• Tidak ada hasil yang ditemukan

sejarah peradaban islam (1). docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "sejarah peradaban islam (1). docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepeninggal hisyam Ibn Abd Al-Malik, Khalifah-khalifah Bani Ummayah tampil lemah dan juga bermoral buruk. Hal ini semakin memperkuat Golongan oposisi. Akhirnya, pada Tahun 750 M, daulat Ummayah digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al – Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Ummayah, melarikan diri ke mesir, ditangkap dan di bunuh di sana.

Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini. Diantaranya adalah: meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli terhadap dinasti Bani Umayyah, pecahnya persatuan antarsuku-suku bangsa Arab, dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki pemimpin kharismatik.

Masa pemerintahan Bani Abbas disebut sebut dalam sejarah sebagai masa Kemajuannya Islam. Karena pada masa itu

Selanjutnya, makalah yang disajikan oleh penulis ini, diharapkan bisa menjadi bahan diskusi yang nantinya dapat bermanfaat.

B. Rumusan Masalah

(2)

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pembentukan pemerintahan pada masa Bani Abbas 2. Untuk mengetahui prkembangan politik pada masa Bani Abbas

3. Untuk mengetahui prkembangan perkembangan ekonomi pada masa Bani Abbas

4. Untuk mengetahui prkembangan perkembangan administrasi pada masa Bani Abbas

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembentukan Pemerintahan

Kekuasaan Bani Abbas atau Khilafah bani Abbasiyah melanjutkan kekuasaan dinasti Bani Ummayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Kekuasannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d 656 H (1258 M).1

Merupakan perwakilan dari kekhalifahan Islam yang terbesar dan terpanjang dalam sejarah Islam Klasik.2 Kekhalifahan ini lahir setelah melakukan perjuangan

panjang dan revolusi sosial melawan kekhalifahan Dinasti Bani Umayyah. Pendirian Dinasti ini sebagai bentuk reaksi terhadap kekhalifahan Bani Umayyah yang mengalami kemerosotan di mata masyarakat.

Pembentukan kekhalifahan Bani Abbas melalui proses yang cukup panjang, dan menggunakan strategi revolusi yang handal. Pertama, disusun suatu kekuatan bawah tanah oleh Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.3

Perlakuan yang tidak adil terhadap Bani Abbas menimbulkan benih ketidakpuasan di hati mereka, sehingga memupuk semangat persatuan dan rasa solidaritas tinggi di kalangan mereka.4 Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dikenal sebagai

sosok yang ambisius. Maka, dia pun segera melahirkan pemikiran untuk mendirikan pemerintahan Abbasiyah. Dia memulai gerakannya ini pada tahun 100 H. Humaymah/ Hamimah dijadikan seebagai tempat perencanaan, konsolidasi dan sistem kerja gerakan. Humaymah/ Hamimah adalah sebuah tempat yang dihadiahkan kepada Ali Ibn Abdullah Ibn Al Abbas ayah dari Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dari Khalifah Al Walid Ibn Abd Al Malik, Sedangkan

1 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).hlm.49

2 M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan Kehancuran Imperium Khalifah Islam,(Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jendral Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012)hlm.71

3Ibid, hlm.71

(4)

Kuffah dijadikan sebagai pusat pembentukan opini dan Khurasan sebagai pusat penyebarannya.

Kedua, melalui upaya-upaya propaganda terus-menerus bersifat rahasia tentang hak kekhalifahan yang semestinya adalah berada di tangan Bani Hasyim bukan Bani Ummayah.5 Adapun pemikiran yang disebarluaskan oleh Muhammad

bin Abdullah bin Abbas ini adalah bahwa setelah meninggalnya Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan dan anak-anaknya. Secara kronologis, nama Abbasiyah menunjukkan nenek moyang dari Al-Abbas, Ali bin Abi Thalib dan Nabi Muhammad. Hal ini menunjukkan kedekatan pertalian keluarga antara Bani Abbas dengan nabi. Itulah sebabnya kedua keturunan ini sama-sama mengklaim bahwa jabatan Khalifah harus berada di tangan mereka. Keluarga Abbas mengklaim bahwa setelah wafatnya Rasulullah merekalah yang merupakan penerus dan penyambung keluarga Rasul.6

Ketiga, pemanfaatan kaum Muslimin non-Arab (mawali) yang sejak lama merasa dikelas duakan. Keempat, propaganda terang-terangan yang dilakukan setelah terjadi peristiwa berontak senjata. Dimana Abu Muslim al-Hurasani mengumumkan pemberontakan terhadap Bani Ummayah. Ia mengangkat simbol bendera hitam sebagai simbol pemberontakan.7 Jadi, ketika al-Imam mengirim

Abu Muslim untuk memimpin perjuangan di Khurasan pada tahun 743 M, Abu Muslim sukses dalam melaksanakan tugasnya dan mendapat kepercayaan dari al-Imam. Abu Muslim terkenal sebagai tokoh penting dalam upaya penggulingan kekuasaan dinasti Umayyah. Dia berusaha memerkuat perjuangan dan juga menetapkan pakaian serba hitam sebagai uniform resmi prajurit yang dipimpinnya.8

Setelah Muhammad bin Ali meninggal tahun 734 M, perjuangan dilanjutkan oleh saudaranya Ibrahim (al-Imam) sampai tahun 749 M. Kemudian, sejak 749 M Ibrahim menyerahkan pucuk pimpinan kepada keponakannya, Abdullah bin Muhammad. Pada masa inilah revolusi Abbasiyah berlangsung.

5Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.71

6 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam , cet. I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2004), hal. 46

7Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.72

(5)

Sejak tersiar kabar tentang terbunuhnya Ibrahim al-Imam dalam penjara pada tahun 749 M, Abu Muslim mulai mengerahkan segenap laskarnya untuk menggempur khalifah Marwan. Selain itu, Abu Muslim juga mengumumkan secara terbuka bahwa jabatan Ibrahim al-Imam dipindahkan kepada Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas sebagai calon khalifah Bani Abbasiyah. Kedua angkatan bersenjata antara pasukan Bani Abbas melawan Khalifah Marwan mulai melakukan kontak senjata di satu tempat yang bernama Zab yang terletak antara kota Mousil dan Toriel.

Dalam perempuran sengit itu, pasukan Marwan mengalami kekalahan yang sangat berat. Khalifah marwan melarikan diri ke Kufah, kemudian terus ke Mesir, dan akhirnya terbunuh disini. Marwan adalah khalifah terakhir dinasti Umayyah. Dengan demikian, berakhirlah riwayat dinasti bani Umayyah dan lahirlah dinasti baru yang perjuangan menuju tampuk kekhalifahan cukup panjang, yaitu dinasti Abbasiyah.9

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode: 10

1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh

Arab dan Persia pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh

Turki pertama.

3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah

Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).

5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota

Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

9 Imam Fu`adi, Mengutip dari H. Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya. (Jakarta: Bulan Bintang, 1977),hlm.27

(6)

B. Perkembangan Pemerintahan dan Politik

Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain, kemakmuran, masyarakat mencapai tingkat tertinggi.11 Masa pemerintahan dua

khalifah yang pertama, Abu al-Abbas al-Saffah (750-754 M), dan saudaranya Abu Ja`far al-Mansur (754-775 M) merupakan masa pembentukan dan konsolidasi orientasi pemerintahan.

Abdullah bin Muhammad alias Abul Al-Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. Dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di Masjid Kufah, ia menyebut dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya.

Abu Abbas Al-Saffah meninggal tahun 754 M. dan digantikan oleh saudaranya, Abu Jafar Al-Mansur dari tahun 754-774 M. Dialah sebenarnya yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Abbasiyah. Dia tetap melanjutkan kebijaksanaan Al-Saffah yakni menindak tegas setiap orang yang menentang kekuasaannya, kepentingaan rakyat. Oleh karena itu, tidaklah mengerankan bahwa selama lebih kurang 20 tahun kekuasaannya, ia telah berhasil meletakkan landasan yang kuat dan kokoh bagi kehidupan dan kelanjutan kekuasaan Dinasti Abbasiyah itu.13

Kalau dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833

11Ibid, Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam... ... ...hlm.50

12Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.72

(7)

M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).

Secara umum perkembangan politik pada masa pemerintahan Abbasiyah periode I, kebijakan-kebijakan yang dikembangkan antara lain:

1. Memindahkan ibukota negara dari Kufah ke Bagdad

Untuk mengokohkan dinastinya, Al-Mansur mulai mengambil strategi yang berbeda dengan Dinasti Bani Umayyah yang bercorak ke-Araban. Ia mengambil hubungan dengan Persia, dan melengkapi struktur pemerintahan.14 Ia

memindahkan ibukota Kuffah ke Baghdad, dekat ibukota persia, Ctesiphon, pada 762 M. Tentara pengawal tidak lagi diambil dari orang-orang Arab, tetapi dari orang-orang persia.

2. Memusnahkan keturunan Bani Umayyah

Al-Saffah berusaha dengan berbagai cara untuk membasmi keluarga Umayyah. Antara lain dengan kekuatan senjata. Ia mengumpulkan tentaranya dan melantik pamannya sendiri Abdullaah bin Ali sebagai pimpinannya. Target utama mereka adalah menyerang pusat kekuatan Dinasti Umayyah di Damaskus, sekaligus untuk melenyapkan Khalifah Marwan (khalifah terakhir Bani Umayyah). Pertempuran terjadi di lembah Sungai Az-zab (Tigris). Pada pertempuran itu Marwan mengalami kekalahan dan mengundurkan diri ke Utara Syria, Him, Damsyik, Palestina dan akhiirnya sampai ke Mesir. Pasukan Abdullah bin Ali terus menyerangnya hingga terjadi lagi pertempuran di Mesir dan Marwan pun tewas.

Usaha lain yang dilakukan Al-Saffah untuk memusnahkan keluarga Umayyah adalah dengan cara mengundang lebih kurang 90 orang anggota keluarga Umayyah untuk menghadiri suatu upacara perjamuan kemudian membunuh mereka.

Semua kekuatan dari keturunan bani Umayyah yang tersisa dan dianggap ancaman oleh dinasti Abbasiyah dilumpuhkan. Upaya-upaya itu dilakukan agar tidak ada lagi gangguan-gangguan yang akan muncul dalam perjalanan pemerintahan Abbasiyah, dan Abbasiyah terbebas dari ancaman dalam bentuk apapun.15

14Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.72

(8)

3. Merangkul orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi peluang dan kesempatan yang besar kepada kaum mawali

4. Menumpas pemberontakan-pemberontakan

Ancaman yang dihadapi oleh khalifah al-Mansur sebagai khalifah kedua dinasti Abbasiyah diantaranya adalah pertama ancaman dari gerakan Abdullah bin Ali yang tak lain adalah paman dari khalifah Abbasiyah pertama (Abu al-Abbas Saffah), yang merasa tidak terima karena dia pernah dijanjikan oleh Abu al-Abbas al-Saffah untuk mengantikannya sebagai khalifah sepeninggalanya nanti seandainya dia berhasil membunuh khalifah Marwan. Abdullah bin Ali membuat gerakan pemberontakan karena karena penunjukkan al-Mansur sebagai khalifah pengganti Abu al-Abbas al-Saffah.

Kedua Abu Muslim al-Khurasani seperti pada penjelasan sebelumnya Abu Muslim al-khurasani adalah orang yang berperan besar dalam pendirian Daulah Abbasiyah. Namun, sepertinya Abu Muslim juga berkeinginan untuk memainkan peran yang lebih besar dalam kekuasaan Abbasiyah. Untuk mengantisipasi kekhawatiran demikian khalifah al-Mansur akhirnya tidak segan-segan menjalankan politik kejinya. Puncaknya, Abu Muslim diundang ke istana untuk menghadap khalifah. Setelah terjadi dialog panjang yang bermuatan tuduhan-tuduhan kepada Abu Muslim, akhirnya pada bulan sya`ban 137 H. Ia dibunuh oleh para algojo Istana.16

Ketiga Gerakan Syi`ah, Pemberontakan yang paling terkenal dilakukan oleh seorang syi`ah adalah pemberontakan yang dilakukan orang Imam Ibrahim dan saudaranya Muhammad al-Nafs al-Zakiyah, masing-masing di Bashrah dan Hijaz. 5. Menghapus politik kasta

Selain kebijakan-kebijakan di atas, langkah-langkah lain yang diambil dalam program politiknya adalah:

1) Para Khalifah tetap dari Arab, sementara para menteri, gubernur, panglima perang dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawali

2) Kota Bagdad ditetapkan sebagai ibukota Negara dan menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi dan kebudayaan

(9)

3) Kebebasan berpikir dan berpendapat mendapat porsi yang tinggi.

C. Perkembangan Ekonomi

Dalam masa permulaan pemerintahan Abbasiyah, pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan cukup stabil dan menunjukkan angka vertikal Devisa negara penuh berlimpah-limpah. Khalifah Al-Mansur merupakan tokoh ekonom Abbasiyah yang telah mampu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan negara.

