• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang

diduga berpengaruh terhadap keputusan pendanaan pada perusahaan sektor

properti dan real estate dengan penambahan variabel moderating kepemilikan

institusional yang dipakai untuk melihat apakah dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependennya. Sebagai ilustrasi penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan

kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Moderating Variabel Dependen

Ukuran Perusahaan (X1)

Struktur Aset (X2)

Net Profit Margin (NPM) (X3) Keputusan Pendanaan (Y) Kepemilikan Institusional (Z) Return On Equity (ROE) (X4)

(2)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konseptual tersebut menggambarkan pengaruh ukuran Perusahaan,

struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) dan

Return on Equity (ROE). Pada penelitian ini keputusan pendanaan merupakan variabel dependen sedangkan ukuran Perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas

yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE), merupakan variabel independen. Dan untuk Kepemilikan Institusional disini

merupakan variabel yang memoderasi hubungan antara variabel independen yaitu

rasio likuiditas, produktivitas, dan profitabilitas dengan keputusan pendanaan.

3.1.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate

Ukuran perusahaan adalah ukuran yang menggambarkan besar kecilnya

suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata–rata

total penjualan dan rata–rata total aset. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran

atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan

diproyeksikan dengan Log Natural dari total aset. Semakin tinggi ukuran

perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap

struktur modal (keputusan pendanaan), semakin besar perusahaan maka akan

semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi

(Ariyanto, 2002). Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka

kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini

(3)

untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah

dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi, Halim (2007).

3.1.2 Pengaruh Struktur Aset terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate

Struktur aset adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aset tetap.

Menurut Munawir (2002), aset tetap adalah aset yang mempunyai umur kegunaan

relatif permanen atau jangka panjang. Struktur aset dalam pecking order theory

memiliki hubungan positif dengan keputusan pendanaan. Frank dan Goyal (2005)

menyatakan bahwa relation between debt and tangibility of asset is reliably positive, yang berarti bahwa semakin besar aset tetap yang dimiliki perusahaan, maka peluang perusahaan untuk mendapatkan utang semakin besar karena aset

tetap dapat digunakan sebagai jaminan bagi perusahaan ketika hendak berhutang.

Struktur aset pada penelitian ini diukur melalui rasio aset tetap yaitu rasio

perbandingan antara aset tetap dengan total aset.

Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat

menggunakan utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena aset tetap

dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral hutang perusahaan

(Sartono,2001). Selain itu investor akan lebih mempercayai perusahaan yang

memiliki jaminan atas utang dalam jumlah besar karena apabila perusahaan

mengalami kebangkrutan, maka aset tetap tersebut tersedia dan dapat digunakan

(4)

3.1.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan Perusahaan Sektor Properti dan Real Estate

Profitabilitas diukur dengan rasio Net Profit Margin (NPM) yang dihitung

dengan membagi laba setelah pajak dengan total penjualan. Semakin tinggi net

profit margin maka kebutuhan dana dari eksternal semakin rendah karena laba

yang dihasilkan semakin tinggi. Begitupun sebaliknya, semakin rendah net profit

margin maka kebutuhan dana dari sumber eksternal akan semakin tinggi karena

laba yang dihasilkan perusahaan rendah. Tinggi rendahnya tingkat pengembalian

atau laba yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan

pada masa yang akan datang. Return On Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Rasio ini mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

Hipotesis pecking order menyatakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan

internal equity terlebih dahulu. Apabila memerlukan external financing, maka perusahaan akan menggunakan debt sebelum external equity. Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka perusahaan akan lebih banyak

menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan. Jika profitabilitas semakin

tinggi, maka perusahaan dapat menyediakan laba ditahan dalam jumlah yang lebih

besar sehingga penggunaan hutang dapat ditekan. Dan Return On Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas. Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang

(5)

3.1.4 Kepemilikan Institusional sebagai pemoderasi

Dalam hal ini Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan

antara ukuran perusahaan, struktur aset dan rasio profitabilitas (NPM dan ROE)

terhadap keputusan pendanaan pada Perusahaan sektor Properti dan Real Estate.

Kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen

dalam mengelola perusahaan. Investor institusional dapat disubstitusikan untuk

melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt (utang) dalam struktur

modal yang dipakai dalam mengambil keputusan pendanaan.

3.2. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian Silfia (2014) profitabilitas, struktur aset, pertumbuhan

perusahaan, pajak dan pertumbuhan penjualan secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pendanaan secara parsial hanya pertumbuhan

perusahaan saja yang berpengaruh terhadap keputusan pendanaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irinsyah dan Dana (2013)

hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan profitabilitas, pajak, dan

pertumbuhan perusahaan secara bersama-sama menyebabkan perubahan

keputusan pendanaan pada perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia periode

2007 – 2010 dengan asumsi faktor lain konstan. Company Size (Ukuran perusahaan) merupakan faktor penting dalam penentuan keputusan pendanaan,

karena semakin besar ukuran perusahaan yang dimiliki maka kebutuhan dana pun

akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian Sormin (2013)

(6)

Karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah modal yang

diperlukan (dalam hal ini hutang perusahaan). Struktur aset adalah proporsi

investasi perusahaan dalam bentuk aset tetap. Semakin besar aset tetap yang

dimiliki perusahaan, maka peluang perusahaan untuk mendapatkan utang semakin

besar karena aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan bagi perusahaan ketika

hendak berhutang. Sehingga struktur aset ini sangat berpengaruh terhadap

keputusan pendanaan. Dalam Penelitian Salawu dan Agboola (2008)

menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal dalam keputusan

pendanaan.

Untuk Profitability yang diukur dengan Net Profit Margin dan Return On Equity merupakan hal yang sangat dibutuhkan perusahaan dalam hal memberi keputusan pendanaan, Karena semakin tinggi angka profitabilitas perusahaan

maka kecenderungan untuk berhutang itu semakin kecil, sehingga dana dari

modal sendiri lebih banyak digunakan perusahaan untuk mendanai suatu kegiatan

atau aktivitas perusahaan, hal ini sejalan dengan penelitian Ayulestari, dkk (2013)

profitabilitas berpengaruh signifikan negatif, karena semakin banyak perusahaan

mengalami profit maka tingkat penggunaan utang dalam keputusan pendanaan

akan semakin kecil. Manajerial ownership dan institusional investor dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana apakah melalui utang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh melalui utang berarti rasio utang terhadap equity akan

meningkat, sehingga akhirnya akan meningkatkan risiko, dalam Penelitian

Haruman (2014) kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam

(7)

disubstitusikan untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt

(utang) dalam struktur modal.

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :

1. Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara simultan atau serempak terhadap keputusan pendanaan perusahaan sektor Properti dan Real Estate.

2. Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan perusahaan sektor Properti dan Real Estate.

3. Kepemilikan Institusional mampu memoderasi hubungan antara Ukuran

Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity

(ROE) dengan keputusan pendanaan pada Perusahaan sektor Properti dan Real

(8)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan

melakukan pengujian terhadap hubungan kausal komparatif dari variabel-variabel

penelitian yang terukur (parametrik). Penelitian kausal komparatif adalah

penelitian yang membandingkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau

lebih dalam kurun waktu yang berbeda (Erlina, 2008). Variabel yang diteliti

adalah Variabel Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan

Return On Equity (ROE) sebagai variabel independen (X), sedangkan keputusan pendanaan sebagai variabel dependen (Y), dan untuk mengetahui kepemilikan

institusional sebagai variabel moderating mampu memoderasi hubungan antara

variabel Ukuran Perusahaan, Struktur Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return On Equity (ROE) dengan keputusan pendanaan (DER).

4.2. Lokasi, waktu dan jadwal penelitian

Penelitian ini mengambil objek penelitian pada perusahaan sector properti

dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode pengamatan adalah

dimulai dari tahun 2013- 2015. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai

(9)

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Lubis, 2012). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangan

perusahaannya yang telah diaudit tahun 2013-2015. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 47 perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada Tahun 2013-2015 yang laporan keuangan perusahaannya

telah diaudit. Jumlah amatan secara keseluruhan pada penelitian ini adalah (47

perusahaan x 3 tahun) 141 data amatan.

Tabel 4.1 Populasi dan Sampel

No Kode

Saham Nama Perusahaan Sampel

1 APLN Agung Podomoro Land Tbk √

2 ASRI Alam Sutera Realty Tbk √

3 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk √

4 BCIP Bumi Citra Permai Tbk √

5 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk √

6 BIPP Bhuwanatala Indah Permai Tbk √

7 BKDP Bukit Darmo Property Tbk √

8 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk √

9 COWL Cowell Development Tbk √

10 CTRA Ciputra Development Tbk √

11 CTRP Ciputra Property Tbk √

12 CTRS Ciputra Surya Tbk √

13 DART Duta Anggada Realty Tbk √

14 DILD Intiland Development Tbk √

15 DMAS Puradelta Lestari Tbk √

16 DUTI Duta Pertiwi Tbk √

17 ELTY Bakrieland Development Tbk √

18 EMDE Megapolitan Developments Tbk √

19 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk √

(10)

Tabel 4.1 Lanjutan… No Kode

Saham Nama Perusahaan Sampel

21 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk √

22 GPRA Perdana Gapuraprima Tbk √

23 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk √

24 JIHD Jakarta International Hotels Dan Development

25 JRPT Jaya Real Property Tbk √

26 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk √

27 KPIG MNC Land Tbk √

28 LAMI Lamicitra Nusantara Tbk √

29 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk √

30 LPCK Lippo Cikarang Tbk √

31 LPKR Lippo Karawaci Tbk √

32 MDLN Modernland Realty Ltd Tbk √

33 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk √

34 MTLA Metropolitan Land Tbk √

35 MTSM Metro Realty Tbk √

36 MYRX Hanson International Tbk √

37 NIRO Nirvana Development Tbk √

38 MORE Indonesia Prima Property Tbk √

39 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk √

40 PWON Pakuwon Jati Tbk √

41 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk √

42 RDTX Roda Vivatex Tbk √

43 RODA Pikko Land Development Tbk √

44 SCBD Danayasa Arthatama Tbk. √

45 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk √

46 SMRA Summarecon Agung Tbk √

47 TARA Sitara Propertindo Tbk √

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Data kuantitatif yang digunakan dalam

(11)

dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh bersumber dari Bursa Efek

Indonesia melalui situs (www.idx.co.id) berupa laporan keuangan perusahaan

sektor property dan real estate tahun 2013-2015. Jumlah sampel dalam penelitian

ini yang akan dianalisis adalah 47 perusahaan dari 3 periode yaitu 2013-2015.

Dengan demikian jumlah data yang akan dianalisis adalah 141 data pengamatan.

4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Sugiyono (2010) definisi operasional variabel adalah suatu

atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan

(X1), Struktur Aset (X2), Net Profit Margin (X3), dan Return On Equity (X4) .

Variabel dependen yaitu Keputusan Pendanaan (Y), sedangkan Kepemilikan

Institusional (Z) sebagai variabel moderating. Definisi operasional variabel

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

4.5.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen adalah variable terikat yang merupakan variable yang

dipengaruhi oleh variable lainnya. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini

adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan (DER) mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan

(12)

Kriteria yang digunakan untuk mengukur keputusan pendanaan (Debt to Equty Ratio) adalah perbandingan antar total hutang terhadap total equitas.

4.5.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi

variabel dependen, baik pengaruh secara positif maupun negatif (Sugiyono,2006).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, Struktur

Aset, Net Profit Margin (NPM) dan Return on Equity (ROE).

Ukuran perusahaan (X1) adalah ukuran yang menggambarkan besar

kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan,

rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset. Jadi, ukuran perusahaan

merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran

perusahaan diukur dari total aset.

Ukuran Perusahaan = Total Aset

Struktur aset (X2) adalah proporsi investasi perusahaan dalam bentuk aset

tetap. Struktur aset tetap diukur melalui rasio aset tetap yaitu perbandingan aset

tetap terhadap total aset.

Tangibility =

Net Profit Margin (X3) dihitung dengan membagi laba setelah pajak

dengan total penjualan.

