BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang
diduga berpengaruh terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan sektor
properti dan real estate dengan penambahan variabel moderating kepemilikan
institusional yang dipakai untuk melihat apakah dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependennya. Sebagai ilustrasi penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen
Ukuran Perusahaan (X1)
Struktur Aset (X2)
Net Profit Margin (NPM) (X3) Keputusan Pendanaan (Y) Kepemilikan Institusional (Z) Return On Equity (ROE) (X4)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual tersebut menggambarkan pengaruh ukuran Perusahaan,
struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) dan
Return on Equity (ROE). Pada penelitian ini keputusan pendanaan merupakan variabel dependen sedangkan ukuran Perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas
yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE), merupakan variabel independen. Dan untuk Kepemilikan Institusional disini
merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara variabel independen yaitu
rasio likuiditas, produktivitas, dan profitabilitas dengan keputusan pendanaan.
3.1.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate
Ukuran perusahaan adalah ukuran yang menggambarkan besar kecilnya
suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata–rata
total penjualan dan rata–rata total aset. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran
atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan
diproyeksikan dengan Log Natural dari total aset. Semakin tinggi ukuran
perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap
struktur modal (keputusan pendanaan), semakin besar perusahaan maka akan
semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi
(Ariyanto, 2002). Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka
kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini
untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah
dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi, Halim (2007).
3.1.2 Pengaruh Struktur Aset terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate
Struktur aset adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aset tetap.
Menurut Munawir (2002), aset tetap adalah aset yang mempunyai umur kegunaan
relatif permanen atau jangka panjang. Struktur aset dalam pecking order theory
memiliki hubungan positif dengan keputusan pendanaan. Frank dan Goyal (2005)
menyatakan bahwa relation between debt and tangibility of asset is reliably positive, yang berarti bahwa semakin besar aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka peluang perusahaan untuk mendapatkan utang semakin besar karena aset
tetap dapat digunakan sebagai jaminan bagi perusahaan ketika hendak berhutang.
Struktur aset pada penelitian ini diukur melalui rasio aset tetap yaitu rasio
perbandingan antara aset tetap dengan total aset.
Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat
menggunakan utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena aset tetap
dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan
(Sartono,2001). Selain itu investor akan lebih mempercayai perusahaan yang
memiliki jaminan atas utang dalam jumlah besar karena apabila perusahaan
mengalami kebangkrutan, maka aset tetap tersebut tersedia dan dapat digunakan
3.1.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate
Profitabilitas diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM) yang dihitung
dengan membagi laba setelah pajak dengan total penjualan. Semakin tinggi net
profit margin maka kebutuhan dana dari eksternal semakin rendah karena laba
yang dihasilkan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, semakin rendah net profit
margin maka kebutuhan dana dari sumber eksternal akan semakin tinggi karena
laba yang dihasilkan perusahaan rendah. Tinggi rendahnya tingkat pengembalian
atau laba yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan
pada masa yang akan datang. Return On Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Hipotesis pecking order menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan
internal equity terlebih dahulu. Apabila memerlukan external financing, maka perusahaan akan menggunakan debt sebelum external equity. Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan lebih banyak
menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan. Jika profitabilitas semakin
tinggi, maka perusahaan dapat menyediakan laba ditahan dalam jumlah yang lebih
besar sehingga penggunaan hutang dapat ditekan. Dan Return On Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
3.1.4 Kepemilikan Institusional sebagai pemoderasi
Dalam hal ini Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan
antara ukuran perusahaan, struktur aset dan rasio profitabilitas (NPM dan ROE)
terhadap keputusan pendanaan pada Perusahaan sektor Properti dan Real Estate.
Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen
dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat disubstitusikan untuk
melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (utang) dalam struktur
modal yang dipakai dalam mengambil keputusan pendanaan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian Silfia (2014) profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan
perusahaan, pajak dan pertumbuhan penjualan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pendanaan secara parsial hanya pertumbuhan
perusahaan saja yang berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irinsyah dan Dana (2013)
hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan profitabilitas, pajak, dan
pertumbuhan perusahaan secara bersama-sama menyebabkan perubahan
keputusan pendanaan pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia periode
2007 – 2010 dengan asumsi faktor lain konstan. Company Size (Ukuran perusahaan) merupakan faktor penting dalam penentuan keputusan pendanaan,
karena semakin besar ukuran perusahaan yang dimiliki maka kebutuhan dana pun
akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian Sormin (2013)
Karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah modal yang
diperlukan (dalam hal ini hutang perusahaan). Struktur aset adalah proporsi
investasi perusahaan dalam bentuk aset tetap. Semakin besar aset tetap yang
dimiliki perusahaan, maka peluang perusahaan untuk mendapatkan utang semakin
besar karena aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan bagi perusahaan ketika
hendak berhutang. Sehingga struktur aset ini sangat berpengaruh terhadap
keputusan pendanaan. Dalam Penelitian Salawu dan Agboola (2008)
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal dalam keputusan
pendanaan.
Untuk Profitability yang diukur dengan Net Profit Margin dan Return On Equity merupakan hal yang sangat dibutuhkan perusahaan dalam hal memberi keputusan pendanaan, Karena semakin tinggi angka profitabilitas perusahaan
maka kecenderungan untuk berhutang itu semakin kecil, sehingga dana dari
modal sendiri lebih banyak digunakan perusahaan untuk mendanai suatu kegiatan
atau aktivitas perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian Ayulestari, dkk (2013)
profitabilitas berpengaruh signifikan negatif, karena semakin banyak perusahaan
mengalami profit maka tingkat penggunaan utang dalam keputusan pendanaan
akan semakin kecil. Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan
meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko, dalam Penelitian
Haruman (2014) kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam
disubstitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt
(utang) dalam struktur modal.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara simultan atau serempak terhadap keputusan pendanaan perusahaan sektor Properti dan Real Estate.
2. Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan perusahaan sektor Properti dan Real Estate.
3. Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara Ukuran
Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity
(ROE) dengan keputusan pendanaan pada Perusahaan sektor Properti dan Real
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan
melakukan pengujian terhadap hubungan kausal komparatif dari variabel-variabel
penelitian yang terukur (parametrik). Penelitian kausal komparatif adalah
penelitian yang membandingkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau
lebih dalam kurun waktu yang berbeda (Erlina, 2008). Variabel yang diteliti
adalah Variabel Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan
Return On Equity (ROE) sebagai variabel independen (X), sedangkan keputusan pendanaan sebagai variabel dependen (Y), dan untuk mengetahui kepemilikan
institusional sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara
variabel Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) dengan keputusan pendanaan (DER).
4.2. Lokasi, waktu dan jadwal penelitian
Penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan sector properti
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan adalah
dimulai dari tahun 2013- 2015. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Lubis, 2012). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan
perusahaannya yang telah diaudit tahun 2013-2015. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 47 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2013-2015 yang laporan keuangan perusahaannya
telah diaudit. Jumlah amatan secara keseluruhan pada penelitian ini adalah (47
perusahaan x 3 tahun) 141 data amatan.
Tabel 4.1 Populasi dan Sampel
No Kode
Saham Nama Perusahaan Sampel
1 APLN Agung Podomoro Land Tbk √
2 ASRI Alam Sutera Realty Tbk √
3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √
4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk √
5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk √
6 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk √
7 BKDP Bukit Darmo Property Tbk √
8 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √
9 COWL Cowell Development Tbk √
10 CTRA Ciputra Development Tbk √
11 CTRP Ciputra Property Tbk √
12 CTRS Ciputra Surya Tbk √
13 DART Duta Anggada Realty Tbk √
14 DILD Intiland Development Tbk √
15 DMAS Puradelta Lestari Tbk √
16 DUTI Duta Pertiwi Tbk √
17 ELTY Bakrieland Development Tbk √
18 EMDE Megapolitan Developments Tbk √
19 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk √
Tabel 4.1 Lanjutan… No Kode
Saham Nama Perusahaan Sampel
21 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk √
22 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk √
23 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √
24 JIHD Jakarta International Hotels Dan Development √
25 JRPT Jaya Real Property Tbk √
26 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk √
27 KPIG MNC Land Tbk √
28 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √
29 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk √
30 LPCK Lippo Cikarang Tbk √
31 LPKR Lippo Karawaci Tbk √
32 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk √
33 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk √
34 MTLA Metropolitan Land Tbk √
35 MTSM Metro Realty Tbk √
36 MYRX Hanson International Tbk √
37 NIRO Nirvana Development Tbk √
38 MORE Indonesia Prima Property Tbk √
39 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk √
40 PWON Pakuwon Jati Tbk √
41 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √
42 RDTX Roda Vivatex Tbk √
43 RODA Pikko Land Development Tbk √
44 SCBD Danayasa Arthatama Tbk. √
45 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk √
46 SMRA Summarecon Agung Tbk √
47 TARA Sitara Propertindo Tbk √
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Data kuantitatif yang digunakan dalam
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Dalam penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari Bursa Efek
Indonesia melalui situs (www.idx.co.id) berupa laporan keuangan perusahaan
sektor property dan real estate tahun 2013-2015. Jumlah sampel dalam penelitian
ini yang akan dianalisis adalah 47 perusahaan dari 3 periode yaitu 2013-2015.
Dengan demikian jumlah data yang akan dianalisis adalah 141 data pengamatan.
4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Sugiyono (2010) definisi operasional variabel adalah suatu
atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan
(X1), Struktur Aset (X2), Net Profit Margin (X3), dan Return On Equity (X4) .
Variabel dependen yaitu Keputusan Pendanaan (Y), sedangkan Kepemilikan
Institusional (Z) sebagai variabel moderating. Definisi operasional variabel
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
4.5.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen adalah variable terikat yang merupakan variable yang
dipengaruhi oleh variable lainnya. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini
adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan (DER) mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
Kriteria yang digunakan untuk mengukur keputusan pendanaan (Debt to Equty Ratio) adalah perbandingan antar total hutang terhadap total equitas.
4.5.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi
variabel dependen, baik pengaruh secara positif maupun negatif (Sugiyono,2006).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Struktur
Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE).
Ukuran perusahaan (X1) adalah ukuran yang menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan,
rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset. Jadi, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran
perusahaan diukur dari total aset.
Ukuran Perusahaan = Total Aset
Struktur aset (X2) adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aset
tetap. Struktur aset tetap diukur melalui rasio aset tetap yaitu perbandingan aset
tetap terhadap total aset.
Tangibility =
Net Profit Margin (X3) dihitung dengan membagi laba setelah pajak
dengan total penjualan.
NPM =
Return on Equity (X4) dihitung dengan membagi laba setelah pajak
dengan total ekuitas.
ROE =
4.5.3 Variabel Moderating (Z)
Variabel moderating (Z) adalah variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan langsung antara variabel dependen dengan variabel
independen. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah pemegang saham
perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan
institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan
terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan
semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk
mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih
besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan
menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau
stakeholder. Sehingga dengan adanya kepemilikan institusional semakin memperkuat pengawasan manajemen dalam menggunakan ekuitas untuk
mengambil keputusan pendanaannya. Kepemilikan Institusional didapat dari hasil
pembagian kepemilikan saham institusional dengan total saham yang beredar.
Kepemilikan Institusional (KI) =
Tabel 4.2
Defenisi Operasional Variabel
Jenis Variabel Nama Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Variabel dependen (Y) Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan (DER) adalah keputusan
yang menyangkut
keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan digunakan perusahaan. DER = Rasio Variabel Independen (X) Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan adalah
ukuran yang
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset.
Ukuran Perusahaan = Total Aset (dalam Trilyun
Rupiah)
Rasio
Struktur Aset (X2)
Struktur aset adalah
proporsi investasi
perusahaan dalam bentuk aset tetap. RSA (tangibility) = Rasio NetProfit Margin (NPM) (X3)
Perbandingan laba setelah pajak terhadap total penjualan NPM = Rasio Return On Equity (ROE) (X4) Perbandingan laba
Setelah pajak terhadap total ekuitas
ROE =
Variabel Moderating (Z) Kepemilikan Institusional (Z) Kepemilikan institusional adalah pemegang saham
perusahaan oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya.
KI =
Rasio
4.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk variabel moderating. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua
atau lebih variabel independen. Untuk menguji variabel moderating dipilih
menggunakan uji residual (Ghozali, 2006).
4.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran umum untuk profil
dari sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari
rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum.
4.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk dapat melakukan analisis regresi
berganda sebagai persyaratan dalam analisis agar data dapat bermakna dan
bermanfaat. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini
4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel residual memiliki distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas
residual dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual terdistribusi normal
H1 : Data residual tidak terdistribusi normal
Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :
H0 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05
H1 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05.
4.6.2.2 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ini dapat dilakukan dengan Uji Park, (Ghozali, 2013). Uji Park
merupakan salah satu uji yang dilakukan untuk mendeteksi heteroskedastisitas.
Park mengemukakan metode bahwa variance merupakan fungsi dari
variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan linier sbb :
Ln
Uji Park dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data tidak terjadi heterokedastisitas
Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :
H0 diterima apabila nilai signifikansi alpha (α) > 0,05 H1 diterima apabila nilai signifikansi alpha (α) < 0,05.
4.6.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara
variabel independen (Ghozali, 2006). Pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance.
Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas
adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. 4.6.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan
penganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya autokorelasi salah satunya dengan uji Durbin-Watson (DW test). Dasar
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan tabel
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana
keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih variabel
independen. Model analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menguji dan
menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan pengaruh ukuran
perusahaan, struktur aset dan profitabilitas di perusahaan property dan real estate.
Data diolah dengan program Statistical Package For Social Science (SPSS). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
Keterangan:
Y = Keputusan Pendanaan b0 = Konstanta
b1 = Koefisiensi Regresi Ukuran Perusahaan b2 = Koefisiensi Regresi Struktur Aset b3 = Koefisiensi Regresi NPM
b4 = Koefisiensi Regresi ROE X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Strukur Aset
X3 = NPM
X4 = ROE
e = Error
4.6.4 Uji Hipotesis Penelitian
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Sugiyono (2013)
menjelaskan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data
yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik).
4.6.4.1 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ghozali (2013) menyatakan
kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model. Nilai Adjusted R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
4.6.4.2 Uji Simultan (Uji F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
terdahap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan untuk uji F adalah:
1. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
4.6.4.3 Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel
terikat. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t
adalah:
1. Jika nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial
variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunakan untuk
mengatasi kecenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antar variabel
independen (Ghozali, 2012). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu
model regresi dengan melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukkan oleh nilai residual. Kriteria uji residual adalah P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif, maka dapat memoderasi. Tetapi, apabila P-Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif, maka tidak dapat memoderasi.
Berdasarkan kriteria uji residual tersebut, maka persamaan regresi untuk uji
residual adalah sebagai berikut:
Z = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e (1)
| e | = b0 + b Y (2)
Keterangan :
Y = Keputusan Pendanaan b0 = Konstanta
b1 = Koefisiensi Regresi Ukuran Perusahaan b2 = Koefisiensi Regresi Struktur Aset b3 = Koefisiensi Regresi NPM
b4 = Koefisiensi Regresi ROE X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Struktur Aset X3 = Net Profit Margin X4 = Return On Equity
Z = Kepemilikan Institusional | e | = Absolut Residual
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Variabel
Data yang digunakan didalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersumber dari laporan keuangan yang sudah diaudit pada perusahaan
properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2013-2015. Berikut adalah tabel hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini :
Tabel 5.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ukuran Perusahaan (dalam Trilyun Rupiah)
141 .088 41.327 7.49389 8.774793 Struktur Aset 141 .02 .67 .1634 .14257 NPM 141 -.52 1.90 .3294 .39902 ROE 141 -.15 1.52 .1359 .20815 KP 141 .01 2.23 .6832 .50479 KI 141 .00 1.00 .5523 .28913 Valid N (listwise) 141
Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat bahwa ukuran perusahaan dengan
sampel sebanyak 141 amatan, perusahaan memiliki nilai minimun 0,088 artinya
ukuran perusahaan terkecil pada perusahaan properti dan real estate yang diamati
memiliki total asset sebesar 88 milyar rupiah dan nilai maksimum 41,327 artinya
Perusahaan properti dan real estate yang sedang diteliti memiliki rata rata total
asset sebesar 7,49 trilyun rupiah yang diambil dari jumlah keseluruhan data
perusahaan properti dan real estate yang diamati.
Standar deviasi atau simpangan baku dari sampel penelitian untuk variabel
ukuran perusahaan adalah 8,77 trilyun rupiah artinya besar perbedaan dari ukuran
perusahaan yang disampel terhadap rata rata ukuran perusahaan tiga tahun
berturut-turut adalah 8,77 trilyun rupiah.
Struktur aset dengan sampel sejumlah 141 memiliki nilai minimum 0,02
artinya perusahaan tersebut memiliki asset tetap paling sedikit 2 % dari total aset.
Nilai maksimum untuk struktur asset perusahaan properti dan real estate adalah
artinya perusahaan tersebut memiliki asset tetap terbesar 67% dari total aset.
Rata-rata nilai struktur aset adalah sejumlah 16,34 % artinya apabila dijumlahkan total
struktur aset dibagi dengan jumlah perusahaan maka didapat hasil 16,34 %
dengan standar deviasi sebesar 14,26 % artinya besar perbedaan struktur aset
diantara perusahaan properti dan real estate yang diteliti tiga tahun berturut-turut
menunjukkan nilai 14,26 %.
Net Profit Margin merupakan nilai yang diperoleh dari rasio laba setelah pajak dibagi dengan total penjualan, NPM dengan sampel sebesar 141 memiliki
nilai minimum sebesar -0,52 atau -52 % artinya rugi bersih sesudah pajak yang
dicapai adalah -52 % dari volume penjualan. Sehingga rugi operasi perusahaan
paling besar ditunjukkan oleh perusahaan Bakrieland Development Tbk, yang
memiliki nilai net profit margin sebesar -52 %. Nilai maksimum net profit margin
190 % dari volume penjualan. Sehingga laba operasi perusahaan terbesar
ditunjukkan oleh perusahaan Bhuwanatala Indah Permai yang memilki nilai net profit margin sebesar 189,92 %.
Rata-rata Net Profit Margin yang dihasilkan dari keseluruhan sampel perusahaan sebesar 32,94 % artinya rata-rata kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba operasi adalah 32,94 %. Standar deviasi net profit margin
39,90% artinya penyimpangan distribusi data net profit margin dari rata-rata tiga
tahun berturut-turut adalah sebesar 39,90%.
Return On Equity merupakan hasil dari laba setelah pajak dibagi dengan total ekuitas memiliki nilai minimum yaitu -0,15 artinya rugi bersih setelah pajak
yang dicapai adalah sebesar 0,15 dari total modal/ekuitas dan nilai maksimum
adalah 1,52 artinya laba setelah pajak yang dicapai adalah sebesar 1,52 dari total
ekuitas perusahaan. Rata-rata Return on Equity sebesar 0,1358 artinya rata-rata kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal
sendiri adalah sebesar 13,58 %, dengan standar deviasi return on equity 20,82 % artinya perbedaan/penyimpangan sampel dengan nilai rata-rata return on equity
adalah sebesar 20,82 %.
Keputusan Pendanaan dengan sampel 141, Nilai minimum yaitu sebesar
0,01 artinya keputusan sumber dana perusahaan berasal dari hutang adalah 1 %
dari total ekuitas. Nilai maksimum yaitu 2,230 artinya keputusan sumber dana
perusahaan berasal dari hutang adalah 223 % dari total ekuitas. Rata-rata
keputusan pendanaan tersebut memiliki nilai 0,683 artinya sebagian besar sumber
penyimpangan sampel dari rata-rata nilai keputusan pendanaan adalah sebesar
50,48%.
Kepemilikan Institusional dengan sampel 141, nilai minimum 0 % artinya
saham perusahaan tidak ada yang dimiliki institusi. Nilai maksimum 100 %
artinya seluruh saham perusahaan dimiliki oleh pihak institusi. Rata-rata
kepemilikan institusi yang ada di dalam perusahaan tersebut yaitu 55,23 artinya
sebagian besar saham perusahaan yang dijadikan sampel, dimilki pihak institusi.
Standar deviasi 28,91 % artinya penyimpangan sampel terhadap rata-rata
kepemilikan institusional adalah 28,91 %.
5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Hasil uji asumsi klasik di dalam penelitian ini yang terdiri dari uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi
adalah sebagai berikut :
5.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas dalam penelitian ini adalah dengan pengujian
Kolmogrov-Smirnov.
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogrov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 141
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .46315384
Most Extreme Differences Absolute .085
Positive .085
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z 1.009
Asymp. Sig. (2-tailed) .261
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil dari Kolmogrov-Smirnov menjelaskan bahwa data penelitian ini
berdistribusi secara normal sehingga uji asumsi klasik untuk normalitas mampu
terpenuhi secara sempurna, hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
yaitu 0,261 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05. Dengan demikian, ini
menunjukkan bahwa data mampu terdistribusi secara normal. Hal ini merupakan
ukuran mutlak yang telah dipenuhi untuk melanjutkan pengujian asumsi klasik
lainnya yang harus dipenuhi.
