• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL : Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL : Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

0MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI

PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

ARIF NURHAKIM 0806976

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Oleh

Arif Nurhakim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Arif Nurhakim2012 Universitas Pendidikan Indonesia

……….. 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI

PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S,Ip., M.Si. NIP. 19690929 199402 1 001

Pembimbing II

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Arif Nurhakim (0806976), 2012. Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Pencak silat merupakan salah satu olahraga yang mengedepankan unsur kesenian dan budaya. Bentuk proses pemberdayaan dilakukan dalam bentuk kegiatan latihan dan proses pembiasaan (habituasi) dengan bersumber pada tetekon Sunda sebagai pengembangan nilai-nilai kearifan lokal.

Penelitian ini berupaya mengungkapkan beberapa rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut; (2) Bagaimana nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan padepokan Putra Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di Kabupaten Garut; (3) Kendala apa yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal dipadepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut, dan (4) Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study), dalam penelitian ini dapat mengungkapkan sejumlah fakta terkait proses pemberdayaan potensi pemuda dan nilai-niai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan serta dapat melakukan penelitian secara mendalam melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan, dan literatur terhadap ketua, pengurus dan anggota padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Anggapan Dasar ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Karakter ... 11

1. PengertianKarakter, Fungsi, Bentuk dan Nilai-Nilai Karakter....……. 11

a. Pengertian Karakter ... 11

b. Fungsi Karakter ... 14

c. Bentuk Karakter ... 14

d. Nilai-Nilai Karakter... 18

2. Strategi Pengembangan Karakter ... 20

a. Pilar Sekolah ... 20

b. Pilar Keluarga ... 21

c. Pilar Masyarakat ... 21

B. Warga Negara ... 22

1. Pengertian Warga negara ... 22

2. Karakter Warga Negara ... 24

(6)

C. Pemberdayaan Potensi Pemuda ... 27

1. Pengertian Pemberdayaan ... 27

2. Aspek-Aspek Pemberdayaan ... 28

3. Tujuan Pengembangan Potensi Pemuda ... 31

D. Kearifan Lokal ... 37

1. Pengertian dan Fungsi Kearifan Lokal ... 37

a. Pengertian Karifan Lokal ... 37

b. Fungsi Kearifan Lokal ... 43

E. Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Nilai-Nilai Pencak Silat ... 45

1. Pengertian Pencak Silat ... 45

2. Tujuan Pencak Silat ... 48

3. Fungsi Pencak Silat ... 48

4. Nilai-Nilai yang Ditumbuhkan ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 54

B. Teknik Pengumpulan Data ... 55

C. Catatan Lapangan (Field Notes)... 59

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 60

F. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 61

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut ... 66

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pedepokan Putra Siliwangi Pusat Garut... 66

2. Tujuan Didirikannya Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut ... 68

3. Kondisi Objektif Padepokan Putra Siliwangi ... 69

4. Organ Padepokan ... 70

5. Prestasi Yang Telah Diraih ... 73

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

1. Proses PemberdayaanPotensiPemudaBerbasisKearifanLokal di PadepokanPencakSilatPutra SiliwangiKabupatenGarut ... 77

2. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalamProses PemberdayaanPotensiPemudaPadepokan Putra Siliwangi di KabupatenGarut. ... 81

3. KendaladalamProses PemberdayaanPotensiPemudaBerbasis KearifanLokal di Padepokan PencakSilatPutra SiliwangiKabupatenGarut ... 89

(8)

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

1. Bentuk Pola Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan

Lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut ... 94

2. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Kearifan lokal

olehPadepokan Putra Siliwangi ... 99

3. Kendala dalam Proses Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis

KearifanLokal di PadepokanPencakSilat Putra

SiliwangiKabupatenGarut ... 119

4. Upaya untuk Mengatasi Kendala dalam Proses Pemberdayaan

Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal di Padepokan

Pencak Silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut ... 121

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan………. . 124

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan karakter kedisiplinan generasi muda dalam membangun

karakter bangsa merupakan suatu hal yang paling esensial berkenaan dengan

pembangunan dan pengembangan manusia seutuhnya. Liputan TV One (Rabu,

11/07/2012) memberitakan bahwa sekomplotan geng motor Brigez yang

berjumlah enam orang yang melakukan pencurian motor berhasil diringkus oleh

Polres Garut. Selain itu, harian umum Kompas (Senin, 17/11/2009) dalam

Darmawan (2010: 81) menyebutkan bahwa:

“Tragisnya perang antar mahasiswa dari Universitas Cendana dan Politenik Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur, memakan korban jiwa. Seorang mahasiswi, Cecilia Radja, tewas karena shock terjebak di tengah tawuran. Meskipun belum diketahui secara pasti motif dan penyebab dari tawuran tersebut, yang jelas tawuran memakan korban.”

Fakta di atas menunjukkan betapa tragisnya kehidupan generasi muda di

tengah hiruk pikuk kondisi bangsa yang begitu banyak berbagai macam

problematika bangsa yang melanda.

Hasil observasi pra penelitian di Kabupaten Garut mengenai kebudayaan

lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya perguruan

pencak silat Putra Siliwangi Pusat di Garut yang mana menjadi fokus objek

peserta didiknya itu generasi muda yang bertempat tinggal di pelosok daerah,

sehingga banyak peserta didik dari kalangan bawah yang tidak mengenyam

pendidikan yang tinggi, tetapi padepokan Putra Siliwangi melihat banyak potensi

yang terpendam dan masih bisa dikembangkan. Sehingga hasilnya ada beberapa

atlet tingkat nasional yang dididik oleh padepokan Putra Siliwangi tetapi berlatar

belakang ekonomi dan pendidikan dari kalangan bawah, dan hal ini menjadi

kebanggaan orang tua peserta didik. Lalu, muncul kebanggaan tersendiri dari

(10)

prestasi dalam seni budaya yang telah diwariskan oleh para leluhurnya dan bisa

mengharumkan nama baik daerahnya yang kemudian memunculkan rasa bangga

dan rasa memiliki terhadap budaya lokal.

Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang kaya akan budaya lokal

warisan para leluhur yang mana kebudayaan itu dianggap suatu hal yang sangat

berharga, bersifat sakral, dan selalu menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya,

karena dianggap bisa memberikan nilai praktis yang bersifat immateri maupun

materi. Dari mulai seni tradisional seperti dodombaan, surak ibra, lais,

bangklung, badeg, debus, hadro, pencak ular, cigawiran, rangkong, rudat, dan

pencak silat.

Hal yang menarik dan menjadi keunikan tersendiri dari Padepokan Putra

Siliwangi Pusat Garut yaitu tanpa disadari oleh pimpinan padepokan Putra

Siliwangi, secara tidak langsung perguruan pencak silat ini telah melakukan usaha

kecil yang besifat berkesinambungan dalam pembangunan karakter warga negara

di tengah proses pembelajaran seni bela diri pencak silat. Dimana, dalam setiap

proses pembelajaran peserta didiknya dituntut harus hadir tepat waktu, harus

berpakaian (pangsi) seragam silat yang suka dipakai latihan dengan alasan supaya

tidak strata sosial yang membedakan mereka, memiliki daya tahan tubuh yang

kuat, mematuhi dan mengikuti apa yang dikatakan pelatih, hal itu merupakan etika

latihan. Selain itu peserta didik di Paguron Putra Siliwangi Pusat Garut dituntut

untuk mempunyai rasa tanggung jawab, disiplin, dedikasi, komitmen yang sangat

tinggi terhadap perguruan pencak silat, diri sendiri, dan lingkungan

masyarakatnya. Sehingga hal ini dianggap kontribusi nyata untuk membela dan

mencintai bangsanya atau tanah airnya.

Dalam hal ini seni tradisional atau kearifan lokal dapat dijadikan sarana

yang tepat untuk pemgembangan potensi pemuda dan pembangunan karakter

warga negara. Menurut Permana (2010:1), kearifan lokal dapat diartikan:

(11)

3

Dari pendapat di atas, jelas bahwasanya kearifan lokal itu sebagai

pandangan hidup dan strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi

permasalah-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal

perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini

dikarenakan dalam kebudayaan lokal dan seni tradisional banyak nilai-nilai

kehidupan yang terkandung di dalamya, sehingga dapat terwujud manjadi

kepribadian setiap individu.

Selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ira Fatria Ulfa (2011)

menemukan bahwa:

“Melalui seni tradisional cukup memberikan dampak terhadap karakter setiap individu, karena di dalam seni pada dasarnya mampu memperhalus budi. Oleh karena itu, melalui praktek berkesenian tradisional setiap individu terarah untuk dapat memiliki rasa ketuhanan, kedisiplinan, kemandirian, saling menghargai, kepedulian, semangat kebangsaan, tanggung jawab, toleransi, kebersamaan, kerja keras, persahabatan serta

cinta budaya dan tanah air.”

Dari temuan di atas sangat jelas peranan kebudayan lokal dalam

pembentukan karakter setiap individu khususnya pemuda sangat besar

peranannya, dimana dalam hal ini perlu adanya pemberdayaan potensi pemuda

yang diarahkan pengembangan potensinya yang berbasis kearifan lokal, supaya

generasi muda bangsa kita memiliki rasa kepedulian dan kebanggaan terhadap

kebudayaan yang merupakan warisan para leluhur bangsa Indonesia. Generasi

muda sebagai tumpuan harapan bangsa tentunya memerlukan rekonstruksi pola

kepribadian untuk memiliki karakter yang baik. Sebuah nilai-nilai moral yang

merujuk pada pembinaan karakter pemuda secara khusus sebagai dasar berprilaku

sekiranya tepat untuk segera dilakukan. Sederhananya, makna pembinaan karakter

yang berbasis kearifan lokal sebagai usaha sadar manusia dan mengembangkan

sumber daya manusia berdasarkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.

