• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GURU UKS TERHADAP PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

PADA TATANAN SEKOLAH DASAR (SD)

(Studi Di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2014)

Dina Permatasari1) Novianti2)

Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Universitas Siliwangi (permatasaridina@gmail.com)

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercapai dengan terciptanya pengetahuan yang baik dari tiap individu pada tiap-tiap tatanan.

Salah satu penerapan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS) di sekolah yaitu melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Guru UKS akan mempengaruhi pelaksanaan UKS di Sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan penerapan PHBS. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 40 dari 44 populasi.

Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 70%, responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 30.0%. Analisis menggunakan chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penerapan PHBS dengan nilai p < 0,05 (0,029), nilai OR=6,440. Disarankan kepada Dinas Kesehatan atau Puskesmas Ciamis, agar melakukan pemeriksaan PHBS minimal satu tahun sekali pada semua Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Ciamis, tidak hanya pada saat terjadi wabah penyakit saja, dan memberikan pembinaan serta penyuluhan kepada Guru UKS mengenai PHBS di sekolah, sehingga pengetahuan Guru UKS meningkat.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, PHBS Tatanan Sekolah

(2)

2

RELATIONSHIP OF LEVEL KNOWLEDGE TEACHERS UKS WITH APPLICATION OF HEALTHY AND HYGIENE BEHAVIOR TO

ELEMENTARY SCHOOL (SD)

(Studies in District of Ciamis Regency Ciamis, 2014)

Dina Permatasari1) Novianti2)

Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi1) Universitas Siliwangi (permatasaridina@gmail.com)

Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan2) Universitas Siliwangi

ABSTRACT

Healthy and hygienic behavior is a set of behaviors that are interpreted on the basis of consciusness as a result of learning that makes a person or family can help ourselves in the field of health and public health embodies the play an active role. Healthy ang hygienic behaviors can be achieved by the creation of a good knowledge of each individual on each order. One application to enhance clean and healthy lifestyles in schools through health efforts. Teachers UKS will affect the implementation of the uks in school. The research aims to analyze the relationship of the level of knowledge with application of PHBS. Research methods used analytic survey methods by approaching cross sectional with 40 from 45. The analysis is conducted by using univariate analysis frequency distribution and bivariat analysis by using chi square. The research result showed that respondents have low knowledge level was 70% and respondents have a high level of knowledge was 30%. Analysis used chi square indicates that there is a relationship between the level of knowledge the teacher by assembling the UKS of PHBS with p<0,05 (0,029), OR value = 6,440. It is recommended to the Department of health or public health checks, in order for the Ciamis PHBS at least once a year on all primary schools in the districts of Ciamis, not only in the event of an outbreak and provide coaching and guidance to teachers UKS of the PHBS in school, so the teacher’s knowledge of the UKS increased.

Key Words : Level Knowledge, PHBS School Order

(3)

3 1. PENDAHULUAN

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006). PHBS dikembangkan adanya lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum (where we play and do everything), dan di sarana kesehatan (where we get health services) (Depkes RI, 2008). Salah satu tatanan PHBS adalah di lingkungan sekolah, dimana sekolah merupakan tempat kedua bagi anak berinteraksi setelah keluarga. PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, Indonesia memiliki sekitar 79,4 juta anak usia 8-18 tahun. Namun upaya menjaga kesehatan mereka masih menjadi tantangan bagi semua pihak, sehingga promosi kesehatan terkait PHBS di institusi pendidikan merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit. Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis untuk mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang menyerang anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang dapat menyebabkan angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke tahun sehingga menjadi kejadian luar biasa (KLB).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2008 menerangkan bahwa Jawa Barat menempati urutan terendah peringkat provinsi yang menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Pulau Jawa. Prevalensi PHBS Jawa Barat sebesar 37,4%, di bawah standar Nasional yang mencapai 38,7%. Perilaku sehat di sekolah menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat dari data hasil survey cepat tahun 2009, yang dilakukan di Kabupaten Ciamis dengan hasil sebagai berikut : Sekolah PHBS strata I : 40,8%, Sekolah PHBS strata II:

33,3%, Sekolah PHBS strata III: 20,5% dan Sekolah PHBS strata IV: 5,4% (Buku Panduan PHBS Dinkes Kab Ciamis Tahun 2010). Berdasarkan hasil pendataan tersebut ditemukan permasalahan perilaku yaitu 83,7% siswa suka merokok, 63,6 % siswa belum melakukan olah raga secara rutin, sedangkan masalah lingkungan meliputi sekolah yang belum memilki jamban 63%, sekolah yang belum mengelola sampah dengan baik dengan benar mencapai 62% dan sekolah yang belum mempunyai saluran pembuangan air limbah mencapai 68% (Buku Panduan PHBS Dinkes Kab Ciamis Tahun 2010).

Perilaku sehat di sekolah menunjukkan hasil yang kurang memuaskan, hal ini dapat dilihat dari data hasil survey cepat tahun 2009, yang dilakukan di Kabupaten Ciamis dengan hasil sebagai berikut : Sekolah PHBS strata I : 40,8%, Sekolah PHBS strata II: 33,3%, Sekolah PHBS strata III: 20,5% dan Sekolah PHBS strata IV: 5,4%

(Buku Panduan PHBS Dinkes Kab Ciamis Tahun 2010). Berdasarkan hasil pendataan tersebut ditemukan permasalahan perilaku yaitu 83,7% siswa suka merokok, 63,6 % siswa belum melakukan olah raga secara rutin, sedangkan masalah

(4)

4

lingkungan meliputi sekolah yang belum memilki jamban 63%, sekolah yang belum mengelola sampah dengan baik dengan benar mencapai 62% dan sekolah yang belum mempunyai saluran pembuangan air limbah mencapai 68% (Buku Panduan PHBS Dinkes Kab Ciamis Tahun 2010).

Indikator PHBS di tatanan institusi pendidikan menurut Departemen Kesehatan (2007), meliputi : 1) Pemeriksaan kebersihan rambut secara rutin, 2) pemakaian pakaian bersih dan rapih, 3) pemeriksaan kebersihan kuku secara rutin, 4) pemakaian sepatu bersih dan rapih, 5) berolahraga yang teratur dan terukur, 6) tidak merokok di sekolah, 7) tidak menggunakan NAPZA, 8) pemberantasan jentik nyamuk, 9) penggunaan jamban yang bersih dan sehat, 10) penggunaan air bersih, 11) mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, 12) membuang sampah ke tempatnya, 13) mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, 14) penimbangan berat badan dan tinggi badan setiap bulan.

Hasil survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti pada 8 orang Guru UKS di 10 Sekolah Dasar di Kecamatan Ciamis, diperoleh bahwa pengetahuan 8 orang Guru UKS tersebut terhadap PHBS masih kurang yaitu hanya 37,5 %. Hal ini dapat terlihat dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada Guru UKS terhadap PHBS, bahwa hanya 3 orang yang mengetahui tentang PHBS. Selain itu, diketahui bahwa penerapan perilaku PHBS siswa, guru dan warga di lingkungan sekolah masih kurang, karena dilihat dari beberapa indikator PHBS di tatanan sekolah, mereka membuang sampah tidak pada tempatnya/sembarangan sebesar 87,5%, jambannya yang kotor dan bau sebesar 62,5%, guru dan warga di lingkungan sekolah yang merokok di lingkungan sekolah sebesar 25%, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun sebelum makan sebesar 87,5%, jajan sembarangan pada pedagang makanan asongan karena diantara ke 8 sekolah tersebut tidak mempunyai kantin yang sehat sebesar 75%.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencanangkan sekolah sehat atau Health Promoting School (Sekolah yang mempromosikan kesehatan). Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Semua kegiatan tersebut akan terlaksana apabila ada peran serta masyarakat, karena diakui bahwa tanpa adanya kesadaran dari semua masyarakat kebersihan tersebut tidak akan pernah terwujud (Panduan Promosi Kesehatan Sekolah, 2003)

Perilaku hidup bersih dan sehat juga dapat tercapai dengan terciptanya pengetahuan dan sikap yang baik dari tiap individu pada tiap-tiap tatanan. Menurut Permata pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai suatu hal, cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah. Guru UKS adalah Guru yang berperan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada siswanya. Karena Guru UKS merupakan guru yang telah mengikuti pelatihan kesehatan sekolah yang berdasarkan fungsi dan kewajibannya berhubungan dengan anak didik dan lingkungan sekolah. Guru UKS adalah guru yang telah mendapat pelatihan tentang UKS dan program-programnya (Kemenkes, 2011). Guru UKS akan mempengaruhi pelaksanaan UKS di Sekolah, kalau di

(5)

5

Sekolah tidak ada Guru UKS maka UKS di Sekolah tersebut tidak akan berjalan (Kemenkes, 2011).