5.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Hasil dari
uji park dapat dilihat pada table berikut,
Tabel 5.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Park
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -3.043 .423 -7.195 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) .001 .026 .004 .038 .970 SA -.653 1.428 -.039 -.457 .648 NPM .019 .600 .003 .032 .975 ROE 1.654 1.151 .140 1.437 .153
Hasil uji park menunjukkan bahwa nilai signifikansi alpha (α) > 0,05
artinya hipotesis nol (H0) diterima sehingga distribusi data tidak terjadi
heteroskedastisitas.
5.2.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Ada tidaknya hubungan atau korelasi antarvariabel independen atau
variabel bebas (multikolinearitas) dapat diketahui atau dideteksi dengan
memanfaatkan statistik korelasi Variance Inflation Factor (VIF). VIF dalam hal ini merupakan suatu harga koefisien statistik yang menunjukkan pada
Collinearity. Cara ini dapat dilakukan dengan melihat apakah harga masing-masing VIF untuk masing-masing-masing-masing variabel independen lebih besar dari pada 10
atau tidak. Apabila harga koefisien VIF untuk masing-masing variabel
independen lebih besar daripada 10, maka variabel tersebut di indikasikan
memiliki gejala multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF :
Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
UP (dalam Trilyun Rupiah) .785 1.273
SA .969 1.032
NPM .934 1.070
ROE .757 1.322
Hasil uji multikolinearitas dari penelitian ini, dapat dilihat pada tabel diatas
bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 yaitu 0,785 sedangkan nilai VIF sebesar 1,273 lebih kecil dari 10, ini
menunjukkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas pada variabel ini.
Kemudian, variabel struktur aset memiliki nilai tolerance sebesar 0,969 dimana lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF 1,032 yaitu lebih kecil dari 10, dengan demikian
tidak terjadi multikolinearitas pada variabel ini. Selanjutnya net profit margin
memiliki nilai tolerance sebesar 0,934 dimana nilainya lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,070 dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada
variabel ini.
Selanjutnya variabel return on equity dimana memiliki nilai tolerance
sebesar 0,757 yaitu lebih besar dari 0,1 sedangkan VIF nya adalah sebesar 1,322
yaitu dibawah nilai 10, dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas didalam
variabel ini. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa seluruh
variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, struktur aset, net profit margin dan return on equity tidak memiliki masalah multikolinearitas. Seluruh nilai tolerance dan VIF pada tabel telah menjelaskan dan mampu memenuhi syarat terkait drajat kebebasan dari masalah multikolinearitas. Artinya, seluruh
data variabel independen pada penelitian ini tidak memiliki hubungan ataupun
korelasi yang erat satu sama lain. Dimana, dapat dipahami bahwa variabel
independen yang memiliki data yang baik dalam sebuah penelitian adalah variabel
independen yang tidak memiliki korelasi satu sama lain dan terbebas dari masalah
5.2.4 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil uji autokorelasi ini dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson (DW). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi pada data
tersebut terkait dengan penggunaan variabel yang di gunakan selama beberapa
periode dalam kurun waktu yang cukup banyak dan kompleks. Hasil uji
autokorelasi tersebut dipaparkan di dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.5
Hasil Uji Autokorelasi Dengan Durbin-Watson
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .567a .321 .316 .38343 1.907
a. Predictors: (Constant), Unstandardized Residual b. Dependent Variable: LAG_U
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi ini dapat dilihat bahwa nilai dari
Durbin-Watson adalah sebesar 1,907, nilai tesebut didapat setelah dilakukan pengobatan terhadap autokorelasi yang sebelumnya bernilai kecil, dengan
melakukan pengobatan autokorelasi tersebut didapatlah nilai durbin-watson
sebesar 1,907. Karena nilai DW berada diantara batas atas (du) dan (4-du)dimana nilai dl adalah sebesar 1,6670 dan nilai du adalah sebesar 1,7835 dan kurang dari (4 – 1,7835 = 2,2165), dl ≤ dw ≤ (4 - du) atau 1,6670 ≤ 1,907 ≤ 2,216, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil uji autokorelasi tersebut, bahwa
5.3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana
keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih variabel
independen. Model analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menguji dan
menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan pengaruh ukuran
perusahaan, struktur aset dan profitabilitas di perusahaan property dan real estate,
berikut ini hasil persamaan regresi berganda.
Tabel 5.6
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .737 .084 8.794 .000 X1 (dalam Trilyun Rupiah) .020 .005 .346 3.893 .000 X2 -.304 .283 -.086 -1.075 .284 X3 -.275 .119 -.188 -2.315 .022 X4 -.321 .228 -.127 -1.406 .162 a. Dependent Variable: Y
Dimana dapat dipahami bahwa persamaan hasil regresi linier berganda
adalah sebagai berikut :
Y = 0,737 + 0.02 X1 – 0,304 X2 – 0,275 X3 – 0,321 X4
Hasil uji regresi linier berganda ini menjelaskan bahwa koefisien regresi
pada variabel ukuran perusahaan bersifat positif sebesar 0,2 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti bahwa jika variabel keputusan
pendanaan bertambah atau naik satu trilyun rupiah maka variabel ukuran
Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Ariyanto, 2002), yang menyatakan
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap modal perusahaan, dimana
semakin besar ukuran perusahaan, berarti semakin banyak modal yang dibutuhkan
untuk memperluas usahanya. Sehingga dapat dikatakan hasil penelitian saat ini
sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu.
