• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SODIUM FLUORIDE DALAM CHLORHEXIDINE TERHADAP PENGURANGAN GAYA DAN PERUBAHAN PANJANG POWER CHAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH SODIUM FLUORIDE DALAM CHLORHEXIDINE TERHADAP PENGURANGAN GAYA DAN PERUBAHAN PANJANG POWER CHAIN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP PENGURANGAN GAYA DAN PERUBAHAN PANJANG

POWER CHAIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedoktergan Gigi

TERRY NIM: 150600052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)
(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 11 September 2019

TIM PENGUJI

KETUA : Erliera, drg., Sp.Ort.(K) ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort.(K)

2. Muslim, drg., Sp.Ort.(K)

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ortodonsia Tahun 2019

Vii + 51 halaman Terry

Pengaruh Sodium Fluoride dalam Chlorhexidine Terhadap Pengurangan Gaya dan Perubahan Panjang Power Chain.

Power chain merupakan elastomer polyurethane yang digunakan secara luas oleh profesi dokter gigi karena sifatnya yang elastik. Chlorhexidine dan sodium fluoride yang banyak tercantum pada obat kumur dapat memengaruhi sifat mekanis power chain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sodium fluoride dalam chlorhexidine terhadap hubungan pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain. Jenis penelitian ini adalah eksperimental pretest-posttest control group design. Power chain dikelompokkkan menjadi tiga kelompok perlakuan dalam lima waktu pengamatan (Hari ke-1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28). Power chain yang diaktivasi kemudian direndam dalam obat kumur selama 30 detik sebanyak dua kali sehari. Setelah perendaman, power chain dibilas dengan air dan kemudian kembali direndam dalam saliva buatan. Setelah itu, dilakukan pengukuran gaya dan perubahan panjang menggunakan alat digital force gauge (1N Shahe) dan digital kaliper (150 mm Mitutoyo) untuk setiap waktu pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p=0,001) terhadap pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain pada lima waktu pengamatan. Untuk perbandingan kelompok perlakuan pengurangan gaya dan perubahan panjang tertinggi hingga terendah secara berurut adalah power chain direndam dalam chlorhexidine tanpa NaF, chlorhexidine dengan NaF dan saliva buatan. Kesimpulannya, perbandingan kelompok perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain. Tetapi, berdasarkan perbandingan lima waktu pengamatan terdapat perbedaan yang signifikan untuk tiap kelompok. Korelasi antara pengurangan gaya dan perubahan panjang bernilai negatif yang artinya ketika pengurangan gaya pada power chain meningkat, maka perubahan panjang power chain cenderung meningkat.

Daftar Rujukan: (2008 - 2019)

(5)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Sodium Fluoride dalam Chlorhexidine Terhadap Pengurangan Gaya dan Perubahan Panjang Power Chain” guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dengan hati yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Erliera, drg., Sp.Ort. (K) yang telah meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penulis demi selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Sinjur Pantun, dan Ibunda tercinta Santi Sumono yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan serta segala bantuan baik moril maupun materil yang tidak terbatas kepada penulis. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Siti Bahirrah drg., Sp.Ort(K) selaku Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis.

3. Erliera, drg., Sp.Ort . (K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, penjelasan dan motivasi selama proses penyusunan skripsi sampai selesai.

4. Muslim, drg., Sp.Ort. (K) selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran-saran yang membangun kepada penulis.

5. Wandania Farahanny, drg., MDSc, Sp.KG selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing, mendukung dan memotivasi penulis selama menjalankan perkuliahan dan menyusun skripsi.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, membantu, dan memberikan ilmu selama perkuliahan.

7. Kepada seluruh staf Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...

TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Elastomer ... 5

2.1.1 Perkembangan Elastomer. ... 5

2.1.2 Jenis Elastomer ... 6

2.1.2.1 Berdasarkan Material ... 6

2.1.2.2 Berdasarkan Kegunaan Ortodonti ... 8

2.2 Obat Kumur... 11

2.2.1 Komposisi Obat Kumur ... 11

2.2.2 Kegunaan Obat Kumur ... 15

2.2.3 Efek Samping Obat Kumur ... 16

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Elastomer Ortodonti ... 16

2.4 Uji Pengurangan Gaya dan Perubahan Panjang ... 18

2.5 Kerangka Teori ... 20

2.6 Kerangka Konsep ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 21

(8)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 22

3.4.1 Variabel ... 22

3.4.1.1 Variabel Bebas ... 22

3.4.1.2 Variabel Tergantung ... 23

3.4.1.3 Variabel Terkendali ... 23

3.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 23

3.4.2 Definisi Operasional ... 24

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 25

3.6 Prosedur Kerja... 26

3.6.1 Pengecekan pH Obat Kumur ... 26

3.6.2 Prosedur Perendaman dan Pengukuran ... 27

3.7 Analisis Data ... 28

3.8 Alur Penelitian ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

4.1 Perbedaan Pengurangan Gaya dalam Lima Waktu Pengamatan ... 30

4.2 Perbedaan Perubahan Panjang dalam Lima Waktu Pengamatan ... 33

4.3 Korelasi Pengurangan Gaya terhadap Perubahan Panjang dalam Lima Waktu Pengamatan ... 37

BAB V PEMBAHASAN ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

6.1 Kesimpulan ... 43

6.2 Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. A. Pengumpulan lateks dari pohon karet ... 6

B. Cis-1,4-polyisoprene ... 6

2. Pembentukan kelompok urethanes... 7

3. Empat bentuk power chain ... 9

4. A. Digital force gauge ... 19

B. Digital kaliper ... 19

5. Pengukuran pH medium ... 27

6. Pengukuran dan perendaman power chain ... 28

7. Perbedaan pengurangan gaya antara medium perendaman ... 33

8. Perbedaan perubahan panjang antara medium perendaman ... 37

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan pengurangan gaya power chain direndam dalam berbagai medium. ... 31 2. Perbedaan pengurangan gaya power chain pada semua medium perendaman ... 31 3. Perbedaan pengurangan gaya power chain antara saliva, chlorhexidine 0,1%

(Minosep) dan chlorhexidine 0,1% mengandung NaF (Kin). ... 32 4. Perbedaan perubahan panjang power chain direndam dalam berbagai medium .... 34 5. Perbedaan perubahan panjang power chain direndam dalam semua medium

perendaman... 35 6. Perbedaan perubahan panjang power chain antara saliva, chlorhexidine 0,1%

(Minosep) dan chlorhexidine 0,1% mengandung NaF (Kin) ... 36 7. Hubungan dan signifikasi pengurangan gaya terhadap perubahan panjang power

chain yang direndam dalam berbagai medium ... 38 8. Hubungan dan signifikasi pengurangan gaya terhadap perubahan panjang power

chain pada semua medium perendaman ... 38

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Jadwal Kegiatan

2. Rincian Biaya Penelitian 3. Data Pengukuran Power Chain 4. Uji Normalitas Pengurangan Gaya 5. Uji Normalitas Perubahan Panjang

6. Uji Normalitas Pengurangan Gaya Dengan Perubahan Panjang 7. Hasil Uji Anova Pengurangan Gaya

8. Hasil Uji Anova/Kruskal-Wallis Perubahan Panjang

9. Hasil Uji Korelasi Pearson

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan ortodontik adalah untuk mentransmisikan gaya mekanik serta mengarahkan gigi ke posisi yang sesuai dengan lengkung gigi.

1

Perawatan yang efektif tidak terbatas pada penggunaan satu jenis braket; tetapi membutuhkan penerapan gaya yang tepat dan terkoordinasi melalui archwires dan elemen tambahan. Elemen tambahan diantaranya elastomer telah digunakan selama bertahun-tahun.

