• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

( Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas IV SDN 2 Rancapanggung Kecamatan Cililin Kab. Bandung Barat )

T ES I S

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan.

Program Studi Pendidikan Dasar

oleh : Ujang Mulyana

1204721

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

Oleh Ujang Mulyana

S.Pd SD Universitas Terbuka, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar

© Ujang Mulyana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

L E M B A R P E N G E S A H A N

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M,Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Prof. Dr. H. Disman, M.S NIP.19590209 198412 1 001

Mengetahui,

(4)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW Ujang Mulyana

NIM. 1204721 Abstrak

Penelitian ini bertolak dari keresahan peneliti terhadap maraknya bentuk penyimpangan sosial dan banyak anak yang mengalami gangguan perilaku,dalam interaksi pembelajaran,siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centered).serta strategi belajar IPS yang diterapkan umumnya menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri.Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa. Penelitian ini adalah sebuah penelitian eksperimen quasi dengan desain non equivalent control group design. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SDN 2 Rancapanggung Kec. Cililin Kab. Bandung Barat. Data dikumpulkan dengan tes, angket, obervasi dan wawancara. Analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua rerata. Dalam penelitian ini kelas eksperimen yaitu kelas yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe jigsaw dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial, siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol diawal pembelajaran keduanya mendapatkan preetest dan diakhir pembelajaran mendapatkan posttest dengan soal yang sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan atau N-Gain hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik (0.72) dibandingkan dengan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional dengan N-Gain (0.22). Sedangkan peningkatan atau N-Gain keterampilan sosial siswa dikelas eksperimen (0.50) dibandingkan kelas kontrol dengan N-Gain (0.10). Hasil penelitian membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tife jigsaw lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial. Bagi peneliti lain, diharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengkaji dan menelaah masalah-masalah mengenai penggunaan metode yang lebih bervariasi.

(5)

INCREASING THE RESULT OF STUDY COGNITIVE AND SOCIAL ABILITY TO THE LESSON OF IPS THROUGHT THE MODEL OF

COOPERATING OF TYPE JIGSAW Ujang Mulyana

NIM. 1204721 Abstract

(6)

presence of advanced research and study that examines issues concerning the use of more varied methods.

(7)

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat / signifikansi Penelitian... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Teori Pembelajaran IPS ... 10

1. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 11

2. Metode Pembelajaran IPS ... 13

3. Pendekatan Pembelajaran IPS ... 14

B.Model Pembelajaran ... 15

1. Hakekat Model Pembelajaran ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ... 21

C.Hakekat Hasil Belajar ... 25

1. Pengertian Hasil Belajar ... 25

2. Hasil Belajar Kognitif ... 26

3. Hasil-hasil Belajar ... 27

4. Penilain Hasil Belajar ... 27

D.Keterampilan Sosial ... 29

1. Konsep Dasar Keterampilan Sosial ... 31

2. Karakteristik Keterampilan Sosial Anak ... 34

3. Tahapan Perkembangan Keterampilan Sosial Anak ... 35

4. Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 37

(8)

E. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A.Lokasi dan Subjek ... 40

B.Desain Penelitian ... 40

C.Metode Penelitian ... 42

D.Definisi Operasional ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 46

G.Teknik Pengumpulan Data ... 51

H.Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Data Hasil Penelitian ... 56

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Persoalan pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sangat komplek. Permasalahan yang besar antara lain menyangkut soal mutu pendidikan, dan manajemen pendidikan. Masalah yang terkait dengan mutu adalah masalah mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku ajar, mutu guru, sarana

dan prasarana pendidikan. „Pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) salah satu mata pelajaran yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis‟ (Sapriya : 2012:194).

Dalam kurikulum 2006 dijelaskan bahwa IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar ( SD )/ Madrsah Ibtidaiyah (MI)/ Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang mengkaji seperangkat isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab serta warga dunia yang cinta damai. Menurut Somantri (Sapriya, 2006:7) „Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan dasar dan menengah‟.

Sumantri dan Permana (2001:43) mengatakan bahwa :

(10)

disaat nanti, yang tentu saja keterampilan (Skiil) harus dapat dimiliki oleh setiap individu tersebut , agar kelak individu ( siswa ) tersebut dapat siap menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya.

Berdasarkan pengamatan dilapangan saat ini, pada kenyataannya strategi belajar IPS yang diterapkan umumnya menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih menekankan pada tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri. Pada akhirnya metode yang digunakan hanya ceramah. Siswa dipaksa menerima materi dan menghapalnya.