Struktur aset memiliki koefisien regresi negatif dan tidak signifikan yaitu
sebesar -0,304 dengan nilai signifikansi sebesar 0,284 > 0,05. Hal ini berarti
bahwa jika variabel keputusan pendanaan bertambah satu satuan maka variabel
struktur aset akan mengalami penurunan sebesar 0,304 satuan. Hal ini tidak
sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan struktur aset memiliki
hubungan positif terhadap keputusan pendanaan, hal ini mungkin terjadi diduga
dari asset tetap yang memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan
total asset, sehingga jaminan perusahaan yang digunakan untuk berhutang lebih
sedikit sehingga pihak manajer tidak dapat mengandalkan struktur asset untuk
pendanaannya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sormin (2013), bahwa
struktur aset memilki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan
akan tetapi sesuai dengan penelitian Silfia (2014) bahwa struktur asset
berpengaruh negative terhadap keputusan pendanaan dan penelitian Silfia (2014)
ini juga menggunakan objek penelitian yang sama yaitu perusahaan properti dan
real estate, sehingga diduga kemungkinan besar perusahaan properti dan real
Net Profit Margin memiliki koefisien regresi negatif yaitu 0,275 artinya jika variabel keputusan pendanaan bertambah satu satuan, maka variabel Net Profit
Margin turun sebesar 0,275 atau 27,5 % sejalan dengan teori pecking order yaitu
semakin besar tingkat net profit margin suatu perusahaan maka keinginan untuk
berhutang semakin kecil, jika laba perusahaan naik, maka modal juga akan naik,
sehingga keinginan untuk berhutang semakin kecil, maka pengaruh net profit
margin terhadap keputusan pendanaan adalah negative dan nilai signifikansi NPM
sebesar 0,022 < 0,05. Artinya variabel profitabilitas yang diukur dengan rasio Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan karena lebih kecil dari nilai signifikansi alpha 5%. Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian (Sormin, 2013) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin
berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan.
Return on Equity memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,321 yang artinya jika keputusan pendanaan bertambah satu satuan maka tingkat profit yang
diukur dengan Return on Equity akan turun sebesar 0,321 satuan atau 32,1 %, dan nilai signifikansinya > 0,05, sehingga tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan teori
pecking order yang menyatakan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap keputusan pendanaan dan sejalan dengan penelitian (ayulestari, 2013)
dan (Sormin, 2013), dimana hasil dari koefisien regresi untuk return on equity
bernilai negatif, akan tetapi nilai signifikansi alpha pada penelitian saat ini tidak
signifikan, sehingga hasil penelitian saat ini berbeda dengan hasil penelitian yang
5.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Hasil uji hipotesis penelitian di dalam penelitian ini yang terdiri dari uji
koefisien determinasi (Adjusted R2), uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji t) adalah sebagai berikut :
5.4.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ghozali (2013) menyatakan
kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak
peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model. Nilai Adjusted R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Hasil analisis ini dapat dilihat dari tabel 5.6 berikut ini :
Tabel 5.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .398a .158 .133 .469916
a. Predictors: (Constant), ROE, SA, NPM, UP(Dalam Trilyun Rupiah)
Hasil uji koefisien determinasi ini dapat dilihat melalui R2 dan Adjusted R2, namun demikian berdasarkan buku Ghozali (2013) telah dijelaskan bahwa
jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan
satu variabel, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2 nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi yang telah dilakukan, maka
peneliti memperoleh nilai R2 sebesar 0,158 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0,133 dengan demikian, pada dasarnya nilai R2 adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai Adjusted R2, korelasi yang dimiliki variabel dependen yang mampu mewakili di dalam penelitian ini jika dilihat dari nilai R2 maka masih tergolong sangat kecil yaitu variabel independen di dalam penelitian ini hanya mampu
mewakili sebesar 15,8 % sedangkan 84,2 % lagi dapat dijelaskan oleh variabel
independen lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini.
Artinya, variabel ukuran perusahaan, struktur aset, net profit margin, dan
return on equity belum mampu mewakili secara sempurna (100%) untuk menilai keputusan pendanaan pada perusahaan real estate dan properti tersebut. Namun
demikian, variabel penelitian, teori dan hasil penelitian telah dipaparkan secara
baik di dalam penelitian ini, dan tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat
variabel lainnya yang lebih kuat yang mampu mengukur keputusan pendanaan
daripada variabel-variabel independen ini. Kelemahan korelasi diantara variabel
ini, bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak akan terjadi juga pada objek
penelitian yang lainnya, maka dari itu teori dan hasil penelitian tidak selamanya
berbanding lurus.
5.4.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan
terdahap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan untuk uji F adalah:
1. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara serempak variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
2. Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa secara serempak variabel independen tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Maka hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Tabel 5.8
Hasil Uji Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.642 4 1.410 6.387 .000a
Residual 30.032 136 .221
Total 35.673 140
a. Predictors: (Constant), ROE, SA, NPM, UP(Dalam Trilyun Rupiah) b. Dependent Variable: KP
Hasil uji statistik F (Uji Signifikansi Simultan) tersebut menjelaskan bahwa
nilai F hitung adalah sebesar 6,387 sedangkan F tabel adalah sebesar 2,44, dimana
nilai F hitung lebih besar jika dibandingkan dengan nilai F tabel, dengan nilai
signifikansi 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran
perusahaan, Struktur aset, Net Profit Margin dan Return on Equity berpengaruh secara serempak (simultan) terhadap Keputusan Pendanaan dan signifikan pada
nilai 0,000. Artinya, hipotesis pertama dapat diterima bahwa seluruh variabel
independen di dalam penelitian ini mampu mempengaruhi variabel dependen
secara bersama-sama atau secara serempak.
5.4.3 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel
terikat. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t
adalah:
1. Jika nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bahwa secara
parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Jika Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bahwa secara
parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
Hasil dari uji statistik t dapat dilihat pada table 5.9 dibawah ini.
Tabel 5.9
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .737 .084 8.794 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) .020 .005 .346 3.893 .000 SA -.304 .283 -.086 -1.075 .284 NPM -.275 .119 -.188 -2.315 .022 ROE -.321 .228 -.127 -1.406 .162 a. Dependent Variable: KP
Hasil uji parsial (uji t) variabel ukuran perusahaan dapat dilihat bahwa nilai
signifikansi 0,000 < 0,05 maka variabel ukuran perusahaan ini berpengaruh
signifikan terhadap variabel keputusan pendanaan. Artinya, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pendanaan pada
penelitian ini, H1 diterima, H0 ditolak. Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa total
aset dapat menjadi dasar manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal
pendanaan, sehingg sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin besar
ukuran perusahaan, maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan untuk
pendanaan perusahaan tersebut.
Struktur aset dapat dilihat bahwa signifikansi 0,284 > 0,05 maka variabel
struktur aset ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan
pendanaan. Sehingga hipotesis nol diterima, hipotesis satu ditolak bahwa struktur
Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa struktur aset tidak dapat menjadi dasar
manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal pendanaan.
Net Profit Margin dapat dilihat 0,022 < 0,05 maka variabel Net Profit Margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan. Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa laba operasi yang diperoleh dari penjualan dapat
menjadi dasar manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal pendanaan.
Dimana jika penjualan meningkat, maka sumbe dana yang berasal dari hutang
akan turun, karena dengan peningkatan penjualan maka akan meningkatkan modal
sendiri. Sehingga, sumber dana diambil dari modal sendiri.
Return on equity dapat dilihat bahwa signifikansi 0,162 > 0,05 maka variabel Return on equity ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pendanaan. Dengan demikian, Return on equity tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan.
5.5 Hasil Uji Moderating (Uji Residual)
Hasil uji regresi dengan variabel moderasi yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah hasil dari uji residual, hal ini dilakukan karena uji residual
merupakan bagian dari uji regresi moderasi yang paling aman ketika peneliti
menerapkan uji multikolinearitas di dalam penelitiannya walaupun seyogiyanya
setelah dilakukan pengujian multikolinearitas, ternyata tidak terdapat satupun
variabel yang mengalami multikolinearitas di dalam penelitian ini. Sedangkan
pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih nilai
absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi
demikian, berikut ini disajikan hasil dari model regresi moderasi dengan uji
residual. Uji Residual dilakukan untuk melihat apakah variabel moderating dapat
memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Kriteria uji residual adalah P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif, maka dapat memoderasi. Tetapi, apabila P-Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif, maka tidak dapat memoderasi. Hasil
uji residual kepemilikan institusional dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan 5.11
sebagai berikut :
Tabel 5.10
Uji Residual (Kepemilikan Institusional)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .561 .053 10.597 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) -.005 .003 -.162 -1.976 .050 SA .212 .167 .105 1.273 .205 NPM .134 .068 .160 1.971 .051 ROE -.434 .175 -.202 -2.484 .014 a. Dependent Variable: KI Tabel 5.11 Hasil Uji Residual
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .264 .021 12.539 .000 KP -.052 .025 -.176 -2.111 .037
Berdasarkan Tabel 5.10 dan Tabel 5.11 dapat dilihat persamaan hasil uji residual : Z = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e | e | = b0 + b Y maka, Z = 0,561 – 0,005X1 + 0,212X2 + 0,134X3 – 0,434X4 | e | = 0,264 – 0,052Y
Tabel 5.11 menggambarkan nilai signifikan 0,037 lebih kecil dari α = 0,05
dengan nilai koefisien parameter negatif yaitu -0,052, maka variabel kepemilikan
institusional signifikan dan merupakan variabel pemoderasi hubungan antara
variabel ukuran perusahaan, struktur aset, profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin dan Return on Equity dengan keputusan pendanaan.
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan
sebagai berikut :
5.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Pengaruh
positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,2 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil
dari α = 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa ukuran perusahaan searah
dengan keputusan pendanaan, artinya jika ukuran perusahaan bertambah, maka
sebaliknya jika ukuran perusahaan berkurang maka keputusan pendanaan yang
bersumber dari modal akan berkurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori pecking order yang mengatakan
jika suatu perusahaan akan melakukan ekspansi usaha, maka modal yang
diperlukan untuk memperluas usahanya juga akan bertambah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Sormin (2013), Ayulestari (2013), dan Salawu and
Agboola (2008), yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan, atau dengan kata lain ukuran
perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan, sehingga
Hipotesis satu diterima, Hipotesis nol ditolak.
5.6.2 Pengaruh Struktur Aset dengan Keputusan Pendanaan
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa struktur aset tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, dengan nilai koefisien
regresi -0,304 dan nilai signifikan 0,284 lebih besar dari α = 0,05 artinya naik
turunnya struktur aset tidak akan mempengaruhi keputusan pendanaan yang
diperlihatkan oleh rasio DER. Jadi dengan semakin tinggi struktur aset
kemungkinan besar tidak langsung mempengaruhi perusahaan tersebut untuk
menjadikan aset tetap tersebut sebagai jaminan hutang. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Sormin (2013) yang mengatakan bahwa rasio struktur
aset berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan, tetapi sejalan
dengan penelitian Silfia (2014) yang mengatakan bahwa rasio struktur aset tidak
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan dan berkoefisien negatif.
penelitian Silfia (2014) kemungkinan besar karena sama-sama memakai objek
penelitian di perusahaan properti dan real estate.
