• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Pasien Koma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Panduan Pasien Koma"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I DEFINISI

I. DEFINISI

a. Pasien dalam keadaan penurunan kesadaran sedang atau berat dapat di katagorikan sebagai stupor atau koma. Keadaan ini merupakan keadaan emergenci atau gawat darurat bila terjadinya akut. Banyak variasi penyebab baik itu keaadaan metabolik atau suatu proses intrakranial yang dapat menyebabkan pasien dalam keadaan stupor atau koma. Adapun manajemen pada pasien seperti ini haruslah berfokus untuk menstabilkan keadaan pasien, menegakkan diagnosis, dan menatalaksana pasien berdasarkan penyebab dari penyakit tersebut.

b. Menurut Aru W. Sudoyo, dkk ( 2007), koma adalah keadaan penurunan kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam di manapasien tidak dapat bangun dari tidurnya.

Menurut Price Sylvia ( 2005 ) ada beberapa tingkat kesadaran antara lain : 1) Sadar Karakteristik :

a. Sadar penuh akan sekeliling, orientasi baik terhadap orang, tempat da waktu.

b. Kooperatif

c. Dapat mengulang beberapa angka beberapa menit setelah diberitahu. 2) Otomatisme Karakteristik

:

a. Tingkah laku relatif normal ( misal : mampu makan sendiri )

b. Dapat berbicara dalam kalimat tetapi kesulitan mengingat dan memberi penilaian, tidak ingat peristiwa-peristiwa sebelum periode hilangnya kesadaran, dapat mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali.

c. Bertindak secara otomatis tanpa dapat mengingat apa yang baru saja atau yang telah dilakukannya.

d. Mematuhi perintah sederhana. 3) Konfusi

(2)

Karakteristik :

a. Melakukan aktivitas yang bertujuan ( misal : menyuapkan makanan ke mulut ) dengan gerakan yang canggung.

b. Disorientasi waktu, tempat dan atau orang ( bertindak seakan-akan tidak sadar ).

c. Gangguan daya ingat, tidak mampu mempertahankan pikiran atau ekspresi.

d. Biasanya sulit dibangunkan. e. Menjadi tidak kooperatif. 4) Delirium

Karakteristik :

a. Disorientasi waktu, tempat dan orang. b. Tidak kooperatif.

c. Agitasi, gelisah, bersifat selalu menolak ( mungkin berusaha keluar dan turun dari tempat tidur, gelisah di tempat tidur, membuka baju).

d. Sulit dibangunkan. 5) Stupor Karakteristik :

a. Diam, mungkin tampaknya tidur.

b. Berespons terhadap rangsang suara yang keras. c. Terganggu oleh cahaya.

d. Berespons baik terhadap rangsangan rasa sakit.

6) Stupor dalam

Karakteristik : a. Bisu.

b. Sulit dibangunkan ( sedikit respons terhadap rangsanag nyeri ).

c. Berespons terhadap nyeri dengan gerakan otomatis yang tidak bertujuan. 7) Koma

Karakteristik :

a. Tidak sadar, tubuh flaksid.

b. Tidak berespons terhadap rangsangan nyeri maupun verbal. c. Refleks masih ada : muntah, lutut, kornea.

(3)

8) Koma irreversibel dan kematian

Karakteristik : a. Refleks hilang.

b. Pupil terfiksasi dan dilatasi.

c. Pernapasan dan denyut jantung berhenti. 2. Tujuan

Tujuan perawatan koma adalah untuk memenuhi kebutuhan perawatan seharihari, kebutuhan psikologi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

(4)

BAB II RUANG LINGKUP

II RUANG LINGKUP

Panduan pasien koma mengatur tentang tatacara dan peralatan pada pasien yang memerlukan bantuan hidup dasar secara total. Panduan ini dilaksanakan untuk semua pasien koma yang dirawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta baik di Rawat Inap, ICU/ICCU, IMC maupun IGD.

(5)

BAB III TATA LAKSANA III TATA LAKSANA

Mengatur tentang tata cara dalam tindakan bantuan hidup dasar yang meliputi: a. Pemasangan Oropharingeal Airway  Peralatan yang digunakan:

1. Oropharingeal 2. Sarung tangan 3. Masker

4. Plester dan gunting 5. Mesin suction 6. Catheter suction

 Dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompeten

 Kriteria pasien yang harus dipasang Oropharingeal: 1. Pasien dengan penurunan kesadaran

2. Pasien dengan gangguan jalan nafas 3. Pasien yang terpasang endotrakheal tube b. Pemasangan Nasopharingeal Airway 

Peralatan yang digunakan: 1. Nasopharingeal 2. Sarung tangan 3. Masker 4. Jelly 5. Mesin suction 6. Catheter suction

• Dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompeten  Kriteria pasien yang harus dipasang Nasopharingeal:

1. Pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas c. Pemasangan Endotrakheal Tube 

Peralatan yang digunakan: 1. Endotrakheal Tube

(6)

2. Stilet

3. Laringoskop 4. Spuit 10 cc

5. Air bag dan sungkup 6. Oropharingeal 7. Sarung tangan 8. Masker

9. Plester dan gunting

10. Jelly xylocain 2% atau spray xylocain 10% 11. Mesin suction

12. Catheter suction

• Dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompeten • Kriteria pasien yang harus dipasang Endotrakheal Tube:

1. Saturasi oksigen < 80% , dengan respirasi rate > 40x/menit 2. Pasien dengan henti nafas

3. Pasien dengan penurunan kesadaran, GCS < 9 d. Pelepasan Endotrakheal Tube 

Peralatan yang digunakan: 1. Respirometri 2. Spuit 10 cc 3. Alcohol swab 4. Sarung tangan 5. Masker 6. Mesin suction 7. Catheter suction

• Dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompeten • Kriteria pasien yang boleh dilepas Endotrakheal Tube:

1. Nafas pasien spontan 2. Respirasi rate 16-24x/menit 3. Saturasi oksigen 95 – 100 % e. Perawatan Endotrakheal Tube 

Peralatan yang digunakan : 1. Suction set

(7)

2. Plester dan gunting 3. Sarung tangan 4. Kapas alcohol

5. Kassa pembersih mulut 6. Tounge spatel

7. Cairan pembersih mulut 8. Cairan NaCl

• Dilakukan oleh dokter dan perawat yang berkompeten  Kriteria perawatan Endotrakheal Tube:

1. Semua pasien yang terpasang Endotracheal Tube f. Pemberian oksigenasi

• Peralatan yang digunakan: 1. Kateter nasal

2. Kanul nasal

3. Sungkup muka sederhana atau facemask 4. Sungkup muka rebreathing mask (RM)

5. Sungkup muka nonrebreathing mask (NRM)  Dilakukan oleh : dokter dan perawat yang berkompeten  Kriteria pemberian oksigenasi:

1. Gagal ventilasi 2. Shunting 3. Anemia

4. Anestesi dan pasca operatif 5. Kegagalan sirkulasi

6. Hipertensi pulmonal 7. Keracunan CO 8. Infeksi

9. Penggunaan komponen darah 10. Radioterapi

11. Gagal jantung 12. AMI

13. Perdarahan massif g. Pemasangan Ventilator

(8)

• Peralatan yang disiapkan : 1. Set Tubing ventilator 2. Humidifier 3. Tes lung 4. Aquadest steril 5. Air bag 6. Trolly Emergency 7. Mesin suction 8. Cateter suction

• Persiapan Pasien : Pastikan pasien sudah terpasang ET atau TT

• Dilakukan oleh : dokter dan perawat yang berkompeten  Kriteria pemasangan ventilator :

1. Kegagalan Ventilasi a. Neuromuscular Disease

b. Central Nervous System disease c. Depresi system saraf pusat d. Musculosceletal disease

e. Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi 2. Kegagalan pertukaran gas

a. Gagal nafas akut b. Gagal nafas kronik c. Gagal jantung kiri

d. Penyakit paru-gangguan difusi

e. Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch h. Pelepasan Ventilator

• Peralatan yang digunakan : 1. Mesin Suction

2. Cateter Suction

3. Peralatan untuk Oksigenasi : Cateter Nasal, Juction Rees • Dilakukan oleh dokter atau perawat yang berkompeten • Indikasi Pelepasan Ventilator:

(9)

1. Penyapihan

a. Kapasitas vital 10-15 cc/kg BB b. Volume tidal 4 – 5 cc/kg BB c. Menit Volume 6 – 10 liter d. RR < 20 x per menit e. FiO2 < 50 %

f. PaCO2 normal g. PaO2 60-70 mmHg h. PH dan elektrolit normal 2. Pasien DNR

i. Resusitasi Jantung Paru • Peralatan yang digunakan :

1. Trolly Emergency (OPA, ET, Adrenalin, SA, Spuit, Stilet, Laringoskop, Plester, Gunting)

2. Papan resusitasi 3. Air Bag dan sungkup 4. Oksigen central/tabung 5. Mesin Suction

6. Cateter Suction

• Dilakukan oleh : dokter dan perawat yang berkompeten  Indikasi resusitasi jantung paru :

1. Henti nafas 2. Henti jantung j. Pemasangan NGT

• Peralatan yang digunakan : 1. Syringe 50 cc lubang tengah 2. Spuit 10 cc 3. Stetoskop 4. Handscoen 5. Perlak kecil 6. Jelly 7. Plester

(10)

8. Tongue spatel 9. Bengkok 10. Gunting 11. Gelas berisi air

• Dilakukan oleh : dokter dan perawat  Indikasi Pemasangan NGT: 1. Pasien tidak sadar

2. Pasien dengan kesulitan menelan 3. Pasien keracunan

4. Pasien yang muntah darah

5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut k. Pemberian nutrisi melalui NGT 

Peralatan yang digunakan : 1. Syringe 50 cc

2. Makanan cair sesuai order dokter 3. Tissue atau pengalas makan 4. Sarung tangan

5. Air putih

• Dilakukan oleh perawat dan asisten perawat yang terlatih  Kriteria pasien yang diberikan nutrisi melalui NGT :

1. Pasien dengan penurunan kesadaran 2. Pasien yang mengalami trauma pada mulut l. Memandikan Pasien di atas tempat tidur

 Peralatan yang digunakan : 1. Air hangat dalam baskom 2. Waslap

3. Handuk

4. Cairan antiseptik 5. Sarung tangan

6. Tempat pakaian kotor 7. Pakaian ganti

• Dilakukan oleh perawat dan asisten perawat

• Kriteria pasien yang dimandikan ditempat tidur : pasien yang tidak mampu memenuhi kebersihan diri sendiri.

(11)

m. Mobilisasi pasien di tempat tidur

• Peralatan yang disiapkan: Bantal dan guling

• Dilakukan oleh perawat dan asisten perawat yang terlatih. • Kriteria pasien yang dilakukan mobilisasi di tempat tidur:

1. Pasien yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun paraplegi. 2. Pasien yang mengalami kelemahan dan pasca operasi

3. Pasien yang mengalami pengobatan (imobilisasi) 4. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.

IV DOKUMENTASI

1. Setiap tindakan yang dilakukan didokumentasikan pada Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) rekam medis pasien

2. Tindakan yang memerlukan persetujuan pasien/keluarga/wali sah pasien didokumentasikan pada lembar inform consent.

DAFTAR PUSTAKA

- American Heart Association. (2010). Giudelines for Cardiopulmonary and Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.

- BBC_ Ethic Guide. Do Not Attempt Resuscitation. http:/www.bbc.co.uk.ethics/euthanasia/overview/DNAR.shtml

- California Emergency Medical Service Authority. Do Not Attempt Resuscitation (DNAR) & Physician Orders for Life-Sustaining Treatment (POLST). http:/www.emsa.ca.gov/Forms

(12)

- NHS Wirral. Do Not Attempt Resuscitation Policy (DNAR) for Adults only. http:/www.wirral.nhs.uk.document.uploads/Policies general

GP4%20DNARPolicy092010-27142011.pdf

- Medical Society of New Jersey (MSNJ). (1994). Guidelines for Physicians-Concerning

Do Not Attempt Resuscitation (DNAR) Orders For Patients Located Outside of a Hospital Or Long Term care Nursing Facility.

http:/www.state.nj.us/health/ems/documents/physicanpolicy.pdf

- Resuscitation Council(UK). (2009). Recommended Standards for Recording “Do not

Attempt Resuscitation” (DNAR) decisions. http:/www.resus.org.uk/pages/dnarrstd.htm

Referensi

Dokumen terkait

Skema 2.1 Tahap-Tahap Siklus Tidur Orang Dewasa (Potter &amp; Perry, 2013) Tahap 1 NREM merupakan tahap awal dari mengantuk atau tahap transisi dari bangun ke keadaan mengantuk

23/05/2021 08.00 WIB keluhan penurunan kesadaran bertambah berat, namun kontak tidak ada, keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran somnolen GCS E3M6V3, edema tungkai

manusia tidak mendapatkan oksigen, maka yang akan terjadi penurunan kesadaran dan apabila terus berlanjut, otak akan mengalami kerusakan yang lebih berat dan irreversibel

Gejala yang terkait dengan keluhan artritis adalah gejala umum berupa keluhan tidak nafsu makan, lemah/letih, sulit tidur dan penurunan berat badan. Dari seluruh responden, sebesar

Hasil: Respons fi sik pasien kanker serviks kemoterapi termasuk mual, muntah, sembelit, neuropati perifer, kelelahan, penurunan berat badan, alopecia, toksisitas kulit, nafsu

DEFINISI Eklampsia ialah suatu keadaan yang dimana terjadi serangan kejang tiba-tiba dan diikuti dengan penurunan kesadaran atau koma pada seorang wanita hamil, persalinan atau masa

Hasan Sadikin dengan diagnosa medis stroke sudah dirawat 10 hari dengan keadaan mengalami penurunan kesadaran GCS E1V1M1 atau koma yang beresiko terhadap adanya luka tekan sehingga

Penelitian Whelton dkk menyebutkan bahwa penurunan berat badan pada pasien hipertensi yang overweight dan obesitas dapat menurunkan jumlah dan dosis obat yang harus dikonsumsi oleh