Dalam hal ini guru mengejar target kurikulum yang telah dfitetapkan dan hanya memberikan siswa pengetahuannya saja tanpa melihat kebutuhan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.dengan demikian proses pembelajaran IPS masih jauh dari apa yang menjadi tuntutan kurikulum dan hakikat IPS itu sendiri. Sehingga mata pelajaran IPS masih menjadi mata pelajaran yang dianggap tidak penting bagi siswa karena proses pembelajaran masih didominasi dan berpusat pada guru (teacher centered). Guru tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak bertindak dan memposisikan diri sebagai salah satunya sumber belajar.

Kebutuhan akan pengembangan keterampilan sosial dan pembinaan sikap mulai dirasakan penting setelah maraknya bentuk penyimpangan sosial ditengah masyarakat. Seperti kita ketahui dimedia elektronik tentang tawuran antar warga konflik antar etnik dan agama, peredaran dan pemakaian narkoba serta kasus pemalakan yang dilakukan oleh siswa SD. Kecenderungan yang muncul seperti kasus di atas meresahkan orang tua jika dikaitkan dengan situasi kehidupan yang semakin kompleks. Sejalan dengan itu, Asrori (2009:119) mengungkapkan;

(11)

pula bahwa manusia kan semakin didesak kea rah kehidupan yang amat kompetitif.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Yusuf et al. (2003 : 21) menyatakan bahwa :

Siswa yang mengalami gangguan perilaku. Ciri-cirinya adalah suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah, tidak penurut/ melawan peraturan, suka merusak baik milik sendiri maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerja sama, penentang, kurang perhatian pada orang lain, suka mengganggu, suka ribut, mudah marah, suka mendominasi orang lain, suka mengancam atau menggertak, iri hati, cemburu, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, ceroboh, mencuri, mengacau, menolak kesalahan dan menyalahkan orang lain, murung, cemberut, mementingkan diri sendiri. Banyaknya siswa yang mengalami gangguan perilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera diberikan intervensi yang tepat. Salah satu faktor yang cukup penting mempengaruhi gangguan perilaku anti sosial adalah rendahnya keterampilan sosial anak, yaitu kemampuan anak mengatur emosi dan perilakunya untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan.

(12)

Selain itu pengembangan keterampilan sosial telah dirumuskan oleh pemerintah melalui permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan siswa. Dalam uraian kompetensi yang diharap kan dicapai oleh siswa antara lain meliputi (1) mampu mencari, memilah dan mengolah informasi dari berbagai sumber; (2) mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari; (3) memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. (4) memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk; (5) mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat, lingkungan dan poerkembangan global.

“Keberhasilan suatu proses pengajaran biasanya diukur dari sejauhmana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru” (Bangsawan : 2006 :37). Dengan demikian, yang penting dalam mengajar adalah proses mengubah prilaku. Dalam konteks ini mengajar tidak ditentukan oleh lamanya serta banyaknya materi yang disampaikan, tetapi dari dampak proses pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan alasan tersebut, maka sangatlah penting bagi para pendidik dalam hal ini guru agar melaksanakan pembelajaran dikelas perlu memahami karakteristik materi, siswa dan metodologi pembelajaran terutama dengan tujuan pembelajaran, sumber dan media belajar, sarana dan prasarana serta pendekatan, model dan metode pembelajaran sehingga dapat mengkonstruksikan wawasan pengetahuan guna mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh semua siswa di dalam kelas.

Sejalan yang diungkapkan oleh Somantri (2001:216) bahwa :

(13)

orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah secara elegan.

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk menentukan metode pembelajaran yang menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru saharusnya memikirkan bagaimana cara ( metode ) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing.

Menurut Hakiim ( 2009 : 154 ) bahwa;

Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkin siswa belajar proses ( learning by process ), bukan hanya belajar produk (learning by product ). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkin tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif,afektif (sikap) maupun psikomotor (keterampilan).

Sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan meningkatkan kognitif dan keterampilan sosial siswa.

Menurut Yusuf et al. (2003:173) perlunya suasana belajar kooperatif diantaranya;

1. memudahkan anak melakukan penyesuaian sosial; 2. membangkitkan kegembiraan belajar murni;

3. memungkinkan anak belajar tentang sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan hidup;

4. meningkatkan keterampilan metakognitif atau memahami proses berfikirnya sendiri;

5. mengajarkan dan mempraktekan berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan;

(14)

7. meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang adanya perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau berkelainan, etnis, kelas sosial, agama atau orientasi tugas;

8. meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong;

Menciptakan suasana belajar koopertif bukan pekerjaan mudah karena diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup, disertai dengan dedikasi dan latihan yang cukup pula. Hal ini sejalan yang dikemukan oleh Yusuf et al.(2003:175) “bahwa menciptakan suasana belajar kooperatif relatif lebih sulit jika disbanding dengan suasana belajar kompetitif dan suasana belajar

individualistik”.

Berdasarkan pada berbagai kajian tersebut di atas serta melihat permasalahan dan fenomena yang terjadi terhadap pembelajaran IPS di sekolah dasar maka peneliti akan melakukan kajian tentang pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran koopertif tipe jigsaw yang disesuaikan dan karakteristik dan kebutuhan siswa sebagai prasyarat meningkatkan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian

tentang “ Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw” (Studi Eksperimen Quasi Terhadap Siswa Kelas IV SDN 2 Rancapanggung Kecamatan Cililin Kab. Bandung Barat).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah penelitian dapat diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

(15)

2. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil belajar siswa dirasakan sangat rendah.

3. Penggunaan model dan metode pembelajaran IPS yang digunakan guru dalam pembelajaran belum bervariasi sehingga pembelajaran terkesan monoton dan membosankan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dan keterampilan sosial pada kelas Eksperimen, siswa yang diajarkan dengan metode Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pretest dan posttest ?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar dan keterampilan sosial pada kelas kontrol, siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional pada pretest dan posttest?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar dan keterampilan sosial pada siswa yang menggunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang menggunakan metode konvensional?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan menganalisis pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik kelas IV sekolah dasar.

2. Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keterampilan sosial peserta didik kelas IV sekolah dasar.

(16)

D.Manfaat / signifikansi Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna bila dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik dan dapat mengembangkan keterampilan hidup termasuk di dalamnya keterampilan sosial

2. Kegunaan Praktis a. Bagi siswa

Dapat mengembangkan keterampilan sosial serta meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

b. Bagi guru

1) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif mencari model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu topik atau konsep tertentu sehingga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran.

2) Dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial peserta didik dalam pembelajaran IPS.

3) Menerapkan pembelajaran IPS melalui pembelajaran kooperatip. c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran yang lain, dan mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan sosial siswa, mengembangkan model pembelajaran yang bermutu, demi perbaikan mutu pendidikan di sekolah.

(17)

Sistematika penulisan dalam tesis ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasannya. Oleh karena itu tesis ini menggunakan sistematika sebagai berikut :

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Rancapanggung subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN 2 Rancapanggung. Penarikan sampel dilakukan tidak dengan cara acak dan berasal dari dua kelas. Untuk penelitian ini satu kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas kontrol dengan masing-masing 40 orang siswa. Dari hasil penentuan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian sama-sama mempelajari konsep yang sama. Namun di kelas eksperimen siswa mendapat pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan di kelas kontrol siswa mendapatkan pembelajaran dengan metode Konvensional yang sesekali guru membawa media/ alat peraga.

B. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen

bentuk “ Nonequivalent control group design “. Dimana kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen tidak dipilih secara random. ( Sugiyono, 2011: 116 ). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw kontrol pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posstest

Eksperimen O1 X O2

(19)

Keterangan :

O = Preetest – Posttest

X = Perlakuan model pembelajaran dengan Model kooperatif tipe Jigsaw Berdasarkan desain penelitian kuasi eksperimen. Selanjutnya penulis membuat alur penelitian untuk memudahkan pemahaman terhadap pelaksanaan penelitian, alur penelitian ini adalah sebagai berikut :

Validasi, Uji Coba , Revisi

Identifikasi Masalah

Penyusunan RPP Model Kooperatif tipe Jigsaw Penyusunan Instrumen :

1. Soal Tes Hasil Belajar Kognitf

2. Soal non Tes Keterampilan Sosial

Studi Literatur : hasil Belajar Kognitif, Keterampilan Sosial dan Metode Pembelajaran Koopertif tipe Jigsaw

Perumusan Masalah

Kelompok Kontrol Tes Awal Kelompok Eksperimen

( Preetest )

Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir ( Posttest )

Pengolahan dan Analisis Data

Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw

Observasi Keterlaksanaan Metode Pembelajaran

(20)

Gambar 3.1 Alur Penelitian

C.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen. Metode penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hasil belajar dan keterampilan sosial siswa, dalam hubungannya dengan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang akan dilihat dari kemunculan pada tahap pembelajaran Jigsaw dalam setiap pertemuan pada pembelajaran IPS

D.Definisi Operasional

Terdapat beberapa istilah yang digunakan baik dalam judul maupun isi penelitian yang perlu diklarifikasi agar diperoleh kesamaan persepsi, istilah-istilah tersebut antara lain :

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Rusman (2010:218) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompok semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai “ahli” dalam subtopiknya tersebut kepada temannya. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru.

(21)

2. Hasil belajar Kognitif adalah skor yang didapat siswa SDN 2 Rancapanggung dari pretest dan posttest yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPS sesuai dengan urutan materi pembelajaran yang dipelajari.

3. Keterampilan sosial adalah kemampuan individu dalam berinteraksi sosial dengan teman di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhannya untuk dapat diterima oleh teman sebaya baik sejenis kelamin atau lawan jenis, memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, serta mampu mentransformasikan kemampuan akademiknya.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.menurut Sugiyono (2011:147) instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan yang objektif pula.

Sebagaimana yang dikemukan oleh Sugiyono (2011:149) bahwa;

Titik tolak dari penyusunan instrument adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut deberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan dan pernyataan.

Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar kognitif Siswa

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir

Item Jwb

Hasil Belajar

Teknologi Produksi

Mendefinisikan pengertian teknologi

(22)

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir

Item Jwb

Kognitif produksi

Menyebutkan alat-alat yang digunakan pada produksi sederhana dan modern

Tes 6,7 A,C

Menyebutkan ciri – ciri teknologi produksi sederhana dan modern

Tes 4,5 B,B

Membedakan jenis

– jenis teknologi produksi sederhana dan modern

Tes 2,3 C,A

Menentukan cara penggunaan alat produksi

Tes 8 A

Menentukan hasil produksi dari bahan baku tertentu

Tes 9,10,11 B,B,C

Menyimpulkan keunggulan dan kelemahan teknologi produksi tradisional dan modern

Tes 12,13 B,C

Teknologi Komunikasi

Mendefinisikan pengertian teknologi Komunikasi

Tes 14 A

Menyebutkan alat-alat komunikasi yang digunakan pada masa lalu dan masa kini

Tes 15,16,19,20 C,C,C,B

Membedakan jenis media komunikasi yang terdapat di lingkungan setempat

(23)

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir

Item Jwb

Membedakan alat-alat komunikasi yang terdapat di lingkungan setempat

Tes 22,30 D,A

Menentukan cara penggunaan alat-alat komunikasi

Tes 23 C

Mengurutkan cara menggunakan alat-alat komunikasi masa lalu dan masa kini

Tes 24,25,26 B,D,B

Menyimpulkan keunggulalan dan kelemahan alat komunikasi masa lalu dan masa kini

Tes 27,28 D,B

Sedangakan untuk mengukur keterampilan sosial siswa, dalam hal penelitian ini menggunakan angket. Sebagaimana dikemukakan Maryani (2011:42-43) bahwa;

Mekanisme dan prosedur penilaian keterampilan sosial dapat dipadukan dalam proses pembelajaran dan atau hasil belajar untuk menilai kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Instrumen penilaian dapat digunakan daftar chek ( Check list )

Berbagai skala sikap yang perlu diketahui dalam melakukan penelitian, sesuai yang dikemukan oleh Riduawan (2003:38) bahwa: “ ada lima skala sikap yaitu; (1) skala Lingkert; (2) skala Likert; (3) skala Simantic Defferensial; (3) Rating Scale; dan (5) Skala Thurstone

(24)

indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun ietm-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Sugiyono,(2011:135) mengungkapkan ;

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain; selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah.

Adapun kisi- kisi instrumen keterampilan sosial siswa dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Keterampilan Sosial Siswa

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir Item ( + ) ( - ) Keterampilan Sosial Keterampilan Dasar Berinteraksi Berbagi Informasi Angket

1, 3, 5, 7, 9

2, 4, 6, 8, 10 Keterampilan Komunikasi Mendengar dan berbicara secara bergiliran Angket 11, 13, 15, 17, 19 12, 14, 16, 18, 20 Keterampilan membangun Tim/ kelompok Bekerja sama

Angket 31, 33, 35, 37, 39 32, 34, 36, 38, 40 Keterampilan menyelesaikan masalah Mencari jalan keluar dengan cara berdiskusi

Angket 21, 23, 25, 27,

29

22, 24, 26, 28,

30 F. Proses pengembangan instrument penelitian

1. Pengujian Validitas Tes

„Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat untuk mengukur apa yang

(25)

Validitas setiap butir item yang digunakan dalam penelitian ini di uji menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang kemudian menghitung harga . kaidah pengujian dengan membandingkan nilai dan nilai

. nilai diperoleh dengan dk = n-1 dengan tingkat signifikan α = 0.05 , dimana n = jumlah siswa. Untuk mengetahui tingkat validitas dapat dilakukan dengan membandingkan antara dan nilai dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika berarti data valid dan jika

maka data tidak valid.

Dari 30 butir item yang diujikan 40 siswa diperoleh data hasil uji validiras pada tabel 3.4 terdapat keterangan bahwa 28 butir item dinyatakan valid dan 2 butir item dinyatakan tidak valid dengan demikian 20 butir item soal yang digunakan.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Tes Hasil Belajar Kognitif No

Soal

Validitas

Interpretasi Ket

1 0.538 0.361 Valid Dipakai

2 0.393 0.361 Valid Dipakai

3 0.574 0.361 Valid Dipakai

4 0.416 0.361 Valid Dipakai

5 0.414 0.361 Valid Dipakai

6 0.444 0.361 Valid Dipakai

7 0.452 0.361 Valid Dipakai

8 0.382 0.361 Valid Dipakai

9 0.432 0.361 Valid Tidak dipakai

10 0.506 0.361 Valid Dipakai

11 0.831 0.361 Valid Dipakai

12 0.737 0.361 Valid Dipakai

13 0.488 0.361 Valid Tidak dipakai

14 0.488 0.361 Valid Dipakai

15 0.649 0.361 Valid Dipakai

16 0.340 0.361 Tidak Valid Tidak dipakai

(26)

No Soal

Validitas

Interpretasi Ket

18 0.424 0.361 Valid Tidak dipakai

19 0.510 0.361 Valid Dipakai

20 0.506 0.361 Valid Tidak dipakai

21 0.234 0.361 Tidak Valid Tidak dipakai

22 0.831 0.361 Valid Dipakai

23 0.416 0.361 Valid Dipakai

24 0.414 0.361 Valid Tidak dipakai

25 0.444 0.361 Valid Tidak dipakai

26 0.452 0.361 Valid Dipakai

27 0.382 0.361 Valid Dipakai

28 0.432 0.361 Valid Dipakai

29 0.666 0.361 Valid Dipakai

30 0.424 0.361 Valid Tidak dipakai

Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa dari 30 item soal yang diujicobakan diperoleh soal yang valid sebanyak 28 soal dan soal yang tidak valid adalah sebanyak 2 item soal dari seluruh item soal. Dalam penelitian ini soal pilihan ganda yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa adalah sebanyak 20 soal. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5

Kisi-kisi Hasil Belajar Kognitif Setelah Uji Validitas Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir Soal

Perb Btr Soal Valid Item Hasil Belajar Kognitif Teknologi Produksi Mendefinisikan pengertian teknologi produksi

Tes 1 1

Menyebutkan alat-alat yang digunakan pada produksi sederhana dan modern

Tes 6,7 2,3

Menyebutkan ciri – ciri teknologi produksi sederhana

(27)

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir Soal

Perb Btr Soal Valid Item dan modern

Membedakan jenis – jenis teknologi produksi sederhana dan modern

Tes 2,3 6,7

Menentukan cara penggunaan alat produksi

Tes 8 8

Menentukan hasil produksi dari bahan baku tertentu

Tes 10,11 9,10

Menyimpulkan keunggulan dan kelemahan teknologi produksi tradisional dan modern

Tes 12 11

Teknologi Komunikasi

Mendefinisikan pengertian teknologi Komunikasi

Tes 14 12

Menyebutkan alat-alat komunikasi yang digunakan pada masa lalu dan masa kini

Tes 15,19 13,14

Membedakan jenis media komunikasi yang terdapat di lingkungan setempat

Tes 17, 15

Membedakan alat-alat komunikasi yang terdapat di

lingkungan setempat

Tes 22 16

Menentukan cara penggunaan alat-alat

(28)

Variabel Sub

Variabel Indikator Pulta

Butir Soal

Perb Btr Soal Valid Item komunikasi

Mengurutkan cara menggunakan alat-alat komunikasi masa lalu dan masa kini

Tes 26 18

Menyimpulkan keunggulalan dan kelemahan alat komunikasi masa lalu dan masa kini

Tes 27,28 19,20

Sedangkan hasil uji validitas angket untuk mengukur keterampilan sosial dapat dilihat dari tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Alat Ukur Keterampilan Sosial Siswa No

Soal

Validitas

Interpretasi Ket

1 0.386 0.312 Valid Dipakai

2 0.458 0.312 Valid Dipakai

3 0.331 0.312 Valid Dipakai

4 0.505 0.312 Valid Dipakai

5 0.444 0.312 Valid Dipakai

6 0.422 0.312 Valid Dipakai

7 0.301 0.312 Tidak Valid Tidak dipakai

8 0.422 0.312 Valid Tidak dipakai

9 0.693 0.312 Valid Dipakai

10 0.706 0.312 Valid Dipakai

11 0.500 0.312 Valid Dipakai

12 0.353 0.312 Valid Dipakai

13 0.453 0.312 Valid Dipakai

14 0.345 0.312 Valid Dipakai

(29)

No Soal

Validitas

Interpretasi Ket

17 0.422 0.312 Valid Dipakai

18 0.693 0.312 Valid Dipakai

19 0.706 0.312 Valid Dipakai

20 0.654 0.312 Valid Dipakai

21 0.564 0.312 Valid Dipakai

22 0.451 0.312 Valid Dipakai

23 0.471 0.312 Valid Dipakai

24 0.345 0.312 Valid Dipakai

25 0.471 0.312 Valid Dipakai

26 0.569 0.312 Valid Dipakai

27 0.125 0.312 Tidak Valid Tidak dipakai

28 0.421 0.312 Valid Tidak dipakai

29 0.543 0.312 Valid Tidak dipakai

30 0.231 0.312 Tidak Valid Tidak dipakai

31 0.543 0.312 Valid Dipakai

32 0.743 0.312 Valid Dipakai

33 0.345 0.312 Valid Tidak dipakai

34 0.303 0.312 Tidak Valid Tidak dipakai

35 0.542 0.312 Valid Dipakai

36 0.419 0.312 Valid Dipakai

37 0.367 0.312 Valid Dipakai

38 0.357 0.312 Valid Dipakai

39 0.547 0.312 Valid Dipakai

40 0.764 0.312 Valid Dipakai

Berdasarkan tabel 3.6 tentang uji validitas diperoleh item pernyataan yang dinyatakan valid 35 item pernyataan dan tidak valid 5 item pernyataan. Dengan demikian dalam penelitian ini akan digunakan 30 item pernyataan untuk mengukur keterampilan sosial siswa. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini :

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Keterampilan Sosial Setelah Uji Validitas

Variabel Sub

Variabel Indikator Butir Item

(30)

( + ) ( - ) ( + ) ( - ) Keterampilan Sosial Keterampilan Dasar Berinteraksi Berbagi

Informasi 1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 1, 3, 5, 7 2, 4, 6, 8 Keterampilan Komunikasi

Mendengar dan berbicara secara bergiliran 11, 13, 15, 17, 19 12, 14, 16, 18, 20 9, 11, 13, 15 10, 12, 14, 16 Keterampilan membangun Tim/ kelompok

Bekerja sama 31, 33, 35, 37, 39 32, 34, 36, 38, 40 23, 25, 27, 29 24,26, 28, 30 Keterampilan menyelesaikan masalah

Mencari jalan keluar dengan cara berdiskusi 21, 23, 25, 27, 29 22, 24, 26, 28, 30 17, 19, 21 18, 20, , 22

2. Uji Reliabilitas Instrumen

(31)
[image:31.595.108.518.212.591.2]

Alpha-Chronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama maka kemantapan alpha dapat di interpretasikan sebagai berikut :

Tabel 3.8

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0.00 s.d 0.20 Kurang Reliabel

0.21 s.d 0.40 Agak Reliabel

0.41 s.d 0.60 Cukup Reliabel

0.61 s.d 0.80 Reliabel

0.80 s.d 1.00 Sangat Reliabel

Berdasarkan tabel diatas maka tingkat reliabilitas instrument hasil belajar Kognitif siswa ada pada tingkat derajat sangat reliabel karena diperoleh nilai alpha-chonbarch sebesar 0.92 dengan 0.312

Sedangkan persentase hasil uji reliabilitas angket keterampilan sosial berdasarkan metode Alpha-Chronbach, di dapat tingkat derajat sangat reliabel karena diperoleh nilai alpha-chonbarch sebesar 0.85 dengan 0.312.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang mendukung penelitian, maka peneliti meyusun dan menyiapkan empat teknik pengumpulan data untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

1. Tes

(32)

Sedangkan diberikannya tes sesudah pelaksanaan pembelajaran yaitu mengukur hasil belajar setelah mendapat materi pelajaran.

2. Lembar Observasi

Obesrvasi digunakan sebagai teknik yang kedua dengan melakukan pengamatan terhadap perilku atau sikap manusia yaitu untuk melihat pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sugiyono (2011:203) menyatakan bahwa observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Menurut Buchari (2010:104) mengatakan bahwa observasi merupakan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan karena objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam ( kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar ), proses kerja dan penggunaan respondennya kecil maka observasi tepat digunakan sebagai alat ukurnya.

3. Angket

Angket ( Questionnaire ) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons ( responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduawan, 2003:52-53). Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang bertujuan untuk mengukur keterampilan sosial siswa.

4. Wawancara

(33)

Wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa kelas IV yang tujuannya untuk mengetahui minat mereka terhadap pelajaran IPS, cara guru mengajarkan IPS, dan sikap siswa dalam pelajaran IPS.

[image:33.595.110.519.212.565.2]

Pada tahap pengumpulan data, langkah yang dilakukan menentukan sumber data, jenis data, teklnik pengumpulan data dan instrument yang digunakan.

Tabel 3.9

Tabel Teknik Pengumpulan Data No Sumber

Data Jenis Data Teknik Pulta Instrumen

1 Siswa Perkembangan Teknologi

Produksi dan Komunikasi

Tes Kognitif

( Preetest dan posttest )

Tes

2 Siswa Keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah

mendapatkan perlakuan

Angket

( Preetest dan posttest )

Non Tes Pernyataan

Operasional tentang keterampilan sosial

3 Guru Tanya jawab

mengenai model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Wawancara Non Tes

H.Analisis Data

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh sehingga dapat menjawab rumusan masalah maka langkah-langkah nya sebagai berikut :

1. Peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarn Kooperatif tipe jigsaw dihitung dengan rumus g faktor ( N- Gain ) rumus Hake (Meltzer, 2004:35)

(34)

Keterangan :

S Post = Skor Posstest S Pree = Skor Preetest S Maks = Skor Maksimal

[image:34.595.111.513.207.663.2]

Untuk mentakan peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.10

Kategori Tingkat N-Gain Batasan Kategori

g 0.71 Tinggi

0.31 ≤ g ≤ 0.70 Sedang

g 0.30 Rendah

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat dilihat dari perbandingan nilai g di kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif apabila menghasilkan nilai g lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran lainnya.

2. Uji Hipotesis

a) Uji Normalitas distribusi data

Uji normalitas distribusi data hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa dilakukan dengan persamaan (Sugiyono, 2011:241)

= Σ

Dimana fo : frekuensi observasi dan fe : frekuensi ekspektasi ( yang diharapkan )

Data dikatakan berdistribusi normal jika b) Uji Homogenitas

(35)

F =

Data dikatakan homogeny bila c) Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan rerata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan yaitu nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol. Keadaan rata-rata nilai posttest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol dengan uji kesamaan rata-rata untuk g

Dengan asumsi kedua varians sama

t = √

dengan derajat kebebasan nx + ny – 2 sp = √

dimana nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

Dengan asumsi kedua varians tidak sama besar

t = √

(36)
(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sesuai denga pertanyaan penelitian yaitu; pertama, pada kelas eksperimen, adanya perbedaan yang sangat signifikan dilihat dari hasil preetest dan posttest dalam peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa pada pokok bahasan teknologi produksi dan komunikasi. Kedua, siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode konvensional ( kelas kontrol ) pada preetest dan posttest inipun terjadi perbedaan meskipun tidak terlalu besar perningkatannya antara hasil preetest dan posttest.

Ketiga, siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih meningkat hasil belajar kognitif dan keterampilan sosialnya dibanding dengan siswa yang menggunakan metode konvensional pada pokok bahasan teknologi produksi dan komunikasi.

B.Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian peningkatan hasil belajar kognitif dan keterampilan sosial siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai model pendalaman dan

remedial.dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat memungkinkan siswa tidak jenuh atau bosan terhadap pembelajaran. Hal ini dapat mendorong siswa untuk memperdalam pengetahuan yang masih bersifat abstrak pada pembelajaran sebelumnya.

(38)

dikembangkan sama-sama meningkat secara signifikan, hendaknya pembelajaran dipersiapkan secara seksama. Ini dimulai dari pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Bila perencanaan dilakukan dengan matang dan strategi belajar dilaksanakan menggunakan yang tepat maka tujuan yang diharapkan akan tercapai.

3. Bagi sekolah, sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan untuk lebih memberikan motivasi dan kesempatan pada guru untuk mengembangkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini dilakukan melalui wadah pengembangan profesionalisme guru seperti mengikuti KKG, Seminar,workshop dan sebagainya yang perlu diberdayakan tentunya dengan didukung dengan pengadaan sarana dan prasarana pembelajar. 4. Untuk peneliti selanjutnya, hendak dapat mengkaji dan menelaah

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Andayani Sutrisni, (2007), Penerapan Kooperatif Teknik STAD dalam Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah Metro, Metro

Asrori Muhamad (2009).Psikologi Pembelajaran.Bandung : CV Wacana Prima Awaliyah, Hilda. (2008). Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model

Numbered Head Together (NHT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Kendari Pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV). Tesis Pada Universitas Haluoleo. Kendari: tidak diterbitkan

Bangsawan LT (2006). Perkembangan Peserta didik. Bandung : CV Citra Praya Buchari, Alma (2010). Metode dan Teknik Menyususn Tesis. Bandung : Alfabeta Cartledge & Milburn. (1993). Teaching Social Skills to Children. New York :

Pergamon Press

Cartledge & Milburn. (1992). Teaching Social Skills to Children. New York : Pergamon Press

Departemen Pendidikan Nasional ( 2006 ). Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Jakarta: Depdiknas Depdiknas (2006). Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata

pelajaran. Departemen Pendidikan Nasional

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosda Karya Dimyati dan Mujiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Faiq, Abdul. (2009). Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Hakiim Lukmanul (2009). Rencana Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima Hurlock, Elizabeth. (1980). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: Meitasari

(40)

Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak. Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Erlangga

Ibrahim, M. dkk., (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta

Joyce, W. Wiliam, dan Alleman – Brooks, (1990). Models Of Teaching : Model-Model Mengajar .Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Kemendikbud (2013) Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian. Kementerian Pendidikan dan Kebuyaan

Lie, Anita (2002). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Lie, Anita (2007). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Maftuh, Bunyamin. (2010). Memperkuat Peran IPS dalam Membelajarkan Keterampilan Sosial dan Resolusi Konflik. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung : PT Alfabetha

Meltzer, D.E. (2002). Addendum to: The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible

“Hidden Variable” in Diagnostics Pretes Scores. [Online]. Tersedia: http:/www.physics.iastate.edu/per.docs/sddendum_on_normalized_gain.(1 2 Februari 2014)

(41)

Pribadi, Benny A.(2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat

Riduawan, (2003). Dasar-Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Perkasa. Sagala, Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabetha Santrock, John.W. (2002). Life Span Development. Edisi 5. Alih Bahasa: Juka

Demanik et al. Jakarta : Erlangga

Sapriya, (2012). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sapriya, (2009). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosda Karya

Sudjana, S ( 2009) Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung : Falah Production.

Sukmadinata, Syaodih, Nana. (2011). Metode Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sumantri Mulyani & Permana Johar (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Mulyana

Slavin, Robert E. (2008) Cooperative Learning :Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media

(42)

Wahab, Abdul Aziz (2007). Metode dan Model-Model Mengajar IPS.Bandung : Alfabeta

(43)

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Hasil Belajar kognitif Siswa
tabel di bawah ini :
+7

Referensi

Dokumen terkait

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

Tabel 3 juga menunjukkan ukuran window maximum TCP W+e lebih besar dari TCP W+ dan berarti ukuran rata-rata window TCP W+e lebih baik dari TCP W pada

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Dreamweaver adalah program desain web yang memberi banyak kemudahan dalam pembuatan aplikasi, salah satunya dapat mengkoneksi desain web dengan koneksi database dan memasukkan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:.. Untuk mengetahui aktivitas guru dalam pembelajaran

Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam ajaran islam, kita. harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan mengamalkannya nanti agar

Segala aktivitas untuk pengembangan diri yang dilakukan mahasiswa selama kuliah diberikan penilaian secara akumulatif, untuk mendapatkan nilai akhir dari mata kuliah

Expression and mutations of the p53 gene were examined in the paraffin-embedded specimens of the nasal lesions from 42 Chinese (Beijing and Chengdu) and Japanese (Okinawa and