2

Elastomer yang digunakan dalam ortodonti biasanya terbuat dari 2 jenis bahan utama.

2,3

Pertama adalah elastomer alami, yang disebut sebagai 'elastik’. Jenis kedua adalah elastomer sintetik, digunakan dalam pembuatan power chain, ligatur dan elastic threads disebut sebagai ‘alastik’.

3

Adapun elemen tambahan yang terbuat dari elastomer dan digunakan dalam bidang ortodonti diantaranya separator, ligatur, rotation wedges, elastic threads dan power chain.

2

Power chain merupakan elastomer yang terbuat dari polyurethane dan digunakan secara luas oleh profesi dokter gigi.

4,5

Power chain memiliki bentuk rantai panjang dengan lubang yang saling berhubungan, dan tersedia dalam berbagai warna.

6

Karena elastisitasnya power chain memiliki kemampuan untuk kembali ke ukuran aslinya setelah mengalami tarikan.

5,7

Aplikasi penggunaan power chain dalam ortodonti sangatlah luas meliputi koreksi gigi rotasi, retaksi kaninus dan insisivus setelah pencabutan, penutupan ruang, koreksi midline, retensi ortodonti, perpindahan mesial di kuadran posterior, dan menarik gigi impaksi.

3,8

Berdasarkan filamennya power chain memiliki empat bentuk yaitu; closed

chain, short link chain, medium link chain, dan long link chain.

9

Power chain memiliki

beberapa keunggulan klinis yaitu ekonomis, mudah digunakan dan disesuaikan dengan

kebutuhan pasien, kerjasama pasien menjadi lebih sedikit atau bahkan tidak ada,

biokompatibilitas yang baik, mengurangi resiko trauma intraoral, memberikan gaya

ringan terus menerus dan bantuan dalam ketepatan pergerakan gigi.

2,6,10

Sementara itu,

(13)

kerugian penggunaan power chain ialah gaya yang dihasilkan menurun dan harus diganti setelah beberapa waktu.

5,6

Kelembaban air dan saliva juga telah terbukti meningkatkan pengurangan gaya pada power chain.

4

Perawatan ortodonti pada pasien sering menyebabkan kesulitan dalam menjaga kebersihan mulut, terutama karena adanaya ligature, wire dan band yang melekat pada gigi. Akibatnya, terjadi penumpukan plak dan sisa makanan di sekitar braket dan bands. Sehingga dokter gigi sering merekomendasikan penggunaan obat kumur selama perawatan ortodonti guna meningkatkan kebersihan mulut, mencegah timbulnya plak, gingivitis, bau mulut dan mengurangi lesi karies.

11,12

Studi menunjukkan pengunaan obat kumur bersamaan dengan sikat gigi dan flossing lebih baik ketimbang kontrol mekanis saja, yaitu dengan mengurangi penumpukan plak dan peradangan gingiva.

11

Penelitian Losito dkk., membandingkan pengurangan gaya power chain setelah perendaman larutan desinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan desinfeksi menggunakan chlorhexidine dan paracetic acid tidak mempengaruhi pengurangan gaya power chain.

5

Penelitian Sarkar dkk., membandingkan macam obat kumur chlorhexidine terhadap pengurangan gaya power chain. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dari 5 kelompok percobaan yaitu pengurangan gaya paling sedikit pada obat kumur merek Cholex Plus diikuti merek Rexidin Plus, Cholex, Eludril dan tertinggi pada Periogard. Selain mengandung chlorhexidine obat kumur Cholex Plus dan Rexidin Plus juga mengandung Fluoride yang tidak dijumpai pada obat kumur Cholex, Eludril dan Periogard.

13

Penelitian Omidkhoda dkk., menbandingkan efek berbagai obat kumur terhadap pengurangan gaya power chain. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan terhadap pengurangan gaya power chain terjadi pada minggu ke-4 setelah perendaman berbagai obat kumur. Pengurangan gaya tertinggi disebabkan oleh obat kumur chlorhexidine dan diikuti oleh sodium fluoride dan saliva buatan. Power chain yang direndam dalam obat kumur persica memiliki pengurangan gaya terendah.

14

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh NaF

dalam obat kumur chlorhexidine terhadap pengurangan gaya dan perubahan panjang

power chain. Penelitian dilakukan secara in vitro karena untuk membandingkan

(14)

macam obat kumur sebaiknya berada dalam lingkungan yang konstan, mengingat bahwa lingkungan oral tiap individu berbeda dan sulit menjaga kooperatif pasien untuk selalu ingat memakai obat kumur selama penelitian berlangsung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Adakah perbedaan pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain oleh obat kumur yang mengandung NaF dalam chlorhexidine dan kontrol.

2. Bagaimanakah pengaruh NaF dalam chlorhexidine terhadap pengurangan gaya power chain.

3. Bagaimanakah pengaruh NaF dalam chlorhexidine terhadap perubahan panjang power chain.

4. Adakah hubungan pengurangan gaya terhadap perubahan panjang power chain oleh obat kumur yang mengandung NaF dalam chlorhexidine dan kontrol.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adakah perbedaan pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain oleh obat kumur yang mengandung NaF dalam chlorhexidine dan kontrol.

2. Mengetahui pengaruh NaF dalam chlorhexidine terhadap pengurangan gaya power chain.

3. Mengetahui pengaruh NaF dalam chlorhexidine terhadap perubahan panjang power chain.

4. Mengetahui adakah hubungan pengurangan gaya terhadap perubahan panjang power chain oleh obat kumur yang mengandung NaF dalam chlorhexidine dan kontrol.

1.4 Hipotesis Penelitian

Ha: Ada pengaruh NaF dalam chlorhexidine terhadap pengurangan gaya dan

perubahan panjang power chain.

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dokter gigi tentang sifat mekanis power chain.

2. Menambah pengetahuan bagi dokter gigi tentang pengaruh NaF dalam obat kumur chlorhexidine terhadap pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain.

3. Menambah pengetahuan bagi dokter gigi tentang pasien dengan kondisi rongga mulut seperti apa yang lebih disarankan untuk menggunakan obat kumur.

4. Dokter gigi perlu memperhatikan besar gaya awal dan durasi penggunaan

power chain yang harus diganti kurun waktu 3-4 mingu.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Elastomer telah lama digunakan dalam dunia ortodonti dikarenakan penggunaanya yang mudah dan harganya yang murah.

3

Elastomer yang digunakan bersamaan dengan braces dan archwires merupakan satu kesatuan dan sumber gaya yang penting dalam pergerakan gigi.

2,15

Gaya tersebut disalurkan untuk meningkatkan pergerakan gigi dengan rasa sakit yang minimal dan tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan di sekitarnya.

7

2.1 Elastomer

Elastomer merupakan material yang bila dideformasi pada suhu kamar, sesaat akan kembali menyerupai ukuran dan bentuk aslinya setelah beban yang menyebabkan deformasi dihilangkan.

16

2.1.1 Perkembangan Elastomer

Pendukung awal penggunaan karet lateks alami dalam ortodonti adalah Baker, Case dan Angle. Karet lateks telah menjadi bagian integral dalam praktik ortodonti setelah dibahas pertama kali oleh Case di dalam Columbia Dental Conress 1983, namun penghargaan diberikan kepada Baker karena memperkenalkan praktik klinis pengunaan elastik intermaxillary yang sekarang dikenal sebagai penjangkaran Baker.

Pada tahun 1902 Angle menggambarkan tekniknya sebelum diterbitkan oleh lembaga

New York.

17

Tahun 1920 elastik sintetik sudah mulai dikembangkan dari petrokimia

namun masih memiliki gaya molekul lemah berupa ikatan primer dan sekunder, dan

sejak tahun 1960-an penggunaan elastomer mulai diperkenalkan kegunaannya dalam

perawatan ortodontik.

1,3,17

(17)

2.1.2 Jenis Elastomer

Secara umum elastomer yang digunakan dalam ortodonti dibedakan menjadi dua, yaitu elastomer alami yang disebut sebagai 'elastik’ dan elastomer sintetik yang digunakan dalam pembuatan power chain, ligatur dan elastic threads disebut sebagai

‘alastik’.

3

Selain itu, berdasarkan kegunaan ortodonti elastomer dibedakan; separator, ligatur, rotation wedges, elastic threads dan power chain.

2

2.1.2.1 Berdasarkan Material a. Elastomer Alami

Elastomer alami dapat diisolasi dari 200 spesies tanaman. Namun secara komersial sumber utamanya adalah Havea brasiliensis. Elastomer alami dapat diperoleh dari lateks melalui emulsi dari ( Cis 1,4-polyisoprene polymer) dan air.

16

Elastomer alami mengandung 25 hingga 40% karet hidrokarbon ( Cis 1,4-polyisoprene polymer) dan sejumlah kecil bahan protein dan asam lemak.

18

Elastomer alami biasanya dibentuk menjadi loop atau benang untuk kebutuhan klinis ortodonti.

19

Gambar 1. (a). Pengumpulan lateks dari pohon karet.

16

(b). Cis-1, 4-polyisoprene.

16

b. Elastomer Sintetik

Elastomer sintetik umumnya terbuat dari polyurethanes, disintesis dari tiga kompoenen dasar; diisocynate, polypol dan chain extender.

3,17,20

Polyurethanes banyak digunakan dalam bidang industri, militer, domestik dan medis karena memiliki fleksibilitas tinggi, daya tahan kimia yang sangat baik, lembut dan

(a) (b)

(18)

biokompatibilitas.

21,22

Pada ujung rantai kelompok hydroxl dapat dilakukan pergantian blok yang disebut sebagai segmen. Segmen dimasukan ke dalam rantai polyurethane terdiri atas segmen lunak berasal dari polypol seperti polyester dan segmen keras yang dibentuk melalui kombinasi diisocynate dan chain extender. Chain extender pada umumnya merupakan molekul kecil dengan gugus hydroxyl atau amina.

20

Segmen keras berkontribusi terhadap tingkat kekerasan, tensile strength, ketahanan abrasi, resistensi benturan, kekakuan dan modulus. Sedangkan segmen lunak berkontribusi pada resistensi kimia, penyerapan air, perubahan panjang, elastisitas, kelembutan, dan degradabilitas.

20,22

Sehingga meningkatkan ketahanan terhadap radikal bebas yang berpotensi melemahkan struktur polimer.

19

Elastomer sintetik terbuat dari polyurethanes dapat berupa termoplastik atau termoset. Berdasarkan hasil penelitian Masoud, elastomer termoset memiliki pengurangan gaya yang lebih sedikit dibanding elastomer termoplastik dan juga membutuhkan lebih banyak regangan untuk mencapai gaya yang diinginkan.

3

Beberapa tahun terakhir pengembangan berfokus pada sifat- sifat elastomer sintetis untuk penggunaan ortodonti seperti elastic thread, ligating modules, dan power chain.

23

Gambar 2. Pembentukan kelompok urethanes.

16

Degradasi polyurethane

Pada kondisi tertentu polyurethane mempunyai kerentanan terhadap degradasi.

Poly (ester) urethanes dan poly (ether) urethanes yang digunakan dalam jangka panjang dapat mengalami degradasi dalam kondisi hidrolitik dan lingkungan oksidatif yaitu larutan atau pelarut kimia, udara panas dan vakum.

22

Aplikasi polyurethane yang cenderung berada dalam udara lembab dan berair akan menyebabkan terjadinya hydrolysis, yaitu dekomposisi suatu senyawa dimana air mengambil bagian dalam reaksi. Efeknya juga meningkat dengan adanya lingkungan yang asam atau basa.

Akibatnya, terjadi perubahan signifikan terhadap sifat mekanik, struktur kimia polimer

yang menyebabkan kegagalan fungsi.

21

(19)

2.1.2.2 Berdasarkan Kegunaan Ortodonti a. Elastic Band

Singh (Cit. Yuwana), elastic band merupakan bagian dari komponen aktif ortodonti cekat yang harus diganti secara teratur untuk menghasilkan gaya tarik yang tepat.

24

Elastic band diproduksi dengan memotong tabung karet dengan lumen dan ketebalan yang berbeda. Lumen dan ketebalan dinding inilah yang menentukan besar gaya ketika diregangkan.

9

b. Elastic Ligatures (Modules/ ‘O’ ring)

Selama tiga dekade lalu elastic ligatures diperkenalkan untuk mengikat archwires ke braket dan menggantikan steel ligatures.

9,25

Bennet dan McLaughlin mengusulkan penggunaan elastic ligature (modules) untuk memindahkan gigi dan menutup ruang dengan cara active tieback atau active ligature state.

25

Elastic ligature banyak digunakan oleh dokter karena memiliki berbagai keunggulan, seperti biaya lebih murah, penggunannya mudah, mengurangi waktu pengerjaan, kenyamanan dan kepuasan pasien, warna berbeda dan biokompatibilitas.

26

c. Elastic Thread and Tube (Sleeves)

Elastic thread digunakan untuk koreksi rotasi, pergerakan gigi impaksi disertai bedah terbuka, penutupan ruang kecil dan aplikasi intraoral lainnya. Benang transparan ini memiliki permukaan yang halus dan tidak berpori serta menghasilkan gaya yang tahan lama dan berkelanjutan. Elastic tube memiliki inti berongga dan merapat ketika diikat, sehingga membentuk simpul yang rapat, dan tidak lepas. Hal terbaru diperkenalkan benang berbentuk segi empat yang mana saat disimpul tidak longgar seperti round thread.

9

d. Elastic Separators

Pada permulaan terapi ortodonti, pemisahan gigi diperlukan untuk banding gigi

molar.

27

Penempatan elastic separator mengelilingi titik kontak gigi, sehingga secara

perlahan menyebabkan pemisahan gigi dalam beberapa hari.

9,27,28

Elastic separator

(20)

mempunyai berbagai warna oleh berbagai manufaktur. Elastic separator dapat dengan mudah ditempatkan dengan menggunakan benang gigi atau separator placing pliers.

9

e. Power Chains

Power chain diperkenalkan ke praktisi dokter gigi pada tahun 1960an dan merupakan instrumen yang paling umum digunakan untuk memindahkan gigi.

10,29

Power chain merupakan elastomer sintetik berbahan dasar polyurethane yang terdiri dari beberapa monomer.

4,6

Ikatan intermolekuler dalam power chain merupakan rantai ikatan silang melalui ikatan primer dan sekunder, yang tersusun secara spiral.

4

Power chain memiliki kemampuan elastik untuk kembali ke dimensi aslinya ketika mengalami gaya deformasi.

7

Namun, deformasi secara permanen dapat juga terjadi jika gaya yang diberikan melampaui batas elastik power chain.

4

Power chain memiliki empat bentuk filamen berbeda yaitu; closed chain, short link chain, medium link chain, dan long link chain.

9

Closed chain menghasilkan gaya awal terbesar, sementara gaya sedang dihasilkan oleh short chain dan kecil oleh long chain. Hal ini dikarenakan filamen antar rantai dipisahkan oleh konektor sehingga ruang antara rantai filamen menjadi lebih panjang.

2

Berdasarkan jarak antar kedua pusat rantai filamen, dapat berukuran 3mm, 3,6mm atau 4mm.

1

Gambar 3. Power chain tersedia dan dibedakan berdasarkan panjang filamen, ada yang continuous, short, medium dan large fillament. Power chain juga tersedia dalam berbagai warna.

9

Power chain memiliki banyak keunggulan klinis antara lain; ekonomis, mudah

digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kerjasama pasien menjadi lebih

sedikit atau bahkan tidak ada, biokompatibilitas baik, mengurangi resiko trauma

intraoral, memberikan gaya ringan, terus menerus dan bantuan dalam ketepatan

pergerakan gigi.

2,6,10

Sementara itu, karena ketidaksabilan karet, power chain rentan

(21)

terhadap efek perubahan lingkungan sekitarnya.

10

Sehingga berdampak pada pengurangan gaya dan harus diganti setelah beberapa waktu. Selain itu, pasien juga kesulitan dalam menjaga kebersihan mulut.

2

Secara klinis power chain diganti setiap interval 3 - 4 minggu sebagai akibat pengurangan gaya.

3

Gaya yang dihasilkan power chain tidak konstan dan menurun seiring waktu.

18

Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti; kehilangan elastisitas, pengurangan gaya dan komposisi material yang memengaruhi sifat mekaniknya.

30

Power chain dari berbagai merek dagang juga menunjukkan perbedaan pengurangan gaya. Karena terdapat perbedaan dalam proses pembuatan, seperti prosedur pencetakan, bahan baku, bahan kimia tambahan, bentuk dan ukuran loop yang digunakan.

4

Gaya Awal

Meskipun besaran gaya bergantung pada area permukaan akar gigi yang dipindahkan, besar gaya yang dibutuhkan untuk memindahkan gigi taring diperkirakan berkisar 100 gram hingga 300 atau 350 gram.

18

Penelitian lain menyebutkan gigi kaninus tidak akan bergerak secara signfikan jika tekanan di bawah 150 gram.

19

McLaughlin (Cit. Mohammadi), mencoba berbagai tingkat gaya selama penutupan ruang dan melaporkan bahwa gaya paling efektif berkisar 150-200 gram.

25

Perubahan panjang Menetap

Semua modul elastomer akan mengalami perubahan panjang permanen jika menerima beban. Hal ini dipengaruhi oleh laju, durasi beban dan kondisi lingkungan.

19

Eliades dkk., (Cit. Halimi), menemukan bahwa open chains (dengan filamen antar modular) menunjukan perubahan panjang lebih besar daripada closed chains (tanpa filamen antar modular), hal ini karena terdapat besar perubahan panjang pada area filamen antar modular, perbedaan ini bervariasi tergantung merek, panjang penyambung dan bentuk modul.

8

Efek Pra Perengangan

Literatur merekomendasi untuk merenggangkan power chain hingga sepertiga

dari panjang aslinya untuk membuat beban awal pada rantai polimer. Pra perengangan

(22)

diharapkan dapat mencegah pengurangan tekanan pada power chain.

9

Closed chains menghasilkan gaya tarik yang lebih besar dan pengurangan yang lebih cepat daripada open chains setelah perengangan 100%. Rock dkk., (Cit. Halimi), menilai untuk menghasilkan gaya yang cukup besar, direkomendasikan peregangan sebesar 50 -75%

dari panjang awal rantai untuk menghasilkan gaya sekitar 300 gram.

8

2.2 Obat Kumur

Obat kumur adalah larutan cair yang digunakan untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mengandung campuran zat-zat terkonsentrasi berupa deodoran, antiseptik, analgesik lokal dan zat astringen.

31,32

Terdapat dua jenis obat kumur yaitu obat kumur kosmetik dan obat kumur terapi.

33

Obat kumur kosmetik dapat mengatasi bau mulut untuk sementara waktu dan menyegarkan mulut dengan rasa yang enak.

Sementara, obat kumur terapi memiliki bahan aktif untuk mengurangi kondisi bau mulut, plak, gingivitis dan karies.

32,33

2.2.1 Komposisi Obat Kumur

Obat kumur mengandung antiseptik (senyawa phenolic, bis-guanides, senyawa quaternary ammonium, triclosan, halogens, oxygenating agents), astringen, antiplak, antitartar, antikaries, desensitising agents, pemanis, perasa, zat pewarna, deterjen, penetral bau, dll.

32

Bahan aktif yang digunakan dalam obat kumur terapeutik termasuk;

cetylpyridinium chloride, chlorhexidine, essential oils, fluoride dan peroxide.

33

a. Senyawa phenolic

Digunakan sebagai efek antibakteri dan meringankan rasa sakit.

Penggunaannya dibatasi oleh karena toksisitas, rasa tidak enak, sensitifitas, harga mahal dan penurunan aktivitas terhadap bahan organik. Turunan fenol yang umum digunakan adalah hexylresorcinol dan thymol.

31

b. Essential oils

Obat kumur berbahan dasar essential oils mengandung phenolic compounds

seperti thymol, eucalyptol, dan menthol dalam pelarut alkohol.

32,34

Mereka adalah agen

(23)

antimikroba spektrum luas yang mengurangi multipikasi, agregasi dan patogenisitas bakteri.

34

Obat kumur berbahan dasar essential oils mengandung etanol, tidak direkomendasikan pada pasien dengan xerostomia atau penyakit mukosa. Karena etanol dapat menyebabkan iritasi dan rasa kering pada mukosa. Obat kumur ini dapat mencegah penumpukan plak, gingivitis dan halitosis.

32

c. Bis-guanide

Obat kumur berbahan dasar antiseptik bis-guanide merupakan chlorhexidine, alexidine dan octenidine.

31

Chlorhexidine gluconate merupakan bis-guanide yang banyak digunakan pada produk oral karena efek antimikrobanya.

32

Chlorhexidine efektif dalam melawan bakteri gram positif dan gram negatif termasuk aerob dan anaerob, yeast, fungi dan virus yang diselubungi lipid dengan cara menghancurkan dinding sel.

31,34

Chlorhexidine dapat mengurangi penumpukan plak dan gingivitis.

Namun, memiliki bebarapa efek samping seperti; rasa tidak enak, pewarnaan gigi dan bahan restoratif, deposisi kalkulus, iritasi mukosa dan gangguan pengecapan.

32

d. Senyawa quaternary ammonium

Cetylpyridinium chloride dan domiphen bromide adalah senyawa quaternary ammonium dengan aktivitas menghambat plak yang moderat.

32,34

Cetylpyridinium chloride merupakan agen kationik yang mengikat dan mengganggu membran sel bakteri. Sehingga dapat mengurangi penumpukan plak namun kurang efektif dibanding chlorhexidine. Cetylpyridinium chloride memiliki efek samping berupa pewarnaan gigi dan pembentukan kalkulus.

32

e. Germicide

Triclosan adalah germicide merupakan senyawa antiseptik non-ionik yang

memiliki sifat antiinflamasi dengan menghambat cyclooxygenase dan lipoxygenase dan

banyak digunakan pada produk pasta gigi dan obat kumur.

32,34

Juga merupakan agen

antibakteri spektrum luas yang bertindak menganggu membran sel mikroba.

32

Triclosan juga dapat meningkatkan kemampuan obat kumur untuk bertahan lebih lama

di rongga mulut.

34

(24)

f. Oxygenating agents

Oxygenating agents seperti Hydrogen peroxide, buffered sodium peroxyborate and peroxy carbonate bertindak dengan pembebas oksigen yang berguna untuk memperlonggar debris, menghilangkan stain ringan dan membunuh mikroorganisme anaerob.

31,34

Oxygenating agents dapat menghilangkan stain dan mengurangi peradangan gingiva.

32

g. Povidone-iodine

Povidone-iodine berkonsentrasi 1% tampaknya tidak memiliki aktivitas penghambat plak yang signifikan sebagai obat kumur. Tetapi, penyerapan iodine sangat signifikan melalui mukosa mulut, sehingga senyawa ini dapat digunakan dalam jangka panjang dalam rongga mulut.

31

Povidone-iodine juga merupakan agen antimikroba spektrum luas dan aktif melawan bakteri, fungsi, protozoa dan virus.

32

Povidone-iodine dapat digunakan dalam mengurangi pembentukan plak, mengobati gingivitis dan mucositis dikarenakan radiasi. Namun, pada individu yang memiliki sensitifitas terhadap iodine dan riwayat ganggungan tiroid dikontraindikasikan menggunakan obat ini.

34

h. Fluorides

Kandungan fluoride dalam obat kumur memiliki beberapa bentuk seperti sodium fluoride (NaF) atau acidulated phosphate fluoride (APF).

34

Fluoride mendorong remineralisasi dan membuat enamel tahan terhadap asam.

32

Oleh karena itu, berguna bagi pasien dengan risiko karies tinggi, pasien xerostomia akibat terapi radiasi dan mereka yang sedang melakukan perawatan ortodonti.

34

Obat kumur fluoride tidak direkomendasikan pada anak usia dibawah 6 tahun, karena risiko tertelan tinggi.

32

i. Alkohol

Ethyl alcohol digunakan dalam obat kumur sebagai antiseptik, pengawet dan

pelarut dengan rentang konsentrasi 5 - 27% tergantung komersial obat kumur.

32,34

Memiliki aktivitas antimikroba terhadap berbagai bakteri, fungi dan virus dengan

(25)

menyebabkan denaturasi protein dan pemutusan lipid.

34

Alkohol dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi, ulserasi dan nyeri pada mukosa. Obat kumur bebas alkohol juga tersedia.

32

j. Benzydamine hydrochloride

Benzydamine hydrochloride dikenal karena sifat analgesik, anestesi, anti- inflamasi dan antimikroba.

34

Mekanisme kerja dengan menghambat sintesis prostaglandin dan mengurangi produksi sitokin oleh makrofag. Telah terbukti dan direkomendasikan untuk mengurangi keparahan dan durasi mucositis yang diinduksi radiasi.

32

k. Antibacterial peroxidase

Obat kumur dapat mengandung enzim yang bertindak melawan peroksidase bakteri. Enzim tersebut ialah glucose oxidase, lactoperoxidase dan lysozyme. Dapat digunakan untuk mengatasi gingivitis dan halitosis. Obat kumur ini memiliki pH rendah sehingga dapat menyebabkan erosi gigi pada penggunaan jangka panjang.

32

l. Sodium bicarbonate

Sodium bicarbonate dapat meningkatkan pH saliva dan menekan pertumbuhan streptococcus mutans.

34

Bakteri anaerob dapat menghasilkan senyawa sulfur yang mudah menguap, sehingga menyebabkan bau mulut. Sodium bicarbonate membantu menetralkan dan menutupi bau tidak sedap.

32

Oleh karena itu, sangat direkomendasikan pada pasien mengalami xerostomia, ulser oral dan erosi.

32,34

m. Deterjen

Bahan deterjen ialah sodium lauryl sulphate dan sodium lauryl sarcosinate berfungsi mengurangi tegangan permukaan dalam rongga mulut, sehingga mempermudah bahan-bahan untuk bersentuhan dengan gigi. Dapat berbuih untuk membantu menyingkirkan sisa makanan dari rongga mulut sebagai efek antiplak.

Sodium lauryl sulphate adalah deterjen yang paling umum digunakan. Namun,

memiliki kerugian menyebabkan ulkus aphthous pada beberapa pasien. Sodium lauryl

(26)

sarcosinate adalah deterjen lain yang kurang mengiritasi mukosa. Obat kumur bebas deterjen juga tersedia.

32

n. Astringents

Contohnya, zinc chloride, zinc sulphate, tannic acid. Berfungsi mengendapkan protein dalam sel untuk membentuk lapisan perlindung. Digunakan untuk gingivitis ulseratif, ulkus apthous dan abses alveolar kronis.

32

o. Antitartar agent

Senyawa zinc mencegah penumpukan karang gigi.

32

p. Flavoring agents

Flavoring agents adalah menthol, eucalyptol, peppermint, dll. Berfungsi memberi rasa pada obat kumur, menutupi rasa bahan yang tidak menyenangkan seperti sodium lauryl sulphate dan memberikan rasa kesegaran di dalam mulut.

32

q. Pemanis

Saccharin, sucralose, sorbitol, xylitol digunakan untuk memberikan rasa manis ringan didalam obat kumur.

32

r. Pengawet

Sodium benzoate dan methylparaben digunakan sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.

32

s. Pewarna

Digunakan dalam obat kumur untuk meningkatkan penampilan.

32

2.2.2 Kegunaan Obat Kumur

Obat kumur dapat digunakan untuk berbagai tujuan pencegahan dan terapi.

34

Obat kumur cenderung digunakan pada pasien dengan masalah infeksi mulut, inflamasi gingiva, halitosis, penumpukan plak, rasa sakit pada gigi dan gusi setelah flossing dan penggunaan gigi palsu. Menjaga kelembapan mulut pada pasien xerostomia.

Mengobati sensasi terbakar pada mulut, aphthous ulcer, alveolar osteitis (dry socket),

(27)

mucositis setelah kemoterapi kanker dan radioterapi. Memberikan fluoride secara lokal untuk pasien dengan resiko karies tinggi. Serta menjaga kebersihan mulut pada individu yang tidak dapat menyikat secara memadai karena ketidakmampuan secara fisik.

32,34

Obat kumur digunakan 2 – 3 kali sehari dengan cara kumur-kumur di dalam mulut selama sekitar 1 menit (sesuai cara pakai yang tertulis di produk) dan dibuang/

tidak ditelan. Pasien disarankan tidak makan, minum atau berkumur paling tidak 30 menit setelah menggunakan obat kumur.

32

2.2.3 Efek Samping Obat Kumur

Obat kumur dapat mengandung bahan yang menyebabkan iritasi dan ulser pada mukosa.

32

Gangguan pada pengecapan rasa, pewarnaan gigi dan bahan restoratif.

34

Reaksi alergi karena kandungan dalam obat kumur. Menelan obat kumur yang mengandung fluoride dapat menyebabkan toksisitas fluoride. Terlalu banyak menelan obat kumur yang mengandung alkohol dapat membahayakan anak dan beresiko terkena kanker mulut pada penggunaan dalam jangka panjang. Penggunaan obat kumur secara berlebihan dapat membunuh flora normal di rongga mulut.

32

Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan obat kumur harus disesuaikan dengan masalah rongga mulut pasien.

2.3 Faktor Mempengaruhi Elastomer Ortodonti a. Warna

Beberapa penelitian telah mengkaitkan perbedaan warna terhadap sifat power

chain, filler dimasukkan ke dalam polimer berguna untuk menghasilkan warna pada

power chain. Ketika filler membentuk ikatan silang dengan polimer, maka akan

berpengaruh terhadap sifat mekanis bahan. Dari hasil penelitian Alabduljabbar dkk.,

menunjukkan warna biru memiliki pengurangan gaya tertinggi di antara semua merek

uji. Warna transparan lebih unggul di merek 3M dan GAC, tetapi warna abu-abu lebih

unggul di merek TP dibandingkan dengan warna lainnya. Penemuan ini sependapat

dengan studi sebelumnya jika perbedaan warna memiliki perbedaan pengurangan

gaya.

19

(28)

b. Air

Dibandingkan lingkungan yang kering, pengurangan gaya tarik bahan elastik sintetik secara signifikan lebih besar terjadi di media yang lembab.

35

Power chain dapat menyerap molekul kecil seperti air yang mengakibatkan pengurangan gaya intermolekuler antar rantai dan polimer.

4

Karena terjadi proses penarikan ion H

+

yang memiliki muatan positif dari molekul air ke dalam molekul polimer.