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Guru UKS terhadap penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis.

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Guru UKS Sekolah Dasar (SD) yang berada di Kecamatan Ciamis yaitu sebanyak 45 orang Guru UKS Sekolah Dasar (SD). Sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dengan cara menggunakan undian. Instrument penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis Bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seluruh sampel yang berjumlah 40 orang responden, semuanya memenuhi kriteria.

Responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 29 orang (72.5%), sedangkan responden berjenis perempuan sebanyak 11 orang (27.5%), responden dengan status PNS sebanyak 32 orang (80%), sedangkan guru honorer sebanyak 8 orang (20%), responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 28 orang (70%), responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 12 orang (30.0%). Responden yang berumur paling muda adalah 21 tahun sebanyak 1 orang responden (0,9%), responden yang berumur paling tua adalah 35 tahun sebanyak 9 orang (8,3%), sedangkan jumlah umur terbanyak dari responden ada pada umur 32 tahun yaitu sebanyak 14 orang (13%).

a. Analisis Univariat

Untuk keperluan analisis uji hubungan, maka tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi dua yaitu tingkat pengetahuan rendah apabila skor nya 0 sampai dengan 15 dan tingkat pengetahuan tinggi apabila skor nya 16 sampai dengan 30. Berdasarkan pengelompokan tersebut, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis

Tahun 2014

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi

N Persentase (%)

1 Rendah 28 70.0

2 Tinggi 12 30.0

Jumlah 40 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa distribusi frekuensi responden menurut tingkat pengetahuan Guru UKS di Sekolah Dasar Kecamatan

(6)

6

Ciamis Kabupaten Ciamis tahun 2014 yaitu responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 28 orang (70%) dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 12 orang (30%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS Di Sekolah Dasar Kecamatan Ciamis

Tahun 2014

No Penerapan PHBS Frekuensi

F %

1 Pemeriksaan kebersihan rambut secara rutin 20 50.0 2 Pemeriksaan kebersihan pakaian secara rutin 21 52.5 3 Pemeriksaan kebersihan kuku secara rutin 11 27.5 4 Pemeriksaan kebersihan sepatu secara rutin 9 22.5 5 Olahraga yang teratur dan terukur 40 100.0 6 Tidak merokok dilingkungan sekolah 25 62.5

7 Tidak menggunakan NAPZA 40 100.0

8 Memberantas jentik nyamuk 6 15.0

9 Menggunakan jamban yang bersih dan sehat 0 0

10 Menggunakan air bersih 25 62.5

11 Mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai

sabun 2 5.0

12 Membuang sampah ke tempatnya 28 70.0

13 Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah 0 0

14 Menimbang BB dan mengukur TB 37 92.5

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi frekuensi penerapan PHBS, responden paling banyak melakukan penerapan PHBS olahraga yang teratur dan terukur sebanyak 40 orang (100%), tidak menggunakan NAPZA sebanyak 40 orang (100%), sedangkan responden tidak melakukan penerapan PHBS menggunakan jamban yang bersih dan sehat sebanyak 40 orang (100%) dan mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah yaitu sebanyak 40 orang (100%).

Untuk keperluan analisis uji hubungan, maka penerapan PHBS dikategorikan menjadi dua yaitu kurang baik apabila 0 penerapan sampai 7 penerapan yang dilakukan dan baik apabila 8 penerapan sampai 14 penerapan yang dilakukan. Berdasarkan pengelompokan tersebut, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penerapan PHBS di Sekolah Dasar (SD)

Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis Tahun 2014

No Penerapan PHBS Frekuensi

F Persentase (%)

1 Kurang Baik 28 70.0

(7)

7

2 Baik 12 30.0

Jumlah 40 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa responden kebanyakan kurang baik dalam menerapkan PHBS yaitu sebanyak 28 orang responden (70.0%), sedangkan responden yang menerapkan PHBS dengan baik sebanyak 12 orang (30.0%).

b. Analisis Bivariat

Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Guru UKS dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Tahun 2014

No Tingkat Pengetahuan

Penerapan PHBS

Total p

value OR Kurang

Baik

Baik

N % N % N %

1 Rendah 23 82.1 5 17.9 28 100.0

0,029 6,440

2 Tinggi 5 41.7 7 58.3 12 100.0

Jumlah 28 70 12 30 40 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, kebanyakan kurang baik dalam menerapkan PHBS (82.1%), dibandingkan dengan yang baik dalam menerapkan PHBS nya (17.9%).

Pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi, kebanyakan baik dalam menerapkan PHBS (58,3%), dibandingkan dengan yang menerapkan PHBS kurang baik (41.7%).

Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,029 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan Guru UKS terhadap penerapan PHBS. Nilai OR=6,440 yang berarti responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah 6,440 kali menerapkan PHBS yang kurang baik dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi.

Hasil penelitian Sonny (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan guru UKS yang rendah terkait PHBS dengan penerapan PHBS yang kurang baik dengan p value=0,012, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Novia (2011) mengenai pengetahuan Guru dengan penerapan PHBS dengan tingkat kemaknaan < 0,05 dengan p-value sebesar 0,01 diperoleh hasil bahwa adanya hubungan antara tingkat pengetahuan Guru UKS yang rendah dengan penerapan PHBS yang kurang baik, nilai p < α (0,05). Hasil kedua penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, yaitu responden yang memilki tingkat pengetahuan rendah cenderung kurang baik dalam menerapkan penerapan PHBS.

Perilaku hidup bersih dan sehat dapat tercapai dengan terciptanya pengetahuan yang baik dari tiap individu pada tiap-tiap tatanan. Menurut Permata (2011) pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai suatu hal, cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat

(8)

8

berkaitan dengan masalah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan penerapan PHBS.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Bahwa apabila guru uks terbiasa hidup bersih dan sehat, maka pengalaman ini akan terbawa sampai ke sekolah maupun lingkungan sekitar. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, pendidikan dapat mambawa pengetahuan atau wawasan sesorang. Bahwa pendidikan untuk hidup bersih dan sehat tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi sudah diajarkan sejak kecil di rumah, sehingga sudah terbentuk perilaku atau kebiasaan untuk perilaku hidup bersih dan sehat.

Selanjutnya keyakinan, keyakinan biasanya diperoleh seseorang secara turun- temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu, ini bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif. Dalam kaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat diyakini bahwa di dalam lingkungan yang bersih akan terjamin untuk hidup sehat seperti pepatah yang mengatakan di dalam diri yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran dan buku. Banyak informasi tentang kesehatan yang ditayangkan melalui media elektronik maupun media cetak. Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas informasi. Bahwa sumber penghasilan yang diperoleh seseorang itu berbeda, namun tidak mengurangi pengetahuan dari tiap individu untuk memahami perilaku hidup bersih dan sehat. Kebudayaan setempat atau kebiasaan keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap sesorang terhadap perilaku.

Lingkungan dan pergaulan sekitar turut berperan aktif untuk mempengaruhi sosial budaya membentuk perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, semua sekolah harus ber PHBS, agar tercipta lingkungan yang sehat, nyaman dan menarik dilingkungan sekolah. Karena lingkungan yang sehat akan menciptakan jiwa yang sehat pula, sehingga motivasi belajar pun akan meningkat. Tetapi karena keterbatasan dana, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis menargetkan PHBS tatanan Sekolah pada tahun 2014 sebanyak 70%, sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 75%.

PHBS tatanan Sekolah harus meningkat setiap tahunnya, walaupun kenaikannya tidak terlalu tinggi. Karena untuk menciptakan sekolah yang ber PHBS harus didukung dengan dana yang cukup besar.

Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan yang terkait langsung dengan pembinaan Guru UKS, terutama Puskesmas wilayah setempat dan pihak sekolah, agar mengadakan pelatihan atau refresing program-program unik seperti pelatihan Dokter Kecil, orientasi Guru UKS, pembenahan jamban, ruang UKS, dokter kecil dan Dana sehat serta mengadakan lomba PHBS untuk sekolah supaya sekolah termotivasi untuk meningkatkan PHBS pada institusi pendidikan. Selain itu saling bekerja sama melakukan perundingan untuk memasukkan PHBS kedalam kurikulum sekolah agar siswa dapat lebih memahami PHBS. Juga disarankan

(9)

9

kepada Pemerintah daerah Kabupaten Ciamis agar mengeluarkan Perda mengenai Dana sehat di Institusi Pendidikan Sekolah Dasar.

4. SIMPULAN

a. Proporsi tingkat pengetahuan yaitu responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah sebanyak 28 orang (70%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 12 orang (30%).

b. Sekolah yang kurang dalam menerapkan PHBS sebanyak 28 sekolah (70%), sedangkan sekolah yang baik dalam menerapkan PHBS sebanyak 12 sekolah (30%).

c. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan Guru UKS dengan penerapan PHBS pada tatanan Sekolah Dasar(SD) dengan nilai p value=0,029 dan nilai OR=6,440.

5. SARAN

1. Bagi Dinas Kesehatan atau Puskesmas Ciamis

a. Melakukan pemeriksaan PHBS minimal satu tahun sekali pada semua Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Ciamis, tidak hanya pada saat terjadi wabah penyakit saja.

b. Memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada Guru UKS mengenai PHBS di sekolah, sehingga pengetahuan Guru UKS meningkat.

2. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian penerapan PHBS pada semua warga yang berada di sekolah, karena penerapan PHBS disekolah tidak hanya dilakukan oleh siswa saja, tetapi oleh semua warga yang berada disekolah, yaitu siswa, guru, penjaga sekolah dan pedagang di sekitar sekolah

6. DAFTAR PUSTAKA

Ananto Purnomo, Usaha Kesehatan Sekolah di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Yrama Widya, Bandung, 2006

Andriato, S., Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Siswa Sekolah Dasar, 2011.

Buku Panduan PHBS Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2010

Departemen Kesehatan RI, 2007

Esensi, Mengenal UKS, Erlangga, Jakarta, 2012

Hermawan, Y & Ikhsan, K., Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Lingkungan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Pelaksanaan Kesehatan Lingkungan SMP Negeri Tambaksari Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis, 2011

Kemenkes, Direktorat Bina Kesehatan Anak dkk., Usaha Kesehatan di Tingkat Sekolah Dasar Sekolah Menengah dan Pondok Pesantren, Kementrian Kesehatan, Jakarta, 2011

Permata., Pengertian Pengetahuan Terhadap Pengambilan Keputusan, Erlangga, Jakarta, 2011

(10)

10

Sarifudin, Akhmad., Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Guru Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan Strata Kesehatan Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Binaan Puskesmas Petarukan Kec. Petarukan Kab. Pemalang, 2003.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden   Menurut Tingkat Pengetahuan   Di Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Penerapan PHBS  Di Sekolah Dasar Kecamatan Ciamis
Tabel  4.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Guru UKS   dengan Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Referensi

Dokumen terkait

Shock merupakan komponen yang digunakan untuk meredam getaran dan goncangan yang berlebih pada jetski ketika kendaraan ini berjalan di darat.Jenis shock yang

168 I I only want to look and rejoice disinterestedly ; In Paramore's house ' Expressing his feeling : Pleased, intimate in the happiness Qfmy dear Julia, my.

Nilai koefisien regresi variabel prakerin sebesar 0,550 dan bernilai positif terhadap variabel kesiapan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan atau

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan yuridis sosiologis (sosial legal research) untuk mengkaji dan membahas

permasalahan guru dan konselor secara umum juga terdapat banyaknya faktor yang menjadikan konselor kurang mendapatkan perhatian di sekolah diantaranya adalah 1) rasio atau jumlah

Tiga istilah pendidikan Islam yang terdapat dalam hadis kitab Sunan Abi&gt; Da&gt;wud di atas merupakan landasan akan tersirat dan tersuratnya teori-teori

Pelaksanaan kurikulum 2013 pada kegiatan belajar mengajar tidak hanya sebatas menyampaikan bahan ajar di dalam kelas, tetapi guru harus bisa menghidupkan suasana di dalam kelas

Dari hasil penelitian tentang Peningkatan Self efficacy Penderita HIV/AIDS (ODHA) melalui Islamic Counseling dapat disimpulkan bahwa: Islamic Counseling atau konseling