Dan penelitian ini berbeda dengan penelitian sormin, besar kemungkinan
karena objek penelitiannya berbeda.
5.6.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan.
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa net profit margin
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Pengaruh
negatif dilihat dari nilai koefisien regresi -0,275 dan nilai signifikan 0,022 lebih
kecil dari α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial rasio net profit margin berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, artinya naik turunnya net profit margin sangat berpengaruh terhadap keputusan pendanaan
yang dapat dilihat dari rasio DER. Semakin bertambah laba setelah pajak yang
dibagi dengan penjualan maka akan mengurangi keputusan pendanaan yang
berasal dari hutang, begitu juga sebaliknya jika laba setelah pajak turun, akan
menambah pemakaian dana yang berasal dari hutang. Hal ini sesuai dengan teori
pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Hal ini
sejalan dengan penelitian Sormin (2013), yang menyatakan bahwa profitbilitas
yang diukur dengan rasio net profit margin memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Sehingga untuk rasio net profit margin
dapat dipakai manajemen dalam menentukan keputusan pendanaan.
Pengukuran profitabilitas yang diukur dengan rasio return on equity,
naik turunnya keuntungan yang berasal dari modal tidak akan mempengaruh
perusahaan dalam hal pengambilan keputusan pendanaan terkhususnya dalam hal
menambah hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dalam pengambilan
keputusan kemungkinan memilih menggunakan hutang eksternal untuk
meningkatkan keuntungan. Menurut Balancing Theory, adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh
manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah, tetapi apabila pengorbanan
karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh ditambah
lagi. Di asumsikan bahwa perolehan modal sebagian besar berasal dari hutang dan
hutang tersebut memiliki manfaat yang lebih besar untuk meningkatkan
profitabilitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian ayulestari (2013), Iriansyah
dan Dana (2011), dan Sormin (2013), yang menyatakan bahwa profitabilitas yang
diukur dengan rasio return on equity berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan yang dilihat dari rasio DER (Debt to Equity Ratio).
5.6.4 Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating
Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham perusahaan oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri,
dana perwalian dan institusi lainnya. Kepemilikan Institusional merupakan
variabel moderasi di dalam penelitian ini, dimana Kepemilikan Institusional
mampu memoderasi dan bersifat memperkuat posisi dan pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Pemahamannya adalah seluruh variabel
independen merupakan bagian dari item-item ataupun komponen yang ada di
kemudian akan dilihat, diperiksa, di analisa dan bahkan akan digunakan oleh para
investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan penanaman modal di
dalam sebuah perusahaan tersebut yang kemudian di kenal dengan kepemilikan
institusional. Sesuai dengan hasil dari penerapan uji residual yang telah dilakukan
yang merupakan bagian dari uji moderasi bahwa nilai t hitung pada tabel hasil uji
residual yang telah dipaparkan sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi -0,52
dan nilai signifikansi 0,037.
Kepemilikan institusional mampu memoderasi di dalam penelitian ini.
Artinya setiap saham yang dimiliki oleh institusi tersebut sangat mempengaruhi
keputusan pendanaan oleh manajemen, hal ini diduga disebabkan oleh fungsinya
yang menjadi pengawas pihak manajer dalam penggunaan modal perusahaan
dalam keputusan pendanaan, dan memperkuat atau dapat memperlemah hubungan
keputusan pendanaan dengan variabel ukuruan perusahaan, struktur asset dan
profitabilitas (NPM dan ROE). Sehingga, melalui hasil penelitian ini, setiap
perusahaan harus senantiasa berusaha menarik minat investor untuk meningkatkan
kepemilikan institusional mereka di dalam perusahaan, karena persentase
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab
sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Secara simultan atau serempak variabel ukuran perusahaan, struktur aset,
dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan. Secara parsial ukuran perusahaan, dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin berpengaruh terhadap keputusan pendanaan sedangkan variabel struktur aset dan rasio return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.
2. Kepemilikan institusional mampu memoderasi hubungan antara ukuran
perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin dan return on equity dengan keputusan pendanaan.
6.2 Keterbatasan Penelitian
Setelah pemaparan kesimpulan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
peneliti akan memaparkan beberapa keterbatasan di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel independen yaitu
ukuran perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan
belum mampu mewakili penilaian terhadap variabel keputusan pendanaan,
dan ini dapat dibuktikan melalui nilai R2 dan nilai Adjusted R2 yang diperoleh di dalam penelitian ini.
2. Penelitian ini juga masih sebatas menggunakan alat uji berupa SPSS versi
19 dengan metode analisis data diantaranya adalah analisis deskiptif, uji
asumsi klasik, regresi linier berganda, uji hipotesis dan uji residual.
6.3 Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka penyempurnaan yang disarankan peneliti
untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang yang akan menggunakan
perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, agar menambah periode pengamatan penelitian
atau bisa juga mengganti pengamatan ke perusahaan nonprofit yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, agar sampel yang didapat lebih besar
sehingga hasil yang didapat memungkinkan lebih optimal.
2. Variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan
15,8 % (nilai R2) terhadap keputusan pendanaan. Kepada peneliti
selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terhadap keputusan