• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah sumber Ajaran Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah sumber Ajaran Agama Islam"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam

SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM

Oleh:

M GEDE KURNIAWAN

152080000019

PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

Kata Pengantar

Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam semesta Yang Maha Esa saya panjatkan untuk terselasaikannya tugas makalah mata kuliah metodologi studi Islam bahwa tentu oleh karena Ridho dan RahmatNyalah maka makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya sehingga kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata kuliah yang di ikutinya dapat tertunaikan.

Makalah ini adalah makalah untuk matakuliah metodologi studi Islam dengan judul

"Sumber Ajaran Agama Islam" yang membahas mengenai apa saja tentang sumber ajaran agama Islam tersebut sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari pihak keluarga, dosen, teman-teman, serta kondisi lingkungan yang ada. Semoga tuhan membalas segala amal perbuatan baik yang telah membantu dalam menyelesiakan makalah ini.

Saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan baik yang disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini. Saya sebagai insan manusia yang mempunyai rasa kelalaian dan keterbatasan yang berbeda dengan hasil apa yang dilakukan oleh malaikat maka dari itulah saya memohon maklum yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan beserta hal tersebut saya meminta kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di masa yang akan datang.

(3)

Daftar Isi

Halaman Judul………i Kata Pengantar………ii Daftar Isi………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……….1

BAB II PEMBAHASAN

A. Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam……….6 B. Pengertian sumber ajaran agama Islam………9 C. Penjelasan sumber ajaran agama Islam………..……10

BAB III PENUTUP

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam mata kuliah metodologi studi Islam akan diajarkan bagaimana seseorang baik muslim maupun non muslim yang ingin berpengetahuan tentang agama Islam dapat memperoleh suatu cara untuk mengetahui agama Islam dengan baik dan benar dan terhindar dari kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui ajaran agama Islam tersebut. Dengan mempelajari metodologi studi Islam maka nantinya seseorang akan memperoleh kemudahan dan menghemat waktu dan tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan tentang agama islam secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak sebagian-sebagian dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu keadaan kesalah pahaman yang fatal sebagai idealnya.

(5)

pendekatan teologis, pendekatan anthropologis, pendekatan feminis, dan pendekatan fenomenologis. Pendekatan-pendekatan tersebut akhirnya menjadi suatu pendekatan multi hingga inter disipliner untuk pada awalnya adalah hanya dengan pendekatan textual historikal saja.

Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari objek yang akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan jujukan dari sumber pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril dan darimana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.

Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama Islam baru setelah itu kita dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total. Dengan sumber ajaran agama Islam tersebut nantinya seseorang akan terarah dalam mempelajari agama Islam yang tidak akan menyimpang ke segala arah sehingga akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut. Tanpa sumber ajaran agama Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam dengan baik dan benar.

(6)

memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran agama Islam dalam mempelajari agama Islam dengan kemampuan intelektual manusia dalam menalarkan tentang agama Islam sesuai yang dibudayakan oleh bangsa Arab.

Rasionalisme menjadi fondasi ilmu-ilmu pengetahuan modern yang bercorak antroposentris sebagai antitesa terhadap filsafat abad tengah yang bercorak teosentris. Dalam antroposentrisme, manusia menjadi pusat kebenaran, etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan, sehingga terjadi diferensiasi (pemisahan) dengan wahyu Tuhan. Kebenaran ilmu tidak terletak di luarnya yaitu kitab suci, tetapi terletak dalam ilmu itu sendiri yaitu korespondensi (kecocokan ilmu dengan obyek) dan koherensi (keterpaduan) di dalam ilmu, antara bagian-bagian keilmuan dengan seluruh bangunan ilmu. Ilmu sekuler dengan demikian menganggap dirinya sebagai ilmu yang obyektif, value free, dan bebas dari kepentingan lainnya. Alur pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan modern adalah sebagai berikut:

Filsafat ---- antroposentrisme ---- diferensiasi --- ilmu sekuler Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern, pada perkembangan terakhirnya, tumbuh dari yang semula mengagungkan manusia menjadi penguasa atas manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan sebagai petunjuk kehidupan, bahkan ilmu itu sendiri yang diramalkan akan menggantikan agama.1

(7)

Keadaan di atas menggambarkan bahwa studi agama Islam yang menitik beratkan pada rasionalime atau pemikiran manusia saja adalah kurang memenuhi akan kebutuhan pemahaman yang lebih obyektif dan mendalam dari studi agama Islam sehingga dibutuhkan lebih lanjut akan bukti-bukti otentik dari sumber ajaran agama Islam untuk kita pelajari lebih mendalam. Hubungan subyek-obyek mengenai siapa itu manusia yang menjadi subyek dari pengetahuan dan apa itu realitas sumber ajaran agama Islam sebagai obyek dalam konstruksi studi agama Islam haruslah secara jelas saling mempunyai keterikatan yang menjadikan hingga menghasilkan bentuk pemahaman, pengertian dan pengetahuan yang diharapkan yang kemudian tampak secara ilmiah adalah aktivitas manusia dalam mencari hakikat apa-apa yang ada di dunia ini melalui ajaran agama Islam. Meskipun nantinya akan timbul suatu resiko dari studi tersebut yaitu Umat Islam sering terjebak pada apologi khususnya para ilmuwan di lingkuangan religious studies. Mereka berangkat dari wilayah normative sehingga memiliki asumsi bahwa hanya wahyu yang mutlak benar, dan sains modern bersifat nisbi.

(8)

Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam.2

Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk mengetahui secara garis besar bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam di mana mempunyai manfaat secara teori yaitu dapat memberikan manfaat bagi akademik bagaimana pengetahuan sumber ajaran Islam dalam metodologi studi Islam dari sudut pandangan penulis dalam makalah ini. Kemudian manfaat secara khusus yaitu dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi bagi penulis yang menempuh mata kuliah metodologi studi Islam

BAB II 2

(9)

PEMBAHASAN

A. Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam

Allah telah menetapkan sumber ajaran agama Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:

ههلللا اُوععِيط

ط أه اُونعمهآ ن

ه ِيذطللا َاههِييأ

ه َاِيه

ن

ن إطفه منكعننمط رطمنلا ِيلطُوأ

ع ُوه لهُوسعرللا اُوععِيط

ط أهُوه

ه

ط لللا َىلهإط هعُوديرعفه ءْءِي

ن ش

ه ِيفط منتععنزهَانهته

م

ط ُونِيهلناُوه ه

ط لللَابط ن

ه ُونعمطؤنتع م

ن تعننك

ع ن

ن إط ل

ط ُوس

ع رللاُوه

لِيُوطأنته ن

ع س

ه ح

ن أهُوه ررِينخه ك

ه لطذه رطخطلا

٥٩

yang artinya:

” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.

(10)

”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan. Selanjutnya ketaatan kepada ulul Amri atau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak karena betapa hebatnya ulul amri itu ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dikultuskan. Atas dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional. Jika produk dari ulul amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya maka wajib diikuti jika sebaliknya maka wajib untuk ditinggalkan atau malah di lakukan peringatan.

Dalam haji wada’ yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW beliau mengungkapkan bahwa “ Telah kuwariskan kepada kalian semua wahyu Allah yang berupa lembaran-lembaran Alquran sebagai petunjuk bagimu yang membedakan mana yang hak dan mana yang bathil dan juga bersama itu aku tinggalkan sunna-sunnahku semasa aku menjadi rasulullah. Berpeganglah pada keduaa hal tersebut maka kalian semua termasuk orang yang selamat di dunia dan di akhirat”. Maka dapat dikatakan bahwa wahyu yang kemudian menjadi Alquran dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam yang setelah itu adalah Sunnah Rasulullah SAW.

(11)

kesungguhan untuk mempelajari, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. Sumber kekuatan dan jati diri umat Islam terdapat dalam kitab suci Al Qur'an dan Hadist atau Sunnah Nabi SAW. Al Qur'an dan Hadist adalah sumber ajaran Islam yang tidak akan pernah kering digali sepanjang masa. Nilai kebenarannya tidak akan pernah "lapuk karena hujan, lekang karena panas". Al Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak pantas dibandingkan dengan hasil pemikiran dan karya manusia. Dalam hal ini Hadist atau Sunnah Nabi SAW yang dijadikan dasar penjelasan dan penafsiran otentik atas maksud ayat-ayat Al Qur'an. Bagi umat Islam, kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas bukanlah ancaman terhadap keyakinan beragama, dan karena itu tidak perlu ditakuti atau disikapi secara apriori. Benturan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas terhadap keyakinan beragama terjadi ketika manusia tidak memposisikan dan memfungsikan secara tepat dan benar antara wahyu dan akal, antara dzikir dan pikir, dalam menghadapi dan mengatasi realitas kehidupan sehari-hari. Keadaan yang lebih parah terjadi di masyarakat bila keadaan tersebut menarik manusia kepada dua kutub ekstrimitas, yaitu terpaku dalam keberagamaan yang jumud (beku, statis) atau hanyut dalam arus kemoderenan yang liberal dan lepas dari bingkai keberagamaan.”.3

Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran agama Islam yang utama adalah Al Quran dan As Sunnah, sedangkan penalaran atau akal pikiran sebagai alat untuk memahami Al Quran dan As Sunnah. Ketentuan ini

(12)

sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah SWT yang penjabaranya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.4

B. Pengertian sumber ajaran agama Islam

Pengertian sumber ajaran agama islam adalah bila diurai menurut kata pembentuknya adalah sebagai berikut : kata yang pertama adalah sumber yaitu bila menurut kamus Bahasa Indonesia adalah perigi atau asal.5 Kemudian kata

kedua adalah yaitu ajaran bila menurut kamus Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang diajarkan, petuah, nasihat.6 Seterusnya kata ketiga yaitu agama

adalah system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian atau kehambaan yang bertalian denga kepercayaan itu.7 Dan yang terakhir adalah Islam

adalah suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. Maka bila diartikan secara lengkap akan menjadi “perigi atau asal dari segala sesuatu yang diajarkan yang berupa petuah, nasihat dalam wujud atau bentuk system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian atau kehambaan yang bertalian dengan kepercayaan itu sebagai suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT”.

4 Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 66-67.

5 Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 540.

(13)

Terdapat perbedaan antara sumber ajaran agama Islam dengan sumber hukum ajaran Islam yaitu bahawa sumber ajaran Islam adalah asal di mana kaidah-kaidah pengetahuan pelaksanaan tentang agama Islam diperoleh sedangkan sumber hukum agama Islam yaitu asala di mana peraturan -peraturan yang mengatur kehidupan umat muslum diperoleh.

C. Penjelasan sumber ajaran agama Islam.

(14)

1. AlQuran AlKarim dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Shalih mempunyai arti "Bacaan" asal kata Qara'a. kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu maqru (dibaca). Di dalam Alquran terdapat pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian tersebut dalam Ayat 17,18 Surat AlQiyammah yang berbunyi:

) ههنناءنررقهون ههعنمرجن اننيرلنعن ننإإ

ۥ

ۥ

"Sesungguhnya mengumpulkan AlQuran ( di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu (adalah tanggungan kami) karena itu bila kami telah membacanya hendaklah kamu ikuti bacaannya."

(15)

yang diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.8 Terdapat

pengertian Al Quran yang lain dari segi bahasa, As Syafii misalnya Al Quran bukan berasal dari akar kata apa pun dan bukan pula ditulis dengan menggunakan hamzah lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah

( firman Allah ) yang diturukan kepada nabi Muhammad SAW. sementara itu Al Farra berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-ayat alquran itu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Asy Sya'ari dan pengikutnya mengatakan bahawa lafal Al Quran diambil dari kata qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain, karena ayat-ayat alquran satu sama yang lain saling saling bergabung dan berkaitan.9

Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi mengenai agama Islam terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan ajarannya yang menghasilkan kitab-kitab tafsir yang disusun dengan menggunakan berbagai pendekatan baik dari segi coraknya yang sangat bervariasi sebagaimana yang kita jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu terdapat para ulama yang menyebutkan secara khusus mengkaji metode menafsirkan Al Quran yang pernah digunakan para ulama mulai dari metode tahlili ( analisis ayat per ayat ) sampai dengan metode maudhu'i (tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar belakang sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan apa yang disebut ilmu asbabul nuzul.

8 Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989; Hal 16.

(16)

Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi kemu'jizatannya dan keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya. Mulai dari segi keluasan kandungannya yang tidak akan habis-habisnya digali, susunannya kalimat yang mengandung unsur balaghah dan sastra yang tinggi serta tidak dapat ditandingi oleh karya manusia, mempunyai pengaruh yang menalam bagio yang membacanya, dan belakangan muncul kemu'jizatan yang Al Quran dari segi jumlah kata-katanya yang mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik jumlah kata-kata yang saling bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata yang saling berlawanan ( antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti jumlah kata al mu'min dengan kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al har dengan kata al bard, dan sebagainya.

Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji petunjuk cara membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu qiraat termasuk pula ilmu tajwid. Dan ada pula yang mengkaji alquran dari segi sejarah penulisannya, nama-namanya dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan para ulama agar ummat Islam dapat mengenal secara menyeluruh berbagai aspek yang berkenaan dengan Al Quran. Dan dari sini pula tidak mengherankan muncul satu jurusan di salah satu fakultas di IAIN dan fakultas Universitas lainnya di dunia yang secara khusus mengkaji tentang Al Quran.

(17)

perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist. Dalam kaitan ini kita membawa ayat yang artinya: tidak ada yang kami bengkalaikan di dalam alkitab ini dari sesuatu ( surat Al An'am ayat 38 ). Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran itu terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang datang dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran adalah kitab yang belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu adanya pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula Al Quran diturunkan untuk manusia yang berakal, kita misalnya disuruh shalat , puasa, haji, dan sebagainya tetapi cara-cara mengenai mengerjakan ibadah tersebut tidak dijumpai dalam Al Quran melainkan dalam hadist Nabi yang selanjutnya dijabarkan oleh para ulama sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih.

(18)

dengan menukarkan dengan kitab sendiri dengan tujuan untuk menyesatkan manusia.

Al Hadist menurut bahasa adalah lawan kata:Qodiim sedangkan menurut istilah adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat.10 Hadist dapat di bedakan

berdasarkan:

1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu' yaitu hadist yang berasal dari Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu Marfu' Sharih dan Marfu' Hukmi dan hadist Qudsi yang berasal dari Allah SWT tetapi terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta Hadist Mauquf yaitu Hadist yang disandarkan dari para sahabat baik perkataan, perbuatan, dan ketetapan yang hanya berhenti pada mereka tidak sampai kepada Rasulullah dan 2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang

diriwayatkan banyak orang dan dari banyak orang, dan yang berikutnya adalah Hadist Ahad yaitu Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir. 3. Bila menurut diterima dan di tolaknya yaitu

a. Hadist Maqbul yang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa Hasan keduanya dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada masing-masing keduanya dan

b. Hadist Mardud yang terdapat di antaranya

a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat dan berikutnya

b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya terbuang satu orang perawi atau lebih, serta

(19)

c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat dua perawi atau lebih yang gugur secara berurutan serta

d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung bila secara umum dan hadist yang pada sanadnya gugur seorang perawi baik pada satu tempat atau lebih,serta

e) Hadist Maudhu' yaitu Hadist bohongan yang disandarkan kepada Rasulullah.

Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya adalah sama yaitu segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad akan tetapi untuk Sunnah adalah setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasulullah atau pada saat Nabi menjalani kerasulannya.

Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran As Sunah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan As Sunah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagaian ayat Al Quran:

1) Yang bersifat Global ( garis besar ) yang memerlukan perincian. 2) Yang bersifat umum ( menyeluruh ) yang menghendaki pengecualian. 3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan dan ada

pula,

(20)

Quran, tetapi Hadist datang pula memberikan keterangan sehingga masalah tersebut menjadi kuat.

Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al Quran yang bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran yang bersifat umum sebagai pembatas terhadap yang bersifat mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam Al Quran. Dengan posisinya demikian itu maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman ajaarn Islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan hadist.

Banyak sekali contohnya di mana di dalam Al Quran disebutkan tetapi masih harus melalaui penganalisaan serta rujukan As Sunnah seperti bagaimana menjalankan shalat bagaimana membayar zakat bagaimana menunaikan haji. Atau yang saling mengautakan antara Al Quran dengan As Sunnah yaitu larangan membunuh dan makan daging bangkai atau lain sebagainya.

(21)

atau kesimpulan hukum syara' mengenai kasus yang penyelesaiannya belum tertera dalam AlQuran dan Assunnah".11

Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan paham Al Quran dan Al Hadist.12

Jenis-jenis ijtihad yaitu:13

1. Ijma'

11 Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 187.

(22)

Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

2. Qiyâs

Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan adalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya

Beberapa definisi qiyâs (analogi) 1.Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.

2.Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu persamaan di antaranya.

(23)

3. Istihsân

Beberapa definisi Istihsân

a.Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu adalah benar.

b.Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan olehnya

c.Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang banyak.

d.Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.

e.Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.

4. Maslahah Murshalah

Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan menghindari kemudharatan.

(24)

Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.

6. Istishab

Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang

perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas kematian suaminya atau jelas perceraian keduanya.

7. Urf

Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

Tingkatan-tingkatan: 1. Ijtihad Muthlaq

(25)

serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.

2. Ijtihad fi al-Madzhab

Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai hukum syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya, meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut, maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini: a) Ijtihad at-Takhrij

Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab tertentu untuk melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya, dengan berpegang kepada kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam mazhabnya. Pada tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang belum pernah difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah difatwakan oleh murid-murid imam mazhabnya.

b) Ijtihad at-Tarjih

(26)

mazhabnya dan pendapat imam mazhab lainnya. Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat, dan tidak melakukan istinbath hukum syara'.

c) Ijtihad al-Futya

Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-pendapat hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan memfatwakan pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah pendapat yang ada di dalamnya.

BAB III PENUTUP

(27)

Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal mula pembentuknya yaitu di antaranya seseorang yang sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran Islam adalah Al Quran sebagai Kalamu Allah yang merupakan manifestasi dari Wahyu dan Al Hadist sebagai bimbingan dan keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari Al Quran dan Al Hadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:

1. Al Quran Al Karim

2. Al Hadist dan As Sunnah Rasulullah 3. Ijtihad para Ulama

(28)

Islam dari sumber ajaran agama Islam adalah keadaan mempelajari agama Islam yang paling dasar dilakukan setelah kemudian dipelajari dengan metode pendekatan dengan aspek-aspek multi-inter disipliner.

B. Saran dan Kritik

Penulis dalam menyusun makalah mempunyai saran dan kritik bahwa dalam mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari sumber ajaran agama tersebut di mana di dalam sumber ajaran tersebut terdapat hal yang otentik dan mendasar untuk diketahui sehingga pengetahuan mengenai ajaran agama Islam tersebut akan dicapai dan diperoleh dengan dengan baik dan benar.

Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang wajib dilakukan sehingga diperlukan metodologi dalam mempelajarinya maka akan tercapai pengetahuan akan agama Islam dengan sesuai apa yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dari studi Agama Islam tersebut.

Daftar Pustaka

(29)

Prof.Dr. H. Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014.

Drs. Dani.K; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya; 2002.

Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan, 2004).

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN.

Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Internet

http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/96 01685-makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

Hasil dari diskusi saat presentasi hari senin tanggal 1 februari 2016

(30)

2. Saran untuk memberikan dalil dari Hadist Nabi Muhammad SAW yang tidak hanya dari Al Quran saja.

3. Saran memberikan contoh tentang Hadist-Hadist yang ada dan contoh Ijtihad yang ada.

4. Saran mengenai pemberian copy untuk audiens saat presentasi dilakukan. 5. Pertanyaan tentang posisi Ulil Amri yang terjawab bahwa Ulil Amri ditaati

secara kondisional saja yaitu apabila lalai dari alquran dan Hadist maka wajib tidak ditaati tetapi tidak melakukan penentangan yang radikal. 6. Pertanyaan tentang Hadist Dhoif yang di beradakan di posisi tidak mardud

Referensi

Dokumen terkait

yang khusus agar anak tidak minder ketika melihat temannya yang sudah mahir membaca al-quran disinilah pentingnya dorongan dan motivasi yang diberikan kepada keluarga dan

3) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menunjukkan simbol-simbol yang ada di dalam peta beserta makna simbol tersebut. 4) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menunjukkan

Ion Cl- yang bermuatan negatif akan masuk ke dalam sel menyebabkan muatan di dalam sel menjadi lebih negatif dan meningkatkan perbedaan potensial membran antara ekstrasel dan

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah membuat suatu software basis data mengenai data pegawai pada Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia dengan menggunakan Visual

• Pergerakan bantuan bencana/kemanusiaan oleh NGO perlu mendapatkan kebenaran dari Jawatankuasa Pengurusan Bencana Negeri atau Jawatankuasa Pengurusan Bencana Daerah di kawasan

(1) Dalam hal Informasi Publik yang dimohon, baik sebagian atau seluruhnya tidak diberikan pada saat permohonan dilakukan, PPID Kementerian, PPID PTN Badan Hukum, dan PPID

Tapi dilain sisi, penerapan sanksi pidana berdasarkan penelitian penulis, pelaku pelanggaran kelaikan kendaraan angkutan umum di Kabupaten Donggala yang dijatuhkan

Semua sediaan tidak menyebabkan iritasi dan sediaan yang disukai adalah sediaan pewarna pipi dengan konsentrasi pewarna ekstrak angkak 12,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan