• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI BADEKAN DALAM RUBRIK JOGREGAN DI HARIAN UMUM KABAR CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERPRETASI BADEKAN DALAM RUBRIK JOGREGAN DI HARIAN UMUM KABAR CIREBON."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ………...……… i

PERNYATAAN ………...……….... ii

KATA PENGANTAR ………...……….. iii

UCAPAN TERIMA KASIH……….……….. iv

ABSTRAK ………...……… vi

DAFTAR ISI ………..……….………. vii

DAFTAR TABEL ...……… x

DAFTAR BAGAN ………...……… xi

DAFTAR LAMPIRAN..………..……… xii

BAB I PENDAHULUAN ….………...……… 1

1.1 Latar Belakang ………..………..……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ……..………..……… 5

1.3 Pertanyaan Penelitian ………..……… 6

1.4 Tujuan Penelitian ………..………..…… 6

1.5 Manfaat Penelitian ………..…… 6

1.6 Definisi Operasional ………...………...…. 7

1.7 Metode Penelitian ……….………..……… 8

1.8 Sistematika Penulisan …….……… 9

1.9 Penutup ………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……..……… 10

2.1 Semiotika ………..……….. 10

2.1.1 Definisi Semiotika …….………...……… 10

2.1.2 Tradisi Studi Semiotika ……….……… 11

(2)

2.1.4 Tanda dan Objek dalam Semiotika ………...….……….……… 17

2.1.5 Semiotika Peirce …...……… 18

2.1.6 Hubungan Tanda dan Objek dalam Semiotika Peirce ……….. 19

2.2 Teka-teki ……...………..… 22

2.2.1 Pengertian Teka-teki ……….……… 22

2.2.2 Ciri dan Jenis Teka-teki ……… 24

2.2.3 Fungsi Teka-teki ……….………...………...… 29

2.2.4 Teka-teki dalam Konteks Bahasa dan Budaya Daerah ………. 30

2.2.5 Aspek-aspek Linguistik dalam Teka-teki ….……...……… 35

2.2.5.1 Faktor Internal ……….. 37

2.2.5.2 Faktor Eksternal ……… 42

2.3 Penelitian Terkait Semiotika Peirce dan Teka-teki ……...……… 43

2.3.1 Penelitian Terkait Semiotika Peirce ……...…………...……….…… 43

2.3.2 Penelitian Terkait Teka-teki …...…….……...………...………… 45

2.4 Penutup ………...…. 49

BAB III METODE PENELITIAN ……….…...……… 50

3.1 Jenis Penelitian ………..………..……… 50

3.2 Data dan Sumber Data ………..………..…… 50

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………...………..……….……… 51

3.4 Teknis Analisis Data ……..….……… 52

3.5 Penutup ……….... 56

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………..……… 57

4.1 Deskripsi Data ………. 57

4.2 Definisi Badekan dalam Konteks Bahasa dan Budaya Cirebon ………. 58

4.3 Menginterpretasi Badekan …………..………...……….… 60

(3)

4.5 Hubungan antara Pertanyaan dan Jawaban Badekan ….……….… 83

4.6 Penutup ……….... 89

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………...……….……… 90

5.1 Simpulan …..………...……… 90

5.2 Saran …...……...………..… 92

5.3 Penutup ……….…………... 93

DAFTAR PUSTAKA …...………...……… 94

LAMPIRAN ………..………...…...…...…… 99

(4)
[image:4.612.113.522.171.534.2]

DAFTAR TABEL

(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Hubungan Triadik Komponen Tanda Menurut Peirce ……….... 22

Bagan 3.1 Proses Semiosis Badekan #2 ………... 54

Bagan 4.1 Proses Semiosis Badekan #46 ……….… 64

Bagan 4.2 Proses Semiosis Badekan #13 ………. 66

Bagan 4.3 Proses Semiosis Badekan #36 ………. 68

Bagan 4.4 Proses Semiosis Badekan #30 ………. 70

Bagan 4.5 Proses Semiosis Badekan #43 ………. 72

Bagan 4.6 Proses Semiosis Badekan #19 ………. 74

Bagan 4.7 Proses Semiosis Badekan #52 ………..……... 76

Bagan 4.8 Proses Semiosis Badekan #10 ………. 78

Bagan 4.9 Proses Semiosis Badekan #50 ………. 79

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

[image:6.612.118.525.169.534.2]
(7)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab kesatu dari lima bab penulisan tesis ini akan dimulai dengan pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan, dan penutup. Berikut ini adalah uraiannya.

1.1 Latar Belakang

Bahasa Cirebon dituturkan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Cirebon. Berbagai aktivitas kehidupan mereka yang berasal dari suku, agama, dan ras yang berbeda tidak lepas dari peran bahasa Cirebon sebagai pemersatunya. Orang yang telah lama menetap di Cirebon menggunakan bahasa Cirebon sebagai identitas budayanya.

Koentjaraningrat (1990:203) mengatakan bahwa salah satu dari tujuh unsur pokok dari tiap kebudayaan dunia adalah bahasa. Fokker (1988:24) bahkan menyebutnya sebagai bagian kebudayaan yang sangat penting, boleh dikatakan itu adalah pokok dasar bagi seluruh kebudayaan. Dengan kata lain, bahasa Cirebon adalah salah satu unsur pokok kebudayaan masyarakat Cirebon.

(8)

2

berusaha untuk menjaga kelestariannya. Usaha tersebut menurut Asshidiqie (2008:13) termaktub dalam amandemen UUD 1945 Pasal 32 Ayat 2 yang berbunyi, negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Senada dengan hal di atas, Alwasilah (2006:61) menjelaskan bahwa Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sendiri telah membuat Perda No. 5 Tahun 2003 tentang pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah. Adapun bunyinya adalah seperti di bawah ini.

Pasal 2

Tujuan pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah adalah:

Memantapkan keberadaan dan kesinambungan pengunaan bahasa, sastra, dan aksara daerah sehingga menjadi faktor pendukung bagi tumbuhnya jati diri dan kebanggaan daerah;

Memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa, sastra, dan aksara daerah; Melindungi, mengembangkan, memberdayakan, dan memanfaatkan bahasa, sastra, dan aksara daerah yang merupakan unsur utama kebudayaan daerah yang pada gilirannya menunjang kebudayaan nasional;

Meningkatkan mutu pengguna potensi bahasa, sastra, dan aksara daerah.

Pasal 3

Sasasaran pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah adalah:

Terwujudnya kurikulum pendidikan bahasa, sastra, dan aksara daerah di sekolah dan kurikulum pendidikan di luar sekolah;

Terwujudnya kehidupan berbahasa daerah yang lebih baik dan bermutu; Terwujudnya apresiasi masyarakat terhadap bahasa, sastra, dan aksara daerah;

Terwujudnya peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah.

(9)

tradisional secara turun-temurun dalam bentuk lisan disebut folklor. Dikatakannya pula bahwa folklor yang bentuknya memang murni lisan disebut folklor lisan.

Adapun menurut Danandjaja (2002:21-22), bentuk-bentuk folklor yang termasuk ke dalam folklor lisan antara lain:

(a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional, dan titel kebangsawanan;

(b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti teka-teki;

(d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair;

(e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat.

Sementara itu, tradisi lisan yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakat Cirebon adalah pertanyaan tradisional berupa teka-teki yang disebut badekan. Istilah badekan dalam bahasa Cirebon menurut Sudjana dkk. (2005:32) berarti ‘teka-teki’ atau ‘tebak-tebakan’. Tradisi lisan ini rupanya terdapat pula dalam sebuah rubrik di Harian Umum Kabar Cirebon yang berjudul Jogregan.

(10)

4

Hasil penelusuran sumber data kepustakaan menunjukkan bahwa tradisi lisan berupa teka-teki berbahasa daerah di Indonesia sudah ada yang dipublikasikan. Dua di antaranya yang ditemukan yakni teka-teki bahasa Batak Simalungun (Tarigan, 1980) dan teka-teki bahasa Sunda (Hidayat dan Darpan, 2010). Namun keduanya baru sebatas kumpulan teka-teki saja.

Di sisi lain, ditemukan juga hasil penelitian dari beberapa bidang disiplin ilmu yang membahas teka-teki. Keduanya adalah cangkriman (Astuti, dkk., 1993) dengan pendekatan ilmu sejarah dan teka-teki Jawa (Sukatman, 2010) dengan pendekatan ilmu antropologi. Sementara penelitian dengan pendekatan ilmu linguistik yang telah dilakukan adalah teka-teki bahasa Indonesia dari sudut pandang linguistik dan pragmatik (Ho, 2002) dan jenis dan fungsi teka-teki humor dari tinjauan pragmatik

(Sulistyaningsih, 2009).

Ada pula penelitian mengenai tradisi lisan serupa teka-teki dalam bahasa Sunda yang bernama poyok ungkal di Sumedang. Hal itu dilakukan oleh Kosasih (2012) dengan pendekatan ilmu hermeneutika. Sementara itu, teka-teki berbahasa Cirebon (badekan) beserta pendekatannya dari sudut pandang semiotika sejauh ini belum ditemukan ada dalam kepustakaan.

(11)

dilakukan karena maksud suatu badekan tidak dapat begitu saja dipahami manakala itu hanya sekedar dibaca. Artinya, untuk dapat memahami maksudnya secara utuh diperlukan pembacaan lebih. Pembacaan inilah yang kemudian bersinggungan dengan kaidah pemaknaan tanda dalam semiotika.

Adapun semiotika sendiri menganggap bahasa sebagai sebuah tanda. Tanda baginya adalah wujud perwakilan dari suatu hal lain. Sementara hal lain yang diwakilinya tersebut adalah objeknya. Sekaitan dengan itu, keberadaan badekan ‘teka-teki’ yang terdiri atas pertanyaan dan jawabannya inilah yang dilihat sepadan sebagai sebuah tanda dan objeknya. Pemahaman menyeluruh terhadap maksud keduanya dapat diperoleh melalui interpretasi secara lebih mendalam. Interpretasi tersebut akan menggiring pembaca pada pemahaman yang utuh sekaligus pengetahuan tentang jenis hubungan yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban suatu badekan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

(a) Definisi terhadap badekan sekaitan dengan konteks bahasa dan budaya Cirebon perlu dijelaskan.

(12)

6

(c) Jenis hubungan yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban badekan perlu diklasifikasikan.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Masalah-masalah yang telah diidentifikasikan di atas kemudian dirumuskan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti berikut ini.

(a) Apa definisi badekan dalam konteks bahasa dan budaya Cirebon? (b) Bagaimana interpretasi terhadap badekan dilakukan dan apa hasilnya?

(c) Hubungan apa sajakah yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban badekan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk:

(a) mengetahui definisi badekan sekaitan dengan konteks bahasa dan budaya Cirebon;

(b) mengetahui hasil interpretasi badekan sekaitan dengan maksud dan kontruksinya; (c) mengetahui jenis hubungan yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban

badekan.

1.5 Manfaat Penelitian

(13)

(b) pelestarian tradisi lisan berbahasa daerah secara akademik; dan (c) penggalakkan penelitian kebahasaan tradisi lisan berbahasa daerah.

1.6 Definisi Operasional

Untuk membangun pemahaman terhadap beberapa istilah dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan beberapa definisi operasional. Adapun beberapa definisi operasional tersebut yaitu: semiotika, badekan, rubrik Jogregan, dan Harian Umum Kabar Cirebon. Keempatnya kemudian dijelaskan seperti berikut ini.

Semiotika berasal dari kata bahasa Yunani semeion yang berarti ‘tanda’. Secara terminologis, semiotika adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Semiotika juga merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas obyek-obyek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Secara sederhana, apa yang disebut badekan adalah teka-teki dalam bahasa Cirebon. Di sisi lain, ‘teka-teki’ adalah soal yang berupa kalimat (cerita, gambar) yang dikemukakan secara samar-samar, biasanya untuk permainan atau untuk mengasah pikiran, tebakan, terkaan, hal yang sulit dipecahkan (kurang terang, rahasia), dan ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu atau lebih unsur pelukisan (descriptive), sepasang daripadanya dapat saling bertentangan dan jawabnya (referent) harus diterka.

(14)

8

Cirebon berarti guyonan ‘candaan’. Kata ini berasal dari turunan akar kata guyu ‘tawa’, gemuyu ‘tertawa’. Padanan kata jogregan adalah moregan ‘gurauan’. Kata

tersebut diambil dari dialek Cirebon bagian utara, yakni Gegesik, suatu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Cirebon.

Adapun Harian Umum Kabar Cirebon adalah koran lokal yang beredar di daerah pantura Cirebon yang meliputi Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan. Harian ini merupakan wujud transformasi dari Koran Masuk Desa (KMD) Pikiran Rakyat edisi Cirebon.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tidak menggunakan analisis data statistik karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moleong, 2005:6).

Data penelitian ini yaitu teks badekan dalam rubrik Jogregan di Harian Umum Kabar Cirebon. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik

dokumentasi. Teks badekan yang diperlukan sebagai data dikumpulkan dari dalam rubrik Jogregan di Harian Umum Kabar Cirebon terbitan tanggal 30 April 2011 hingga tanggal 11 Mei 2012.

(15)

diterjemahkan dan dianalisis serta dibahas sebagai jalan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian ini. Demikian setelah itu, hasil analisis dan pembahasan lalu dideskripsikan sesuai dengan teori yang digunakan.

1.8 Sistematika Penulisan

Tesis ini dibuat dengan sistematika penulisan yang terdiri atas lima bab. Bab kesatu merupakan pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar belakang, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan, dan penutup. Kemudian bab kedua yaitu kajian pustaka yang mencakup semiotika, teka-teki, penelitian terkait semiotika Peirce dan teka-teki, dan penutup. Lalu bab ketiga adalah metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penutup. Adapun bab keempat adalah analisis dan pembahasan yang berisi definisi badekan, interpretasi badekan, hubungan di antara pertanyaan dan jawaban badekan, dan penutup. Terakhir bab kelima berisi kesimpulan, saran, dan penutup.

1.9 Penutup

(16)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ketiga dari rangkaian lima bab penulisan tesis ini akan diuraikan mengenai metode penelitian. Adapun dalam metode penelitian ini berisi tentang jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penutup. Berikut ini adalah uraiannya.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hal itu karena temuan dalam penelitian ini diperoleh bukan melalui prosedur statistik ataupun bentuk hitungan lainnya (lihat Syamsuddin dan Damaianti, 2009). Perihal penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data (lihat Moleong, 2002; Djajasudarma, 2006). Dia menginterpretasikan dan mendeskripsikan data yang diperoleh menurut teori tentang semiotika dan teka-teki yang digunakan. Penelitian ini menerapkan model segitiga proses semiosis dan klasifikasi hubungan tanda dan objek dalam semiotika Peirce.

3.2 Data dan Sumber Data

(17)

Umum Kabar Cirebon adalah salah satu media massa cetak yang beredar di daerah pantura Cirebon atau Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan). Harian ini merupakan wujud transformasi dari Koran Membangun Desa (KMD) Pikiran Rakyat edisi Cirebon yang terbit pertama kali pada tanggal 8 Februari 1980.

Harian Umum Kabar Cirebon dipilih sebagai satu-satunya sumber data dalam penelitian ini. Adapun hal yang menjadi pertimbangan dalam menjadikannya sebagai satu-satunya sumber data adalah karena faktor efektivitas. Dengan kata lain, harian ini secara efektif memenuhi data penelitian yang dibutuhkan. Pada saat penelitian ini dimulai, harian ini merupakan satu-satunya media massa cetak lokal Cirebon yang diketahui memuat rubrik khusus berbahasa Cirebon pada setiap kali terbitannya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik tersebut memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan rubrik Jogregan selama tenggat waktu pengumpulan data penelitian. Setelah itu, data yang diambil hanyalah teks badekan sebagai keperluan data penelitian. Adapun teks badekan yang digunakan sebagai data dalam penelitian ini didapat dari dalam rubrik Jogregan di Harian Umum Kabar Cirebon terbitan tanggal 30 April 2011 hingga tanggal 11 Mei

(18)

52

Setelah dilakukan identifikasi pada masing-masing rubrik Jogregan yang terkumpul, badekan yang dapat ditemukan dari seluruh rubrik tersebut sebanyak 68 buah. Badekan diperoleh dengan memindai satu persatu rubrik Jogregan yang terkumpul, kemudian setiap rubrik Jogregan yang secara eksplisit memuat kata

“badekan” beserta teks badekan itulah yang selanjutnya dijadikan sebagai data. Ke-68 buah badekan yang diperoleh tersebut kemudian seluruhnya digunakan sebagai objek dalam penelitian ini.

3.4 Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang pertama kali dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengurutkan badekan sesuai kemunculannya dalam terbitan Harian Umum Kabar Cirebon. Berdasarkan urutannya tersebut, badekan yang seluruhnya berbahasa Cirebon kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan ini dianggap penting, selain karena untuk memudahkan pemahaman umum, laporan penelitian yang berbentuk tesis ini pun ditulis dalam bahasa Indonesia.

(19)

(c) Hubungan apa sajakah yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban badekan?

Sebagai misal yaitu menginterpretasi badekan #2 melalui model segitiga proses semiosis. Hal tersebut pada gilirannya akan menghasilkan interpretasi akhir dari badekan tersebut. Berikut ini adalah teks badekan #2.

P: Apa basa Inggrise nyetir mobil?

‘Apa bahasa Inggrisnya menyetir mobil?’

J: New fear. ‘New fear.’

Untuk menginterpretasikannya, terlebih dahulu badekan #2 dipisahkan berdasarkan kategori pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan Apa basa Inggrise nyetir mobil ditempatkan di sudut sign sebagai tanda, sedangkan jawaban new fear

ditempatkan di sudut object sebagai acuan pada segitiga proses semiosis model Peirce. Adapun hasil interpretasinya akan menempati sudut interpretant sebagai hasil interpretasi.

Dengan kata lain, segitiga proses semiosis hanya bisa terangkai utuh setelah badekan diketahui interpretannya. Itu artinya, hasil interpretasi tadi akan menempati

(20)

54

Bagan 3.1 Proses Semiosis Badekan #2

Menginterpretasi badekan #2 dilakukan melalui segitiga proses semiosis dua tahap seperti di atas. Dari sana dapat dilihat bahwa yang menjadi tanda pada segitiga proses semiosis tahap pertama yaitu pertanyaan apa basa Inggrise nyetir mobil. Sementara itu, objek yang diacu oleh tanda tersebut adalah jawaban new fear. Adapun interpretan bunyi bahasa Inggris “new fear” mirip bahasa Cirebon “nyupir” (mengendarai mobil) menjadi hasil interpretasi awal badekan #2.

Selanjutnya, hasil interpretasi awal bunyi bahasa Inggris “new fear” mirip

bahasa Cirebon “nyupir” (mengendarai mobil) menjadi tanda pada segitiga proses

semiosis tahap kedua. Sementara yang menjadi objek acuannya adalah pelafalan /new/ /fear/ mirip /nyupir/. Adapun interpretan pelesetan menjadi hasil interpretasi akhir badekan #2.

New fear (object)

Apa basa Inggrise nyetir mobil?

(sign)

(interpretant) Bunyi bahasa Inggris new fear mirip bahasa Cirebon nyupir ‘mengendarai mobil’

(sign)

Pelafalan /new/ /fear/ mirip /nyupir/

(object)

(21)

Interpretasi akhir pelesetan berangkat dari pemelesetan pelafalan dan arti frasa bahasa Inggris new fear yang terdiri atas kata /new/ ‘baru’ dan /fear/ ‘takut’. Sebenarnya frasa ini bukanlah arti dari jawaban bahasa Inggris nyetir mobil seperti yang ditanyakan dalam badekan #2. Adapun maksud dari jawaban itu adalah frasa bahasa Inggris yang pelafalannya mirip dengan bahasa Cirebon. Bunyi yang dihasilkan dari pelafalan frasa /new/ /fear/ mirip dengan pelafalan kata /nyupir/ yang artinya ‘mengendarai mobil’. Ini artinya, meskipun secara tata bahasa hal itu tidak berterima, namun dalam situasi ujar badekan berterima. Di samping itu, badekan tersebut sesuai dengan salah satu karakter tanda dan acuannya yang manasuka serta aspek linguistik berupa pelesetan dalam teka-teki. Demikianlah contoh dari bagaimana menginterpretasi badekan.

Adapun berikutnya yaitu menentukan jenis hubungan yang terbangun di antara pertanyaan dan jawaban badekan. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa hubungan antara tanda dengan objeknya terdiri atas tiga macam hubungan. Ketiganya yaitu ikon yang dipengaruhi oleh faktor kemiripan, indeks yang dipengaruhi oleh faktor sebab dan akibat, dan simbol yang dipengaruhi oleh faktor konvensi dari penutur bahasa.

(22)

56

Sesuai dengan hasil analisis melalui segitiga proses semiosis dua tahap di atas, diketahui bahwa hasil interpretasi akhir dari badekan #2 adalah pelesetan. Hal itu karena frasa bahasa Inggris new fear yang terdiri atas kata /new/ ‘baru’ dan /fear/ ‘takut’ dipelesetkan pelafalan serta artinya. Frasa bahasa Inggris tersebut jika

dilafalkan mirip dengan bunyi kata bahasa Cirebon nyupir yang berarti ‘mengendarai mobil’. Maka, dari sanalah keduanya memenuhi faktor kemiripan sebagai syarat klasifikasi bentuk hubungan berupa ikon.

Badekan

Interpretasi Akhir Hubungan

Pertanyaan Jawaban

Apa basa Inggrise nyetir mobil

[image:22.612.106.534.197.517.2]

New Fear Pelesetan Ikon

Tabel 3.1 Hubungan antara Pertanyaan dan Jawaban Badekan #2

3.5 Penutup

(23)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab kelima dari lima bab penulisan tesis ini akan diuraikan mengenai simpulan dan saran. Adapun dalam simpulan dan saran berisi tentang simpulan dan saran penulisan tesis ini. Berikut ini adalah uraiannya.

5.1 Simpulan

Penelitian ini merupakan kajian terhadap badekan yang terdapat dalam rubrik Jogregan di Harian Umum Kabar Cirebon menggunakan teori semiotika. Adapun badekan adalah teka-teki dalam bahasa Cirebon. Sementara itu, semiotika adalah

ilmu yang mempelajari tanda. Badekan sebagai wujud tradisi lisan daerah Cirebon ternyata dekat dengan semiotika yang mengupas berbagai hal yang dianggapnya sebagai tanda. Hal itu karena badekan pada hakikatnya merupakan tanda yang memerlukan penafsiran baik oleh pendengarnya maupun pembacanya.

(24)

91

a. Dalam konteks bahasa dan budaya Cirebon, badekan dapat didefinisikan sebagai tradisi lisan berupa teka-teki yang diujarkan oleh masyarakat dalam bentuk tanya jawab dengan menggunakan bahasa Cirebon dan bersumber dari ruang lingkup budayanya. Fungsinya sebagai media untuk saling berkomunikasi dan menghibur satu sama lain dengan mengedepankan wawasan serta nalar berpikir dan kreativitas mengolah kata. Ciri-cirinya adalah adanya sesi tanya jawab di antara penutur dan kawan tuturnya.

b. Menginterpretasikan suatu badekan ‘teka-teki’ yang terdiri atas pertanyaan dan jawaban membawa pada sebuah hasil interpretasi akhir badekan. Hasil interpretasi akhir ini ternyata menjadi titik awal di mana suatu badekan dibuat. Adapun berbagai interpretasi akhir yang ditemukan dalam badekan antara lain yaitu pelesetan, polisemi, personifikasi, asosiasi, ironi, pasangan minimal, metafora, hiponimi, dan akronim.

c. Kehadiran pertanyaan dan jawaban badekan secara bersamaan menyajikan padanan keberadaan tanda beserta objek yang diacunya. Menurut teori semiotika, tanda beserta objek yang diacunya memiliki suatu bentuk hubungan. Adapun pengklasifikasian hubungan itu dapat berupa ikon, indeks, dan simbol. Maka, hubungan yang terjalin di antara pertanyaan dan jawaban badekan dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari ketiganya.

(25)

badekan dapat terus berlangsung dengan lebih banyak lagi badekan-badekan yang dibuat.

e. Interpretasi jawaban badekan di antara pihak penanya dan penjawab selalu berseberangan. Hal inilah yang membuatnya menjadi lucu dan menghibur. Karena di balik perbedaan argumentasi keduanya, mesti ada suatu hal di dalam badekan yang mengikat mereka satu sama lain.

f. Membaca tradisi lisan berbentuk badekan dalam wujud tulisan bukan saja hanya dapat memperoleh suasana hiburan, melainkan juga dapat mengasah nalar berpikir dan menambah perbendaharaan kata serta wawasan lingkungan. Tidak ketinggalan pula kemampuan berkomunikasi semakin bervariasi.

5.2 Saran

Sebagaimana adanya simpulan dari penelitian ini seperti yang telah diungkapkan di atas, maka saran-saran pun kiranya perlu diberikan. Adapun yang menjadi saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Berbagai tradisi lisan seperti halnya badekan ‘teka-teki’ agar lebih dimasyarakatkan sebagai warna khas kecakapan seseorang dalam berbahasa dan berbudaya.

(26)

93

c. Sebagaimana halnya tradisi lisan lain seperti pantun dan peribahasa, badekan ‘teki-teki’ perlu mendapat perhatian agar dapat didokumentasikan dalam bentuk literature sebagai wujud warisan budaya tak benda.

d. Baik studi sosial humaniora maupun studi sains teknologi agar tidak abai terhadap penggalian nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi lisan semacam badekan ‘teka -teki’ dan teks-teks naskah berbahasa daerah yang ada di wilayah nusantara.

e. Media massa cetak dan elektronik agar konsisten dalam mengupayakan kelestarian bahasa dan budaya daerah seperti badekan ‘teka-teki’ melalui berbagai bentuk publikasi dan penyiaran yang menyajikan hal-hal tersebut.

5.3 Penutup

Gambar

Tabel 2.1 Trikotomi Ikon, Indeks, dan Simbol Peirce ……………………….
Tabel Badekan Menurut Waktu Kemunculannya ……………..…
Tabel 3.1 Hubungan antara Pertanyaan dan Jawaban  Badekan #2

Referensi

Dokumen terkait

Nilai-nilai akhlak yang terdapat dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar;.. Kinerja guru, yang meliputi: perencanaan guru,

Pengelolaan persediaan bahan baku pada PT USB masih dilakukan secara sederhana, hal ini seringkali mengkibatkan ketidaksesuaian jumlah bahan baku dalam proses

Pada proyek Tugas Akhir (TA) ini akan dibuat suatu aplikasi kendali peralatan bersumber tegangan AC melalui layanan SMS ( Short Message Service ), dimana nantinya penguna aplikasi

Transfer alami antibodi yang muncul pada induk ayam ke anak ayam melalui kuning telur dapat dieksploitasi untuk memproduksi antibodi spesifik terhadap patogen

Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu model Problem Based Learning dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran di sekolah untuk

Pada saat proses produksi Ftv Anak Kampung Vs Anak Kompleks, penulis mengalami beberapa kendala seperti, pada awal-awal Kuliah Kerja Media penulis masih belum terbiasa

Maka dari itu, sebagai pendatang baru dalam pasar pasta gigi anak yang mengutamakan aspek kesehatan, pasta gigi gambir menggunakan strategi penetration pricing , yaitu

Berdasarkan tabel 4.19 memberikan informasi mengenai hasil rekapitulasi tanggapan responden terhadap 3 indikator sikap gaya kepemimpinan. Berdasarkan nilai persentase