• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA ILMIAH PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI DI SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh :"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

0

KARYA ILMIAH

PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH PADA LAHAN USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI

DI SUKABUMI JAWA BARAT

Oleh : Soesilo Wibowo Ismi Puji Ruwaida

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2014

(2)

1

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemerintah telah menetapkan program pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan dalam rangka mempercepat pembangunan pertanian dan perdesaan (Deptan (2002) dalam Wibowo (2008)).

Pembangunan pertanian tersebut, terkadang tidak disertai dengan penetapan arah kebijaksanaan yang tepat, sehingga menyebabkan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kerusakan tersebut juga disebabkan ketidakmampuan masyarakat mengelola sumberdaya alam dan adanya masyarakat yang merusak sumberdaya alam.

Pembangunan pertanian di Indonesia dilaksanakan di daerah hulu maupun hilir. Pembangunan pertanian yang dilaksanakan di daerah hulu DAS dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang makin parah sehingga menurunkan produktivitas lahan, meningkatkan erosi dan sedimentasi, serta memacu banjir (Syam, 2003). Sayuran banyak diusahakan di daerah hulu, dimana sebagian besar pengelolaan lahan dilakukan tanpa penerapan teknik konservasi tanah, sehingga menyebabkan kesuburan tanah menurun, keseimbangan hidrologi terganggu, sumber air mengering, ketersediaan air irigasi berkurang, dan terjadinya peningkatan frekuensi dan ukuran banjir. Permasalahan tersebut semakin lama akan menyebabkan penurunan produktivitas tanah (Kurnia et al. 2004). Masalah tersebut memerlukan perhatian serius karena dapat menghambat pembangunan pertanian.

(3)

2

Optimalisasi pemanfaatan lahan kering dataran tinggi juga perlu dilakukan agar dapat mengurangi terjadinya erosi dan degradasi lahan, sehingga tujuan program pembangunan pertanian yang dilaksanakan di kawasan dataran tinggi dapat tercapai. Isu penting pembangunan pertanian di lahan kering dataran tinggi adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani dan mampu mempertahankan keberlanjutan (sustainability) sistem pertanian dengan tingkat erosi yang rendah.

Seiring dengan meningkatnya penduduk, pengelolaan lahan kering di daerah hulu semakin intensif dan cenderung mengabaikan kaidah konservasi tanah. Dalam rangka pengembangan kawasan dataran tinggi di Kabupaten Sukabumi dengan orientasi teknologi konservasi tanah berbasis tanaman sayuran dataran tinggi, perlu dilakukan penelitian tentang teknik konservasi tanah pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi agar dapat dilakukan pengelolaan lahan secara berkelanjutan.

B. Perumusan Masalah

Implementasi program pembangunan pertanian dan usahatani di Kabupaten Sukabumi dilaksanakan di dataran rendah dan dataran tinggi. Implementasi yang dilaksanakan di dataran tinggi berupa pengembangan komoditas sayuran yang memerlukan penanganan serius karena beberapa permasalahan, yaitu a). aktivitas budidaya sayuran dataran tinggi yang intensif menyebabkan berkurangnya

(4)

3

tingkat kesuburan tanah akibat lapisan atasnya tererosi (Kurnia et al., 2000), dan b) komoditas sayuran banyak diusahakan di lahan berlereng

> 25%, pada curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan besarnya potensi bahaya erosi. Berdasarkan permasalahan tersebut, muncul pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimanakah kondisi eksisting teknik konservasi tanah di lahan usahatani sayuran dataran tinggi?

2. Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan agar pengelolaan usahatani sayuran dataran tinggi dapat berkelanjutan ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian teknik konservasi tanah pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi di Kabupaten Sukabumi bertujuan untuk mengetahui teknik penerapan konservasi tanah di lahan usahatani sayuran dataran tinggi, melakukan estimasi besarnya erosi yang terjadi, dan memberikan rekomendasi teknik konservasi tanah yang sesuai di lahan usahatani sayuran dataran tinggi Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam upaya pengelolaan usahatani dataran tinggi berkelanjutan dan menjadi referensi dalam pengelolaan sumberdaya lahan di dataran tinggi, serta sebagai bahan atau informasi pengelolaan usahatani

(5)

4

sayuran dataran tinggi secara bijaksana dan lestari dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Kegiatan penelitian ini dititikberatkan pada teknik konservasi tanah kaitannya dengan usahatani sayuran dataran tinggi dan estimasi jumlah erosi yang ditimbulkannya. Penelitian ini mencakup teknik dan tingkat penerapan konservasi tanah secara vegetatif dan mekanis serta pendugaan besarnya erosi yang terjadi pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukaraja, Sukabumi.

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian Kawasan Sayuran dataran tinggi Sukaraja

Keadaan Lingkungan Keadaan Masyarakat

Erosi Tanah dan Air Sikap, Pengetahuan, Ketrampilan

Rumus Pendugaan erosi Deskriptif

2) Teknik dan Tingkat Penerapan Teknologi KTA

1) Tingkat Erosi yang terjadi

Teknik Konservasi

Perbaikan Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi

(6)

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumberdaya Lahan

Sumberdaya alam dapat dikelompokkan menjadi: (1) Sumberdaya lahan atau tanah, (2) Sumberdaya hutan, (3) Sumberdaya air, (4) Sumberdaya laut, dan (5) Sumberdaya mineral. Tanah (soil) sebagai suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh tumbuhan dan mempunyai sifat sebagai hasil kerja faktor iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk yang dipengaruhi oleh keadaan topografi dalam jangka waktu tertentu. Lahan (Land) merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004).

Menurut Winarso (2005) tanah merupakan produk transformasi mineral dan bahan organik yang dipengaruhi faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup, topografi, dan waktu. Tanah bersama air dan udara merupakan sumberdaya alam utama yang mempengaruhi kehidupan. Sumberdaya lahan atau tanah mencakup semua karakteristik dan proses-proses serta fenomena-fenomena lahan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

B. Erosi

Erosi merupakan pengikisan atau proses penghanyutan tanah oleh desakan – desakan atau kekuatan air dan angin baik secara alamiah maupun perbuatan manusia, Erosi dapat mempengaruhi kesuburan tanah.

(7)

6

Pengaruh erosi terhadap kesuburan tanah dapat dicirikan dengan penghanyutan partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan infiltrasi dan penampungan, perubahan profil tanah serta menghanyutkan sejumlah unsur hara (Kartasapoetra, 2010).

Pengaruh erosi menyebabkan lahan menjadi kritis, yaitu tanah-tanah yang tidak produktif, dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk diusahakan sebagai lahan pertanian, tanpa usaha-usaha rehabilitasi lebih dahulu. Luas lahan kritis di kabupaten Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 2012 mencapai 30 ribu hektar (Kementerian Pertanian, 2011).

C. Pengelolaan Lahan Berkelanjutan

Masalah pokok yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alam menurut Munandar (1995) dalam Dariah et al. (2004) adalah bagaimana sumberdaya alam tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien dan lestari baik bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.

Menurut Sitorus (2004) pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut secara berkesinambungan, yang secara garis besar bertujuan fisik dan ekonomi.

Pengelolaan lahan/tanah secara berkelanjutan atau Sustainable Soil Management (SSM) menggunakan pendekatan multidisiplin dan tidak

terbatas pada bidang ilmu tanah saja. Aspek sistem pengelolaan tanah berkelanjutan ada tiga (3), yaitu aspek bio-fisik, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi.

(8)

7

Menurut Wibowo (2008) salah satu upaya pengelolaan lahan berkelanjutan adalah dengan tindakan konservasi tanah yaitu penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tujuan konservasi tanah adalah mencegah kerusakan tanah dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak agar dapat tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas. Sasaran konservasi tanah meliputi keseluruhan sumber daya lahan, yang mencakup kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan ekosistem. Faktor yang mempengaruhi kemampuan sumberdaya lahan untuk dapat diusahakan yaitu keadaan lereng, kedalaman efektif, tekstur, tingkat kesuburan, permeabilitas tanah dan keadaan drainase.

