DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
ABSTRAK ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.LatarBelakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C.Hipotesis Tindakan ... 5
D.Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Defenisi Operasional ... 7
G.Hipotesis Tindakan ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Hasil Belajar ... 8
B. Pembelajaran IPA ... 13
C. Pendekatan Kontekstual ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Metode Penelitian... 23
B. Desain Penelitian ... 23
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29
D. Instrumen Penelitian... 29
E. Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33
A.Hasil Penelitian ... 33
1. Paparan Siklus I ... 33
2. Paparan Siklus II ... 37
3. Paparan Siklus III ... 41
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
A.Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan.
Mengingat pendidikan sangat penting dalam kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik mungkin dengan mengarahkan berbagai faktor yang
menunjang terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Guru merupakan faktor
pendorong untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan. Oleh karena itu,
guru dituntut memiliki kemampuan dalam menciptakan pembelajaran yang baik
dan harus mampu mengelola sumber yang ada, menyusun perencanaan, dan
mampu meningkatkan kemampuan dan memberikan pelayanan yang baik
terhadap peserta didik sehingga akan tercipta pembelajaran yang baik.
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003
(2003 : 2), tercantum tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:
Demi tercapainya pendidikan yang berkualitas diperlukan suatu strategi
belajar mengajar yang dapat digunakan dalam penyampaian ilmu pengetahuan
kepada peserta didik. Siapapun tidak pernah menyangkal bahwa kegiatan belajar
mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di
dalamnya terdapat sejumlah norma yang ditanamkan ke dalam ciri setiap pribadi
anak didik.
Siswa Sekolah Dasar yang rata-rata berumur antara 6 sampai dengan 12/13
tahun masih ada dalam tahapan operasional konkrit, sehingga dalam pembelajaran
yang diciptakan perlu dipertimbangkan tingkat perkembangan kognitifnya.
Siswa/anak belajar dari pengetahuan yang baru dipelajarinya. Bukan seperti pada
umumya di sekolah dasar siswa dijejali pengetahuan dan gurunya. Sehingga
anakpun harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya
(Depdiknas, 2002 : 4).
Sebagian besar siswa memiliki kesulitan dalam memahami konsep
sebagaimana yang biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan
melalui metode ceramah. Mereka sangat membutuhkan pemahaman konsep yang
berhubungan dengan tempat belajar dan masyarakat pada umumnya. Perlu
disadari bahwa program pembelajaran bukanlah sekedar rentetan topik/pokok
bahasan, tetapi sesuatu yang harus dipahami oleh siswa dan dapat dipergunakan
untuk kehidupan. Jika demikian, seperti yang diungkapkan Blazely (Depdiknas,
2002, III), akibatnya motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola mereka
cenderung menghapal dan bersifat mekanistik.
Salah satu pembelajaran di Sekolah Dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) tidak hanya menyajikan pengetahuan alam, melainkan membina siswa
menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tetapi diberikan juga berbagai latihan yang mengarah pada keterampilan
perkembangan proses hasil belajar yang syarat dengan nilai-nilai IPA.
Pembelajaran IPA harus memberikan motivasi kepada siswa untuk
mempelajarinya. Bahkan IPA harus disenangi dan bukan ditakuti. IPA harus
dijadikan sebagai mata pelajaran yang dibutuhkan sehingga siswa mempunyai
motivasi untuk mempelajarinya
Salah satu penyebabnya adalah guru dalam pelajaran IPA terlalu teks book
yaitu berfokus pada buku sumber yang tersedia. Selain itu kurangnya guru dalam
membina kemampuan pemecahan masalah yang mengaitkan antara topik dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga yang muncul pada benak siswa bukannya
keseriusan melainkan kebosanan dan kejenuhan. Karena siswa ditempatkan pada
posisi yang pasif bukang aktif. Disinilah keprofesionalisasian seorang guru
dipertanyakan.
Dengan permasalahan yang digambarkan di atas, salah satu model
mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan siswa yang bertitik tolak dari
kemampuan dasar siswa adalah model kontekstual. Tujuan pembelajaran
kontekstual yaitu untuk membekali siswa dengan pengetahuan yang secara
fleksibel dapat diterapkan (Ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan
lain dan dari suatu konteks ke konteks lainnya (Depdiknas, 2002:4). Berdasarkan
pemahaman tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA dengan
pendekatan kontekstual akan dilaksanakan secara optimal dalam rangka usaha
peningkatan kualitas pendidikan jika dijawab oleh penerapan kebijakan
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
Namun, berdasarkan pengalaman sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran
IPA, aktivitas belajar sebagian besar siswa kelas IV SDN Pasirkupa Desa
Mekarwangi Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur masih rendah dan kurang
optimal seperti kurang kurang memperhatikan guru pada saat menerangkan, tidak
cepat tanggap terhadap materi yang pembelajaran yang disampaikan guru dan
lebih cenderung acuh terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru. Hal
tersebut berdampak negatif terhadap pemahaman materi pelajaran IPA khususnya
mencapai hasil yang optimal yakni masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditetapkan sekolah yakni 65. Adapun hasil yang dicapai siswa yaitu
dari 27 siswa, hanya 10 orang yang sudah mencapai KKM, sedangkan 17 siswa
belum mencapai KKM. Hal tersebut merupakan masalah yang perlu dipecahkan
sebab aktivitas yang rendah dalam pembelajaran, maka pemahaman materi
tentang sifat-sifat benda tidak akan dicapai dengan baik.
Pembelajaran sifat-sifat benda sebagai bagian dari materi pelajaran IPA
akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran IPA yakni
mengembangkan pengetahuan alam untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-harui. Dengan demikian, berbagai kesulitan siswa dalam pembelajaran IPA
khususnya tentang sifat-sifat benda harus diatasi oleh guru, salah satunya adalah
penggunaan pendekatan kontekstual atau Contexual Teaching and Learning
(CTL). Melalui penggunaan pendekatan ini dapat tercipta aktivitas belajar siswa
yang tinggi yang tercermin dalam mendengarkan guru pada saat pembelajaran
berlangsung, mengerti apa yang dijelaskan guru, dan tidak hanya duduk
mendengarkan penjelasan guru, tetapi bertanya atau menjawab pertanyan yang
diajukan guru. Dengan aktivitas seperti itu, maka siswa diharapkan dapat
mencapai hasil yang baik. Adapun indikator keberhasilan dari pembelajaran
sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual yaitu kemampuan siswa
dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan membangun pengetahuan
sendiri, menemukan konsep IPA, mengajukan pertanyaan, melakukan peragaan,
dan melaksanakan diskusi bersama teman kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti mencoba untuk mengadakan
sebuah penelitian dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Tentang Sifat-sifat Benda Pada Pembelajaran IPA”. (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pasirkupa Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur).
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana upaya meningkatakan hasil belajar siswa melalui penerapan Pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) tentang sifat-sifat benda pada
pembelajaran IPA?” Secara khusus rumusan masalah penelitian disajikan berikut
ini.
1. Bagaiman perencanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda
melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat benda
menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL)?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirkupa
pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)?
C. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan yang dapat penulis rumuskan sebagai berikut :
“Dengan menggunakan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda di kelas IV SDN
Pasirkupa dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dari pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan upaya meningkatakan hasil belajar
siswa melalui penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
tentang sifat-sifat benda pada pembelajaran IPA. Secara khusus tujuan penelitian
disajikan berikut ini.
1. Perencanaan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui
2. Pelaksanaan pembelajaran IPA tentang sifat benda menggunakan
penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
3. Peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Pasirkupa pada
pembelajaran IPA tentang sifat-sifat benda melalui penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat kepada berbagai pihak yaitu
untuk siswa, guru, peneliti dan kepala sekolah.
a. Manfaat untuk Siswa
1) Meningkatkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan penerapan pendekatan contextual teaching and
learning (CTL).
2) Meningkatkan aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
dengan menggunakan penerapan pendekatan contextual teaching
and learning (CTL).
b. Manfaat untuk guru
1) Menambah pengetahuan dalam mengelola perencanaan dalam
aktivitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran IPA dengan
menggunakan penerapan pendekatan kontekstual.
2) Memberikan perbaikan cara mengajar dan bagaimana
mengaktifkan siswa selama berlangsungnya pembelajaran IPA
dengan menggunakan penerapan pendekatan kontekstual.
3) Meningkatkan kemampuan profesional dan kreativitas guru sekolah
dasar.
c. Manfaat untuk Peneliti
Bagi peneliti dapat dijadikan masukan sebagai bahan pertimbangan
untuk melakukan penelitian-penelitian serupa.
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Meningkatkan kualitas peserta didik dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan model PAKEM. Selain itu, sebagai masukan untuk
membina guru-guru dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran
yang lebih baik.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah penafsiran terhadap
istilah-istilah yang digunakan dalam masalah penelitian, perlu dilakukan
penafsiran yang sama terhadap istilah-istilah tersebut. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka istilah-istilah tersebut berikut ini didefinisikan secara operasional.
1. Hasil belajar siswa adalah kemampuan siswa yang dimiliki melalui
pembelajaran sebagaimana tergambarkan dalam indikator sebagai hasil
pembelajaran dari kompetensi dasar, standar kompetensi, yang dirumuskan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Pendekatan Kontekstual (contextual teaching and learning) merupakan suatu
strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya,
2006:253). Dengan konsep tersebut, maka pembelajaran dilakukan dengan
menitikberatkan kepada aktivitas dan kreativitas siswa untuk belajar dalam
situasi yang nyata sehingga lebih bermakna bagi siswa. Adanya prinsip-prinsip
pembelajaran meliputi kontruktivisme, inkuiri, bertanya (questioning),
masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi
(reflection), penilaian nyata (authentic assesment).
F. Hipotesis Tindakan
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah
cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran dengan siswa. Oleh karena itu,
yaitu jika pada materi pokok sifat-sifat benda dalam pembelajaran IPA
menerapkan pendekatan contextual teaching and learning (CTL), maka dapat
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dengan teknik penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research).
Penelitian difokuskan kepada kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran
selanjutnya direfleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya sehingga berbagai
kekurangan dan kelemahan pembelajaran sebelumnya dapat diatasi dan
diperbaiki. Menurut Wiriatmadja (2007:13) “PTK yaitu sekelompok guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan
dalam praktik pembelajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya
tersebut.”
Aqib (2007:18) mengemukakan manfaat dilaksanakan penelitian tindakan
kelas yaitu inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah
dan di tingkat kelas, dan peningkatan profesionalisme guru atau pendidik.
Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tindakan kelas ditujukan kepada
kepentingan praktisi di lapangan yakni guru kelas. Dalam hal ini melalui
penelitian tindakan kelas dapat memotivasi dan membangkitkan para guru agar
memiliki kesadaran diri untuk melakukan refleksi terhadap kinerja
profesionalnya. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tindakan kelas
memandang esensi prinsip keterlibatan peneliti secara langsung.
B. Desain penelitian
Desain atau model PTK dikenal beberapa jenis yakni model Kurt Lewin,
model Kemmis dan Mc Tagart, model John Elliott, dan Dave Ebbut. Dari keempat
model tersebut, secara umum terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan
refleksi. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model atau
penelitian yang dilakukan terdiri dari tahap perencanaa, tindakan, observasi, dan
refleksi, seperti pada bagan di bawah ini.
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Adapun tahapan-tahapan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan disusun rencana yang akan dilaksanakan pada
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelas dalam konteks situasi sekolah secara umum kemudian identifikasi masalah.
Setelah itu, melakukan analisis penyebab adanya masalah yang dijadikan sebagai
landasan berpikir untuk mencari alternatif suatu tindakan yang dapat
dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecahan masalah.
Atas dasar hal tersebut, selanjutnya disusun rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disesuaikan dengan penerapan model kontekstual pada
pembelajaran bentuk energi. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara
fleksibel untuk diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat diduga yang
mungkin timbul di lapangan maupun kendala yang sebelumnya tidak terkontrol.
Rencana pelaksanaan pembelajaran juga disusun dan dipilih berdasarkan konteks
dan pertimbangan bahwa perencanaan tersebut dilaksanakan secara efektif dalam
berbagai situasi lapangan.
Selain itu, disusun pula lembar observasi, lembar wawancara, LKS, dan
alat evaluasi. Lembar observasi untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama
proses pembelajaran sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, sedangkan lembar wawancara untuk memperoleh informasi tentang
kelebihan atau kelemahan proses pembelajaran sifat-sifat benda dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. Adapun LKS untuk menuangkan
permasalahan yang harus dipecahkan siswa dan alat evaluasi belajar secara
individu dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran sifat-sifat benda.
b. Tahap Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan
sebagaimana rencana yang telah disusun yakni proses pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan kontekstual. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru
sendiri sebagai peneliti karena bertugas sebagai tenaga pengajar dan pendidik di
sekolah tersebut. Pelaksanaan tindakan peneliti melibatkan guru lain sebagai
observer yang dilengkapi dengan alat-alat yang diperlukan antara lain lembar
c. Tahap Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas guru dan
siswa pada saat pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Adapun
orang yang melakukan pengamatan atau bertindak sebagai observer adalah guru
lain yang dijadikan mitra pelaksanaan penelitian. Pada saat pengamatan, observer
menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun
hal-hal yang ditemukan dalam proses pembelajaran, tetapi tidak terdapat pada lembar
observasi, maka ditulis dalam catatan lapangan. Dengan demikian, selama
pelaksanaan pengamatan, selain menggunakan alat lembar observasi,
menggunakan pula catatan lapangan.