Al- Mahdi berhasil membawa kehidupan perekonomian meningkat dengan cara memperbaiki sistem pertanian dan perdagangan. Perbaikan irigasi yang menyebabkan produksi gandum, beras, kurma dan zaitun melimpah. Diperkuat dengan lancarnya perdangangan antara wilayah Timur dan Barat dengan hasil barang-barang pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi, di samping produksi pertanian.17

Di sektor pertanian. Pada masa dinasti Abbasiyah berlangsung pemerintahanya, para petani dibina dan diarahkan, serta pajak bumi mereka diringankan. Ini jelas berbeda halnya dengan pemerintahan Bani Umayyah yang lebih bersikap membebani rakyat (petani) dengan pajak, penguasa Bani Abbas jutru sebaliknya.18 daerah-daerah pertanian diperluas disegenap wilayah negara,

bendungan-bendungan dan digali kanal-kanal sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau oleh irigasi. Perhatian yang begitu tinggi dari khalifah dalam pembangunan sektor pertanian tersebut sudah tentu akan menambah pendapatan negara. Ketika perang salib yang berada di dunia Islam, pasukan salib selain meniru budaya Arabm juga meniru pola Irigasi yang dilakukan oleh dinasti Abbasiyah.19

Disektor perindustrian, Bidang industri juga menjadi perhatian pemerintah Abbasiyah. Ada beberapa faktor yang mendukung kemajuan sektor Industri ini, antara lain adalah adanya potensi alam berupa barang tambang, seperti perak, tembaga, besi, dan lain-lain, serta hasil pertanian sebagai bahan baku industri,

17Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.72

18 Imam Fu`adi, Mengutip dari Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam, Jus II, cet. VII. (maktabat al-Nadhat al-Mishriyat, 1976)hlm.302

(10)

potensi alam wilayah Abbasiyah cukup menjanjikan untuk mendukung ekonomi Bani Abbasiyah.20

Disektor perdagangan, kota Bagdad disamping sebagai kota politik agama dan kebudayaan, juga merupakan kota perdagangan yang terbesar di dunia saat itu. Sedangkan kota Kufah merupakan kota kedua Sungai Tigris dan Efrat menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Terjadinya kontrak perdagangan tingkat Internasional ini semenjak Khalifah Al-Mansur.

Perkembangan perekonomian bani Abbasiyah yang meliputi beberapa bidang itu menjadikan pendapatan negara dari dinasti ini terbilang bagus, yang kesemuanya dipergunakan untuk kepentingan negara.

Adapun pendapatan negara pada saat pemerintahan bani Abbas ini secara umum adalah dari:21

1) Pajak hasil bumi yang disebut dengan kharaj 2) Pajak jiwa yang disebut dengan jizyah 3) Berbagai macam bentuk zakat

4) Pajak perniagaan dan cukai yang disebut dengan syur

5) Pembayaran pihak musuh karena kalah perang yang disebut dengan fa`i

6) Rampasan perang atau ghanimah.

D. Perkembangan Administrasi

Meskipun pemerintahan dinasti Abbasiyah memberi perhatian yang tinggi di bidang ekonomi dan politik, wilayah administrasi negara juga dilakukan penataan.22

Dalam bidang ini, masa Dinasti Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan masa Umayyah. Hanya saja pada masa ini telah mengalami kemajuan-kemajuan, perbaikan dan penyempurnaan.

Seperti dalam administrasi pemerintahan Persia, Al-Mansur membuat tradisi baru, yaitu dengan mengangkat wazir (menteri) yang membawahi

kepala-20Ibid,...,hlm.124

21 Imam Fu`adi, Mengutip dari Departemen Agama RI, Sejarah dan Kebudayaan islam jilid i.(Ujung Pandang: IAIN Alaudin, 1981)hlm.267

(11)

kepala departemen, yaitu Khalid bin barmak, seorang yang berasal dari Balkh di Persia. Selain itu, Al-mansur juga menjadikan Muhammad bin Abd al-Rahman sebagai Hakim Tinggi negara. Memperbaiki sistem komunikasi antar wilayah dengan cara menambah fungsi Jawatan Pos.23 Misalnya, melaporkan ikhwal

gubernur-gubernur kepada khaifah, dimana hal ini sebelumnya tidak ada.

Selain itu dibentuk pula apa yang disebut diwan al-kitabah, semacam sekretariat negara, yang dipimpin oleh seorang Rais al-Kuttab, rais ini dibantu oleh beberapa orang sekretaris, diantaranya yang paling masyhur adalah Katib al-Rasail, Katib al-Kharni, Katib al-Jundi, Katib al-Syuthat, dan Katib al-Qadha.24

Pada masa dinasti Abbasiyah, terdapat juga semacam departemen, atau

diwan. Departemen ini dipimpin oleh Rais al-Diwan, seperti menteri yang bertugas untuk membantu wazir dalam menjalankan pemerintahan. Departemen ini sudah jauh berkembang dari apa yang ada pada Umayyah. Bila pada masa Umayyah, departemen tersebut terpecah kepada empat atau lima bidang, maka pada masa Abbasiyah sudah terpecah kepada tiga belas bidang.

E. Ciri Pemerintahan Bani Abbas

Pemerintahan Bani Abbas dicirikan oleh beberapa hal berikut: 25

Pertama, berbeda dengan Dinasti Bani Umayyah yang tampak serba Arab, maka Bani Abbasiyah memasukkan unsur-unsur Persia, khususnya dalam bidang menejemen pemerintahan, dan unsur kekuatan militer Turki yang dikelola secara profesional. Namun, pengaruh kuat Arab tetap bertahan, yaitu berupa bahasa, Agama, dan personil-personil khalifahnya. Hal ini menunjukkan bahwa Bani Abbas lebih bercorak pluralistik dari pada Bani Umayyah. Namun, pada tahap-tahap belakangan, gejala pluralistik ini tidak dapat dimanfaatkan secara efektif, bahkan menjadi bumerang bagi khalifah itu sendiri.

Kedua, berbeda dengan Bani Umayyah yang lebih menekankan perluasan wilayah kekuasaan, maka Bani Abbas lebih menekankan pembentukan dan perkembangan kebudayaan Islam.

23Ibid, M.Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun,... ... ... hlm.74

24 Imam Fu`adi, Mengutip dari Hasan Ibrahim, Tarikh al-Islam, Jus II, cet. VII. (maktabat al-Nadhat al-Mishriyat, 1976)hlm.623

(12)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(13)

Pembentukan Pemerintahan dinamakan Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan Al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Abdullah ibn Abbas. Perkembangan Politik perkembangan politik pada masa khalifah Bani Abbas meliputi: a. Melenyapkan dinasti Umayyah, b. Memadamkan pemberontakan, c. Pemberontakan

Perkembangan Ekonomi, perkembangan ekonomi pada masa khalifah Bani abbas meliputi: a. Pertanian, b. Perindustrian, c. Perdagangan

Perkembangan Administrasi, dalam bidang administrasi negara, masa Dinasti Abbasiyah tidak jauh berbeda dengan masa Umayyah. Hanya saja pada masa ini telah mengalami kemajuan-kemajuan, perbaikan dan penyemprunaan.

Ciri Pemerintahan, Bani Abbas lebih bercorak pluralistik, Bani Abbasiyah memasukkan unsur-unsur Persia, khususnya dalam bidang menejemen pemerintahan, dan unsur kekuatan militer Turki yang dikelola secara profesional. Bani Abbas lebih menekankan pembentukan dan perkembangan kebudayaan Islam.

B. Kritik dan Saran

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, walaupun makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, penulis berharap semoga dapat membawa manfaat dengan memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis khususnya, dan umumnya bagi pembaca.

Kritik dan saran yang bersifat membangung sangat penulis butuhkan guna memperbaiki Makalah yang penulis buat selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fu`adi, Imam 2011,Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras

(14)

Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jendral Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam.

Thohir, Ajid, 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yatim, Badri 2008, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Dinamakan bani Abbasiyyah, karena para pendiri dan khalifahnya merupakan keturunan dari Abbas bin Abdul Mutholib (paman Nabi Muhammad s.a.w.) Khalifah yang pertama kali

Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu

Egoisme para pemimpin daulah Abbasiyah sangat tinggi, sehingga ada banyak sector yang tidak tersentuh, terlebih pada akhir-akhir pemerintahan daulah

1. Meskipun dinasti ini berkuasa di daerah yang cukup subur dan makmur serta memiliki pusat perdagangan yang strategis, sikap kebaduiannya yang

Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, umat Islam benar-benar berada. di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia

Pemikiran model kuasa governmental ditarik dari kasus kepemimpinan Khalifah ‘Ali> dalam menghadapi oposisi yang terjadi pada zaman pemerintahannya, khususnya

Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah, luas wilayah kekuasaan Islam semakin bertambah, meliputi wilayah yang telah dikuasai Bani Umayyah, antara

Pelopor gerakan penerjemah pada awal pemerintahan Dinasti Abbasyiah adalah khalifah al-Mansur yang juga membangun kota Baghdad. Dia mempekerjakan orang-orang Persia