• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK MUH. AL ICHZAN, Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melaui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK MUH. AL ICHZAN, Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melaui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV S"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Tombolo Pao Kabupaten Gowa”. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh H. Nursalam dan H. Nurdin.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari dua siklus. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan selama dua siklus, dan disetiap akhir siklus dilaksanakan tes. Tiap siklus dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Model Problem Solving (pemecahan Masalah) pada Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa dengan jumlah Murid 34 orang. Murid perempuan 19 orang dan 15 murid laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara individual dari 34 murid 6 murid atau 17,64% yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau berada ada kategori sangat rendah. Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata diperoleh sebesar 43,94. Sedangkan pada siklus II dimana dari 34 murid terdapat 28 murid atau 82,35% telah memenuhi KKM dan secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 77,17 atau berada dalam kategori sangat tinggi.

Kata kunci : Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Problem Solving (Pemecahan Masalah)

(7)

vii Belajarlah menghargai orang lain Jika ingin menanam ilmu

Belajarlah sepanjang masa

Jika ingin mengabdi kepada nusa dan bangsa Tekunilah profesi sebagai pendidik

Kuperuntukkan karya ini kepada kedua orang tuaku yang tercinta dan saudara-saudaraku yang tersayang

yang dengan tulus dan ikhlas selalu berdoa dan membantu baik material maupun moril demi keberhasilan penulis.

Semoga Allah SWT Memberikan Rahmat dan Karunianya Kepada Kita Semua.

(8)

viii

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt, sehingga skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model Problem Solving (Pemecahan Masalah) Pada murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kabupaten Gowa” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Ucapan terima kasih teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda, ibunda, dan keluarga atas segala usaha, pengorbanan serta doa restu yang telah diberikan demi kesuksesan penulis dalam menuntut ilmu dari sejak kecil hingga saat ini. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada kepada semua keluarga yang telah memberi motivasi, dukungan, dan doa yang diberikan untuk kesuksesan penulis. Apa yang mereka berikan menjadi modal berharga bagi penulis dalam meraih kesuksesan.

Selanjutnya, penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. A. Sukri Syamsuri, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

4. Ibu Fitriani Saleh, S.Pd., M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Drs. H. Nursalam, M. Si, selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Nurdin, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Salwiah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SDN Tombolo Pao yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Nurasia, S.Pd, selaku wali kelas IV SDN Tombolo Pao yang telah memberikan arahan dan masukan selama penulis melaksanakan penelitian. 9. Bapak dan Ibu guru serta staf di SDN Tombolo Pao yang telah memberikan

bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

10. Bapak dan Ibu dosen di jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atas segala pengetahuan dan pengalaman yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan.

11. Semua teman seperjuangan kelas D angkatan 2009 terima kasih atas kerjasama dan kekompakan yang diberikan selama menjalani perkuliahan. 12. Semua teman seperjuangan angkatan 2009 yang tidak bisa disebutkan

(10)

x

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik isi maupun format penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun untuk dijadikan sebagai motivasi demi perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap semoga keberadaan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada khususnya bagi penulis sendiri. Amin.

Makassar, 2014

(11)

xi

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

ABSTRAK ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. ManfaatPenelitian………. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 14

2. Hakikat Pembelajaran IPS ... 11

3. Model Pemecahan Masalah (Problem solving) Sebagai Model Pembelajaran ... 22

B. Kerangka Pikir... 30

C. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Subjek Penelitian... 33

C. Fokus Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

(12)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 74

(13)
(14)

xiv

Tabel 4.2 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus I... 52 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus I... 53 Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ... 53 Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Murid Pada Siklus II... 62 Tabel 4.6 Nilai Statistik Skor Hasil Belajar Pada Tes Akhir Siklus II ... 63 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Hasil Belajar Siklus II.. 64 Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II... 64

(15)

xv Lampiran 3. Daftar Hadir Murid

Lampiran 4. Hasil Tes Murid Lampiran 5. Hasil Evaluasi Murid

Lampiran 6. Daftar Hasil Ketuntasan Murid Lampiran 7. Hasil Observasi Murid

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat mencetak manusia-manusia berkualitas yang akan mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab (UU No.20 tahun 2003).

Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.

(17)

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan-kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu murid, karena murid merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu murid. Peningkatan mutu murid dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar murid, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar murid dipengaruhi oleh besarnya minat belajar murid itu sendiri.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas diberlakukannya kurikulum baru, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah.

Upaya pemerintah dalam bentuk KTSP ini merupakan pengembangan kurikulum dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi

(18)

(KBK). Dengan menggunakan KTSP diharapkan peserta didik bisa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu yang sudah ditentukan sebagai kriteria keberhasilan.

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar murid terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat pada sikap murid selama mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan ramai sendiri. Bahkan ada sebagian murid yang menganggap mata pelajaran IPS tidak begitu penting dikarenakan tidak masuk pada mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Faktor minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan murid biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan murid kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid sehingga murid kembali berminat mengikuti kegiatan belajar.

Pembelajaran IPS di sekolah, khususnya di kelas IV bahwa guru sering berhadapan dengan berbagai keluhan murid tentang pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Misalnya, membosankan, dan tidak menarik. Faktor yang menyebabkan hal itu disebabkan daya kreativitas guru yang sangat kurang. Menggunakan

(19)

metode, model dan model yang cenderung monoton yang menyebabkan murid tidak termotivasi dan tidak bergairah ketika dihadapkan dengan pembelajaran IPS. Penggunaan media yang sangat minim juga menyebabkan ketidak berhasilan dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa, sehingga pembelajaran IPS tidak menarik bagi murid. Kecendrungan guru menggunakan metode ceramah membuat murid tidak terlihat antusias dalam pembelajaran IPS. Keadaan ini ditandai dengan munculnya gejala murid yang suka berbicara dengan teman sebangkunya, sebagian murid mengantuk saat guru menjelaskan, dan ada juga yang lebih suka bermain- main.