Penerapan teknik konservasi tanah dengan mengurangi derajat kemiringan lahan dan panjang lereng merupakan salah satu cara terbaik mengendalikan erosi. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan metode konservasi tanah secara mekanik atau vegetatif (Dariah et al., 2004). Cara mekanis dapat dilihat dengan adanya pembuatan teras-teras dan selokan atau parit, sedangkan cara vegetatif yakni berupa penanaman sejajar kontur, reboisasi penanaman tanaman penutup tanah, penanaman dalam strip, penanaman secara bergilir, dan pemulsaan (Kartasapoetra, 2010). Tingkat penerapan konservasi tanah dan air oleh petani dapat dilihat dari cara pengelolaan usahataninya (Rowland, 1993).

(9)

8

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kawasan Dataran Tinggi Gunung Gede, di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Desa yang digunakan sebagai daerah penelitian adalah dua desa yang berada di wilayah DAS Cimandiri Hulu, yaitu desa Margaluyu dan desa Cisarua.

Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan terhitung yaitu mulai Maret sampai dengan Agustus 2012.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan penelitian meliputi : alat tulis, meteran, kamera, kuesioner, dan alat hitung.

C. Rancangan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian meliputi pendekatan wilayah yang menggunakan desa dan pendekatan usahatani. Penelitian meliputi dua jenis, yaitu penerapan teknologi konservasi tanah dan estimasi jumlah erosi. Data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder.

D. Populasi dan Sampel

Responden penelitian adalah petani sayuran dataran tinggi yang menjadi anggota kelompok tani dari dua desa yang memiliki lahan sayuran terluas di Kecamatan Sukaraja, yaitu Desa Margaluyu dan Desa Cisarua. Responden diambil secara acak terstratifikasi (stratified random sampling) dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang petani.

(10)

9 E. Instrumen Penelitian

Variabel penelitian berupa penerapan teknologi konservasi tanah dan besarnya erosi yang terjadi di lahan usahatani sayuran dataran tinggi Sukabumi.

Tabel 1. Variabel dan Indikator Penelitian

No Variabel Indikator

1. Metode Vegetatif  Penanaman Penutup Tanah

 Penanaman ganda sayuran

 Pemakaian mulsa

 Reboisasi/Penghijauan 2. Metode Mekanis - Sistem Pengolahan Tanah

- Penterasan

- Saluran Pembuangan Air (SPA) - Bendung Pengendali

- Saluran Air Lokal - Kelengkapan Lain F. Pengumpulan Data

- Tingkat Penerapan Teknologi Konservasi Tanah

Pengumpulan data dilakukan melalui metode survai dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap responden di lapangan. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu : (1) Data Primer, meliputi : teknik penerapan teknologi konservasi

tanah yang mencakup metode vegetatif dan mekanis. Data primer diperoleh langsung dari responden yaitu petani sayuran anggota kelompok tani.

(2) Data Sekunder, meliputi keberadaan kelompok tani dan lembaga pemerintah terutama kelembagaan penyuluhan dan pelatihan, lembaga perbankan dan pemasaran, produktivitas sayuran, mutu

(11)

10

produk, kondisi kesuburan tanah, agroklimat, kemiringan lereng, tinggi tempat, dan keadaan vegetasi. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah terkait.

- Perkiraan Jumlah Erosi

Penelitian pendugaan besarnya erosi menggunakan responden petani sebagai pelaku usahatani sayuran dataran tinggi di kawasan dataran tinggi Kecamatan Sukaraja. Data vegetasi yang diperlukan adalah vegetasi utama, lama penggunaan lahan, teknik usahatani, teknik tanam, pengelolaan tanah baik jenis dan dosis pupuk yang digunakan, cara pengolahan tanah, konservasi tanah, sumber air, dan produktivitasnya. Data keadaan tanah dan topografi diambil dari pengamatan langsung di lapangan serta pengambilan data sekunder. Tanah komposit yang dikumpulkan dari beberapa titik pengamatan melalui pengeboran yang dicampur merata menjadi contoh homogen, digunakan untuk keperluan analisis status kesuburan tanah.

G. Teknik Analisis Data

 Tingkat Penerapan Teknologi Konservasi Tanah

Tingkat penerapan teknologi konservasi tanah dinyatakan dengan skor. Skor tiap item minimal 1 dan maksimal 5, sehingga maksimal skor aspek penerapan konservasi tanah adalah 85, dengan kriteria yaitu :

(12)

11

- Tingkat penerapan sangat tinggi > 80 - Tingkat penerapan tinggi 60 - 80 - Tingkat penerapan sedang 40 – 59 - Tingkat penerapan rendah 20 – 39 - Tingkat penerapan sangat rendah < 20.

 Perkiraan Jumlah Erosi

Analisis pendugaan besarnya erosi menggunakan pendekatan persamaan prediksi kehilangan tanah secara komprehensif atau dikenal the Universal Soil Loss Equation (USLE). Rumus yang digunakan berdasarkan pendugaan Wischmeier dan Smith :

... 1)

keterangan :

- A : Besarnya Erosi yang mungkin terjadi (tons/ac- yr)

- R : Besarnya faktor curah hujan dan aliran permukaan (100s offt- tons/ac-yr).

- K : Besarnya faktor kepekaan erodibilitas tanah, kehilangan tanah per unit dari erosivitas hujan dari lahan kosong pada kemiringan 9

%, kemiringan 72,6 ft (22,1 m) panjang, tons tanah per 100 ft - tons - LS: Besarnya faktor panjang lereng dan kemiringan (tidak ada

satuan)

- C : Besarnya faktor pengelolaan penutup (tanaman)

- P : Besarnya faktor tindakan pengelolaan tanah (konservasi tanah).

A = R x K x LS x C x P

(13)

12

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada ketinggian 800 - 1400 m dpl.

Agroekosistem Kecamatan Sukaraja dibagi menjadi dua strata, yaitu strata lahan basah didominasi komoditi padi sawah dan strata lahan kering didominasi oleh komoditi sayuran dataran tinggi yang memiliki kontur berbukit dan bergelombang. Berdasarkan hasil analisis tanah, diperoleh bahwa lahan pertanian termasuk kategori lahan subur dengan pH 5–6. Lokasi penelitian mempunyai tipe iklim A dengan suhu 120-300 C serta kelembaban 71 %.

Petani di desa Margaluyu dan Cisarua sebagian besar mengusahakan tanaman sayuran dengan komoditas tanaman tomat, cabe, kubis, sawi, dan mentimun. Produktivitas lahannya masih relatif rendah, karena pola tanamnya sayuran sepanjang musim. Harga jual sayuran yang fluktuatif juga menyebabkan petani kurang mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya.

B. Karakteristik Petani Responden

Petani merupakan pekerjaan utama masyarakat di Desa Cisarua dan Margaluyu dan mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rerata umur petani adalah 45,3 dan rerata pengalaman responden sebagai petani 12,6 tahun dengan rata-rata lama menjadi anggota kelompok tani 5,6 tahun. Pendidikan petani sebagian besar hanya sampai Sekolah Dasar. Rata-rata luas

(14)

13

penguasaan lahan sawah adalah 3816,5 m2 dan lahan kering 11096,4 m2. Sebagian lahan merekan merupakan lahan sewa. Pendapatan kotor sebagian besar petani ± 2 juta rupiah.

C. Tingkat den Teknik Penerapan Konservasi Tanah

Hasil analisis data tingkat penerapan teknologi konservasi tanah di Kecamatan Sukaraja, Sukabumi diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 2. Tingkat Penerapan Teknik Konservasi Tanah di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi

No. Uraian Skor Maks Skor % (Persentase)

A Metode Vegetatif

1 Penutup Tanah 5 4,08 81,60

2 Tanam Ganda 5 4,95 98,93

3 Pemakaian Mulsa 15 12,23 81,51

4 Reboisasi 5 2,65 53,07

Sub Jumlah/rerata 30 23,91 79,69

B Metode Mekanis

1 Sistem Pengolahan Tanah 20 6,07 30,33

2 Penterasan 5 1,85 37,07

3 Saluran Pembuangan Air 5 0,91 18,13

4 Bangunan Terjunan 5 0,68 13,60

5 Bendung Pengendali 5 0,89 17,87

6 Saluran Air Lokal 5 4,00 80,00

7 Kelengkapan Lain 10 5,95 59,47

Sub Jumlah 55 20,35 36,99

Jumlah 85 44,25 52,06

Sumber: Hasil Olahan Data Primer (2012)

(15)

14

Skor tingkat penerapan teknologi konservasi tanah pada lahan usahatani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukaraja dengan metode vegetatif adalah 23,91, dan metode mekanis adalah 20,35.

Total skornya 44,25 (52,06%), menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi konservasi tanah pada lahan usahatani sayuran di Kecamatan Sukaraja termasuk sedang. Skor penerapan metode vegetatif sebesar 23,91 atau 79,69% menunjukkan tingkat penerapan konservasi tanah yang tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari ke empat variabel metode vegetatif, petani lebih banyak mengaplikasikan penanaman ganda dan penggunaan mulsa pada lahan mereka.

Metode konservasi secara mekanis mempunyai dua fungsi yaitu memperlambat aliran permukaan dan menampung serta mengalirkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak. Hasil analisis menunjukkan skor 20,35 atau 36.99% yang berarti bahwa tingkat penerapan teknik konservasi tanah dengan metode mekanis masih tergolong dalam kategori rendah. Masyarakat belum mengerti pentingnya konservasi tanah dan faktor pendidikan masyarakat yang rata-rata adalah lulusan Sekolah Dasar juga mempengaruhi tingkat penerapan teknologi konservasi di Kecamatan Sukaraja.

Kondisi tindakan konservasi tanah yang dilakukan oleh petani sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukaraja, Sukabumi adalah:

- Penggunaan teras bangku dengan konstruksi sedang mencapai 28%

- Penggunaan teras bangku konstruksi kurang baik mencapai 4 %

(16)

15

- Penggunaan teras bangku konstruksi tradisional mencapai 25%

- Pengolahan lahan dengan kemiringan 0-8 % mencapai 7 % - Pengolahan lahan dengan kemiringan 9-20 % mencapai 28 % - Pengolahan lahan dengan kemiringan > 20 % mencapai 8 %

Permasalahan yang dihadapi petani dalam penerapan teknologi konservasi tanah adalah a) sebagian besar lahan yang digarap bukan miliknya karena status mereka adalah petani penggarap, b) penerapan teknologi konservasi tanah memerlukan modal yang cukup besar sehingga mereka enggan menanamkan modal pada lahan yang bukan miliknya, dan c) sebagian besar petani hanya berpendidikan Sekolah Dasar, sehingga masih memiliki pola pikir jangka pendek, belum berpikir jangka panjang tentang manfaat konservasi tanah. Alimaras et al. (1991) juga mengemukakan bahwa alasan utama petani mau

mengadopsi konservasi tanah adalah kelayakan ekonomi. Petani akan menerapkan konservasi tanah jika melalui tindakan tersebut petani mendapatkan keuntungan lebih besar.

D. Pendugaan Besarnya Erosi

Besarnya erosi yang terjadi dikawasan sayuran dataran tinggi di Kecamatan Sukaraja diduga dengan menggunakan metode USLE, selanjutnya dibandingkan dengan erosi yang masih dapat dibiarkan (tolerable erosion = T). Erosi yang masih dapat dibiarkan menurut Hardjowigeno (1987) sebesar = 2,5 mm per tahun atau 30 ton per hektar per tahun. Alasan penggunaan nilai tersebut adalah karena nilai

(17)

