PENERAPAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
SELF-CONCEPT SISWA MTsN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Fauzi Yuberta
1102651
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
PENERAPAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
SELF-CONCEPT SISWA MTsN
Oleh
Fauzi Yuberta, S.Pd SPs UPI Bandung, 2011
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika
© Fauzi Yuberta, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN STRATEGI EVERY ONE IS A TEACHER HERE DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN
SELF-CONCEPT SISWA MTsN
Oleh: Fauzi Yuberta
1102651
Disetujui dan Disahkan oleh:
Pembimbing I,
H. Bana G. Kartasasmita, Ph.D.
Pembimbing II,
Dr. Dadan Dasari, M.Si.
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika S.Ps. UPI
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan Strategi
Every One Is A Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Concept
Siswa MTsN” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan
ABSTRAK
Fauzi Yuberta (2013). Penerapan strategi Every One Is A Teacher Here dengan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self Concept Siswa MTsN
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
PERNYATAAN ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Variabel Penelitian ... 8
F. Defenisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 10
B. Self concept Siswa ... 13
C. Strategi Every One Is A Teacher Here ... 18
D. Pendekatan Problem Posing ... 20
E. Pembelajaran Matematika menggunakan Strategi Every One Is A Teacher Here dengan Pendekatan Problem Posing ... 23
F. Teori Belajar yang Relevan ... 23
G. Penelitian yang Relevan ... 25
H. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Instrumen Penelitian... 29
1. Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 29
2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 30
a. Validitas Soal ... 32
b. Reliabilitas Soal ... 34
c. Daya Beda ... 35
d. Tingkat Kesukaran ... 36
3. Skala Konsep Diri (Self concept) siswa ... 38
4. Lembar Observasi ... 38
D. Teknik Analisis Data ... 39
E. Prosedur Penelitian... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 48
2. Self concept Matematis ... 57
3. Lembar Observasi ... 59
B. Pembahasan ... 65
1. Model Pembealajaran ... 65
2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 67
3. Self concept Matematis ... 70
4. Keterbatasan ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Persentase Ketuntasan Nilai UH Semester 2 Mata Pelajaran
Matematika Kelas VIII MTsN 1 Bukittingi Tahun Pelajaran
2012/2013 ... 6
3.1 Keterkaitan Antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Kontrol Kemampuan Pemecahan Masalah Mataematis ... 29
3.2 Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 30
3.3 Indikator kemampuan Pemecahan Masalah matematis ... 30
3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 31
3.5 Hasil Penimbangan Perbandingan Validitas Isi dan Muka ... 33
3.6 Validitas Butir Soal ... 34
3.7 Kriteria Reliabelitas Tes ... 34
3.8 Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 35
3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 35
3.10 Daya Pembeda Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 36
3.11 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 37
3.12 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 37
3.13 Kriteria N-Gain ... 40
4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 48
4.2 Hasil Pengujian Normalitas Skor Pretest dan Postets Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 49
4.3 Hasil Pengujian Homogenitas Varians Skor Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 50
4.4 Hasil Pengujian Perbedaan Rataan Skor Pretest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 51
4.5 Hasil Pengujian Perbedaan Rataan Skor Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 51
4.6 Rataan dan Klasifikasi N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis ... 52
4.7 Hasil Pengujian Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53
4.8 Hasil Pengujian Homogenitas Varians Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 53
4.9 Hasil Pengujian Perbedaan Rataan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 54
4.10 Hasil Pengujian Anova N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut Pendekatan Pembelajaran dan Kategori Siswa .. 56
4.11 Hasil Pengujian Ratan Skor N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Berdasarkan Kategori KAM ... 56
4.12 Deskripsi Skor Postest Skala Self Concept Matematis ... 57
4.13 Hasil Pengujian Normalitas Skor Postes Self Concept Matematis ... 58
4.14 Hasil Pengujian Perbedaan Rataan Skor Postest Self Concept Matematis ... 59
4.15 Hasil Penilaian Observer terhadap Aktivitas Guru ... 59
4.16 Hasil Penilaian Observer terhadap Aktivitas Siswa ... 62
4.17 Rangkuman Pengujian Hipotesis pada Taraf Signifikansi 5% ... 64
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Diagram Alur Respon Pengajuan Masalah Siswa terhadap Situasi ... 22
4.1 Diagram Keterlaksanaan Aktivitas Guru dalam Pembelajaran ... 60
4.2 Diagram Keterlaksanaan Aktivitas Guru Dilihat dari Masing-masing
Aktivitas ... 61
4.3 Diagram Keterlaksanaan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran ... 63
4.4 Diagram Keterlaksanaan Aktivitas siswa Dilihat dari Masing-masing
Aktivitas ... 63
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Silabus Bahan Ajar ... 79
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81
A.3 Lembar Aktivitas Siswa ... 96
A.4 Kisi-kisi dan Soal Tes untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 108
A.5 Kisi-kisi dan Skala Self Concept Matematis ... 111
A.6 Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa ... 114
A.7 Lembar Observasi terhadap Aktivitas Guru ... 116
LAMPIRAN B. ANALISIS HASIL UJI COBA B.1 Soal Tes Uji Coba untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 118
B.2 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 120
B.3 Validitas dan Reliabilitas Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 122
B.4 Perhitungan Daya Beda dan Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 126
B.5 Angket Uji Coba Skala Self Concept Matematis ... 129
LAMPIRAN C. ANALISIS DATA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS HASIL PENELITIAN C.1 Data Skorer 1 dan Skorer 2, Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 132