6

Akibatnya, power chain mengembang karena terdapat peningkatan jarak antara molekul polimer yang diikuti dengan pengurangan gaya tarik power chain.

4,6,16

Selain itu, power chain juga akan memanjang dan tidak kembali ke bentuk peregangan semula.

4

c. Desinfeksi dan Sterilisasi

Hasil penelitian Pithon dkk., menyebutkan pengurangan gaya tertinggi didapat ketika power chain direndam pada medium klorheksidin 0.12% namun klorheksidin tidak berperan secara signfikan terhadap pengurangan gaya power chain.

35

Losito dkk., merekomendasi untuk mensterilisasi dan desinfeksi power chain. Karena selain mengurangi kontaminasi, terbukti itu juga dapat meminimalisir pengurangan gaya pada power chain dibanding dengan kelompok kontrol yang direndam pada saliva buatan.

5

d. Suhu

Power chain adalah polimer termoplastik yang terbuat dari polyurethane.

Polimer ini akan melunak jika dipanaskan dan mengeras saat didinginkan. Pada suhu panas, secara molekuler terjadi penurunan ikatan sekunder begitu juga pergerakan rantai menjadi lebih dekat dan terfasilitas dikarenakan meningkatnya pergerakan molekul. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu yang diterima oleh power chain, semakin besar pula pengurangan gayanya.

6

e. pH

Berdasarkan penelitian Suprayugo dkk., power chain yang direndam dalam

Coca-Cola selama 168 jam menunjukkan pengurangan gaya terendah dibanding

perendaman dalam Buavita, teh botol dan air. Namun, tidak ada perbedaan signifikan

pengurangan gaya yang dipengaruhi oleh pH Coca-Cola.

4

Pada penelitian Pithon juga

(29)

mengatakan minuman dengan pH 2,3 lebih berpengaruh terhadap pengurangan gaya power chain dari pada minuman yang mempunyai pH 1,9.

30

f. Waktu

Literatur menyebutkan jumlah pengurangan gaya terjadi dalam 24 jam pertama dan diikuti gaya konsisten hingga 3 minggu. Setelah melewati periode waktu tersebut, pengurangan gaya yang terjadi hanya sedikit. Dalam kontrol klinisnya bisa saja gaya pada minggu ke-4 dan ke-5 terlihat sama seperti minggu ke-3.

36

Penelitian Masoud dkk., menunjukkan pengurangan gaya power chain bervariasi dengan rentang 24–85%

selama 28 hari.

3

Hal tersebut sangat tergantung pada tipe dan umur power chain serta uji medium perendaman sampel.

2,3,9

Beberapa penelitian melaporkan bahwa di 24 jam pertama power chain kehilangan 50 - 70% gaya awalnya dikarenakan relaksasi.

8

Setelah itu, terjadi penurunan ke fase yang lebih stabil dengan perubahan kecil dari 10% hingga 20% dalam kurun waktu empat minggu.

36

g. Tarikan dan Aktivasi

Berdasarkan penelitian Buchmann dkk., ketika power chain diaktivasi 50% dan 100% dari panjang awalnya menunjukkan laju pengurangan gaya yang tidak jauh berbeda. Karena pengurangan gaya digambarkan dalam persentase dari gaya awal dan ini sangat bergantung pada jenis elastomer yang diuji, dan bukan tergantung besaran aktivasi awal.

36

2.4 Uji Pengurangan Gaya dan Perubahan Panjang

Untuk mengetahui sifat tarik suatu material dilakukan pengujian gaya tarik.

Gaya tarik adalah tegangan yang diterapkan pada suatu bahan untuk mencapai

deformasi atau regangan. Modulus pada uji tarik tahap awal disebut modulus Youngs.

16

Sedangkan tegangan maksium yang dapat ditanggung suatu bahan sebelum rusak atau

putus disebut tensile strength (MPa).

26

Perubahan panjang (%) didapat melalui

perbandingan deformasi dengan panjang awal.

16

Sementara untuk pengurangan gaya

(%) didapat melalui perbandingan selisih gaya tarik dengan gaya tarik awal.

6

Untuk itu

(30)

peneliti melakukan pengukuran menggunakan Digital force Gauge satuan ukur (gf) dan kaliper satuan ukur (mm).

Gambar 4. (a). Digital force gauge (b). Digital kaliper

(a) (b)

(31)

2.5 Kerangka Teori

2.6 Kerangka Konsep

Elastomer

Elastic Separators Elastic

Thread

Power chain

Elastic Band

Elastic Band

Faktor yang Mempengaruhi:

 Warna

 Suhu

 Air

 pH

 Waktu

 Zat kimia (obat kumur)

Saliva

Elastomer Alami Elastomer Sintetik

Power Chains

Elastic Ligatures

Chlorhexidine 0,1%

Chlorhexidine 0,1%, NaF

1. Degradasi/pengurang an gaya power chain 2. Perubahan panjang

power chain 3.

Pengurangan Gaya dan

Perubahan panjang

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni.

Penelitian ini bersifat eksperimental karena peneliti meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul akibat perlakuan. Adapun desain penelitian merupakan pretest-posttest control group design karena terdapat dua atau lebih grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

1. Departemen Ortodonsia FKG USU

3.2.2 Waktu Penelitian April 2018 s/d Mei 2018

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Power chain yang dibeli dari distributor alat kedokteran gigi.

3.3.2 Sampel

Power chain yang dibeli dari distributor alat kedokteran gigi dan memenuhi persyaratan inklusi sebagai berikut:

a. Power chain dengan merek American Orthodontic.

b. Power chain tipe pendek (short type)

c. Power chain berwarna bening.

(33)

3.3.3 Besar Sampel

Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus rancangan eksperimental murni Federer sebagai berikut:

(n-1) (t-1) ≥ 15 t = ∑ kelompok pengamatan = 3 kelompok (n-1) (3-1) ≥ 15 n= jumlah sampel tiap kelompok pengamatan

2n-2 ≥ 15 2n ≥ 17

n ≥ 8.5 n = 9 Keterangan:

Berdasarkan hasil perhitungan di atas besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 9. Untuk mencegah kekurangan jumlah sampel, peneliti menambahkan masing-masing 1 power chain per kelompok sehingga jumlah keseluruhan power chain menjadi 30 sampel yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu:

Kelompok kontrol 1: Power chain direndam dalam saliva buatan.

Kelompok kontrol 2: Power chain direndam dalam chlorhexidine 0.1%.

Kelompok 3: Power chain direndam dalam chlorhexidine 0.1% dengan NaF.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel

3.4.1.1 Variabel Bebas

 Power chain yang diaktivasi dengan gaya 300 gram.

Intervensi:

 Saliva buatan (1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari).

 Perendaman obat kumur chlorhexidine 0.1% (1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari).

 Perendaman obat kumur chlorhexidine 0.1% dengan NaF (1 hari, 7 hari, 14

hari, 21 hari dan 28 hari).

(34)

3.4.1.2 Variabel Tergantung

 Pengurangan gaya power chain.

 Perubahan panjang power chain.

3.4.1.3 Variabel Terkendali

 Warna power chain (bening).

 Banyak modul power chain (4 modul).

 Force yang dihasilkan power chain (300 gram)

 Pengukuran pengurangan gaya (disamakan dengan panjang aktivasi)

 Desain dan ukuran blok kayu (panjang 110 mm, lebar 50 mm, dan tingi 10 mm).

 Panjang dan diameter paku (0.9 mm).

 Wadah plastik.

 Volume medium perendaman (150 m

3

).

 Waktu perendaman (1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari).

 Konsentrasi chlorhexidine 0,1%.

3.4.1.4 Variabel Tidak Terkendali

 Panjang awal power chain.

 pH medium perendaman.

 Jarak antar kedua ujung paku.

 Suhu ruangan.

(35)

3.4.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Satuan Ukuran

Alat Ukur Variabel Bebas

1. Power chain

 Awal

 Akhir

 Awal: Panjang power chain sebelum direndam obat kumur

 Akhir: Panjang power chain setelah direndam obat kumur selama waktu tertentu

 Awal: Panjang power chain setelah diregangkan

 Akhir: Panjang power chain setelah perendaman

 dihitung

Mm Digital kaliper

2.Gaya power chain

 Awal

 Akhir

 Awal: Gaya efektif yang dibutuhkan untuk menutup ruang

 Akhir: Banyaknya gaya yang masih dihasilkan power chain selama periode waktu tertentu

 Awal: Power chain

direngangkan hingga jarak tertentu untuk menghasilkan gaya 300 gram

 Akhir: Power chain

diregangkan kembali pada jarak yang sudah ditetapkan pada gaya awal

Gram force (gf)

Digital force gauge

3. Saliva buatan

Saliva yang dibuat dengan komposisi menyerupai komposisi saliva asli

mL

4.

Chlorhexidine 0.1%

Obat kumur berbahan dasar chlorhexidine yang didapat dari apotik dengan merek dagang Minosep®.

Komposisi 0.1%

mL

5.

Chlorhexidine

Obat kumur berbahan dasar chlorhexidine

mL

(36)

0.12% (NaF) yang didapat dari apotik dengan merek dagang Kin®.

Komposisi 0.12%

diencerkan dengan aquades 50 ml menjadi 0.1%

6. Lama perendaman dalam obat kumur

Representatif obat kumur yang digunakan selama 1 hari, 1

minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu

Diukur berdasarkan kronologis waktu yang sama seperti menggunakan obat kumur yaitu 30 detik selama 2 kali sehari.

Menit Digital watch

Variabel Terikat 1. Penguranga

n gaya

Penurunan kemampuan suatu bahan untuk mempertahankan gayanya yang diukur dalam periode waktu tertentu

Rerata gaya awal – gaya akhir dibagi rerata gaya awal dikali 100%

% Digital force gauge

2. Perubahan panjang

Kemampuan suatu bahan untuk bertambah panjang ketika diberi gaya tarik

Rerata panjang akhir – rerata panjang awal dibagi rerata panjang awal dikali 100%

% Digital kaliper

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Digital force gauge merek Shahe.

2. Digital kaliper merek Mitutoyo.

3. Digital pH Meter merek Hanna Instruments®.

4. Wadah plastik.

5. Sharp ligature cutter.

Bahan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Balok kayu damar laut.

2. Paku.

3. Power chain.

(37)

4. Aquades 5. Gelas ukur

6. Larutan buffer pH 7.01 dan 4.01 7. Saliva buatan

8. Obat kumur chlorhexidine 0.1%.

9. Obat kumur chlorhexidine 0.1% (NaF).

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Pengecekan pH Obat Kumur

1. Mengkalibrasi pH tester untuk ketepatan pengukuran.

2. Siapkan 3 gelas ukur yang berisikan larutan buffer dengan pH 4.01 dan 7.01 serta aquades.

3. Rendam elektroda pH meter dalam aquades dan keringkan dengan tissue.

4. Nyalakan pH meter dan celupkan bagian elektroda pada gelas berisikan larutan buffer pH 7.01, jika angka pH tidak sesuai gunakan obeng kecil untuk menyesuaikan.

5. Matikan pH meter dan celupkan kembali dalam aquades dan keringan dengan tissue.

6. Nyalakan pH meter dan celupkan bagian elektroda pada gelas berisikan larutan buffer pH 4.01, jika angka pH tidak sesuai gunakan obeng kecil untuk menyesuaikan.

7. Bilas elektroda pH meter dengan aquades dan keringkan.

8. Celupkan elektroda pH meter dalam saliva buatan diamkan sampai angka terbaca.

9. Bilas elektroda pH meter dengan aquades dan keringkan.

10. Celupkan elektroda pH meter dalam obat kumur chlorhexidine 0.1%

diamkan sampai angka terbaca.

11. Bilas elektroda pH meter dengan aquades dan keringkan

12. Celupkan elektroda pH meter dalam obat kumur chlorhexidine 0.10%

mengandung NaF diamkan sampai angka terbaca

(38)

Gambar 5. Pengukuran pH medium (a) pH saliva, (b) pH chlorhexidine 0.1%, (c) chlorhexidine 0.1% mengandung NaF.

3.6.2 Prosedur Perendaman dan Pengukuran

1. Peneliti menyiapkan 30 sampel dengan memotong power chain sebanyak 4 modul.

2. Sampel yang sudah dipotong dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

Kelompok kontrol 1: Power chain direndam dalam saliva buatan

Kelompok kontrol 2: Power chain direndam obat kumur chlorhexidine 0.1%.

Kelompok 3: Power chain direndam obat kumur chlorhexidine 0.1% mengandung NaF.

3. Peneliti melakukan pengukuran gaya awal tiap-tiap power chain menggunakan digital force gauge sebelum perendaman.

4. Peneliti melakukan pengukuran panjang awal tiap-tiap power chain menggunakan digital kaliper sebelum perendaman.

5. Power chain direnggangkan pada kedua ujung paku pada jarak gaya 300 gram.

6. Balok beserta power chain direndam pada tiap-tiap obat kumur selama 30 detik sebanyak 2 kali sehari dengan selisih waktu tiap perendaman 12 jam.

7. Kemudian balok yang berisi power chain ditaruh dalam wadah berisi saliva buatan.

(a) (b) (c)

(39)

8. Sampel dikeluarkan dan dilakukan pengukuran panjang dan gaya tarik kembali paska perendaman setiap hari ke–1, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21 dan hari ke-28.

Gambar 6. Pengukuran dan perendaman power chain (a) pengukuran gaya awal, (b) pengukuran panjang awal, (c) aktivasi power chain, (d) perendaman medium, (e) pembilasan dengan air, (f) perendaman saliva, (g) pengukuran gaya akhir, (h) pengukuran panjang akhir.

3.7 Analisis Data

Data dikumpulkan, dikodekan, dan dimasukkan dengan komputerisasi. Statistik deskriptif dihitung dan dilakukan uji normalitas dengan pengukuran Shapiro-Wilk. P- values yang didapat kemudian dianalisis masing-masing dengan uji non-parametrik Kruskal Wallis atau parametrik berupa one-way ANOVA serta dicari korelasi antara pengurangan gaya dan perubahan panjang dengan signifikansi ditetapkan pada < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 90%. Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisi besar rata-rata dan standar deviasi beserta keterangannya.

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g) (h)

(40)

3.9 Alur Penelitian

Power chain tipe short

dengan panjang empat

modul sebanyak 10

buah

Power chain tipe short

dengan panjang empat

modul sebanyak 10

buah

Power chain tipe short

dengan panjang empat

modul sebanyak 10

buah Chlorhex

idine 0,1%

tanpa NaF

Saliva buatan

Chlorhex idine 0,1%

dengan NaF

Pengukuran gaya awal

Pengukuran gaya awal

Pengukuran gaya awal

Menghitung gaya power chain menggunakan alat digital force

gauge (Shahe 1N)

Menghitung panjang akhir power chain menggunakan alat digital kaliper (Mitutoyo

150 mm)

Penarikan kesimpulan

Pengukuran panjang awal dan aktivasi power chain Persiapan sampel

penelitian

Perendaman power chain di dalam chlorhexidine 0,1% dengan NaF dua kali

sehari selama 30 detik setelah itu bilas air

mengalir Perendaman power chain

di dalam saliva buatan selama 1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari

Analisis data Perendaman power chain

di dalam chlorhexidine 0,1% tanpa NaF dua kali

sehari selama 30 detik setelah itu bilas air

mengalir

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang pengurangan gaya dan perubahan panjang power chain menggunakan 150 buah sampel yang terdiri dari 50 buah power chain yang direndam dalam saliva buatan, 50 power chain yang direndam dalam chlorhexidine 0.1%

(CHX/Minosep), dan 50 power chain yang direndam dalam chlorhexidine 0.1%

dengan NaF (CHX+NaF/Kin). Kemudian sampel dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yang terdiri dari 10 sampel untuk tiap-tiap pengamatan dalam lima waktu yaitu 1 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 28 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat digital force gauge (Shahe 1N) dan digital kaliper (Mitutoyo 150 mm).