NPM =

(13)

Return on Equity (X4) dihitung dengan membagi laba setelah pajak

dengan total ekuitas.

ROE =

4.5.3 Variabel Moderating (Z)

Variabel moderating (Z) adalah variabel yang dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan langsung antara variabel dependen dengan variabel

independen. Variabel moderating yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional adalah pemegang saham

perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,

institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan

institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan

terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan

semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk

mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih

besar bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan

menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau

stakeholder. Sehingga dengan adanya kepemilikan institusional semakin memperkuat pengawasan manajemen dalam menggunakan ekuitas untuk

mengambil keputusan pendanaannya. Kepemilikan Institusional didapat dari hasil

pembagian kepemilikan saham institusional dengan total saham yang beredar.

Kepemilikan Institusional (KI) =

(14)

Tabel 4.2

Defenisi Operasional Variabel

Jenis Variabel Nama Variabel Defenisi Operasional Indikator Skala Variabel dependen (Y) Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan (DER) adalah keputusan

yang menyangkut

keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan digunakan perusahaan. DER = Rasio Variabel Independen (X) Ukuran Perusahaan (X1)

Ukuran perusahaan adalah

ukuran yang

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aset.

Ukuran Perusahaan = Total Aset (dalam Trilyun

Rupiah)

Rasio

Struktur Aset (X2)

Struktur aset adalah

proporsi investasi

perusahaan dalam bentuk aset tetap. RSA (tangibility) = Rasio NetProfit Margin (NPM) (X3)

Perbandingan laba setelah pajak terhadap total penjualan NPM = Rasio Return On Equity (ROE) (X4) Perbandingan laba

Setelah pajak terhadap total ekuitas

ROE =

(15)

Variabel Moderating (Z) Kepemilikan Institusional (Z) Kepemilikan institusional adalah pemegang saham

perusahaan oleh

pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya.

KI =

Rasio

4.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda (Multiple Regression Analysis) dan uji residual untuk variabel moderating. Data penelitian ini diolah dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS). Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua

atau lebih variabel independen. Untuk menguji variabel moderating dipilih

menggunakan uji residual (Ghozali, 2006).

4.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran umum untuk profil

dari sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari

rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum.

4.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk dapat melakukan analisis regresi

berganda sebagai persyaratan dalam analisis agar data dapat bermakna dan

bermanfaat. Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

(16)

4.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual memiliki distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas

residual dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual terdistribusi normal

H1 : Data residual tidak terdistribusi normal

Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :

H0 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05

H1 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05.

4.6.2.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Untuk

mendeteksi ini dapat dilakukan dengan Uji Park, (Ghozali, 2013). Uji Park

merupakan salah satu uji yang dilakukan untuk mendeteksi heteroskedastisitas.

Park mengemukakan metode bahwa variance merupakan fungsi dari

variabel-variabel independen yang dinyatakan dalam persamaan linier sbb :

Ln

Uji Park dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data tidak terjadi heterokedastisitas

(17)

Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :

H0 diterima apabila nilai signifikansi alpha (α) > 0,05 H1 diterima apabila nilai signifikansi alpha (α) < 0,05.

4.6.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji korelasi antara variabel

independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara

variabel independen (Ghozali, 2006). Pengujian multikolinearitas dilakukan

dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) dan tolerance.

Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoleniaritas

adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. 4.6.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan

penganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi salah satunya dengan uji Durbin-Watson (DW test). Dasar

pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan menggunakan tabel

(18)

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih dari nol berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih dari pada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4.6.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana

keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih variabel

independen. Model analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menguji dan

menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan pengaruh ukuran

perusahaan, struktur aset dan profitabilitas di perusahaan property dan real estate.

Data diolah dengan program Statistical Package For Social Science (SPSS). Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Keterangan:

Y = Keputusan Pendanaan b0 = Konstanta

b1 = Koefisiensi Regresi Ukuran Perusahaan b2 = Koefisiensi Regresi Struktur Aset b3 = Koefisiensi Regresi NPM

b4 = Koefisiensi Regresi ROE X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Strukur Aset

(19)

X3 = NPM

X4 = ROE

e = Error

4.6.4 Uji Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian yang harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Sugiyono (2013)

menjelaskan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai

keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data

yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik).

4.6.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ghozali (2013) menyatakan

kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak

peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model. Nilai Adjusted R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

4.6.4.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel

(20)

terdahap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan

keputusan untuk uji F adalah:

1. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

2. Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

4.6.4.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel

independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel

terikat. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t

adalah:

1. Jika nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial

variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

(21)

Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunakan untuk

mengatasi kecenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antar variabel

independen (Ghozali, 2012). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu

model regresi dengan melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukkan oleh nilai residual. Kriteria uji residual adalah P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif, maka dapat memoderasi. Tetapi, apabila P-Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif, maka tidak dapat memoderasi.

Berdasarkan kriteria uji residual tersebut, maka persamaan regresi untuk uji

residual adalah sebagai berikut:

Z = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e (1)

| e | = b0 + b Y (2)

Keterangan :

Y = Keputusan Pendanaan b0 = Konstanta

b1 = Koefisiensi Regresi Ukuran Perusahaan b2 = Koefisiensi Regresi Struktur Aset b3 = Koefisiensi Regresi NPM

b4 = Koefisiensi Regresi ROE X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Struktur Aset X3 = Net Profit Margin X4 = Return On Equity

Z = Kepemilikan Institusional | e | = Absolut Residual

(22)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Variabel

Data yang digunakan didalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang bersumber dari laporan keuangan yang sudah diaudit pada perusahaan

properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun

2013-2015. Berikut adalah tabel hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini :

Tabel 5.1

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ukuran Perusahaan (dalam Trilyun Rupiah)

141 .088 41.327 7.49389 8.774793 Struktur Aset 141 .02 .67 .1634 .14257 NPM 141 -.52 1.90 .3294 .39902 ROE 141 -.15 1.52 .1359 .20815 KP 141 .01 2.23 .6832 .50479 KI 141 .00 1.00 .5523 .28913 Valid N (listwise) 141

Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat bahwa ukuran perusahaan dengan

sampel sebanyak 141 amatan, perusahaan memiliki nilai minimun 0,088 artinya

ukuran perusahaan terkecil pada perusahaan properti dan real estate yang diamati

memiliki total asset sebesar 88 milyar rupiah dan nilai maksimum 41,327 artinya

(23)

Perusahaan properti dan real estate yang sedang diteliti memiliki rata rata total

asset sebesar 7,49 trilyun rupiah yang diambil dari jumlah keseluruhan data

perusahaan properti dan real estate yang diamati.