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
C.3 Data Pretest, Postest dan N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas Eksperimen... 137
C.4 Data Pretest, Postest dan N-gain Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis Siswa Kelas Kontrol ... 138
C.5 Penolahan Data dan Uji Statistik Pretest, Postest dan N-gain
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 139
LAMPIRAN D. ANALISIS DATA SELF CONCEPT MATEMATIS
HASIL PENELITIAN
D.1 Data Postest Skala Self Concept Siswa Kelas Eksperimen dan
Kontrol ... 148
D.2 Transformasi Skala Self Concept Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kontrol ... 151
D.3 Pengolahan Data dan Uji Statistik Postest Skala Self Concept
Siswa ... 155
LAMPIRAN E. DATA-DATA PENUNJANG PENELITIAN
E.1 Dokumentasi Aktivitas Siswa ... 157
E.2 Surat Keterangan Pembimbing ... 160
E.3 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kota Bukittingi ... 161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hayat.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan merupakan suatu
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik, mental
maupun spritual. Majunya suatu negara dapat dilihat dari tingkat ilmu
pengetahuan yang dimiliki oleh warga negara tersebut. Salah satu ilmu
pengetahuan yang erat kaitannya dengan kemajuan bangsa dan peningkatan
sumber daya manusia adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
memegang peranan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yaitu sebagai alat bantu, pembentuk pola pikir, dan pembentuk
sikap. Matematika juga membangun karakter manusia, menciptakan manusia
yang bisa berpikir logis, praktis, cermat, taat asas, dan mampu memutuskan
masalah dengan cepat dan tepat. Mengingat pentingnya matematika dalam
kehidupan, maka perlu adanya usaha dalam peningkatan kualitas pendidikan
matematika pada setiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Untuk itu
perlu dibuat pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan yang akan bermuara pada peningkatan
kualitas belajar peserta didik.
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) telah
menetapkan lima kemampuan pembelajaran matematika: 1) komunikasi
matematika (mathematical communication); 2) bernalar matematika
(mathematical reasoning); 3) memecahkan masalah matematika
(mathematical problem solving); 4) koneksi matematika (mathematical
connection); dan 5) Pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive
attitudes toward mathematics). Kemampuan pemecahan masalah matematis
2
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai
hafalan, namun lebih kepada kemampuan siswa untuk dapat mengerti akan
konsep materi pelajaran tersebut.
Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan hal penting
yang harus dimiliki oleh siswa. Seorang guru harus dapat menumbuhkan dan
membangun kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa. Hal
ini karena setiap harinya, disadari atau tidak siswa akan dihadapkan kepada
suatu permasalahan dalam kehidupan. Hal ini sependapat dengan Zulkarnain
(2009) yang mengungkapkan bahwa pemecahan masalah bukan sekedar
keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika, tetapi juga
merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah
keseharian siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan, sehingga dapat
membantu dalam hidupnya. Pentingnya matematika dalam mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah adalah karena matematika merupakan
pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artificial, abstrak dan
menghendaki pembuktian menggunakan kemampuan-kemampuan dasar
dalam memecahkan masalah, seperti berfikir logis.
Namun dalam pelaksanaannya, guru kesulitan dalam meningkatkan
kemampuan pemecahan matematis siswa. Seperti yang diutarakan oleh
Suherman, dkk (2003) bahwa guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan
bagaimana cara menyelesaikan dengan baik, di lain pihak siswa menghadapi
kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Secara
tidak langsung, siswa lebih diarahkan untuk menghafal konsep ataupun
materi yang telah diajarkan. Hal ini akan berdampak kurangnya kemampuan
siswa dalam mengembangkan konsep dan mengaitkannya dengan
permasalahan lain yang berhubungan dengan konsep tersebut. Untuk itu,
perlu dirancang pembelajaran yang mampu merangsang kemampuan
pemecahan masalah siswa, sehingga siswa tidak hanya mampu
menghafalkannya, tetapi juga mampu untuk mengembangkan konsep tersebut
dengan melihat keterhubungan satu sama lain. Hal ini tentu juga akan
3
Grouws (2000) mengungkapkan bahwa prestasi belajar matematika
dapat ditingkatkan melalui proses pemecahan masalah dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan apa yang
mereka telah pelajari, salah satunya melalui diskusi kelompok dikelas.
Interaksi yang terjadi dalam kelompok secara psikologis akan memberikan
kontribusi bagi siswa dalam memahami matematika dengan baik. Leonard
dan Supardi (2010) menyatakan hasil belajar matematika siswa dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya sikap siswa pada matematika, konsep diri
(self-concept) dan kecemasan siswa dalam belajar matematika. Interaksi yang
berlangsung selama pembelajaran di kelas akan meningkatkan kepercayaan
diri siswa, terutama self-concept siswa dalam usaha memecahkan
permasalahan yang diberikan.
Rahman (2010) mengatakan bahwa self-concept adalah suatu
kumpulan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Interaksi ini penting untuk mengkontruksi
pengetahuan matematis, mengembangkan kompetensi pemecahan masalah,
mendorong percaya diri dan memperoleh keterampilan sosial. Self-concept
merupakan faktor penting dalam penyesuaian diri dan pengembangan
kompetensi yang dimiliki seseorang melaui interaksi tersebut. Menurut
Leonard dan Supardi (2010) self-concept bukan merupakan faktor yang
dibawa sejak lahir melainkan faktor yang dijiwai dan terbentuk melalui
pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Tanggapan yang
diberikan oleh orang lain dapat menjadi gambaran bagi seseorang dalam
menilai dirinya sendiri. Jadi self-concept akan positif ataupun negatif
tergantung kepada lingkungan sekitar yang mempengaruhinya.
