• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Tabel 1.1.

Pertumbuhan Ekonomi Sektoral dan Penggunaan

Sumber : BPS Kepulauan Riau

BAB 1

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

1.1. KONDISI UMUM

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan laju pertumbuhan dari 7,15% pada triwulan II-2012 menjadi 8,55%. Perekonomian Kepulauan Riau masih didorong oleh dua sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pada triwulan ini, laju peningkatan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran, yang diikuti oleh sektor bangunan/konstruksi. Dari sisi permintaan, pertumbuhan yang mengalami akselerasi cukup tinggi terjadi pada investasi.

Ditengah kondisi perekonomian global yang menunjukkan penurunan, perekonomian Kepulauan Riau masih menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang cukup baik diatas 8%.

Salah satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh

investment grade Namun demikian kondisi

perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus berlanjut.

Tw-III Tw-IV Tw-I Tw.II Tw.III

Konsumsi Rumah Tangga -1,33% 2,68% -0,61% 0,09% 5,81%

Konsumsi Lembaga Swasta 6,37% 3,92% 5,28% 5,67% 5,92%

Konsumsi Pemerintah 7,81% 8,21% 6,50% 5,58% 6,06%

Pembentukan Modal Tetap Bruto 14,60% 13,05% 16,82% 15,54% 13,58%

Ekspor Barang dan Jasa 4,90% 3,36% 7,37% 6,83% 2,44%

Impor Barang dan Jasa 6,15% 6,54% 10,76% 11,42% -8,46%

SEKTOR EKONOMI

Pertanian 4,27% 3,44% 2,77% 2,46% 3,07%

Pertambangan & Penggalian 1,88% 3,58% 4,63% 7,01% 7,52%

Industri Pengolahan 6,90% 5,35% 7,10% 5,07% 7,44%

Listrik, Gas & Air Bersih 14,94% 11,23% 11,05% 7,11% 5,56%

Bangunan 10,78% 10,13% 11,01% 11,68% 10,56%

Perdagangan, Hotel & Restoran 7,46% 7,49% 9,12% 10,97% 12,07%

Pengangkutan & Komunikasi 11,84% 10,26% 9,02% 9,15% 7,87%

Keuangan, Persewaan & Jasa P'an 7,86% 8,34% 7,76% 8,55% 8,75%

Jasa-Jasa 8,89% 7,52% 7,91% 8,76% 7,48%

PDRB (termasuk migas) 7,21% 6,34% 7,63% 7,15% 8,55%

2011 KOMPONEN PENGGUNAAN

2012 year on year

(2)

1.2. SISI PERMINTAAN

1.2.1. Konsumsi

Pada triwulan III-2012 sektor konsumsi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau. Pada periode tersebut konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,81% (yoy), mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 0,09% (yoy). Peningkatan laju tersebut didorong oleh peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga non makanan yang mengalami peningkatan sebesar 5,03% (yoy). Indikator tingginya pertumbuhan konsumsi, terlihat dari pertumbuhan kredit konsumsi yang masih tumbuh diatas 20%.

Peningkatan juga terlihat dari tingkat konsumsi listrik rumah tangga yang mengalami peningkatan laju dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut juga terkonfirmasi berdasarkan indeks tendensi konsumen yang menunjukkan masih optimisnya masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang tercatat berada pada indeks 108,23.

1.2.2. Investasi

Peningkatan laju tertinggi dari sisi penggunaan pada triwulan III-2012 terjadi pada investasi yang ditunjukkan melalui pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 13,58% (yoy). Peningkatan investasi terkonfirmasi melalui peningkatan realisasi investasi asing (penanaman modal asing) pada triwulan III-2012 yang tercatat sebesar US$ 43,16 juta dari US$ 7,36 juta pada triwulan sebelumnya. Salah satu pendorong peningkatan tersebut adalah masih diminatinya Kepulauan Riau sebagai salah satu tujuan pergerakan arus modal global. Hal tersebut didukung oleh diperolehnya predikat

investment grade

Grafik 1.1.

Pertumbuhan Kredit Konsumsi Perbankan

Grafik 1.2.

Pertumbuhan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Kota Batam

Sumber : PLN Batam Sumber : Bank Indonesia

(3)

Peningkatan investasi juga terlihat melalui pertumbuhan positif impor secara umum yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan impor benda-benda dari besi dan baja serta impor besi dan baja.

Peningkatan investasi juga didukung oleh penyaluran kredit perbankan yang menunjukkan pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi, peningkatan tersebut juga terindikasi melalui realisasi pengadaan semen di Kepulauan Riau yang pada triwulan III-2012 mengalami pertumbuhan 22,93% (yoy). Berdasarkan hasil liaison (kunjungan langsung) yang dilakukan oleh Bank Indonesia ke beberapa perusahaan, menunjukkan bahwa pelaku usaha masih melakukan investasi dalam bentuk investasi rutin (maintenance), maupun penambahan mesin produksi dan relokasi pabrik. Selain itu pelaku usaha masih optimis terhadap kondisi perekonomian di Kepulauan Riau.

Walaupun perekonomian Kepulauan Riau mengalami pertumbuhan positif dengan akselerasi yang cukup tinggi perlu diwaspadai kondisi perekonomian global yang masih belum menunjukkan kinerja positif memerlukan langkah penyesuaian struktural, terutama perbaikan iklim investasi dan akselerasi pembangunan infrastruktur agar momentum peningkatan investasi Kepulauan Riau sebagai daerah tujuan investasi dapat terus berlanjut.

Grafik 1.3.

Perkembangan Impor Barang Modal Utama

Sumber : BPS Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank Grafik 1.5.

Perkembangan Kredit Investasi Perbankan

Sumber :Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Grafik 1.6.

Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau Grafik 1.4.

Perkembangan Persetujuan dan Realisasi Investasi di Kota Batam

Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : PDSI-BP Batam

(4)

1.2.3. Ekspor - Impor

Kinerja ekspor Kepulauan Riau pada triwulan laporan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari 6,83% (yoy) pada triwulan II-2012, menjadi 2,44% (yoy) pada triwulan III- 2012. Belum membaiknya perekonomian global menjadi faktor pemicu perlambatan pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau. Berdasarkan prediksi IMF melalui World Economic Outlook (WEO) pada Oktober 2012, perekonomian dunia pada tahun 2012 mengalami perlambatan dibandingkan rilis prediksi yang dikeluarkan sebelumnya. Hal tersebut memberikan dampak negatif terhadap kinerja ekspor Kepulauan Riau.

Walaupun terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap SGD dan USD tidak menjadi faktor pendorong peningkatan ekspor. Berdasarkan penggolongan barang, pelemahan kinerja ekspor sebagian besar terjadi pada minyak dan nabati, perangkat optik, dan berbagai produk kimia akibat melemahnya daya beli global.

Grafik 1.7.

Pertumbuhan Nilai Ekspor-Impor Non Migas

Sumber : DSM-BI

Grafik 1.8.

Pertumbuhan Volume Ekspor-Impor Non Migas

Sumber : Kurs Tengah Bank Indonesia Grafik 1.9.

Perkembangan Kurs IDR thp USD dan SGD Sumber : DSM-BI

(5)

Grafik 1.11.

Perkembangan Nilai Impor Utama Grafik 1.10.

Perkembangan Nilai Ekspor Utama

Pelemahan perekonomian global menjadi tantangan bagi pertumbuhan positif kinerja ekspor Kepulauan Riau. Keraguan investor terhadap upaya penyelesaian krisis utang Eropa serta menurunnya data ekonomi Cina dan Jepang kembali menyebabkan kondisi perekonomian global masih belum membaik. Pelemahan perekonomian Eropa juga disebabkan adanya ketidaksepahaman menteri ekonomi Uni Eropa terkait mekanisme surat utang bersama serta upaya penyatuan perbankan Eropa. Untuk meningkatkan kinerja ekspor diperlukan strategi diversifikasi pasar ekspor, optimalisasi peran perwakilan perdagangan di luar negeri, stabilisasi pasokan dan harga barang pokok, serta peningkatan promosi dan pemasaran produk Indonesia.

1.3. SISI PENAWARAN

Pada sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan perekonomian triwulan ini dimotori oleh peningkatan pada Sektor Industri Pengolahan; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran;

serta Sektor Bangunan. Berdasarkan kontribusinya, Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih menjadi penopang utama pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau.

1.3.1. Sektor Industri Pengolahan

Pada triwulan III-2012 Sektor Industri Pengolahan mengalami percepatan pertumbuhan dari 5,07% (yoy) menjadi 7,44% (yoy). Pada triwulan laporan Sektor Industri pengolahan masih menjadi sektor ekonomi utama Kepulauan Riau dengan kontribusi sebesar 47,88%.

Sumber : SEKDA – BI (HS2) Sumber : SEKDA – BI (HS2)

(6)

Peningkatan pertumbuhan tertinggi pada sektor ini terjadi pada subsektor makanan, minuman, dan tembakau dan alat angkut dan mesin yang mengalami peningkatan masing- masing sebesar 11,21% (yoy) dan 10,45% (yoy). Sementara kontributor terbesar pada sektor industri pengolahan adalah subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 54,29%, diikuti oleh subsektor logam dasar, besi dan baja yang memberikan kontribusi sebesar 16,87%.

Peningkatan pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan terindikasi oleh peningkatan ekspor elektronik dan penyaluran kredit perbankan terhadap sektor industri pengolahan.

Selain itu kinerja positif sektor ini terlihat dari peningkatan akselerasi penggunaan listrik pada triwulan laporan.

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

Grafik 1.12.

Struktur Industri Pengolahan Provinsi Kepulauan Riau Tw.II-2012

Grafik 1.13.

Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 1.14.

Ekspor Elektronik dari Kepulauan Riau

Sumber : DSM - BI Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.15.

Pertumbuhan Kredit Sektor Industri

(7)

Dari sisi industri kapal (shipyard), masih belum membaiknya kondisi perekonomian global, masih memberikan dampak terhadap stagnannya pertumbuhan industri kapal (shipyard) pada triwulan III-2012. Namun demikian pada akhir tahun diperkirakan akan terjadi peningkatan pertumbuhan seiring dengan aktivitas produksi industri yang mengalami peningkatan. Hal ini terjadi akibat masuknya beberapa investor untuk menanamkan modalnya di Batam. Selanjutnya minat investor terhadap sektor perkapalan masih tinggi. Jika dilihat berdasarkan ekspor kapal laut Kepulauan Riau masih menunjukkan peningkatan jika dibandingkan posisi yang sama tahun 2011. Stagnannya pertumbuhan sektor ini banyak disebabkan oleh masih lesunya permintaan global, seiring masih belum pulihnya perekonomian di kawasan Eropa.

Industri perkapalan diperkirakan akan mengalami peningkatan dengan rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Sauh dengan rencana potensi penerimaan transhipping cargo dari jalur Selat Malaka sebesar 4 juta TEU s pada awal operasinya. Saat ini jumlah Shipyard di Batam tercatat sebanyak 76 perusahaan. Kebanyakan dari industri itu memiliki pelabuhan sendiri dengan status Pelabuhan Khusus (Pelsus) untuk memasukkan barang-barang kebutuhan perusahaan.

ngan penambahan ini bongkar muat kontainer di pelabuhan tersebut akan lebih efisien. Rencananya pembangunan pelabuhan akan dilakukan selama tiga tahun dengan kapasitas hingga 1,2 juta TEU,s.

Sementara harga baja sebagai bahan baku utama menjadi faktor pendorong daya saing sektor ini tidak mengalami perubahan harga, dimana berdasarkan data World Bank, steel index Japan sebesar 137,09 pada Oktober 2012.

Grafik 1.16.

Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri Kota Batam

Sumber : PLN Batam

Grafik 1.17.

Pertumbuhan Penyaluran Gas Industri

Sumber : PGN Batam

(8)

.

Upaya memajukan Batam sebagai kawasan industri dan mengoptimalkan pengembangan sektor jasa, BP Batam telah menyusun roadmap yang matang. Antara lain, meningkatkan sarana dan prasarana berupa pembanguan jalan tol, rel kereta, penyedia air baku, pemeliharaan pesawat, pengolahan limbah, dan pusat data dan pelatihan. Konstruksi rel kereta akan dikerjakan pada tahun 2013 2015, diharapkan sudah dapat beroperasi pada 2016.

1.3.2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor perdagangan hotel, dan restoran (PHR) pada triwulan II-2012 mencatat pertumbuhan 12,07%, meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 10,97%.

Dengan adanya peningkatan pertumbuhan tersebut, sektor ini menjadi faktor pendorong pertumbuhan perekonomian kedua terbesar di Kepulauan Riau pada triwulan laporan dengan kontribusi sebesar 19,82%.

Pertumbuhan seluruh subsektor pada sektor ini memilik akselerasi yang cukup tinggi, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan eceran.

Indikasi peningkatan subsektor ini dapat dilihat dari pemakaian listrik sektor bisnis yang mengalami peningkatan akselerasi, serta masih tingginya pertumbuhan penyaluran kredit perbankan terhadap sektor ini.

Grafik 1.20.

Pertumbuhan Konsumsi Listrik Bisnis Kota Batam

Grafik 1.21.

Kredit Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Grafik 1.18.

Ekspor Kapal Laut dari Kepulauan Riau

Sumber : DSM - BI Sumber : Worldbank

Grafik 1.19.

Perkembangan Harga Baja Dunia

(9)

Peningkatan aktivitas usaha pada subsektor perdagangan diperkirakan karena peningkatan aktivitas masyarakat yang terkonfirmasi melalui peningkatan konsumsi masyarakat, terutama untuk komoditas non makanan.

Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan yang juga dikarenakan banyaknya aktivitas meeting menjadi faktor pendorong peningkatan sektor ini. Hal tersebut menyebabkan subsektor hotel tumbuh 11,88%. Hal ini terindikasi dari tingkat hunian hotel berbintang secara umum di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 yang masih cukup baik sebesar 46,55%. Tidak hanya berasal dari kedatangan tamu domestik, tingginya tingkat hunian hotel pada triwulan ini juga turut disumbang oleh kedatangan wisatawan mancanegara yang pada triwulan III-2012 tercatat sebanyak 415.964 orang.

1.3.3. Sektor Pertambangan

Kinerja sektor pertambangan migas Kepulauan Riau mengalami percepatan laju pertumbuhan, dimana sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan dari 7,01% pada triwulan II-2012 menjadi 7,52% pada triwulan III-2012. Peningkatan pertumbuhan ini terindikasi dari peningkatan pertumbuhan ekspor migas Kepulauan Riau pada triwulan III- 2012 dengan kontribustor utama peningkatan ekspor gas. Kinerja positif sektor pertambangan gas di Kepulauan Riau didukung oleh semakin optimalnya eksplorasi blok gas Nort Belut-Natuna oleh Conoco Philips dan beroperasinya blok Gajah Baru-Natuna.Potensi peningkatan produksi gas untuk wilayah Natuna masih sangat besar, karena ladang gas D- Alpha memiliki total cadangan yang cukup besar dan merupakan salah satu sumber terbesar di Asia.

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah Grafik 1.22.

Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang Berkunjung Ke Kepulauan Riau Grafik 1.21.

Tingkat Hunian Hotel Berbintang (occ.rate) di Kepulauan Riau

Sumber : BPS Kepulauan Riau, diolah

(10)

Hingga Agustus 2012 (data terkini per 6 November 2012) realisasi lifting Minyak Bumi tercatat 15,09 juta barel atau pencapaian sebesar 70,42% dari sasaran 2012. Sementara lifting gas hingga Agustus 2012 sebesar 196,25 juta MMBTU atau sebesar 77,71% dari pencapaian sasaran tahun 2012.

Harga minyak mentah dunia pada September 2012 mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD106,28/bbl. Sedangkan harga gas dunia

Grafik 1.26.

Harga Minyak Dunia

Sumber : Worldbank Sumber : Worldbank

Grafik 1.27.

Harga Gas Dunia Grafik 1.24.

Lifting Gas per KKKS

Sumber : Kementrian ESDM Sumber : Kementrian ESDM

Grafik 1.25.

Lifting Minyak per KKKS Grafik 1.23.

Perkembangan Ekspor Migas Kepulauan Riau

Sumber : BPS

(11)

1.3.4. Sektor-sektor Lainnya

Kinerja pertumbuhan sektor lainnya menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, terutama pada sektor bangunan yang memiliki akselerasi sebesar 10,56% (yoy). Peningkatan sektor bangunan didukung oleh tingginya pembangunan fisik yang diperkirakan pembangunan fisik pendukung usaha. Peningkatan tersebut terindikasi oleh peningkatan realisasi pengadaan semen yang mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara berdasarkan indeks harga properti residensial, secara umum mengalami perlambatan, indeks yang masih mengalami peningkatan laju adalah indeks properti golongan sederhana.

Di sektor pengangkutan dan komunikasi, pertumbuhan yang cukup tinggi terjadi pada pengangkutan udara dan subsektor komunikasi. Peningkatan pertumbuhan pengangkutan didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang berlibur ke Batam dan puncak arus mudik Idul Fitri yang terjadi pada triwulan III-2012. Hal ini terindikasi dari peningkatan jumlah penumpang di Bandara Hang Nadim yang tingginya tingkat kunjungan wisatawan juga memberi imbas positif terhadap sektor komunikasi, dimana indikasi peningkatan sektor angkutan dan komunikasi tercermin melalui peningkatan pertumbuhan pemberian kredit oleh perbankan terhadap sektor ini pada triwulan laporan.

Grafik 1.29.

Indeks Harga Properti Residensial

Grafik 1.30.

Pertumbuhan Jumlah Pesawat di Bandara Hang Nadim Batam

Grafik 1.28.

Realisasi Pengadaan Semen di Kepulauan Riau

Grafik 1.31.

Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan Umum dan Komunikasi

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Sumber : Survey Properti Harga Residensial

(12)

Pada sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, perlambatan ini terutama terjadi pada subsektor gas yang terindikasi oleh perlambatan pertumbuhan penyaluran gas oleh PGN. Sementara pada subsektor listrik secara umum berada dalam kondisi yang stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertumbuhan dimotori oleh akselarasi yang meningkat pada subsektor bank yang tumbuh 9,17% (yoy). Hal tersebut terindikasi oleh peningkatan pertumbuhan aset perbankan yang terjadi pada triwulan III- 2012. Pertumbuhan kredit cenderung stabil, sementara pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan peningkatan pertumbuhan.

Grafik 1.35.

Perkembangan LDR dan NPL Perbankan di Kepulauan Riau

Sumber : Laporan Bulanan Bank Grafik 1.34.

Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit Perbankan di Kepulauan Riau

Grafik 1.32.

Pertumbuhan Konsumsi Listrik Kota Batam

Sumber : PLN Batam

Grafik 1.33.

Pertumbuhan Konsumsi Gas Kota Batam

Sumber : PGN Batam

Sumber : Laporan Bulanan Bank

(13)

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Inflasi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 mengalami peningkatan dari 0,54%

(qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,98% (qtq). Peningkatan laju inflasi tersebut didorong oleh peningkatan harga pada subkelompok ikan segar, karena berkurangnya pasokan komoditas tersebut yang diakibatkan faktor cuaca.

2011 2012 Sep-12

1. Banda Aceh 2,15 0,51 1,67

2. Lhokseumawe 2,77 1,70 2,47

3. Sibolga 1,90 3,08 4,91

4. Pematang Siantar 3,58 4,58 5,26

5. Medan 3,83 2,76 2,47

6. Padang Sidempuan 3,27 2,52 3,90

7. Padang 3,74 3,12 4,74

8. Pekanbaru 3,53 2,67 4,21

9. Dumai 1,99 2,37 3,47

10. Jambi 2,22 3,89 4,43

11. Palembang 2,89 1,72 2,60

12. Bengkulu 4,14 4,33 4,14

13. Bandar Lampung 3,59 3,68 4,32

14. Pangkal Pinang 6,53 7,37 5,83

15. Batam 3,30 1,52 1,98

16. Tanjungpinang 2,67 3,59 4,25

NASIONAL 2,97 3,49 4,31

Inflasi Tahun Berjalan Sept (ytd)

Inflasi Tahunan

(yoy) Kota

Komoditas yang berkontribusi besar terjadinya inflasi pada triwulan ini adalah komoditas ikan selar, kangkung dan emas perhiasan. Faktor yang menyebabkan peningkatan harga pada komoditas ikan selar akibat peningatan gelombang, sehingga hasil tangkapan nelayan mengalami penurunan, sedangkan peningkatan komoditas kangkung akibat faktor cuaca yang kurang mendukung pada sentra produksi, sehingga pasokan ke wilayah Kepulauan Riau mengalami penurunan. Kenaikan komoditas emas perhiasan sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga emas dunia, karena harga emas domestik terintegrasi dengan kondisi harga di pasar internasional.

Sumber: BPS

Tabel 2.1.

Gambaran Inflasi di Sumatera dan Nasional

(14)

Sementara pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika dan Dollar Singapura turut menjadi pemicu kenaikan harga pada komoditas import (imported inflation).

Dilain pihak adanya peningkatan harga pada beberapa komoditas internasional juga menjadi faktor pendorong terjadinya inflasi pada triwulan ini.

Untuk menjaga tingkat ekspektasi masyarakat, diperlukan adanya peningkatan eskpektasi positif oleh berbagai pihak terkait. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah pemberitaan mengenai informasi harga kepada masyarakat, dimana informasi harga ini dapat berupa melalui media cetak, media elektronik, penyediaan papan informasi harga, serta penyediaan situs layanan informasi harga. Selanjutnya untuk terjaminnya kebutuhan pasokan masyarakat, diperlukan kerjasama perdagangan antar daerah, terutama dengan daerah produsen. Keikutsertaan masyarakat meningkatkan produksi, salah satunya melalui gerakan menanam di pekarangan rumah untuk komoditas strategis seperti cabe merah, bayam, dan kacang panjang dapat menjadi alternatif solusi.

Grafik 2.2.

Perkembangan Kurs IDR terhadap SGD dan USD

Sumber : BI Grafik 2.1.

Perkembangan Harga Komoditas Internasional

Sumber : IMF

Grafik 2.3.

Laju Inflasi Kepulauan Riau Berdasarkan Kelompok Pengeluaran

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.4

Andil Inflasi Kepulauan Riau Berdasarkan Kelompok Pengeluaran

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

(15)

Terkait dengan pengendalian harga, peran dan kerjasama dinas dan instansi terkait perlu lebih dioptimalkan. Langkah-langkah optimal pengendalian harga terutama dimotori oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah yang telah terbentuk di Provinsi Kepulauan Riau, Kota Batam, serta Kota Tanjungpinang. Pengendalian harga juga harus ditopang oleh optimalisasi fungsi Badan Ketahan Pangan Provinsi Kepulauan Riau.

Sebagian besar pasokan bahan makanan untuk Kepulauan Riau masih berasal dari luar wilayah, baik berasal dari domestik seperti dari Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, dan Jawa;

juga berasal dari impor, terutama dari Singapura, Malaysia, Thailand dan China. Sehubungan dengan ketergantungan yang cukup besar dari wilayah lain, maka diperlukan pengembangan kawasan pertanian, peternakan dan perikanan sesuai dengan kondisi geografis wilayah dan karakteristik wilayah, yang didukung oleh peran serta pemerintah dalam hal perizinan dan kemudahan bagi investor. Kondisi geografis Kepulauan Riau yang 95% wilayahnya merupakan laut, sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya gelombang laut. Ketika gelombang laut mengalami peningkatan, maka pasokan kebutuhan masyarakat ke Kepulauan Riau mengalami gangguan. Terkait dengan hal tersebut program ketahanan pangan yang terintegrasi perlu dilakukan oleh pemerintah, diantaranya mendirikan tempat cadangan pangan masyarakat sebagai manajemen stok dalam bentuk gudang untuk komoditas padi, sayur, bumbu, dan buah, serta cold storage untuk komoditas ikan. Untuk meningkatkan pasokan ikan, dapat dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan budidaya ikan darat, serta melakukan pembinaan pengolahan lanjutan paska budidaya untuk komoditas ikan (ikan laut dan ikan darat).

Jul-12 Agust-12 Sep-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Jul-12 Agust-12 Sep-12 Selat Malaka 3-7 2-8 2-8 0.4 - 1.6 0.4 - 1.0 0.4 - 1.0 0 - 5 % 0 - 5 % 0 - 5 % Laut Natuna 10-16 5-15 5-10 1.25 - 2.0 0,75 - 1.5 1,00-1,50 0 - 5% 0 - 5% 0 - 5%

Lokasi

Tinggi Signifikan Rata – Rata

(meter) Frekuensi Gel. > 3 Meter Angin 10 m Rata – Rata (Knot)

2

2..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM

Inflasi Kota Batam selama triwulan III-2012 sebesar 0,65% (qtq), relatif stabil jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,64% (qtq). Terjadinya inflasi pada triwulan III-2012 disebabkan oleh penurunan pasokan subkelompok ikan segar dan sayuran, penurunan pasokan ikan karena peningkatan gelombang sedangkan penurunan produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik menjadi faktor pemicu peningkatan harga sayuran. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012

Tabel 2.2.

Prakiraan Tinggi Gelombang Laut di Wilayah Kepri Periode Juli s/d September 2012

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika (pemutakhiran September 2012)

(16)

sebesar 1,98% (yoy). Secara tahunan, kelompok pengeluaran yang berkontribusi besar terhadap inflasi Kota Batam terjadi pada kelompok bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.

Pencapaian inflasi tahunan (yoy) dan tahun berjalan (ytd) Kota Batam pada September 2012 berada bawah level Nasional sebesar 4,31% (yoy) dan 3,49% (ytd). Dari 16 kota di Sumatera, realisasi inflasi tahun berjalan Kota Batam (1,52% - ytd) merupakan ke dua terendah setelah Kota Banda Aceh.

Berdasarkan data Survey Pemantauan Harga Mingguan, terpantau terjadinya peningkatan harga pada komoditas ikan segar yang terjadi pada minggu kedua bulan Agustus 2012, dan peningkatan harga pada komditas sayuran terjadi pada minggu kedua dan ketiga bulan September 2012. Berdasarkan keterangan dari pelaku usaha (penjual) peningkatan harga disebabkan oleh penurunan supply dari daerah nelayan/sentra produksi akibat kondisi cuaca yang kurang baik.

22..22.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN

Berdasarkan kelompok pengeluaran, laju inflasi Kota Batam pada triwulan ini terutama disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan dengan peningkatan sebesar 0,97% (qtq). Sementara kelompok lainnya yang juga menjadi pendorong kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok sandang (2,39% - qtq), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (2,46% - qtq).

Grafik 2.5.

Laju Inflasi IHK Triwulanan Kota Batam

Sumber: BPS, diolah

(17)

Tabel 2.3.

Perkembangan Laju Inflasi Batam Triwulan III-2012 (%) Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tahun Dasar 2007

Berdasarkan andilnya terhadap pembentukan inflasi Kota Batam selama triwulan III- 2012 kontributor utama pembentukan inflasi Kota Batam, adalah :

a. Kelompok bahan makanan

Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 0,97% (qtq), mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami laju inflasi sebesar 1,72% (qtq).

Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 8,43% (qtq) dengan andil

No. Kelompok Bulanan (mtm) Triwulanan (qtq) Jul'12 Agt'12 Sep'12

1 Bahan

makanan 0,42 0,09 0,46 0,97

2

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

0,27 0,08 0,01 0,37

3

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0,01 0,04 0,00 0,05

4 Sandang -0,01 0,63 1,75 2,39

5 Kesehatan 0,22 0,09 -0,19 0,12

6

Pendidikan, rekreasi dan olahraga

1,14 0,13 1,17 2,46

7

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

-0,06 0,30 -0,18 0,06

Inflasi IHK 0,21 0,16 0,28 0,65

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Batam (qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.7. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumber: BPS,diolah.

Sumber: BPS, diolah

(18)

pembentukan sebesar 0,33% (qtq). Selain itu kenaikan juga terjadi kenaikan harga yang cukup besar pada subkelompok sayuran dengan kenaikan indeks sebesar 4,74% (qtq) dengan andil 0,11% (qtq). Terjadinya peningkatan harga subkelompok ikan segar terutama disebabkan peningkatan harga pada komoditas ikan selar dan kenaikan harga sayuran terjadi akibat kenaikan harga pada komoditas kangkung. Kenaikan ini akibat keterbatasan pasokan dari sentra produksi. Sementara terjadinya penurunan indeks harga pada subkelompok bumbu-bumbuan sebesar 11,71% (qtq), menjadi faktor penghambat peningkatan laju inflasi kelompok ini. Penurunan ini terutama peningkatan pasokan cabe merah dari daerah sentra produksi.

b. Kelompok sandang

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,39% (qtq), berubah arah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,73% (qtq). Peningkatan harga yang terjadi pada kelompok ini memberikan andil sebesar 0,18%.

Faktor utama terjadinya peningkatan pada kelompok sandang adalah peningkatan harga komoditas emas perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia dari USD 1597,4/OZ pada akhir triwulan II-2012 menjadi USD 1772,1/OZ pada akhir triwulan laporan.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Batam

(qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.9. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumber: BPS, diolah

c. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 2,46% (qtq), terjadi peningkatan laju inflasi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,60%. Dengan laju tersebut, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga memberikan andil sebesar 0,14% terhadap pembentukan inflasi pada triwulan laporan.

(19)

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kota Batam (qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.11. Inflasi/Deflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumber: BPS,diolah.

Pendorong utama inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga adalah kenaikan harga yang terjadi pada subkelompok jasa pendidikan dengan kenaikan indeks sebesar 5,64% (qtq). Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan tarif SLTA, Taman Kanak-kanak dan SLTP. Kenaikan tersebut seiring dengan peningkatan yang terjadi secara tahunan pada awal musim tahun ajaran baru yang terjadi pada triwulan III.

2

2..33.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA BBAATTAAMM

Pembentukan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Batam pada triwulan III-2012 banyak didorong oleh inflasi volatile foods dengan kenaikan indeks sebesar 1,48% (qtq), dengan andil sebesar 0,31% terhadap inflasi IHK. Peningkatan inflasi volatile foods banyak disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar yang memberikan andil 0,33%.

Peningkatan kelompok volatile foods sedikit tertahan akibat penurunan harga subkelompok bumbu-bumbuan yang terutama disebabkan penurunan harga cabe merah..

Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi Batam Triwulan III-2012

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.13. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food

di Batam (qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Sementara inflasi inti juga mengalami inflasi sebesar 0,41% (qtq) dengan andil inflasi sebesar 0,25%. Terjadinya deflasi pada kelompok ini banyak disebabkan oleh peningkatan

(20)

harga emas perhiasan seiring kenaikan harga emas dunia. Inflasi administered price tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,48% (qtq), dengan andil 0,09% yang disebabkan oleh peningkatan harga rokok.

22..44.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG

Kota Tanjungpinang pada triwulan III-2012 mengalami perlambatan laju inflasi dibanding periode sebelumnya. Laju inflasi pada akhir triwulan laporan tercatat 2,86% (qtq), dengan peningkatan laju jika dibandingkan dari triwulan sebelumnya yang tercatat 0,00%

(qtq). Peningkatan inflasi yang terjadi di Kota Tanjungpinang banyak disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas ikan segar, terutama ikan selar dan tenggiri dikarenakan tingginya gelombang pada triwulan laporan.

Pada kelompok inti, kenaikan harga mie dan emas pehiasan menjadi pendorong kenaikan inflasi pada triwulan III -2012 yang disebabkan peningkatan harga emas dunia. Jika dilihat secara tahunan, laju inflasi tahunan (year on year) pada triwulan III-2012 sebesar 4,25% (yoy) mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,37% (yoy).

22..55.. IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKEELLOOMMPPOOKK PPEENNGGEELLUUAARRAANN Berdasarkan penggolongannya ke dalam kelompok pengeluaran masyarakat, kelompok yang mengalami peningkatan harga pada triwulan ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dengan laju sebesar 7,34% (qtq), yang memberikan andil sebesar 2,05%.

Kelompok selanjutnya yang mengalami peningkatan harga cukup besar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok sandang dengan kenaikan masing-masing sebesar 2,04% (yoy) dan 2,43% (yoy).

Grafik 2.14

Perkembangan Inflasi Kota Tanjungpinang

Sumber: BPS, diolah

(21)

Tabel 2.4.

Perkembangan Laju Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012 (%) Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Tahun Dasar 2007

No. Kelompok Bulanan (mtm) Triwulanan

(qtq) Jul'12 Agt'12 Sep'12

1 Bahan

makanan 1,62 5,45 0,17 7,34

2

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

0,28 1,32 0,43 2,04

3

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0,15 0,18 0,12 0,46

4 Sandang 0,11 1,02 1,28 2,43

5 Kesehatan -0,19 0,33 0,38 0,52

6

Pendidikan, rekreasi dan olahraga

0,07 0,64 1,34 2,06

7

Transpor, komunikasi dan jasa keuangan

-0,04 0,11 0,02 0,09

Inflasi IHK 0,54 1,98 0,31 2,86

Berdasarkan besarnya andil peningkatan harga Kota Tanjungpinang selama triwulan III- 2012, kontributor utama di Kota Tanjungpinang adalah :

a. Kelompok bahan makanan

Pada kelompok bahan makanan terjadi kenaikan indeks harga sebesar 7,34% (qtq), mengalami perubahan arah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,01% (qtq). Andil pembentukan inflasi kelompok bahan makanan terhadap pembentukan inflasi Kota Tanjungpinang adalah 2,05%.

Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan di Tanjungpinang (qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.16. Inflasi/Deflasi Kelompok Bahan Makanan Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumer: BPS,diolah.

Sumber: BPS, diolah

(22)

Inflasi pada kelompok bahan makanan terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pada subkelompok ikan segar yang mengalami inflasi sebesar 23,27% (qtq) yang memberikan andil sebesar 1,14% terhadap pembentukan inflasi triwulan III-2012. Seperti halnya yang terjadi pada Kota Batam, terjadinya peningkatan harga pada subkelompok ikan segar terutama pada komoditas ikan selar dan ikan tenggiri disebabkan kurangnya pasokan karena penurunan hasil tangkapan nelayan seiring tingginya gelombang.

b. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

Pada triwulan III-2012 laju inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat 2,04% (qtq), mengalami percepatan jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 0,91% (qtq). Laju tersebut memberikan andil sebesar 0,46%

terhadap pembentukan inflasi Tanjungpinang.

Inflasi yang terjadi pada kelompok ini terjadi terutama karena kenaikan harga pada komoditas mie, ikan bakar, dan rokok kretek filter. Kenaikan harga pada komoditas mie karena terdapat peningkatan ekspektasi pelaku usaha untuk meningkatkan margin, sementara peningkatan harga ikan bakar dikarenakan peningkatan harga bahan baku.

Sedangkan peningkatan harga rokok akibat kenaikan harga cukai rokok.

Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau di Tanjungpinang

(qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.18. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumber: BPS,diolah.

c. Kelompok sandang

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,43% (qtq), berbanding terbaik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 1,36% (qtq). Terjadinya peningkatan laju inflasi ini memberikan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,14% (qtq).

Pada kelompok ini, kenaikan indeks harga terutama disebabkan naiknya harga emas

(23)

Grafik 2.19. Perkembangan Inflasi/Deflasi Kelompok Sandang Kota Tanjungpinang

(qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Grafik 2.20. Inflasi Kelompok Sandang Menurut Subkelompok

Triwulan III-2012

Sumber: BPS, diolah

22..22.. DDIISSAAGGRREEGGAASSII IINNFFLLAASSII KKOOTTAA TTAANNJJUUNNGGPPIINNAANNGG

Peningkatan laju inflasi kota Tanjungpinang hingga akhir triwulan III-2012 terutama dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan harga pada kelompok volatile foods didorong kenaikan harga subkelompok ikan segar seiring peningkatan gelombang laut.

Laju inflasi inti pada triwulan ini juga mengalami peningkatan yang didorong oleh peningkatan harga komoditas makanan jadi, emas perhiasan. Peningkatan ini banyak disebabkan oleh peningkatan ekspektasi masyarakat, kenaikan harga bahan baku, dan peningkatan harga komoditas internasional. Sementara inflasi administered price pada triwulan III-2012 terutama terjadi akibat peningkatan harga pada komoditas rokok, seiring peningkatan harga cukai rokok.

Grafik 2.21. Disgaregasi Inflasi Tanjungpinang Triwulan III-2012

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.22. Perkembangan Laju Inflasi Inti, Administered Price, dan Volatile Food

di Tanjungpinang (qtq)

Sumber: BPS, diolah.

Sumber : Laporan Bulanan Bank

(24)

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH

Perkembangan perbankan secara umum menunjukkan trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingkat kepercayaan masyarakat mengalami peningkatan yang tercermin dari naiknya dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan. Fungsi intermediasi perbankan juga mengalami peningkatan dengan kualitas kredit yang masih terjaga yang terindikasi dari masih rendahnya rasio kredit bermasalah.

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan III 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, volume dan nilai transaksi melalui instrumen uang giral terus menunjukkan sedikit penurunan dibanding periode sebelumnya. Selama triwulan berjalan, transaksi keuangan masyarakat yang menggunakan fasilitas BI-RTGS di Provinsi Kepulauan Riau mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

33..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN DDAAEERRAAHH

Pada triwulan III-2012, perkembangan indikator perbankan secara umum menunjukkan trend yang meningkat. Volume usaha perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan 23,93% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp33,79 triliun. Sementara itu tingkat kepercayaan masyarakat yang tercermin dari penghimpunan dana pihak ketiga sampai triwulan III-2012 tercatat Rp28,01 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 24,15% (yoy). Intermediasi yang dilakukan oleh perbankan triwulan ketiga 2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 30,62%

(yoy) sehingga menjadi sebesar Rp22,30 triliun. Peningkatan kredit tersebut juga diiringi peningkatan kualitas kredit yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,74% menjadi 2,42% pada triwulan laporan.

(25)

- 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00 40,000.00

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Total Asset Total Dana Total Kredit

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

64.00%

66.00%

68.00%

70.00%

72.00%

74.00%

76.00%

78.00%

80.00%

82.00%

84.00%

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

LDR NPL

2011 2012

Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Total Asset 27.273,06 28.685,52 30.250,54 31.793,82 33.799,07 Total Dana 22.555,91 24.069,09 25.550,96 26.721,27 28.002,68 Total Kredit 17.075,53 18.216,27 19.210,78 20.976,85 22.304,38

NPL 2,77% 2,36% 2,04% 2,74% 2,42%

LDR 75,70% 75,68% 75,19% 78,50% 79,65%

3

3..11..11.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN DDAANNAA PPIIHHAAKK KKEETTIIGGAA

Laju pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan menunjukkan tren peningkatan. Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kepulauan Riau hingga akhir triwulan laporan tercatat sebesar Rp 28,01 triliun dengan pertumbuhan sebesar 24,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, pangsa dana pihak ketiga bank umum tidak terjadi pergeseran yang cukup berarti. Hingga akhir periode laporan, pangsa tabungan sebesar 41,41% dan giro sebesar 37,14%, sementara sisanya deposito sebesar 21,45%. Simpanan dalam bentuk giro mengalami peningkatan tertinggi dengan peningkatan sebesar 29,62% (yoy). Sementara itu simpanan dalam bentuk tabungan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 26,79% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor perdagangan meningkatkan jumlah transaksi dalam bentuk giral. Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan 11,52% (yoy).

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.1

Indikator Utama Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.2

Perkembangan NPL dan LDR Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Tabel 3.1

Indikator Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau Sumber: Bank Indonesia

(26)

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT 2012

Giro Tabungan Deposito

- 2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

2011 2012

Giro Tabungan Deposito

33..11..22.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN IINNTTEERRMMEEDDIIAASSII PPEERRBBAANNKKAANN

Perkembangan kredit yang berhasil disalurkan oleh bank umum cukup ekspansif hingga akhir triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan total kredit yang disalurkan di Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp22,30 triliun atau tumbuh 30,62%

(yoy). Meski cukup ekspansif, ruang bagi fungsi intermediasi perbankan khususnya bank umum masih terbuka mengingat rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan masih 79,65%. Sementara itu risiko kredit bermasalah masih cukup terkendali dengan rasio NPL sebesar 2,42% di bawah target indikatif Bank Indonesia sebesar 5%. Pertumbuhan ekonomi yang cukup baik telah mendorong daya serap kredit yang disalurkan oleh perbankan di Kepulauan Riau pada periode triwulan laporan.

Grafik 3.5

Perkembangan Pertumbuhan Kredit yang Disalurkan di Provinsi Kepulauan Riau Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.3

Perkembangan Pertumbuhan DPK Bank Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 3.4

Perkembangan DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan di Provinsi Kepulauan Riau

Grafik 3.6

Perkembangan Kredit yang Disalurkan Berdasarkan Jenis Penggunaan

- 1,000.00 2,000.00 3,000.00 4,000.00 5,000.00 6,000.00 7,000.00 8,000.00 9,000.00 10,000.00

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

2011 2012

M. Kerja Investasi Konsumsi

30.00%

35.00%

40.00%

45.00%

50.00%

55.00%

60.00%

65.00%

70.00%

15.00%

17.00%

19.00%

21.00%

23.00%

25.00%

27.00%

29.00%

31.00%

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

2012 M. Kerja Konsumsi Investasi

(27)

Sementara itu, penyaluran kredit menurut jenis penggunaannya kredit investasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada posisi triwulan III-2012. Akselerasi kredit juga dialami oleh kredit konsumsi dan kredit modal kerja. Pertumbuhan kredit investasi mengalami peningkatan sebesar 49,22% (yoy). Sementara itu pertumbuhan kredit modal kerja meningkat sebesar 29,08% (yoy) sedangkan kredit konsumsi meningkat sebesar 21,39% (yoy) pada triwulan III-2012.

Meskipun perekonomian global khususnya Amerika Serikat dan Eropa mengalami perlambatan, perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau masih menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari peningkatan daya serap kredit di sektor produktif. Berdasarkan sektor ekonomi, pangsa pembiayaan yang disalurkan bank umum konvensional untuk sektor industri pengolahan, sektor konstruksi dan sektor perdagangan masih dominan di Kepulauan Riau di luar kredit konsumsi.

0.48%

0.19%

1.62%

15.81%

2.86%

8.16%

14.77%

2.37%

8.06%

0.34%

7.91%

0.01%

0.33%

0.16%

0.88%

0.03%

0.00% 0.43%

35.60%

Pertanian, Buru Dan Hutan Perikanan

Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Konstruksi

Perdagangan Besar Dan Eceran Akomodasi Dan Makan Minum Trans, Gudang Dan Komunikasi Perantara Keuangan Real Estate, Sewaan Dan Jasa PT Adm Pem, Pertahanan Dan Jam Sos Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan Dan Keg Sosial Jasa Msy, SosBud, Hiburan Jasa Perorangan RT Badan Internasional

Keg Yang Belum Jelas Batasannya Bukan Lapangan Usaha

3

3..11..33.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN BBAANNKK PPEERRKKRREEDDIITTAANN RRAAKKYYAATT ((BBPPRR))

Pada triwulan III-2012, jumlah BPR yang beroperasi di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 42 BPR atau tidak mengalami penambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Diagram 3.1

Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau

(28)

Demikian pula kantor cabang BPR tidak terjadi penambahan pada triwulan laporan sehingga total kantor BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau masih tetap 63 kantor.

Kinerja kredit yang disalurkan oleh BPR terus mengalami peningkatan, secara nominal kredit yang disalurkan oleh BPR di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp3,42 triliun meningkat 22,14% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit BPR tercatat sebesar 36,97% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga tercatat Rp2,49 triliun.

Tingkat kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan mikro ini terus menunjukkan peningkatan yang tercermin dari peningkatan DPK yang dihimpun oleh BPR.

Penghimpunan DPK BPR juga mengalami peningkatan. DPK BPR pada posisi triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp2,73 triliun meningkat 20,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

70.00%

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

- 500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 3,000.00 3,500.00 4,000.00

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEP OKT NOV DEC JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT

Total Asset Dana Kredit LDR

Perkembangan fungsi intermediasi BPR di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika pada triwulan III 2011 LDR BPR tercatat sebesar 80,33% maka pada triwulan laporan LDR BPR tercatat sebesar 91,31%. Banyaknya jumlah BPR berpengaruh pada tingkat persaingan yang semakin tinggi di sektor kredit mikro. Oleh karena itu, BPR harus lebih jeli untuk menangkap peluang-peluang bisnis baru khususnya untuk kredit sektor produktif. Meski demikian pengurus BPR juga harus tetap memperhatikan unsure kehati-hatian dalam penyaluran kredit kepada masyarakat.

Kecenderungan BPR di Provinsi Kepulauan Riau lebih banyak menyalurkan kredit untuk sektor konsumsi seperti pembelian kendaraan bermotor maupun perumahan. Hal ini terkonfirmasi oleh data yang menunjukkan kredit konsumsi mendominasi dengan pangsa

Grafik 3.7

Perkembangan Perkembangan Indikator BPR di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Bank Indonesia

(29)

dari aspek risiko kredit cukup terkendali yang tercermin dari rasio NPLs yang tercatat 2,56%, masih di bawah angka indikatif Bank Indonesia sebesar 5%.

33..11..44.. PPEERRKKEEMMBBAANNGGAANN PPEERRBBAANNKKAANN SSYYAARRIIAAHH

Pangsa asset bank syariah terhadap total asset seluruh bank di Kepulauan Riau terus mengalami trend peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan telah melewati angka psikologis 5%. Pada posisi triwulan III-2012 pangsa asset perbankan syariah terhadap total asset tercatat 6,05%. Perkembangan positif dari sisi asset juga dibarengi dengan peningkatan fungsi intermediasi perbankan syariah yang tercermin dari peningkatan pembiayaan oleh perbankan syariah sebesar 23,34% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp1,76 trilun. Sementara itu penghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan syariah juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat Rp1,22 triliun menjadi Rp1,56 trilun atau mengalami peningkatan sebesar Rp334,93 triliun (27,35%). Salah satu karakteristik perbankan syariah di Provinsi Kepulauan Riau adalah tingkat intermediasi yang relatif tinggi tercermin dari rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 113,25% pada triwulan laporan dengan kualitas kredit yang masih terjaga dengan NPLs sebesar 2,43%.

Dilihat dari data historis, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan seiring semakin luasnya informasi mengenai perbankan syariah yang diterima oleh masyarakat di Kepulauan Riau. Dengan demikian, bank syariah di Kepulauan Riau memiliki peluang yang cukup besar untuk terus mengembangkan pangsa pasarnya dengan jaringan yang lebih luas agar bisa diakses oleh masyarakat baik di perkotaan maupun daerah hinterland.

Grafik 3.8

Perkembangan Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Bank Indonesia

Gambar

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi/Deflasi   Kelompok Bahan Makanan di Batam (qtq)
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi/Deflasi   Kelompok Sandang Kota Batam
Grafik 2.12. Disgaregasi Inflasi Batam   Triwulan III-2012
Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi/Deflasi   Kelompok Bahan Makanan di Tanjungpinang (qtq)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pengurus pencak silat PSHT Cabang Yogyakarta dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Dalam kaitanya sebagai bagian

Dalam penyusunan Renja tahun 2017 ini berpedoman pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pelayanan Perizinan dan Kantor

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran berbasis penilaian performance dengan media chemo-edutaniment bentuk kartu ionik dalam meningkatkan

Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi

Model matematika tentang fermentasi etanol dengan substrat glukosa yang dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri Zymomonas mobilis telah dikemukakan oleh Leksawasdi,

Sedangkan al-T{abari> dalam tafsirnya mengemukakan bahwa, berkaitan dengan qira>’ah ganda pada lafadz ‚la>mastum‛ beliau memilih sikap untuk mentarjih

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi minyak mint dari daun mint (Mentha arvensis Linn) segar dilakukan dengan metode distilasi uap selama 1 jam,