• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus-Urethritis Gonorrhea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus-Urethritis Gonorrhea"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Uretritis merupakan kondisi inflamasi yang terjadi pada uretra yang dapat disebabkan oleh proses infeksi atau non infeksi dengan manifestasi discharge, disuria, atau gatal pada ujung uretra. Temuan fisik yang paling sering ditemukan berupa discharge uretra, sedangkan temuan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear dengan pengecatan Gram pada apusan uretra atau dari sedimen pancaran urin awal. Infeksi uretritis sering diklasifikasikan menjadi Uretritis Gonococcal dan Uretritis Non-gonococcal (disebut pula uretritis non spesifik) (Khairani, 2010).

Urethritis non gonococcal terjadi pada hampir 80% kasus urethritis, sedangkan urethritis gonococcal terjadi pada 20% kasus urethritis. Etiologi dari urethritis non gonococcus antara lain: Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urelitikum, Mycoplasma genitalium, Trichomonas vaginalis, virus herpes simpleks, Candida albicans, dan bakteri lain (seperti E. Colli, spesies haemophilus, kuman gram positif (Recant, 2007).

Urethritis gonococcal adalah infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrheae. Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 μm. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Kultur selama 48 jam pada media yang diperkaya (misalnya Mueller-Hinton, modified Thayer-Martin), koloni gonococci berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm. Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen dan tidak bersifat hemolitik (Jawetz, 1996).

(2)

Gonococcus menyerang selaput lendir saluran genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis. Pada pria biasanya terdapat uretritis, dengan nanah yang berwarna krem kuning dan nyeri waktu kencing. Proses dapat menjalar ke epididimis. Pada infeksi yang tidak diobati, sementara supurasi mereda, terjadi fibrosis, yang kadang-kadang mengakibatkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret mukopurulen. Infeksi kemudian dapat menjalar ke tuba uterina dan menyebabkan salpingitis, fibrosis, dan obliterasi tuba. Infertilitas terjadi pada 20% wanita yang menderita salpingitis gonococci. Servisitis kronis atau proktitis akibat gonococci sering tanpa gejala (Jawetz, 1996).

Ada beberapa perbedaan antara manifestasi klinis urethritis gonorrhea dan urethritis non gonorrhea. Masa inkubasi untuk urethritis gonorrhea adalah 2-8 hari, sedangkan urethritis non gonorrhea 7-14 hari. Onset untuk urethritis gonorrhea adalah secara tiba-tiba, sedangkan urethritis non gonorrhea bertahap. Dysuria yang terjadai urethritis non gonorrhea bersifat ringan, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat berat. Duh yang keluar pada urethritis non gonorrhea bersifat purulen, sedangkan pada urethritis gonorrhea bersifat mukopurulen. Duh yang keluar pada urehtritis non gonorrhea lebih sedikit dibandingkan dengan urethritis gonorrhea. (Recant, 2007)

Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Komplikasi lokal pada pria bisa berupa tisonitis (radang kelenjar Tyson), parauretritis, littritis (radang kelnjar Littre), dan cowperitis (radang kelenjar Cowper). Namun,penyulit yang paling sering adalah epididimoorkitis. Selain itu, infeksi dapat pula menjalar keatas (asendens), sehingga terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis, yang dapat menimbulkan infertilitas. Infeksi dari uretra pars posterior, dapat mengenai trigonum kandung kemih menimbulkan trigonitis, yang memberi gejala poliuria, disuria terminal, dan hematuria. Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenito-genital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis. Sedangkan untuk uretritis non gonore, komplikasi

(3)

yang timbul biasanya berupa tisonitis, cowperitis, abses periuretra, striktur uretra, epididimitis, dan mungkin prostatitis (Julistia, 2011).

Diagnosis urethritis gonorrhea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan laboratorium. Pada pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intraseluler dan ekstraseluler, dan terdapat peningkatan leukosit polimorfonuklear (leukosit >5/lpb pada spesimen duh urethra dan >10/lpb pada urin). Bahan pemeriksaan di ambil dari duh tubuh, pada pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, serviks, dan rectum (Julistia, 2011).

Pengobatan Gonorrhea berdasarkan buku atlas Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo untuk gonorrhea tanpa komplikasi antara lain : ciprofloxacin 500 mg oral single dose, ofloxacine 400 mg, cefixime 400 mg oral single dose, dan ceftriaxone 125 mg IM single dose. Bila dicurigai adanya infeksi campuran dengan chlamydia dapat ditambahkan : Erythromycin 4 x 500 mg oral selama 7 hari, doxycycline 2 x 100 mg/hari per oral selama 7 hari. Untuk gonorrhea dengan komplikasi meningitis dan endocarditis diberikan ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam, untuk meningitis dilanjutkan 10-14 hari, dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu. Jika terjadi artritis, tenosynovitis dan dermatitis dapat diberikan antara lain : ciprofloxacin 500 mg IV setiap 12 jam, ofloxacine 400 mg setiap 12 jam, cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam, dan ceftriaxone 1 g IM / IV tiap 24 jam (Murtiastutik, 2007).

Untuk mencegah penularan gonore, gunakan kondom dalam melakukan hubungan seksual. Jika menderita gonore, hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai. Walaupun sudah pernah terkena gonore, seseorang dapat terkena kembali, karena tidak akan terbentuk imunitas untuk gonore. Sarankan juga pasangan seksual pasien untuk diperiksa untuk mencegah infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.

(4)

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. W

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Megawon RT5/1 Jati Kudus

Status : Menikah

No. RM : 10989607

Tanggal : 3-8-2011

2.2 Anamnesis Keluhan Utama:

Kencing mengeluarkan nanah. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang dengan keluhan mengeluarkan nanah dari kemaluannya. Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada selangkangan kiri. Pasien telah meminum doxycyclin yang diketahui dari internet, tetapi tidak teratur. Setelah minum obat, perih saat kencing dan nanah berkurang tetapi tidak sembuh. Pasien mempunyai riwayat hubungan seksual dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah 3 bulan yang lalu). Istrinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dilakukan sebanyak 8. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama kali.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat Pengobatan

Doxycyclin (tahu dari internet), tidak teratur, perih saat BAK dan nanah berkurang, tetapi tidak sembuh.

Riwayat Perilaku Seksual

- Pasien melakukan hubungan seksual dengan istri sirinya sebanyak 8x. - Terakhir melakukan hubungan 3 minggu yang lalu saat istrinya keputihan. - Riwayat hubungan dengan selain istri disangkal.

(5)

Riwayat Atopi

Pasien mengaku tidak ada riwayat asma, pilek-pilek saat terkena udara dingin dan terkena debu ataupun biduran.

Riwayat keluarga:

Keluarga pasien tidak pernah ada yang menderita penyakit seperti ini. 2.3 Pemeriksaan fisik

2.3.1 Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Hiegene : Tampak terawat

Tanda Vital : Tensi : Tidak dilakukan pemeriksaan Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan RR : Tidak dilakukan pemeriksaan Tax : Tidak dilakukan pemeriksaan Kepala/Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : Cor/Pulmo : Tidak dilakukan pemeriksaan Abdomen : Hepar/Lien : Tidak dilakukan pemeriksaan Ektremitas : Edema -/-, Pembesaran KGB + di inguinal sinistra

Kelainan kulit  Pada status dermatologis

2.3.2 Status Dermatologis

(6)

Lokasi : Orificium uretra eksternum (OUE) Distribusi : Lokal

Ruam : Tampak duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-)

Gambar 3. Tampak Duh keluar dari OUE

2.3.3 Status Veneriologis

Lnn : Ditemukan pembesaran di inguinal sinistra Corpus penis : tidak ditemukan kelainan

Preputium : (-) pasien telah disirkumsisi Glans penis : tidak ditemukan kelainan OUE : tidak ditemukan kelainan Scrotum : tidak ditemukan kelainan Epididimis : tidak ada nyeri tekan Testis : tidak ada nyeri tekan

Discharge : purulen, berwarna putih kekuningan 2.4 Diagnosis Banding

1. Urethritis Gonorrhoe 2. Urethritis Non Gonorrhoe

(7)

2.5 Pemeriksaan Penunjang Pengecatan gram discharge :

- Leukosit >5 per lapang pandang besar

- Ditemukan bakteri diplococcus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler

Gambar 4. Kuman Diplococcus Gram Negatif Intraseluler dan ekstraseluler

2.6 Diagnosis

Urethritis Gonorrhoe 2.7 Penatalaksaan

Terapi yang diberikan pada pasien yaitu:

1. Kausatif : - Cefixime 1x400 mg selama 5 hari - Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari 2. KIE : - Obat diminum sesuai dosis

- tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual

(8)

2.8 Prognosis

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Sanam : Bonam

Quo ad Fuctionam : Bonam Quo ad kosmeticam : Bonam

(9)

BAB III PEMBAHASAN

Pasien Tn. W 25 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSSA pada tanggal 3 Agustus 2011 dengan keluhan utama kencing mengeluarkan nanah. Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada selangkangan kiri. Pasien mempunyai riwayat hubungan seksual dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah 3 bulan yang lalu). Istrinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dilakukan sebanyak 8. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama kali. Keluhan subjektif ini sesuai dengan gambaran klinis uretritis gonore (uretritis GO), yaitu gejala pada penderita pria biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra, dan dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral dan bilateral (Julistia, 2011).

Gonore adalah suatu peyakit menular seksual yang bersifat akut, disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif, berbentuk biji kopi, letaknya intra atau ekstra seluler (Murtiastutik, 2007). N. gonorrhoeae terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10% CO2, dengan suhu 35°C dan pH optimum 7,2-7,6. N. gonorrhoeae dapat beradaptasi dengan keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat, menghasilkan keradangan yang eksudatif dan juga dapat masuk ke aliran darah (Barakah, 2005).

Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Penyakit ini dapat mengenai laki-laki maupun wanita. Gejala yang didapatkan pada laki-laki: keluhan sakit waktu kencing, orifisium uretra yang oedema dan eritematus, sekret uretra yang purulen. Uretritis akut pada pria ini dapat menimbulkan komplikasi berupa cowperitis (sakit pada perineum), disuri, prostatitis (akut: nyeri yang sangat pada perineum dan suprasimfiser, sakit sewaktu defekasi, kronis: gejala seperti pada akut namun lebih ringan), epididimitis (febris, sakit sehingga sukar berjalan, odema pada epididimitis, kenyal dan rata kulit skrotum menunjukkan tanda radang akut, funikulitis odema dan rata), orkho-epididimitis (oedema dan batas tidak jelas), tysonitis & littritis

(10)

(terjadi abses para uretra), seminal vesikulitis, sistitis (polakisuri, yang prominen terminal hematuri). Gonore pada wanita: sebagian besar wanita yang menderita gonore asimtomatik. Gonore pada wanita sering mengenai serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala keputihan. Bila terjadi uretritis memberikan disuri yang ringan. Mungkin juga disertai keradangan kandung seni dengan gejala polakisuri, nyeri perut bagian bawah dan terminal hematuri (Barakah, 2005). Komplikasi diseminata pada pria dan wanita dapat berupa artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis, dan dermatitis. Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan wanita dapat berupa infeksi nongenital, yaitu orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis (Julistia, 2011).

Dari pemeriksaan fisik pada kasus ini didapatkan duh tubuh berwarna putih kekuningan, purulen, yang keluar dari Orificium uretra eksternum (OUE), edema (-), eritem (-). Pemeriksaan fisik ini menunjang ke arah diagnosis urethritis gonorrhea. Status veneriologis: ditemukan pembesaran kelenjar getah bening di inguinal sinistra; tidak ditemukan kelainan pada corpus penis, preputium, glans penis, OUE, skrotum; tidak ada nyeri tekan pada epididimis dan testis; serta didapatkan discharge purulen berwarna putih kekuningan.

Untuk menegakkan diagnosis dari Urethritis Gonorrhoe dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pengecatan gram. Bahan pemeriksaan didapatkan dari apusan duh penderita. Pada pengecatan gram ini didapatkan kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstraseluler, dan didapatkan leukosit >5 per lapang pandang besar. Pasien kemudian didiagnosis sebagai uretritis GO dengan dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis banding dari Urethritis Gonorrhoe adalah Urethritis Non Gonorrhoe yang dapat disingkirkan dengan penemuan kuman diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan ekstraseluler, dan melalui riwayat perjalanan penyakit penderita. Diagnosis banding dari infeksi gonokokus genitourinari pada perempuan antara lain: infeksi Trichomonas vaginalis (biasanya memberi gambaran salin positif untuk protozoa), infeksi Candida albicans (gambarannya gatal dengan eksudat kental atau curdy, dan diagnosis ditentukan dari kultur/smear organism), Garnerella vaginalis/ bacterial vaginosis (ditandai dengan sindrom well define, sekret malodorous, keabu-abuan dan acidic, pada pemeriksaan smear ditemukan clue cell, yields a fishy, amine odor pada alkalinisasi dengan potassium hidroksida). Semua pasien dengan duh

(11)

tubuh vagina harus dikultur untuk gonokokus. Walaupun inflamasi vaginitis jarang terjadi bersamaan dengan gonorrhoe tetapi infeksi campuran sering terjadi. Pada laki-laki, uretritis dapat disebabkan oleh organisme multipel. T. vaginalis dan C. Albicans dapat menginfeksi laki-laki dan dapat asimtomatik. Gonorrhoe dapat menyebabkan urethritis pada populasi umum yang sering dikenal sebagai nongonococcal atau nonspecific atau postgonococcal urethritis. Urethritis dengan identifikasi patogen (kecuali gonokokus) disebut nongonococcal urethritis (NGU) (Julistia, 2011).

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi kausatif : Cefixime 1x400 mg selama 5 hari dan Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari. Pemberian obat ini sesuai dengan referensi yaitu pemberian cefixime untuk gonorhea dan doxycyclin jika dicurigai ada infeksi oleh chlamydia.

KIE yang diberikan pada pasien ini yaitu obat diminum sesuai dosis, tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual, serta dilakukan pemeriksaan terhadap pasangan (istri) penderita.

Prognosis dari penyakit ini adalah baik dikarenakan tidak adanya komplikasi yang menyebabkan kecacatan ataupun yang mengancam jiwa, akan tetapi dapat rekurensi kembali apabila pasien tidak menerapkan KIE yang diberikan.

(12)

BAB IV KESIMPULAN

Telah dilaporkan kasus dengan diagnosis Urethritis Gonorrhea pada pasien Tn. W 25 tahun. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pasien mengeluh mengeluarkan nanah dari kemaluannya. Keluhan terjadi sejak 3 minggu yang lalu. Awalnya kencing terasa panas dan nyeri. 2 minggu yang lalu bengkak pada ujung penisnya. Saat ini pasien mengeluh demam sejak 1 hari yang lalu, dan terdapat benjolan pada selangkangan kiri. Pasien telah meminum doxycyclin yang diketahui dari internet, tetapi tidak teratur. Setelah minum obat, perih saat kencing dan nanah berkurang tetapi tidak sembuh. Pasien mempunyai riwayat hubungan seksual dengan istri sirinya 5 hari sebelum keluhan (pasien menikah 3 bulan yang lalu). Istrinya mengeluh sering keputihan. Hubungan seksual dilakukan sebanyak 8. Keluhan tersebut dirasakan baru pertama kali.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan duh purulen berwarna putih kekuningan yang keluar dari OUE. Dari pemeriksaan penunjang berupa pewarnaan gram, ditemukan leukosit >5 per lapang pandang besar dan terdapat diplococcus gram negatif intraseluler dan ekstraseluler.

Pengobatan yang diberikan adalah memberikan terapi oral cefixime 1x400 mg selama 5 hari dan Doxycyclin 2x100 mg selama 7 hari. Pasien diedukasi agar meminum obat sesuai dosis, tidak melakukan hubungan seksual dulu selama masa pengobatan, atau menggunakan kondom bila berhubungan seksual. Pasangan pasien hendaknya diperiksa juga untuk menghindari reinfeksi dan komplikasi. Prognosis pasien ini secara vitam, sanam, fungsionam dan secara kosmetikam dubia et bonam adalah ad bonam.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Barakah, Jusuf, dkk. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Edisi III. SMF Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Hal : 133-137.

Jawetz, M. & A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 20, 281-285 EGC, Jakarta Julistia, Renita. 2011. Uretritis Gonore Akut. http://www.scribd.com/doc/

44487945/Uretritis-Gonore-Akut. Diakses tanggal 12 Agustus 2011. Jam

20.00.

Khairani, Erika. 2010. Uretritis Non Spesifik. http://www.scribd.com/doc/

47739961/uretritis-non-GO. Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Jam 14.00.

Murtiastutik, Dwi, dkk. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 2. SMF Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo. Surabaya : Airlangga University Press. Hal : 226-228.

Recant, R. 2007. Urethritis. http://depts.washington.edu/nnptc/core_training

/clinical/PDF/Urethritis2007.pdf. Diakses tanggal 14 Agustus 2011. Jam

(14)
(15)

LAPORAN KASUS

URETHRITIS GONORRHEA

Oleh : Farida Widyastuti (0710710005) Wisniardhy S.P. (0710710069) Vera Wahyuningtyas (0710710092) Pembimbing : dr. Arif Widiatmoko, Sp.KK

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUD DR. SAIFUL ANWAR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

Gambar

Gambar 1. Gambaran Diplococcus Gram Negatif
Gambar 2. Lokasi Ruam
Gambar 3. Tampak Duh keluar dari OUE
Gambar 4. Kuman Diplococcus Gram Negatif Intraseluler dan ekstraseluler

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sekalipun terjadi peningkatan jumlah total leukosit, eritrosit, dan limfosit serta penurunan jumlah monosit dan trombosit pada perlakuan A, B,

Pengaruh Aktifitas Fisik Maksimal Terhadap Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Leukosit Pada Mencit ( Mus musculus L.) Jantan.. Medan: Universitas

Hasil penelitian menunjukkan sekalipun terjadi peningkatan jumlah total leukosit, eritrosit, dan limfosit serta penurunan jumlah monosit dan trombosit pada perlakuan A, B,

Pada pemeriksaan patologi anatomi dari hasil kolonoskopi berupa 5 botol ja- ringan yang dikirimkan ditemukan hasil sebagai berikut: sediaan kolon asenden

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan

Dari penemuan pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium pada hari pertama pasien masuk rumah sakit dapat didiagnosa sebagai demam dengue karena telah

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang mengindikasikan hemoroid eksterna atau hemoroid interna yang sudah mengalami  prolaps, biasanya

Terjadinya apendisitis akut dan adanya perubahan dinding apendiks vermiformis secara signifikan berhubungan dengan meningkatnya jumlah leukosit darah.. Temuan ini