116 BAB V : PENUTUP ... 120

A. Kesimpulan ... 120

E. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara bercita-cita mensejahterakan rakyatnya, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Hal tersebut tidak mudah dan memerlukan kerja keras dari semua pihak. Sarana yang dipakai dalam mencapai tujuan tersebut yakni melalui pranata pembangunan. Usaha melaksanakan pembangunan tersebut tidak dapat dipungkiri menggunakan modal yang tidak sedikit. Tidak cukup hanya mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah saja dan perlu dicari sumber dana lain. Salah satu sumber modal yang dapat dimanfaatkan adalah melalui pranata penanaman modal.1

Pentingnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional, menempatkan penanaman modal menjadi perhatian khusus pemerintah dan menjadi bagian penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan adanya kegiatan penanaman modal atau investasi, potensi sumber daya yang ada baik sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat dimanfaatkan menjadi kekuatan ekonomi riil.

Penanaman modal atau investasi dapat berupa penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Penanaman modal asing adalah suatu

1 Sentosa Sembiring, Hukum Investas Pembahasan dilengkapi Undang Undang Nomor 25 Tshun 2007 Tentang Penanaman Modal, (Bekasi: Nuansa Aulia, 2010) hlm. 39

(13)

bentuk penanaman modal yang dilakukan oleh penanam modal atau investor yang berasal dari negara lain atau diluar Negara Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah bentuk penanaman modal yang dilakukan oleh penanam modal atau investor lokal yang berasal dari dalam Negara Indonesia.2

Kegiatan Penanaman modal di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1967 dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN). Kemudian dengan berkembangnya iklim investasi, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang PMA diubah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967, sedangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN diubah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 Tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN. Seiring dengan berkembangnya hukum, UUPMA dan PMDN kini tidak lagi berdiri sendiri-sendiri. Pengaturan Mengenai penanaman modal atau investai telah diatur dalam satu Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (UUPM) yang diundangkan pada tanggal 26 April 2007.

Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penananaman Modal merupakan produk hukum yang merespon

2 Salim HS, dan Budi Sutrisno,Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,2008), hlm.154

(14)

3

perkembangan iklim penanaman modal yang berkembang dimana aturan yang sebelumnya (UUPMA dan UUPMDN) sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan perkembangan perekonomian dan pembangunan ekonomi nasional, khususnya bidang penanaman modal. Undang-Undang ini didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain terkait dengan cakupan undang-undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanam modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan para pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pembangunan penanaman modal bagi usaha mikro,kecil, menengah dan korperasi, hak kewajiban dan tanggung jawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi kelembagaan, penyelenggaraan urusan penanaman modal.3

Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga tidak terlepas dari keanggotan Indonesia di World Trade Organization (WTO), dimana Indonesia meratifikasi kesepakatan pendirian WTO melalui Undang Undang Nomor 7 Tahun 1994 yang mewajibkan Indonesia untuk mengharmonisasikan peraturan perudang-undangan di bidang penanaman modal dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam WTO.

Meskipun demikian jauh sebelum Indonesia menandatangani kesepakatan

3 Monica Nunik Gayatri, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Pemberian Insentif Bagi Investor Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman Modal), (Surakarta :Disertasi Universitas Sebelas Maret, 2010), hlm. 5.

(15)

WTO, sudah mulai timbul pemikiran dari para ahli hukum mengenai ketentuan yang mengatur investasi di Indonesia yang dibuat sekitar empat puluh tahun yang lalu sudah dianggap tidak memadai lagi sebagai dasar hukum untuk menarik investor asing maupun investor dalam negeri.4

Sejak diundangkan, UUPM telah menimbulkan perbedaan pandangan yang cukup signifikan dan cenderung bertolak belakang. Pandangan pertama menganggap undang-undang ini sangat berpihak kepada investor asing dengan adanya jaminan perlakuan yang sama antara investor asing dan domestik.

Pandangan ini mengarah kepada suatu pendapat yang menganggap bahwa undang-undang ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pandangan kedua, menganggap undang-undang ini merupakan salah satu solusi yang tepat mengatasi problema penanaman modal di Indonesia. Undang-undang ini juga dikatakan telah disesuaikan dengan perubahan perekonomian global yang semakin terbuka dan tanpa batas serta telah memenuhi kewajiban internasional Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional.5

Terlepas dari pro dan kontra pandangan keberpihakan UUPM terhadap investasi asing, namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investasi asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup luas (multiplier effect). Manfaat yang dimaksud adalah kehadiran investor asing dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal; dapat menciptakan demand bagi produk dalam negeri sebagai bahan baku;

4 Sentosa Sembiring,op.cit., hlm 26

5 Mahmul Siregar, “UUPM dan Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam Kegiatan Penanaman gModal”. Jurnal Hukum Bisnis. Volume 26/No. 4/Tahun 2007

(16)

5

menambah devisa apalagi investor asing yang berorientasi ekspor;dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak; adanya alih teknologi (transfer or technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how.)6

Dalam melakukan pembangunan di segala sektor membutuhkan dana yang cukup besar, sementara dana di dalam negeri (domestik) tidak mencukupi, maka pemerintah sebagai penyelenggara negara mencari alternatif lain diantaranya adalah mengundang investasi asing. Pemerintah dalam mengundang penanam modal khususnya investor asing ke Indonesia, diperlukan adanya iklim investasi, politik dan hukum yang sehat disertai kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi suatu negara. Kondisi inilah yang mampu menggerakkan sektor penanaman modal untuk ikut serta menggerakkan roda perekonomian. Walaupun kehadiran investor asing membawa manfaat bagi negara penerima modal, disisi lain investor asing yang hendak menanamkan modalnya juga tidak lepas dari orientasi mencari keuntungan dan pertimbangan ekonomi, apakah modal yang diinvestasikan aman dan dapat menghasilkan keuntungan.

