• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hadhoroh Sejarah Perkembangan Islam. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hadhoroh Sejarah Perkembangan Islam. docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Abbasiah

Pimpinan Bani Umayyah di Kufa, Yazid Ibn Umar Ibn Hubairah ditaklukan oleh Abu Salama pada tahun 132 H dan diusir ke Wasit, selanjutnya Abdullah Ibn Ali diperintahkan mengejar Khalifah Umayyah terakhir Marwan Ibn Muhammad bersama pasukannya melarikan diri, dan dapat dipukul di dataran rendah Sungai Zab (Tigris), pengejaran dilakukan ke Mausul, Harran, dan menyebrang Sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Kemudian Marwan melarikan diri hingga Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salib Ibn Ali salah seorang paman Abbas yang lain. Dengan kematian Marwan Ibn Muhammad maka berdirilah Dinasti Abbasiyah sebagai pengganti Dinasti Umayyah.

Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H-656 H. selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang ditetapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, pemerintahan Abbasiyah di bagi menjadi 5 periode :

1. Periode I (132 H/750 M- 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama, Khalifah yang memerintah adalah As-Saffah 132-126 H, Ja’far Mansur 136-158 H, al-Mahdi 158-169 H, al-Hadi 169-170 H, Harun ar-Rasyid 170-193 H, al-Amin 193-198 H, al-Ma’mun 198-218 H, al-Mu’tasim 218-227 H, al-Watsiq 227-232 H.

2. Periode II (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama, Khalifah yang memerintah adalah al-Mutawakkil 232-247 H, al-Muntashir 247-248 H, al-Musta’in 248-252 H, al-Mu’tazz 252-255 H, al-Muhtadi 255-256 H, al-Mu’tamid 256-279 H, Mu’tadhid 256-279 – 289 H, Muktafi 289-295 H, Muqtadir 295-320 H, al-Qahir 220-222 H, ar-Radhi 322-329 H, al-Muttaqi 329-333 H, al-Mustakfi 333-334 H.

3. Periode III (334 H/945 M – 447 H/1055 M), disebut kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah atau masa pemerintahan Persia kedua. Khalifah yang memerintah adalah al-Muthi’ 334-363 H, ath-Tha’I 363 – 381 H, al-Qadir 381 – 422 H.

(2)

H, al-Mustasyid 512-529 H, ar-Rasyid 529-530 H, al-Muqtafi 530-555 H, al-Munstanjid 555-566 H, al-Mustadhi’ 566-575 H.

5. Periode V (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), disebut masa khalifah bebas dari pengaruh Dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar di bawah pemimpin Hulaqu Khan tahun 656 H. khalifah yang memerintah adalah an-Nashir 575-622 H, azh-Zahir 622-623 H, al-Mustanshir 623-640 H, al-Musta’shim 640-656 H.9

Abdullah Ibn Muhammad alias Abu Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di masjid Kufah, ia berjanji akan memerintah sebaik-baiknya dan melaksanakan syariat Islam. Selain itu ia menyebut dirinya dengan as-saffa (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Kebijakan politik as-Saffah yang pertama pada masa pemerintahannya adalah membasmi keluarga Bani Umayyah yang masih tersisah dengan cara mengerahkan segenap pasukan yang dipimpin oleh pamannya sendiri Abdullah Ibn Ali. Hal ini dilakukan untuk mereformasi semua sistem Dinasti Umayyah agar sesuai dengan ajaran Islam murni (Syariat Islam). Karena dianggap korup, dekaden, otoriter dan sekuler. Selain itu karena terlalu benci sampai-sampai mereka juga membongkar semua kuburan Bani Umayyah dan jenazahnya di bakar. Hanya ada dua kuburan yang selamat dari kekejaman tersebut yaitu kuburan Muawiyah Ibn Abi Sofyan karena dianggap sebagai sahabat Nabi dan Umar Ibn Abdul Aziz yang selama masa pemerintahannya menerapkan keadilan dengan seadil-adilnya.

Adapun kemajuan peradaban Islam yang dibuat oleh Dinasti Abbasiyah adalah :

Kemajuan politik dan pemerintahan yang dilakukan oleh Dinasti

1. Memindahkan pusat pemerintahan dari Damaskus ke Baghdad. Kemudian menjadikan Baghdad sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Dijadikan “kota pintu terbuka” sehingga segala macam bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukin di dalamnya. Dengan demikian jadilah Baghdad sebagai kota international yang sangat sibuk dan ramai.

(3)

Wizaratul Rafwidl sebagai orang yang diberi kuasa untuk memimpin pemerintah, sedangkan khalifah sendiri hanya sebagai lambing.

3. Membentuk Diwanul Kitaabah (Sekretaris Negara) yang tugasnya menjalankan tata usaha Negara.

4. Membentuk Nidhamul Idary al-Markazy yaitu sentralisasi wilayah dengan cara wilayah jajahan dibagi dalam beberapa propinsi yang dinamakan Imaarat, dengan gubernurnya yang bergelar Amir atau Hakim. Kepala daerah hanya diberikan hak otonomi terbatas; yang mendapat otonomi penuh adalah “al-Qura” atau desa dengan kepala desa yang bergelar Syaikh al-Qariyah. Hal ini jelas untuk mebatasi kewenangan kepala daerah agar tidak menyusun pasukan untuk melawan Baghdad.

5. Membentuk Amirul Umara yaitu panglima besar angkatan perang Islam untuk menggantikan posisi khalifah dalam keadaan darurat.

6. Memperluas fungsi Baitul Maal, dengan cara membentuk tiga dewan; Diwanul Khazaanah untuk mengurusi keuangan Negara, Diwanul al-Azra’u untuk mengurusi kekayaan Negara dan Diwan Khazaainus Sila, untuk mengurus perlengkapan angkatan perang.

7. Menetapkan tanda kebesaran seperti al-Burdah yaitu pakaian kebesaran yang berasal dari Rasul, al-Khatim yaitu cincin stempel dan al-Qadlib semacam pedang, dan kehormatan. Al-Khuthbah, pembacaan doa bagi khalifah dalam khutbah Jum’at, as-Sikkah, pencantuman nama khalifah atas mata uang dan Ath-Thiraz, lambing khalifah yang harus dipakai oleh tentara dan pegawai pemerintah untuk khalifah.

8. Membentuk organisasi kehakiman, Qiwan Qadlil Qudha (Mahkamah Agung), dan al-Sutrah al-Qadlaiyah (jabatan kejaksaan), Qudhah al-Aqaalim (hakim propinsi yang mengetuai Pengadilan Tinggi), serta Qudlah al-Amsaar (hakim kota yang mengetuai Pengadilan Negeri). 17

1. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan

(4)

2. Gerakan Penerjemah

Peleopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti Abbasyiah adalah khalifah al-Mansur yang juga membangun kota Baghdad.

3. Baitul Hikmah

Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang juga berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.

4. Bidang Keagamaan

Pada masa Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, yaitu Tafsir bil al-Ma’tsur dan Tafsir bi al-Ra’yi. Dalam bidang Fiqh, mucul kitab Majmu’ al-Fiqh karya Zaid Ibn Ali (w 740) yang berisi tentang Fiqh Syi’ah Zaidiyah. Dalam bidang filsafat dan Ilmu kalam, lahir para filosof Islam terkemuka seperti Ya’qub Ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nasr Muhammad al-Farabi, Ibn Barjah, Ibn Tufail, dan Imam Ghazali. ilmu Kalam, Ilmu Lughah, Ilmu Tasawuf.

5. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi

Adapun kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Dinasti Abbasiyah dalam bidang ilmu Pengetahuan, sains dan teknologi adalah a). Astronomi, Muhammad Ibn Ibrahim al-Farazi (w. 777 M), ia adalah astronom muslim pertama yang membuat astrolabe, yaitu alat untuk mengukur ketinggian bintang. Disamping itu, masih ada ilmuwan-ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali Ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, al-Khayyam dan al-Tusi. b). Kedokteran, pada masa ini dokter pertama yang terkenal adalah Ali Ibn Rabban Tabari pengarang buku Firdaus al-Hikmah tahun 850 M, tokoh lainnya adalah ak-razi, al-Farabi, dan Ibn Sina. c). Ilmu Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir Ibn Hayyan (w. 815 M), al-Razi, dan al-Tuqrai yang hidp pada abad ke 12 M. d). Sejarah dan Geografi, pada masa ini sejarawan ternama abad ke 3 H adalah Ahmad Ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad Ja’far Ibn Jarir al-Tabari. Kemudian ahli Bumi yang termasyur adalah Ibn Khurdazabah (w. 913 H).23

(5)

kekuasaan antar keluarga merupakan pemicu awal yang akhirnya berimplikasi panjang terhadap kehidupan khalifah selanjutnya, terutama suksesi setelah Harun ar-Rasyid. Perebutan antara al-Amien dan al-Ma’mun yang memicu perang sipil besar yang pada akhirnya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah dan control terhadap provinsi-provinsi di bawah kekuasaan Abbasiyah.2 Kedua, perpecahan di bidang akidah dan di bidang madzhab, yang masing-masing kelompok saling mengklaim paling benar, sehingga memunculkan sikap fanatisme berlebihan.

Kemudian faktor eksternal yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Abbasiyah adalah; Pertama, pemberontakan terus menerus yang dilakukan oleh kelompok Khawarij, Syi’ah, Murjiah, Ahlusunnah, dan bekas pendukung Dinasti Umayyah. Kedua, memberikan kebaikan berlebihan kepada orang-orang Persia, dan Turki, berakibat mereka dapat menciptakan kerajaan sendiri seperti Thahiriyah di Khurasan, Shatariyah di Fars, Samaniyah di Ttansxania, Sajiyyah di Azerbaijan, Buwaihah di Baghdad semuanya dari bangsa Persia. Sedangkan kerajaan yang didirikan oleh orang-orang Turki adalah Thuluniyah di Mesir, Ikhsyidiyah di Turkistan, Ghaznawiyah di Afghanistan.29dan dilanjutkan muculnya Dinasti-Dinasti merdeka Umayyah di Andalusia, Fathimiyah di Afrika Utara, Idrisiyah di Maroko, Rustamiyah, Aghlabiyah, Ziriyyah, Hammadiyah di Jazirah dan Syiria, al-Murabitun, al-Muwahidun di Afrika Utara,Marwaniyah di Diyarbakar, dll. Ketiga, serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulaqu Khan. Baghdad di bumihanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah al-Musta’sim dan keluarganya di bunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah di bakar dan dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai tersebut menjadi hitam kelam karena lunturan tinta dari buku-buku itu.30

PERANG SALIB

Perang ini terjadi dengan melibatkan orang-orang Kristen Eropa yang berhadapan dengan orang Turki Seljuk dan orang-orang Arab. Disebut Perang Salib karena pasukan Kristen menggunakan tanda salib dalam pakaian mereka. Sementara bagi orang Islam, perang ini disebut dengan perang suci.

(6)

Salib dalam Perang Khitin. Selanjutnya Raja Inggris Richard The Lion Heart menghimpun kekuatan raja-raja Eropa untuk mengambil kembali Kota Yerusalem. Namun, mereka gagal dan pulang ke Eropa dengan membawa kekalahan. Sebab-sebab terjadinya perang salib

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Perang Salib adalah sebagai berikut.

a. Adanya larangan bagi peziarah-peziarah Kristen untuk mengunjungi Yerusalem.

b. Merebut Spanyol yang telah tujuh abad dikuasai oleh Dinasti Umayyah.

c. Paus Urbanus berusaha untuk mempersatukan kembali gereja Roma dengan gereja di Romawi Timur, seperti di Konstantinopel, Yerusalem, dan Aleksandria.

Dampak adanya Perang Salib adalah sebagai berikut.

a. Jalur perdagangan Eropa dan Timur Tengah menjadi terputus. Apalagi dengan dikuasainya Konstantinopel, maka para pedagang Eropa mulai mencari jalan lain untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung.

b. Bangsa Eropa mulai mengetahui kelemahan dan ketertinggalan mereka dari orang-orang Islam dan Timur, sehingga mereka mencoba untuk mengejar ketertinggalan itu dengan pengembangan Iptek secara besar-besaran.

c. Adanya motif balas dendam di kalangan orang-orang Kristen terhadap orang muslim karena kekalahannya dalam peperangan di dunia Timur dalam rangka menguasai jalur perdagangan.

SERANGAN MONGOL

Bangsa Mongol berasal dari Asia bagian tengah. Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkistan di Barat, Manchuria di Timur dan Siberia di sebelah Utara. Mongolia merupakan pusat Kekaisaran Mongol pada abad ke-13. Mongolia sendiri adalah kabilah-kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa pedalaman dan nomadik.

(7)

pemimpinnya dalam agama Syamaniyah, yaitu kepercayaan menyembah bintang-bintang dan matahari terbit.

Nenek moyang Bangsa Mongol adalah Alanja Khan yang dikaruniai putera kembar yaitu Mongol dan Tartar, yang mana dari kedua putera ini melahirkan dua keturunan bangsa yaitu Bangsa Mongol dan Bangsa Tartar. Pelopor Bangsa Mongol adalah Yesugei. Pada akhir abad ke-12 salah seorang pemimpinnya yang bernama Temujin, putra Yesugei berhasil menyatukan suku-suku Mongol di bawah kekuasaannya. Selanjutnya Temujin mendapat gelar “Jengiz Khan” yang berarti raja yang kuat dan perkasa. Jengiz Khan menetapkan Kota Karakoram yang terletak di sekitar sungai Arkhan sebagai ibu kota Negara yang didirikan atas dasar kekuatan militer yang tangguh pada tahun 603 H (1206 M).

Pada awalnya Bangsa Mongol hidup berdampingan secara damai dengan wilayah Islam. Pemimpin Mongol Jengiz Khan membuat peraturan yang mengatur kehidupan beragama dengan adanya larangan merugikan antara satu pemeluk agama dengan yang lainnya. Bangsa Mongol mempercayai superkekuatan, sekalipun mereka tidak menyembahnya. Jengiz Khan tidak mengusik umat Islam, dan menghormati keluarga (keturunan) Nabi Muhammad yang ketika itu sudah meluas ke wilayahnya. Peraturan ini antara lain untuk memberi landasan yang kokoh bagi bangsanya untuk menghadapi tantangan dan meluaskan wilayah ke luar negeri, baik ke Cina maupun ke negeri-negeri Islam.

Pada tahun 1218 Jengiz Khan menundukkan Turkistan yang berbatasan dengan wilayah Islam, yakni Khawarizm Syah. Jengiz Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha untuk mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia Tengah. Ala’ Uddin Muhammad Khawarizm menerima kontak diplomasi perdagangan ini dengan amat hati-hati,

(8)

Setelah Jengiz Khan meninggal pada tahun 623 H (1227 M), ia digantikan oleh anaknya yang bernama Tulii. Pada tahun 1256 M, cucu Jengiz Khan, Hulagu Khan, memperbarui serangan ke pusat pemerintahan Islam. Meskipun Hulagu Khan menganut agama tradisi Mongol, permaisurinya adalah penganut Kristen Nestorian yang mungkin mempengaruhi Hulagu Khan untuk membenci Islam. Kekerasan dan tirani Hulagu Khan sama dengan kakeknya.

Balatentara Mongol menyeberangi pegunungan Zagros dan memasuki negeri Irak. Hulagu Khan bersama tentaranya melakukan pembunuhan berantai di Persia, Irak dan Syiria. Selama perjalanan menuju Baghdad, Hulagu Khan dan pasukannya menjarah dan membakar kota-kota dan desa-desa yang dilaluinya, menyerbu semua kerajaan kecil yang berusaha tumbuh di atas puing-puing imperium Syah Khawarizmi.

Pada bulan September tahun 1257, tatkala Hulagu Khan dan tentaranya sampai di kota sebelum Baghdad, Hulagu mengirim ultimatum kepada Khalifah al-Musta’shim agar menyerah dan mendesak agar tembok kota bagian luar diruntuhkan, tetapi khalifah menolaknya dan memerintahkan komandannya untuk mempersiapkan perang. Dalam keadaan demikian, wazir Abbasiyah, Muayyid al-Din bin Muhammad bin Al-Alqami secara rahasia melakukan perlawanan terhadap khalifah, dan selanjutnya ditemukan bahwa ia bekerjasama dengan Mongol.

Pada bulan Muharram 656 H (1258 M), Hulagu bersama kurang lebih 200 ribu pasukannya mengepung kota Baghdad. Pasukan Hulagu menggunakan pelempar batu dari arah barat dan timur untuk menghancurkan tembok ibu kota. Pada Januari 1258, tentara Mongol bergerak dengan efektif untuk meruntuhkan tembok tersebut. Tak lama kemudian salah satu menara benteng berhasil diruntuhkan.

Khalifah mengirim Ibn Al-Alqami untuk meminta perdamaian kepada Bangsa Mongol, tetapi Hulagu menolaknya. Mongol menyerang kota Baghdad pada tanggal 10 Februari 1258. Khalifah beserta 300 pejabat tinggi Negara menyerah tanpa syarat. Sepuluh hari kemudian, mereka dibunuh, termasuk sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak bersalah.

(9)

semua yang terdapat di dalam istana dan membakar kota Baghdad. Akhirnya Mongol juga membunuh Ibn Al-Alqami. Hulagu dapat mengusai Persia, Irak, Caucasus dan Asia Kecil. Sebelum menaklukkan Baghdad, pada tahun 1256 M Hulagu telah menguasai pusat gerakan Syi’ah di Persia Utara.

Adapun akibat serangan Mongol ke Baghdad yaitu:

1. Hancurnya kota-kota dengan bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan.

2. Pembunuhan terhadap umat Islam bukan hanya terjadi pada msa Hulagu yang membunuh Khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat Islam lainnya.

3. Timbul wabah penyakit pes akibat mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat dikebumikan.

4. Hancurnya segala macam peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-ratus tahun lamanya.

5. Dihanyutkannya kitab-kitab yang dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan ke dalam sungai Dajlah sehingga berubah warna airnya karena tinta yang larut.

6. Hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang di dalamya terdapat berbagai tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang lenyap dibakar Hulagu.

7. Turunnya posisi Baghdad menjadi ibukota provinsi dengan nama Iraq al-‘Arabi

8. Runtuhnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah dan mundurnya kekuatan politik Islam.

KONTRIBUSI ISLAM DI SPANYOL TERHADAP KEMAJUAN EROPA

Sejalan dengan pesatnya perkembangan Islam di Asia dan Afrika, Islam juga menyebar ke Eropa. Yaitu melalui tiga jalan sebagai berikut :

1. Jalan barat

(10)

pemerintahan Khilafah Umayyah memipmpin di semenanjung Iberia yang dikenal dengan bani Umayah II (711 M-1492 M) dengan ibukotanya Cordoba.

2. Jalan tengah

Dilakukan dari Tunisia melalui Sisilia menuju sepenanjung Apenina. Islam dapat menduduki Sisilia dan Italia selatan, tetapi dapat direbut kembali oelh bangsa Nordia pada abad ke-11.

3. Jalan timur

Pada tahun 1453, Turki dibawah pimpinan Sultan Muhammad II berhasil menaklukkan Byzantium dengan terlebih dahulu menyerang Konstantinopel dari arah belakang yakni laut hitam sehingga mengejutkan tentara byzantium timur. Dari Byzantium, tentara turki usmani terus melakukan perlawanan sampai ke kota Wina di Austria. Setelah itu, tentara Turki Usmani mundur kembali ke Semenanjung Balkan dan menguasai daerah ini selama kurang lebih empat abad. Baru pada abad ke-19, daerah ini berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Akan tetapi, kota konstantinopel masih tetap dikuasai dinasty Umayyah dan berubah menjadi Istanbul.

Semenjak tentara Islam menginjakan kakinya di Andalusia hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Andalusia itu dapat dibagi menjadi berberapa periode.

I. Periode Kekuasaan Bani Umayyah Damaskus (711-755) II. Periode Kerajaan Cordoba (756-1013)

III. Periode Kerajaan-Kerajaan Lokal

IV. Periode Kekuasaan Dinasti-dinasti dari Maroko V. Periode Keraajaan Granada

B. Aspek-Aspek Yang Berkembang

a. Filsafat

Puncak pencapaian intelektual Muslim Spanyol terjadi dalam pemikiran filsafat. Dalam bidang ini, Muslim Spanyol merupakan mata rantai yang menghubungkan antara filsafat Yunani klasik dengan pemikiran Latin-Barat.

(11)

b. Tasawuf

Dalam bidang tasawuf, Muslim Spanyol juga mempunyai andil besar dalam perkembangan ilmu ini. Salah satu tokoh terbesarnya adalah Ibn Arabi. Corak pemikiran tasawuf Ibn Arabi bisa dikatakan dalam klasifikasi Tasawuf Falsafi, sebab dalam filsafat Ibn arabai adalah seorang Monist-Panteistik.

c. Bidang Sains

Dalam bidang sains Muslim Spanyol juga turut membidani lahirnya tokoh-tokoh terkenal,antara lain:

1. Bidang Kedokteran

Tokoh terkenalnya adalah Ibn Rusdy. Selain sebnagai filosof ia juga ahli kedokteran. Karya Monumentalnya dalam bidang ini adalah al-Kulliyat fi al-Thibb (generalitas dalam kedokteran).

2. Bidang Astronomi

Para ahli astronomi paling awal dari Muslim Spanyol adalah al-Majriti (w.1007) darai Cordova, al-Zarqali (1029-1087M) dari Toledo dan Ibn Aflah (w. antara 1140-1150M). 3. Bidang Sejarah

Dalam bidang ini terdapat 2 tokoh yang amat terkenal, yaitu Ibn Khatib dan Ibn Khaldun. Ibn Khatib terkenal dengan karyanya yang menceritakan tentang riwayat Kota Granada. Ibn Khaldun Karya monumentalnya dalam sejarah adalah “ Kitab Ibar Wa diwan al-Mubtada, Wa al-Khabar Fi Ayyam al-Arab Wa al-Ajam Wa al-Barbar ” (buku tentang ibarat, daftar subjek dan prediket, serta sejarah bangsa Arab, Persia dan Berber).

4. Bidang Geografi

Tokohnya adalah al-Bakri dan al-Idrisi. al-Bakri karya monumentalnya adalah “al-Masalik wa al-Mamalik”(buku mengenai jalan dan kerajaan). al-Idrisi karya monumentalnya adalah ”Kitab Nadzah al-Muslak Fi Ikhtira al-Afaq” dan “Kitab al-Jami’ Li asytat an-Nabat”. Sumbangannya terhadap pengetahuan adalah menggambarkan secara astronomis letak suatu tempat dipermukaan bumi.

5. Musik Dan Kesenian

Dalam bidang musik dan kesenian, Muslim Spanyol terkenal dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang mendapatkan julukan Zaryab.

6. Bahasa dan Sastra

(12)

Dari perkembangan islam di Spanyol diatas menimbulkan efek positif bagi kemajuan Eropa, diantaranya dibidang:

1. Bidang politik

2. Bidang Sosial Ekonomi 3. Bidang Kebudayaan 4. Bidang Pendidikan

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN TURKI

Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.

Kemajuan yang dicapai pada Masa Turki Usmani

Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Osmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang lainnya. Adapun kemajuan yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Kemiliteran

Para pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor terpentiang adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium, sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.

(13)

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Dalam kajian-kajian keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits bisa dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham ( Madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya, seperti yang dilakukan Sultan Abdil al-Hamid II, ia begitu fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Untuk itu ia memerintah Syekh Husein al-Jisri menulis kitab Al-Husnu al-Hamidiyyah untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat lainnya adalah ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis dalam bentuk sarah (penjelasan) terhadap karya-karya klasik.

Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

Kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki Usmani berawal sejak wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1566 M). Sementara pengganti-penggantinya seperti Salim II (1566-1573 M), Sultan Murad III (1574-1595 M), Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1617 M), Mustafa I (1617-1618 M), dan seterusnya ternyata kurang mampu mempertahankan kejayaan yang pernah dicapai kerajaan Turki Usmani pada masa-masa sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut :

1. Karena amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi pemerintahannya amat rumit dan komplek. Sementara dilain pihak memang pengaturannya tidak ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, malahan keinginannya terus memperluas daerahnya dengan peperangan terus menerus sehingga banyak mengorbankan tenaga dan waktu bukan dipakai untuk membangun negara.

2. Beragamnya penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan perbedaan agama menyebabkan pengaturannya pun beragam pula.

3. Karena lemahnya para penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni akibat dari

kepemimpinan para sultan yang lemah sehingga membuat Negara hancur dan melemah. 4. Maraknya budaya 'pungli' dikalangan para pejabat yang ingin naik jabatan-jabatan

penting, sehingga pudarlah moral para penguasa Turki.

5. Akibat pemberontakan tentara Jenissari yang semula pendukung kekuatan Turki Usmani, sekarang menjadi terbalik menyerang Turki Usmani.

(14)

PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA DINASTI SAFAWI PERSIA

Awalnya kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabila, sebuah kota di Azerbaijan, Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah,[3] yang diambil dari nama pendirinya Safi Al-din (1252-1334 M), dan nama itu terus dipertahankankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Perkembangan peradaban Islam di Persia dimulai sejak berdirinya kerajaan Safawi, yang dipelopori oleh Safi Al-Din sejak tahun 1252 hingga 1334 M. Kerajaan ini berdiri di saat Kerajaan Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya.

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :

1. Isma'il I (1501-1524 M)

2. Tahmasp I (1524-1576 M)

3. Isma'il II (1576-1577 M)

4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)

5. Abbas I (1587-1628 M)

6. Safi Mirza (1628-1642 M)

7. Abbas II (1642-1667 M)

8. Sulaiman (1667-1694 M)

9. Husein I (1694-1722 M)

10. Tahmasp II (1722-1732 M)

11. Abbas III (1732-1736 M)

Masa Kejayaan Kerajaan Safawi

Kondisi kerajaan Safawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:

(15)

2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul (Borckelmann, 1974:503).

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.

Kemajuan yang di capai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik, melainkan bidang lainnya juga mangalami kemajuan. Kemajuan-kemajaun itu antara lain :

1. Bidang Ekonomi

Kemajuan ekonomi pada masa itu bermula dengan penguasaan atas kepulauan Hurmuz dan pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping sector perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur (Fertille Crescent).

2. Bidang Ilmu Pengatahuan

Sepanjang sejarah Islam Persia di kenal sebagai bangsa yang telah berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha Dina Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).

3. Bidang Pembangunan Fisik dan Seni

(16)

diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi adalah:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan ancaman bagi kerajaan Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.

2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula dengan sultan Husein.

3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan Safawi.

4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana.

ISLAM DI ASIA TENGGARA

Islam terus memutarkan roda penyebarannya, hingga ke seluruh penjuru dunia, hal ini mencakup pula wilayah RAS Melayu, yakni Asia Tenggara. Setelah Islam menyebar di daerah Timur Tengah dan mengekspansi kekuasan ke wilayah-wilayah, kini giliran Asia Tenggara yang siap disinggahi dan disebari dakwah syia’ar Islam (Badri Yatim: 2007,176). Asia Tenggara merupakan tempat Islam baru mulai berkembang, yang merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu, dan Asia Tenggara mejadi wilayah perebutan negara-negara Eropa.

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam ke kawasan Asia Tenggara, seperti teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Arab, Cina dan India.

(17)

Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu:

 Telah ada perkampungan Arab di Sumatera (Barus) pada 625 M (menurut literatur kuno Tingkok.

 Persamaan penulisan dan kesusasteraan Asia Tenggara dan Arab.

 Karya-karya yang menceritakan pengIslaman raja tempatan oleh syeikh dari Tanah Arab contohnya hikayat Raja-raja samudra Pasai mengatakan Raja Malik diIslamkan oleh ahli sufi dari Arab yaitu Syeikh Ismail.

2. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari Cina. Adapun bukti kedatangan Islam dari China ini, yaitu:

 Pada Batu Bersurat Terengganu, batu nisan yang mempunyai ayat al-Quran di Pekan, Pahang.

 Wujud persamaan antara seni Bangunan Cina dengan seni Bangunan masjid di

Kelantan, Melaka dan Jawa yaitu seperti bumbung pagoda, ciri khas atap genteng dari China.

3. Teori kedatangan Islam ke Asia Tenggara dari India/Gujarat. Adapun beberapa bukti dari teori ini yaitu

 Terdapat batu marmar pada batu nisan mempunyai cirri buatan India, contohnya di batu nisan Raja Malik Pasai.

 Unsur budaya India amat banyak kita jumpai di Negara-negara Asia Tenggara.

Cara-cara Datang dan Berkembangnya Islam di Asia Tenggara, saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada beberapa yaitu:

1. Saluran Perdagangan 2. Saluran Perkawinan 3. Saluran Tasawuf 4. Saluran Pendidikan 5. Saluran Kesenian 6. Saluran Politik

Tahap-tahap perkembangan Islam di Asia Tenggara

Adapun tahap-tahap perkembangan Islam di Asia Tenggara ada 3 tahapan:

1. Kehadiran para pedagang Muslim (7 - 12 M)

2. Terbentuknya Kerajaan Islam (13-16M)

(18)

Islam begitu berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, adapun beberapa pengaruh Islam adalah sebagai berikut:

a. Sistem Pemerintahan

o Wujudnya institusi kesultanan Islam di beberapa Negara. o Ulama menjadi penasehat bagi Raja/sultan

o Islam sebagai agama resmi dan mayoritas. o Undang-undang berlandaskan hukum Islam o Wujudnya semangat jihad

b. Sistem Pendidikan

o Pendidikan Islam disampaikan kepada semua lapisan masyarakat

o Sekolah, pesantren, madrasah, dan Mesjid sebagai institusi pendidikan dan Basis Islam

c. Cara hidup

o Penggunaan Pakaian yang menutup aurat

o Mengamalkan konseppersaudaraan sesama Islam o Persamaan taraf sesama manusia

o Sifat tolong-menolong, hormat menghormati, dan amalan bergotong-royong

d.Bahasa dan Kesusastraan

o i.Bentuk tulisan Arab-Melayu

o ii. Banyak istilah Arab digunakan dalam bahasa Melayu

o iii. Hasil kesusasteraan Melayu terpengaruh dengan gaya dan tata bahasa o iv. Bentuk sastera Melayu dipengaruhi, bentuk sastera Islam

e. Kesenian

o Seni pada batu nisan dan ukiran kayu

o Seni bangunan Islam mempengaruhi bentuk masjid, kubah, mimbar, mihrab dan menara azan.

f. Ekonomi

o Terbentuknya Institusi ekonomi Islam seperti baitulmal o Amalan zakat dan sedekah

Referensi

Dokumen terkait

Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kerajaan Mughal di India.. Kerajaan Mughal

Dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad pada masa bani. Abbasiyah antara lain adalah

Dalam perkuliahan ini dibahas materi-materi mengenai Sejarah Peradaban Islam masa Rasululllah, al Khulafa al Râsyidûn , Dinasti Umawiyah, Dinasti Abbasiyah, Umawiyah

Dinasti Bani Abbasiyah yang berkuasa sejak tahun (132-656 H / 750-1258 M) perkembangan dari kemajuan sosial budaya yang terjadi pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah

Sementara dalam materi ini, target yang ingin dicapai adalah mahasiswa memiliki pengetahuan mendalam mengenai sejarah dan perkembangan peradaban Dinasti Abbasiyah pada

2.3 Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abasiyah.. Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah- khalifah Bani Abbasiyah secara

Eksistensi sains di masa Dinasti Abbasiyah tidak dapat dilepaskan dari peran aktif dan kesadaran dari para khalifah, khusunya Al-Mansur, khalifah Harun al- Rasyid dan

Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, Islam dikenal sebagai masa integrasi.Disebutnya masa integrasi pada zaman Abbasiyah ini adalah karena pada masa inilah pertama kalinya