• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Penyembuhan Luka Sayat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efektivitas Gel Ekstrak Etanol daun Gulma Siam (Chromolaena odorata) terhadap Penyembuhan Luka Sayat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi habitat, sistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi tumbuhan, khasiat tumbuhan dan kandungan kimia.

2.1.1 Habitat

Kirinyuh adalah gulma yang awalnya berasal dari Amerika Selatan dan Tengah, menyebar ke daerah tropis Asia, Afrika dan Pasifik, digolongkan sebagai gulma invasif, semak berkayu yang berkembang cepat, juga dikenal sebagai gulma siam, berdiri membentuk padat yang dapat mencegah pertumbuhan jenis tumbuhan lainnya serta memiliki efek allelopati (Prawiradiputra, 2007).

Gulma ini diperkirakan sudah tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an (Sipayung, dkk., 1991), tidak hanya terdapat di lahan kering atau pegunungan tetapi juga banyak terdapat dilahan rawa dan lahan basah lainnya (Thamrin, dkk., 2007)

2.1.2 Morfologi

(2)

2.1.3 Nama daerah

Nama daerah, Sumatera Utara: lenga-lenga; Sunda: kirinyuh, babanjaran, darismin; Makassar: laruna, lahuna, kopasanda. Istilah dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Siam Weed, Christmas Bush, dan Common Floss Flower (Chakraborty, dkk., 2010).

Chromolaena odorata (L.) King & H. E. Robins memiliki nama lain:

Eupatorium odoratum L., Eupatorium affine Hook & Arn., Eupatorium

brachiatum Wikstrom, Osmiaodorata (L.) Schultz-Bip, Osmia floribunda (Kunth)

Schultz-Bip (Chakraborty, dkk., 2010).

2.1.4 Sistematika tumbuhan (Herbarium Medanense)

Sistematika tumbuhan gulma siam adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Chromolaena

Spesies : Chromolaena odorata (L.) King & H.E. Robins Nama Lokal : Gulma Siam

2.1.5 Kandungan kimia

(3)

kardiak, tanin, terpenoid, saponin avenacin, senyawa fenol seperti protocatechuin, p-coumarin, ferulic, p-hidroksibenzoat, asam vanilik, flavonoid jenis quercetagetin, naringenin, kaempferol, sinensetin, skutelareintetrametil eter, scutellarein, luteolin, eriodiktiol, aromadendrin, apigenin, scutellarein, taxifolin, quercetagetin, minyak essensial seperti α-pinen, β-pinen, germakren D, β

-copaen-4-alpha-ol, β-caryopilen, geigeren, pregeijeren, cadinen, camphor, dan limonene (Omokhua, dkk., 2015).

2.1.6 Khasiat tumbuhan

Khasiat dari daun gulma siam adalah untuk menangani gigitan lintah, luka jaringan lunak, luka bakar, infeksi kulit. Daun gulma siam secara tradisional digunakan sebagai obat dalam penyembuhan luka, obat kumur untuk pengobatan sakit pada tenggorokan, obat batuk, obat malaria, antimikroba, sakit kepala, antidiare, astringent, antispasmodik, antihipertensi, antiinflamasi, mengobati diabetes, antikolesterol, antioksidan dan diueretik (Vital dan Rivera, 2009; Ikewuchi dan Ikewuchi, 2011; Yenti, dkk., 2011).

Daun gulma siam juga telah diaplikasikan pada manusia untuk membantu pembekuan darah akibat luka bisul atau borok (Hadiroseyani, 2005).

2.2 Ekstraksi

(4)

diserbuk sampai halus (DirJen, POM., 2000: DepKes, RI., 1979).

Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu: 1. Maserasi

Maserasi berasal dari kata “macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah hasil

penarikkan simplisia dengan cara maserasi. Maserasi adalah cara penarikkan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari (Syamsuni, 2006). Dengan kata lain maserasi merupakan proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukkan pada temperatur ruangan. Remaserasi pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (DirJen, POM., 2000; DepKes, RI., 1979).

2. Perkolasi

Perkolasi berasal dari kata “percolare” yang artinya penetesan (Voigt, 1995). Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang-kurangnya selama 3 jam (DepKes, RI., 1979; DirJen, POM., 2000).

2.3 Gel

(5)

Sediaan gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (DepKes, RI., 1995). Gel dapat diklasifikasikan sebagai gel anorganik dan gel organik, contoh bahan anorganik pembentuk gel adalah bentonit sedangkan tragakan, hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa adalah bahan organik (Voigt, 1995). Gel mempunyai kekakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan memegang medium pendispersi (Ansel, 1998).

Proses pembuatan gel meliputi proses peleburan atau diperlukan suatu posedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, dkk., 1994). Jika masa gel terdiri dari kelompok-kelompok partikel kecil yang berbeda, maka gel ini dikelompokkan dalam sistem dua fase. Makromolekul pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, disebut dengan gel satu fase (Ansel, 1998)

Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel meliputi gom alam, tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintesis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol (Aulton, 2007).

Gel dalam pembuatannya memerlukan suatu basis untuk mendapatkan suatu gel yang homogen dengan konsistensi yang baik. Basis yang sering digunakan dalam pembuatan gel adalah HPMC dan karbopol karena sifatnya yang mudah didispersikan oleh air dengan konsentrasi kecil dan dapat memberikan kekentalan yang cukup sebagai dasar gel, bersifat inert tidak mengiritasi kulit dan tidak dimetabolisme oleh tubuh (Quinones dan Ghaly, 2008).

(6)

tidak lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel berbentuk padat apabila disimpan dan akan mengalir apabila dikocok, konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk membentuk masa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman, dkk., 1998).

Beberapa keuntungan sediaan gel menurut Voigt, 1995 adalah: 1. Kemampuan penyebaran baik pada kulit

2. Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit 3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis

4. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik 5. Pelepasan obatnya baik

Tingginya kandungan air dalam sediaan gel dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi mikroba, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet seperti metil dan propil paraben. Upaya lain yang diperlukan adalah perlindungan terhadap penguapan yaitu untuk menghindari masalah pengeringan (Voigt, 1995; Aulton, 2007).

2.3.1 Hidroksi propil metil selulose (HPMC)

Hidroksi propil metil selulosa dengan nama lain hypromellosum, memiliki berat molekul 10.000-1.500.000 (Rowe, dkk., 2009). merupakan turunan metil selulosa yang memiliki ciri-ciri serbuk atau butiran putih, tidak memiliki bau dan rasa. Sangat sukar larut dalam eter, etanol, atau aseton, mudah larut dalam air panas dan segera menggumpal membentuk koloid. HPMC pada sediaan topikal mampu menjaga penguapan air sehingga secara luas banyak digunakan sebagai kosmetik (Rowe., dkk, 2005; Reynold, 1989).

(7)

kompatibel dengan bahan-bahan lain, kecuali bahan-bahan yang oksidatif (Gibson, 2001). Hidroxy methyl cellulose (HPMC) merupakan gelling agent semi sintetik yang tahan terhadap fenol dan stabil pada pH 3-11. HPMC dapat membentuk gel yang jernih dan bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka panjang (Rowe, dkk., 2005). Selain itu HPMC mengembang terbatas dalam air sehingga merupakan bahan pembentuk hidrogel yang baik. Hidrogel sangat cocok digunakan sebagai sediaan topikal dengan fungsi kelenjer sebaseus berlebih, dimana hal ini merupakan salah satu faktor penyebab jerawat (Voigt, 1995). Rumus bangun HPMC dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus bangun HPMC 2.3.2 Propilen glikol

(8)

Propilen glikol berfungsi sebagai humektan yang menjaga kestabilan sediaan dengan cara mengabsorpsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan dan mampu mempertahankan kandungan air dari suatu sediaan (Arikumalasari dkk, ; Kuncari dkk, 2014). Propilen glikol juga berfungsi meningkatkan penetrasi dengan cara merusak susunan lapisan lipid stratum korneum dan dengan denaturasi keratin atau melarutkan lapisan lipid pada stratum korneum sehingga mengurangi resistensi difusional dan meningkatkan permeabilitas kulit (Sinko, 2006; Sukmawati dkk, 2009). Rumus bangun propilen glikol dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Rumus bangun propilen glikol 2.3.3 Metil paraben

Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk halus, berwarna putih, hampir tidak berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal (Depkes, RI., 1979; Rowe, dkk., 2005)

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi, kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol (Soni, 2002).

(9)

Gambar 2.3 Rumus bangun metil paraben 2.3.4 Propil paraben

Propil paraben merupakan serbuk kristal putih, tidak berbau, dan tidak berasa, berfungsi sebagai pengawet (Steinberg, 2005). Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada pH 4-8, peningkatan pH dapat menurunkan aktivitas antimikrobanya. Propil paraben sangat larut dalam aseton dan etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam air (Wade, 1994; Reynold, 1989). Rumus bangun propil paraben dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Rumus bangun propil paraben

2.4 Kulit

Kulit merupakan organ terbesar dari tubuh manusia, 15% dari berat badan dewasa adalah kulit. Kulit memiliki bagian pelengkap seperti rambut, kuku dan kelenjar keringat/sebasea (Arisanty, 2013).

(10)

sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen (Perdanakusuma, 2007). Struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 2.5.

3. 4. 5.

Gambar 2.5 Struktur kulit

Gambar 2.5 Struktur kulit

Kulit mempunyai daya regenerasi yang besar, misalnya pada saat kulit terluka, maka sel-sel dalam dermis melawan infeksi lokal kapiler dan jaringan ikat akan mengalami regenerasi sehingga terbentuk jaringan parut pada mulanya berwarna kemerahan karena meningkatnya jumlah kapiler dan akhirnya berubah menjadi serabut kolagen keputihan yang terlihat melalui epitel (Setiadi, 2007).

Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung, terdiri atas 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit dan ribuan ujung saraf tepi. Kulit memiliki bagian pelengkap seperti rambut, kuku, dan kelenjar keringat/ sebasea (Arisanty, 2013).

(11)

Epdermis merupakan bagian terluar kulit, sebagian besar terdiri dari yang mengalami skuamosa yang bertingkat yang mengalami kreatinisasi yang tidak memiliki pembuluh darah. Sel-sel yang menyusun epidermis secara terus menerus terbentuk dari jaringan germinal dalam epitelium kolumnar (Setiadi, 2007).

Menurut Setiadi 2007, lapisan epidermis terdiri atas :

1. Stratum korneum merupakan lapisan tanduk terdiri dari sel gepeng yang mati, mengandung kreatin / sel tanduk.

2. Stratum lusidum merupakan sel gepeng tanpa inti, yang jelas terlihat pada telapak tangan dan kaki dengan ketebalan empat sampai tujuh lapisan sel 3. Stratum granulosum mengandung sel granular dan kreatin, pada lapisan ini sel

berinti mulai mati dan terus terdorong keatas.

4. Stratum spinosum merupakan lapisan paling tebal yang memiliki banyak kolagen

5. Stratum basale bentuknya slindris dengan inti yang lonjong, didalamnya terdapat butir-butir halus yang disebut butir melanin warna, disini terjadi pembelahan yang cepat dan sel baru didorong masuk kelapisan berikutnya. 2.4.2 Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Didalam lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, lapisan nya elastik, fibrosanya padat dan terdapat folikel rambut (Setiadi, 2007).

Dermis terdiri atas dua lapisan :

(12)

Dermis terdiri atas jaringan ikat, protein kologen dan elastin, fibrolast, sistem imun dan sistem saraf. Fungsi dermis adalah sebagai struktur penunjang, suplai nutrisi, menahan shearing force dan respon inflamasi (Perdanakusuma, 2007; Hunter, 2003).

2.4.3 Hipodermis

Merupakan kumpulan-kumpulan sel lemak, lapisan paling tebal dari kulit, terdiri atas jaringan lemak, jaringan ikat, fibrolast dan pembuluh darah. Hipodermis berfungsi sebagai penyimpan lemak, kontrol temperatur, penyangga organ disekitarnya dan menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi (Boyle, 2009)

2.5 Luka

Luka adalah rusak atau hilangnya bagian jaringan tubuh karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Faktor tersebut seperti trauma, zat kimia, ledakan, sengatan lstrik atau gigitan hewan (Pusponegoro, 2005). Salah satu jenis luka adalah luka sayat yang dapat dibagi menjadi dua yaitu 1. Luka insisi adalah luka yang disebabkan karena teriris benda tajam dimana

terdapat robekan linier pada kulit dan lapisan dibawahnya. Luka ini terjadi tanpa kehilangan jaringan kulit dan memerlukan penyembuhan luka secara premier.

2. Luka eksisi adalah hilangnya kulit secara keseluruhan dan meluas sehingga menyebabkan banyaknya jaringan yang hilang dan memerlukan penyembuhan luka secara sekunder (Arisanty, 2013)

Menurut Baroroh 2009, luka dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu :

(13)

2. Stadium II, luka pastial thickness: yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.

3. Stadium III, luka full thickness: yaitu hilangnya ulit keseluruhan meliputi kerusakan jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot

4. Stdium IV, luka full thickness ; yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/ kerusakan yang luas.

Penyembuhan luka adalah proses pengganti dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase penyembuhan luka yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodeling (Boyle, 2009; Arisanty, 2013). Gambar penyembuhan luka secara primer dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Penyembuhan primer

(14)

C:regenerasi epidermis sempurna dan terbentuk jaringan parut (Robbins dan Kumar, 1992)

Penyembuhan luka secara primer dengan menyatukan kedua tepi luka

berdekatan dan saling berhadapan, jaringan granulasi yang dihasilkan sangat sedikit pada hari pertama setelah luka, garis insisi segera terisi bekuan darah dan terjadi reaksi radang akut, kemudian terjadi reepitelisasi permukaan dan pembentukan jembatan yang terdiri dari jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah subepitel, selanjutnya terjadi sintesis kolagen yang dirangsang oleh makrofag. Kolagen yang terbentuk akan merapatkan kedua tepi luka. Prosesnya berlangsung selama 10-14 hari, prosesnya epitelisasi dan deposisi jaringan ikat (Arisanty, 2013; Marison, 2003). Gambar penyembuhan luka secara skunder dapat dilihat pada Gambar 2.7

(15)

B: penyembuhan di bawah keropeng C: luka terbuka dengan jaringan granulasi

D:terbentuk jaringan parut atau daerah epidermis (Robbins dan kumar, 1992).

Penyembuhan luka secara sekunder adalah proses penyembuhan luka yang memerlukan terbentuknya jaringan granulasi yang banyak dimana jaringan granulasi tubuh dibawah keropeng dan terjadi regenerasi epitel dibawah keropeng kemudian keropeng akan lepas setelah terjadi epitelisasi sempurna. Prosesnya: proses granulasi (pertumbuhan sel), kontraksi (proses dimana daerah permukaan luka mengecil), epitelisasi (penutupan epidermis) untuk menutup luka (Morison, 2003; Arisanty, 2013)

Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :

a. Fase inflamasi

Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah.

b. Fase proliferasi atau fibroplasi

(16)

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun. Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal (Perdanakusuma, 2007).

2.6 Senyawa Kimia Tumbuhan Berkhasiat Penyembuh Luka

Senyawa kimia tumbuhan yang dapat berkhasiat terhadap penyembuhan luka antara lain alkaloid, flavanoid, tanin, saponin, dan steroid / triterpenoid. 2.6.1 Alkaloid

Alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan mekanisme mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel (Paju, dkk., 2013).

2.6.2 Flavanoid

Flavanoid bertindak sebagai penampung radikal hidroksi dan superhidroksi atau memperlambat timbulnya sel nekrosis tetapi juga dengan meningkatkan vaskularisasi dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak, flavanoid juga dapat menghambat pendarahan serta mampu mempercepat penyembuhan luka dengan aktivitas antimikroba dan astringen, yang memiliki peran dalam penyusutan luka dan peningkatan laju epitalisasi (Robinson, 1995; Barku dan Ayaba, 2013).

2.6.3 Tanin

(17)

pendarahan dan mengurangi peradangan (Mun’im, dkk., 2010; Wijaya, dkk.,

2014). Selain itu juga dapat meningkatkan pembentukan fibroblas dan pembuluh darah baru yang berfungsi sebagai transportasi untuk pasokan makanan dan oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel yang sedang dalam perbaikan sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka (Choudhary, 2011).

2.6.4 Saponin

Saponin yang terdapat dalam tumbuhan dapat memacu pembentukan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan luka, saponin juga memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka sehingga luka tidak mengalami infeksi. (Mappa, dkk., 2013; Yenti, dkk., 2011).

2.6.5 Steroid / Triterpenoid

Gambar

Gambar 2.1 Rumus bangun HPMC
Gambar 2.2 Rumus bangun propilen glikol
Gambar 2.3  Rumus bangun metil paraben
Gambar 2.5 Struktur kulit
+3

Referensi

Dokumen terkait

apakah dengan jogging dan pola makan yang baik dapat. mempertahankan tekanan darah dan gula darah dalam

new kind of form of the cross-cultural communication of the cultural heritage, on the one hand, the Chinese gardens overseas built.. ever since China's Reform and Opening

Sistem dan tatanan tidak dapat diandalkan untuk manajemen kinerja, perlu banyak perbaikan, sebagian perubahan yang sangat mendasar..

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH.

The Technical Commission VIII, which deals with Remote Sensing (RS) Applications and Policies received the highest number of submissions (435) and with (252) of

Digital Elevation Models play a crucial role for determining hydrological system of Wadis and secondly acts as a key feature in defining flow channels in Wadis for

Mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah di Negara Muslim merupakan mata kuliah wajib yang membahas materi tentang perkembangan lembaga keuangan syariah

(1) Setiap badan atau perorangan yang melakukan pengambilan air bawah tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini, berkewajiban