4.1 Perbedaan Pengurangan Gaya dalam Lima Waktu Pengamatan

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diketahui seluruh data berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji one-way ANOVA. Hasil uji menunjukkan rata-rata pengurangan gaya power chain direndam dalam masing-masing medium perendaman terhadap lima waktu pengukuran menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,001). Perbedaan nilai rata-rata pengurangan gaya power chain pada saliva yang terendah terdapat pada hari ke-1 dengan nilai rata-rata 20,17% (239,50 gram ± 6,10), sedangkan rata-rata pengurangan gaya tertinggi terdapat pada hari ke-28 dengan nilai rata-rata 43,57%

(169,30 g ram ± 5,21). Pada CHX (Minosep) pengurangan gaya terendah power chain

terdapat pada hari ke-1 dengan nilai rata-rata 22,50% (232,50 gram ± 6,80), sedangkan

rata-rata pengurangan gaya tertinggi terdapat pada hari ke-28 dengan nilai rata-rata

45,67% (163,00 g ram ± 8,21). Pada CHX+NaF (Kin) pengurangan gaya terendah

power chain terdapat pada hari ke-1 dengan nilai rata-rata 20,83% (237,50 gram ±

8,38), sedangkan rata-rata pengurangan gaya tertinggi terdapat pada hari ke-28 dengan

nilai rata-rata 44,40% (166,80 g ram ± 3,77) (lihat Tabel 1).

(42)

Tabel 1. Perbedaan pengurangan gaya power chain direndam dalam berbagai medium.

Medium Waktu

Pengamatan

Rata-Rata ± SD (gram)

% Force

Decay p-value

Saliva buatan

1 Hari 239.50±6.10 20.17%

0,001

7 Hari 215.30±3.68 28.23%

14 Hari 203.80±7.44 32.07%

21 Hari 178.10±5.41 40.63%

28 Hari 169.30±5.21 43.57%

Chlorhexidine 0,1%

1 Hari 232.50±6,80 22.50%

0,001

7 Hari 211.50±4.38 29.20%

14 Hari 195.30±10.79 34.90%

21 Hari 171.00±9,33 43.00%

28 Hari 163.00±8,21 45.67%

Chlorhexidine 0,1%

+NaF

1 Hari 237.50±8,38 20.83%

0,001

7 Hari 213.80±2,90 28.73%

14 Hari 199.50±6,38 33.50%

21 Hari 176.10±4,48 41.30%

28 Hari 166.80±3,77 44.40%

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diketahui seluruh data berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05 sehingga pengujian dilanjutkan dengan uji one-way ANOVA. Hasil uji menunjukkan rata-rata pengurangan gaya power chain secara keseluruhan pada lima waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,001). Perbedaan nilai rata-rata pengurangan gaya power chain yang terendah terdapat pada hari ke-1 dengan nilai rata-rata 21,17%

(236,50 gram ± 7,53), sedangkan rata-rata pengurangan gaya tertinggi terdapat pada hari ke-28 dengan nilai rata-rata 44,54% (166,37 g ram ± 6,38) (lihat Tabel 2).

Tabel 2. Perbedaan pengurangan gaya power chain pada semua medium perendaman.

Waktu Pengamatan Rata-Rata ± SD (gram) % Force Decay p-value

1 Hari 236.50±7,53 21.17%

0,001

7 Hari 213.53±3,91 28.72%

14 Hari 199.53±8,85 33.49%

21 Hari 175.07±7,18 41.64%

28 Hari 166.37±6,38 44.54%

(43)

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk diketahui seluruh data berdistribusi normal dengan nilai p > 0,05. Sehingga pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji one-way ANOVA. Hasil uji tersebut menunjukkan tidak terdapat pengurangan gaya yang signifikan antara power chain direndam dalam saliva, CHX (Minosep) dan CHX+NaF (Kin) pada hari ke-1, hari ke- 7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 dengan nilai p > 0,05 (lihat Tabel 3).

Tabel 3. Perbedaan pengurangan gaya power chain antara saliva, chlorhexidine 0,1%

(Minosep) dan chlorhexidine 0,1% mengandung NaF (Kin).

Pengurangan gaya Medium Rata- Rata±SD (gram) p-value (ANOVA) 1 Hari

1 239.50±6.10

p = 0.098 (ANOVA)

2 232.50±6.80

3 237.50±8.38

7 Hari

1 215.30±3.68

p = 0.087 (ANOVA)

2 211.50±4.38

3 213.80±2.90

14 Hari

1 203.80±7.44

p = 0.097 (ANOVA)

2 195.30±10.79

3 199.50±6.38

21 Hari

1 178.10±5.41

p = 0.070 (ANOVA)

2 171.00±9.33

3 176.10±4.48

28 Hari

1 169.30±5.21

p = 0.080 (ANOVA)

2 163.00±8.21

3 166.80±3.77

Keterangan:

Kelompok 1: power chain direndam dalam saliva buatan pH= 7,7, Kelompok 2: power chain direndam dalam CHX (Minosep) pH= 4,5 Kelompok 3: power chain direndam dalam CHX+NaF (Kin) pH= 6,4.

Gambar 6 menampilkan grafik rata-rata pengurangan gaya antara medium perendaman dalam lima waktu pengamatan. Pengurangan gaya dari hari ke-1 hingga hari ke-28 membentuk grafik menurun. Pengurangan gaya terendah hingga tertinggi secara berurut terdapat pada power chain direndam dalam saliva, chlorhexidine 0,1%

mengandung NaF (Kin) dan chlorhexidine 0,1% (Minosep).

Gambar

Gambar 1. (a). Pengumpulan lateks dari pohon karet. 16  (b). Cis-1, 4-polyisoprene. 16
Gambar 2. Pembentukan kelompok urethanes. 16  Degradasi polyurethane
Gambar 4. (a). Digital force gauge  (b). Digital kaliper
Gambar 5. Pengukuran pH medium (a) pH saliva, (b) pH chlorhexidine 0.1%,  (c) chlorhexidine 0.1% mengandung NaF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun masih banyak pekerjaan rumah untuk pemerintah karena jaminan kesehatan dan layanan kesehatan yang layak masih sulit dijangkau oleh semua warga negara

The increasing industrial production in Asia leads to over exploitation of water resources and discharge of significant pollution load. Water and wastewater reuse is the solution

Software Design Expert digunakan untuk mendapatkan pecontohan dari beberapa hasil pelaksanaan eksperimen untuk menginvestigasi pengaruh antara 3 parameter input,

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran STAD dengan strategi REACT dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa,

 Lawan: Adalah orang yang memiliki konflik maksud dan tujuan dengan negosiator tetapi siapa yang dapat dipercaya untuk berprinsip dan jujur pada lawan mereka.  Kawan:

[r]

1. Keterampilan guru dalam pembelajaran menulis karangan narasi kurang. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi kurang. Keterampilan siswa dalam menulis

Algoritma Hebb-rule dan algoritma dapat digunakan pada pelatihan untuk menghasilkan bobot yang akan menentukan peranan dari masing-masing input variasi channel RGB