d. Tahap Refleksi
Refleksi merupalan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha
memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan
strategi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahap ini peneliti bersama
guru yang bertugas sebagai observer mengadakan diskusi pada setiap akhir
tindakan. Hal-hal yang didiskusikan adalah hasil temuan dari pengamatan
lapangan secara langsung ketika guru melaksanakan tindakan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Hasil diskusi selanjutnya direfleksi dan
bila perlu direvisi untuk perbaikan tindakan berikutnya. Tidak hanya itu, guru
melakukan refleksi diri dengan melihat data observasi apakah kegiatan yang
dilaksanakan sudah mengenai sasaran atau belum.
Secara lebih rinci rencana tindakan untuk setiap siklus dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Siklus I
Berdasarkan hasil observasi awal terhadap situasi kelas yang akan
dijadikan sebagai subjek penelitian, selanjutnya disusun rencana siklus I. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan dibagi ke dalam dua tindakan. Tindakan 1 merupakan
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan yang akan dicapai
kemudian tanya jawab tentang kebutuhan manusia. Dalam bentuk kelompok,
siswa belajar menemukan konsep tentang sifat-sifat benda dengan cara
mengerjakan LKS dan membuat pertanyaan atas masalah-masalah yang disajikan.
Untuk memperjelas pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan, guru
menyajikan gambar-gambar yang berhubungan dengan bentuk energi. Setelah
diskusi selesai, salah satu kelompok melaporkan hasil kerja di depan kelas dan
siswa yang lain memberikan tanggapan dan masukan. Di akhir pembelajaran, guru
membimbing siswa membuat kesimpulan kemudian memberikan tindak lanjut
berupa tugas-tugas yang harus dikerjakan di rumah.
Selama pelaksanaan tindakan berlangsung, dilakukan pengamatan oleh
observer dengan tujuan melihat aktivitas guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian perilaku yang ditunjukkan guru dan siswa dengan
kriteria perilaku dalam belajar menggunakan pendekatan kontekstual. Setelah
tindakan 1 selanjutnya mengadakan evaluasi secara individu dengan
menggunakan seperangkat soal yang sudah disediakan.
Di akhir siklus I selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap
kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menganalisis
berbagai temuan serta mengetahui ketercapaian tujuan dalam setiap tindakan.
Hasil refleksi selanjutnya disusun rencana siklus II.
b. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, selanjutnya dibuat rencana siklus II dan
diaplikasikan dalam tindakan 1. Materi yang dibahas yaitu sifat-sifat benda
dengan menerapkan langkah-langkah penggunaan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran diawali dengan tanya jawab tentang benda-benda yang ada di
sekitar sekolah. Dari tanya jawab tersebut selanjutnya siswa diarahkan kepada
kegiatan diskusi untuk mengerjakan LKS. Kegiatan diskusi merupakan aplikasi
dari masyarakat belajar yakni siswa belajar bertukar pikiran dan saling membantu
Tahapan pelaksanaan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengingat pengalaman nyata yang dimiliki siswa tentang benda-benda. Setelah
itu, dibimbing untuk membuat pertanyaan dan menemukan sendiri sifat-sifat
benda. Untuk memudahkan siswa dalam menemukan konsep sifat-sifat benda,
guru melakukan pemodelan yakni mengajak siswa ke lingkungan sekolah yang
berhubungan dengan sifat-sifat benda.
Setelah diskusi selesai, guru meminta kelompok untuk melaporkan hasil
kerja di depan kelas dan kelompok lain memberikan tanggapan dan masukan. Di
akhir pembelajaran, siswa dibimbing membuat kesimpulan untuk kejelasan materi
yang disajikan kemudian diberikan tindak lanjut berupa tugas membuat kliping
berupa gambar-gambar yang berhubungan dengan sifat-sifat benda.
Sebagaimana siklus I, selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan
pengamatan oleh observer untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Evaluasi akhir pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan seperangkat soal yang berhubungan dengan
sifat-sifat benda. Evaluasi dilaksanakan secara individu sehingga akan diketahui
kemampuan siswa secara individu dalam memahami materi yang disajikan. Di
akhir tindakan selanjutnya diadakan analisis dan refleksi terhadap hasil tindakan
siklus II kemudian disusun rencana untuk siklus III.
c. Siklus III
Siklus III dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Kegiatannya
adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual pada materi sifat-sifat benda. Seperti halnya pada siklus I
dan II, pada siklus III digunakan LKS dan media berupa gambar yang
berhubungan dengan sifat-sifat benda.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan pembentukan kelompok dan
penjelasan langkah kerja yang akan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran.
Setelah itu, siswa mengadakan pengamatan terhadap gambar-gambar yang
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang berhubungan dengan gambar tersebut kemudian diberi tugas untuk
mengerjakan LKS dalam bentuk kelompok.
Dengan bimbingan guru, siswa mengadakan penemuan terhadap konsep
masalah yang disajikan pada LKS kemudian hasilnya dilaporkan di depan kelas.
Guru memfasilitasi kegiatan diskusi kelas untuk sampai pada kesimpulan akhir
dan pemberian tinjak lanjut.
Selama pelaksanaan tindakan, observer mengadakan pengamatan terhadap
aktivitas guru dan siswa sebagai bahan diskusi dalam kegiatan analisis dan
refleksi hasil tindakan. Evaluasi pembelajaran secara individu dilaksanakan pada
tindakan kedua dengan cara memberikan soal-soal uraian yang berhubungan
dengan materi yang disajikan. Selanjutnya mengadakan analisis dan refleksi
terhadap tindakan yang telah dilakukan.
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SD Negeri Pasirkupa Desa Mekarwangi
Kecamatan Cikadu Kabupaten Cianjur. Jarak Sekolah dari Kantor Desa
Mekarwangi kira-kira 3 km, sedangkan dari Ibu Kota kecamatan Cikadu yaitu 15
km. Sekolah tersebut termasuk sekolah yang terpencil yakni di Lereng Gunung.
Jumlah ruang belajar yaitu 6 kelas yakni masing-masing satu ruangan untuk kelas
I s.d VI. Jumlah guru sebanyak 12 orang. Sekolah tersebut dipimpi oleh seorang
kepala sekolah bernama Acep Sutisna,S.Pd.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IV (empat). Kelas IV berjumlah 27
orang; 10 siswa laki-laki dan 17 orang siswa peremuan. Siswa kelas empat
berumur rata-rata antara 8 tahun sampai 10 tahun. Siswa kelas empat SDN
Pasirkupa memiliki kecerdasan menengah dengan nilai rata-rata kelas 7 untuk
pelajaran IPA. Siswa kelas IV berasal dari keluarga prasejahtera. Pendidikan
orang tua siswa rata–rata hanya lulusan SD.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes, LKS, lembar
1. Tes
Tes tertulis berupa pemberian kuis secara individual dilaksanakan pada
setiap akhir tindakan. Materi yang disajikan dalam tes tertulis sesuai dengan
indikator yang dirumuskan. Tujuan tes tertulis yaitu untuk mengukur keberhasilan
siswa dalam belajar sifat-sifat benda menggunakan pendekatan CTL sesuai
dengan indikator tersebut. Tes tertulis ini akan menentukan langkah-langkah
setiap tindakan sehingga pembelajaran konsep sifat-sifat benda menggunakan
pendekatan CTL dapat dicapai dengan optimal.
1. LKS
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) merupakan bukti hasil kegiatan siswa
dalam belajar karena itu dalam LKS disajikan langkah-langkah kegiatan siswa dan
soal-soal latihan yang harus dikerjakan. LKS digunakan untuk menghimpun
informasi mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Bahkan
LKS merupakan patokan untuk melaksanakan rancangan tindakan berikutnya.
Berdasarkan LKS ini, dapat diketahui seberapa jauh pemahaman siswa terhadap
materi sehingga hal tersebut sebagai alat ukur tingkat prestasi siswa terhadap
materi yang dipelajarinya.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui gambaran tentang
aktivitas siswa dan guru selama pelaksanaan pembelajaran. Secara menyeluruh,
observasi dilakukan untuk merekam segala kejadian mengenai pelaksanaan
pembelajaran sifat-sifat benda dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Sasaran utama kegiatan observasi ditinjau dari aktivitas guru yaitu bagaimana
upaya guru dalam menerapkan pendekatan kontekstual, sedangkan sasaran utama
observasi dari kegiatan siswa yaitu interaksi sosial, motivasi belajar, implementasi
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data melalui tanya jawab atau wawancara. Wawancara dilakukan
antara peneliti dengan observer yang meliputi kegiatan pembelajaran IPA tentang
sifat-sifat benda menggunakan pendekatan kontekstual. Pokok-pokok yang
ditanyakan dalam kegiatan wawancara adalah hal-hal yang berkaitan langsung
dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
4. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah alat pengumpul data mengenai peristiwa yang
terjadi selama pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk menuliskan
kejadian-kejadian yang dianggap penting dan perlu untuk didiskusikan. Catatan
lapangan sifatnya spontan yang tidak terungkap melalui observasi. Dengan
demikian, catatan lapangan merupakan daya dukung dan pelengkap terhadap
informasi yang dihimpun melalui observasi.
F. Analisis Data
Analisis dan pengolahan data dilakukan selama penelitian dari awal
sampai akhir. Keberhasilan tujuan dapat ditentukan dengan cara analisis tes
tertulis, analisis hasil wawancara, dan analisis hasil diskusi dengan teman sejawat
yang ditindaklanjuti dengan kegiatan refleksi. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif
dengan menggunakan persentase, sedangkan analisis data kuantitatif dengan cara
X =
n NxS
X = rata-rata hitung
n = banyak sampel
(NxS) = hasil perkalian skor dengan frekuensi skor yang bersangkutan.
3. Analisis Observasi
Hasil observasi terhadap kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran setiap siklus selanjutnya diolah dengan menggunakan persentase
sebagai berikut.
f
P = x 100%
n
Keterangan:
P = Persentase aktivitas guru dan siswa
f = Frekuensi aktivitas yang muncul (ya/tidak)
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya berkaitan dengan proses dan hasil pembelajaran sifat-sifat benda
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek dan demonstrasi,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran berdasarkan masing-masing siklus yaitu
pada siklus I, II, dan siklus III membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang langkah-langkahnya mengacu kepada
komponen pendekatan CTL yakni membangun pengetahuan siswa
(konstruktivisme), masyarakat belajar, penemuan konsep, bertanya,
pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata pada, menyiapkan lembar
Observasi guru dan siswa, menyiapkan lembar catatan lapangan dan
lembar evaluasi siswa.
2. Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masing-masing siklus yaitu
menekankan kepada guru dan siswa untuk aktif di dalam pembelajaran.
Aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai hasil yang maksimal
karena guru kurang memberikan penjelasan mengenai langkah kerja
yang akan dilaksanakan. Pada siklus II, guru lebih mengutamakan
peberian bimbingan, arahan langkah kerja yang harus dilaksanakan
serta memberikan contoh benda konkret mengenai benda-benda yang
ada di sekitar kelas. Adapun pada siklus III guru mengaplikasi
berbagai kelebihan siklus I dan II yakni menjelaskan langkah kerja
yang akan dilaksanakan, melaksanakan percobaan secara kelompok,
dan mempersiapkan berbagai benda konkret yang dapat dijadikan
sebagai contoh kontekstual sehingga siswa aktif dalam melakukan
percobaan.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran berdasarkan siklus I yaitu
dengan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa penggunaan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami
materi sifat-sifat benda.
B. Saran
Sehubungan dnegan kesimpulan di tas, berikut ini disajikan saran-saran
sebagai masukan dalam meningkatkan hasil belajar sifat-sifat benda.
1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat digunakan
dalam pembelajaran sifat-sifat benda yang disertai dengan media yang
memudahkan siswa untuk didemonstrasikan atau dieksperimenkan.
2. Untuk mengurangi berbagai hambatan yang dialami siswa dalam
memahami sifat-sifat benda, maka objek yang disajikan hendaknya
diidentifikasi secara jelas sehingga pemahaman terhadap materi lebih
efektif.
3. Penggunaan objek secara nyata dan media yang sebenarnya dalam
pembelajaran sifat-sifat benda dapat mencapai hasil yang baik. Hal ini
dapat dijadikan sarana pembelajaran oleh guru di sekolah misalnya
dalam pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dengan terlebih dahulu memilih benda yang sesuai dengan materi yang
Muhamad Nurmustika, 2013
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (Ctl) Tentang Sifat-Sifat Benda Pada Pembelajaran Ipa
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aqib. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Hamalik, O. (2005). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Higard. (1984). Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Rosdakarya.
Johnson, E.B. (2008). Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC.
Makmun, A.S. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Rosdakarya.
Poerwadarminta, W.J.S. (2006). Kams Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudrajat. (2007). Model Pembelajaran Kontektual. Bandung: Alfabeta.