Self-concept dapat muncul dalam bentuk tingkah laku yang
menggambarkan bagaimana perasaan individu tentang dirinya. Seseorang
menilai dirinya tidak hanya dari hasil interaksi dengan lingkungannya, tetapi
juga dihubungkan dengan kemampuan akademiknya. Seseorang yang
mengerjakan tugas sekolah dengan baik maka dia akan merasakan kepuasan
4
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
Menurut Saputra (2012), keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti
proses pelajaran di sekolah secara umum dapat diukur dari berhasil atau
tidaknya seorang siswa mencapai tujuan pembelajarannya. Hasil yang
diperoleh siswa merupakan proses dari pengalaman selama pembelajaran.
Dari pengalaman belajar inilah akan menghasilkan perubahan self-concept
siswa berupa perubahan tingkah laku, tingkat pengetahuan atau pemahaman
terhadap keterampilannya.
Kurangnya rasa kepercayaan diri siswa terhadap pengetahuan dan
kemampuan yang mereka miliki dan kurangnya rasa ingin tahu siswa menjadi
permasalahan selama pembelajaran. Hal ini terlihat kurangnya interaksi
dalam proses pembelajaran baik itu antara siswa dengan siswa maupun siswa
dengan guru. Selain itu, siswa kurang berpartisipasi aktif, karena mereka
hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa terlibat secara langsung
dalam proses pembelajaran.
Salah satu penyelesaian dari permasalahan ini adalah dengan memilih
dan menggunakan strategi, pendekatan, metode, dan teknik yang melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Seperti
dikatakan Wahyudin (2008), salah satu aspek penting dari perencanaan
bertumpu pada kemampuan guru untuk mengantisipasi kebutuhan dalam
proses pembelajaran dan materi-materi atau model-model yang dapat
membantu para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu
diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan
motivasi belajar, sehingga pada akhirnya akan berdampak positif pada
prestasi belajar siswa dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi
Every One Is A Teacher Here (ETH) yang dikombinasikan dengan
pendekatan Problem Posing. Dengan menggunakan strategi ini, diharapkan
nantinya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis akan
meningkat dan siswa memiliki kepercayaan diri dalam membangun
5
Problem posing merupakan strategi yang meminta siswa untuk
mengajukan masalah berdasarkan pernyataan atau keterangan yang tersedia.
Siswa mengembangkan pernyataan atau keterangan tadi kedalam bentuk
pernyataan lain dengan melihat keterhubungannya dengan keterangan
sebelumnya. Dengan demikian, siswa akan mampu mengembangkan
kemampuannya dalam memecahkan masalah melalui analisis terhadap
keterangan yang diberikan. Proses pembelajaran selanjutnya menggunakan
strategi ETH. Siswa akan mendiskusikan hasil kerja yang telah dibuat
sebelumnya (problem posing) dalam kelompok ataupun di depan kelas. Salah
seorang siswa menyampaikan hasil kerjanya yang kemudian ditanggapi oleh
rekannya yang lain. Melalui proses pembelajaran ini, siswa akan dilibatkan
secara aktif dan diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya.
Interaksi yang terjadi di kelas diharapkan akan meningkatkan self-concept
siswa terhadap matematika.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2009) menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran problem posing lebih baik diterapkan pada sekolah
berkualifikasi sedang, karena pada umumnya siswa yang berada pada
kualifikasi sedang lebih mudah menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang
baru. Jika dilihat dari perkembangan mental, siswa SMP/MTs sudah mulai
mampu untuk diajak berfikir ke tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan
perkembangan kognitif siswa SMP/MTs yang mulai menginjak tahap berfikir
formal, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada siswa SMP/MTs.
Pembelajaran ini diterapkan di salah satu MTsN yang terdapat di kota
Bukittinggi, dengan pertimbangan bahwa penelitian di MTsN masih belum
terlalu banyak dilakukan. Penerapan strategi every one is a teacher here
dengan pendekatan problem posing dapat diterapkan di MTsN 1 Bukittingi
yang menjadi tempat penelitian, karena pada MTsN ini, mata pelajaran
matematika kelas VIII tergolong pada kualifikasi sedang dengan besar
Kriterian Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah adalah 73.
Walaupun demikian, masih terdapat siswa yang belum mencapai
6
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
Tabel 1.1
Persentase Ketuntasan Nilai UH Semester 2 Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII MTsN 1 Bukittinggi Tahun Pelajaran 2012/2013
Kelas
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis mengajukan penelitian yang berjudul “Penerapan Strategi Every One Is A Teacher Here dengan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematis dan Self-concept Siswa MTsN”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional ?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi
ETH dengan pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis
7
3. Apakah terdapat perbedaan self concept matematis siswa antara siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional
2. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa.
3. Untuk menelaah perbedaan kemampuan self-concept matematis siswa
yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam memilih strategi
pembelajaran yang cocok diterapkan dikelas
2. Melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berani mengeluarkan idenya,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
dan self-concept siswa
3. Memberikan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah
matematis dan self-concept siswa melalui pembelajaran menggunakan
8
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
E. Variabel Penelitian
Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam
penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah strategi pembelajaran Every
One Is A Teacher Here dengan pendekatan problem posing. Variabel terikat yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang
merupakan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah matematis dan
self-concept siswa.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pendapat mengenai hal-hal
yang dimaksudkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan defenisi
operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin yang
meliputi memahami masalah, membuat rencana pemecahan, menjalankan
rencana dan memeriksa kembali perhitungan.