16

T sebesar 2,5 mm per tahun (30 ton/ha/th) sesuai untuk kondisi di Kecamatan Sukaraja.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh laju erosi rata-rata 159,06 t/ha/tahun, yang bila diasumsikan berat volume tanah 1,2 gram/cc maka rata-rata tanah tererosi setebal 13,25 mm/tahun. Apabila dibandingkan dengan laju erosi yang masih dapat dibiarkan yaitu 30 ton/ha/tahun maka laju erosi yang terjadi di lahan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi sangat besar yaitu > 5 kali lipat dari laju erosi yang masih dapat dibiarkan sehingga diperlukan upaya – upaya pengelolaan lahan dan tindakan konservasi tanah. Berdasarkan ketebalan lapisan atas yang tererosi yaitu rata-rata 13,25 mm, maka laju erosi juga masih

> 5 kali lipat dari laju erosi yang dapat diijinkan (2,5 mm/tahun). Hal tersebut menunjukkan bahwa laju erosi pada lahan usahatani di Kecamatan Sukaraja, Sukabumi, Jawa Barat tinggi. Indeks bahaya erosinya adalah sebagai berikut :

Indeks bahaya erosi

=

=159,06334 30,0 = 5,30211

Berdasarkan klasifikasi Indeks bahaya erosi Hammer (1981) maka laju erosi di Kecamatan Sukaraja termasuk kategori tinggi (5,30) yang terletak antara 4,01 – 10. Besarnya erosi yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan rendahnya efektivitas penutupan tanah dan

(18)

17

pengelolaan tanaman karena merupakan tanaman sayuran dataran tinggi semusim

E. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah

Teknik konservasi tanah yang sebaiknya ditingkatkan adalah penggunaan mulsa untuk metode vegetatif dan sistem pengolahan tanah untuk metode mekanis. Alasan peningkatan penggunaan mulsa antara lain mulsa dapat mengurangi daya perusak butir hujan pada permukaan tanah, mengurangi aliran permukaan, mengurangi penguapan (meningkatkan kelembaban tanah), meningkatkan porositas tanah dan menambah bahan organik (Seta, 1987). Arsyad (2006) mengemukankan bahwa penggunaan mulsa yang sukar lapuk (C/N ratio besar) seperti mulsa jerami dan batang jagung akan memberikan perlindungan yang lebih baik. Pemberian mulsa sebaiknya dilakukan setelah akhir panen, atau bersama-sama dengan pengolahan tanah.

Hasil penelitian Lal (1980) menunjukkan bahwa pada tanah dengan kemiringan 1-15 % sebaiknya digunakan mulsa jerami 4-6 ton/ha.

Rekomendasi metode konservasi secara mekanis adalah sistem pengolahan tanah. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan pada saat kandungan air tepat, tidak dalam keadaan terbuka sepenuhnya dan searah kontur. Pengolahan tanah yang dilakukan pada keadaan terbuka akan memperbesar kemungkinan terjadinya erosi. Pengolahan tanah yang dilakukan sesuai garis kontur akan memperkecil erosi yang terjadi (Seta, 1987).

(19)

18

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penerapan teknologi konservasi tanah oleh petani sayuran di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi termasuk kategori sedang yaitu mencapai 52,06%. Salah satu penyebab penerapan teknologi konservasi tanah termasuk kategori sedang antara lain karena sebagian besar status petani masih penggarap, rendahnya modal dan tingkat pendidikan petani. Teknologi konservasi tanah yang diterapkan meliputi teknologi secara mekanis dan vegetatif, dengan nilai tingkat penerapan masing-masing sebesar 36,99% dan 79,69%. Besar laju erosi yang terjadi di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi sebesar 159,06334 ton/ha/th, yang lebih besar daripada nilai erosi yang dapat dibiarkan (30 ton/ha/th). Oleh karena itu diperlukan rekomendasi tindakan konservasi tanah yaitu melalui peningkatan penggunaan mulsa dan sistem pengolahan tanah yang tepat.