Standar deviasi atau simpangan baku dari sampel penelitian untuk variabel

ukuran perusahaan adalah 8,77 trilyun rupiah artinya besar perbedaan dari ukuran

perusahaan yang disampel terhadap rata rata ukuran perusahaan tiga tahun

berturut-turut adalah 8,77 trilyun rupiah.

Struktur aset dengan sampel sejumlah 141 memiliki nilai minimum 0,02

artinya perusahaan tersebut memiliki asset tetap paling sedikit 2 % dari total aset.

Nilai maksimum untuk struktur asset perusahaan properti dan real estate adalah

artinya perusahaan tersebut memiliki asset tetap terbesar 67% dari total aset.

Rata-rata nilai struktur aset adalah sejumlah 16,34 % artinya apabila dijumlahkan total

struktur aset dibagi dengan jumlah perusahaan maka didapat hasil 16,34 %

dengan standar deviasi sebesar 14,26 % artinya besar perbedaan struktur aset

diantara perusahaan properti dan real estate yang diteliti tiga tahun berturut-turut

menunjukkan nilai 14,26 %.

Net Profit Margin merupakan nilai yang diperoleh dari rasio laba setelah pajak dibagi dengan total penjualan, NPM dengan sampel sebesar 141 memiliki

nilai minimum sebesar -0,52 atau -52 % artinya rugi bersih sesudah pajak yang

dicapai adalah -52 % dari volume penjualan. Sehingga rugi operasi perusahaan

paling besar ditunjukkan oleh perusahaan Bakrieland Development Tbk, yang

memiliki nilai net profit margin sebesar -52 %. Nilai maksimum net profit margin

(24)

190 % dari volume penjualan. Sehingga laba operasi perusahaan terbesar

ditunjukkan oleh perusahaan Bhuwanatala Indah Permai yang memilki nilai net profit margin sebesar 189,92 %.

Rata-rata Net Profit Margin yang dihasilkan dari keseluruhan sampel perusahaan sebesar 32,94 % artinya rata-rata kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba operasi adalah 32,94 %. Standar deviasi net profit margin

39,90% artinya penyimpangan distribusi data net profit margin dari rata-rata tiga

tahun berturut-turut adalah sebesar 39,90%.

Return On Equity merupakan hasil dari laba setelah pajak dibagi dengan total ekuitas memiliki nilai minimum yaitu -0,15 artinya rugi bersih setelah pajak

yang dicapai adalah sebesar 0,15 dari total modal/ekuitas dan nilai maksimum

adalah 1,52 artinya laba setelah pajak yang dicapai adalah sebesar 1,52 dari total

ekuitas perusahaan. Rata-rata Return on Equity sebesar 0,1358 artinya rata-rata kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal

sendiri adalah sebesar 13,58 %, dengan standar deviasi return on equity 20,82 % artinya perbedaan/penyimpangan sampel dengan nilai rata-rata return on equity

adalah sebesar 20,82 %.

Keputusan Pendanaan dengan sampel 141, Nilai minimum yaitu sebesar

0,01 artinya keputusan sumber dana perusahaan berasal dari hutang adalah 1 %

dari total ekuitas. Nilai maksimum yaitu 2,230 artinya keputusan sumber dana

perusahaan berasal dari hutang adalah 223 % dari total ekuitas. Rata-rata

keputusan pendanaan tersebut memiliki nilai 0,683 artinya sebagian besar sumber

(25)

penyimpangan sampel dari rata-rata nilai keputusan pendanaan adalah sebesar

50,48%.

Kepemilikan Institusional dengan sampel 141, nilai minimum 0 % artinya

saham perusahaan tidak ada yang dimiliki institusi. Nilai maksimum 100 %

artinya seluruh saham perusahaan dimiliki oleh pihak institusi. Rata-rata

kepemilikan institusi yang ada di dalam perusahaan tersebut yaitu 55,23 artinya

sebagian besar saham perusahaan yang dijadikan sampel, dimilki pihak institusi.

Standar deviasi 28,91 % artinya penyimpangan sampel terhadap rata-rata

kepemilikan institusional adalah 28,91 %.

5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik

Hasil uji asumsi klasik di dalam penelitian ini yang terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi

adalah sebagai berikut :

5.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas dalam penelitian ini adalah dengan pengujian

Kolmogrov-Smirnov.

Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogrov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 141

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .46315384

Most Extreme Differences Absolute .085

Positive .085

Negative -.062

Kolmogorov-Smirnov Z 1.009

Asymp. Sig. (2-tailed) .261

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(26)

Hasil dari Kolmogrov-Smirnov menjelaskan bahwa data penelitian ini

berdistribusi secara normal sehingga uji asumsi klasik untuk normalitas mampu

terpenuhi secara sempurna, hal ini dibuktikan dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

yaitu 0,261 lebih besar dari nilai signifikansi yaitu 0,05. Dengan demikian, ini

menunjukkan bahwa data mampu terdistribusi secara normal. Hal ini merupakan

ukuran mutlak yang telah dipenuhi untuk melanjutkan pengujian asumsi klasik

lainnya yang harus dipenuhi.

5.2.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Hasil dari

uji park dapat dilihat pada table berikut,

Tabel 5.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Park

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -3.043 .423 -7.195 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) .001 .026 .004 .038 .970 SA -.653 1.428 -.039 -.457 .648 NPM .019 .600 .003 .032 .975 ROE 1.654 1.151 .140 1.437 .153

(27)

Hasil uji park menunjukkan bahwa nilai signifikansi alpha (α) > 0,05

artinya hipotesis nol (H0) diterima sehingga distribusi data tidak terjadi

heteroskedastisitas.

