• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010 Tentang Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010 Tentang Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-VIII/2010

Tentang

Pengajuan Saksi Yang Meringankan Tersangka/Terdakwa ( UU Hukum Acara Pidana )

I. PEMOHON

Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra.

II. POKOK PERKARA

Pemohon mengajukan permohonan untuk pengujian Pasal 1 angka 26 dan angka 27 jo Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Pasal 1 angka 26 dan angka 27 jo Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah :

1. Pasal 24C ayat (1) UUD Tahun 1945 “ Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang dasar, memutus sengketa kewenanganlembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh undang-undang dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”

2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi “menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

3. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING)

Bahwa menurut ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi ( UU MK), agar seseorang atau suatu pihak dapat diterima sebagai Pemohon dalam permohonan pengujian undang-undang terhadap UUD Tahun 1945, maka orang atau pihak dimaksud haruslah ;

(2)

a. Menjelaskan kedudukanya dalam permohonanya, yaitu apakah yang sebagai perorangan warga negara Indonesia, kesatuan masyarakat hukum adat, badan hukum, atau lembaga negara;

b. Kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya, dalam kedudukan sebagaimana dimaksud pada huruf (a), sebagai akibat diberlakukanya undang- undang yang dimohonkan pengujian

Atas dasar ketentuan tersebut maka Pemohon perlu terlebih dahulu menjelaskan kedudukanya, hak konstitusi yang ada pada Pemohon, beserta kerugian spesifik yangakan dideritanya secara sebagai berikut :

Pemohon adalah Perseorangan Warga Negara Indonesia yang dirugikan hak-hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal 1 angka 26 dan angka 27 jo Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan ayat (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL

Norma yang di ajukan dalam UU No.8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yaitu : 1. Pasal 1 Angka 26.

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.

2. Pasal 1 Angka 27.

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

3. Pasal 65.

Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksu dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.

4. Pasal 116 ayat (3).

Dalam pemeriksaan tersangka ditanya apakah ia menghendaki didengarnya saksi yang dapat menguntungkan baginya dan bilamana ada maka hal itu dicatat dalam berita acara.

5. Pasal 116 ayat (4).

Dalam hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) penyidik wajib memanggil dan memeriksa saksi tersebut.

6. Pasal 184 ayat (1) huruf a.

Alat bukti yang sah ialah :

(3)

a. Keterangan saksi ; b. ---;

c. ---;dst.

B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Sebanyak 3 (tiga) norma, yaitu :

1. Pasal 1 ayat (3)

Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

2. Pasal 28D ayat (1)

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum

VI. Alasan-alasan Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Repbulik Indonesia Tahun 1945, karena :

1. Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum seperti yang telah di sebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD RI Tahun 1945, dan salah satu ciri negara hukum seperti di ungkapkan oleh AV Dicey adalah due proses of law yang biasanya diartikan sebagai a fundamental, constitutional guarantee that all legal proceeding will be fair and that one will be given notice of the proceedings and an opportunity to be heard the government act take away one’s life, liberty or property. Also a constitutional guarantee that the law shall not be unreasonable, arbitrary, or capricious;

2. Bahwa UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP adalah ketentuan-ketentuan hukum acara yang harus mencerminkan adanya “due process of law” yang fair, pasti dan adil serta jauh dari hal-hal yang bersifat arbiter. Oleh karena hukum pidana yang ingin ditegakkan oleh KUHAP membawa akibat sanksi hukum yang terkait dengan hak-hak asasi manusia maka kesalahan penerapan hukum materiil yang secara prosedural tidak memenuhi standar due process of law dapat menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia;

3. Bahwa ketika seorang individu ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa dalam suatu perkara tindak pidana, maka individu tersebut pada hakikatnya berhadapan dengan negara, dan negara melalui aparatur-aparaturnya yang berwenang menegakan hukum wajib untuk memberikan perlindungan kepada warganegaranya sendiri;

4. Bahwa berdasarkan Pasal 28D ayat (1) UUD RI Tahun 1945 semestinya mengenai siapa saksi yang akan diminta oleh Pemohon yang saat ini sebagai tersangka dan/atau terdakwa demi kepastian hukum tidaklah dapat dipersoalkan oleh Penyidik dan kewenangan untuk menilai keterangan saksi yang menguntungkan yang diminta

(4)

oleh tersangka dan/atau terdakwa relevan atau tidak dengan perkara pidana yang dituduhkan bukanlah kewenangan Penyidik tetapi merupakan kewenangan Hakim, sehingga Penyidik tidak dapat menolak pemanggilan dan pemeriksaan saksi-saksi yang diminta oleh Tersangka atau Terdakwa;

5. Bahwa panfsiran penyidik terhadap Pasal 65 ayat (3) UU KUHAP yang mengatakan bahwa penyididk berwenang menilai dan menolak saksi-saksi menguntungkan yang diminta tersangka dan/atau terdakwa , sementara tersangka/terdakwa tidak berhak menilai dan menolak saksi-saksi fakta yang memberatkan, maka proses penyidikan akan berjalan dengan tidak seimbang, berat sebelah sehingga meniadakan prisip adil yang kaidahnya diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD RI tahun 1945;

6. Bahwa adanya tafsir yang beragam mengenai pada tahapan mana saksi-saksi yang menguntungkan tersebut diperiksa, telah meniadakan prisip kepastian hukum yang kaidah konstitusinya diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD RI tahun 1945;