Berkaitan dengan itu perlu adanya suatu terobosan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran pada umumnya dan peningkatan hasil belajar murid pada khususnya dengan memanfaatkan semua sumber belajar di dalam proses pengajaran.

Dari pengamatan awal peneliti yang dilakukan pada tahun ajaran 2013-2014 semester II di SDN Tombolo Pao Kab. Gowa hasil belajar IPS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari murid yang memperoleh nilai di bawah rata- rata sebanyak 68 orang, sedangkan murid yang memperoleh nilai di atas rata- rata sebanyak 34 orang. Nilai rata-rata murid adalah 54,8 sedangkan hasil belajar yang ingin dicapai sesuai dengan KKM adalah 65 ke atas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam mengajarkan materi IPS. Motivasi dan hasil belajar siswa yang berbeda-beda khususnya pada pelajaran IPS, ada siswa yang mempunyai motivasi serta prestasi yang tinggi, ada pula yang mempunyai motivasi serta hasil belajar yang sedang bahkan kurang.

(20)

Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang murid untuk lebih aktif dalam penguasaan mata pelajaran IPS, diantaranya penerapan pendekatan pemecahan masalah (problem solving).

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, alat, dan metode, serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, metode pembelajaran sangat penting sebab dengan adanya metode pembelajaran, bahan dapat dengan mudah dipahami oleh murid.

Selain itu penggunaan metode pembelajaran yang mengajarkan murid dalam pemecahan masalah, terutama pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari masih kurang. Pengembangan metode pembelajaran tersebut sangat perlu dilakukan untuk menjawab kebutuhan keterampilan pemecahan permasalahan yang harus dimiliki oleh murid. Model pembelajaran problem solving atau pemecahan masalah kegunaannya adalah untuk merangsang berfikir dalam situasi masalah yang komplek. Dalam hal ini akan menjawab permasalahan yang menganggap sekolah kurang bisa bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.

Penggunaan metode dalam pembelajaran sangat diutamakan guna menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang murid berperan aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model problem solving diharapkan dapat

(21)

lebih mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan hasil belajar murid.

Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa adalah salah satu sekolah yang terletak Tombolo Pao Kab. Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan pembelajaran di Sekolah SDN Tombolo Pao Kab. Gowa ini masih termasuk tradisional karena kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, sehingga murid merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil survei tersebut bahwa pembelajaran IPS kurang diminati oleh murid. Dalam proses pembelajaran terlihat masih rendah perhatian murid, murid kurang berpartisipasi, sedangkan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi.

Diharapkan dengan menggunakan model problem solving dalam proses pembelajaran IPS akan menarik minat murid mengikuti kegiatan belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar murid.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah penerapan model pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa”?

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) melalui penerapan model pemecahan masalah (problem solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi yang lebih rinci dan akurat tentang hasil belajar murid dengan menggunakan penerapan model pemecahan masalah (problem solving) sehingga dapat dijadikan teori dan teknik yang efektif diterapkan dalam peningkatan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) Mampu menganalisis terjadinya permasalahan-permasalahan pembelajaran dan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini guru menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirangcang untuk membantu murid menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Dapat pula menyajikan pembelajaran menyenangkan melalui model pemecahan masalah (problem solving).

2) Mampu menumbuhkan suasana pembelajaran yang kondusif. Perang guru dalam mengembangkan pembelajaran ialah dengan memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal

(23)

belajar kemudian sedikit demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah peserta didik mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Dukungan itu dapat berupa isyarat-isyarat, peringatan-peringatan, memecahkan masalah dalam beberapa tahap, memberikan contoh. Guru memotivasi peserta didik selama mereka menyelesaikan soal-soal secara mandiri atau didalam kelompok.

b. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara pesrta didik dengan lingkungannya. William mengemukakan bahwa A good learning situation consist of a rich and varied series of learning experiences unitefied around a vigorous purpuse and carried on in interaction with a rich varied and propocative environtment. Pada proses belajar ini murid diharapkan dapat belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi pada materi pembelajaran IPS.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menumbuhkan minat belajar murid sehingga prestasi belajar murid meningkat. Melalui perang kepala sekolah hendaknya menjadikan model pemecahan masalah sebagai salah satu model pembelajaran pilihan bagi guru-guru khususnya pada tingkat sekolah dasar.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Pada hakikatnya, manusia belajar karena mempunyai bakat untuk belajar yang dipacu oleh hasrat ingin tahu dan kadang oleh kemampuan untuk mengetahui. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, melainkan meliputi kegiatan yang lebih luas, yakni mengalami perubahan tingkah laku.

Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu situasi yang di dalamnya tidak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi tantangan atau apabila ia harus mengatasi rintangan dalam aktivitasnya. Dengan demikian, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakukan baru atau mengubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.

Menurut Hamalik (2004: 27) bahwa: Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan pengubahan kelakuan.Menurut Crobach, belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”.Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya.

(25)

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu baik dari segi pengetahuan maupun sikapnya.

1) Tujuan Belajar

Tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan di mana tujuan belajar dikaitkan dengan perubahan tingkah laku. Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi. Tujuan belajar yang eksplisit mengusahakan untuk dicapai dengan tindakan intruksional, lazim dinamakan intructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar intruksional lazim disebut nurturant effects. Bentuknya berupa, kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem belajar tertentu. Di dalam tujuan belajar apabila dikatakan berhasil adalah mampu menciptakan suasana belajar menyenangkan dan mampu membuat murid bergairah dalam belajar serta mendapat hasil yang diinginkan. 2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2000:29) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan kegiatan belajar. Fakto.r-faktor itu antara lain :

(a) Faktor Kecerdasan

Tingkat kecerdasan manusia tidak sama; ada yang lebih tinggi. Ada yang sedang, dan ada yang kurang. Orang yang tinggi

(26)

kecerdasannya dapat mengolah gagasan yang rumit, abstrak dan sulit, dan dilakukan dengan cepat dan tanpa melalui banyak kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. Di dalam proses pembelajaran guru harus betul-betul memperhatikan siswanya dengan baik mana siswa yang kurang dalam memahami pelajaran dan kita berikan bimbingan yang baik agar pembelajarannya juga dapat meningkat sepeti yang lain.

(b) Faktor Belajar

Yang dimaksud faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar misalnya kurang dapat memusatkan perhatian pada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkiatan dengan proses belajar sehingga tidak dapat memahami pelajaran. Pada proses pembelajaran biasanya minat belajar siswa sangat kurang memahami pelajaran karena guru dalam memberikan pelajaran masih kebanyakan mengunakan ceramah.

(c) Faktor Sikap

Banyak pengaruh sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar. Sikap dapat menentukan apakah seseorang dapat belajar dengan lancar atau tidak, gigih atau tidak, seorang mempelajari pelajaran yang dihadapinya atau tidak dan masih banyak lagi yang lain. Seperti kia ketahui bahwa sikap adalah kemanpuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Kegiatan belajar sikap atau yang dikenal dengan kegiatan efektif. Kegiatan belajar ini lebih tepat menggunakan istilah pendidikan dari pada pembelajaran maupun pengajaran. Sikap diartikan sebagai pola tindakan peserta didk dalam merespon

(27)

stiomulus tertentu. Sikap merupakan kecenderungan atau predisposisi perasaan dam perbuatan yang konsisten pada diri sendiri. Sikap berhubungan dengan minat, nilai, penghargaan, pendapat, dan prasanka. Dalam kegiatan belajar sikap, upaya guru adalah membantu peserta didik memiliki dan mengembangkan perubahan sikap.

(d) Faktor Fisik

Yang dimaksud faktor fisik adalah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang sebagaimana telah diketahui, bahwa badan yang tidak sehat membuat kosentrasi terganggu, sehingga menghambat kegiatan belajar. Kebanyakan murid penglihatannya kurang baik apalagi kita tempatkan dibelakan maka guru disini harus ditempatkan didepan, mungkin juga karena pengaruh sejak lahir.

(e) Faktor Emosi dan Sosial

Faktor emosi seperti rasa tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja sama yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar. Pada faktor ini guru lebih menekankan bagaimana murid bekerjasama dalam menyelesaikan soal yang telah diberikan oleh guru agar murid lain dapat aktif.

(f) Faktor Lingkungan

Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Suasana dan keadaan tempat belajar

(28)

turut menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar. Lingkungan juga sangat menentukan faktor belajar, apabila lingkungan kita memiliki fasilitas yang bagus maka kita termotivasi untuk belajar dan akhirnya mencapai hasil yang baik.

b. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajara dan pengajaran tentu sering anda dengar. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran terjemahan dari teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak saja pada arti leksikal, namun juga pada implementasi kegiatan belajar mengajar. Tahukah anda, apa perbedaan diantara keduanya.

Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensiil istilah ini dengan pengajaran adalah pada tingkat ajar. Pada pengajaran guru mengajar, serta didik belajar, sementara pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pengajaran. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subyek pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

(29)

Kontruksi pengajaran banyak menuai kritik. Pengajaran hanya dipandang hanya melahirkan individu-individu berjiwa nekrofili. Implikasi lebih jauh adalah pada saatnya nanti, peserta didik akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu. Paulo Freire menganalokkan pengajaran sebagai pendidikan gaya bank atau banking concept of education. Dalam proses ini guru diandaikan sebagai investor, pengetahuan guru adalah sumber investasi, dan peserta didik adalah rekening yang berisi catatan-catatan investasi yang dilakukan guru.

2. Hakikat Pembelajaran IPS a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagi ilmu sosial yang disusun melalui modelpendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaan bagi murid dan kehidupannya.

(Kosasih,1994: 42).Pada hakikatnya IPS adalah telaah tentang hubungan manusia dan lingkungannya. Lingkungan masyarakat merupakan tempat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat. Di dalam hidupnya dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya, oleh karena itu dengan adanya mata pelajaran IPS, maka akan membantu anak didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakat.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu bidang yang mempelajari seluk beluk kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Konsep

(30)

inilah yang harus ditanamkan pada anak didik untuk dipahami dan dipetik nilai dan manfaatnya dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat.

Hakikat dari IPS jika disorot dari anak didik adalah sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan – perubahan sesuai kondisi yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta prinsip – prinsip dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina kehidupan masa depan mayarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik.

Menurut (Farris and Cooper, 1994: 46), pendidikan ilmu pengetahuan sosial adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu dan lingkungan sekitar bagi anak.

Pembelajaran IPS tidak menginginkan melahirkan manusia percaya begitu saja terhadap sesuatu tetapi paling tidak meminta keterangan dam mengolah kebenaran berita tersebut dan lebih ideal dia harus meyakinkan, sehingga dia menjadi manusia kritis dan memanfaatkan potensinya serta percaya diri sendiri.

Pelajaran IPS di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6- 12 tahun, anak dalam kelompok usia 7- 11 tahun menurut Piaget berada dalam perkembangan kemampuan intektual / kognitifnya pada tingkat kongkrit. Mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan- pesan yang bersifat abstrak. Berbagai cara dan teknik

(31)

pembelajaran untuk memungkinkan konsep- konsep abstrak itu dipahami anak.

Bruner (1987: 48) memberikan pemecahan untuk mengkongkitkan yang abstrak melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, dan grafik.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.

Kurikulum IPS sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990: 14), merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.

Martorella (1987:15) mengatakan bahwa pembelajaran lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep” karena dalam pembelajaran IPS murid diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

IPS merupakan perwujudan dari satu modelinterdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial yang merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi.

Berdasarkan uraian di atas maka Pembelajaran IPS diharapkan mampu mengembangkan cara berfikir murid sehingga dapat membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar bagi anak.

b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Para Ahli

(1) Moeljono cokrodikardjo mengumukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu modelinterdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya,

(32)

psikologi, sejarah, geograpi, ekonomi, ilmu politik, dan ekologi manusia, yang dipermulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

(2) Nu’man soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang diserhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyerhaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari diuniversitas menjadi pelajaran yang sesuai deangan kematangan berfikir murid sekolah dasar dan lanjutan. b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran mudah dicerna.

(3) Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan perang manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjak sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

(4) Tim IKIP surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah dan membahas hal-hal yang harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sisoal yang terpilih, kemudian disederhanakan sesuai kepentingan sekolah.

Dengan demikian, IPS bukan ilmu social dan pembelajaran IPS yang dilaksananakan baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi tidak menekankan Pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial dimasyarakat,

(33)

yang bobot dalam keluasannya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yakni lingkungan sekitar sekolah atau murid dan lingkungan yang luas, yaitu Negara lain, baik yang ada dimasa sekarang maupun dimasa lampau.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu sosial yang secara harfiah terbagi menjadi 3 sub bidang ilmu yaitu geografi, sejarah, dan kependudukan. Masing-masing bagian tersebut dapat lagi dibedakan berdasarkan bidang kajian masing-masing. Semakin tinggi kompleksitas ke dalam ilmu maka semakin sempit ruang lingkup yang dikaji. Sedangkan untuk sekolah dasar pokok-pokok materi mengacu kepada 3 bidang tersebut yang terkadang diberikan secara terintegrasi.

Dalam pengenalan bidang geografi di SD lebih banyak menyajikan fenomena alam baik di Indonesia maupun di luar negeri yang akan membangkitkan rasa ingin tahu murid. Sehingga murid yang kreatif akan secara aktif mencari literatur-literatur tambahan selain buku yang direkomendasikan oleh sekolah. Bidang sejarah dikenalkan kepada anak SD lebih banyak menguraikan cerita-cerita kepahlawanan dengan batas pemahaman baik dan buruk. Dengan pengembangan aspek sesungguhnya diantara baik dan buruk tersebut terdapat daerah abu-abu yang memerlukan kesabaran guru untuk menjelaskannya berdasarkan fakta dan landasan

(34)

psikologis suatu peristiwa. Dimana murid akan terlibat langsung dengan aspek kejiwaan ketika memerangkan tokoh-tokoh sejarah. Bidang kependudukan lebih banyak mengulas tentang tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan fungsi sosialnya dalam berhubungan dengan orang-orang sekitarnya, baik dalam ruang lingkup yang sempit sampai hubngan antar negara.

Fajar (2009: 111) menyatakan bahwa “ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengtahuan Sosial di SD yaitu: system sosial budaya; manusia, tempat, dan lingkungan; perilaku ekonomi dan kesejahtraan; watak, keberlanjutan, dan perubahan; dan system berbangsa dan bernegara”. Hal ini berarti ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berkaitan dengan segala aspek kehidupan manusia, khususnya berkaitan dengan aspek sosial budaya, ekonomi, bahkan kewarganegaraan.

Kompleksitas hubngan tersebut maka akan berdampak kepada dua hal yaitu positif dan negatif. Bentuk nyatanya adalah hungan tersebut akan membawa manfaat di satu sisi dan berpotensi komplik di sisi lain. Harapannya adalah anak SD dapat lebih memahami keberadaannya dalam hubungannya dengan lingkungan alam dan sosial. Baik dalam skala sempit maupun luas. Sehingga anak-anak kita mempunyai keterampilan dasar dalam upaya membangun hubungan sosial baik dalam skala regional maupun antarnegara.

(35)

d. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran IPS (1) Tujuan Pembelajaran IPS

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial (Pendidikan IPS), para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut.

Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warganegara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengebangkan kemampuan mahasiswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya .

(Kosasih, 1994): Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan pendidikan IPS, nampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjebatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih, 1994).

(2) Fungsi Pembelajaran IPS

IPS berfungsi untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik.

IPS berfungsi untuk mengembangkan keterampilan, terutama keterampilan sosial dan keterampilan intelektual:

(36)

(a) Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial yaitu keterampilan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan kehidupan bermasyarakat, seperti bekerja sama bergotong-royong, menolong orang yang memerlukan, dan melakukan tindakan secara cepat dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Apabila kita menemukan orang yang mengalami kesulitan maka kita harus membantunya dan tidak boleh melihatnya begitu saja. (b) Keterampilan Intelektual

Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir, kecekatan dan kecepatan memanfaatkan pikiran, cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan sosial di masyarakat. Di dalam menghadapi persoalan kita harus memikirkan bagaimana dapat dipecahkan masalah tersebut.

Selain itu, tujuan IPS bersifat kemampuan dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang murid untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru.

Tujuan yang bersifat afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong murid mengembangkan filsafat hidupnya dalam kehidupan sehari- hari, sehingga murid dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

(37)

e. Hasil Belajar

Setelah terjadi proses belajar mengajar maka diharapkan terjadi suatu perubahan pada diri murid, baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap perubahan tingkah laku.

Menurut Nana Sudjana (2000 : 54) mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah terjadinya perubahan pada diri murid ditinjau dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor murid”.

Menurut Bloom mengumukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan ingatan). Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain efiktif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valiung (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan ruontinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, menejerial, dan intelektual.

3. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Sebagai Model Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2005 : 740 ) memberikan pengertian sebagai berikut “ Model adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Atau dapat dikatakan sebagai cara

(38)

kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan ’’.

Selanjutnya pengertian pembelajaran berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional menjelaskan, Salah satu peran pendidikan di tingkat sekolah dasar adalah memberikan pembelajaran kepada muridnya. Murid sekolah dasar harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada murid merupakan proses pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode tertentu. Cara –cara demikian yang dimaksud sebagai metode pembelajaran.

Kemudian Sagala ( 2005 : 61 ) memberikan pengertian sebagai berikut :

Pembelajaran adalah membelajarkan murid menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Pengertian pembelajaran, menurut sadiman ( Sutikno, 2005 : 27 ) bahwa “pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik’’.

Selanjutnya Dunkin dan Biddle ( Sagala, 2005 : 64 ) menambahkan bahwa proses pembelajaran itu akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu: “(1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran,dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran’’.

(39)

Surakhmad (2003: 97) menegaskan “metode pembelajaran adalah cara-cara pelaksanaan daripada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah’’. Sedangkan Suryosubroto (2002: 149) mengemukakan sebagai berikut :

Metodologi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan anak didik. Metodologi yang bersifat interaksi edukatif bermaksud mempertinggi kualitas hasil pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Selanjutnya Joyce dan Weil (sagala, 2005:176) mengatakan :

Metode pembelajaran adalah suatu deskripsi lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, desain unit-unit pelajaran, perlengkapan belajar, buku pelajaran, buku-buku kerja, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer.

Metode yang digunakan untuk memotivasi khususnya pada murid sekolah dasar agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi atau menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk mampu berfikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan dalam proses pembelajaran di sekolah dasar.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalahsuatu cara, berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Penggunaan metode tercapai jika ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang

(40)

ikut berperan dalam menentukan efektifnya metode mengajar, antara lain adalah guru itu sendiri, murid, dan situasi belajar.

b. Pengertian Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Model problem solving atau sering juga disebut dengan nama Model Pemecahan Masalah merupakan suatu cara mengajar yang merangsang seseorang untuk menganalisa dan melakukan sintesa dalam kesatuan struktur atau situasi di mana masalah itu berada, atas inisiatif sendiri. Metode ini menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi- relasi diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci pembuka masalahnya. Kegiatan semacam ini merupakan ciri yang khas daripada suatu kegiatan intelegensi. Metode ini mengembangkan kemampuan berfikir yang dipupuk dengan adanya kesempatan untuk mengobservasi problema, mengumpulkan data, menganalisa data, menyusun suatu hipotesa, mencari hubungan (data) yang hilang dari data yang telah terkumpul untuk kemudian menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah tersebut. Cara berfikir semacam itu lazim disebut cara berfikir ilmiah. Cara berfikir yang menghasilkan suatu kesimpulan atau keputusan yang diyakini kebenarannya karena seluruh proses pemecahan masalah itu telah diikuti dan dikontrol dari data yang pertama yang berhasil dikumpulkan dan dianalisa sampai kepada kesimpulan yang ditarik atau ditetapkan.

(Gulo, 2002: 116) Penyelesaian masalah dalam model problem solving ini dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam pelajaran diberikan kepada murid untuk diselesaikan secara kelompok. Masalah yang dipilih

(41)

hendaknya mempunyai sifat conflict issue atau kontroversial, masalahnya dianggap penting (important), urgen dan dapat diselesaikan (solutionable) oleh murid.

Tujuan utama dari penggunaan model Pemecahan Masalah adalah: (1) Mengembangkan kemampuan berfikir, terutama didalam mencari

sebab-akibat dan tujuan suatu masalah. Model ini melatih murid dalam cara-cara mendekati dan cara-cara-cara-cara mengambil langkah-langkah apabila akan memecahkan suatu masalah.

(2) Memberikan kepada murid pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai/bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. Model ini memberikan dasar-dasar pengalaman yang praktis mengenai bagaimana cara-cara memecahkan masalah dan kecakapan ini dapat diterapkan bagi keperluan menghadapi masalah-masalah lainnya didalam masyarakat.

(Omi Kartawidjaya, 1988: 42) Problem solving melatih murid terlatih mencari informasi dan mengecek silang validitas informasi itu dengan sumber lainnya, juga problem solving melatih murid berfikir kritis dan metode ini melatih murid memecahkan dilema. Sehingga dengan menerapkan metode problem solving ini murid menjadi lebih dapat mengerti bagaimana cara memecahkan masalah yang akan dihadapi pada kehidupan nyata/ di luar lingkungan sekolah.

Untuk mendukung strategi belajar mengajar dengan menggunakan metode problem solving ini, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan. Materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks di sekolah, tetapi juga di ambil dari sumber-sumber lingkungan seperti peristiwa-peristiwa kemasyarakatan atau peristiwa dalam lingkungan sekolah (Gulo, 2002: 114). Tujuannya agar memudahkan murid dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan

(42)

sebenarnya dan murid memperoleh pengalaman tentang penyelesaian masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Kelebihan model Problem Solving : (1) Mendidik murid untuk berpikir secara sistematis (2) Mendidik berpikir untuk mencari sebab akibat

(3) Menjadi terbuka untuk berbagi pendapat dan mampu membuat pertimbangan untuk memilih satu ketetapan

(4) Mampu mencari berbagai cara jalan keluar dari suatu kesulitan atau masalah

(5) Mendidik suatu sikap hidup, bahwa setiap kesulitan ada jalan pemecahannya jika dihadapi dengan sungguh-sungguh.

Sedangkan kelemahan model Problem Solving adalah:

(1) Model ini memerlukan waktu yang cukup jika diharapkan suatu hasil keputusan yang tepat. Padahal kita ketahui bahwa jam-jam pelajaran selalu terbatas.

(2) Dalam satu jam atau dua jam pelajaran mungkin hanya satu atau dua masalah saja yang dapat , sehingga mungkin sekali bahan pelajaran akan tertinggal.

(3) Model ini baru akan berhasil bila dingunakan pada kurikulum yang berpusat pada anak dengan pembangunan semesta, dan bukan dari

(43)

kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran seperti pada kurikulum konvensional/tradisional.

(4) Model ini tidak dapat digunakan dikelas-kelas rendahan karena memerlukan kecakapan bersoal jawab dan memikirkan sebab akibat sesuatu. (Jusuf djajadisastra, 1982:26-27),

d. Pelaksanaan Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) dalam Meningkatkan hasil Belajar.

Pelaksanaan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam meningkatkan hasil belajar dapat diartiakn sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Sanjaya ( 2006 : 212 ) terdapat 3 ciri utama model pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu :

(1) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan murid. SPBM tidak mengharapkan murid hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM murid aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkan.

(2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.

(3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan modelberfikir secara ilmiah. Berfikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu ; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan data dan fakta yang jelas.

(44)

Untuk mengimplementasiakn strategi proses pembelajaran berbasis masalah guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, denagn melihat media cetak ( koran dan majalah ) atau media elektronik (televisi radio).

Strategi pembelajaran dengan menerapkan pemecahan masalah pada murid sekolah dasar dengan memperhatikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari murid.

Langkah- langkah model ini antara lain:

(1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari murid sesuai dengan taraf kemampuannya. Guru disini mencari masalah yang dihadapi muridnya dan memecahkan masalah bersama-sama serta masalahnya juga jelas agar murid tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran.

(2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku- buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain- lain. Guru disini dapat menggunakan cara formal dan nonformal yang dapat dijadikan alat untuk memperoleh informasi. Cara tersebut seharysnya digunakan oleh guru sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

(45)

(3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas. Dalam langkah ini murid masih diharapkan mencari jawaban tambahan kemudian merangkum semua jawaban yang telah dicapai.

(4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini murid harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti, demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.

(5) Menarik kesimpulan. Artinya murid harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah yang ada (Nana Sudjana, 1989: 85-86).

B. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari permasalahan yang ada di masyarakat berkaitan denagn kehidupan sosial yang merupakan gabungan mata pelajaran sosial seperti sejarah, ekonomi, dan geografi yang bertujuan untuk mengembangkan diri, bakat, kemampuan dengan keadaan lingkungannya.

(46)

Tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mendidik dan melatih memberi bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara efektif, maka salah satu pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan model pemecahan masalah (problem solving) dalam proses pembelajaran pada tingkat sekolah dasar.

Model pemecahan masalah ( Problem Solving ) dalam kaitannya dengan murid sekolah dasar merupakan suatu cara, tehnik, model yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan mengangkat suatu pokok permasalahan yang perlu dipecahkan, dan dalam pelaksanaan pembelajaran semua murid diharapkan turut berpikir untuk memecahkan persoalan dalam memecahkan permasalahan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Tujuan akhir penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada murid sekolah dasar adalah peningkatan hasil belajar. Hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tingkat penguasaan bahan pelajaran setelah mendapatkan atau memperoleh pengalaman belajar dalam kurun waktu tertentu yang dapat diukur dengan menggunakan tes atau penilaiaan tertentu melalaui proses pembelajaran.

(47)

Skema kerangka pikir

Kerangka Pikir Penerapan Pembelajaran Model Problem Solving

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ jika guru menggunakan model pemecahan masalah (problem solving) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosia (IPS), maka Hasil Belajar Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowameningkat”.

Hasil belajar IPS murid masih rendah

PENERAPAN MODEL (Problem Solving)

Hasil Belajar IPS Meningkat ASPEK GURU

1. Metode yang digunakan adalah metode ceramah 2. Kurang mengaktifkan

murid dalam proses pembelajaran

ASPEK MURID 1. Minat murid pada

mata pelajaran IPS masih kurang.

2. Nilai hasil belajar IPS dibawah 65

PELAKSANAAN SIKLUS 1 dan SIKLUS 2

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan dalam dua siklus. Salah satu model PTK yang sering digunakan di dalam bidang pendidikan adalah model Kurt Lewin (Alimin Umar 2005:20) mengemukakan bahwa konsep inti yang diperkenalkan dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu: perencancanaan (Planning), Tindakan (Acting), Pengamatan (Observasi), Refleksi (Reflection).

B. Tempat dan Subjek Penelitian.

Penelitan tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Tombolo Pao Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan sebagai subjek dalam penelitian ini adalah Murid kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 dengan Jumlah murid sebanyak 34 orang, terdiri dari 15 murid laki-laki dan 19 murid perempuan serta 1 orang guru.

C. Fokus Penelitian

Karena input dari penelitian ini adalah murid maka peneliti akan meneliti peningkatan hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving).

Adapun fokus dari penelitian ini adalah

(49)

1. Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving)

Merupakan model penyajian pelajaran dalam bentuk pemberian pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada murid, tapi dapat pula dari murid kepada guru.

Adapun indikator Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) yaitu: (a) bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, (b) mampu membuat soal sendiri dan menjawab sendiri dengan benar, (c) menguasai keterampilan yang diperlukan, (d) berani mencoba berbuat, (e) perhatian terhadap tugas besar, (f) senang belajar.

Sedangkan indikator penerapan model pemecahan masalah untuk guru adalah: (a) memantau kegiatan belajar murid, (b) memberi umpan balik, (c) mengajukan pertanyaan menantang, (d) mengembangkan kegiatan bervariasi, (e) membuat alat bantu belajar sederhana, (f) memilih media yang sesui dengan materi ajar, (g) mencapai tujuan pembelajaran, (h) tidak membuat anak takut salah, ditertawakan dan dianggap sepele, (i) menumbuhkan motivasi belajar. 2. Hasil Belajar Murid

Hasil belajar murid adalah ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Indikator hasil belajar murid adalah bahwa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) dapat meningkatkan hasil belajar murid.

(50)

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus empat kali pertemuan.dan setiap pertemuan diakhiri dengan tes untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menerima pelajaran yang diberikan. Prosedur penelitian tindakan kelas dijabarkan sebagai berikut :

Skema penelitian tindakan kelas ( Arikunto,dkk.2007) Tahapan Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat skenario pembelajaran dan menentukan materi. Sebelum guru mengajar sebaiknya menentukan dulu materi apa yang akan diajarkan. Skenario pembelajaran dirancang dengan baik untuk penguasaan

Perencanaan Refleksi Refleksi Siklus I Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan Perencanaan Pelaksanaan

(51)

pengetahuan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaran dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturklan dengan baik dan penguasaan keterampilan.

b. Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Guru dalam melaksanaan pembelajaran dituntut membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan merancang dengan baik.

c. Menyiapkan media pembelajaran dengan gambar. Media dalam pembelajaran dapat mempertingi proses belajar murid yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa jenis media yang baiasa yang digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yakni dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film stips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan linkungan sebagai media pembelajaran.

d. Membuat lembar observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas pada waktu berlangsungnya kegiatan pembelajaran, baik murid maupun guru.

(52)

e. Membuat alat evaluasi untuk melihat pemahaman murid terhadap materi yang telah dipelajari.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan siklus 1 dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 4 kali pertemuan, pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan itu sebagai berikut:

a. Pada awal tatap muka peneliti menyampaikan materi yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat dan membagi murid dalam beberapa kelompok

b. Peneliti atau guru menjelaskan materi pelajaran setelah itu murid diminta untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c. Peneliti atau Guru mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahakan tersebut.

d. Peneliti atau Guru menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut dan Guru melakukan pemantauan selama kegiatan pembelajaran berlangsung berdasarkan pedoman observasi.

e. Meminta murid untuk menguji jawaban sementara tersebut. f. Menarik kesimpulan.

g. Memberikan tugas rumah yaitu membuat soal sendiri dan dijawab sendiri. h. Pada akhir siklus dilakukan pengukuran kemampuan.

(53)

3. Observasi

a. Peneliti memperhatikan keseluruhan murid untuk mengetahui siapa yang hadir dan siapa yang tidak hadir.

b. Pemantauan keaktifan murid pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan format yang telah disiapkan.

c. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh peneliti.

4. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada saat pembelajaran. Kekurangan dan kelebihan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Tahapan Siklus Il

Langkah -langkah yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama dengan perencanaan dan penelitian pelaksanaan dalam siklus I. Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.

(54)

1. Tahap perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan lanjut dari siklus I. Hal-hal yang di lakukan adalah:

a. Mempersiapkan perangkat pembelajaran

b. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas murid selama berlangsungnya proses belajar mengajar.

c. Melakukan perencanaan kegiatan yang dilakukan pada siklus I dengan berdasarkan pada refleksi siklus II.

2. Tahap Pelaksanaan

(a) Mempersiapkan semua perangkat pembelajaran media dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam kelas serta lembar kerja aktifitas murid dan memasang media yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran

(b) Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan Penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving), waktunya sama dengan langkah- langkah siklus I dan siklus II

3. Observasi

Melakukan observasi aktifitas murid selama berlangsung proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi aktifitas murid untuk melihat adanya peningkatan aktifitas murid. Melakukan aktifitas dengan menggunakan tes berupa essay pada akhir tindakan siklus II dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar murid.

(55)

4. Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dan evaluasi akan dianalisis dan merupakan hasil pelaksanaan tinadakan siklus II masih ada kekurangan untuk melakukan perbaikan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes

Tes dalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan peteunjuk itu. ( Sudjana, 1989: 43)

Jenis data yang diperoleh dari bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk essay.

2. Observasi

Menurut Sudjana (2005 : 84) observasi adalah alat untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar. Misalnya tingkah laku murid pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi murid, partisipasi murid dalam simulasi serta penggunaan alat peraga.

Bentuk observasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah observasi langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan terhadap gejala dan proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.

(56)

3. Wawancara

Wawancara adalah cara menghimpun bahan- bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya- jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. (sudjana, 2003 : 82). Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara bebas.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil tes analisis dengan menggunakan statistic ragam persentase, sebelum nilai yang diperoleh murid dipersentasekan, terlebih dahulu diberikan skor terhadap hasil pekerjaan setiap murid dengan rumus sebagai berikut :

= 100

(Depdikbud, 2004: 27)

Rentang nilai yang diperoleh adalah 0-100. Adapun kriteria yang digunakan sebagai standar dengan menentukan mampu atau tidaknya memahami materi dan menjawab soal- soal , adalah nilai 65 ke atas dengan persentase 80 %.

Adapun untuk keperluan analisis kuantitatif digunakan teknik kategori tingkat penguasaan materi. Pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh murid menjadi skor standar ( nilai).

(57)

Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan Materi

No. Interval Kategori Hasil Belajar

1. 0-34 Sangat rendah

2. 35- 54 Rendah

3. 55- 64 Sedang

4. 65- 84 Tinggi

5. 85- 100 Sangat tinggi

Diadaptasi dari laporan penilaian Dinas Pendidikan Nasional (Arikunto, dkk. 2007)

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah bila hasil belajar murid selama proses pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditandai dengan daya serap individu minimal 60% dan ketuntasan klasikal 80% serta observasi murid dan pengelolaan pembelajaran berada dalam kategori baik dan sangat baik.

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar IPS melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada Murid Kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. Gowa dalam bentuk penelitian tindakan kelas ( PTK).

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pada pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam dua siklus yaitu kegiatan siklus I dan siklus II.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Siklus Pertama

Tahapan penelitian tindakan kelas pada siklus I dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving) dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao, yaitu: a. Perencanaan

Perencanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I sebagai berikut:

1) Peneliti bertindak sebagai pengamat dan pengarah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving). Guru menerapkan model pembelajaran kepada murid sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun secara kolaboratif, sedangkan peneliti mengamati secara totalitas.

(59)

2) Peneliti menyiapkan lembar observasi/pengamatan untuk melihat bagaimana situasi pembelajaran ketika pembelajaran berlangsung .

3) Kegiatan yang direncanakan dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran untuk membangkitkan minat murid, meliputi:

a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPS di kelas IV dengan menggunakan model pemecahan masalah (Problem Solving), b. Menyiapkan media pembelajaran berupa gambar- gambar yang sesuai

dengan materi,

c. Menyiapkan alat evaluasi yang akan dimanfaatkan murid untuk menjawab pertanyaan.

b. Pelaksanaan

Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dilakukan pada tanggal 7,10 dan 14 April 2014 merupakan tindakan atau kegiatan guru dalam upaya guru meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model pemecahan masalah (Problem Solving) pada murid kelas IV SDN Tombolo Pao Kab. gowa.

Pertemuan I : Hari rabu 7 mei 2014

Sebelum memulai pembelajaran, pengajar menjelaskan kepada murid tentang belajar, sesuai yang dikemukakan oleh Menurut Hamalik (2004: 27) mengemukakan “Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami,hasil belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan pengubahan kelakuan”. Menurut Crobach, belajar adalah

Gambar

Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan Materi
Tabel  4.1  Hasil  Observasi  Aktvitas  Belajar  Murid Kelas  IV  SDN Tombolo   Pao Pada Siklus I
Tabel  4.2 Nilai  Statistik  skor  hasil  belajar  IPS  murid  kelas IV  SDN Tombolo Pao pada tes akhir Siklus I.
Tabel di atas menunjukkan bahwa 26,47% murid yang nilainya berada pada kategori sangat rendah, 44,11% berada pada kategori rendah, 11,76% berada pada kategori sedang, 17,64% berada pada kategori tinggi.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Apabila hasil residu dari senyawa memiliki banyak kemiripan dengan hasil residu dari ligan natif, senyawa dari bahan alam tersebut dapat dikatakan sebagai senyawa

Berdasarkan analisis masalah-masalah yang menjadikan penyebab ketidakberhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran IPA dengan materi pokok rangka manusia dan

Interaksi antara jenis media tanam dan waktu aplikasi paclobutrazol mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman sebagaimana ditunjukkan oleh diameter tunas, jumlah

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan masyarakat untuk memilih jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Simo

Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengujian empiris analisis faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank (ROA) studi kasus pada Bank BRI Unit

Dengan lokasi yang berada di pusat kota, Museum Pusaka Nias. memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN SIDANG TANGGAL: 30 MARET

Skripsi : Kemampuan Anak dalam Menari dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS, dan Demonstrasi serta Eksperimen di TK Islam