2. Self-concept siswa merupakan kesadaran mengenai persepsi diri tentang
usaha, minat, kesukaan, konsep-konsep dalam mempelajari matematika,
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika dan
pembelajaran matematika.
3. Strategi Every One Is A Teacher Here (ETH) merupakan strategi yang
memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai guru.
Dalam hal ini, siswa diminta untuk berpartisipasi untuk menjelaskan
materi pelajaran, menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan atas
jawaban temannya.
4. Pendekatan problem posing merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan mengajukan masalah dan
menjawab permasalahan yang dilakukan oleh siswa sendiri. Pengajuan
masalah tersebut berdasarkan situasi yang disajikan oleh guru.
5. Pembelajaran ETH dengan pendekatan problem posing merupakan
9
lainnya. Salah seorang siswa berperan menjelaskan permasalahan yang
diberikan di dalam kelompoknya. Permasalahan tersebut disajikan oleh
guru berupa soal ataupun pernyataan, kemudian siswa diminta untuk
merekonstruksi informasi yang diperoleh dan mengajukan permasalahan
baru berdasarkan informasi tersebut. Siswa diminta untuk menyelesaikan
permasalahan yang dibuatnya sendiri. Berdasarkan informasi yang
dimilikinya, siswa memberikan penjelasan kepada siswa lain sehingga
salah satu siswa berperan salayaknya seorang guru di dalam kelompoknya
ataupun di depan kelas.
6. Pembelajaran konvensional yang dimaksud pada penelitian ini adalah
pembelajaran matematika yang biasa diajarkan oleh guru pada kelas
tersebut, yaitu guru menjelaskan materi, guru memberikan contoh dan
28
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian quasi eksperimen dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti menerima subjek penelitian
apa adanya, artinya subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak. Terdapat
dua kelompok sampel pada penelitian ini. Kelompok pertama merupakan kelas
eksperimen yang diberikan pembelajaran menggunakan strategi Every One Is a
Teacher Here dengan pendekatan problem posing. Kelompok kedua merupakan
kelas kontrol yang diberikan pembelajaran secara konvensional. Pengelompokkan
dua sampel tersebut untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa.
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas, terikat dan kontrol. Variabel
bebasnya yaitu pembelajaran ETH dengan pendekatan problem posing. Variabel
terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept
siswa. Variabel kontrolnya adalah kategori kemampuan awal matematis siswa
sebelum diadakan penelitian.
Desain penelitian ini menggunakan desain dengan rancangan seperti pada
tabel berikut:
Kelas Eksperimen : O X O
Kelas Kontrol : O O
Keterangan:
O : Pretest dan Postest (tes kemampuan pemecahan masalah matematis)
X : pembelajaran matematika menggunakan strategi Every One Is A Teacher Is A Teacher Here dengan pendekatan Problem Posing
Kelas Eksperimen : X O
Kelas Kontrol : O
Keterangan:
O : Postest skala angket self concept
X : pembelajaran matematika menggunakan strategi Every One Is A Teacher Is A Teacher Here dengan pendekatan Problem Posing
29
Keterkaitan antara variabel bebas, variabel terikat (kemampuan pemecahan
masalah matematis) dan variabel kontrol disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Keterkaitan Antara Variabel Bebas, Variabel Terikat dan Variabel Kontrol Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Kategori KAM
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Eksperimen Kontrol
Tinggi Sedang Rendah Total
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di MTsN 1 Bukittinggi. Sebagai populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2012/2013.
Sampel untuk penelitian ini diambil dua kelas dengan menggunakan teknik “purposive sampling”, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Kelas yang terpilih yaitu kelas VIII7 sebagai kelas kontrol
dengan banyak siswa 31 orang, kelas VIII9 sebagai kelas ekperimen dengan
banyak siswa 32 orang. Pengambilan sampel dengan teknik ini didasarkan pada
pertimbangan agar penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
dalam penggunaan waktu penelitian yang ditetapkan dan prosedur perijinan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian disusun kedalam dua bentuk, yaitu berupa tes dan
non-tes. Instrumen tes terdiri dari tes pemecahan masalah matematis, sedangkan
untuk instrumen non-tes terdiri dari skala self-concept siswadan lembar observasi.
1. Kemampuan Awal Matematika Siswa
Untuk mengelompokkan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah, perlu diketahui kemampuan
awal matematika yang dimiliki oleh siswa. Data kemampuan awal
matematika siswa diperoleh dari guru bidang studi matematika yang
30
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
nilai semester 1 dan nilai MID semester 2 pada kelas tersebut. Rataan
kedua data tersebut kemudian diurutkan dari terbesar ke terkecil untuk
mengkategorikan siswa berdasarkan KAM. Besar persentase
masing-masing kategori adalah 18% kategori tinggi, 64% kategori sedang dan
18% kategori rendah dari rataan kedua data tersebut. Besar persentase
terebut merupakan situasi ideal dari distribusi normal yang mengacu pada
pendapat Hake (1999).
Tabel berikut menyajikan banyaknya siswa yang berada pada
kategori tinggi, sedang dan rendah.
Tabel 3.2
Banyaknya Siswa Berdasarkan Kategori KAM
Kelompok Pembelajaran Total
Eksperimen Kontrol
Atas 6 6 12
Tengah 20 19 39
Bawah 6 6 12
Total 32 31 63
2. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk tes
tertulis berupa tes uraian. Soal-soal untuk pre-test dan post-test dibuat
relatif sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
peningkatan yang signifikan dari kemampuan matematis siswa baik itu
sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan. Adapun rincian
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis yang akan diukur
adalah:
Tabel 3.3
Indikator kemampuan Pemecahan Masalah matematis Indikator Pemecahan Masalah
Matematis Indikator Soal
Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah
matematika dan atau di luar matematika
Menghitung luas permukaan bidang dari dua bangun ruang
31
Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah
sehari-hari dan menyelesaikannya
Menentukan tinggi air dalam sebuah bangun ruang setelah
dimasukkan benda lain berbentuk balok ke dalamnya
yang diketahui ukurannya masing-masing
Menghitung dana yang harus disediakan untuk membuat
aquarium berbentuk balok tanpa tutup yang diketahui
ukurannya dan harga persatuannya
Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal serta
memeriksa kebenaran hasil atau jawaban
Menghitung tinggi balok yang diperoleh dari meleburkan tiga kubus dengan panjang rusuk yang
berbeda
Menentukan banyak bangun kubus yang diperlukan agar minyak tanah dalam tangki dapat habis dituangkan ke
dalam kubus tersebut
Untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka dilakukan penskoran dengan menggunakan pedoman penskoran. Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
32
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
salah
diukur relabilitas, validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal yang
akan diuji cobakan. Pengujian dilakukan di kelas IX SMP N 2 Bukittingi
yang dianggap setara dengan sampel. Pengukuran reliabilitas, validitas,
daya pembeda dan tingkat kesukaran akan diuraikan sebagai berikut:
1) Validitas Soal
a. Validitas Teoritik
Validitas toritik atau validitas logik adalah alat evaluasi
yang dilakukan berdasarkan pertimbangan teoritik atau logika
(Suherman, 2003). Validitas teoritik untuk sebuah instrumen
evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan teori dan aturan yang ada.
Pertimbangan terhadap soal tes kemampuan berpikir logis yang
berkenaan dengan validitas isi dan validitas muka diberikan oleh
ahli. Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi
33
muka dilakukan dengan melihat tampilan dari soal, yaitu
keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga
jelas pengertiannya dan tidak salah tafsir.
Uji validitas isi dan muka dilakukan oleh para ahli yang
berkompeten, yaitu 3 orang dosen, 1 orang mahasiswa S 3 dan 1
orang guru bidang studi matematika. Untuk membandingkan hasil
validator, maka dilakukan uji Q-Cochran dengan bantuan SPSS 16.
Berikut rangkuman mengenai hasil validitas isi dan muka oleh para
ahli :
Tabel 3.5
Hasil Pengujian Penimbangan Validitas Isi dan Muka
Q-Cochran df Asymp. Sig Keputusan
5,000 5 0,544 H0 diterima
H0 : validator melakukan penimbangan yang seragam
Kriteiria penerimaan α = 0,05. Karena sig. pada tabel diatas
> α, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan penilaian
dari ke-5 validator.
b. Validitas Empiris
Untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan
menggunakan korelasi product moment Pearson (Arikunto, 2003)
dengan rumus sebagai berikut:
rxy= Koefisien validitas item yang dicari N = Jumlah subjek
X = Skor responden untuk tiap item
Y = Total skor tiap responden dari seluruh item
Setelah memperoleh koefisien validitas, kemudian dicari
t-hitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sudjana
34
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
dapat dilihat pada lampiran B.3. Berikut rangkuman hasil yang
hitung t tabel Keterangan
1 0.515 3.845 2.02 valid
termasuk kategori valid karena thitung≥ ttabel
2) Reliabilitas Soal
Suatu tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang
tetap apabila diteskan berkali-kali pada waktu yang berlainan.
Untuk mencari reliabilitas tes digunakan bantuan software spss 16.
rumus alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (2003):
r : indeks reliabilitas soal n : banyak item
2b
: jumlah varians skor tiap-tiap item
2t
: varians total
Kriteria yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah:
35
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
B.3. Berikut rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas :
Tabel 3.8 Reliabilitas Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
r11 Kriteria Kategori
0,738 Reliabel Tinggi
Hasil perhitungan reliabilitas tes menunjukkan bahwa soal
yang digunakan untuk uji coba memiliki reliabilitas sebesar 0,738
dan termasuk kategori tinggi.
3) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antar siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda
soal digunakan rumus
DP = − ��
keterangan :
DP : daya pembeda
Sa : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah Sb : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IB : jumlah skor ideal slah satu kelompok pada butir soal yang
dipilih
Interpretasi prestasi daya pembeda dengan klasifikasi yang
dikemukakan oleh Suherman (2003)
Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda Evaluasi Butiran Soal
DP < 0,00 Sangat jelek 0,00 ≤ DP < 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup 0,40 ≤ DP < 0,70 Baik 0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat baik
Karena data memiliki jumlah yang banyak dengan n > 30,
36
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
dikategorikan kedalam kelompok atas dan sebanyak 27 % siswa
yang memperoleh skor terendah dikategorikan kelompok bawah.
Hasil selengkapnya untuk perhitungan daya beda dapat
dilihat pada lampiran B.3. Berikut disajikan rangkuman hasil uji
coba.
Tabel 3.10 Daya Pembeda
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor
kategori jelek, 5 soal termasuk kategori sedang dan 1 soal termasuk
kategori baik. Dilihat dari signifikansinya, soal no 1 dan no 6
dinyatakan tidak signifikan. Untuk melihat kriteria penerimaan soal
selanjutnya, maka perlu dipertimbangkan tingkat kesukaran soal
tersebut.
4) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal dianalisis untuk mengetahui derajat
kesukaran dari setiap item soal yang kita buat. Tingkat kesukaran
tes dihitung dengan rumus berikut :
P = � �
Keterangan :
P : indeks kesukaran
∑ x : jumlah skor pada butir soal uang diolah
37
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan
dengan menggunakan kriteria indeks kesukaran butir soal sebagai
berikut :
Tabel 3.11
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Besarnya TK Tingkat Kesukaran
TK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah
TK = 1,00 Terlalu mudah
Hasil selengkapnya untuk perhitungan tingkat kesukaran
dapat dilihat pada lampiran B.3. Berikut disajikan rangkuman hasil
uji coba.
Tabel 3.12
Tingkat Kesukaran Tes
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Nomor soal TK Keterangan
1 0.841667 mudah
2 0.695833 sedang
3 0.733333 mudah
4 0.8 mudah
5 0.783333 mudah
6 0.804167 mudah
7 0.679167 sedang
Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 5 soal
dengan kriteria mudah. Ini berarti semua siswa kelompok atas
maupun kelompok bawah menjawab kelima butir soal tersebut
dengan benar. Untuk kriteria sedang sebanyak 2 soal, yang berarti
sebagian siswa kelompok atas maupun bawah dapat menjawab
benar butir-butir soal tersebut. Berdasarkan hasil daya beda dan
tingkat kesukaran, maka butir soal no 1 dan no 6 harus diperbaiki
38
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
Berdasarkan pertimbangan kevalidan, reliabilitas, indeks
kesukaran dan daya beda, maka dipilih 5 soal yang akan dijadikan
sebagai soal kemampuan pemecahan masalah untuk penelitian ini.
3. Skala Konsep Diri (Self-Concept) Siswa
Instrumen skala konsep diri siswa berupa lembaran angket yang
diberikan ke kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir pembelajaran.
Pernyatan pada lembar angket tersebut diberikan bertujuan untuk
mengetahui self-concept siswa terhadap pembelajaran matematika.
Skala self-concept yang digunakan adalah skala Likert dengan
empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (ST), setutju (S), tidak setuju
(TS), sangat tidak setuju (STS). Masing-masing apabila diubah kedalam
bentuk skor, berturut-turut menjadi 4, 3, 2 dan 1 untuk pernyataan positif
dan untuk pernyataan negatif skor merupakan kebalikannya. Empat pilihan
jawaban tersebut digunakan untuk mencegah pilihan jawaban yang dipilih
siswa ke pilihan netral (N).
Skala self-concept yang telah disusun kemudian di uji validitas isi
nya dengan meminta pertimbangan teman-teman mahasiswa Pascasarjana
UPI. Selanjutnya, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing mengenai
kesesuaian antara isi dari instrumen dengan indikator yang telah
ditentukan sebelumnya dan guru bidang studi matematika. Berdasarkan
validasi oleh validator, dari 30 butir angket yang diujicobakan, 24 butir
dipilih untuk digunakan pada penelitian.
4. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat untuk mengetahui sikap serta
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan
kata lain lembar observasi dapat mengukur atau menilai proses
39
D. Teknik Analisis Data
Data yang akan dianalisa adalah data kuantitatif berupa hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan data deskriptif berupa hasil
observasi dan angket skala self-concept siswa. Pengolahan data dilakukan dengan
bantuan software SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007.
1. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Dalam melakukan pengolahan terhadap hasil tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa digunakan bantuan SPSS 16 dan Microsoft Office Excel
2007. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang
bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian kemampuan pemecahan
masalah matematis yang terdiri dari rerata dan simpangan baku. Kemudian
dilakukan analisis terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis dengan uji kesamaan dua rataan parametrik atau nonparametrik.
Uji kesamaan dua rataan dipakai untuk membandingkan antara dua
keadaan, yaitu keadaan nilai rataan pretest siswa pada kelompok eksperimen
dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rataan postest siswa pada
kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol.
Sebelum data hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dipersiapkan
beberapa hal, antara lain:
a. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan
sistem penskoran yang digunakan.
b. Membuat tabel skor prettest dan postest siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
c. Menghitung rerata skor tes tiap kelas.
d. Menghitung standar deviasi untuk mengetahui penyebaran kelompok dan
menunjukkan tingkat variansi kelompok data.
e. Membandingkan skor pretest dan postest untuk mencari mutu
peningkatan (N-gain) yang terjadi sesudah pembelajaran pada
masing-masing kelompok yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Hake
40
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
� = � −� �
� � − � �
Keterangan:
� ∶ Skor postes � � ∶ Skor pretes
� � ∶ Skor maksimal ideal g : Gain ternormalisasi
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.13 Kriteria N-Gain
N-Gain Interpretasi
� 0,7 Tinggi
0,3 �< 0,7 Sedang
� < 0,3 Rendah
Sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan uji kesamaan dua rataan
(uji-t), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk melihat apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Menguji normalitas distribusi skor
tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) di kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.
Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian adalah dengan α = 0,05. Jika nilai Sig. > α , maka H0 diterima. Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan
pengujian nonparametrik.
2) Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas variansi antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
41
menggunakan bantuan software SPSS 16. Hipotesis yang akan diuji dapat
juga dinyatakan sebagai berikut (Sudjana, 2005).
H0 : �12 =�22
H1 : �12 ≠ �22
Keterangan:
�12= variansi kelompok eksperimen �22= variansi kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika Sig. > α.
3) Uji Perbedaan Dua Rataan
Untuk menguji apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang mendapat pembelajaran ETH
dengan pendekatan Problem Posing bila dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional, maka dilakukan pengujian
perbedaan dua rataan dengan taraf signifikansi �= 0,05.
Adapun hipotesisnya adalah:
H0 : Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan Problem Posing tidak berbeda secara signifikan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa antara siswa yang mendapat pembelajaran ETH
dengan pendekatan Problem Posing dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran konvensional.
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 > µ2
Keterangan:
�1 = rataan skor kelompok eksperimen �2 = rataan skor kelompok kontrol
Jika kedua rataan skor berdistribusi normal dan homogen, maka uji
42
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
= �1 − �2
s = simpangan baku gabungan dari kedua kelompok
1= simpangan baku kelas eksperimen 1 = simpangan baku kelas kontrol �1
= rataan skor postest dari kelompok eksperimen �2
= rataan skor postest dari kelompok kontrol 1 = banyaknya siswa kelompok eksperimen 2 = banyaknya siswa kelompok kontrol
Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian
nonparametrik, yaitu uji Mann-Withney. Pengujian nonparametrik berlaku
untuk populasi yang tidak beristribusi normal. Uji Mann-Withney (Uji-U)
adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal
asumsi distribusi uji-t tidak terpenuhi, seperti distribusinya tidak normal dan
uji selisih rataan yang variansinya tidak homogen (Ruseffendi, 1993).
Untuk melihat besar pengaruh pembelajaran ETH dengan pendekatan
problem posing terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
maka digunakan perhitungan menggunakan effect size. Untuk data yang
berdistribusi normal, digunakan rumus :
43
�12 : varians sampel eksperimen �2
2
: varians sampel kontrol
4) Uji ANOVA Dua Jalur
Adapun hipotesis yang diuji dalam uji ANOVA dua jalur adalah:
Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan Problem Posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah,
bawah).
H0 : µt. = µs. = µr.
H1 : sekurang kurangnya terdapat satu tanda sama tidak terpenuhi
Kriteria penerimaan H0yaitu bila nilai signifikansi > α.
2. Data Hasil Angket Self Concept Matematis
Sebelum hasil penelitian diolah, terlebih dahulu dilakukan Penentuan skor
skala self concept menggunakan MSI (Methode of Succesive Interval) untuk
mengubah data ordinal menjadi data interval terhadap data postsest siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data skor skala self concept yang diperoleh diolah
melalui tahap-tahap berikut:
1) Hasil jawaban untuk setiap pertanyaan dihitung frekuensi setiap pilihan
jawaban.
2) Frekuensi yang diperoleh setiap pertanyaan dihitung proporsi setiap
pilihan jawaban.
3) Berdasarkan proporsi untuk setiap pertanyaan tersebut, dihitung
proporsi kumulatif untuk setiap pertanyaan.
4) Kemudian ditentukan nilai batas untuk Z bagi setiap pilihan jawaban
dan setiap pertanyaan.
5) Berdasarkan nilai Z, tentukan nilai densitas (kepadatan). Nilai densitas
dapat dilihat pada tabel ordinat Y untuk lengkungan normal standar.
6) Hitung nilai skala/ scale value/ SV untuk setiap pilihan jawaban dengan
44
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
SV =
(kepadatan batas bawah −kepadatan batas atas )(daerah di bawah batas atas−daerah di bawah batas bawah )
7) Langkah selanjutnya yaitu tentukan nilai k, dengan rumus:
k= 1 +� � � .
8) Langkah terakhir yaitu transformasikan masing-masing nilai pada SV
dengan rumus: SV + k.
9) Selanjutnya dilakukan perbedaan rataan untuk melihat apakah ada perbedaan
signifikan self concept matematis siswa yang mendapat pembelajaran ETH
dengan pendekatan Problem Posing dan siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional. Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Asymp. Sig. > taraf signifikansi (α = 0,05).
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka dilakukan pengujian
normalitas dan homogenitas terhadap data skor self concept yang sudah diubah
kebentuk data interval. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan self concept
matematis siswa yang mendapat pembelajaran ETH dengan pendekatan Problem
Posing bila dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional, maka dilakukan pengujian perbedaan dua rataan dengan taraf
signifikansi �= 0,05.
Adapun hipotesisnya adalah:
H0 : Tidak terdapat perbedaan self concept matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan Problem Posing dengan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
H1 : Terdapat perbedaan self concept siswa antara siswa yang mendapat
pembelajaran ETH dengan pendekatan Problem Posing dengan
siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1≠ µ2
Keterangan:
45
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap persiapan , tahap
pelaksanaan dan tahap pengolahan data.
1. Tahap persiapan.
Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
a. studi kepustakaan mengenai strategi pembelajaran yang akan
digunakan yanitu strategi Every One Is A Teacher Here dengan
pendekatan Problem Posing, kemampuan pemecahan masalah
matematis dan self-concept siswa
b. menyususn instrumen penelitian disertai dengan proses bimbingan
dengan dosen pembimbing
c. melakukan observasi pembelajaran kesekolah dan berkosultasi
dengan guru matematika yang bersangkutan untuk menentukan
waktu, materi ajar dan teknis pelaksanaan penelitian
d. melakukan uji coba instrumen yang digunakan dan mengolah data
hasil uji coba instrumen tersebut
e. melakukan perbaikan instrumen (jika diperlukan)
2. Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkan yang dilakukan pada tahap ini, sebagai berikut:
a. menentukan sampel dari populasi yang mempunyai kemampuan
homogen sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol
b. memberikan pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis dan skala self-concept siswa.
c. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kelas eksperimen
diberikan pembelajaran dengan strategi Every One Is A Teacher
Here dengan pendekatan Problem Posing dan untuk kelas kontrol
diberikan pembelajaran biasa (konvensional)
d. memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
46
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
e. memberikan skala self-concept pada kelas kelas eksperimen dan
kelas control
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pretest, postest dan hasil angket
self-concept dianalisis secara statistik dengan bantuan program software
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah
dikemukan pada bab sebelumnya, dalam bab ini akan dikemukakan beberapa
kesimpulan dan saran.
A. Kesimpulan
1. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan strategi
ETH dengan pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis
siswa (tinggi, sedang, rendah).
3. Tidak terdapat perbedaan peningkatan self concept siswa yang
memperoleh pembelajaran menggunakan strategi ETH dengan
pendekatan problem posing dan siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dikemukakan beberapa
saran berikut :
1. Berdasarkan permasalahan yang diutarakan sebelumnya, maka
pembelajaran ETH dengan pendekatan problem posing dapat dijadikan
salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
2. Berdasarkan hasil pengujian self concept, menunjukkan tidak terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen (pembelajaran ETH dengan
74
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
namun kelas eksperimen memiliki kecendrungan lebih baik dari kelas
kontrol. Untuk itu, perlu dirancang banyaknya pertemuan yang lebih
efisien dan efektif dalam penerapan pembelajaran ini.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran ETH dengan pendekatan problem
posing ini, sebaiknya guru membuat sebuah skenario dan perencanaan
yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara baik sesuai
dengan rencana dalam tujuan pembelajaran, serta pemanfaatan waktu
yang efektif dan tidak banyak waktu yang terbuang oleh hal-hal yang
tidak relevan.
4. Penelitian ini hanya menelaah sebagian peranan pembelajaran ETH
dengan menggunakan pendekatan problem posing. Untuk penelitian
lebih lanjut agar dapat mengkaji pengaruhnya terhadap kemampuan
75
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2003). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Brown, S. I. & Walter, M. I. (2005). The Art of Problem Posing (Third Edition). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik; Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: Resmaja Rosdakarya.
English, L. D. (1998). “Children‟s Problem Posing within Formal and Informal Contexts”. Journal for Research in Mathematics Education. 29, (1), 83-107
Grouws, D. A. And Cebulla, K. J. (2000). “Improving Student Achievment in Mathematics, Part 1: Research Findings”: ERIC.
Hadley, A.M. et al (2008). “Assessing What Kids Thimk About Themselves: A Guide To Adolescent Self-concept for Out-school Time Program
Practitioners”. Child Trends.
Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf.
[19Oktober 2012]
Hamzah. (2003). Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Bandung melelui Pendekatan Pengajuan Masalah. Disertai Doktor pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hunter & Carol, C. (1996). “Student as Teacher: Cooperative Learning Strategies in the Community College Classroom”. ERIC.
Komala, E. (2012). Pembelajaran dengan Pendekatan Diskursif Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-concept Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan
76
Fauzi Yuberta, 2013
Penerapan Metode Everyone Is Teacher Here Dengan Pendekatan Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-ConceptSiswa MTsN
Leonard dan Supardi, U.S. (2010). “Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa pada Matematika dan Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika”. Cakrawala Pendidikan.(3), 341-352
Matlin, M.W. (2003). Cognition. (Fifth Ed.). New York : John Wiley & Son.Inc.
Meltzer & David E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: „hidden variable‟ in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics, 70, (12), 1259-1268.
Munandar, S.C.U. (2002). Kreativitas dan Keberbakatan Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: Granada Pustaka Utama.
Nagy, G. (2010). “The Development of Student‟s Mathematics Self-Concept in Relation to Gender: Different Countries, Different Trajectories?”. Journal of Research on Adolescence. 20, (2), 482-506.
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for school Mathematics. Reston, V. A: NCTM
Polya, G. (1957). How to Solve It (2nd ed.). Princeton University Press. [Online]. Tersedia:http://www.math.utah.edu/~pa/math/polya.html.
[22Oktober2012]
Rahman, R. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Geogebra Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif dan Self-concept. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Ramdhani, Sendi (2012). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematis Siswa. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
. (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. Direktorat jenderal pendidikan tinggi.
Sanchez, F. J. P & Roda, M. D S. “Relationships between self-concept and
77
Saputra, E. (2012). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Anchored Instruction Terhadap Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self-Concept Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Silberman, M. L. (2006). Active Learning; 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia.
Siregar, S.N. (2009). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Sudjana. (2005). Metoda Statistika (ed. ke 6). Bandung: Tarsito
Suherman, dkk. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Suherman, E. (2003). “Common Text Book” dalam Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA UPI.
Sulistiyo, J. (2010). 6 Hari Jago SPSS 17. Yogyakarta: Cakrawala.
Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Bandung: FPMIPA UPI
Sundayana, R. (2010). Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung: STKIP Garut Press.
Sutawidjaja, A. & Dahlan, J. A. (2011). Materi Pokok Pembelajaran Matematika. Jakarta. Universitas Terbuka.
Thompson, P. S. (1992). “Cognitive Styles and the Student as Teacher”. The French Review. 65, (5), 701.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung. UPI.
Widiati, I. (2012). Mengembangkan kemampuan Representasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP dengan Penerapan Pembelajaran Kontekstual. Tesis SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.