7. Bahwa adanya tafsir yang beragam mengenai kaidah yang diatur dalam Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan (4) UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP menyebabkan tersangka dan/atau terdakwa diperlakukan tidak sama dihadapan hukum dan hal ini bertentangan dengan kaidah yang terdapat dalam Pasal 28D ayat (1) UUD RI tahun 1945;

8. Bahwa kaidah “Negara Hukum” dan “jaminan kepastian hukum yang adil” dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) UUD RI tahun 1945 telah dilanggar oleh norma UU dalam Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan (4) jika dihubungkan dengan definisi saksi dalam Pasal 1 angka 26 dan 27 UU No.8 tahun 1981 tentang KUHAP;

9. Bahwa menurut Pemohon, definisi saksi yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 26 UU No.8 Tahun 1981 tentang KUHAP hanyalah relevan dengan saksi fakta atau saksi peristiwa atau saksi yang memberatkan;

10. Bahwa definisi saksi yang diberikan Pasal 1 angka 26 telah mengaburkan keberadaan saksi yang menguntungkan dan saksi a de charge yang kaidah undang-undangnya diatur dalam Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP dan secara nyata bertentangan dengan kaidah konstitusi, khususnya due process of law (proses pemeriksaan yang benar dan adil) yang menjadi salah satu ciri Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945;

11. Bahwa kaidah undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 27 dihubungkan dengan Pasal 6 UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP bertentangan dengan kaidah konstitusi yang mengatur negara hukum, sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945;

(5)

12. Bahwa kaidah undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 27 dihubungkan dengan Pasal 184 ayang (1) huruf a bertentangan dengan kaidah konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945;

13. Bahwa defenisi keterangan saksi yang kaidahnya diatur dalam Pasal 1 angka 27 yang hanya sesuai dengan keterangan saksi fakta atau saksi peristiwa atau saksi yang memberatkan diubungkan dengan kaidah yang diatur dalam Pasal 184 ayat (1) huruf a, sesungguhnya telah menghilangkan adanya prinsip jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945;

14. Bahwa menurut hemat pemohon apabila kaidah-kaidah yang diatur dalam Pasal 1 angka 26 dan 27 dihubungkan dengan Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a UU No 1 tahun 1981 tentang KUHAP dibatalkan, maka akan terjadi kevakuman hokum, sehingga dalam hal ini Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memaknai kaidah undang-undang sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 angka 26 dan 27 dihubungkan dengan Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a UU No 8 Tahun 1981 tentang KUHAP agar menjadi konstitusional terhadap Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945;

15. Bahwa pemaknaan yang Pemohon maksudkan ialah, jika definisi tentang saksi dan keterangan saksi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 26 dan 27 dihubungkan dengan ketentuan Pasal 65 dan 116 ayat (3) dan (4) jo Pasal 184 ayat (1) huruf a, dibiarkan begitu saja, maka kaidah undang-undang yang diatur dalam pasal-pasal itu secara kondisional tetap inkonstitusional (conditionanally unconstitutional), yakni bertentangan dengan kaidah-kaidah konstitusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945.

VII. PETITUM

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk menguji ketentuan Pasal 1 angka 26 dan 27 jo Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan ayat(4) joPasal 184 ayat (1) huruf a UU RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.

2. Menyatakan bahwa Pasal 1 angka 26 dan 27 dihubungkan dengan ketentuan Pasal 65 jo Pasal 116 ayat (3) dan ayat(4) joPasal 184 ayat (1) huruf a UU RI No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP adalah seuai dengan UUD RI Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally constitutional), yaitu konstitusional sepanjang dimaknai saksi yang menguntungkan.

3. Menyatakan bahwa putusan ini membawa implikasi konstitusional da yuridis kepada Penyidik pada Kejaksaan Agung Republik Indonesia yang memeriksa Pemohon, untuk memanggil dan memeriksa saksi-saksi yang menguntungkan yang diminta oleh Pemohon, yaitu Megawati

(6)

Sukarno Putri, H.M Yusuf Jalla, Kwik Kian Gie dan Susilo Bambang Yudhoyono terhitung sejak Pemohon ditetapkan sebagai tersangka Pada Tanggal 24 Juni 2010.

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

Atau; apabila Majelis Hakim Berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data pretest dan data peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa ( postest , gain

Kemudian sistem akan melakukan validasi data yang di input tersebut, jika gagal maka sistem akan kembali ke halaman pengisian data. Jika benar, maka sistem akan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepadamasyarakat perikanan tentang gambaran embriogenesis ikan nila apabila telur ikan nila ditetaskan pada

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa kualitas produk, kualitas pelayanan, dan kewajaran harga secara simultan berpengaruh terhadap kepuasan

There are three theories that are applied in this study. The first theories are character and characterization. The other theory is the hierarchy of human needs. By applying those

epidermidis BC4 berpengaruh terhadap penekanan kejadian penyakit layu bakteri, pertambahan tinggi tanaman, dan populasi bakteri selama penyimpanan. Formulasi tepung

Caches also insert cache freshness information (Cache-Control, Age, and Expires headers) and often include a Via header to note that a proxy cache served the request.. Note that

Penerapan strategi curiosity based learning dalam pembelajaran menulis teks ilmiah populer siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia |