KAJIAN EKONOMI DAN
KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Kalimantan Tengah
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Tengah
i Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I-2014 ini dapat diselesaikan. Kajian ini disusun sebagai upaya Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah dalam memberikan informasi terkait perkembangan ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah, baik untuk internal Bank Indonesia maupun eksternal stakeholders.
Kajian ini disusun berdasarkan data dan informasi dari berbagai sumber yang diperoleh melalui survei, liaison, dan kerjasama lainnya. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi dimasud. Kami juga berharap agar kerjasama yang baik ini dapat terus dijaga dan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang, serta kualitas kajian dapat terus ditingkatkan sehingga memberikan manfaat bagi seluruh stakeholders.
Semoga Tuhan Yang Maha Pemurah selalu memberikan petunjuk dan kemudahan kepada kita semua dalam upaya mendukung kegiatan pembangunan di Provinsi Kalimantan Tengah .
Palangka Raya, Mei 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Muhamad Nur Kepala Perwakilan
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GRAFIK ... vRINGKASAN EKSEKUTIF ... vii
INDIKATOR PEREKONOMIAN REGIONAL KALIMANTAN TENGAH ... x
1 I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1
1.1 Kondisi Umum ... 1
1.2 Sisi Permintaan ... 1
1.2.1 Konsumsi ... 2
1.2.2 Investasi ... 5
1.2.3 Perkembangan Ekspor-Impor ... 6
1.3 Sisi Penawaran: Kinerja Sektor Utama Daerah ... 8
1.3.1 Sektor Pertanian ... 10
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) ... 12
1.3.3 Sektor Pertambangan ... 14
1.3.4 Sektor Jasa – Jasa ... 15
2 II. Perkembangan Inflasi Daerah ... 17
2.1 Gambaran Umum ... 17
2.2 Inflasi Tahunan dan Triwulanan ... 17
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 18
2.3.1 Sisi Permintaan ... 18
2.3.2 Sisi Penawaran ... 19
2.4 Dekomposisi dan Komoditas Penyumbang Inflasi ... 19
3 III. Perbankan dan Sistem Pembayaran ... 24
3.1 Kondisi Umum Perbankan ... 24
3.1.1 Kelembagaan ... 24
3.1.2 Aset Perbankan ... 25
3.1.3 Penghimpunan Dana ... 26
3.1.4 Penyaluran Kredit ... 26
3.1.5 Penyaluran Kredit UMKM dan KUR ... 29
3.1.6 Perkembangan Perbankan Syariah dan BPR ... 31
3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran ... 31
iii
4.1 APBD Kalimantan Tengah ... 36
4.2 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I-2014 ... 37
4.2.1 Realisasi Pendapatan Daerah ... 37
4.2.2 Realisasi Belanja Daerah ... 37
5 V. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ... 39
5.1 Ketenagakerjaan ... 39
5.2 Kesejahteraan ... 40
6 VI. Proyeksi Perekonomian dan Inflasi ... 43
6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ... 43
iv
Tabel 1.1 Pertumbuhan Sisi Permintaan ... 2
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Sisi Permintaan ... 2
Tabel 1.3 Pertumbuhan DPK Pemerintah dan Swasta ... 4
Tabel 1.4 Pertumbuhan Sisi Penawaran ... 9
Tabel 1.5 Kontribusi PDRB ... 9
Tabel 1.6 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Kalimantan Tengah ...13
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender ...17
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan ...17
Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan ...18
Tabel 2.4 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Palangka Raya ...20
Tabel 2.5 Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Terbesar di Kota Sampit ...21
Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah ...24
Tabel 3.2 Sebaran Aset Perbankan di Kalimantan Tengah ...25
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan di Kalimantan Tengah ...26
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Kalimantan Tengah (Rp Juta) ...30
Tabel 3.5 Perkembangan KUR Kalimantan Tengah & Nasional (Rp Juta) ...30
Tabel 3.6 Perkembangan Aset Perbankan Syariah...31
Tabel 3.7 Perkembangan DPK Perbankan Syariah ...31
Tabel 4.1 APBD Kalimantan Tengah 2014 ...36
Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I-2014 ...37
Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Triwulan I-2014 ...38
Tabel 5.1 Penduduk Menurut Janis Kegiatan Utama di Kalimantan Tengah ...39
Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Kalimantan Tengah ...40
Tabel 5.3 Nilai Tukar Petani (NTP) ...41
Tabel 5.4 Jumlah Dan Persentase Penduduk Miskin ...42
v
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dan Nasional... 1
Grafik 1.2 Survei Konsumen... 3
Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen ... 3
Grafik 1.4 Kredit Konsumsi ... 3
Grafik 1.5 Perkembangan KPM,KPSM&Kons.Lainnya ... 3
Grafik 1.6 Pertumbuhan Penjualan Motor dan Mobil ... 4
Grafik 1.7 Pertumbuhan KPR Perbankan ... 4
Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMDN ... 5
Grafik 1.9 Realisasi Proyek PMA ... 5
Grafik 1.10 Perkembangan Impor Barang Modal ... 6
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan ... 6
Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Semen ... 6
Grafik 1.13 Kredit Lokasi Proyek Kalimantan Tengah ... 6
Grafik 1.14 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Tengah ... 7
Grafik 1.15 Pertumbuhan Vol Ekspor Kalimantan Tengah ... 7
Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor ... 7
Grafik 1.17 Negara Asal Impor ... 7
Grafik 1.18 Pertumbuhan Bongkar Barang (Kapal Laut) ... 8
Grafik 1.19 Pertumbuhan Muat (Kapal Laut) ... 8
Grafik 1.20 Produksi Padi Kalimantan Tengah ...11
Grafik 1.21 Produksi Kelapa Sawit (CPO) ...11
Grafik 1.22 Produksi Karet ...11
Grafik 1.23 Ekspor Karet ...11
Grafik 1.24 Harga Komoditas CPO ...12
Grafik 1.25 Harga Komoditas Karet ...12
Grafik 1.26 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...13
Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara dari dan ke - Provinsi Kalimantan Tengah ...14
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...14
Grafik 1.29 Produksi Batubara ...15
Grafik 1.30 Harga Batubara Internasional ...15
Grafik 1.31 Produksi Bauksit ...15
Grafik 1.32 Ekspor Bauksit ...15
Grafik 1.33 Pertumbuhan Kredit Jasa-Jasa ...15
Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Jasa – Jasa ...15
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan ...18
Grafik 3.1 Pertumbuhan Aset, DPK & Kredit ...25
vi
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektor Ekonomi Utama (yoy) ...28
Grafik 3.6 Rasio LDR & NPL’s Perbankan di Kalimantan Tengah ...29
Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Pembayaran Kalimantan Tengah ...32
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Tunai...32
Grafik 3.9 Perkembangan Transaksi Inflow&Outflow ...32
Grafik 3.10 PTTB dan Rasio PTTB terhadap Inflow ...33
Grafik 3.11 PTTB dan Pertumbuhan PTTB (yoy)...33
Grafik 3.12 Perkembangan Transaksi Non Tunai Kalimantan Tengah ...34
Grafik 3.13 Perkembangan Nilai Kliring ...34
Grafik 3.14 Perkembangan Warkat Kliring ...34
Grafik 3.15 Perkembangan Total RTGS ...35
Grafik 3.16 Perkembangan RTGS In & Out ...35
Grafik 5.1 Inflasi Pedesaan ...41
Grafik 5.2 Perkembangan Kemiskinan ...42
vii
KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2014
Gambaran Umum
Searah dengan kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dan Kalimantan yang masing-masing mencapai 5,21% dan 3,67% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu (5,72% dan 3,78%), pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 mencapai 5,55% (yoy) juga lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,61%. Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan tersebut, tingkat inflasi di Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 mencapai 5,24% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 6,79%.
Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 tumbuh 5,55% (yoy). Sumbangan pertumbuhan terbesar masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan kinerja investasi yang tercermin pada komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Sementara itu, sejalan dengan tidak adanya ekspor bahan mineral mentah pada triwulan I-2014 akibat penerapan UU Minerba, kontribusi ekspor dalam pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah cenderung melambat sehingga turut mempengaruhi perlambatan kinerja pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah. Dari sisi penawaran, seluruh sektor masih mengalami pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi akibat tidak adanya produksi pertambangan mineral yang dihasilkan pada periode laporan. Sementara itu, sektor utama yakni, perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dan jasa-jasa masih meningkat tipis, namun demikian sektor pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu.
Dengan kinerja komponen penawaran dan permintaan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi triwulanan Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 masih lebih tinggi dibandingkan nasional dan berada pada peringkat kedua dibandingkan provinsi lainnya di Kalimantan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Inflasi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 mencapai 5,24% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,79%), dan masih dalam rentang perkiraan inflasi sebesar 5,82+1% pada laporan periode sebelumnya. Ditinjau dari kota yang dihitung
Pertumbuhan ekonomi didorong oleh kinerja konsumsi dan investasi (PMTB)
Laju inflasi Kalimantan Tengah tercatat 5,24% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,79% (yoy)
viii
nasional (7,32%). Inflasi di triwulan I-2014, terutama dipicu tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas penyumbang inflasi utama seperti beras, daging ayam ras dan beberapa ikan segar.
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan kinerja pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014, juga sejalan dengan kebijakan nasional dalam menahan pertumbuhan ekonomi sektor perbankan tumbuh melambat. Secara tahunan, aset perbankan tumbuh sebesar 11,20% (yoy) atau menjadi Rp23,76 triliun, sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (11,36%). Selanjutnya, dana yang dihimpun dari masyarakat (DPK) tumbuh sebesar 6,96% (yoy) menjadi Rp16,58 triliun juga melambat dari triwulan sebelumnya (12,16%). Sementara itu, kredit yang disalurkan perbankan di Kalimantan Tengah tumbuh sebesar 15,38% (yoy) menjadi Rp16,63 triliun juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (17,27%). Selanjutnya, efektivitas fungsi intermediasi perbankan yang terlihat dari perkembangan rasio kredit terhadap DPK atau Loans to Deposit Ratio (LDR) tercatat 100,31% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (104,52%), sementara Non Performing Loan (NPL) mencapai 1,19%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya 0,92%.
Di triwulan I-2014, sejalan dengan melambatnya sektor perbankan, kinerja sistem pembayaran yang tercermin dari total transaksi (tunai dan non tunai) triwulan I-2014 yang tumbuh 3,55% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (11,78%). Dari transaksi tunai yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah (KPw BI Provinsi Kalimantan Tengah), Total aliran uang masuk (inflow) selama triwulan laporan tercatat sebesar Rp529,16 miliar. Sementara itu, outflow tercatat sebesar Rp959,49 miliar menurun sebesar 1,38% (yoy). Sedangkan transaksi pembayaran non tunai, Transaksi keuangan secara non tunai pada laporan triwulan menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,90% juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 8,19% (yoy). Adapun total nilai transaksi non tunai yang terdiri dari transaksi kliring dan RTGS selama triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp4.905.51 miliar sedangkan di triwulan sebelumnya sebesar Rp6.812.46 miliar.
Indikator perbankan tumbuh positif namun melambat. Sejalan dengan itu, sistem pembayaran juga tumbuh melambat namun tetap berkontribusi positif bagi ekonomi Kalimantan Tengah.
ix
I-2014 secara keseluruhan mencapai sebesar Rp659,92 miliar atau 21,62% dari target sebesar Rp3,22 triliun. Selanjutnya, realisasi total belanja kabupaten/kota sampai dengan triwulan laporan mencapai Rp1,16 triliun atau terealisasi sebesar 9,30% dari rencana total belanja kabupaten/kota tahun 2014 sebesar Rp12,45 triliun. Dan secara total provinsi dan kabupaten/kota sudah terealisasi sebesar 11,83%.
Prospek Perekonomian dan Inflasi
Laju pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2014 diproyeksi meningkat pada kisaran 6,42 – 6,92% (yoy) dipengaruhi oleh permintaan akan produksi kelapa sawit, dan hasil pertambangan batubara yang mulai membaik namun permintaan Tiongkok dan India masih belum menentu, meskipun harga sudah memiliki kecenderungan meningkat. Sementara dari sisi permintaan, tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan akan meningkat.
Laju inflasi di triwulan II-2014 diperkirakan akan meningkat. Inflasi Kalimantan Tengah triwulan mendatang diproyeksi sebesar 5,90 – 6,40% (yoy), di Kota Palangka Raya, pergerakan inflasi diproyeksi meningkat dalam rentang 6,03 – 6,53% sementara di Kota Sampit diperkirakan mengalami inflasi 5,80 – 6,30% (yoy).
pemerintah provinsi dan kabupaten mencapai 11,83% Perekonomian di triwulan depan diperkirakan di kisaran 6,42 – 6,92% (yoy), dengan laju inflasi pada kisaran 5,90 – 6,40% (yoy)
x
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw. I I.
1
- Kota Palangka Raya 138.85 139.80 141.95 144.93 147.80 148.67 151.85 154.28 109.76 - Kota Sampit 134.73 135.08 135.90 137.47 142.22 142.93 146.60 147.44 110.43 2
- Kota Palangka Raya 7.59 6.87 4.95 6.73 6.45 6.34 6.97 6.45 5.30 - Kota Sampit 5.54 5.60 4.53 4.69 5.56 5.81 7.87 7.25 5.15
3 5,266.50 5,250.29 5,524.61 5,361.19 5,607.16 5,654.77 5,936.41 5,822.67 5,915.04
- Pertanian 1,580.29 1,491.91 1,676.48 1,409.09 1,627.86 1,587.49 1,741.90 1,507.72 1,704.15
- Pertambangan & Penggalian 574.46 585.30 551.81 595.86 634.34 653.93 667.85 695.91 604.58 - Industri Pengolahan 377.17 387.25 385.61 385.90 393.39 394.46 397.77 397.55 423.51 - Listrik, Gas dan Air Bersih 23.47 24.35 25.27 25.94 26.02 26.42 26.79 27.53 27.41 - Bangunan 291.74 303.54 331.98 333.56 304.28 314.43 333.82 353.01 334.03 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 986.84 997.31 1,037.62 1,050.11 1,058.36 1,073.26 1,098.73 1,115.61 1,121.82 - Pengangkutan dan Komunikasi 413.74 421.82 435.39 443.70 449.84 460.94 490.85 499.14 486.92 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 345.98 347.12 370.36 381.17 384.96 399.39 403.21 424.61 408.69
- Jasa 672.81 691.70 710.09 735.86 728.11 744.45 775.48 801.59 803.93 4 6.13 6.75 7.13 6.62 6.37 7.39 7.11 8.61 5.55 5 428.20 318.29 227.96 208.96 319.47 390.37 265.66 388.50 276.20 6 2,214.44 1,937.84 985.78 1,086.98 4,075.57 6,863.34 6,829.27 9,175.32 2,804.04 7 43.14 12.31 39.89 28.50 22.68 1.82 17.97 1.73 6.19 8 7.83 2.73 8.58 11.69 6.22 4.96 8.24 6.48 3.22 II. 1 18,453.45 20,359.76 20,474.95 20,723.39 21,369.04 22,691.61 23,965.02 23,078.06 23,762.17 2 13,457.74 14,562.37 14,784.63 14,285.47 15,497.09 16,246.96 16,738.12 16,023.24 16,575.02 - Giro (Rp miliar) 4,583.03 4,651.55 6,739.63 3,962.40 4,730.35 4,973.38 5,181.51 3,563.74 5,154.73 - Tabungan (Rp miliar) 6,114.28 6,548.47 4,942.61 7,782.38 7,301.62 7,463.79 7,917.78 8,860.95 8,146.12 - Deposito (Rp miliar) 2,760.43 3,362.36 3,102.38 2,540.69 3,465.13 3,809.79 3,638.83 3,598.54 3,274.17 3 11,633.14 12,836.47 13,240.39 14,281.33 14,409.59 15,426.04 16,388.04 16,748.00 16,626.29 - Modal Kerja 2,570.80 3,477.12 3,492.71 3,746.26 3,549.08 4,016.73 4,498.30 4,617.37 4,290.51 - Investasi 4,576.47 4,691.69 4,674.30 5,209.51 5,324.26 5,610.77 5,776.84 5,812.09 5,848.64 - Konsumsi 4,485.86 4,667.65 5,073.38 5,325.56 5,536.25 5,798.54 6,112.90 6,318.54 6,487.14 4 11,633.14 12,836.47 13,240.39 14,281.33 14,409.59 15,426.04 16,388.04 16,748.00 20,870.74 - Pertanian 4,225.14 4,811.41 4,762.94 5,283.35 5,133.79 5,478.15 5,917.02 5,981.22 5,625.97 - Pertambangan 4.06 3.66 4.34 5.99 7.99 4.49 4.53 4.45 5.10 - Industri Pengolahan 228.69 234.68 235.21 242.16 285.53 276.13 285.15 286.03 286.79 - Listrik, Gas & Air Bersih 8.00 8.57 10.88 10.25 10.40 9.81 9.53 13.84 14.36 - Konstruksi 282.27 328.00 382.42 326.65 303.97 366.81 395.62 316.66 299.32 - Perdagangan, Hotel & Restoran 1,616.93 2,063.25 2,092.44 2,295.35 2,329.48 2,727.00 2,840.17 2,990.75 3,025.73 - Pengangkutan & Komunikasi 74.92 128.25 134.51 142.60 148.08 146.10 150.28 152.55 154.70 - Jasa-jasa 272.25 348.78 411.98 478.80 520.68 615.96 671.19 682.04 725.66 - Lain-lain 4,920.88 4,909.87 5,205.68 5,496.18 5,669.67 5,801.59 6,114.57 6,320.45 6,488.67 5 2,657.44 3,251.01 3,219.19 3,387.55 3,344.64 3,822.76 4,021.90 4,107.71 4,244.45 - Modal Kerja 2,123.53 2,500.36 2,493.10 2,602.00 2,554.70 2,855.08 3,022.76 3,099.61 3,198.66 - Investasi 533.91 750.64 726.09 785.56 789.94 967.68 999.14 1,008.10 1,045.79 6 LDR (%) 86.44 88.15 89.56 99.97 92.98 94.95 97.91 104.52 100.31 7 NPL 1.17 0.86 0.83 0.74 0.87 0.94 1.01 0.97 1.19 III. 1 Kliring 408.51 203.67 353.84 485.88 509.38 538.05 530.44 415.47 500.72 2 RTGS 3,907.58 4,596.03 4,871.89 5,810.90 4,122.94 5,793.71 6,061.21 6,396.99 4,404.79 MAKRO REGIONAL
Kredit UMKM (Rp miliar) Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Pertumbuhan PDRB (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) PDRB - harga konstan (miliar Rp) Indeks Harga Konsumen
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Sektor Total aset (Rp miliar)
DPK (Rp miliar)
Kredit (Rp miliar) - berdasarkan Jenis
SISTEM PEMBAYARAN PERBANKAN
1
1
I.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 mencapai 5,55%
(yoy) melambat dibandingkan dengan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang
mencapai 8,61%.
1.1 Kondisi Umum
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triw ulan I-2014 mengalami perlambatan terutama dipicu oleh kinerja pertumbuhan komponen ekspor. Melambatnya pertumbuhan tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan batu bara dari Tiongkok dan India serta pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah sesuai UU Minerba No.4 tahun 2009. Sementara dari sisi penawaran, salah satu dampak pemberlakukan UU tersebut tercermin pada nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi.
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dan Nasional
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah
1.2 Sisi Permintaan
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah dari sisi permintaan pada triwulan I-2014, ditopang oleh kinerja konsumsi rumah tangga (RT), pemerintah dan investasi (PMTB). Sementara, ekspor cenderung tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Ditambah lagi, masih tingginya pertumbuhan impor menjadi pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi
6.56 6.77 6.69 6.43 7.51 8.61 7.37 5.55 6.22 6.49 6.23 6.02 5.81 5.72 5.78 5.21 -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00
2010 2011 2012 Tw I-13 Tw II-13 Tw IV-13 2013 Tw I-2014
2 Kalimantan Tengah. Faktor diberlakukannya penerapan UU Minerba menjadi pemicu utama melambatnya ekspor pada triwulan I-2014. Namun demikian, masih optimisnya masyarakat terkait kondisi ekonomi tercermin dari kinerja konsumsi RT yang relatif stabil, serta tingginya komitmen pemerintah daerah dalam mempercepat penyerapan belanja turut mempengaruhi kinerja konsumsi pemerintah dan PMTB.
Tabel 1.1 Pertumbuhan Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 1.2 Kontribusi Pertumbuhan Sisi Permintaan
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah
1.2.1 Konsumsi
Pertumbuhan konsumsi RT dan Pemerintah di Kalimantan Tengah masing-masing tercatat sebesar 4,83% dan 8,50% (yoy) pada triw ulan I-2014, relatif stabil dan sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tumbuh 4,64% dan 8,30%. Peranan konsumsi (RT dan Pemerintah) dalam perekonomian Kalimantan Tengah mencapai kisaran rata-rata 60% setiap triwulannya, lebih tinggi dibandingkan komponen permintaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan produk/jasa untuk konsumsi domestik di Kalimantan Tengah masih menjadi prioritas utama dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah.
Beberapa indikator pendukung mengkonfirmasi masih stabilnya konsumsi RT di triwulan I sebagaimana tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen (ITK), meskipun masih di atas titik optimis (100), mengalami penurunan dari 109,2 menjadi 106,6. Sejalan dengan itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Palangka Raya hasil survei Bank Indonesia juga berada pada rata-rata 119,75% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 122,36%. Namun demikian, optimisme masyarakat masih terlihat sebagaimana kenaikan indeks konsumsi makanan maupun non makanan (sandang khususnya pakaian, serta peralatan rumah tangga seperti perabotan dan elektronik) dari 107,6 menjadi 108,58.
I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14
Konsumsi Rumah Tangga 4.76 4.59 5.10 5.27 5.07 4.97 5.25 4.64 4.93 4.98 4.83 Konsumsi Pemerintah 13.48 11.73 13.76 11.75 11.51 10.25 9.62 8.30 12.66 9.87 8.50 Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.36 12.62 15.75 15.02 13.95 11.81 10.33 9.77 13.75 11.38 10.76 Ekspor 11.35 4.85 (1.19) (0.71) 4.48 21.81 16.21 20.62 3.48 15.62 6.40 Impor 14.71 12.86 11.81 9.51 9.94 8.04 12.81 16.02 12.13 11.77 12.40
PDRB 6.18 6.78 7.14 6.62 6.37 7.39 7.11 8.61 6.69 7.37 5.55
Penggunaan Pertumbuhan 2012 2013
I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14
Konsumsi Rumah Tangga 2.10 2.06 2.22 2.37 2.20 2.18 2.24 2.06 2.19 2.17 2.07 Konsumsi Pemerintah 2.33 2.13 2.47 2.27 2.13 1.95 1.84 1.68 2.30 1.90 1.65 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.43 5.14 6.37 6.44 5.71 5.08 4.52 4.52 5.61 4.95 4.72 Ekspor 5.78 2.53 (0.61) (0.37) 2.40 11.17 7.67 10.12 1.80 7.85 3.36 Impor 8.03 7.42 6.60 5.83 5.86 4.90 7.47 10.08 6.96 7.10 7.56
PDRB 6.18 6.78 7.14 6.62 6.37 7.39 7.11 8.61 6.69 7.37 5.55
2012 2013 Penggunaan
3 Selanjutnya, relatif stabilnya kinerja konsumsi RT juga tercermin dari sedikit melambatnya penyaluran kredit konsumsi perbankan yang tumbuh 17,18% sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (18,65%). Kinerja konsumsi RT juga masih tercermin dari kredit kepemilikan barang tahan lama yang masih menurun 69,41% serta kredit multiguna pada triwulan laporan cenderung sedikit melambat dari 8,37% ke 7,03%. Hasil liaison kepada perusahaan pembiayaan menginformasikan bahwa pembiyaan untuk barang elektronik seperti komputer, laptop, dan handphone di triwulan I meningkat namun dalam ritme yang masih cukup lambat karena di awal tahun preferensi masyarakat masih cenderung menunggu untuk melakukan konsumsi barang tahan lama. Kenaikan UMP juga sedikit memberikan pengaruh tingkat konsumsi RT pada triwulan laporan.
Grafik 1.2 Survei Konsumen Sumber: KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
Grafik 1.3 Indeks Tendensi Konsumen
Sumber: BPS Kalimantan Tengah
Grafik 1.4 Kredit Konsumsi Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
Grafik 1.5 Perkembangan KPM,KPSM&Kons.Lainnya Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 2011 2012 2013 2014
IKK Indeks Keyakinan Konsumen
90 92 94 96 98 100 102 104 106 108 110 112 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 Tingkat Konsumsi ITK Batas 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 IV I 2011 2012 2013 2014 G. Kredit Konsumsi (5.00) -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 (200.00) (100.00) -100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00
I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 Kredit Pemilikan Barang Tahan Lama
4
Grafik 1.6Pertumbuhan Penjualan Motor dan Mobil
Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah Grafik 1.7 Pertumbuhan KPR Perbankan
Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
Selanjutnya, konsumsi pemerintah di triwulan I tumbuh 8,50% masih relatif stabil meskipun sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,30%). Trend pertumbuhan triwulanan konsumsi pemerintah cenderung di awal triwulan cukup baik menopang perekonomian Kalimantan Tengah khususnya tercermin dari penyerapan anggaran belanja di tingkat pemerintah provinsi. Namun demikian, masih rendahnya penyerapan total belanja pemerintah kota/kabupaten menjadi penahan kontribusi pada komponen ini. Selain itu, tingginya komitmen pemerintah daerah terkait dengan dukungan penyerapan anggaran tercermin dari dibentuknya Tim Percepatan Penyerapan Anggaran (TEPA) di Provinsi Kalimantan Tengah untuk mengawasi dan memastikan penyerapan anggaran pemerintah baik itu provinsi sampai dengan kabupaten/kota.
Tabel 1.3 Pertumbuhan DPK Pemerintah dan Swasta Sumber: LBU -KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
Konsumsi pemerintah juga tercermin dari DPK pemerintah yang ada di perbankan pada awal triwulan I mengalami pertumbuhan negatif. Hal ini mengindikasikan adanya penggunaan anggaran tersebut untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi sebagaimana tercantum dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah 2010 – 2015 sebesar 7,3% pertumbuhan di 2014.
(30.00) (20.00) (10.00) -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 (50.00) -50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 G-Penjualan Mobil G-Penjualan Sepeda Motor (RHS) -50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 (40.00) (20.00) -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00
I II III IV I II III IV I II III IV I 2011 2012 2013 2014 KPR Rmh < 70 KPR Ruko Rukan KPR Rmh > 70 (RHS) 2012 2014 IV I II III IV I Total DPK (Penduduk) 19.83% 15.20% 11.61% 13.24% 12.18% 7.48% DPK Pemerintah 8.17% 1.90% 3.65% 3.18% 0.84% -0.17% DPK Swasta 22.25% 20.58% 14.73% 17.36% 14.27% 9.87%
Total Giro (Penduduk) 29.97% 3.23% 6.93% 4.84% -10.06% 2.07%
Giro Pemerintah 3.87% 0.02% 6.05% -0.09% 0.63% -0.83%
Giro Swasta 67.78% 11.13% 8.69% 15.82% -19.65% 7.84%
Total Tabungan (Penduduk) 19.98% 19.49% 14.05% 17.52% 13.89% 13.20%
Tabungan Pemerintah -10.37% 46.08% -3.81% 5.17% 8.23% 4.97%
Tabungan Swasta 20.12% 19.41% 14.13% 17.57% 13.91% 13.22%
Total Deposito (Penduduk) 6.46% 25.57% 13.34% 17.32% 41.65% 2.50%
Deposito Pemerintah 46.54% 10.84% -3.81% 16.18% 1.44% 3.39%
Deposito Swasta 2.46% 29.63% 20.28% 17.76% 47.39% 2.33%
5
1.2.2 Investasi
Meskipun masih dibayangi ketidakpastian kondisi tekanan nilai tukar dan kenaikan suku bunga penyaluran kredit kegiatan investasi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 mencapai 10,76% (yoy), masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan periode lalu (9,77%) sebagaimana tercermin dari realisasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Hasil dari liaison diperoleh informasi bahwa pelaku usaha di sektor swasta sebagian besar masih dalam kondisi wait and
see terkait dengan kondisi eksternal maupun internal untuk merealisasikan rencana
investasinya mulai di 2014. Namun demikian, diperkirakan faktor dorongan percepatan investasi dari sisi pemerintah, cukup mampu mempengaruhi kinerja investasi pada triwulan I ini. Adanya penandatanganan komitmen bersama untuk melakukan percepatan proyek-proyek pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga menjadi salah satu faktor pendorong kinerja investasi.
Pada triwulan laporan, beberapa indikator investasi bergerak searah dengan melambatnya kinerja pertumbuhan komponen investasi di Kalimantan Tengah. Indikator realisasi proyek PMDN, jumlah proyek PMA, serta impor barang modal memperlihatkan trend yang masih menurun di triwulan laporan. Semakin menurunnya realisasi nilai investasi PMDN di Kalimantan Tengah mengkonfirmasi terjadinya perlambatan dan penundaan investasi di triwulan I. Namun demikian, perlambatan realisasi nilai investasi secara keseluruhan masih ditahan oleh pertumbuhan realisasi nilai investasi PMA di triwulan I.
Namun demikian, perkembangan realisasi impor barang modal yang terdiri dari barang transportasi, suku cadang dan mesin lainnya mulai meningkat dari USD294.838 menjadi USD1.856.598 di triwulan laporan. Sementara itu, kinerja kredit investasi perbankan masih tumbuh sebesar 9,85% namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (11,57%).
Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMDN Sumber: BKPM
Grafik 1.9 Realisasi Proyek PMA Sumber: BKPM -90 -80 -70 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00 I II III IV I II III IV 2010 2011 2012 2013 PMDN (Rp Miliar) g-PMDN -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 I II III IV I II III IV 2010 2011 2012 2013 PMA g-PMA
6
Grafik 1.10 Perkembangan Impor Barang Modal Sumber: DSM – Bank Indonesia
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan Sumber: LBU - KPw BI Prov. Kalimantan Tengah
Perkembangan realisasi semen Kalimantan Tengah di triwulan I juga sediki meningkat. Di triwulan I. Hal ini menunjukkan bahwa investasi fisik seperti pembangunan perumahan, gedung, bahkan jalan di Kalimantan Tengah cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.12 Perkembangan Realisasi Semen Sumber: Asosiasi Semen
Grafik 1.13 Kredit Lokasi Proyek Kalimantan Tengah Sumber: LBU-KPw Kalimantan Tengah
1.2.3 Perkembangan Ekspor-Impor
Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Tengah pada triwulan I 2014 menunjukkan penurunan, khususnya pada ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun seiring dengan pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi di negara tersebut. Selain itu, permintaan batu bara untuk ekspor ke India juga mengalami penurunan karena pelemahan mata uang Rupee dan persiapan pemilu di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral Kalimantan seperti bauksit, bijih besi dan zircon dibatasi. Berdasarkan hasil liaison, UU Minerba berdampak pada terhentinya operasional hampir seluruh tambang mineral yang berlokasi di Kalimantan Tengah.
(120.00) (100.00) (80.00) (60.00) (40.00) (20.00) -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 -2 4 6 8 10 12 14 16 18 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 U SD Ju ta
Nilai Impor BM g-Nilai Impor BM
0 20 40 60 80 100 120 140 0 1 2 3 4 5 6 7 IV I 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 y o y (% ) R p T ri liu n Kredit Investasi G. Kredit Investasi (0.4) (0.2) 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 I 2008 II III IV I 2009 II III IV I 2010 II III IV I 2011 II III IV I 2012 II III IV I 2013 II III IV I 2,014 Realisasi Pengadaan Semen Kalteng (lhs) Pertumbuhan (rhs) (% yoy) (ton) 0 10 20 30 40 50 60 0 5 10 15 20 25 30 35
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 R p T r il iu n
7 Rendahnya realisasi ekspor menjadikan nilai tambah perekonomian Kalimantan Tengah tumbuh melambat mencapai 5,55% di triwulan I. Lebih dalam, pertumbuhan nilai tambah dari kegiatan ekspor hanya mencapai 6,40%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai tambah impor juga tumbuh melambat mencapai 12,40% sehingga menahan laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014.
Permintaan eksternal yang sebagian besar terlihat dari perolehan nilai tambah volume ekspor LN mencatat penurunan sebesar 31,20%, jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (744,11%). Berdasarkan nilai realisasinya, ekspor di triwulan I-2014 tercatat sebesar US$275,20 juta, menurun 16,42% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurunnya kinerja ekspor terutama didorong oleh nilai ekspor kelompok bijih, kerak dan abu logam yaitu dengan komoditas utamanya bauksit/bijih besi yang terindikasi terhenti akibat diberlakukannya UU Minerba di awal tahun 2014.
Grafik 1.14 Pertumbuhan Nilai Ekspor Kalimantan Tengah
Sumber: BPS, diolah Grafik 1.15 Pertumbuhan Vol Ekspor Kalimantan Tengah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.16 Negara Tujuan Ekspor Sumber: DSta –Bank Indonesia
Grafik 1.17 Negara Asal Impor Sumber: DSta –Bank Indonesia
Komoditas ekspor LN Kalimantan Tengah di triwulan laporan masih didominasi oleh 5 komoditas yakni Batubara, crude palm oil (CPO), Bijih-bijihan, Kerak dan Abu Logam, serta komoditas Karet dan Kayu. Penurunan ekspor di triwulan laporan disebabkan oleh penurunan
(60.00) (40.00) (20.00) -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 -50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014 % R H S Ju ta U SD
Nilai Ekspor g-Nilai Ekspor (yoy) RHS
-200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 I II II IV I II II IV I II II IV I II II IV I II III IV I 2009 2010 2011 2012 2013 2014 % R H S R ib u T o n
Vol Ekspor Kalteng (Triwulanan) g-Vol Ekspor (yoy)-RHS
Australia 0% Belgium 2% Germany 1% Finland 1% Other Europe 1% South Africa Rep. 0% USA 4% Canada 0% Amerika Selatan 0% R.R.C. 53% Japan 18% Pakistan 10% India 4% Other Asia 6% Malaysia 58% R.R.C. 22% Vietnam 20%
8 ekspor barang tambang mineral, CPO, serta komoditas karet akibat pengaruh permintaan pasar global dan diberlakukannya UU Minerba.
Kinerja volume ekspor komoditas pertanian yang terdiri dari komoditas karet dan CPO yang merupakan bagian dari komoditas ekspor strategis masing-masing mengalami peningkatan sebesar 35,46% dan 35,58% (yoy) di periode laporan. Meningkatnya ekspor komoditas CPO, selain didorong oleh membaiknya permintaan dari Tiongkok dan India, serta permintaan dari Pakistan yang merupakan pasar alternatif baru sebagai dampak adanya preferential trade
agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan yang dilaksanakan pada September 2014 lalu.
Sejalan dengan itu, ekspor karet di triwulan I juga meningkat, terkonfirmasi dari kontak liaison yang menginformasikan bahwa dengan membaiknya perekonomian termasuk diantaranya Tiongkok dan Amerika yang memiliki porsi permintaan komoditas karet mencapai 75%, memacu kinerja ekspor di triwulan I.
Sejalan dengan ekspor, impor LN juga mengalami penurunan 44,59% (yoy). Penurunan tersebut ditunjukkan dari menurunnya jumlah barang yang di bongkar baik itu di pelabuhan udara maupun pelabuhan laut selama triwulan I dibandingkan triwulan sebelumnya. Aktivitas bongkar di pelabuhan laut tumbuh mencapai 29,98% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 31,72%. Sementara itu, aktivitas bongkar di pelabuhan udara mencapai 1,10% (yoy) tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (2,92%).
Grafik 1.18 Pertumbuhan Bongkar Barang (Kapal Laut) Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.19 Pertumbuhan Muat (Kapal Laut) Sumber: BPS, diolah
1.3 Sisi Penaw aran: Kinerja Sektor Utama Daerah
Ditinjau dari sisi penawaran (sektoral), pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014, dipengaruhi oleh pencapaian pertumbuhan di sektor sekunder sebesar 7,73% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,33%), sementara sektor primer dan tersier masing-masing tumbuh 2,37% dan 7,68% melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
(40) (20) -20 40 60 80 -200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000 I II III IV I II III IV 2012 2013
Bongkar (ton) g-bongkar (RHS)
-50 100 150 200 250 300 350 -2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000 I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014
9
1(10,27% dan 2,37%). Lebih rinci, sektor utama dengan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya antara lain sektor industri pengolahan yang tumbuh 7,66% dan sektor bangunan 8,03% dan sektor jasa-jasa 9,50%. Namun demikian, sektor pertambangan & penggalian mengalami kontraksi 4,80% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,79%. Sementara sektor utama lainnya yaitu PHR dan jasa-jasa cenderung melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meningkatnya produksi kelapa sawit Kalimantan Tengah yang dipicu oleh permintaan ekspor LN merupakan pendorong pertumbuhan sektor pertanian. Sementara produksi padi di triwulan I berada mengalami pergeseran panen akibat faktor cuaca di akhir tahun. Selanjutnya, sektor keuangan, persewaan & jasa dipengaruhi oleh kinerja sektor perbankan dengan meningkatnya pendapatan usaha di triwulan I-2014. Selanjutnya, kontraksi sektor pertambangan & penggalian dipicu oleh menurnnya produksi tambang mineral yang terindikasi terjadi karena dipengaruhi oleh diberlakukannya UU Minerba di awal 2014.
Tabel 1.4 Pertumbuhan Sisi Penawaran
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah
Tabel 1.5 Kontribusi PDRB
1
1. Sektor Primer, yaitu sektor yang tidak mengolah bahan mentah atau bahan baku melainkan hanya mendayagunakan
sumber-sumber alam seperti tanah dan deposit di dalamnya. Yang termasuk kelompok ini adalah sektor Pertanian serta sektor Pertambangan dan Penggalian. 2. Sektor Sekunder, yaitu sektor yang mengolah bahan bahan mentah atau bahan baku baik berasal dari sektor Primer maupun dari sektor Sekunder menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Sektor ini mencakup sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum, dan sektor Bangunan. 3. Sektor Tersier, atau dikenal sebagai sektor jasa, yaitu yang tidak memproduksi dalam bentuk fisik melainkan dalam bentuk jasa. Sektor yang tercakup adalah Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, dan Jasa-jasa.
I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14
Pertanian 1.94 4.31 6.01 2.41 2.53 3.91 0.46 7.50 3.72 3.41 5.19 Pertambangan dan penggalian 4.46 6.60 8.75 15.36 10.55 12.41 21.92 16.79 8.70 15.35 (4.80) Industri pengolahan 5.86 1.19 0.77 1.04 4.30 1.98 3.05 3.02 2.15 3.08 7.66 Listrik, gas dan air bersih 7.33 7.17 7.52 11.53 10.88 8.49 6.01 6.10 8.41 7.80 5.32 Bangunan 8.14 7.65 9.28 8.62 5.96 6.26 5.54 5.71 8.44 5.86 8.03 Perdagangan, hotel dan restoran 9.97 9.54 7.27 7.56 6.85 7.81 7.49 6.24 8.55 7.09 6.25 Pengangkutan dan Komunikasi 7.07 5.77 5.78 8.51 8.80 10.63 12.76 12.49 6.79 11.21 9.40 Keuangan, Persewaan dan Jasa 10.30 12.59 15.42 12.12 11.18 14.85 9.38 11.40 12.61 11.66 6.16 Jasa-jasa 9.46 9.45 8.05 5.35 8.35 7.97 9.62 8.03 8.00 8.49 9.50 PDRB 6.18 6.78 7.14 6.62 6.37 7.39 7.11 8.61 6.69 7.37 5.55
Sektoral Pertumbuhan 2012 2013
I-12 II-12 III-12 IV-12 I-13 II-13 III-13 IV-13 I-14
Pertanian 0.69 1.36 1.98 0.79 0.68 1.05 0.06 1.84 1.21 0.90 1.50 Pertambangan dan penggalian 0.49 0.73 0.86 1.58 1.15 1.37 2.18 1.87 0.92 1.65 (0.54) Industri pengolahan 0.42 0.09 0.06 0.08 0.31 0.15 0.21 0.22 0.16 0.22 0.54 Listrik, gas dan air bersih 0.03 0.03 0.03 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.04 0.04 0.02 Bangunan 0.44 0.43 0.52 0.52 0.33 0.36 0.33 0.36 0.48 0.34 0.44 Perdagangan, hotel dan restoran 1.84 1.79 1.37 1.47 1.26 1.45 1.35 1.22 1.61 1.32 1.18 Pengangkutan dan Komunikasi 0.54 0.46 0.45 0.69 0.68 0.83 0.98 1.03 0.54 0.88 0.75 Keuangan, Persewaan dan Jasa 0.65 0.79 0.96 0.82 0.73 0.98 0.63 0.81 0.81 0.79 0.42 Jasa-jasa 1.07 1.10 0.91 0.63 1.18 1.16 1.35 1.23 0.93 1.23 1.24
PDRB 6.18 6.78 7.14 6.62 6.37 7.39 7.11 8.61 6.69 7.37 5.55
2013
10
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Tengah, diolah
1.3.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian mengalami perlambatan di triwulan I dengan pertumbuhan mencapai 5,19% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (7,50%). Kinerja sektor pertanian Kalimantan Tengah pada triwulan I 2014 tumbuh melambat terutama terjadi pada subsektor tabama (padi) yang mengalami kendala produksi dan pergeseran masa panen.
Pada triwulan I, pola musiman pertumbuhan padi berada pada posisi tertinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, ternyata adanya pergeseran produksi tersebut tidak sedalam yang terjadi di mempengaruhi melambatnya pertumbuhan sektor tabama meningkat di triwulan laporan. Sejalan dengan produksi padi, produksi komoditas jagung juga mengalami pertumbuhan yang melambat, hanya komoditas kedelai yang tumbuh positif.
Hasil produksi padi di beberapa kabupaten penghasil seperti Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, masih menjadi penopang surplus produksi padi di Kalimantan Tengah. Berdasarkan hasil rilis angka ramalan II (ARAM II) pertanian, total produksi padi selama 2014 diperkirakan akan mencapai 793.576 ton, meningkat 38.069 ton atau tumbuh 5,04% dibandingkan tahun 2013. Namun demikian, pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan produksi padi di 2013 yang tumbuh mencapai 23,81%. Lebih rendahnya pertumbuhan produksi tersebut dipengaruhi oleh menurunnya luas panen di 2014 yang mencapai 249.724 Ha dibandingkan luas panen di 2013 yaitu sebesar 251.787 Ha. Namun, produktivitas padi di 2014 diperkirakan mencapai 31,78 Ku/Ha lebih tinggi dibandingkan 2012 yang mencapai 30,01 Ku/Ha.
Selanjutnya, produksi CPO Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 diperkirakan mencapai 1.750.758 ton, masih lebih rendah dibandingkan akhir triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, atau menurun 5,63% (yoy). Namun demikian, penurunannya lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 14,07%. Selanjutnya, komoditas produksi karet di triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 4,50%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 3,28% (yoy). Peningkatan produksi kedua komoditas tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan laporan.
11
Grafik 1.20 Produksi Padi Kalimantan Tengah Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.21 Produksi Kelapa Sawit (CPO) Sumber: Dinas Perkebunan, diolah
Grafik 1.22 Produksi Karet Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.23 Ekspor Karet Sumber: Dinas Perkebunan, diolah
Peningkatan kinerja pertumbuhan sektor pertanian tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang menginformasikan adanya peningkatan kapasitas produksi rata-rata sektor pertanian di triwulan I-2014. Selanjutnya, di triwulan I-2014, Produksi kelapa sawit Kalteng di Februari 2014 diperkirakan mencapai 507.822 ton CPO meningkat 1,20% dibandingkan tahun lalu. Disamping faktor cuaca, mulai bertambahnya tanaman yang memasuki umur panen optimal mendorong peningkatan produksi tersebut. Dari sisi harga, harga internasional CPO juga menunjukkan peningkatan, dimana pada periode laporan tercatat rata-rata mencapai 875 USD/Metric Ton, lebih tinggi dibandingkan Februari 2014 yang tercatat sebesar 790 USD/Metric Ton. Tren kenaikan harga CPO masih akan berlanjut karena beberapa faktor, mulai dari adanya mandatori bahan bakar nabati (BBN) di Indonesia dan Malaysia, adanya kekeringan di Sumatera dan Semenanjung Malaysia, serta kenaikan permintaan CPO dari Pakistan, Bangladesh, dan Amerika. Harga CPO bisa melonjak di atas RM 3.000 per ton (906 USD) dan mendekati RM 3.200 per ton (966 USD) pada akhir Juni jika musim kemarau terus terjadi setelah Maret dan juga didorong potensi terjadinya el nino. Selain itu, produksi minyak kedelai sebagai salah satu substitusi CPO di Brazil dan Paraguay di bawah ekspektasi.
Selanjutnya, berdasarkan harga pembelian tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi perkebunan di Provinsi Kalimantan Tengah periode Maret 2014, harga TBS umur tanam 10 s/d
(20.00) -20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 -50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00 350,000.00 400,000.00 450,000.00 I II III IV 2013
Padi Sawah + Ladang g-Padi
0 100 200 300 400 500 600 700
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec jan feb
2013 2014 R ib u T o n CPO -5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb
2013 2014 Karet -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 5,000,000.00 10,000,000.00 15,000,000.00 20,000,000.00 25,000,000.00
II III IV II III IV II III IV
2011 2012 2013
12 20 tahun mencapai Rp1.758,29 meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar Rp1.752,89/Kg pada Februari. Komoditas lainnya di sub sektor perkebunan yaitu karet diperkirakan mulai mengalami perbaikan. Pada Maret tren harga internasional komoditas karet membaik, harga karet rata-rata tercatat pada level 246,50 USD Cent/kg, meningkat dibandingkan bulan Januari 2014 yang berada pada level 235,47 USD Cent/kg. Namun demikian, harga karet lokal mencapai harga Rp17.650/Kg menjadi lebih rendah dari bulan sebelumnya Rp17.255/Kg. Kemudian dari jumlah produksinya di Februari menurun 7,2% (yoy). Diperkirakan pada triwulan I permintaan komoditas karet masih belum menentu seiring dengan stagnannya permintaan Tiongkok yang menjadi negara tujuan ekspor utama komoditas karet dari Kalteng akibat dari masih tingginya stok karet di negara tersebut. Harga karet berjangka pengiriman Mei 2014 di Shanghai Futures Exchange turun 1% dan ditutup pada posisi 15.480 yuan atau kisaran US$ 2.554 per ton pada 30 Januari lalu. Stok karet yang dipantau oleh bursa naik 1,6% menjadi 207.658 ton pada pekan lalu. Jumlah stok ini merupakan yang terbesar sejak Oktober 2004..
Grafik 1.24 Harga Komoditas CPO Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.25 Harga Komoditas Karet Sumber: Dinas Perkebunan, diolah
1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Selanjutnya, sektor ekonomi utama di Provinsi Kalimantan Tengah lainnya, yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) tumbuh sebesar 6,25%, relatif stabil dibandingkan tingkat pertumbuhan periode sebelumnya yang tercatat 6,24% (yoy). Kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi secara agregat juga stabil dari 1,22% menjadi 1,18%. Relatif stabilnya sektor PHR disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran serta sub sektor hotel, restoran masing-masing tumbuh relatif masih cukup rendah di awal triwulan. Hasil liaison kepada pelaku perdagangan di Kalimantan Tengah menunjukkan bahwa kondisi perdagangan di triwulan laporan cenderung stagnan dibandingkan sebelumnya. Kontak pedagang besar di sektor Perdagangan, Hotel & Restoran melaporkan bahwa jumlah
30 130 230 330 430 530 630 730 830 930 1,030 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2011 2013 2014 USD/Barel 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 350 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 USD Cent / Kg
13 permintaan di triwulan I-2014 relatif stagnan dan cenderung ke arah tren pelambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana salah satu kontak mengalami penurunan sebesar ± 10%. Begitu juga kontak di sub sektor hotel dan restoran juga melambat hal ini terjadi karena beberapa hal yaitu : 1) Tingkat persaingan bisnis hotel di Palangka Raya yang semakin tinggi 2) Belum cairnya dana Pemerintah daerah, menyebabkan belum banyaknya acara rapat dan seminar yang mengambil tempat di perhotelan. Hal ini sangat berpengaruh karena mayoritas segmen hotel di Palangka Raya adalah pemerintah daerah (share lebih dari 40%) 3) Menurut kontak liaison, UU Minerba sedikit mempengaruhi occupancy rate karena semakin rendahnya frekuensi tingkat rapat dan business meeting yang berasal dari pegawai pertambangan yang berasal dari Pulau Jawa. Namun kontak liaison di sektor ini cukup optimis di triwulan ke II-2014 dapat meningkatkan occupancy rate terkait dengan 1) mulai cairnya dana-dana pemerintah 2) Adanya isu terkini yang mengatakan bahwa Kantor Pusat Kementrian Kehutanan dan Pertambangan akan relokasi ke Palangka Raya yang sebelumnya berada di Jakarta 3) Rencana pengembangan wisata Drama Tari Dayak oleh KPw BI Prov.Kalteng, yang dilaksanakan pada akhir bulan April 2014 diharapkan akan meningkatkan animo masyarakat untuk berkunjung ke Kota Palangka Raya pada triwulan berikutnya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menggambarkan adanya penurunan optimisme responden di sektor perdagangan, hotel, dan restoran dalam memandang situasi bisnisnya pada saat ini. Hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) di Kota Palangka Raya pada bulan Maret 2014 juga mengindikasikan adanya penurunan tingkat penjualan oleh perdagangan eceran, antara lain pada komoditas makanan, minuman dan tembakau, pakaian, konstruksi dan penjualan suku cadang. Kemudian, indikator statistik hunian kamar hotel berbintang, selama triwulan I-2014 mencapai rata-rata tingkat hunian sebesar 55,09 lebih rendah dibandingkan rata-rata di triwulan sebelumnya (56,32).
Grafik 1.26 Situasi Bisnis Perusahaan di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sumber: SKDU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah
Tabel 1.6 Tingkat Hunian Kamar Hotel Berbintang di Kalimantan Tengah
Sumber: BPS Prov.Kalimantan Tengah
0 10 20 30 40 50 60
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
PHR
PHR
2010 2011 2012 2013 2014
Dec Dec Dec Dec Mar
Bintang 1 31.80 29.50 36.49 30.04 33.61 Bintang 2 37.58 38.06 37.94 39.68 64.54 Bintang 3 NA NA 43.41 66.29 33.69 Bintang 4 NA 77.23 82.36 66.95 77.35 Bintang 5 NA NA NA Tingkat Hunian 35.12 54.00 49.74 56.32 55.09 Hotel Berbintang
14
Grafik 1.27 Arus Penumpang Pesawat Udara dari dan ke - Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: BPS, diolah
Grafik 1.28 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sumber: LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah
1.3.3 Sektor Pertambangan
Melambatnya pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah di triwulan I-2014 dipengaruhi oleh kinerja sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi terutama disebabkan perusahaan yang menghentikan produksinya. Perusahaan-perusahaan tersebut menghentikan produksi karena tidak dapat melakukan ekspor hasil tambangnya dan tidak ada pembeli di pasar domestik yang dapat menampung hasil produksi mereka.
Terjadinya kontraksi di sektor pertambangan dipicu oleh realisasi ekspor hasil galian seperti bijih besi, bijih alumunium dan pasir zirkon sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan produksi dan ekspor yang jauh lebih rendah dari periode sebelumnya. Namun demikian, kondisi komoditas batubara masih pada fase perlambatan. Selain dipengaruhi faktor cuaca, perlambatan juga dipengaruhi oleh tren koreksi harga jual batubara intenasional selama periode laporan. Imbasnya di tingkat domestik, harga batubara di tingkat internasional tercatat lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Realisasi produksi akan sangat bergantung pada perkembangan harga di pasar, karena sangat terkait dengan margin keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan.
0.0 20,000.0 40,000.0 60,000.0 80,000.0 100,000.0 120,000.0 140,000.0 (40) (20) -20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2012 2013 2014
Jumlah Penumpang Pesawat g_Penumpang Pesawat (%, yoy) (orang) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 1 1 2 2 3 3 4 IV I 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 yo y ( % ) R p T ri liu n Kredit PHR G. Kredit PHR
15
Grafik 1.29 Produksi Batubara Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah
Grafik 1.30 Harga Batubara Internasional Sumber: Bloomberg
Grafik 1.31 Produksi Bauksit Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah
Grafik 1.32 Ekspor Bauksit Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi, diolah
1.3.4 Sektor Jasa – Jasa
Sektor utama lainnya di Kalimantan Tengah yaitu sektor jasa-jasa tumbuh 9,50% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,03%). Dari sisi kontribusi sektornya, juga terjadi peningkatan dari 1,11% menjadi 1,24% di triwulan laporan. Sektor jasa-jasa di Kalimantan Tengah mayoritas dipicu oleh realisasi jasa pemerintahan umum yang pada periode triwulan I-2014 dipengaruhi oleh realisasi pendapatan gaji bagi pegawai negeri sipil. Sementara di sektor swasta, dipengaruhi oleh realisasi event/kegiatan hiburan, rekreasi yang banyak berlangsung di awal triwulan I-2014.
Grafik 1.33 Pertumbuhan Kredit Jasa-Jasa
Sumber : LBU - KPw BI Prov.Kalimantan Tengah Grafik 1.34 Pertumbuhan Sektor Jasa – Jasa
Sumber : BPS Prov.Kalimantan Tengah, diolah
-200,000.00 400,000.00 600,000.00 800,000.00 1,000,000.00 1,200,000.00 1,400,000.00 1,600,000.00 1,800,000.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 2012 2013 2014 66.8 64.063.6 (15.4) 4.5 (4.8) -30 -20 -10 0 10 20 30 40 30 40 50 60 70 80 90
I II III IV I II III IV I II III IV 2011 2012 2013
USD/mt Harga Batubara
gHarga Batubara (RHS) % yoy -200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2012 2013 2014 -500.00 0.00 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 0.00 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 9,000.00
II III IV II III IV II III IV
2011 2012 2013 d lm J u ta 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 28 - METALLIFEROUS ORES&METAL SCR 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 0 0 0 0 1 1 1 1 IV I 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 yo y (% ) R p T ri liu n Kredit Jasa-jasa G. Kredit Jasa-jasa -2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 I II III IV I II III IV 2012 2013 Jasa-Jasa Rata2
16
Boks Produksi Mineral pasca penerapan kebijakan pengaturan ekspor.
Sejalan dengan pelaksanaan UU No.4 Tahun 2009, PP No.1 Tahun 2014 dan Permen ESDM No.7/2012 maka per tanggal 12 Januari 2014 ekspor mentah material tambang sudah tidak diperkenankan. Berdasarkan hasil liaison, terdapat pengaruh UU Minerba terhadap Industri tambah di Wilayah Kalteng. Peningkatan produksi bauksit dan biji besi yang “fantastis” pada tahun 2012-2013 karena menggenjot produksi sebelum UU Minerba di berlakukan yaitu pada tanggal 12 Januari 2014.
Untuk Wilayah Kalteng sendiri, berdasarkan data gabungan Distamben Kota dan Prov. Kalteng terdapat 71 Perusahaan tambang yang terdaftar rutin dalam melaporkan hasil produksinya ( 47 Perusahaan batubara, 2 Perusahaan Tambang Emas, 7 Perusahaan Bijih Besi, 2 Perusahaan Elminte, 6 Perusahaan Bauksit, 1 Perusahaan Perak dan 24 Perusahaan Pasir Zircon)
Berdasarkan informasi hasil liaison, untuk wilayah kota Palangka Raya sendiri terdapat 24 perusahaan tambang , dengan komposisi 18 (delapan belas) Perusahaan bergerak di komoditas pasir zircon (ZrSiO4), 5 (lima) Perusahaan batubara dan 1 (satu) perusahaan pasir kuarsa. Dari 18 perusahaan pasir zircon, hanya 9 perusahaan yang sudah mulai beroperasi produksi, sedangkan perusahaan tambang batubara dan pasir kuarsa, masih dalam tahap Eksplorasi. Sehingga dapat dikatakan komoditas pasir zircon hampir mendominasi wilayah Palangka Raya yaitu mencapai 80% dan sisanya merupakan komoditas batubara serta pasir kuarsa.
Dari 9 Perusahaan tambang zircon yang telah beroperasi hanya 1 perusahaan yang benar-benar telah memiliki smelter, yang telah bekerjasama dengan Perusahaan Korea dalam hal memfasilitasi smelter tersebut. Sedangkan perusahaan lain masih dalam proses pembangunan, dimana masing-masing perusahaan bekerjasama dengan perusahaan asing yang berasal dari Tiongkok dan Korea. Menurut kontak liaison, alasan utama mengapa baru sedikitnya smelter yang terealisasi di Kota Palangka Raya karena terkendala dengan proses administrasi yang rumit (perizinan izin tambang bersifat sentralisasi), tidak adanya kepastian hukum (selalu berubah-ubah) biaya investasi yang cukup besar.
Disamping Pasir Zircon, terdapat perusahaan yang bergerak di bidang tambang bijih besi telah melakukan ground breaking pembangunan smelter pada akhir Maret 2014. Pabrik smelter tersebut berada di sekitar Pelabuhan Panglima Utar, Desa Bumi Harjo Kab. Kotawaringin Barat. Alasan pemilihan lokasi di Kobar adalah selain tempat strategis, tempat pelabuhan bongkar muat pasang, juga tersedianya listrik yang memadai. Rencana kapasitas pabrik tersebut adalah 20.000 ton/tahun dan tahun berikutnya adalah 60.000 ton/tahun.
17
2
II. Perkembangan Inflasi Daerah
Tekanan inflasi pada triwulan I-2014 secara tahunan lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya.
2.1 Gambaran Umum
Jika ditinjau dari inflasi kumulatifnya, inflasi Kalimantan Tengah sampai dengan triwulan I-2014 mencapai 1,06% (ytd2) lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (1,41%). Ditinjau secara
tahunan, inflasi Kalimantan Tengah pada triwulan I-2014 mencapai 5,24% (yoy3) masih dalam
range proyeksi inflasi sebesar 5,82+1% (yoy) sebagaimana terdapat pada Kajian Ekonomi dan
Keuangan Regional periode sebelumnya. Inflasi tahunan tersebut juga lebih rendah daripada rata-ratanya selama 3 tahun pada priode yang sama (7,02%), dan masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 7,32% (yoy).
Meredanya tekanan inflasi Kalimantan Tengah tidak terlepas dari realisasi inflasi Kota Palangka Raya dan Sampit4 masing-masing sebesar 0,75% dan 1,64% (ytd). Tekanan inflasi terbesar di
Kota Palangka Raya dan Sampit tersebut masing-masing terjadi pada Januari 2014 dengan inflasi bulanan mencapai 1,21% dan 1,19% (mtm5) sehingga inflasi Kalimantan Tengah pada
bulan tersebut mencapai 1,20%.
Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender Sumber : BPS, diolah
Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Sumber : BPS, diolah
2.2 Inflasi Tahunan dan Triw ulanan
Di triwulan I-2014 laju inflasi IHK Kalimantan Tengah tercatat 5,24% (yoy), sementara di triwulan sebelumnya mencapai 6,79%. Tingkat inflasi di periode ini lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi triwulan I sepanjang tahun 2011-2013, yakni sebesar 7,02%.
2
Ytd (year to date) atau inflasi tahun kalender adalah perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK pada bulan Desember tahun sebelumnya.
3
Yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan IHK pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya.
4
Perhitungan inflasi Kalimantan Tengah diwakili oleh Kota Palangka Raya dan Sampit dengan bobot masing-masing sebesar 56% dan 44%
5
Mtm (month to month) atau biasa disebut inflasi bulanan yang merupakan metode penghitungan inflasi pada bulan tertentu yang diperoleh dengan membandingkan IHK bulan laporan terhadap IHK bulan sebelumnya.
Inflasi 2014
ytd (%) Jan Feb Mar
Palangka Raya 1.21 0.63 0.75
Sampit 1.19 1.94 1.64
Kalteng 1.20 1.09 1.06
Nasional 1.07 1.33 1.41
Inflasi 2014
mtm (%) Jan Feb Mar
Palangka Raya 1.21 -0.57 0.12
Sampit 1.19 0.75 -0.30
Kalteng 1.20 -0.11 -0.03