• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil penggunaan dan potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Mei 2014 - Juli 2014"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Menkes RI, 2010).

Rumah sakit sebagai institusi kesehatan menggunakan obat-obatan sesuai dengan daftar formularium rumah sakit, maka formularium rumah sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap formularium rumah sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan rumah sakit (Menkes RI, 2014).

Pada penyelenggaraannya, penggunaan obat yang tidak rasional sering ditemukan dalam peresepan obat sehingga menimbulkan pemborosan dan mengurangi kualitas pelayanan rumah sakit. Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang berhubungan dengan terapi obat dan secara nyata maupun potensial berpengaruh terhadap perkembangan pasien yang diinginkan. Peran seorang apoteker sangat diperlukan dalam hal identifikasi untuk mencegah dan mengatasi kejadian tersebut (Christina, dkk., 2014).

(2)

suatu interaksi yang bisa terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu dengan yang lainnya, atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat yang lainnya (Stockley, 2008). Pasien yang menerima obat berpotensi interaksi banyak juga tanpa bukti mengalami efek buruk. Hal ini tidak mungkin membedakan karakteristik yang jelas untuk menentukan siapa yang akan atau tidak akan mengalami interaksi obat yang merugikan (Tatro, 2009).

Laporan studi retrospektif dari Kroasia diperoleh 1.209 laporan yang melibatkan setidaknya kombinasi dua obat, terdapat 468 (38,7%) dilaporkan berpotensi interaksi obat, 94 diantaranya (7,8% dari total laporan) adalah interaksi obat sebenarnya (Nikica, 2011).\

Legese (2013), dalam penelitiannya yang dilakukan pada pasien rawat jalan poli kardiovaskular di Jimma University specialized hospital menunjukkan sebanyak 1.249 obat dengan rata-rata 3,76 obat per resep yang diresepkan untuk 332 pasien. Frekwensi potensi interaksi obat ditemukan 241 kejadian (72,6%) (Legese, 2013).

(3)

Hasil penelitian Andriana (2012) di RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo

Purwokerto periode November 2009-Januari 2010 menunjukkan terjadi potensi

interaksi obat pada pasien rawat inap penyakit dalam RSUD Prof. Dr.Margono

Soekarjo Purwokerto sebesar 56,76% (Andriana, 2012).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, secara umum frekwensi kejadian interaksi obat pada periode Oktober-Desember 2010 sebanyak 16 pasien (53,33%) (Hidayah, 2012) dan pada penelitian Bakri (2011) terhadap 1019 lembar resep pasien rawat jalan dari Poli Kardiovaskular Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan periode Januari sampai dengan Maret 2011, diperoleh gambaran umum bahwa terjadi interaksi obat sebesar 28,85% dan yang tidak berinteraksi sebesar 71,05% (Bakri, 2011).

Salah satu kelompok obat yang masuk dalam daftar formularium rumah sakit dan pemakaiannya harus diperhatikan karena tidak jarang menimbulkan interaksi adalah analgetika. Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, (perbedaan dengan anestetika umum) (Tan dan Rahardja, 2008).

Obat analgetika obat yang paling banyak digunakan tidak hanya menghilangkan rasa sakit dan demam tetapi juga untuk efek anti-inflamasi. Selain penghalang rasa sakit ini banyak digunakan, obat ini juga sering disalahgunakan diseluruh dunia, mungkin karena penggunaan obat ini tidak selalu menunjukkan efek samping yang parah (Builders, 2011).

(4)

poli penyakit dalam di RSU Dr. Saiful Anwar Malang menggunakan golongan analgetika Non steroid antiiflamation drug (NSAID). yaitu natrium diklofenak, meloksikam dan Ibuprofen untuk terapi menangani penyakit Osteoarthritis (Waranugraha, 2010).

Pola resep yang salah pada analgetika sering mengakibatkan efek samping dan interaksi obat yang menyebabkan reaksi obat yang serius dan merugikan (Builders, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien rawat jalan medicine clinic di Mexico ditemukan potensi interaksi obat dalam resep prevalensi yang sangat tinggi terjadi pada orang dewasa dan hampir 90,0% akibat penggunaan NSAID. Interaksi yang paling sering melibatkan NSAID diresepkan pada pasien dengan hipertensi dan atau gagal jantung kronis seperti NSAID dan ACE inhibitor, meskipun temuan ini dipengaruhi oleh kriteria inklusi pasien, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan mengenai interaksi ini (Dubova, dkk., 2007).

(5)

1.2 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang potensi interaksi obat analgetika, dengan variabel bebas (independent variable) usia dan jumlah obat dan sebagai variabel terikat (dependent variable) adalah potensi interaksi obat analgetika, untuk melihat persentase potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSUP H. Adam Malik Medan. Selengkapannya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 1.1 Skema hubungan variabel bebas dan variabel terikat

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana profil penggunaan obat analgetika?

b. Apakah terjadi potensi interaksi obat pada pemberian obat analgetika?

c. Berapakah persentase potensi interaksi obat yang terjadi pada pemberian obat analgetika?

d. Apakah jenis obat analgetika yang sering berpotensi interaksi?

e. Apakah usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat analgetika? Potensi interaksi obat analgetika:

Persentase potensi interaksi obat analgetika Usia

(6)

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Profil penggunaan obat analgetika dilihat dari jenis obat yang paling banyak digunakan adalah natrium diklofenak, parasetamol dan meloksikam.

b. Terjadi potensi interaksi obat analgetika pada peresepan.

c. Persentase potensi interaksi pada pemberian obat analgetika adalah 30%. d. Obat analgetika yang sering mengalami potensi interaksi adalah natrium

diklofenak, meloksikam dan ibuprofen.

e. Usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat analgetika.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. mengetahui profil penggunaan obat analgetika.

b. mengetahui apakah terjadi potensi interaksi pada obat analgetika.

c. mengetahui persentase potensi interaksi yang terjadi pada obat analgetika. d. mengidentifikasi obat analgetika yang sering berpotensi interaksi.

e. mengetahui apakah usia dan jumlah obat mempengaruhi potensi interaksi obat analgetika.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

(7)

b. memberikan gambaran mengenai persentase potensi interaksi obat analgetika pada pasien rawat jalan poli penyakit dalam di RSUP H. Adam Malik Medan. c. memberi informasi kepada pihak yang terkait penggunaan jenis obat

analgetika yang kemungkinan menyebabkan interaksi obat sehingga interaksi obat akibat penggunaan analgetika dapat dicegah.

Referensi

Dokumen terkait

• Taxes are compulsory government-imposed charges levied on citizens and their property.. • Progressive income tax is the tax

Specifically, this research looks at the level of variability among the suite of terrestrial remote sensing instruments used to derive LAI and canopy cover metrics in

This research derived a value of ± 9 cm vertical sensitivity for the SfM-derived change measurement, and this appears appropriate for the Hollin Hill landslide site, since

bahwa untuk usaha kerjasanra berupa pemyataan Modal Daerah dalam Perseroan '['crbutas (l).T) Asuransi Bagun Askrida dimaksud hurul'c di atas, perlu diutur

Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar  Membaca teks tentang. berbagai profesi, misal- nya pengrajin kayu dan

The produced 3D point clouds are gridded to 6 mm resolution from which topographic parameters such as slope, aspect and roughness are derived.. At a later project stage these

Berikut kami bagikan contoh Soal Ulangan Tematik Kelas 1 SD Tema 5 : Pengalamanku.. Subtema 2 : Pengalaman Bersama Teman

To obtain well-distributed, stable and quantity controllable features, UR-SIFT algorithm is adopted in source image, meanwhile, SIFT with lower contrast threshold