Menurut Permana (2010:3), kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan

(12)

Dari pendapat di atas, pembangunan karakter wargana negara melaui

pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal dipikir perlu untuk

dilakukan secara serentak oleh semua elemen masyarakat, mengingat

permasalahan anak bangsa hari ini terutama generasi muda yang begitu komlpeks.

Sehingga peneliti menganggap penting terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh

perguruan pencak silat Putra Siliwangi dilakukan oleh berbagai elemen

masyarakat, organisasi dan intitusi pemerintah untuk suatu langkah kongkrit

pembangunan karakter warga negara yang berbasis kearifan lokal. Karena melihat

kompleksnya permasalahan bangsa terutama dalam masalah moralitas dan

karakter bangsa yang saat ini terkesan kehilangan arah.

Bertolak dari permasalahan di atas mengenai pentingnya pembangunan

karakter warga negara, peneliti berupaya mengangkat permasalahan mengenai

proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal untuk membangun

sumber sumber daya manusia yang berkakter dan berbudaya dengan judul

penelitian tentang : Membangun Karakter Warga Negara Melalui

Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagimana Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis

Kearifan Lokal ”.

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka

penulis perlu membatasi ruang lingkup kajian permasalahan dengan merumuskan

sub pokoknya ke dalam bentuk-bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal

(13)

5

2. Bagaimana nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan

padepokan Putra Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di

Kabupaten Garut?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda

yang berbasis kearifan lokal dipadepokan pencak silat Putra Siliwangi

Kabupaten Garut?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses

pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan

pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan

tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam

penelitian ini, memiliki tujuan tertentu. Sesuai dengan perumusan masalah, secara

umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan potensi pemuda

yang berbasis kearifan lokal di Kabupaten Garut. Sedangkan secara khusus tujuan

yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di

padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

2. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dikembangkan oleh padepokan Putra

Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di Kabupaten

Garut.

3. Kendala yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda

berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi

Kabupaten Garut.

4. Upaya mengatasi kendala dalam proses pemberdayaan potensi pemuda

berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi

(14)

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan

pembinaan karakter dan pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan

lokal, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi pada

jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dalam melaksanakan pembangunan

karakter warga negara melalui budaya lokal (Kearifan Lokal).

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan-masukan yang berarti dan berguna bagi pembanguanan karakter warga Negara

yang berbasis kearifan lokal, terutama:

a. Pemuda

1. Pemuda memperoleh pemahaman akan pentingnya melestarikan dan

mengembangkan seni tradisional agar bangsa Indonesia tidak

kehilangan karakter aslinya sebagai bangsa yang berbudaya dan mampu

menghargai terhadap seni tradisi leluhur.

2. Membantu pemuda untuk membangun prestasi diri dalam bidang seni

budaya.

3. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan sehingga

menjadi pemuda yang berkarakter.

b. Orang tua

1. Memberikan masukan untuk membina anak-anaknya untuk bisa untuk

membangun kepribadian yang unggul dan mengembangkan potensinya.

2. Orang tua mampu memberikan bimbingan dan membina karakter

pemuda melalui kearifan lokal yaitu antara lain dengan menanamkan

sikap disiplin, tanggung jawab, komitmen, cinta tanah air, menghargai

budaya bangsa, serta mengarahkan pemuda agar memiliki apresiasi dan

(15)

7

c. Padepokan Putra Siliwangi

1. Pihak Padepokan dapat menjadi salah satu wadah atau wahana yang

mampu bersama-sama membina pemuda melalui pengembangan

karakter yang berbasis kearifan lokal.

2. Pihak Padepokan dapat memberi bekal pengetahuan dan kesempatan

kepada generasi muda dalam mengembangkan potensi dan berkreasi

dalam bidang seni budaya guna mengembangkan dan melestarikan seni

tradisi Indonesia untuk masa sekarang dan yang akan datang.

d. Dinas Pemuda dan Olahraga

1. Memberikan masukan untuk pengembangan nilai-nilai karakter warga

Negara yang berbasis kearifan lokal.

2. Memberikan masukan terhadap pemerintah tentang cara pembinaan dan

pengembangan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal.

E.Penjelasan Istilah

Sebagai acuan untuk berfikir dalam menganalisa permasalahan yang telah

dirumuskan di atas, maka penulis menggunakan beberapa literatur, yakni berupa

buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karakter, mengenai

pengembangan pemberdayaan potensi pemuda. Berdasarkan hal-hal tersebut,

maka penulis menggunakan beberapa buku dan literatur, antara lain:

a. Pembinaan

Pembinaan menurut B. Simanjuntak (1990: 40) pada dasarnya adalah upaya

pendidikan baik formal maupun non formal dilaksanakan secara sadar, terencana,

teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membantu dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang,

utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat,

kecenderungan dan keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal

untuk selanjutnya atas perkasa sendiri, menambah, meningkatkan, dan

(16)

martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang

mandiri.

b. Karakter

Lickona dalam Megawangi (2004: 25) menjelaskan pengertian dari

karakter yaitu:

“Character is a broad term that encompasses the cognitive, affective, and behavioral components of morality. Thus, knowledge, skills, and behaviors reflective of positive social development and ethical decision-making are some of the components of character education.