Maka dari itu, kebijakan dan aturan-aturan investasi yang dibuat pemerintah haruslah konsisten, jelas, dan meninggalkan aturan-aturan yang mengandung pembatasan-pembatasan yang ketat serta tumpang tindih dalam penanaman modal, namun tetap dalam koridor yang telah digariskan dalam pembangunan nasional yang telah direncanakan supaya negara tidak rugi,

6 Sentosa Sembiring,op.cit., hlm 8

(17)

sehingga diharapkan penanam modal tertarik berinvestasi serta negara dan masyarakat dapat menikmati manfaat dari investasi tersebut.

Salah satu sektor penanaman modal adalah penanaman modal asing sektor hortikultura. Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura, termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman air yang berfungsi sebagai sayuran, bahan obat nabati, dan/atau bahan estetika.7 Sedangkan usaha hortikultura adalah semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyelenggarakan jasa yang berkaitan dengan hortikultura.

Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara agraris, bibit hortikultura merupakan salah satu cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup banyak orang, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan terkait hortikultura. Terdapat beberapa negara yang tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia terutama di bidang hortikultura, seperti India, Belanda, dan Malaysia. Hal ini disebabkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum, transparansi, tidak membeda-bedakan investor, serta memberikan perlakuan yang sama kepada investor dalam dan luar negeri.8

Penanaman modal asing pada sektor hortikultura awalnya memiliki presentase sebesar maksimal 95% dengan rekomendasi dari Menteri

7 Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

8 I.G.Rai Widjaya, Penaman Modal, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2000), hlm.06

(18)

7

Pertanian. Hal tersebut tertuang dalam Praturan Presiden sebelumnya yaitu Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Peraturan Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, kemudian beberapa bulan setelah disahkannya Peraturan Presiden tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultutra (untuk selanjutnya disebut UU Hortikultura).9

Salah satu ketentuan yang menjadi permasalahan dalam bidang hortikultura adalah perubahan presentasi saham penanaman modal asing pada kegiatan usaha horikultura yang sebelumnya diperbolehkan mencapai presentasi 95% dibatasi menjadi maksimal sebesar 30%. Ketentuan tersebut tercantum pada pasal 100 ayat (3) UU Hortukultura yang berbunyi :

“Besarnya penanaman modal asing dibatasi paling banyak 30% (tiga puluh persen)”

Dengan disahkannya UU Hortikultura, para investor asing di bidang hortikultura harus mengikuti ketentuan Pasal 100 ayat (3) UU Hortikultura tersebut. Dimana pihak asing yang telah menanamkan modalnya lebih dari 30% sampai 95% pada bidang kegiatan usaha hortikultura wajib mendivestasikan sahamnya menjadi hanya sebesar 30%. Dalam waktu 4 tahun setelah penetapan UU Hortikultura atau paling lambat tahun 2014 investor asing yang sudah melakukan penananaman modal dan mendapatkan izin

9 Redissa Handarekasa Puteri, Skripsi: “Analisis Yuridik Divestasi Saham Pada Penanaman Modal Asing Bidang Hortikultura”, (Bandung:, Unpar,2017) hlm. 4

(19)

usaha hortikultura diwajibkan mengalihkan atau menjual sahamnya kepada investor domestik sehingga kepemilikannya tinggal maksimal 30% (Pasal 131).

Banyak pengusaha yang merasa dirugikan akibat pembatasan modal dan ketentuan divestivikasi saham tersebut sehingga Asosisasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) pun mengajukna gugatan uji materi atau judicial riview terhadap Undang-Undang Nomor 13 tentang Hortikultura kepada Mahkamah konstitusi. Namun, gugatan tersebut ditolak dan membawa dampak yang rumit bagi industri benih hortikultura. Pasalnya putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat mengikat itu harus dipatuhi.

Sesuai dengan pasal 100 ayat (3) UU Hortikultura, penanaman modal asing sektor hortikultura maksimal hanya 30%. Perusahaan penanaman modal asing yang memiliki saham lebih dari itu harus melepas dan mendivestasikan sahamnya ke pihak lokal. Ketentuan ini diperkuat lagi dengan lahirnya perubahan Daftar negatif investasi dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal yang sudah direvisi menjadi Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam daftar investasi negatif tersebut tercantum presentasi penanaman modal asing pada kegiatan usaha hortikultura adalah maksimal 30%.

(20)

9

Dengan berlakunya UU Hortikultura dan diperinci dalam Daftar negatif investasi Tahun 2016, maka saham asing yang dibatasi dan harus didivestasikan akan mengecilkan kontribusi asing pada bidang hortikultura sehingga akan membawa dampak pada perkembangan usaha hortikultura nasional. Hal ini dianggap sangat berpengaruh bagi beberapa pengusaha hortikultura yang mengguanakan bantuan pihak asing karena perlu diakui bahwa industi hortikultura dalam negeri masih belum berkembang, belum mandiri dan masih bergantung pada bantuan pihak asing.

Penanam modal asing mendominasi produksi hortikultura, terutamana produksi pembenihan bahkan cenderung bersifat duopoli atau monopoli untuk industri pembenihan secara utuh, bukan sekedar pembanyakan benih namun bersifat padat modal, padat teknologi, memerlukan tingkat keuntungnan yang tinggi umunya diatas keuntungan normal agar perusahaan dapat terus berinvestasi dan berinovasi untuk menghasilkan serta mengembangkan benih/bibit yang lebih unggul. Keunggulan seperti ini tidak mungkin dihasilkan oleh perusahaan berskala kecil. Demikian juga perusahaan penanam modal dalm negeri termasuk BUMN (misalnya PT. Sanghyang Sri) tidak berkinerja seperti yang diharapakan dan merugi. Perusahaan pembenihan yang maju di Indonesia umumnya adalah perusahaan penanam modal asing dan berstatus Multinational Coorporation (MNC). Penjelasannya adalah perusahaan benih penanam modal asing yang berstatus MNC terintegrasi dalam sistem rantai pasok yang efisien, diamana investasi dalam

(21)

kegiatan riset dan inovasi menjadi tumpuan kegiatan untuk terus bertahan dan memenangkan pasar global.10

Oleh karenanya membatasi penanaman modal asing secara berlebihan dalam pembenihan hortiultura akan berdampak negatif. Dibatasinya kepemilikan modal asing dan keharusan melakukan divestasi akan mendorong penanam modal asing mengurangi kegiatannya secara bertahap dan memindahkan usahanya keluar negeri. Padahal penanam modal dalam negeri belum tertarik dan belum siap berinvestasi di bidang perbenihan, yang padat teknologi, padat modal dan berjangkan panjang. Keberadaan perusahaan PMDN, termasuk skala kecil yang umumnya hanya melakukan perbanyakan benih dan belum mampu menggantikan peran penanam modal asing. Bila situasi ini terus dibiarkan akan menyababkan indonesia menjadi importir besar, baik produk maupun benih hortikultura.11

Pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada tanggal 2 November 2020. UU Cipta Kerja merupakan undang-undang yang dibuat dengan tujuan membangun perekonomian agar mampu menarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. UU Cipta Kerja diharapkan mampu menciptakan hukum fleksibel, sederhana kompetitif, dan responsif demi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana amanat konstitusi, serta membangun

10 Erwidodo, Muchjidin Rachmat dan Erma Suryani, Laporan Analisis Kebijakan Dampak Pengetatan Investasi Asing Terhadap Perbenihan Hortikultura, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, 2016, hlm.12

11 Ibid

(22)

11

sistem hukum yang kondusif dengan menyingkonkran undang-undang melalui satu undang-undang saja dengan konsep omnibus law.12

Konsep Omnibus Law merupakan konsep yang baru digunakan di dalam sistem perundang-undangan di Indonesia. Sistem ini biasanya disebut sebagai undang-undang sapu jagat karena mampu mengganti beberapa norma undang-undang dalam satu peraturan. Selain itu konsep ini juga dijadikan misi untuk memangkas norma yang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan zaman dan merugikan kepentingan negara.13

UU Cipta Kerja merevisi dan mengintegrasikan 79 undang-undang yang telah ada sebelumnnya dengan harapan mampu mereformasi perizinan agar lebih sederhana, mudah diperoleh oleh pelaku usaha dan memberikan dampak bagi penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi.14 Salah satu undang-undang yang direvisi oleh UU Cipta Kerja adalah Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura. Perubahan UU Hortikultura dengan diundangkan UU Cipta Kerja merupakan upaya pemerintah memudahkan investasi asing pada sektor hortikultura karena sebelumnya investasi asing sangat dibatasi pada aturan sebelumnya. .

12 Ima Mayasari, “Kebijakan Reformasi Regulasi Melaui Implementasi Omnibus Law di Indonesia”, Jurnal Rechvinding Vol.9 No.1 2020,hlm.1

13 Dwi Kusumo Wardhani, “Disharmoni Antara Cipta RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan Dengan Prinsip Prinsip UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (UUPA)”, Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.6 No. 2, Agustus 2020, hal. 440

14 https://ojs.unsiq.ac.id/index.php/syariati/article/view/1545 diakses pada tanggal 22 Februari 2021, Pukul 20.46 Wib

(23)

Pada pasal 33 UU Cipta Kerja mengatur beberapa ketentuan yang diubah dari UU hortikultura. Salah satunya adalah Pasal 100 UU Hortikultura yang mengatur:

1. Pemerintah mendorong penanaman modal dengan mengutakamakan penanaman modal dalam negeri.

2. Penanaman modal asing hanya dapat dilakukan dalam usaha besar hortikultura

3. Besarnya penanaman modal asing dibatasi paling banyak 30%(tiga puluh persen)

4. Penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) wajib menenmpatkan dana dibang dalam negeri sebesar kepemilikan modalnya.

5. Penanaman modal asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilarang menggunakan kredit dari bank atau lembaga keuangan milik pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pada UU Cipta Kerja ketentuan pasal 100 UU Hortikultura tersbut diubah menjadi:

1. Pemerintah Pusat mendorong penanamana modal dalam usaha hortikultura

2. Pelaksanaan penanaman modal sebagaimana dalam auat 1 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal.

(24)

13

Kemudian ketentuan lain yang diubah pada UU Hortikultura adalah UU Cipta Kerja menghapuskan ketentuan Pasal 131 yang mengatur ketentuan kewajiban investor asing untuk melakujkan divestivikasi saham. Perubahan beberapa ketentuan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk memudahkan investasi asing pada sektor hortikultura guna menamabah modal serta dapat menambah lapangan kerja, menambah pemasukan pemerintah dari sektor pajak, dan meningkatkan sektor hortikultura indonesia agar memenuhi kebutuhan dalam negeri dan meningkatkan ekspor.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul “ Upaya Pemerintah Dalam Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penanaman modal asing dalam prespektif hukum di Indonesia?

2. Bagaimana pengaturan penanamanan modal asing pada sektor hortikultura Hortikultura sebelum di undangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja?

3. Bagaimana Upaya pemerintah memudahkan penanaman modal asing pada sektor pertanian hortikultura melalui diundangkannya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja?