5.2.3 Hasil Uji Multikolinearitas

Ada tidaknya hubungan atau korelasi antarvariabel independen atau

variabel bebas (multikolinearitas) dapat diketahui atau dideteksi dengan

memanfaatkan statistik korelasi Variance Inflation Factor (VIF). VIF dalam hal ini merupakan suatu harga koefisien statistik yang menunjukkan pada

Collinearity. Cara ini dapat dilakukan dengan melihat apakah harga masing-masing VIF untuk masing-masing-masing-masing variabel independen lebih besar dari pada 10

atau tidak. Apabila harga koefisien VIF untuk masing-masing variabel

independen lebih besar daripada 10, maka variabel tersebut di indikasikan

memiliki gejala multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada

tabel berikut ini dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF :

Tabel 5.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

UP (dalam Trilyun Rupiah) .785 1.273

SA .969 1.032

NPM .934 1.070

ROE .757 1.322

(28)

Hasil uji multikolinearitas dari penelitian ini, dapat dilihat pada tabel diatas

bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 yaitu 0,785 sedangkan nilai VIF sebesar 1,273 lebih kecil dari 10, ini

menunjukkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas pada variabel ini.

Kemudian, variabel struktur aset memiliki nilai tolerance sebesar 0,969 dimana lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF 1,032 yaitu lebih kecil dari 10, dengan demikian

tidak terjadi multikolinearitas pada variabel ini. Selanjutnya net profit margin

memiliki nilai tolerance sebesar 0,934 dimana nilainya lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF sebesar 1,070 dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas pada

variabel ini.

Selanjutnya variabel return on equity dimana memiliki nilai tolerance

sebesar 0,757 yaitu lebih besar dari 0,1 sedangkan VIF nya adalah sebesar 1,322

yaitu dibawah nilai 10, dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas didalam

variabel ini. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa seluruh

variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, struktur aset, net profit margin dan return on equity tidak memiliki masalah multikolinearitas. Seluruh nilai tolerance dan VIF pada tabel telah menjelaskan dan mampu memenuhi syarat terkait drajat kebebasan dari masalah multikolinearitas. Artinya, seluruh

data variabel independen pada penelitian ini tidak memiliki hubungan ataupun

korelasi yang erat satu sama lain. Dimana, dapat dipahami bahwa variabel

independen yang memiliki data yang baik dalam sebuah penelitian adalah variabel

independen yang tidak memiliki korelasi satu sama lain dan terbebas dari masalah

(29)

5.2.4 Hasil Uji Autokorelasi

Hasil uji autokorelasi ini dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson (DW). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi pada data

tersebut terkait dengan penggunaan variabel yang di gunakan selama beberapa

periode dalam kurun waktu yang cukup banyak dan kompleks. Hasil uji

autokorelasi tersebut dipaparkan di dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.5

Hasil Uji Autokorelasi Dengan Durbin-Watson

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .567a .321 .316 .38343 1.907

a. Predictors: (Constant), Unstandardized Residual b. Dependent Variable: LAG_U

Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi ini dapat dilihat bahwa nilai dari

Durbin-Watson adalah sebesar 1,907, nilai tesebut didapat setelah dilakukan pengobatan terhadap autokorelasi yang sebelumnya bernilai kecil, dengan

melakukan pengobatan autokorelasi tersebut didapatlah nilai durbin-watson

sebesar 1,907. Karena nilai DW berada diantara batas atas (du) dan (4-du)dimana nilai dl adalah sebesar 1,6670 dan nilai du adalah sebesar 1,7835 dan kurang dari (4 – 1,7835 = 2,2165), dldw ≤ (4 - du) atau 1,6670 ≤ 1,907 ≤ 2,216, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil uji autokorelasi tersebut, bahwa

(30)

5.3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda bermaksud untuk meramalkan bagaimana

keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih variabel

independen. Model analisis regresi linier berganda bertujuan untuk menguji dan

menganalisis, baik secara parsial maupun secara simultan pengaruh ukuran

perusahaan, struktur aset dan profitabilitas di perusahaan property dan real estate,

berikut ini hasil persamaan regresi berganda.

Tabel 5.6

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .737 .084 8.794 .000 X1 (dalam Trilyun Rupiah) .020 .005 .346 3.893 .000 X2 -.304 .283 -.086 -1.075 .284 X3 -.275 .119 -.188 -2.315 .022 X4 -.321 .228 -.127 -1.406 .162 a. Dependent Variable: Y

Dimana dapat dipahami bahwa persamaan hasil regresi linier berganda

adalah sebagai berikut :

Y = 0,737 + 0.02 X1 – 0,304 X2 – 0,275 X3 – 0,321 X4

Hasil uji regresi linier berganda ini menjelaskan bahwa koefisien regresi

pada variabel ukuran perusahaan bersifat positif sebesar 0,2 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, hal ini berarti bahwa jika variabel keputusan

pendanaan bertambah atau naik satu trilyun rupiah maka variabel ukuran

(31)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian (Ariyanto, 2002), yang menyatakan

ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap modal perusahaan, dimana

semakin besar ukuran perusahaan, berarti semakin banyak modal yang dibutuhkan

untuk memperluas usahanya. Sehingga dapat dikatakan hasil penelitian saat ini

sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu.

