UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA PADA PEMBELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirkupa Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh
MUHAMAD NURMUSTIKA 0810432
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2013
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING
AND LEARNING (CTL) TENTANG
SIFAT-SIFAT BENDA PADA PEMBELAJARAN
IPA
Oleh
Muhamad Nurmustika
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Muhamad Nurmustika 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA PADA PEMBELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirkupa Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur)
oleh
MUHAMAD NURMUSTIKA NIM. 0810432
Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing I
Drs. Agus Fany Chanra, M.Pd. NIP. 1981082 200501 1 003
Pembimbing II
Dra. Hj. Kurniasih, M.Pd. NIP. 19590623 198503 2 003
Mengetahui Ketua Prodi PGSD
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TENTANG SIFAT-SIFAT BENDA PADA PEMBELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirkupa Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur)
oleh
MUHAMAD NURMUSTIKA 0810432
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
ABSTRAK ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.LatarBelakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C.Hipotesis Tindakan ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Defenisi Operasional ... 7
G.Hipotesis Tindakan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Hasil Belajar ... 8
B. Pembelajaran IPA ... 13
C. Pendekatan Kontekstual ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Metode Penelitian... 23
B. Desain Penelitian ... 23
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29
D. Instrumen Penelitian... 29
E. Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
A.Hasil Penelitian ... 33
1. Paparan Siklus I ... 33
2. Paparan Siklus II ... 37
3. Paparan Siklus III ... 41
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A.Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan. Mengingat pendidikan sangat penting dalam kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai faktor yang menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Guru merupakan faktor pendorong untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang baik dan harus mampu mengelola sumber yang ada, menyusun perencanaan, dan mampu meningkatkan kemampuan dan memberikan pelayanan yang baik terhadap peserta didik sehingga akan tercipta pembelajaran yang baik.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 (2003 : 2), tercantum tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan yang akan memasuki kemajuan jaman yang penuh tantangan dan ketidak pastian, diperlukaan pendidikaan yang dirancang berdasarkaan kebutuhan nyata dilapangaan, oleh sebab itu perlunya diciptakaan proses belajar mengajar yang kompeten sesuai dengan program pemerintah melalui Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai acuan dan pedoman pelaksanaan pendidikaan untuk mengembangkaan berbagai ranah pendidikan diantaranya pengetahuaan, keterampilaan dan sikap.
Demi tercapainya pendidikan yang berkualitas diperlukan suatu strategi belajar mengajar yang dapat digunakan dalam penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Siapapun tidak pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma yang ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi anak didik.
Siswa Sekolah Dasar yang rata-rata berumur antara 6 sampai dengan 12/13 tahun masih ada dalam tahapan operasional konkrit, sehingga dalam pembelajaran yang diciptakan perlu dipertimbangkan tingkat perkembangan kognitifnya. Siswa/anak belajar dari pengetahuan yang baru dipelajarinya. Bukan seperti pada umumya di sekolah dasar siswa dijejali pengetahuan dan gurunya. Sehingga anakpun harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya (Depdiknas, 2002 : 4).
Sebagian besar siswa memiliki kesulitan dalam memahami konsep sebagaimana yang biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan melalui metode ceramah. Mereka sangat membutuhkan pemahaman konsep yang berhubungan dengan tempat belajar dan masyarakat pada umumnya. Perlu disadari bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar rentetan topik/pokok bahasan, tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa dan dapat dipergunakan untuk kehidupan. Jika demikian, seperti yang diungkapkan Blazely (Depdiknas, 2002, III), akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola mereka cenderung menghapal dan bersifat mekanistik.
Salah satu pembelajaran di Sekolah Dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tidak hanya menyajikan pengetahuan alam, melainkan membina siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab terhadap diri dan lingkungannya. Siswa tidak hanya dibekali dengan teori-teori, tetapi diberikan juga berbagai latihan yang mengarah pada keterampilan perkembangan proses hasil belajar yang syarat dengan nilai-nilai IPA.
dijadikan sebagai mata pelajaran yang dibutuhkan sehingga siswa mempunyai motivasi untuk mempelajarinya
Salah satu penyebabnya adalah guru dalam pelajaran IPA terlalu teks book yaitu berfokus pada buku sumber yang tersedia. Selain itu kurangnya guru dalam membina kemampuan pemecahan masalah yang mengaitkan antara topik dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga yang muncul pada benak siswa bukannya keseriusan melainkan kebosanan dan kejenuhan. Karena siswa ditempatkan pada posisi yang pasif bukang aktif. Disinilah keprofesionalisasian seorang guru dipertanyakan.
Dengan permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu model mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan siswa yang bertitik tolak dari kemampuan dasar siswa adalah model kontekstual. Tujuan pembelajaran kontekstual yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (Ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari suatu konteks ke konteks lainnya (Depdiknas, 2002:4). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA dengan pendekatan kontekstual akan dilaksanakan secara optimal dalam rangka usaha peningkatan kualitas pendidikan jika dijawab oleh penerapan kebijakan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
sebab aktivitas yang rendah dalam pembelajaran, maka pemahaman materi tentang sifat-sifat benda tidak akan dicapai dengan baik.
Pembelajaran sifat-sifat benda sebagai bagian dari materi pelajaran IPA akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran IPA yakni mengembangkan pengetahuan alam untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-harui. Dengan demikian, berbagai kesulitan siswa dalam pembelajaran IPA khususnya tentang sifat-sifat benda harus diatasi oleh guru, salah satunya adalah penggunaan pendekatan kontekstual atau Contexual Teaching and Learning (CTL). Melalui penggunaan pendekatan ini dapat tercipta aktivitas belajar siswa
yang tinggi yang tercermin dalam mendengarkan guru pada saat pembelajaran berlangsung, mengerti apa yang dijelaskan guru, dan tidak hanya duduk mendengarkan penjelasan guru, tetapi bertanya atau menjawab pertanyan yang diajukan guru. Dengan aktivitas seperti itu, maka siswa diharapkan dapat mencapai hasil yang baik. Adapun indikator keberhasilan dari pembelajaran sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual yaitu kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan membangun pengetahuan sendiri, menemukan konsep IPA, mengajukan pertanyaan, melakukan peragaan, dan melaksanakan diskusi bersama teman kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti mencoba untuk mengadakan sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Tentang
Sifat-sifat Benda Pada Pembelajaran IPA”. (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV
SDN Pasirkupa Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana
pembelajaran IPA?” Secara khusus rumusan masalah penelitian disajikan berikut ini.
1. Bagaiman perencanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat benda menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirkupa pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
C. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
“Dengan menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda di kelas IV SDN Pasirkupa dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan upaya meningkatakan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tentang sifat-sifat benda pada pembelajaran IPA. Secara khusus tujuan penelitian disajikan berikut ini.
1. Perencanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
2. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat benda menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu untuk siswa, guru, peneliti dan kepala sekolah.
a. Manfaat untuk Siswa
1) Meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
2) Meningkatkan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pendekatan contextual teaching and learning (CTL).
b. Manfaat untuk guru
1) Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dalam aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual.
2) Memberikan perbaikan cara mengajar dan bagaimana mengaktifkan siswa selama berlangsungnya pembelajaran IPA dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual.
3) Meningkatkan kemampuan profesional dan kreativitas guru sekolah dasar.
c. Manfaat untuk Peneliti
Bagi peneliti dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian serupa.
d. Manfaat untuk Kepala Sekolah
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam masalah penelitian, perlu dilakukan penafsiran yang sama terhadap istilah-istilah tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka istilah-istilah tersebut berikut ini didefinisikan secara operasional. 1. Hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa yang dimiliki melalui
pembelajaran sebagaimana tergambarkan dalam indikator sebagai hasil pembelajaran dari kompetensi dasar, standar kompetensi, yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Pendekatan Kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006:253). Dengan konsep tersebut, maka pembelajaran dilakukan dengan menitikberatkan kepada aktivitas dan kreativitas siswa untuk belajar dalam situasi yang nyata sehingga lebih bermakna bagi siswa. Adanya prinsip-prinsip pembelajaran meliputi kontruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic assesment).
F. Hipotesis Tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian difokuskan kepada kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran selanjutnya direfleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya sehingga berbagai kekurangan dan kelemahan pembelajaran sebelumnya dapat diatasi dan diperbaiki. Menurut Wiriatmadja (2007:13) “PTK yaitu sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya
tersebut.”
Aqib (2007:18) mengemukakan manfaat dilaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, dan peningkatan profesionalisme guru atau pendidik. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tindakan kelas ditujukan kepada kepentingan praktisi di lapangan yakni guru kelas. Dalam hal ini melalui penelitian tindakan kelas dapat memotivasi dan membangkitkan para guru agar memiliki kesadaran diri untuk melakukan refleksi terhadap kinerja profesionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tindakan kelas memandang esensi prinsip keterlibatan peneliti secara langsung.
B. Desain penelitian
penelitian yang dilakukan terdiri dari tahap perencanaa, tindakan, observasi, dan refleksi, seperti pada bagan di bawah ini.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian adalah sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan disusun rencana yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang refleksif. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan awal terhadap situasi
kelas dalam konteks situasi sekolah secara umum kemudian identifikasi masalah. Setelah itu, melakukan analisis penyebab adanya masalah yang dijadikan sebagai landasan berpikir untuk mencari alternatif suatu tindakan yang dapat dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.
Atas dasar hal tersebut, selanjutnya disusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan penerapan model kontekstual pada pembelajaran bentuk energi. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara fleksibel untuk diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat diduga yang mungkin timbul di lapangan maupun kendala yang sebelumnya tidak terkontrol. Rencana pelaksanaan pembelajaran juga disusun dan dipilih berdasarkan konteks dan pertimbangan bahwa perencanaan tersebut dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi lapangan.
Selain itu, disusun pula lembar observasi, lembar wawancara, LKS, dan alat evaluasi. Lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual, sedangkan lembar wawancara untuk memperoleh informasi tentang kelebihan atau kelemahan proses pembelajaran sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Adapun LKS untuk menuangkan permasalahan yang harus dipecahkan siswa dan alat evaluasi belajar secara individu dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sifat-sifat benda.
b. Tahap Tindakan
c. Tahap Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Adapun orang yang melakukan pengamatan atau bertindak sebagai observer adalah guru lain yang dijadikan mitra pelaksanaan penelitian. Pada saat pengamatan, observer menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun hal-hal yang ditemukan dalam proses pembelajaran, tetapi tidak terdapat pada lembar observasi, maka ditulis dalam catatan lapangan. Dengan demikian, selama pelaksanaan pengamatan, selain menggunakan alat lembar observasi, menggunakan pula catatan lapangan.
d. Tahap Refleksi
Refleksi merupalan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahap ini peneliti bersama guru yang bertugas sebagai observer mengadakan diskusi pada setiap akhir tindakan. Hal-hal yang didiskusikan adalah hasil temuan dari pengamatan lapangan secara langsung ketika guru melaksanakan tindakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Hasil diskusi selanjutnya direfleksi dan bila perlu direvisi untuk perbaikan tindakan berikutnya. Tidak hanya itu, guru melakukan refleksi diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah mengenai sasaran atau belum.
Secara lebih rinci rencana tindakan untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Siklus I
Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan yang akan dicapai kemudian tanya jawab tentang kebutuhan manusia. Dalam bentuk kelompok, siswa belajar menemukan konsep tentang sifat-sifat benda dengan cara mengerjakan LKS dan membuat pertanyaan atas masalah-masalah yang disajikan. Untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan, guru menyajikan gambar-gambar yang berhubungan dengan bentuk energi. Setelah diskusi selesai, salah satu kelompok melaporkan hasil kerja di depan kelas dan siswa yang lain memberikan tanggapan dan masukan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa membuat kesimpulan kemudian memberikan tindak lanjut berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan di rumah.
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, dilakukan pengamatan oleh observer dengan tujuan melihat aktivitas guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian perilaku yang ditunjukkan guru dan siswa dengan kriteria perilaku dalam belajar menggunakan pendekatan kontekstual. Setelah tindakan 1 selanjutnya mengadakan evaluasi secara individu dengan menggunakan seperangkat soal yang sudah disediakan.
Di akhir siklus I selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menganalisis berbagai temuan serta mengetahui ketercapaian tujuan dalam setiap tindakan. Hasil refleksi selanjutnya disusun rencana siklus II.
b. Siklus II
Tahapan pelaksanaan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat pengalaman nyata yang dimiliki siswa tentang benda-benda. Setelah itu, dibimbing untuk membuat pertanyaan dan menemukan sendiri sifat-sifat benda. Untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep sifat-sifat benda, guru melakukan pemodelan yakni mengajak siswa ke lingkungan sekolah yang berhubungan dengan sifat-sifat benda.
Setelah diskusi selesai, guru meminta kelompok untuk melaporkan hasil kerja di depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan. Di akhir pembelajaran, siswa dibimbing membuat kesimpulan untuk kejelasan materi yang disajikan kemudian diberikan tindak lanjut berupa tugas membuat kliping berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan sifat-sifat benda.
Sebagaimana siklus I, selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengamatan oleh observer untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Evaluasi akhir pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan seperangkat soal yang berhubungan dengan sifat-sifat benda. Evaluasi dilaksanakan secara individu sehingga akan diketahui kemampuan siswa secara individu dalam memahami materi yang disajikan. Di akhir tindakan selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap hasil tindakan siklus II kemudian disusun rencana untuk siklus III.
c. Siklus III
Siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Kegiatannya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi sifat-sifat benda. Seperti halnya pada siklus I dan II, pada siklus III digunakan LKS dan media berupa gambar yang berhubungan dengan sifat-sifat benda.
yang berhubungan dengan gambar tersebut kemudian diberi tugas untuk mengerjakan LKS dalam bentuk kelompok.
Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan penemuan terhadap konsep masalah yang disajikan pada LKS kemudian hasilnya dilaporkan di depan kelas. Guru memfasilitasi kegiatan diskusi kelas untuk sampai pada kesimpulan akhir dan pemberian tinjak lanjut.
Selama pelaksanaan tindakan, observer mengadakan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa sebagai bahan diskusi dalam kegiatan analisis dan refleksi hasil tindakan. Evaluasi pembelajaran secara individu dilaksanakan pada tindakan kedua dengan cara memberikan soal-soal uraian yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Selanjutnya mengadakan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Pasirkupa Desa Mekarwangi Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur. Jarak Sekolah dari Kantor Desa Mekarwangi kira-kira 3 km, sedangkan dari Ibu Kota kecamatan Cikadu yaitu 15 km. Sekolah tersebut termasuk sekolah yang terpencil yakni di Lereng Gunung. Jumlah ruang belajar yaitu 6 kelas yakni masing-masing satu ruangan untuk kelas I s.d VI. Jumlah guru sebanyak 12 orang. Sekolah tersebut dipimpi oleh seorang kepala sekolah bernama Acep Sutisna,S.Pd.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV (empat). Kelas IV berjumlah 27 orang; 10 siswa laki-laki dan 17 orang siswa peremuan. Siswa kelas empat berumur rata-rata antara 8 tahun sampai 10 tahun. Siswa kelas empat SDN Pasirkupa memiliki kecerdasan menengah dengan nilai rata-rata kelas 7 untuk pelajaran IPA. Siswa kelas IV berasal dari keluarga prasejahtera. Pendidikan orang tua siswa rata–rata hanya lulusan SD.
E. Instrumen Penelitian
1. Tes
Tes tertulis berupa pemberian kuis secara individual dilaksanakan pada setiap akhir tindakan. Materi yang disajikan dalam tes tertulis sesuai dengan indikator yang dirumuskan. Tujuan tes tertulis yaitu untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar sifat-sifat benda menggunakan pendekatan CTL sesuai dengan indikator tersebut. Tes tertulis ini akan menentukan langkah-langkah setiap tindakan sehingga pembelajaran konsep sifat-sifat benda menggunakan pendekatan CTL dapat dicapai dengan optimal.
1. LKS
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan bukti hasil kegiatan siswa dalam belajar karena itu dalam LKS disajikan langkah-langkah kegiatan siswa dan soal-soal latihan yang harus dikerjakan. LKS digunakan untuk menghimpun informasi mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Bahkan LKS merupakan patokan untuk melaksanakan rancangan tindakan berikutnya. Berdasarkan LKS ini, dapat diketahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi sehingga hal tersebut sebagai alat ukur tingkat prestasi siswa terhadap materi yang dipelajarinya.
2. Lembar Observasi
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui tanya jawab atau wawancara. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan observer yang meliputi kegiatan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda menggunakan pendekatan kontekstual. Pokok-pokok yang ditanyakan dalam kegiatan wawancara adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah alat pengumpul data mengenai peristiwa yang terjadi selama pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk menuliskan kejadian-kejadian yang dianggap penting dan perlu untuk didiskusikan. Catatan lapangan sifatnya spontan yang tidak terungkap melalui observasi. Dengan demikian, catatan lapangan merupakan daya dukung dan pelengkap terhadap informasi yang dihimpun melalui observasi.
F. Analisis Data
Analisis dan pengolahan data dilakukan selama penelitian dari awal sampai akhir. Keberhasilan tujuan dapat ditentukan dengan cara analisis tes tertulis, analisis hasil wawancara, dan analisis hasil diskusi dengan teman sejawat yang ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dengan menggunakan persentase, sedangkan analisis data kuantitatif dengan cara mencari nilai rata-rata.
1. Nilai Akhir (NA) NA =
SI SS
X =
n NxS
X = rata-rata hitung n = banyak sampel
(NxS) = hasil perkalian skor dengan frekuensi skor yang bersangkutan. 3. Analisis Observasi
Hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran setiap siklus selanjutnya diolah dengan menggunakan persentase sebagai berikut.
f
P = x 100% n
Keterangan:
P = Persentase aktivitas guru dan siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat benda dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek dan demonstrasi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran berdasarkan masing-masing siklus yaitu pada siklus I, II, dan siklus III membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang langkah-langkahnya mengacu kepada komponen pendekatan CTL yakni membangun pengetahuan siswa (konstruktivisme), masyarakat belajar, penemuan konsep, bertanya, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata pada, menyiapkan lembar Observasi guru dan siswa, menyiapkan lembar catatan lapangan dan lembar evaluasi siswa.
2. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masing-masing siklus yaitu menekankan kepada guru dan siswa untuk aktif di dalam pembelajaran. Aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal karena guru kurang memberikan penjelasan mengenai langkah kerja yang akan dilaksanakan. Pada siklus II, guru lebih mengutamakan peberian bimbingan, arahan langkah kerja yang harus dilaksanakan serta memberikan contoh benda konkret mengenai benda-benda yang ada di sekitar kelas. Adapun pada siklus III guru mengaplikasi berbagai kelebihan siklus I dan II yakni menjelaskan langkah kerja yang akan dilaksanakan, melaksanakan percobaan secara kelompok, dan mempersiapkan berbagai benda konkret yang dapat dijadikan sebagai contoh kontekstual sehingga siswa aktif dalam melakukan percobaan.
dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami materi sifat-sifat benda.
B. Saran
Sehubungan dnegan kesimpulan di tas, berikut ini disajikan saran-saran sebagai masukan dalam meningkatkan hasil belajar sifat-sifat benda.
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat digunakan dalam pembelajaran sifat-sifat benda yang disertai dengan media yang memudahkan siswa untuk didemonstrasikan atau dieksperimenkan. 2. Untuk mengurangi berbagai hambatan yang dialami siswa dalam
memahami sifat-sifat benda, maka objek yang disajikan hendaknya diidentifikasi secara jelas sehingga pemahaman terhadap materi lebih efektif.
Muhamad Nurmustika , 2013
DAFTAR PUSTAKA
Aqib. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Hamalik, O. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Higard. (1984). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya. Johnson, E.B. (2008). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC. Makmun, A.S. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kams Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudrajat. (2007). Model Pembelajaran Kontektual. Bandung: Alfabeta.