Jadi, karakter itu mencakup komponen-komponen moral dalam kaitannya

pemenuhan aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Karakter diartikan

sebagai watak, sifat-sifat kejiwaan, akhak atau budi pekerti yang membedakan

seseorang daripada yang lain.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:3) yang menegaskan bahwa:

“Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak.”

Dari pernyataan diatas bahwasaannya karakter ini adalah suatu nilai – nilai

halus yang mana itu sesuai dengan setiap nurani manusia dimana karakter ini

menggambarkan setiap karakter individu manusia dalam berpikir, bercara

pandang, bertutur kata dan bertindak.

c. Pemuda

Dalam UU No 40 tahun 2009 tentang Pemuda dan Olah raga Pasal 1.

Pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki priode penting

pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga

(17)

9

d. Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan

setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau

kecerdasan setempat (local genius). Kearifan lokal adalah sikap pandangan dan

kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan

jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh

di dalam wilayah dimana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal

adalah jawaban kreatif terhadap stuasi geografis-politis, historis, dan situasional

yang bersifat lokal. (Permana, 2010:1)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar menurut Winarno Surakhmad dalam Arikunto (2006: 76)

adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti.

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Pembinaan organisasi kepemudaan salama ini telah menunjukan

meningkatnya kualitas generasi, yaitu dengan berkembangnya suasana

politis serta semangat yang sehat dan tumbuhnya sikap tanggap terhadap

tantangan pembangunan masa depan (Kurnadi, 1991: 39).

2. “Character cannot develop in easy and quite. Only through experience of

trial suffering can the soul be stangethened, vision cleared, ambition

inspired and succes achieves. Maksudnya yaitu karakter tidak bisa

dikembangkan dengan sangat mudah, hanya dengan pengalaman dari

percobaan yang mana bias menguatkan jiwa, penjelsan visi, inspirasi

ambisi dan peraihan sukses (Helen Keller dalam Elmubarok, 2008: 125).

3. Lembaga pendidikan Formal maupun non formal mempunyai peran yang

amat penting dalam pendidikan karakter pemuda, terutama sikap pemuda

tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah (William Bennet dalam

(18)

4. Manusia ditakdirkan memiliki karakter, kecerdasaan, bakat dan minat

yang berbeda-beda. Bahkan sesuai dengan perkembangan peradaban

manusia, kondisi kejiwaan manusia juga terus berkembang, dimana

perkembangan itu berkorelasi dengan tantangan kehidupan sosial

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah metode studi

kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong

(1989:3) „mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang dapat diamati‟. Menurut Vredenbergt (1984: 38):

studi kasus (case study) adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif.”

Adapun alasan dipilihnya pendekatan kualitatif dan metode studi kasus,

karena peneliti akan meneliti proses pengembangan dan perberdayaan potensi

pemuda yang berbasis kearifan lokal, guna membangun karakter warga negara

yang baik. Sehingga peneliti diharapkan bisa memperoleh gambaran dari

permasalahan yang terjadi secara mendalam.

Penelitian kualitatif dengan metode kasus dianggap tepat untuk kajian

penelitian ini karena yang menjadi fokus penelitian adalah kasus yang terjadi di

masyarakat yaitu mengenai Membangun Karakter Warga Negara Melalui

Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal. Melalui pendekatan

kualitatif dengan metode studi kasus ini akan lebih luas dan mendalam

mengungkap Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal di

Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut, dalam

Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda

(20)

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key

instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengan

dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan demikian

dalam penelitian tentang pembinaan karakter ini, peneliti mengadakan observasi,

wawancara mendalam disertai sejumlah hasil catatan lapangan, dengan asumsi

bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami

perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden.

Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan

pengalamannya di lapangan.

Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, proses pengumpulan data

dalam penelitian studi kasus ini menggunakan beberapa teknik penelitian, yaitu

wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan (field notes) dan studi

literatur.

1. Wawancara

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan

yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri

pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau pada pengetahuan diri atau

keyakinan pribadi. Esterberg dalam Sugiyono (2009: 72) mendefinisikan

interview sebagai berikut:

a meeting of two persons to exchange information and idea trough question and response, resulting in communication and joint contruction of meaning abuot particular topic. Wawancara adalah merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.”

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan

dialog, tanya jawab antara peneliti da responden secara sungguh-sungguh.

Sebagaimana dikemukakan Nasution (2003: 72) “wawancara ialah tanya jawab

(21)

56

interviewer, sedangkan orang yang diwawancara disebut interviewee”. Pada

dasarnya wawancara dalam penelitan merupakan suatu kegiatan untuk

memperoleh informasi langsung dari responden, dalam hal ini yang menjadi

responden dengan mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menjaring

informasi berkenaan dengan pandangan peserta didik, guru (pelatih silat), etua

padepokan, pengurus dan masyarakat terkait dengan pembinaan karakter dalam

proses latihan pencak silat di Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut Dengan

demikian, melalui wawancara peneliti ingin memperoleh berbagai informasi

penting mengenai hal yang menjadi fokus penelitian, dengan cara melakukan

tanya jawab dengan beberapa pihak yang mampu memberikan informasi untuk

mendukung hasil penelitian ini. Dalam penelitian tentang pembangunan karakter

melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal ini, wawancara

dilakukan kepada: 1) Pendiri dan pengurus anggota padepokan pencak silat Putra

Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 2) Tokoh pemuda dan

organisasi kepemudaan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garutan. 3)

Tokoh masyarakat di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 4) Aparat

pemerintahan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 5) Dinas Budaya

dan Pariwisata Kabupaten.

2. Observasi

Observasi dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan.

Alat ini digunakan untuk mengamati : dengan melihat, mendengarkan, merasakan,

mencium, mengikuti segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam

segala sesuatunya tentang orang atau kondisi atau fenomena tertentu. Menurut

Nasution dalam Sugiyono (2009: 64), observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Teknik penelitian ini digunakan untuk mendukung peneliti dalam

(22)

pembangunan karakter melalui seni pemberdayaan potensi pemuda berbasis

kearifan lokal. Nasution (2003: 122) mengungkapkan bahwa dengan berobservasi

dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar

diperoleh dengan metode lain.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan mengunjungi sebuah

padepokan pencak silat putra siliwangi pusat Garut yang khusus memberikan

pendidikan seni pertunjukan, diantaranya latihan seni beladiri pencak silat,

sehingga penulis dapat melihat gambaran langsung mengenai pembinaan karakter

melalui seni tradisional (kearifan lokal) di padepokan pencak silat tersebut. Dalam

hal ini, observasi dilakukan untuk mengamati pola pembinaan yang dilakukan di

Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Garut dalam membina karakter

pemuda melalui seni tradisional (kearifan lokal). Peneliti akan mengamati

berbagai aktivitas pada siswa program keahlian seni karawitan di tempat tersebut,

diantaranya kegiatan-kegiatan siswa dalam kesenian tradisional, pendekatan yang

digunakan guru, serta aktivitas lain yang memungkinkan dapat diamati oleh

peneliti berkenaan dengan pembinaan karakter melalui seni tradisional.

Dengan demikian, melalui observasi peneliti dapat memiliki kesempatan

untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data

yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada

konteks data dalam keseluruhan situasi.

3. Studi dokumentasi

Dokumen merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis),

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk

gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni. yang dapat berupa gambar, patung, film dan

lain-lain. Menurut Sugiyono (2009: 82), studi dokumentasi merupakan pelengkap

dari penggunaan metode dokumentasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

(23)

58

of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to

any first personnarrative produced by an individual which describes his or her

own actions, experience and believe’. Studi dokumentasi menurut Nasution

(2003: 85) ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.

Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau

dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di

sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Sebagaimana

dikemukakan Bogdan dalam Sugiyono (2009: 83) „publish autobigraphies provide a radiley available source of data for the dicerning qualitative research’.

Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau

karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Sebagaimana dikemukakan Bogdan

dalam Sugiyono (2009: 83) „photographs provide strikingly descriptive data, are

often used to understand the subjective and is productare frequeltly analized

inductive’. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki

kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan

keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga

autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.

4. Studi literatur

Teknik ini dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang

relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan

pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca,

mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pembinaan

karakter. Di samping itu, Faisal (1992: 30) mengemukakan bahwa hasil studi

literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci

masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang

(24)

C. Catatan Lapangan (Field Notes)

Setelah melakukan pra penelitian di Kabupaten Garut mengenai

kebudayaan lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya

perguruan pencak silat Putra Siliwangi Pusat Garut yang mana menjadi fokus

objek peserta didiknya itu generasi muda yang bertempat tinggal di pelosok

daerah, sehingga banyak peserta didik dari kalangan bawah yang tidak

mengenyam pendidikan yang tinggi, tetapi padepokan Putra Siliwangi melihat

banyak potensi yang terpendam dan masih bisa dikembangkan. Sehingga

hasilnya, ada beberapa atlet tingkat nasional yang dididik oleh padepokan Putra

Siliwangi tetapi berlatar belakang ekonomi dan pendidikan dari kalangan bawah,

dan hal ini menjadi kebanggaan orang tua peserta didik. Sehingga muncul

kebanggaan tersendiri dari setiap peserta didik di Padepokan Putra Siliwangi

Pusat Garut karena bisa meraih prestasi dalam seni budaya yang telah diwariskan

oleh para leluhurnya dan bisa mengharumkan nama baik daerahnya, sehingga dari

sana mucul rasa bangga dan memiliki terhadap budaya lokal.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di wilayah Kabupaten Garut

tepatnya di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong

Kidul Kabupaten Garut. Alasan pemilihan tempat ini, karena peneliti menemukan

suatu kondisi yang unik dan di tempat lain tidak ada yaitu adanya pembinaan dan

pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal. Dimana kegiatan tersebut

dilakukan sebagai wujud dari pembangunan karakter warga negara. Dari dulu

sampai sekarang ini selalu dilaksanakan oleh Padepokan Pencak Silat Putra

Siliwangi.

2. Subyek Penelitian

Hal ini dilakukan supaya ada perbandingan antara pernyataan yang satu

dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari

informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data. Adapun yang menjadi

(25)

60

berikut:

1. Pendiri dan pengurus anggota padepokan pencak silat Putra Siliwangi di

Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut sebanyak 2 orang.

2. Tokoh pemuda dan organisasi kepemudaan di Kecamatan Tarogong Kidul

Kabupaten Garutan sebanyak 3 orang.

3. Tokoh masyarakat di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut sebanyak

3 orang.

4. Aparat pemerintahan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut

sebanyak 2 orang

5. Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Garut 2 orang.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian tentang pembinaan dan pemberdayaan potensi pemuda berbasis

kearifan lokal ini dimulai sejak awal sampai akhir dilakukan secara sirkuler

dengan peneliti sebagai instrumen penelitian. Menurut Nasution (2003: 33),

tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif tidak memiliki batas-batas yang

tegas sebab fokus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat emergent.

Namun demikian, menurut Nasution (2003: 33) tahap-tahap penelitian dapat

dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap

member check.

1. Tahap Persiapan

Melalui tahapan ini, peneliti melakukan studi dokumentasi dan studi hasil

penelitian terdahulu untuk memperkaya wawasan dan mempertajam masalah

penelitian. Langkah seianjutnya adalah melakukan studi lapangan sebagai studi

pendahuluan, melakukan pendekatan awal dengan responden, melakukan

observasi untuk mengumpulkan informasi awal yang sesuai dengan masalah

(26)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini memusatkan untuk mempelajari dimensi-dimensi penting dari

masalah penelitian, semua teknik penelitian seperti yang telah ditetapkan akan

digunakan untuk mengamati semua data sehingga terjaring informasi yang lebih

mendalam.

3. Pengamatan Terus Menerus

Tahapan ini dilaksanakan agar tingkat validitas data yang diperoleh

mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara

terus-menerus terhadap subjek penelitian untuk memperoleh gambaran nyata tentang

pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan

lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul

Kabupaten Garut.

4. Tahap Member Check

Transkripsi dan tafsiran data hasil penelitian yang telah disusun oleh

peneliti kemudian diperlihatkan kembali kepada para responden untuk

mendapatkan konfirmasi bahwa transkripsi itu sesuai dengan pandangan mereka.

Responden melakukan koreksi, mengubah atau bahkan menambahkan informasi.

Proses member check tersebut dapat menghindari salah tafsir terhadap

jawaban responden sewaktu diwawancara, menghindari salah tafsir terhadap

perilaku responden sewaktu diobservasi, dan dapat mengkonfirmasi perspektif

emik responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

F. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam

penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh

peneliti. Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses

menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang

(27)

62

dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, observasi, catatan

lapangan, studi dokumentasi serta studi literatur untuk selanjutnya dideskripsikan

dalam bentuk laporan.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 1994: 248) mengatakan

bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan selama proses

penelitian dan di akhir penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Nasution

(1996:129) bahwa dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak

awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk

tulisan dan dianalisis.

Oleh karena itu, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan

menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Yaitu proses analisis data yang dilaksanakan untuk mencarikan,

menggolongkan, dan mengarahkan hasil-hasil penelitian dengan mengarahkan

hasil-hasil penelitian dengan difokuskan pada hal-hal yang dianggap penting. Data

yang akan direduksi dalam penelitian ini adalah mengenai pembinaan karakter

siswa melalui seni tradisional untuk dapat mengkaji penelitian secara detail.

Merangkum dan menseleksi data didasarkan pada fokus kategori atau

pokok permasalahan tertentu yang telah ditetapkan dan dirumuskan sebelumnya.

Kegiatan ini sekaligus juga mencakup proses penyusunan data kedalam berbagai

fokus, kategori atau pokok permasalahan yang sesuai. Pada akhir tahap ini semua

(28)

2. Display data

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah lagi dengan

menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks-matriks, tabel, peta konsep dan

berbagai bentuk representasi visual lainnnya yang sesuai dengan keadaan data.

Display data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan

gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data disusun secara

menyeluruh. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci dan

menyeluruh akan lebih memudahkan dalam memahami gambaran aspek. Data

yang disajikan dalam penelitian ini berupa gambaran subjek yang diteliti

mengenai pembangunan karakter melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis

kearifan lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut.

3. Kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang

dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting.

Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan sisngkat dan mudah dipahami

dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Kesimpulan dan verifikasi dalam

penelitian ini yakni mendapatkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan

dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami sehingga dapat

menyimpulkan bagaimana gambaran pembangunan karakter melalui

pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di Padepokan pencak silat

Putra Siliwangi pusat Kabupaten Garut.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan

pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk

unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan

dengan fokus masalah penelitian, selanjutnya data dianalisa dan diperiksa

keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana yang diuraikan oleh

Moleong (2000: 192-195), yaitu:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk

(29)

64

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan,

dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus

penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis

dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan

penelitian yang dilakukan dapat memperoleh data data yang memenuhi

keabsahan suatu penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

G. Validitas Data

Untuk mempermudah data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh

melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang

tepat. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan

atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu

sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh

data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan

meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi

yang wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber

data.

b. Pengamatan Terus-menerus

Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi,

peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek

penelitian untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan

pemberdayaan pemuda di Padepokan Putra Siliwangi.

c. Triangulasi Data

Tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi

dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan

(30)

d. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran

data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman

wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil

dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi,

sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan

yang tinggi.

e. Mengadakan Member Check

Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peneliti peroleh

yang digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Oleh sebab itu dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan cara member check kepada subjek

penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti

yakni tentang membangun karakter warga negara melalui pemberdayaan

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

Secara umum, pembangunan karakter warga Negara melalui

pemberdayaaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal yang di lakukan oleh

Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Garut mengacu pada nilai-nilai lisan

sunda yang berdasar pada “ tetekon” ( Budaya warisan leluhur).

2. Kesimpulan Khusus

Setelah melakukan penelitian dan analisis, maka dalam tahapan ini peneliti

akan memaparkan beberapa kesimpulan khusus yang di dasarkan kepada rumusan

masalah yang ditentukan. Kesimpulan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Proses pemberdayaaan potensi pemuda di Padepokan Putra Siliwangi

diarahkan pada metode danstrategi berbasis kearifan lokal yang bersumber

pada nilai-nilai tradisi lisan sunda “ tetekon” (Budaya warisan leluhur).

2. Pengembangan nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal dilaksanakan

melalui tahap-tahap pengembangan karakter di antaranya tahap pengetahuan,

tahap pemahaman, tahap pemaknaan, tahap penerapan hingga pada tahap

pembiasaan. Karakter yang ditunjukkan pun dikolaborasikan dengan nilai-nilai

tetekon Sunda yang disesuaikan dengan harapan pembentukan karakter peserta.

3. Terdapat dua kendala yang dihadapi oleh Padepokan Putra Siliwangi yaitu:1)

faktor internal dan 2) faktor eksternal. Faktor internal meliputi ketidakseriusan

peserta dalam latihan, kesulitan dalam perekrutan pemuda, kurangnya

dukungan pemahaman pemuda tentang warisan budaya Sunda. Kemudian

faktor eksternalnya meliputi kurangnya fasilitas pendukung untuk latihan,

kurangnya kepedulian sosial baik dari keluarga, masyarakat dan pemerintah,

dan kurangnya promosi karena keterbatasan sarana dan prasarana.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh

padepokan putra siliwangi yaitu: 1) faktor internal meliputi pemberian variasi

(32)

kewirausahaan, dan melatih pemuda supaya lebih mahir dalam

mengembangkan seni tradisional, dan 2) faktor eksternal dilakukan melalui

pengadaan sarana dan prasarana yang memadai.

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan

mempertimbangkan hasil temuan maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan

rekomendasi atau saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Padepokan

a. Padepokan sebaiknya dalam metode pembelajaran pencak silat terlebih

variatif dan menonjolkan sifat-sifat kearifan lokal secara khusus serta

mendalami metode pengembangan karakter secara kontekstual seperti

diadakan outbond, games kreatif dan sebagainya.

b. Padepokan hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana untuk peserta

agar dapat mengoptimalkan proses pemberdayaan pemuda.

2. Bagi Masyarakat (Pemuda) :

a. Masyarakat khususnya pemuda sebaiknya terjun langsung dalam

pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, misalnya dengan mengikuti sanggar,

binaan desa, pos kearifan lokal dan sebagainya.

b. Masyarakat khususnya keluarga mendukung proses pengembangan

karakter anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mengajarkan

nilai-nilai karakter dan kearifan lokal secara aplikatif.

3. Bagi Lembaga Jurusan :

a. Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk

dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan.

b. Memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk

(33)

126

4. Bagi Pemerintah :

a. Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan kebudayaan lebih

mengoptimalkan pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada

lembaga-lembaga pemberdayaan seperti padepokan pencak silat.

b. Membuat regulasi kebijakan dalam pembuatan peraturan daerah mengenai

pentingnya memasukan nilai-nilai kearifan lokal (pencak silat) pada

kegiatan ekstrakurikuler dipersekolahan.

5. Bagi Peneliti Lain :

a. Sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai pembinaan

karakter khususnya penerapan nilai-nilai kearifan lokal secara menonjol

melalui pencak silat karena pencak silat merupakan salah satu unsur

kebudayaan yang berkonstribusi terhadap pembentukan karakter

khususnya dalam menanamkan karakter religius, disiplin, mandiri,

tanggung jawab dan peduli sosial.

b. Sebaiknya peneliti menggunakan penelitian research and development

dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk

mendeskripsikan pengembangan inovasi model pembelajaran melalui

pencak silat dan mengetahui pengaruh kegiatan pencak silat terhadap

(34)

Alquran (QS.Al-Anbiya, 21:59-60, QS.18: 13-14, QS. Al-Kahfi,18 : 60.).

Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuriulum. (2010).Bahan Penelitian

Penguatatan Metodelogi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya

Untuk Membentuk Daya Saingdan Karakter Bangsa (Pengembangan

Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Bestari, Prayoga (Eds). 2011. Aktualisasi Nilai-Nilai

Pancasila dalam Membangun Karakter Warga Negara. Bandung: Widia

Askara Press.

Darmawan, Cecep.2010. Kebijakan Pendidikan: Catatan Kritis Sebuah Bunga

Rampai. Bandung: Pustaka Aulia Pres.

Djahiri, Ahmad Kosasih . (1985). Strategi Pengajaran Afektif, Nilai Moral VCT

dan Games dalam VCT. Bandung: Lab. PMPKN IKIP Bandung.

Elmubarok, Z. 2007. Membumikan Pendidikan Nilai ( mengumpulkan yang

terserak menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai).

Bandung: Alfabeta.

Faisal, S. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi).

Jakarta: Rajawali Pers.

Fedyani Saifudin Achmad dan Karim Mulyawan. 2008. Refleksi Karakter Bangsa.

Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bangsa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Kartasasmita, Ginanjar. Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan, Jakarta: CIDES, 1995

Kasmahidayat dan Sumiyati. 2008. Ibing Pencak Silat Sebagai Materi

(35)

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter

Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas.

Khan, Yahya. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta:

Public Publishing.

Koesoema A, Doni (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

Kurnadi, Edi. 1991. Peranan Pemuda dalam Pembangunan Politik di Indonesia.

Bandung: Angkasa.

Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New

York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Marwadi dan Hidayati, Nur. 2002. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu

Budaya Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun

Karakter Anak). Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energi.

Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, J, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Musfiroh. (2008). Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter

dalam Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter

Bangsa Tahun 2010-2025.

Permana, Cecep Eka. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduya dalam

Mengatasi Bencana.Jakarta: Wedatama Widia Sastra..

Purwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ronnie, Dani. (2006). The Power of Emotional & Adversity Quetient for

(36)

Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Saptomo, Ade. 2010. Hukum dan Kearifan Lokal. Jakarta. PT. Gramedia Widia

Sarana Indonesia.

Simantujak, B dan Pasaribu. (1990). Membina dan mengembangkan generasi

muda. Bandung: Tarsito

Soedarsonao, HS. (2002). Character Building (Membentuk Watak) Mengubah

Pemikiran, Sikap, dan Perilaku untuk Membentuk Pribadi Efektif guna

Mencapai Sukses Sejati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Somantri, Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Srijanti, Purwanto.S.K, Artiningrum Prini. 2007. Etika Membangun sikap

Profesionalisme Sarjana. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta:

Bandung.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sumahamijaya, Suparman. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri Dan

Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa.

Suprapti, W., Sri Ratna. 2001. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri.

Desertasi

Sapriya (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan

Kewarganegaraan Dalam Pembagunan Karakter Bangsa. Disertasi.

Program Studi Pasca Sarjana UPI . Bandung: tidak diterbitkan.

Skripsi

Ulfa, Ira Fatria. 2012. Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional. Skripsi

(37)

Sumber dari internet

Cherly E. Czuba. (http://www.joe.org/joe/ 1999 october/ pemberdayaan. comm1.

Html.

Elly Burhainy Faizal, (SP Daily). 31 Oktober 2003. [Online] Tersedia dalam :

http://www. papuaindependent.com Elly Burhainy Faizal, (SP Daily) 31 Oktober

2003.301011

Iun, 4 September 2003. “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”. [Online]

Tersedia dalam :

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm. 301011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Pencak_Silat_Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Hendaknya dalam mengambil keputusan dengan menggunakan metode PROMETHEE dan Goal Programming , peran pihak pengambil keputusan terletak pada pemberian bobot

Pertama adalah menunjukkan bahwa kinerja detektor yang diturunkan secara analitis pada Persamaan (34) dan dengan simulasi Monte Carlo (MC), akan menghasilkan kinerja

Data primer adalah data yang diperoleh dari survey langsung di lokasi ( Ruas Jalan Perintis Kemerdekaan), Data- data primer tersebut berupa data geometrik

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui profil mahasiswa Kalimantan Barat di Yogyakarta pengguna layanan jasa tiket pesawat Batavia Air pada PT Mitra Persada

Berdasarkan hasil penelitian di atas, sudah selayaknya seorang guru menggunakan strategi quantum learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan

TUGASAN: Merujuk kepada Falsafah Pendidikan Kebangsaan (FPK), Huraikan bagaimanakah falsafah pendidikan barat dan falsafah pendidikan Islam memberikan pengaruh yang

Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan menentukan diagonal

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan menggunakan rancangan the one shot-case study yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan Pendekatan