Struktur aset memiliki koefisien regresi negatif dan tidak signifikan yaitu

sebesar -0,304 dengan nilai signifikansi sebesar 0,284 > 0,05. Hal ini berarti

bahwa jika variabel keputusan pendanaan bertambah satu satuan maka variabel

struktur aset akan mengalami penurunan sebesar 0,304 satuan. Hal ini tidak

sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan struktur aset memiliki

hubungan positif terhadap keputusan pendanaan, hal ini mungkin terjadi diduga

dari asset tetap yang memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan

total asset, sehingga jaminan perusahaan yang digunakan untuk berhutang lebih

sedikit sehingga pihak manajer tidak dapat mengandalkan struktur asset untuk

pendanaannya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Sormin (2013), bahwa

struktur aset memilki pengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan

akan tetapi sesuai dengan penelitian Silfia (2014) bahwa struktur asset

berpengaruh negative terhadap keputusan pendanaan dan penelitian Silfia (2014)

ini juga menggunakan objek penelitian yang sama yaitu perusahaan properti dan

real estate, sehingga diduga kemungkinan besar perusahaan properti dan real

(32)

Net Profit Margin memiliki koefisien regresi negatif yaitu 0,275 artinya jika variabel keputusan pendanaan bertambah satu satuan, maka variabel Net Profit

Margin turun sebesar 0,275 atau 27,5 % sejalan dengan teori pecking order yaitu

semakin besar tingkat net profit margin suatu perusahaan maka keinginan untuk

berhutang semakin kecil, jika laba perusahaan naik, maka modal juga akan naik,

sehingga keinginan untuk berhutang semakin kecil, maka pengaruh net profit

margin terhadap keputusan pendanaan adalah negative dan nilai signifikansi NPM

sebesar 0,022 < 0,05. Artinya variabel profitabilitas yang diukur dengan rasio Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan karena lebih kecil dari nilai signifikansi alpha 5%. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian (Sormin, 2013) yang menyatakan bahwa Net Profit Margin

berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan.

Return on Equity memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,321 yang artinya jika keputusan pendanaan bertambah satu satuan maka tingkat profit yang

diukur dengan Return on Equity akan turun sebesar 0,321 satuan atau 32,1 %, dan nilai signifikansinya > 0,05, sehingga tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan teori

pecking order yang menyatakan bahwa tingkat profitabilitas berpengaruh negatif

terhadap keputusan pendanaan dan sejalan dengan penelitian (ayulestari, 2013)

dan (Sormin, 2013), dimana hasil dari koefisien regresi untuk return on equity

bernilai negatif, akan tetapi nilai signifikansi alpha pada penelitian saat ini tidak

signifikan, sehingga hasil penelitian saat ini berbeda dengan hasil penelitian yang

(33)

5.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian

Hasil uji hipotesis penelitian di dalam penelitian ini yang terdiri dari uji

koefisien determinasi (Adjusted R2), uji simultan (uji F), dan uji parsial (uji t) adalah sebagai berikut :

5.4.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Ghozali (2013) menyatakan

kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model sehingga banyak

peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model. Nilai Adjusted R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

Hasil analisis ini dapat dilihat dari tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.7

Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .398a .158 .133 .469916

a. Predictors: (Constant), ROE, SA, NPM, UP(Dalam Trilyun Rupiah)

Hasil uji koefisien determinasi ini dapat dilihat melalui R2 dan Adjusted R2, namun demikian berdasarkan buku Ghozali (2013) telah dijelaskan bahwa

(34)

jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan

satu variabel, maka R2 pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan atau tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2 nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi yang telah dilakukan, maka

peneliti memperoleh nilai R2 sebesar 0,158 dan nilai Adjusted R2 sebesar 0,133 dengan demikian, pada dasarnya nilai R2 adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai Adjusted R2, korelasi yang dimiliki variabel dependen yang mampu mewakili di dalam penelitian ini jika dilihat dari nilai R2 maka masih tergolong sangat kecil yaitu variabel independen di dalam penelitian ini hanya mampu

mewakili sebesar 15,8 % sedangkan 84,2 % lagi dapat dijelaskan oleh variabel

independen lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini.

Artinya, variabel ukuran perusahaan, struktur aset, net profit margin, dan

return on equity belum mampu mewakili secara sempurna (100%) untuk menilai keputusan pendanaan pada perusahaan real estate dan properti tersebut. Namun

demikian, variabel penelitian, teori dan hasil penelitian telah dipaparkan secara

baik di dalam penelitian ini, dan tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat

variabel lainnya yang lebih kuat yang mampu mengukur keputusan pendanaan

daripada variabel-variabel independen ini. Kelemahan korelasi diantara variabel

(35)

ini, bukanlah merupakan sesuatu yang mutlak akan terjadi juga pada objek

penelitian yang lainnya, maka dari itu teori dan hasil penelitian tidak selamanya

berbanding lurus.

5.4.2 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan

terdahap variabel dependen. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan

keputusan untuk uji F adalah:

1. Jika F hitung > F tabel dan nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara serempak variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

2. Jika F hitung < F tabel dan nilai Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa secara serempak variabel independen tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Maka hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

:

Tabel 5.8

Hasil Uji Simultan (Uji F)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.642 4 1.410 6.387 .000a

Residual 30.032 136 .221

Total 35.673 140

a. Predictors: (Constant), ROE, SA, NPM, UP(Dalam Trilyun Rupiah) b. Dependent Variable: KP

(36)

Hasil uji statistik F (Uji Signifikansi Simultan) tersebut menjelaskan bahwa

nilai F hitung adalah sebesar 6,387 sedangkan F tabel adalah sebesar 2,44, dimana

nilai F hitung lebih besar jika dibandingkan dengan nilai F tabel, dengan nilai

signifikansi 0,000 < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan, Struktur aset, Net Profit Margin dan Return on Equity berpengaruh secara serempak (simultan) terhadap Keputusan Pendanaan dan signifikan pada

nilai 0,000. Artinya, hipotesis pertama dapat diterima bahwa seluruh variabel

independen di dalam penelitian ini mampu mempengaruhi variabel dependen

secara bersama-sama atau secara serempak.

5.4.3 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel

independen secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel

terikat. Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t

adalah:

1. Jika nilai Sig. < α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bahwa secara

parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

2. Jika Sig. > α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bahwa secara

parsial variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

(37)

Hasil dari uji statistik t dapat dilihat pada table 5.9 dibawah ini.

Tabel 5.9

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .737 .084 8.794 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) .020 .005 .346 3.893 .000 SA -.304 .283 -.086 -1.075 .284 NPM -.275 .119 -.188 -2.315 .022 ROE -.321 .228 -.127 -1.406 .162 a. Dependent Variable: KP

Hasil uji parsial (uji t) variabel ukuran perusahaan dapat dilihat bahwa nilai

signifikansi 0,000 < 0,05 maka variabel ukuran perusahaan ini berpengaruh

signifikan terhadap variabel keputusan pendanaan. Artinya, ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputusan pendanaan pada

penelitian ini, H1 diterima, H0 ditolak. Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa total

aset dapat menjadi dasar manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal

pendanaan, sehingg sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa semakin besar

ukuran perusahaan, maka semakin besar pula modal yang dibutuhkan untuk

pendanaan perusahaan tersebut.