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Untuk mengetahui penanaman modal asing menurut prespektif hukum di Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal asing pada sektor pertanian hortikultura sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

3. Untuk mengetahui upaya pemerintah memudahkan penanaman modal asing pada sektor pertanian hortikultura melalui diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan.15 Proses pengembangan ilmu pengetahuan tentu diharapkan untuk dapat memberi manfaat bagi keilmuan ataupun bermanfaat untuk kehidupan manusia, dalam penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat , antara lain:

1. Manfaat Teoritis

15 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2010) hlm. 3

(26)

15

Untuk menambah pengetahuan mengenai perkembangan hukum investasi di Indonesia, khususnya perkembangan hukum yang berkaitan langsung dengan penanaman modal sektor hortikultura

2. Manfaat Praktis .

a. Memberikan informasi kepada masyarakat secara umum tentang perkembangan hukum investasi di Indonesia, khususnya berkaitan dengan investasi asing pada sektor hortikultura

b. Memberikan masukan kepada pemerintah, pembuat kebijakan dan pelaku usaha mengenai pengaturan penanaman modal asing sektor pertanian hortikultura

E. Keaslian Penulisan

Untuk mengetahui keaslian penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi dengan judul: Upaya Pemerintah Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura Dintinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja”, penulis telah mendapatkan bukti dari adanya pengesahan dari pihak administrasi Departemen Hukum Ekonomi dan dari bagian Perpustakaan USU Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan melalaui media internet dan dan Perpustakaan USU Cabang Fakultas Hukum, beberapa penelitian terkait dengan penanaman modal asing sektor hortikultura yang telah dilakukan oleh oleh peneliti sebelumnya, antara lain dilakukan oleh:

(27)

1. Aidil Hamdi, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pada tahun 2017 dengan judul “ Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Asing Dalam Sektor Perkebunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan”, Penelitian ini menjelaskan perlindungan hukum terhadap penanaman modal asung sektor perkebunan di Indonrsia.

2. Trisanto Bonifasto Simanjuntak, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Pada Tahun 2010 dengan judul “ Tinjauan Yuridis Kebijakan Daftar Negatif Investasi Dalam Kegiatan Penanaman Modal di Indonesia", Penelitian ini membahas mengenai kebijakan daftar bidang usaha yang tertutup dan terbuka dalam kegiatan penanaman modal di Indonesia.

Penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitian skripsi yang telah ada sebelumnya karena memiliki substansi pembahasan yang berbeda. Penelitian yang dilakuka dengan judul “Upaya Pemerintah Dalam Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja” Secara khusus membahas upaya pemerintah dalam memudahkan penanaman modal asing pada sektor pertanian hortikultura di indonesia memalui diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Oleh karena itu, penelitian ini adalah asli, tidak mengandung unsur plagiat atau duplikasi dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Peneliti

(28)

17

bertanggungjawab atas keaslian penelitian ini jika dikemudian hari ternyata skripsi ini adalah hasil plagiat dari penelitian yang telah ada sebelumnya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Penanaman Modal

Pada pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dikemukakan pengertian Penanaman modal sebagai berikut: “ Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik berupa Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”

Jenis penanaman modal dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yang pertama dari segi sumber modalnya dapat dibagi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), yang kedua dilihat dari segi mekanisme modal dapat dibagi menjadi Penanaman Modal langsug (Direct Investment) dan Penanaman Modal Tidak Langsung (Indirect Investmen).16

Penanaman Modal berdasarkan sumber modalnya antara lain:

a. Penanaman modal dalam negeri adalah bentuk penanaman modal yang dilakukan oleh penanam modal atau investor lokal yang berasal dari dalam Negara Indonesia. Penanaman modal asing adalah suatu bentuk

16http://ismadhanielegal.blogspot.co.id/2013/11/hukum-penanaman-modal.html (diakses pada tanggal 03 Februari 2020 Pukul 19.00 Wib)

(29)

penanaman modal yang dilakukan oleh penanam modal atau investor yang berasal dari negara lain atau diluar Negara Indonesia.

b. Penanaman modal langsung (direct investment) adalah kegiatan dimana investor dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan. Investasi ini merupakan aset-aset riil (real assetpas) yang melibatkan aset berwujud, misalkan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Investasi secara langsung selalu dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung. Pihak unvestor langsung dalam kegitan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apanila terjadi kerugian.17

Penanaman modal dilihat dari segi mekanisme modalnya antara lain : a. Penanaman modal tidak langsung (indirect investmen) adalah kegiatan

transaksi di pasar modal atau di pasar uang. Penanaman modal tidak langsung umumnya disebut penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya investor melakukan jual beli saham dan/atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif signkat, tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan/atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.18

b. Penanama modal memiliki peran yang sangat signifikan dalam membangun perekonomian suatu negara. Banyak negara-negara baik negara maju maupun negara berkembang berusaha semaksimal mungkin agar negaranya menjadi tujuan bagi para investor asing. Pada era

17 Ibid

18 Aba Rokhmatussa’dyah, Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika,2010), hlm.5

(30)

19

globalisasi seperti sekarang ini menimbulkan keterbukaan pasar yang membuka peluag bagi para investor untuk berinvestasi di berbagai negara dengan tujuan yang sudah pasti, yakni mencari keuntungan. Dengan adanya investor asing, maka negara penerima modal berharap adanya partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya. 19

2. Hortikultura

Hortikultura ialah cabang dari pertanian yang berkaitan dengan bercocok tanaman sayur, buah, hias, rempah, obat dan aromaterapi.20 Kegiatan holtikultura adalah segala kegiatan bercocok tanam seperti sayur-sayuan, buah-buahan, ataupun tanaman hias dimana lahan (kebun atau pekarangan rumah) sebagai tempatnya. Tanaman pada hortikultura berguna sebagai sumber daya untuk dikonsumsi, tapi ada juga untuk hal keindahan.21

Produk hortikultura adalah hasil dari tanaman hortikultura yang masih segar atau yang telah diolah merupakan salah satu komoditi pertanian, mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi produk unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani di

19 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2010), hlm 4.

20 Cokorda Javarianda, Agung Purnomo, Elsa Rosdiyah, Kamus Pertanian (Sidoarjo:

Unusida Press,2018), hlm.23

21 http://www.pengertianku.net/2018/06/pengertian-tanaman-hortikultura-beserta- contohnya-secara-umum.html (diakses pada tanggal 13 Februari 2021 pukul 13.51 Wib)

(31)

Indonesia, baik produk hortikultura yang tergolong produk buah buahan, sayur sayuran, obat obatan maupun tanaman hias.22

Saat ini tanaman hortikulturan menjadi tanaman budidaya di kebun dengan skala yang besar, tapi bisa juga tanaman hortikultuta dibudidayakan diarea berskala kecil misalnya di pekarangan rumah sehingga tanamannya dapat memberi manfaat secara langsung kepada yang membudidayakan. Luas wilayah Indonesia cocok dengan keragaman Agroklimat memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura. Terdapat 323 jenis komoditas hortikultura yang terdiri dari 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayur- sayuran, 66 jenis biofarmaka, dan 117 jenis tanaman hias.23

Seiring Dengan semakin pentingnya kedudukan hortikultura dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber berbagai vitamin dan mineral, disamping sebagai bahan baku produk olahan, pengusahaan hortikultura khususnya buah-buahan, di Indonesia kini telah dilakukan secara monokultur dan dikelola dengan pola agribisnis, sebagai contoh, hal ini dapat dilihat di usaha perkebunan apel di Batu, Malang; perkebunan jeruk di Sungai Abang, Kabupaten Tebo, Jambi; usaha agribisnis Ciwidey, Jawa Barat.24

Penanaman Tanaman Hortikultura secara monokultur tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan produk hortikultura. Pengembangan potensi produk Hortikultura di Indonesia juga didukung oleh Pemerintah

22 Ibid, hlm.2

23 Dyah Pitaloka, “Hortikultura: Potensi, Pengembangan dan Tantangan”, Jurnal Teknologi Terapan, Volume 1 (Malang: FTIK UNIRA,2017), hlm.1

24 Zulkarnain, Dasar-Dasar Hortikultura (Jakarta: PT Bumi Aksara,2018), hlm.2

(32)

21

dalam bentuk regulasi yaitu UU No. 12 Th. 1992 tentang Budidaya Pertanian, UU. No. 13 Th. 2010 tentang Hortikultura, Dokumen Cetak Biru Pembangunan Hortikultura 2011-2025, Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, keanekaragaman hayati, agroklimat, ketersediaan lahan pertanian, teknologi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan pasar, penetapan komoditas unggulan, dukungan sistem perbenihan hortikultura dan dukungan terhadap sistem perlindungan tanaman hortikultura25.

Selain itu bidang investasi utama di sub sektor hortikultura yang dominan adalah perbenihan, terutama perbenihan sayuran. Kegiatan investasi perbenihan telah diminati oleh investasi asing (PMA) dan domestik (PMDN).

Banyaknya minat investasi ini menunjukkan bahwa bisnis benih sayuran relatif menjanjikan.26

3. Daftar Negatif Investasi

Daftar negatif investasi (DNI) atau negative list adalah suatu daftar yang mengatur mengenai bidang-bidang usaha apa saja yang terbuka untuk penanaman modal dan bidang-bidang apa saja yang tertutup untuk penanaman modal.27 Pasal 12 ayat (1) UUPM menyatakan semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

Kemudian pada Ayat (3) dinyatkan “ pemerintah berdasarkan Peraturan

25 Ibid, hlm. 2

26 Erwidodo, Muchjidin Rachmat dan Erma Suryani,op.cit, hlm.9

27 Sujud Margono, Hukum Investasi Asing di Indonesia (Jakarta: Novindo Pustaka Mandiri, 2008), hlm.25

(33)

Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri”. Kemudain pada Ayat (4) menyatakan “ Kriteria dan persyaratan bidang usaha tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing masing akan diatur oleh Peraturan Presiden”.

Daftar negatif investasi tersebut tertuang pada Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, yang saat ini sudah direvisi menjadi Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitianan

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif (yuridis normative). Yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder.28 Dengan Metode penelitian normatif, Data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini diperoleh dari penelitian kepustakaan (library reaserch), yaitu teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literatur berupa peraturan perundang- undangan, buku-buku, karya-karya ilmiah, dan sumber data sekunder lainnya.

2. Sifat Penelitian

28 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: CV. Rajawali,1986), hlm15

(34)

23

Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian desktiptif yaitu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin. Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Data Penelitian

Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. 29Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Dokumen yang digunakan berupa peraturan perundang- undangan di bidang hukum yang mengikat, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal , Undang Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, dan regulasi peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penanaman modal pada sektor hortikultura

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memeberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Data sekunder yang

29 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodlogi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya:

Bayumedia,2006),hlm.192

(35)

diperoleh untuk skripsi ini berasal dari hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku dan pendapat-pendapat para sarjana yang dimuat dalam artikel yang berhubungan dengan skripsi ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan/atau sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain.30 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reasearch) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu internet, selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan, menafsirkan, dan membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang dibahas dalam penelitian skripsi ini. Hasil dari kegiata pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai intisari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dan teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan- penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.31

5. Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif.

Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif

30 Burhan Bungin, Analisis Data dan Penelitan Kualitatif; Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Model Aplikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2003),hlm.68-69

31 Edi Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar( Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,2009), hlm.24

(36)

25

adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.

Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan 32

H. Sistematika Penlisan

Sistematika penulisan skripsi ini terbagi kedalam bab-bab yang menguraikan permasalahannya secara tersendiri ke dalam suatu konteks yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab. Adapun bagiannya adalah sebagai berikut:

Bab I: merupakan Bab Pendahuluan yang berisikan uraian mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tentang Penanaman Modal Asing Dalam Prespektif Hukum Indonesia. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Sejarah Perkembangan Penanaman Modal Asing di indonesia, Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembanguan Ekonomi Indonesia; Sumber Hukum Kegiatan dan Pokok-Pokok Pengaturan Kegiatan Penanaman Modal Asing Dalam Hukum di Indoesia.

32 Lexi Moelong, Metode Penelitain Kualitatif (Jakarta: Rosda Karya,2008),hlm.48

(37)

Bab III Tentang Pengaturan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Hortikultura Sebelum Diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Bab ini meliputi Pengertian dan Ruang Lingkup Penanaman Modal Sektor Hortikultura; Dasar Hukum Kegiatan Hortikultura Di Indonesia, Kebijakan Pemerintah Terkait Penananaman Modal Asing Sektor Hortikultur, Ketentuan-Ketentuan dan Persyaratan Umum Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikultura dan Ketentuan Divestasi Saham Asing.

Bab IV tentang Upaya Pemerintah Memudahkan Penanaman Modal Asing Pada Sektor Pertanian Hortikutura Melalui Diundangkannya Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang UU Cipta Kerja terkait Bidang Penanaman Modal dan perubahan pengatura penanaman modal asing dalam undang- undang nomor 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja; Alasan dan Dampak Perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura Dengan Diundangkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja terhadap Kemudahan Penanaman Modal Sektor Holtikultura.

Bab V merupakan Bab Penutup. Bab ini beriwsi kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran-saran sehubungan dengan pembahasan yang telah dilakukan, sehingga semoga keranya berguna bagi semua pihak.

(38)

27 BAB II

PENANAMAN MODAL ASING DALAM PRESPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

A. Sejarah Penanaman Modal Asing di Indonesia

1. Masa Pra Kemerdekaan

Periode kolonialisme kuno dimulai pada abad ke-17 dan abad ke-18.

Melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia-Belanda yang memperkenalkan masuknya modal asing dari Eropa untuk menanamkan modalnya dibidang perkebunan.33 Bangkrutnya VOC pada tahun 1799 mengakibatkan pemerintah Belanda melakukan pengambilalihan VOC, sehingga Pemerintah Belanda mulai terjun langsung dalam usaha pencarian dan perdagangan rempah- rempah di Indonesia.

Pemerintah Belanda juga mulai membuka tanah-tanah pertanian di Indonesia pada tahun 1870 dengan mengeluarkan aturan pertanahan yang dikenal dengan “Agrarische Wet”. Dengan adanya peraturan ini, maka penanam modal asing khususnya yang datang dari Eropa dan memiliki hubungan yang dekat dengan Belanda diizinkan melakukan usahanya di Indonesia, namun hanya terbatas pada daerah-daerah pertanian terentu yang tidak diusahakan oleh pemerintah Belanda.

Dibukanya Terusan Suez di Mesir Pada tahun 1869, yang memangkas waktu perjalanan dari Eropa ke Hindia belanda sehingga menyebabkan

33 Jochen Roppke, Kebebasan yang Terhambat; Perkembangan Ekonomi dan Perilaku Kegiatan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1986), hlm. 157

(39)

peningkatan jumlah Investor asing di Hindia-Belanda. Begitu pula ketika permintaan karet dunia melonjak, sektor yang bisa dimasuki oleh investor asing kemudian diperluas, termasuk pertambangan dan perbankan. Nilai investasi asing Hindia-Belanda pada Tahun 1930 mencapai 4 milliar gulden.34

2. Masa Pasca Kemerdekaan

Kegiatan investasi sempat terhenti akibat pendudukan Jepang, Setelah memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bangsa Indonesia kemudian mengonsolidasikan semua unsur kekuatannya, termasuk pemerintahan dan militer sehingga waktu Belanda yang memboncengi pasukan sekutu datang, Indonesia telah siap. Untuk itu Indonesia merumuskan kemerdekaanya dalam suatu Undang-Undang Dasar yang diharapkan mampu menegakkan supremasi hukum serta dapat mengantarkan bangsa indonesia ketempat yang lebih baik. Terhadap investasi asing pemerintah tidak bersifat antipati. Hal ini karena dalam rangka membangun bangsa tetap diperlukan adanya investasi asing, disamping bantuan intelektual serta keahlian teknik.35

Dalam menghadapi bangsa Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan kekuatan militer tetapi juga mengupayakan kegiatan diplomasi dan mencari dukungan internasional.

34 https://www.idntimes.com/business/economy/indianamalia/sejarah-perjalanan- investasi-asing-di-indonesia/4 (diakses pada 7 Maret 2021 pukul 22.39 Wib)

35 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanama Modal, (Jakarta: PT.Grafindo Persada,2007) Hlm.39

(40)

29

Dalam mempertahankan kemerdekaan, terdapat beberapa perjanjian perdamaian dengan Belanda yang menyangkut kekayaan investor asing yang ada pada waktu itu,yaitu sebgai berikut:36

a. Perjanjian Linggarjati, tanggal 25 Maret 1947 yang isinya pengakuan Indonesia terhadap pemulihan hak-hak investasi asing b. Perjanjian Renville, tanggal 8 Desember 1947

c. Konferensi Meja Bundar yang di tandatangani di Den Haag tanggal 2 November 1949, dimana Indoneisa diwajibkan memberlakukan perlakuan yang sama dibidang perdagangan industri dan investasi kepada bangsa-bangsa asing, apabila indonesia ingin melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan asing, maka harus diberikan ganti rugi yang layak serta membuat jaminan untuk memberlakukan ketentuan hukum yang berkaitan dengan hal itu.

3. Masa Orde Lama

Perkembangan investasi asing di Indonesia dimulai dari Kabinet Ali Sastroamdjojo pertama (1952-1953) dengan mempersiapkan peraturan untuk menarik penanaman modal asing di Indonesia, namun peraturan ini belum sempat diajukan ke parlemen oleh karena jatuhnya kabinet ini. Pada Kabinet Ali Sastroamdjojo kedua, tahun 1955, kabinet ini mengajukan Rencana Undang-undang Penanaman Modal Asing, yang mengandung syarat-syarat sedemikian rupa, agar jangan sampai penanaman modal asing menghambat pembangunan masyarakat Indonesia. Rencana Undang-undang Penanaman

36 Ibid

(41)

Modal Asing ini juga tidak memperoleh persetujuan parlemen pada masa itu.37

Kemudian pada masa Kabinet Juanda pada tahun 1958 ditetapkan Undang-Undang Nomor 78 Tahun 1958 dibidang penanaman modal guna mengundang partisipasi modal asing untuk mempercepat akselerasi pembangunan. Dalam undang-undang tersebut ditawarkan insentif bagi investor yaitu: i) pengurangan pajak impor; ii) pengecualian atas pajak materai (stamp duties); iii) pencegahan pajak berganda; iv) jaminan atas pengalihan keuntungan dan modal; v) memberikan hak-hak atas tanah kepada investor asing dan vi) memberikan jaminan tidak akan diadakan nasionalisasi selama jangka waktu 20-30 tahun. 38

Namun, tindakan nasionalisasi tetap dilakukan terhadap aset-aset Belanda dengan didasarkan atas Undang-Undang Nasionalisasi Tahun 1959.

Tindakan ini bertentangan dengan Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 78 Tahun 1958. Pada tanggal 5 Juli tahun 1959, Presiden Sukarno mengumumkan Dekrit 1959 untuk kembali ke UUD 1945 yang semakin mengukuhkan berlakunya Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya pada tahun 1961 Presiden Sukarno memberlakukan Undang-Undang Pembangunan Ekonomi Semesta yang dipersiapkan Dewan Nasional pimpinan Moh. Yamin, yang isinya membedakan antara proyek-proyek yang dapat dilakukan oleh investor asing dan yang dapat dilakukan oleh warga negara Indonesia.39

37 C.F.G Sunarjati Hartono, Beberapa Masalah TransnasionalDalam Penanaman Modal Asing di Indonesia, (Binatjipta, Bandung, 1972), hlm. 3.

38 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit, hlm. 43

39 Ibid , hlm. 44

(42)

31

Kebijakan ini tergantung pada modal asing karena substansinya menetapkan bahwa model proyek yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia diperoleh dari penyisihan keuntungan proyek yang didanai oleh investor asing. Kebijakan ini mengakibatkan terjadinya penyitaan dan pengambilan aset-aset asing di Indonesia yang terus berlangsung sampai tahun 1965 yang merugikan investor asing. Akibatnya perekonomian nasional menjadi merosot dan kemiskinan merajalela.40

4. Masa Orde Baru

Pada tanggal 1 Januari 1967, diberlakukan undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UUPMA). Pada tanggal 11 Maret 1967, Jendral Suharto diangkat sebagai presiden menggantikan Soekarno yang mengundurkan diri. Tanggapan luar negeri terhadap pengangkatan Suharto sebagai presiden dan berlakunya UUPMA dianggap positif, sehingga sejak saat itu angka penanaman modal asing di Indonesia secara konstan menunjukkan kenaikan yang signifikan.41

Meskipun demikian, Pada lima tahun pertama semenjak diberlakukannya UUPMA kegiatan penanaman modal asing hanya bertumpu pada dua industri yaitu industri sekunder yang terdiri dari barang konsumen serta produk pengganti impor dan industri yang berbasis sumber daya alam seperti minyak pertambangan dan kehutanan. Dalam dua belas tahun pertama (1967-1979) terdapat keterbatasan dalam kegiatan penanaman modal asing, yaitu: relasi investasi yang cukup rendah (sekitar 42%); nilai investasi

40 Ibid , hlm. 45

41 Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika,2010) hlm.45

(43)

perkapita cukup rendah (US$1.80); dan terjadinya kecenderungan penurunan investasi dari tahun 1975-1979 yang disebabkan faktor-faktor: buruknya implementasi ketentuan-ketentuan di bidang penanaman modal dan lamanya memperoleh izin penanaman modal asing yang ditawarkan oleh pemerintah.42

Strategi yang yang diterapkan dalam UUPMA untuk menarik investor asing adalah dengan: menawarkan berbagai bentuk insentif dan fasilitas serta jaminan-jaminan agar melakukan investasi di Indonesia dan memagari kegiatan para investor asing agar tetap terkendali dan tidak bertentangan dalam kepentingan nasional. Bentuk-bentuk Insentif tersebut dikenal dengan tax holiday. Tax Holiday memberikan kelongaran-kelonggaran perpajakan dan pungutan lainnya, mulai dari pembebasan sampai dengan pengurangan.

Pemberian kelonggaran perpajakan dan pungutan tersebut dilakukan dengan mengingat prioritas bidang usaha tertentu. Namun tax holiday kemudian dihapuskan karena dirasakan memberatkan investor diakibatkan rantai birokrasi yang terlalu panjang dan biaya awal yang harus dikeluarkan terlalu besar.43

Selanjutnya, dalam usaha mendorong investasi dan mengendalikan penanaman modal dan untuk mengendalikan kepentingan nasional serta meningkatkan kesejahteraan rakyat, ditempuh kebijakan pada kegiatan penanaman modal asing, yaitu:44

42 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit, hlm. 45

43https://news.ddtc.co.id/pengertian-dan-sejarah-pengaturan-tax-holiday-di-indonesia, diakses pada tanggal 24 Februari 2021, pukul 23.59

44 Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, Op.Cit, hlm.46

(44)

33

a. Membatasi jumlah penggunaan tenaga kerja asing, kecuali di bidang keahlian yang tidak dimiliki oleh tenaga kerja Indonesia;

b. Keharusan untuk melakukan alih teknologi dan keahlian kepada pihak Indonesia baik melalui pendidikan dan pelatihan;

c. Adanya kewajiban untuk melakukan divestasi kepada pihak partner lokal atau pihak pemegang saham Indonesia lainnya;

d. Adanya keharusan bekerja sama dengan partner lokal;

e. Pembatasan karena adanya bidang-bidang yang tertutup bagi kegiatan penanaman modal asing;

f. Pembatasan lain sebagai tercermin dalam prosedur atau tata cara aplikasi penanaman modal.

Berlakunya pembatasan-pembatasan tersebut dianggap investor- investor asing sebagai kebijakan yang sangat diskrimintatif, karena kebijakan tersebut membeda-bedakan investor asing dengan investor dalam negeri.

Mengenai perubahan pola penanaman modal asing di Indonesia sejak pertengahan tahun 1960-an hingga awal tahun 1990-an, oleh Jeffrey Winter dibagi atas beberapa periode, yaitu sebagai berikut:45

a. Periode sebelum terjadinya “Boom” minyak antara tahun 1965- 1974, pada periode ini terjadi arus penanaman modal asing yang cukup signifikan.

b. Periode “Boom” minyak antara tahun 1974-1982, pada peiode ini pendapatan pemerintah dari sektor migas cukup besar.

45 Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, Op.Cit, hlm.50

(45)

c. Periode pasca “Boom” minyak antara tahun 1983-1987, pada periode ini terjadi arus investasi jepang ke Indonesia secara besar- besaran.

d. Periode keterbukaan ekonomi antara tahun 1983-1997, pada periode ini diberlangsungkan liberalisasi dalam kebijakan ekonomi yang banyak mendatangkan modal asing ke Indonesia.

Dilakukannya keterbuakaan dan liberalisasi di bidang ekonomi sejak akhir tahun 1980-an, telah melonjakkan arus investasi swasta di Indonesia.

“Booming” di bidang investasi ini merupakan reaksi positif terhadap kebijakan liberalisasi yang dilaksanakan. Sayangya hal ini tidak dibarengi dengan penetapan retriksi oleh pemerintah agar pertumbuhan ekonomi dapat diimbangi dengan distribusi yang merata kepada kekuatan-kekuatan ekonomi diluar lingkaran kekuasaan dan kroni-kroninya. Dalam catatan Winters, terdapat beberapa kesalahan liberalisasi pemerintahan Orde Baru yang dapat disebut misalnya:46

a. Deregulasi perbankan tahun 1988;

b. Paket deregulasi 1995;

c. Paket deregulasi tahun 1996 di bidang tekstil, bubur kayu, kayu lapis, dan elektronik yang hanya menguntungkan kroni-kroni Suharto saja;

d. Tingginya tingkat suku bunga SBI yang mencapai rata-rata diatas 10% merupakan ekonomi biaya tinggi.

46 Jeffrey A. Winters, Dosa Dosa Politik Orde Baru (Jakarta: Djambatan,1999),hlm.125

(46)

35

Kesalahan dalam kebijakan ekonomi sebagaimana disebutkan diatas telah mengakibatkan terjadinya keadaan berikut:47

a. Bank Indonesia kehilangan kendali atas sistem moneter Indonesia b. Pihak swasta dan modalnya menggantikan peran negara sebagai

pengatur mikroekonomi.

c. Beban utang negara besar, sehingga kejutan-kejutan kecil apapun atau meningkatnya pelarian modal dapat berakibat fatal.

d. Liberalisasi yang dilakukan setengah-setengah hanya menguntungkan segelintir orang saja.

5. Masa Reformasi

Pada tahun 1997 keadaan ekonomi Indonesia mengalami krisis yang mengakibatkan keterpurukan. Penyebab krisis tersebut adalah perilaku pelaku bisnis yang kurang bertanggung jawab, yaitu perilaku buruk dalam menjaga kekuatan perekonomian Indonesia. Hingga pada tahun 1999 menorehkan catatan buruk bagi investasi dengan terjadinya defisit investasi yang terus berlanjut hingga pada tahun 2003.

Krisis tersebut telah mengubah dari krisis ekonomi menjadi krisis kepercayaan. Kurangnya kepercayaan masyarakat dan dunia luar terhadap elite politik dan elite ekonomi orde baru yang disebabkan oleh perilaku kurang bertanggung jawab tadi telah mengakibatkan kerugian yang amat besar pada masyarakat dan dunia luar yang pada akhirnya menggerogoti dunia dan

47 Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, Op.Cit, hlm.50

(47)

administrasi bisnis. Dalam kondisi yang demikian banyak investor yang lari dari Indonesia ke negara lain.48 Rendahnya investasi masuk ke Indonesia pada masa awal reformasi disebabkan oleh anggapan investor bahwa indonesia merupakan negara yang belum aman dalam menanamkan investasi karena belum stabilnya keadaan seluruh ruang lingkup indonesia, terutama politik.

Namun seiring dengan perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional, maka perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri telah diganti karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan percepatan perkembangan perekonomian dan pembangunan hukum nasional, khususnya di bidang penanaman modal. Sesuai dengan pertimbangan diatas, Pemerintah Indonesia membentuk aturan penanaman modal yang tidak memisahkan antara penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang mulai diberlakukan pada tanggal 26 April 2008.

B. Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

48 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit, hlm. 51

Gambar

Tabel 2. Bidang Usaha Hortikultura

Referensi

Dokumen terkait

Calon Presiden Republik Indonesia kelak haruslah mampu mengartikan politik secara bijak untuk mempersatukan perbedaan dan membereskan masalah, bukan malah sibuk membanting

يلوصألا ثحبلاو ةغللا ملع تايرظن ءاقتلا نإ لوقن نأ نكمي قبس امم رصانع يف عقي امنإو هقفلا لوصأ ملع ةينب بلص سمت ال نييلوصألا تاباتك يف طبتري تاهج كانه نأ الإ

sitanggang (2006) Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta IML, ROE, LDR, QR, CAR,

Pil pagi disebut juga kontrasepsi pasca coitus (post coital contraception) merupakan pil berisi esterogen dosis tinggi yang diminum pada pagi hari setelah

tif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan penilaian, tanggapan,saran-saran, dan angket yang diperoleh yang diperoleh dari reviu ahli desain pembelajaran, ahli

Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi pada aktor dalam pementasan drama