B. SARAN

Sebagian besar petani belum memikirkan pertaniannya ke arah jangka panjang, oleh karena itu pemerintah perlu melakukan upaya perubahan agar petani mau menerapkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, antara lain melalui pemberian insentif, keringanan sewa bagi petani yang mengadopsi teknik konservasi, sosialisasi serta pembuatan peraturan.

(20)

19

DAFTAR PUSTAKA

Alimaras, R.R., G.W Langdale, P.W., Unger, R. H., Downey and D.M. Van Doren. 1991. Adoption of Conservation Tillage and Associated Planting System. In R. Lal and J. Pierce (ed). Soil Managemnet for Sustainability. Published by Soil and Water Conservation Society.

Lowa.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor.

Hammer, W.I. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report.

AGOVINS/78/006. Tech. Note No, 10. Centre for Soil Research.

Bogor, Indonesia.

Hardjowigeno, S. 1987. Perkembangan dan Sifat-Sifat Tanah Berasal dari Bahan Vulkanik Letusan Krakatau 1883. Comm. Agric. Bogor, 1 (1) : 1-11.

Kartasapoetra, A. G. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Rineka Cipta.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Teknis Konservasi Tanah.

Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan. Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

Kurnia, U., Y. Sulaeman, A.K. Muti. 2000. Potensi dan Pengelolaan Lahan Kering Dataran Tinggi. Di dalam: Adimihardja, A., L.I. Amien, F.

Agus, Djaenuddin, penyunting. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Kurnia, U., H. Suganda, D. Erfandi, H. Kusnadi. 2004. Teknologi Konservasi Tanah Pada Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Di dalam: Kurnia, U., A. Rachman, A. Daríah, Penyunting. Teknologi Konservasi Tanah Pada Lahan Kering Berlereng. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan.

Lal, R. 1980. Soil Erosion as a Constraint to Crop Production. In Soil Related Constraint to Food Production in the Tropics. IRRI. Los Banos, Philippines.

Rowland, J.R.J, editor. 1993. Dryland Farming in Africa. London and Basingstoke : Macmillan Press Limited. Halaman 145.

Seta, A. K. 1987. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. Jakarta : Kalam Mulia

Sitorus, S.R.P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan.

Edisi ke-3. Bogor: Laboratorium Perencanaan Pengembangan

(21)

20

Sumberdaya Lahan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutedjo, M. M. dan Kartasapoetra, A.G. 2002. Pengantar Ilmu Tanah.

Jakarta : Rineka Cipta.

Syam, A. 2003. Sistem Pengelolaan Lahan Kering di Daerah Aliran Sungai Bagian Hulu. J. Litbang Pertanian. Vol 22 (4) : 162-171.

Wibowo, S. 2008. Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta : Gava Media.

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan PenelitianKawasan Sayuran dataran tinggi Sukaraja
Tabel 1. Variabel dan Indikator Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

1) Bahwa penjaringan data mengenai rekrutmen pengawas sekolah menengah (X1), kompetensi pengawas sekolah menengah (X2), motivasi pengawas sekolah menengah

Dari data yang telah didapat dan diasumsikan agar data tersebut bisa diolah, maka data tersebut perlu diubah menjadi data yang dapat dibaca pada grafik untuk

Sedangkan dari skor dasar ke siklus II dengan rata-rata 82,75 mengalami peningkatan sebesar 62,5% karena guru sudah menerapkan model pembelajaran yang dapat

Kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap earning management Jao dan Pagulung (2011) Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan

Rangsangan saraf parasimpatis pada simpul sinus, cenderung memperlambat kecepatan pembentukan impuls pada pusat pacu jantung, hal ini terjadi karena ujung-ujung saraf

c. Izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan.Persyaratan tata bangunan

Kaki 2 memberi trigger dari tegangan yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc(&lt;1/3 Vcc), kaki 3(output) akan high tegangan yang tinggi (Vcc) menuju 1/3 Vcc(&lt;1/3 Vcc), kaki

Peneliti menggunakan 5 asumsi dasar Communication Privacy Management (Petronio, 2002) dan membuktikan bahwa masih melakukan batasan serta aturan pada informasi