Struktur aset dapat dilihat bahwa signifikansi 0,284 > 0,05 maka variabel

struktur aset ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan

pendanaan. Sehingga hipotesis nol diterima, hipotesis satu ditolak bahwa struktur

(38)

Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa struktur aset tidak dapat menjadi dasar

manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal pendanaan.

Net Profit Margin dapat dilihat 0,022 < 0,05 maka variabel Net Profit Margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan. Dari hasil uji t ini dapat dilihat bahwa laba operasi yang diperoleh dari penjualan dapat

menjadi dasar manajemen dalam mengambil keputusan dalam hal pendanaan.

Dimana jika penjualan meningkat, maka sumbe dana yang berasal dari hutang

akan turun, karena dengan peningkatan penjualan maka akan meningkatkan modal

sendiri. Sehingga, sumber dana diambil dari modal sendiri.

Return on equity dapat dilihat bahwa signifikansi 0,162 > 0,05 maka variabel Return on equity ini tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pendanaan. Dengan demikian, Return on equity tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan.

5.5 Hasil Uji Moderating (Uji Residual)

Hasil uji regresi dengan variabel moderasi yang digunakan di dalam

penelitian ini adalah hasil dari uji residual, hal ini dilakukan karena uji residual

merupakan bagian dari uji regresi moderasi yang paling aman ketika peneliti

menerapkan uji multikolinearitas di dalam penelitiannya walaupun seyogiyanya

setelah dilakukan pengujian multikolinearitas, ternyata tidak terdapat satupun

variabel yang mengalami multikolinearitas di dalam penelitian ini. Sedangkan

pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih nilai

absolut mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tinggi

(39)

demikian, berikut ini disajikan hasil dari model regresi moderasi dengan uji

residual. Uji Residual dilakukan untuk melihat apakah variabel moderating dapat

memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen. Kriteria uji residual adalah P-Value (Sig) < 0,05 dan nilai koefisien parameternya negatif, maka dapat memoderasi. Tetapi, apabila P-Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien parameternya positif, maka tidak dapat memoderasi. Hasil

uji residual kepemilikan institusional dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan 5.11

sebagai berikut :

Tabel 5.10

Uji Residual (Kepemilikan Institusional)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .561 .053 10.597 .000 UP (dalam Trilyun Rupiah) -.005 .003 -.162 -1.976 .050 SA .212 .167 .105 1.273 .205 NPM .134 .068 .160 1.971 .051 ROE -.434 .175 -.202 -2.484 .014 a. Dependent Variable: KI Tabel 5.11 Hasil Uji Residual

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .264 .021 12.539 .000 KP -.052 .025 -.176 -2.111 .037

(40)

Berdasarkan Tabel 5.10 dan Tabel 5.11 dapat dilihat persamaan hasil uji residual : Z = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e | e | = b0 + b Y maka, Z = 0,561 – 0,005X1 + 0,212X2 + 0,134X3 – 0,434X4 | e | = 0,264 – 0,052Y

Tabel 5.11 menggambarkan nilai signifikan 0,037 lebih kecil dari α = 0,05

dengan nilai koefisien parameter negatif yaitu -0,052, maka variabel kepemilikan

institusional signifikan dan merupakan variabel pemoderasi hubungan antara

variabel ukuran perusahaan, struktur aset, profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin dan Return on Equity dengan keputusan pendanaan.

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan

sebagai berikut :

5.6.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Keputusan Pendanaan

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Pengaruh

positif dilihat dari nilai koefisien regresi 0,2 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil

dari α = 0,05. Pengaruh positif menunjukkan bahwa ukuran perusahaan searah

dengan keputusan pendanaan, artinya jika ukuran perusahaan bertambah, maka

(41)

sebaliknya jika ukuran perusahaan berkurang maka keputusan pendanaan yang

bersumber dari modal akan berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori pecking order yang mengatakan

jika suatu perusahaan akan melakukan ekspansi usaha, maka modal yang

diperlukan untuk memperluas usahanya juga akan bertambah. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian Sormin (2013), Ayulestari (2013), dan Salawu and

Agboola (2008), yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan, atau dengan kata lain ukuran

perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap keputusan pendanaan, sehingga

Hipotesis satu diterima, Hipotesis nol ditolak.

5.6.2 Pengaruh Struktur Aset dengan Keputusan Pendanaan

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa struktur aset tidak

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, dengan nilai koefisien

regresi -0,304 dan nilai signifikan 0,284 lebih besar dari α = 0,05 artinya naik

turunnya struktur aset tidak akan mempengaruhi keputusan pendanaan yang

diperlihatkan oleh rasio DER. Jadi dengan semakin tinggi struktur aset

kemungkinan besar tidak langsung mempengaruhi perusahaan tersebut untuk

menjadikan aset tetap tersebut sebagai jaminan hutang. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian Sormin (2013) yang mengatakan bahwa rasio struktur

aset berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pendanaan, tetapi sejalan

dengan penelitian Silfia (2014) yang mengatakan bahwa rasio struktur aset tidak

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan dan berkoefisien negatif.

(42)

penelitian Silfia (2014) kemungkinan besar karena sama-sama memakai objek

penelitian di perusahaan properti dan real estate.

Dan penelitian ini berbeda dengan penelitian sormin, besar kemungkinan

karena objek penelitiannya berbeda.

5.6.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap Keputusan Pendanaan.

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa net profit margin

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Pengaruh

negatif dilihat dari nilai koefisien regresi -0,275 dan nilai signifikan 0,022 lebih

kecil dari α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara parsial rasio net profit margin berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan, artinya naik turunnya net profit margin sangat berpengaruh terhadap keputusan pendanaan

yang dapat dilihat dari rasio DER. Semakin bertambah laba setelah pajak yang

dibagi dengan penjualan maka akan mengurangi keputusan pendanaan yang

berasal dari hutang, begitu juga sebaliknya jika laba setelah pajak turun, akan

menambah pemakaian dana yang berasal dari hutang. Hal ini sesuai dengan teori

pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat

keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. Hal ini

sejalan dengan penelitian Sormin (2013), yang menyatakan bahwa profitbilitas

yang diukur dengan rasio net profit margin memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan pendanaan. Sehingga untuk rasio net profit margin

dapat dipakai manajemen dalam menentukan keputusan pendanaan.

Pengukuran profitabilitas yang diukur dengan rasio return on equity,

(43)

naik turunnya keuntungan yang berasal dari modal tidak akan mempengaruh

perusahaan dalam hal pengambilan keputusan pendanaan terkhususnya dalam hal

menambah hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan dalam pengambilan

keputusan kemungkinan memilih menggunakan hutang eksternal untuk

meningkatkan keuntungan. Menurut Balancing Theory, adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh

manfaat masih lebih besar, hutang akan ditambah, tetapi apabila pengorbanan

karena menggunakan hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh ditambah

lagi. Di asumsikan bahwa perolehan modal sebagian besar berasal dari hutang dan

hutang tersebut memiliki manfaat yang lebih besar untuk meningkatkan

profitabilitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian ayulestari (2013), Iriansyah

dan Dana (2011), dan Sormin (2013), yang menyatakan bahwa profitabilitas yang

diukur dengan rasio return on equity berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan yang dilihat dari rasio DER (Debt to Equity Ratio).

5.6.4 Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderating

Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham perusahaan oleh

pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri,

dana perwalian dan institusi lainnya. Kepemilikan Institusional merupakan

variabel moderasi di dalam penelitian ini, dimana Kepemilikan Institusional

mampu memoderasi dan bersifat memperkuat posisi dan pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Pemahamannya adalah seluruh variabel

independen merupakan bagian dari item-item ataupun komponen yang ada di

(44)

kemudian akan dilihat, diperiksa, di analisa dan bahkan akan digunakan oleh para

investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan penanaman modal di

dalam sebuah perusahaan tersebut yang kemudian di kenal dengan kepemilikan

institusional. Sesuai dengan hasil dari penerapan uji residual yang telah dilakukan

yang merupakan bagian dari uji moderasi bahwa nilai t hitung pada tabel hasil uji

residual yang telah dipaparkan sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi -0,52

dan nilai signifikansi 0,037.

Kepemilikan institusional mampu memoderasi di dalam penelitian ini.

Artinya setiap saham yang dimiliki oleh institusi tersebut sangat mempengaruhi

keputusan pendanaan oleh manajemen, hal ini diduga disebabkan oleh fungsinya

yang menjadi pengawas pihak manajer dalam penggunaan modal perusahaan

dalam keputusan pendanaan, dan memperkuat atau dapat memperlemah hubungan

keputusan pendanaan dengan variabel ukuruan perusahaan, struktur asset dan

profitabilitas (NPM dan ROE). Sehingga, melalui hasil penelitian ini, setiap

perusahaan harus senantiasa berusaha menarik minat investor untuk meningkatkan

kepemilikan institusional mereka di dalam perusahaan, karena persentase

(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab

sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Secara simultan atau serempak variabel ukuran perusahaan, struktur aset,

dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin dan return on equity berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan. Secara parsial ukuran perusahaan, dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin berpengaruh terhadap keputusan pendanaan sedangkan variabel struktur aset dan rasio return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan.

2. Kepemilikan institusional mampu memoderasi hubungan antara ukuran

perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan rasio net profit margin dan return on equity dengan keputusan pendanaan.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Setelah pemaparan kesimpulan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka

peneliti akan memaparkan beberapa keterbatasan di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya terbatas pada beberapa variabel independen yaitu

ukuran perusahaan, struktur aset, dan profitabilitas yang diukur dengan

(46)

belum mampu mewakili penilaian terhadap variabel keputusan pendanaan,

dan ini dapat dibuktikan melalui nilai R2 dan nilai Adjusted R2 yang diperoleh di dalam penelitian ini.

2. Penelitian ini juga masih sebatas menggunakan alat uji berupa SPSS versi

19 dengan metode analisis data diantaranya adalah analisis deskiptif, uji

asumsi klasik, regresi linier berganda, uji hipotesis dan uji residual.

6.3 Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka penyempurnaan yang disarankan peneliti

untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang yang akan menggunakan

perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, agar menambah periode pengamatan penelitian

atau bisa juga mengganti pengamatan ke perusahaan nonprofit yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, agar sampel yang didapat lebih besar

sehingga hasil yang didapat memungkinkan lebih optimal.

2. Variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan

15,8 % (nilai R2) terhadap keputusan pendanaan. Kepada peneliti

selanjutnya yang berminat melakukan penelitian terhadap keputusan

Gambar

Tabel 4.1  Populasi dan Sampel
Tabel 4.1 Lanjutan…  No  Kode

Referensi

Dokumen terkait

Sampel dalam penelitian ini adalah data mengenai profitabilitas yang diukur dengan net profit margin, likuiditas diukur dengan cash ratio, ukuran perusahaan

modal kerja, serta analisis rasio keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas. ( gross profit margin, operating ratio, dan net profit margin ) pada PT

Rasio Profitabilitas yang digunakan PT Mustika Ratu Tbk terdiri dari Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Operating Ratio, Net Profit Margin atau Sales Margin,

Rasio profitabilitas yang umumnya digunakan untuk mengukur kinerja keuangan diantaranya yaitu Net Profit Margin (NPM).Net Profit Margin yaitu rasio yang digunakan

Hal tersebut terbukti dengan menurunnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio profitabilitas yaitu rasio net profit margin (NPM). Faktor-faktor

Dari jurnal (Sari, 2020) Net Profit Margin berpengaruh negative tidak signifikan terhadap Quick Ratio disebabkan Net Profit Marfin adalah rasio yang mengukur profit yang

Studi ini menganalisis rasio profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), danReturn on Equity (ROE).Hasilnya menunjukkan bahwa hanya

Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa, rasio profitabilitas yaitu Return On Assets, Return On Equity, Gross Profit Margin, Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan,